Anda di halaman 1dari 17

0

EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI DAN GUIDED


IMAGERY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST
OP FRAKTUR FEMUR DI RUANG RAWAT INAP
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

ARTIKEL ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

TRI SETYO BUDI


NIM: ST. 152 047

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
EFEKTIVITAS TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI DAN GUIDED
IMAGERY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST
OP FRAKTUR FEMUR DI RUANG RAWAT INAP
RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
Tri Setyo Budi1), Anita Istiningtyas 2), Meri Oktariani3)
1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
2)
Dosen Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
3)
Dosen Program Studi D-3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK
Penanganan fraktur femur di ruang rawat inap biasanya dilakukan tindakan farmakologi dan non
farmakologi untuk menurunkan nyeri. Teknik penurunan intensitas nyeri diantaranya teknik
relaksasi genggam jari dan guided imagery. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
efektivitas teknik relaksasi genggam jari dibandingkan dengan guided imagery terhadap intensitas
nyeri pada pasien Op fraktur femur.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimental dengan rancangan penelitian Two Group
Pretest-Postest Design. Populasi penelitian ini semua pasien post operasi fraktur femur yang
masuk pertama kali di ruang Rawat Inap RSUD Pandan Arang sebanyak 46 orang, sampel dalam
penelitian ini ada dua kelompok, 23 orang diberlakukan relaksasi genggam jari dan 23 orang
kelompok yang dilakukan dengan guided imagery, teknik pengambilan sampel dengan purposive
sampling. Alat analisis data dengan uji Wilcoxon Matched Pairs dan Man Whitney.
Tingkat nyeri sebelum (8,09) dan sesudah (4,74) teknik relaksasi genggam jari pada pasien post
opersasi fraktur femur; 2) Tingkat nyeri sebelum (8,13) dan sesudah (5,83) diberikan teknik
relaksasi guided imagery pada pasien post opersasi fraktur femur; 3) Terdapat pengaruh
pemberian teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas nyeri pada pasien post operasi
fraktur femur (p-value = 0,001); 4) Terdapat pengaruh pemberian teknik relaksasi guided imagery
terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi fraktur femur (p-value = 0,001); 5) Teknik
relaksasi genggam jari lebih efektif dibandingkan teknik guided imagery terhadap intensitas nyeri
(p-value = 0,001)
Teknik relaksasi genggam jari lebih efektif dibandingkan teknik guided imagery terhadap
intensitas nyeri pada pasien post operasi fraktur femur.
Kata Kunci: Relaksasi genggam jari, guided imagery, nyeri.

ABSTRACT

Femur fractures at inpatient units are usually handled with pharmacological and non-
pharmacological interventions to reduce pain. Pain-reducing techniques among others are
handheld finger relaxation technique and guided imagery relaxation technique. The objective of
this research is to investigate the effectiveness of the handheld finger relaxation technique and
compared to the guided imagery relaxation technique on the pain intensity of the post-operative
femur fracture patients.
This research used the quasi experimental research method with the Two Group Pretest-Post-test
Design. Its population was 46 post-operative femur fracture patients who were admitted the first
time to the inpatient units of Local General Hospital of Pandan Arang of Boyolali. Purposive total
sampling technique was used to determine its samples. The samples were 46 post-operative
fracture patients. They were divided into two groups. Each group consisted of 23. The first group
was exposed to the handheld finger relaxation technique, and the other one was exposed to the
guided imagery relaxation technique. The data of the research were analyzed by using the
Wilcoxon’s Matched Pairs Test and Man Whitney’s Test.
The pain intensity levels prior to and following the use of the handheld finger relation technique
were 8.09 and 4.74 respectively whereas the pain intensity levels prior to and following the use of
the guided imagery relaxation technique were 8.13 and 5.83 respectively. Thus, there was an effect
of the use of handheld finger relation technique on the pain intensity of the post-operative femur
fracture patients as shown by the p-value = 0.001, and there was an effect of the use of guided
imagery relaxation technique on the pain intensity of the post-operative femur fracture patients as
indicated by the p-value = 0.001. The former was more effective than the latter as pointed out by
the p-value = 0.001.
Thus, handheld finger relaxation technique was more effective than the guided imagery
relaxation technique on the pain intensity of the post-operative femur fracture patients
Keywords : Handheld finger relaxation, guided imagery, pain

