Anda di halaman 1dari 35

SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Pokok Bahasan : Kegiatan Pendidikan Kesehatan tentang


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Sub Pokok Bahasan : Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), APD,
Luka Bakar, Peregangan
Pembimbing : Ns. Chandra Tri Wahyudi, M.Kes., M.Kep
Tempat : Pabrik Kerupuk Jamrud terletak di Jl. H. Muin RT
5/ RW 9 Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis,
Depok
Sasaran : Pekerja pabrik
Waktu : 75 Menit
Tanggal : 19 September 2021

I. Tujuan Penyuluhan Umum:


Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) serta peregangan selama 1 x 75 menit, sasaran memahami
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

II. Tujuan Penyuluhan Khusus:


Sasaran mampu:
1. Menjelaskan Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. Menjelaskan Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Menyebutkan Bahaya Yang Dapat Terjadi Pada Pekerja
4. Menyebutkan Kriteria Alat Pelindung Diri
5. Menyebutkan Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Yang digunakan oleh
pekerja pembuatan kerupuk
6. Menjelaskan Definisi Luka Bakar
7. Menyebutkan Penyebab Luka Bakar
8. Menjelaskan Klasifikasi Luka Bakar
9. Menjelaskan Fase combustio/luka bakar
10. Menyebutkan Komplikasi luka bakar
11. Menyebutkan Zona Respon luka bakar
12. Menjelaskan pertolongan pertama pada luka bakar
13. Menjelaskan Penutupan luka bakar
14. Menjelaskan tujuan melakukan peregangan
15. Menjelaskan durasi untuk melakukan peregangan
16. Mempraktikkan Gerakan peregangan

III. Materi:
1. Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Bahaya Yang Dapat Terjadi Pada Pekerja
4. Kriteria Alat Pelindung Diri
5. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Yang digunakan oleh pekerja
pembuatan kerupuk
6. Definisi Luka Bakar
7. Penyebab Luka Bakar
8. Klasifikasi Luka Bakar
9. Fase combustio/luka bakar
10. Komplikasi luka bakar
11. Zona Respon luka bakar
12. Pertolongan pertama pada luka bakar
13. Penutupan luka bakar
14. Tujuan melakukan peregangan
15. Durasi untuk melakukan peregangan
16. Gerakan peregangan

IV. Nama-nama Penyuluh


 Penyuluh
MC: Puspa
Moderator: Risma
Pemateri: Arkianti dan Sintia
Kameramen : Lilis

V. Metode:
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. Media:
1. Flipchart
2. Leaflet

1 Kegiatan
VII.

Waktu Kegiatan
No Tahap
(menit) Penyuluh Peserta
Pembukaan 10 menit  Mengucapkan  Menjawab
salam salam
 Memperkenalkan  Memperhatikan
diri dan menyetujui
 Menjelaskan kontrak waktu
tujuan dan kontrak  Menyampaikan
waktu pendapat
 Sambutan  Mendengarkan
sambutan
Inti 45 Menjelaskan materi  Memperhatikan
2
menit(materi), tentang: penjelasan
5 menit  Definisi materiyang
(peregangan), Keselamatan Dan diberikan
dan 10 menit Kesehatan Kerja  Mengikuti
(tanya jawab)  Tujuan peregangan
Keselamatan dan yang diajarkan
Kesehatan Kerja  Memberikan
 Bahaya Yang pertanyaan
Dapat Terjadi  Memperhatikan
Pada Pekerja jawaban
 Kriteria Alat
Pelindung Diri
 Jenis-Jenis Alat
Pelindung Diri
Yang digunakan
oleh pekerja
pembuatan
kerupuk
 Definisi Luka
Bakar
 Penyebab Luka
Bakar
 Klasifikasi Luka
Bakar
 Fase
combustio/luka
bakar
 Komplikasi luka
bakar
 Zona Respon luka
bakar
 Pertolongan
pertama pada luka
bakar
 Penutupan luka
bakar