1
1. PENDAHULUAN dua jam pertama sesudah operasi karena
Berdasarkan WHO tahun 2013 pengaruh obat anastesi sudah hilang dan
terdapat lebih dari sembilan juta orang pasien sudah keluar dari kamar sadar. Nyeri
meninggal dikarenakan insiden kecelakaan pembedahan disebabkan oleh dua hal,
dan sekitar tiga juta orang mengalami pertama akibat pembedahan itu sendiri yang
kecacatan fisik. Salah satu insiden menyebabkan rangsangan nosiseptif dan
kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup yang kedua setelah proses pembedahan
tinggi yakni insiden fraktur ekstremitas terjadi respon inflamasi pada daerah sekitar
bawah yaitu sekitar 46,2% dari insiden operasi. Adanya rangsangan pembedahan
kecelekaan yang terjadi. Berdasarkan menimbulkan kerusakan pada jaringan dan
laporan tahunan National Trauma Data akan melepaskan mediator nyeri. Mediator
Bank Amerika Serikat tahun 2013, angka nyeri akan merangsang reseptor nyeri yang
kejadian trauma menelan korban sekitar terletak di ujung saraf bebas di kulit, selaput
833.331 jiwa dan 55,53% terkena fraktur. lendir dan jaringan lain sehingga rangsangan
Angka kecelakaan di Indonesia selama dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).
tahun 2013 juga cukup tinggi yaitu sekitar Menurut Smeltzer dan Bare (2002)
109.038 jiwa. Penyebab yang berbeda, dari dalam Zees (2012) pada pasien setelah
hasil survey tim Departemen Kesehatan RI pembedahan mengeluh nyeri bisa dilakukan
didapatkan sekitar 25% penderita fraktur tindakan baik secara farmakologi maupun
yang mengalami kematian, 45% mengalami non farmakologi. Tindakan farmokologi
cacat fisik, 15% mengalami stres psikologis biasanya dengan pemberian analgesik untuk
karena cemas dan bahkan depresi, dan 10% mengurangi nyeri. Pemulihan pasien post
mengalami kesembuhan dengan baik pembedahan mebutuhkan waktu rata-rata
(Depkes RI, 2014). 72,45 menit, sehingga pasien akan
Pasien nyeri fraktur di Amerika merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada
sebanyak 25 juta orang pertahun belum dua jam pertama sesudah operasi karena
mendapatkan pengelolaan yang adekuat pengaruh obat anestesi sudah hilang.
(Tanra 2014). Pada tindakan pembedahan Menurut Harnawatiaj (2008) sebagaimana
menurut Mulyono (2008) pemulihan pasien dikutip oleh Nurdin dkk (2013) pada pasien
post operasi membutuhkan waktu rata-rata sesudah operasi sering kali mengalami nyeri
72,45 menit, sehingga pasien akan hebat meskipun tersedia obat-obat anelgetik
merasakan nyeri yang hebat rata-rata pada yang efektif, namun nyeri sesudah operasi

2 2
tidak dapat diatasi dengan baik, sekitar 50% imagery yang merupakan kegiatan klien
pasien tetap mengalami nyeri sehingga dapat membuat suatu bayangan yang menyenang-
mengganggu kenyamanan. kan, dan mengkonsentrasikan diri pada
Metode pereda nyeri non bayangan tersebut serta berangsur-angsur
farmakologi biasanya mempunyai resiko membebaskan diri dari perhatian terhadap
yang sangat rendah, karena tidak adanya nyeri (Tamsuri, 2007). Terapi ini dapat
efek samping seperti pada pemberian obat. menurunkan nyeri karena di dalamnya
Berbagai macam teknik non farmakologis terdapat terapi yang berfungsi untuk
untuk mengurangi nyeri diantaranya relaksasi atau untuk tujuan proses
massase, pijat refleksi, range of motion,
penyembuhan. Melalui guided imagery
distraksi, relaksasi, umpan balik tubuh
pasien akan terbantu untuk mengalihkan
(biofeed back) sentuhan teraupeutik dan
perhatian dari nyeri yang dirasakan dengan
relaksasi genggam jari (Wirya dan Sari,
membayangkan hal-hal yang menyenang-
2013). Salah satu teknik relaksasi untuk
kan, sehingga secara bertahap dapat
pereda nyeri adalah teknik relaksasi
menurunkan persepsi klien terhadap nyeri
genggam jari.
yang dirasakan. Berdasarkan penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh
Ratnasari (2013) menyatakan bahwa
Sofiyah (2013) menyatakan bahwa teknik
terdapat pengaruh pemberian guided
relaksasi genggam jari berpengaruh terhadap
imagery terhadap nyeri pada pasien post
perubahan skala nyeri pada pasien post
operasi fraktur dan nyeri pada pasien post
operasi sectio caesarea. Demikian juga
operasi fraktur sebagian besar nyeri ringan
penelitian yang dilakukan oleh Pinandita,
dkk (2012), penelitiannya menjelaskan dan sedang.

bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi Berdasarkan hasil studi pendahuluan

genggam jari terhadap penurunan intensitas yang dilakukan pada tanggal 06 Maret 2017

nyeri pada pasien post operasi laparatomi. didapatkan data bahwa di RSUD Pandan
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut Arang Boyolali tahun 2015 jumlah korban
ternyata teknik relaksasi genggam jari kecelakaan sebanyak 1.625 jiwa. Data
berdampak pada penurunan intensitas nyeri rekam medis di ruang perawatan RSUD
pada pasien post operasi. Pandan Arang Boyolali pada tahun 2015
Teknik lain untuk menurunkan terdapat 561 pasien dengan fraktur femur.
intensitas nyeri post operasi adalah guided Pada bulan September-November tahun

3
2016 terdapat 141 pasien yang mengalami dan guided imagery terhadap penurunan
operasi dengan berbagai macam jenis intensitas nyeri pada pasien fraktur femur.
fraktur femur, dan hasil wawancara terhadap
2. METODE PENELITIAN
beberapa pasien mengungkapkan rasa nyeri
Penelitian ini merupakan penelitian
skala sedang sampai berat pada pasien post
quasi eksperimental dengan rancangan
operasi fraktur femur seperti pasien tampak
penelitian Two Group Pretest-Postest
meringis kesakitan merasakan nyeri, pasien
Design. Populasi dalam penelitian ini semua
tampak melindungi area nyeri, pasien
pasien post operasi fraktur femur yang
merubah posisi dengan miring kiri atau masuk pertama kali di ruang Rawat Inap
kanan. RSUD Pandan Arang Boyolali sebanyak 46
Berdasarkan uraian di atas peneliti orang, dengan teknik purposive sampling.
tertarik untuk melaksanakan penelitian Data dikumpulkan melalui pengisian lembar
mengenai efektivitas teknik relaksasi observasi. Alat analisis yang digunakan
genggam jari dan guided imagery terhadap dengan analisis univariat (%), bivariat
intensitas nyeri pada pasien post operasi dengan Wilcoxon Matched Pairs dan Mann-
fraktur femur di Ruang Rawat Inap RSUD Whitney Test.

Pandan Arang Boyolali.


3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan umum penelitian ini adalah
a. Analisis Univariat
untuk menganalisis efektivitas teknik
1) Karakteristik Responden
relaksasi genggam jari dibandingkan dengan
Tabel 1. Karakteristik responden (n = 46)
guided imagery terhadap intensitas nyeri Relaksasi Guided Imagery
Karakteristik Genggam Jari
pada pasien post operasi fraktur femur di f (%) f (%)
Usia Responden
Ruang Rawat Inap RSUD Pandan Arang < 25 tahun 2 8,70 2 8,70
25 – 50 tahun 12 52,17 13 56,52
Boyolali.
> 50 tahun 9 39,13 8 34,78
Manfaat dari penelitian ini adalah Jumlah 23 100,0 23 100,0
Jenis Kelamin :
untuk dijadikan sebagai media atau sarana Laki-laki 13 56,5 14 60,9
Perempuan 10 43,5 9 39,1
dalam menerapkan ilmu yang didapatkan Jumlah 23 100,0 23 100,0
Pendidikan :
dari hasil studi untuk diaplikasikan di dunia SD 8 34,9 7 30,4
nyata keperawatan khususnya keperawatan SLTP 3 13,0 4 17,4
SLTA 9 39,1 9 39,1
pada pasien post operasi fraktur femur yang PT 3 13,0 3 13,0
Jumlah 23 100,0 23 100,0
dilakukan tindakan relaksasi genggam jari

4 4
Penelitian ini menunjukkan bahwa (Novita, 2012). Sebagaimana penelitian
usia responden pada kelompok intervensi yang dilakukan oleh Eilyn (2009) bahwa
dengan relaksasi genggam jari pada mayoritas kelompok usia yang umumnya
pasien post operasi fraktur femur di mengalami operasi adalah usia 25-50
Ruang Rawat Inap RSUD Pandan Arang tahun dimana insiden laki-laki lebih
Boyolali sebagian besar usia responden tinggi dibandingkan perempuan.
25-50 tahun sebanyak 12 orang (52,17%) Hasil penelitian berdasarkan
dan sebagian kecil usia kurang dari 25 karakteristik jenis kelamin responden
tahun yaitu sebanyak 2 orang (8,70%). menunjukkan sebagian besar responden
Umur merupakan usia individu berjenis kelamin laki-laki walaupun
yang terhitung mulai saat dilahirkan secara distribusi berbeda antara kelompok
sampai saat berulang tahun yang dilakukan terapi relaksasi genggam
(Notoatmodjo, 2010). Hasil penelitian ini jari dan guided imagery. Hasil ini sesuai
menunjukkan bahwa kelompok umur 25- dengan penelitian Novita (2012) dan
50 tahun termasuk dalam umur produktif, Ayudianingsih (2009) yang menyebut-
artinya pada usia tersebut responden kan bahwa jumlah responden pasca
mempunyai aktivitas yaitu bekerja. operasi fraktur femur ditemukan lebih
Responden dalam melaksanakan aktivitas banyak jenis kelamin laki-laki. Menurut
bekerja, menggunakan alat transportasi Novita (2012), bahwa laki-laki lebih
sepeda motor. Penggunaan sepeda motor banyak melakukan aktifitas diluar rumah
memiliki risiko yang tinggi sebagai seperti bekerja dengan membawa
penyebab terjadinya kecelakaan, hal ini kendaraan sendiri, olahraga dan lainnya
dapat dilihat dari hasil penelitian yang yang berhubungan dengan kondisi luar
menunjukkan bahwa mayoritas yang rentan terjadi kecelakaan kendaraan
responden yang mengalami fraktur bermotor.
fremur berasal dari kecelakaan. Berdasarkan tingkat pendidikan ibu
Bahwa rentang usia produktif pada kelompok kontrol dan perlakuan
merupakan kelompok usia yang rentan sebagian besar mempunyai jumlah yang
terhadap kejadian fraktur karena aktifitas sama yaitu SMA (39,0%). Menurut
yang tinggi dan mobilitas yang tinggi dari Purwanto (2010), mengemukakan bahwa
individu dari kelompok usia produktif salah satu faktor yang berpengaruh pada