 Peregangan
 Tujuan
melakukan
peregangan
 Durasi untuk
melakukan
peregangan
 Gerakan
peregangan

 Sesi Tanya Jawab


3. Penutup 5 menit  Menyimpulkan  Memperhatikan
materi  Mengikuti
 Evaluasi evaluasi
 Mengucapkan  Menjawab salam
salam

VIII. Evaluasi: (Cara, Jenis, Waktu, Soal )


Cara : Tanya jawab
Jenis : Lisan
Waktu : Setelah dilakukan penyuluhan
Soal :
 Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
 Bahaya Yang Dapat Terjadi Pada Pekerja
 Kriteria Alat Pelindung Diri
 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Yang digunakan oleh pekerja pembuatan
kerupuk
 Definisi Luka Bakar
 Penyebab Luka Bakar
 Klasifikasi Luka Bakar
 Fase combustio/luka bakar
 Komplikasi luka bakar
 Zona Respon luka bakar
 Pertolongan pertama pada luka bakar
 Penutupan luka bakar
 Tujuan melakukan peregangan
 Durasi untuk melakukan peregangan
 Gerakan peregangan

Jakarta, 19 September 2021


Penyuluh

Kelompok

Lampiran Materi
Materi Penyuluhan Kesehatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


Menurut Undang-undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun 1960, Bab I Pasal
2, keadaan sehat diartikan sebagai kesempurnaan yang meliputi keadaan jasmani,
rohani dan kemasyarakatan, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit,
cacat dan kelemahankelemahan lainnya. Dessler (2007) menjelaskan bahwa
penyakit kerja merupakan suatu kondisi abnormal atau suatu penyakit yang
disebabkan oleh kerentanan terhadap faktor lingkungan yang terkait dengan
pekerjaan. Dalam hal ini meliputi meliputi penyakit akut dan kronis yang
disebakan oleh pemafasan, penyerapan, pencernaan, atau kontak langsung dengan
bahan kimia beracun atau pengantar yang berbahaya. Definisi Keselamatan dan
kesehatan kerja pada umumnya dibagi menjadi 3 antara lain definisi menurut
Filosofi, keilmuan dan menurut standar OHSAS 18001:2007.
a. Definsi menurut filosofi
Mangkunegara (2001) menjelaskan bahwa keselamatan dan kesebatan
kerja merupakan suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
kesempurnaan dan keutuhan baik jasmani maupun kerohanian tenaga
kerja pada khusunya, dan manusia pada umumnya.
b. Definisi menurut keilmuan
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu cabang ilmu
pengetahuan dan penerapan yang mempelajari tentang cara mencgah
terjadinya kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja atau PAK, kebakaran,
peledakan, dan pencemaran lingkungan.
c. Definiai menurut stander OHSAS 18001 :2007
Keselamatan dan keschatan kerja yaitu semua kondisi dan factor yang
dapat berdampak pada keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja
maupun orang lain. Jadi dapat disimpilkan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja adalah suaty bentuk usaha atau upaya bagi setiap pekerja
untuk memperoleh jaminan atas keselamatan dan keschatan kerja dalam
melaksanakan pekerjaan, dimana pekerjaan tersebut dapal mengancam
dirinya, orang lain dan lingkungan sekitarnya.

Adapun tujuan dari keselamatan kerja menurut Suma’mur (1981) yaitu :


• Para pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
• Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan
sebaikbaiknya. 3. Agar semua hasil produksi terpelihara keamanannya.
• Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan gizi pegawai.
• Agar dapat meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.
• Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
kerja.
• Agar pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