5
perilaku kesehatan adalah tingkat Tabel 2. Hasil intensitas nyeri sebelum dan
sesudah pemberian relaksasi genggam
pendidikan. Hasil pendidikan ikut jari dan guided imagery pada pasien
membentuk pola berpikir, pola persepsi post operasi fraktur femur
Intensitas Relaksasi Guided Imagery
dan sikap pengambilan keputusan Nyeri Genggam Jari
(Pre test) f % f %
seseorang. Pendidikan seseorang yang Berat 23 100,0 23 100,0
Total 23 100,0 23 100,0
meningkat mengajarkan individu Intensitas Nyeri
mengambil keputusan yang terbaik untuk (Post test)
Berat 0 0,0 6 26,1
dirinya. Responden yang mayoritas Sedang 22 95,7 17 73,9
Ringan 1 4,3 0 0,0
berpendidik-an SMP dapat berpengaruh Total 23 100.0 12 100.0
bagaimana responden bersikap dan
Hasil pre test intensitas nyeri
berperilaku termasuk dalam berkendaraan
pada kelompok perlakuan pemberian
sepeda motor secara baik dan aman.
relaksasi genggam jari dan guide
Kecelakaan yang dialami oleh responden
imagery menunjukkan hasil pre test
merupakan salah satu bukti bagaimana
intensitas nyeri pada pasien post operasi
tingkat pendidikan seseorang dapat
fraktur femur yang diberikan relaksasi
mempenga-ruhi perilakunya. Jika
genggam jari semuanya mempunyai
dibandingkan dengan responden lain
intensitas nyeri tergolong berat yaitu
yang memiliki tingkat pendidikan yang
sebanyak 23 orang (100,0%), demikian
lebih tinggi seperti diploma atau sarjana
juga intensitas nyeri sebelum diberikan
jumlah responden yang mengalami
perlakuan pada kelompok guided
fraktur lebih sedikit dari pada responden
imagery juga mempunyai intensitas
dengan pendidikan SMP.
nyeri tergolong berat yaitu sebanyak 23
Penelitian yang dilakukan Harsono
orang (100,0%).
(2009) mengemukakan bahwa dari 85
Nyeri berat yang dirasakan oleh
pasien yang menjalani pembedahan juga
responden, beberapa responden akibat
menunjukkan hasil yang sama yaitu
dari parahnya kecelakaan dan responden
sebagian besar berpendidikan SMA/
yang lain akibat terjatuh dari pohon
SLTA sebanyak 58%.
maupun tangga yang tinggi. Intensitas
b. Intensitas Nyeri sebelum dan sesudah
nyeri berat tersebut tergambar dari
dilakukan Pemberian Relaksasi
responden pada saat peneliti menanya-
Genggam Jari dan Guide Imagery

6 6
kan nyeri yang dirasakan responden. atau teman dekat. Selain dukungan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga, faktor pengalaman nyeri
responden ini terkadang tidak dapat sebelumnya juga mempengaruhi respon
mengikuti perintah namun masih dapat seseorang dalam menanggapi nyeri.
merespon terhadap tindakan, dapat Menurut Potter (2009) bahwa seseorang
menunjukkan lokasi nyeri, namun sulit pernah berhasil mengatakan nyeri
mendeskripsikannya karena rasa sakit. dimasa lampau, dan saat ini nyeri timbul,
Terjadinya nyeri pasca operasi maka ia akan lebih mudah mengatasi
disebabkan karena akibat tekanan, nyerinya. Mudah tidaknya seseorang
potongan, sayatan, atau kekurangan mengatasi nyeri tergantung pengalaman
oksigen pada sel, maka bagian tubuh dimasa lalu dalam mengatasi nyeri.
yang terluka akan mengeluarkan Dengan kata lain, jika seseorang belum
berbagai macam subtansi intraseluler pernah mengalami nyeri yang sama
yang dilepaskan ke ruang ekstraseluler, dimasa lampau, maka kemungkinan
sehingga mengiritasi nosiseptor. Saraf lebih susah untuk mengatasi nyeri.
ini akan bergerak dan merangsang Hasil post test intensitas nyeri
sepanjang serabut saraf (neurotransmisi) pada kelompok perlakuan pemberian
yang akan menghasilkan subtansi yang relaksasi genggam jari dan guided
disebut neurotransmiter, seperti prostag- imagery dapat diketahui bahwa hasil
landin dan epineprin. Selanjutnya pesan post test intensitas nyeri pada pasien post
nyeri dari medulla spinalis ditransmisi- operasi fraktur femur yang diberikan
kan ke otak dan dipersepsikan sebagai relaksasi genggam jari sebagian besar
nyeri (Judha, 2012). tergolong intensitas sedang yaitu 22
Faktor lain yang mempengaruhi orang (95,7%) dan sebagian kecil
terjadinya nyeri pada pasien post operasi tergolong ringan yaitu sebanyak 1 orang
menurut Prasetyo (2010) adalah (4,3%). Adapun intensitas nyeri setelah
dukungan keluarga/ social, lokasi dan diberikan terapi guide imagery sebagian
tingkat keparahan penyakit dan besar mempunyai intensitas nyeri
kebudayaan. Individu yang mengalami tergolong sedang yaitu sebanyak 17
nyeri membutuhkan dukungan, bantuan orang (73,9%) dan terkecil tergolong
dan perlindungan dari anggota keluarga berat yaitu sebanyak 6 orang (26,1%).

7
Hal ini menunjukkan bahwa pernyataan ahli bahwa teknik relaksasi
terjadi penurunan intensitas nyeri pada genggam jari dan guided imagery
pasien pasca operasi fraktur femur dipercaya mampu merangsang tubuh
setelah diberikan tehnik genggam jari untuk melepaskan opoiod endogen yaitu
dan teknik relaksasi guided imagery. endodorpin dan enkefalin (Smeltzer,
Terjadinya penurunan intensitas nyeri 2010 ).
pada pasien pasca operasi fraktur femur
b. Analisis Bivariat
setelah diberikan intervensi disebabkan
1) Analisis Pengaruh Pemberian Teknik
karena tehnik genggam jari dan teknik
Relaksasi Genggam Jari terhadap
guided imagery dapat menurunkan Intensitas Nyeri
ketegangan otot dan ketidaknyamanan Tabel 3. Hasil analisis Pengaruh Pemberian
yang akan mengakibatkan tubuh menjadi Teknik Relaksasi Genggam Jari
terhadap Intensitas Nyeri
rileks dan nyaman (Smeltzer, 2010). Intensitas Nyeri
Kep.
(Relkaksasi Mean Z-test p
Hasil penelitian ini sejalan genggam jari)
dengan pernyataan Imran (2007) bahwa Pre test 8,09 Ho
Post test 4,74 5,954 0.000
ditolak
untuk menurunkan intensitas nyeri pada
pasien pasca operasi secara non- Pengujian yang digunakan dengan
farmakologi salah satunya adalah dengan menggunakan uji Wilcoxon signed ranks
teknik relaksasi genggam jari dan guided test. Hasil pengujian hipotesis pre test-
imagery, dimana teknik relaksasi post test intensitas nyeri sebelum dan
genggam jari dan guided imagery sesudah diberikan relaksasi genggam jari
dipercaya dapat menurunkan nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di
dengan merelaksasikan ketegangan otot ruang perawatan RSUD Pandan Arang
yang mendukung rasa nyeri. Dengan Boyolali diketahui nilai p-value = 0,000 <
merelaksasikan otot-otot skeletal yang 0,05, hal ini berarti ada perbedaan rata-
mengalami spasme yang disebabkan rata intensitas nyeri pada pasien post
oleh peningkatan prostaglandin sehingga operasi fraktur femur sebelum dan
terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan sesudah diberi relaksasi genggam jari di
akan meningkatkan aliran darah ke ruang rawat inap RSUD Pandan Arang
daerah yang mengalami spasme dan Boyolali.
iskemik. Hal ini sesuai dengan

8 8
Liana (2008) mengemukakan 2) Analisis Pengaruh Pemberian Teknik
Relaksasi Guided Imagery terhadap
bahwa menggenggam jari sambil menarik
Intensitas Nyeri
nafas dalam-dalam (relaksasi) dapat
Tabel 3. Hasil analisis Pengaruh Pemberian
mengurangi dan menyembuhkan
Teknik Relaksasi guided imagery
ketegangan fisik dan emosi, karena terhadap Intensitas Nyeri
Intensitas
genggaman jari akan menghangatkan Nyeri Mean Z-test p Kep.
(Guided Imagery
titik-titik keluar dan masuknya energi Pre test 8,13 Ho
6,252 0.000
Post test 5,83 ditolak
pada meridian yang terletak pada jari
tangan. Titik-titik refleksi pada tangan Pengujian yang digunakan
akan memberikan rangsangan secara dengan menggunakan uji Wilcoxon
refleks (spontan) pada saat genggaman. signed ranks test. Hasil pengujian
Rangsangan tersebut akan mengalirkan hipotesis pre test-post test intensitas nyeri
semacam gelombang kejut atau listrik sebelum dan sesudah diberikan guide
menuju otak. Gelombang tersebut imagery pada pasien post operasi fraktur
diterima otak dan diproses dengan cepat, femur di ruang perawatan RSUD Pandan
lalu diteruskan menuju saraf pada organ Arang Boyolali diketahui nilai p-value =
tubuh yang mengalami gangguan, 0,000 < 0,05, hal ini berarti ada
sehingga sumbatan di jalur energi perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada
menjadi lancar, maka tidak ada nyeri pasien post operasi fraktur femur sebelum
yang dirasakan atau nyeri menjadi dan sesudah diberi guide imagery di
menurun/hilang (Puwahang, 2011). ruang rawat inap RSUD Pandan Arang
Hasil penelitian ini sejalan dengan Boyolali.
penelitian yang dilakukan oleh Wirya dan Berdasarkan hasil analisa statistik
Sari (2013) yang menjelaskan bahwa ada nilai mean sebelum diberikan tehnik
perbedaan skala nyeri sebelum dan relaksasi guided imagery adalah 8,13
setelah pemberian relaksasi genggam jari sedangkan mean setelah diberikan
pada pasien fraktur, hasil analisis intervensi adalah 5,83. Hasil analisa
diketahui bahwa ada pengaruh pemberian statistic menggunakan uji paired simple t-
relaksasi genggam jari terhadap test diperoleh nilai p-Value 0.001 (p<0.05)
penurunan intensitas nyeri pada pasien sehingga dapat disimpulkan bahwa tehnik
fraktur. relaksasi guided imagery efektif dalam