Peraturan Undang-Undang tentang Keselamatan dan kesehatan Kerja perlu


disosialisasikan baik itu kepada tenaga kerja maupun pengusaha agar semua
memshami aturan terutama mengenai hak dan kewajiban. Adapun sumber hukum
peraturan perundangundangan tentang keselamatan dan Kesehatan Kerja antara
lain :
1) UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) menjelaskan bahwa “Tiap warga Negara berhak
atas pekerjaan dan penghidupan yang layak begi kemanusiaan”.
2) UU RI No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. UU tersebut mempertegas
perlindungan tenaga kerja terhadap aspek keselamatan dan kesehatan kerja
yang terdapat dalam pasal 86 dan 87.
1. Bahaya Yang Dapat Terjadi Pada Pekerja
1) Terkena percikan minyak pada saat proses penggorengan.
2) Resiko tersandung dan terpeleset karena banyak kayu bakar yang tidak
tersusun rapi, peralatan yang tidak tersusun rapi, dan kondisi tanah yang tidak
rata dan licin.
3) Resiko sesak nafas bagi pekerja akibat asap yang berasal dari proses
perebusan kerupuk.
4) Resiko mata perih saat bekerja yang diakibatkan karena asap perebusan
kerupuk karena lingkungan yang masih berupa tanah, dan tidak higienis,
dikhawatirkan akan mencemari produksi kerupuk yang dihasilkan yang dapat
mengakibatkan bahaya bagi kesehatan konsumen.
5) Resiko kelelahan karena para pekerja bekerja mulai dari pukul 08.00 — 17.00
WIB
6) Resiko mudahnya terserang penyakit saluran cerna bila pekerja tidak
membiasakan mencuci tangan sebelum dan setelah melakukan pekerjaan.

Kepatuhan pemakaian Alat pelindung Diri (APD)


Kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi,
standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas yang diterbitkan oleh
organisasi yang berwenang. Azwar menyatakan seseorang dikatakan patuh
apabila ia dapat memahami, menyadari dan menjalankan peraturan yang
telah ditetapkan, tanpa paksaan dari siapapun (Wesiklopedia, 2005).
2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan
Menurut Notoatmodjo faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan
pemakain Alat Pelindung Diri (APD) adalah a. Pendidikan b. Masa kerja
Alat Pelindung Diri (APD) Alat Pelindung Diri adalah seperangkat alat
keselamatan yang digunakan oleh pekerja untuk melindungi seluruh atau
seabagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi bahaya
lingkungan kerja terhadap kecelakaandan penyakit akibat kerja (Tarwaka,
2008).
3. Kriteria Alat Pelindung Diri
Berdasarkan aspek-aspek tersebut diatas, maka perlu diperhatikan pula
beberapa. kriteria dalam pemilihan alat pelindung diri sebagai berikut
(Tarwaka, 2008) :
1. Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif kepada
pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi ditempat kerja.
2. Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin, nyaman
dipakai dan tidak menjadi beban tambahan bagi pemakainya.
3. Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis
bahayanya maupun kenyamanan dan pemakaiannya.

4. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Yang digunakan oleh pekerja


pembuatan kerupuk
1. Alat pelindung tangan (Sarung tangan)
Tujuan utama penggunaan s arung tangan adalah melindungi tangan dari
benda keras tajam selama menjalankan kegiatan nya. Salah satu kegiatan
yang memerlukan sarung tangan adalah menggoreng kerpuk. Pekerjaan
yang sifatnya berulang seperti menggoreng kerupuk secara terus-
menerus dapat mengakibatkan lecet pada tangan dan beresiko terkena
luka bakar.
Cara perawatan sarung tangan
(1) Gunakan deterjen ringan, tanpa pemutih dan pelembut untuk
menjaga keawetan sarung tanan b. Hindari mencuci sarung tangan
menggunakan mesin cuci atau dengan teknik dry clean − teknik
pencucian tanpa air dan hanya menggunakan bahan kimia solvent
atau pelarut sebagai pengganti air untuk mencucinya.
(2) Gunakan air hangat, air dingin atau air bersuhu normal untuk
mencuci sarung tangan, tergantung jenis bahan sarung tangan.
Hindari mengeringkan sarung tangan menggunakan mesin
pengering pakaian kecuali atas rekomen dari produsen.
(3) Cuci sarung tangan secara terpisah dengan APD lainnya