9
menurunkan intensitas nyeri pasien post sebagian besar mengalami nyeri sedang
operasi fraktur femur. dan ringan sedangkan pada kelompok
Hasil yang signifikan dalam kontrol rata-rata mengalami nyeri hebat
penelitian ini disebabkan karena tehnik dan pasien pasca operasi fraktur femur di
relaksasi guided imagery membuat Rumah Sakit Karima Utama Surakarta,
responden menjadi rileks dan tenang. dan ada pengaruh yang signifikan teknik
Responden menjadi rileks dan tenang saat relaksasi nafas dalam terhadap penurunan
mengambil oksigen di udara melalui nyeri pada pasien pasca operasi fraktur
hidung, oksigen masuk kedalam tubuh femur antara kelompok eksperimen dan
sehingga aliran darah menjadi lancer kelompok kontrol di Rumah Sakit
serta dikombinasikan dengan guided Karima Utama Surakarta dengan nilai p-
imagery menyebabkan pasien value = 0,006.
mengalihkan perhatiannya pada nyeri ke Selain itu, penelitian lain yang
hal-hal yang membuatnya senang dan mendukung penelitian ini yang dilakukan
bahagia sehingga melupakan nyeri yang oleh Nikita (2012) yang meneliti tentang
sedang dialaminya. Inilah yang pengaruh teknik relaksasi terhadap
menyebabkan intensitas nyeri yang perubahan intensitas nyeri pada pasien
dirasakan pasien post operasi menjadi post operasi apendiktomi, diperoleh hasil
berkurang. ada pengaruh yang signifikan pada
Hasil penelitian ini didukung oleh intensitas nyeri pasien post operasi
penelitian yang dilakukan Ningsih dan apendiktomi sesudah dilakukan teknik
Galuh (2010) tentang pengaruh teknik relaksasi, dari 4 orang yang mengalami
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri hebat (40,0%) sesudah dilakukan
tingkat nyeri pada pasien post operasi teknik relaksasi menjadi 2 orang (20,0%),
fraktur femur di Rumah Sakit Karima nyeri sedang 5 orang (50,0%) menjadi 2
Utama Surakarta, didapatkan hasil tingkat orang (20,0%), dan tidak nyeri yang
nyeri responden sebelum perlakuan pada semula 1 orang (10,0%) menjadi 6 orang
kelompok eksperimen dan kelompok (60,0%).
control sebagian besar mengalami nyeri
hebat, tingkat nyeri responden sesudah
perlakuan pada kelompok eksperimen

10 10
3) Analisis Efektifitas Relaksasi Genggam tinggi jika dibandingkan dengan nilai
Jari dan Guide Imagery terhadap
intensitas nyeri pada kelompok perlakuan
Intensitas Nyeri
dengan guide imagery, artinya relaksasi
Tabel 4. Hasil uji pengaruh relaksasi
genggam jari dan guided imagery genggam jari lebih efektif untuk
terhadap intensitas nyeri pada
pasien post operasi fraktur femur
menurunkan intensitas nyeri
Post test Mean dibandingkan perlakuan guide imagery
p-
Intensitas Z-test Kep.
value
Nyeri pada pasien post operasi fraktur femur di
Relaksasi 4,77
genggam jari Ho ruang raat inap RSUD Pandan Arang
3,047 0.002
Guided 5,75 ditolak
imagery Boyolali.
Nyeri adalah pengalaman sensori
Hasil uji efektifitas pengaruh
dan emosional yang tidak menyenangkan
relaksasi genggam jari dan guide imagery
karena adanya kerusakan jaringan atau
terhadap intensitas nyeri pada pasien post
potensial kerusakan jaringan atau
operasi fraktur femur di ruang rawat inap
gambaran tentang kerusakan jaringan
RSUD Pandan Arang Boyolali
(Smeltzer dan Bare, 2009). Kejadian
menunjukkan Nilai Z-test = -3,047
nyeri yang parah serta serangan yang
dengan p-value = 0,002 < 0,05 maka
mendadak, merupakan ancaman yang
keputusan adalah Ho ditolak, artinya
mempengaruhi manusia sebagai sistem
terdapat pengaruh relaksasi genggam jari
terbuka untuk beradaptasi dari stressor
dan guide imagery terhadap intensitas
yang mengancam dan mengganggu
nyeri pada pasien post operasi fraktur
keseimbangan. Hipotalamus merespon
femur di ruang rawat inap RSUD Pandan
terhadap stimulus nyeri dari reseptor
Arang Boyolali. Nilai Z-test sebesar -
perifer atau korteks cerebral melalui
3,047 menunjukkan bahwa nilai rata-rata
sistem hipotalamus pituitary dan adrenal
intensitas nyeri kelompok yang
dengan mekanisme medula adrenal
diperlakukan dengan relaksasi genggam
hipofise untuk menekan fungsi yang tidak
jari lebih kecil dari nilai rata-rata
penting bagi kehidupan sehingga
intensitas nyeri pada kelompok perlakuan
menyebabkan hilangnya situasi
guide imagery, hal ini menunjukkan
menegangkan dan mekanisme korteks
bahwa nilai intensitas pada kelompok
adrenal hipofise untuk mempertahankan
perlakuan dengan guide imagery lebih
keseimbangan cairan dan elektrolit serta

11
menyediakan energi dalam kondisi bila tidak segera diatasi akan berpengaruh
emergency untuk mempercepat pada peningkatan tekanan darah,
penyembuhan (Long, 2011). takikardi, pupil melebar, diaphoresis dan
Sejumlah pasien dengan keluhan sekresi adrenal medula. Dalam situasi
utama nyeri disering ditemui terutama tertentu dapat pula terjadi penurunan
pasien dengan fraktur femur yang tekanan darah yang akan mengakibatkan
mengganggu kenyamanan pasien timbulnya syok (Smeltzer, 2009).
terutama pasien setelah dilakukan Tindakan untuk mengatasi nyeri
tindakan operasi (Djohan 2006). Keluhan adalah manajemen nyeri. Manajemen
nyeri dapat mempengaruhi kebahagiaan, nyeri terdiri dari non pharmacological
hasrat, harapan, ketenangan pikiran, treatment dan pharmacological treatment.
kemampuan untuk merasakan kepuasan Manajemen nyeri farmakologi menurut
hidup dan menikmati kehidupannya. Corwin (2007) meliputi penggunaan
Gangguan lainnya dapat berupa analgesik, obat anti-inflamasi nonsteroid,
terjadinya penurunan aktivitas dan dan narkotik yang bertujuan menurunkan
ketidakpatuhan dalam proses perawatan nyeri. Beberapa cara yang digunakan
serta pengobatan. Permasalahan ini untuk menurunkan nyeri akibat dari
memerlukan pemecahan sebagai upaya fraktur adalah dengan cara relaksasi
untuk membantu pasien dalam genggam jari dan guided imagery.
beradaptasi terhadap masalah atau Hasill penelitian menunjukkan
tekanan yang dirasakannya. Bila pasien bahwa relaksasi genggam jari lebih
mengeluh nyeri, maka hanya satu yang efektif menurunkan nyeri dibandingkan
mereka inginkan, yaitu mengurangi rasa dengan teknik relaksasi guided imagery.
sakit atau nyeri. Hal itu wajar karena rasa Hal ini dapat dilihat rata-rata intensitas
nyeri merupakan siksaan terburuk yang nyeri, dimana untuk intensitas nyeri yang
menurunkan kemauan untuk mencapai menggunakan intervensi relaksasi
sesuatu dalam hidup, bahkan menjadi genggam jari mempunyai rata-rata (4,77)
suatu pengalaman yang menakutkan dan yang nilainya lebih kecil dibandingkan
kurang menyenangkan akibat nilai intensitas nyeri pada intervensi
pengelolaan nyeri yang tidak adekuat. relaksasi guided imagery (5,75). Teknik
Nyeri yang parah dan serangan mendadak relaksasi genggam jari (finger hold)

12 12
merupakan teknik relaksasi yang sangat beberapa penelitian tersebut ternyata
sederhana dan mudah dilakukan oleh teknik relaksasi genggam jari berdampak
siapapun yang berhubungan dengan jari pada penurunan intensitas nyeri pada
tangan serta aliran energi di dalam tubuh. pasien post operasi.
Menggenggam jari sambil menarik nafas Teknik lain untuk menurunkan
dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan intensitas nyeri post operasi adalah
menyembuhkan ketegangan fisik dan guided imagery yang merupakan kegiatan
emosi. Teknik ini dapat menghangatkan klien membuat suatu bayangan yang
titik-titik keluar dan masuknya energi menyenangkan, dan mengkonsentrasikan
pada meredin (energy cahannel) yang diri pada bayangan tersebut serta

terletak pada jari tangan, sehingga berangsur-angsur membebaskan diri dari

mampu memberikan rangsangan secara perhatian terhadap nyeri (Tamsuri, 2007).

reflek (spontan) pada saat genggaman. Terapi ini dapat menurunkan nyeri karena
di dalamnya terdapat terapi yang
Rangsangan yang didapat nantinya akan
berfungsi untuk relaksasi atau untuk
mengalirkan gelombang menuju ke otak,
tujuan proses penyembuhan. Melalui
kemudian dilanjutkan ke saraf pada organ
guided imagery pasien akan terbantu
tubuh yang mengalami gangguan,
untuk mengalihkan perhatian dari nyeri
sumbatan di jalur energi menjadi lancar
yang dirasakan dengan membayangkan
(Pinandita, dkk, 2012).
hal-hal yang menyenangkan, sehingga
Penelitian ini diperkuat oleh
secara bertahap dapat menurunkan
penelitian yang dilakukan oleh Sofiyah
persepsi klien terhadap nyeri yang
(2013) menyatakan bahwa teknik
dirasakan. Menurut Prasetyo (2010)
relaksasi genggam jari berpengaruh
bahwa salah satu teknik relaksasi untuk
terhadap perubahan skala nyeri pada
menurunkan nyeri atau mencegah
pasien post operasi sectio caesarea.
meningkatnya nyeri adalah dengan
Demikian juga penelitian yang dilakukan guided imagery (imajinasi terbimbing)
oleh Pinandita, dkk (2012), penelitiannya yaitu kegiatan klien memuat suatu
menjelaskan bahwa terdapat pengaruh bayangan yang menyenangkan dan
teknik relaksasi genggam jari terhadap mengkonsentrasikan diri pada bayangan
penurunan intensitas nyeri pada pasien tersebut serta berangsur-angsur
post operasi laparatomi. Berdasarkan membebaskan diri dari perhatian terhadap

13
nyeri. Berdasarkan penelitian Ratnasari Rawat Inap RSUD Pandan Arang Boyolali
(2013) menyatakan bahwa terdapat (p-value = 0,001).
pengaruh pemberian guided imagery
terhadap nyeri pada pasien post operasi 5. SARAN
fraktur dan nyeri pada pasien post operasi 1. Bagi Rumah Sakit. Sebagai masukan
fraktur sebagian besar nyeri ringan dan diharapkan dapat memberikan pelayanan
sedang. kepada pasien semaksimal mungkin dan
meningkatkan mutu pelayanan rumah
4. SIMPULAN
sakit dan diharapkan rumah sakit dapat
Sebagian perawat berumur antara 30-
menerapkan kebijakan-kebijakan pada
50 tahun (71,4%) dan pasien berumur 30-50
pasien post operasi fraktur femur dalam
tahun (54,7%), Tingkat nyeri sebelum (8,09)
penanganan nyeri diharapkan tidak
dan sesudah (4,74) diberikan teknik
hanya menggunakan teknik relaksasi
relaksasi genggam jari pada pasien post
genggam jari dan guided imagery untuk
opersasi fraktur femur di ruang rawat
mengurangi nyeri yang dirasakan.
inap. Tingkat nyeri sebelum (8,13) dan
2. Bagi Perawat. Sebagai masukan bagi
sesudah (5,83) diberikan teknik relaksasi
guided imagery pada pasien post opersasi tenaga keperawatan dalam memberikan

fraktur femur di ruang rawat inap. asuhan keperawatan berupa teknik

Terdapat pengaruh pemberian teknik relaksasi genggam jari dan guided


relaksasi genggam jari terhadap intensitas imagery untuk mengatasi nyeri di ruang
nyeri pada pasien post operasi fraktur femur rawat inap karena teknik relaksasi
di ruang rawat inap RSUD Pandan Arang genggam jari dan guided imagery
Boyolali (p-value = 0,001). Terdapat mampu memberikan ketenangan dan
pengaruh pemberian teknik relaksasi guided kenyamanan yang akan membantu
imagery terhadap intensitas nyeri pada penderita nyeri mendapatkan tidur yang
pasien post operasi fraktur femur di ruang baik dan berkualitas.
rawat inap RSUD Pandan Arang Boyolali 3. Bagi Peneliti Selanjutnya. Pada
(p-value = 0,001). Teknik relaksasi genggam penelitian selanjutnya diharapkan dapat
jari lebih efektif dibandingkan teknik guided meneliti tentang teknik genggam jari dan
imagery terhadap intensitas nyeri pada guided imagery dengan menggunakan
pasien post operasi fraktur femur di Ruang

14 14
variabel yang berbeda, misalnya tingat
kecemasan atau depresi pasien.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC.

Charlene J. Reeves, Gayle Roux, dan Robin L.


(2007). Keperawatan Medikal Bedah
(Medical-Surgical Nursing). Jakarta:
Salemba Empat.

Depkes RI, 2014. Angka Kejadian Kecelakaan


di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI.

Nurdin, Suhartati. 2013. Pengaruh Teknik


Relaksasi terhadap Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Operasi Fraktur di Ruang
Irnina Ablu RSUP Prof. Dr. F.D. Kandou
Manado. Jurnal. http://www.ejournal.
unsrat.ac.id. Diakses tanggal 13
November 2016.

Pinandita, Iin, Purwanti E dan Utoyo B. 2012.


Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada
Pasien Post Operasi Laparatomi. Jurnal
Ilmiah Keperawatan. Volume. 8. No. 1.
Februari 2012.

Prasetyo, Sigit Niam. 2010. Konsep dan Prosep


Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Zees, Rini Fahriani. 2012. Pengaruh Teknik


Relaksasi terhadap Respon Adaptasi
Nyeri pada Pasien Appendektomi di
Ruang G2 Lantai II Kelas III BLUD RSU
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Jurnal. http://www.ejurnal.ung.ac.id.,
diakses pada 14 November 2016.

15
16

Anda mungkin juga menyukai