5. Alat pelindung pernafasan (Masker)


Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja pembuatan
kerupuk sanjai mengingat kondisi lokasi pembuatan kerupuk sanjai itu
sediri. Berbagai material berukuran besar sampai sangat kecil yang
merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya debu – debu saat penjemuran
kerupuk dan asap dari tunggu kayu yang bisa menyebabkan gangguan
pernafasan.
Cara pemakaian masker yang benar
i) Sebelum menyentuh masker, cuci tangan dengan air dan sabun atau
handsanitizer
ii) Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda kotoran atau
lubang/sobekan pada setiap sisi masker.
iii) Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya kawat hidung
(nose piece) dan tempatkan pada bagian atas.
iv) Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker, sisi luar biasanya
ditandai dengan bagian yang berwarna dan memiliki permukaan yang
lebih kasar serta arah lipatan menghadap kebawah, sedangkan sisi
dalam biasanya berwarna putih dan memiliki permukaan yang lebih
halus.
v) Ikuti instruksi di bawah ini untuk berbagai tipe masker yang
digunakan: Masker dengan karet telinga: gantung masker dengan
melingkarkan karet pada setiap telinga.Masker dengan tali pengikat:
Letakkan sisi atas masker pada batas atas hidung dan ikatkan tali
bagian atas pada belakang atas kepala anda.
vi) Tempelkan dan bentuk kawat hidung (nose piece) mengikuti lekuk
hidung anda.
vii) Jika menggunakan masker dengan tali pengikat, ikatkan tali bagian
bawah pada belakang leher.
viii) Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh mulut dan
dagu anda

6. Alat pelindung badan (Celemek)


Digunakan untuk melindungi seluruh atau bagian tubuh dari percikan api
atau suhu panas.Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi
sebagian tubuh pemakainya yaitu mulai daerah dada sampai lulut atau
overall yaitu menutupi suluruh bagian tubuh.
Cara pemakaian celemek yang benar
i) Cuci tangan sebelum menggunakan celemek
ii) Pegang tali pengantung celemek dan masukkan melalui kepala
iii) Kedua tali pada sisi kiri dan kanan diikat pada bagian belakang,
dengan ikatan yang mudah dilepas (ikatan tali kupu-kupu)
iv) Perhatikan cara memegang celemek dengan tangan sesedikit mungkin.

Luka Bakar
Luka bakar (combus) adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas,
arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam (Padila : 2012). Luka bakar (combustio) adalah
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan
tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem
tubuh (Nina, 2008).
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang
sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi)
atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis
(atau penyebab lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras
energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan
(Moenadjat, 2009).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja
hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif
(PRECISE, 2011)
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :

1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien –
pasien luka bakar
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui
penanganan dini, spesialistik serta individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan
rekontruksi dan program rehabilitasi (brunner & suddarth vol
3:1912

2) Etiologi
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan evaluasi dan penanganan. Menurut Moenadjat (2005) luka
bakar dapat dibedakan menjadi 4 macam, antara lain:
i) Paparan Api (Thermal Burn)
Api (Flame)
Flame terjadi akibat kontak langsung antara jaringan .dengan
api terbuka, sehingga menyebabkan cedera langsung ke .jaringan
tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu .baru
mengenai tubuh. Serat alami pada pakaian memiliki
.kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
.cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
.tambahan berupa cedera kontak (Moenadjat, 2005).

(1) Benda Panas (Kontak)

Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda .panas. Luka


bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang .mengalami
kontak (Moenadjat, 2005).
b) Scald (Air Panas)

Semakin kental cairan dan lama waktu kontaknya,


.menimbulkan kerusakan yang semakin besar. Luka disengaja
.atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka
.bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan
.pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
.Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka.melibatkan
keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial
.dengan garis yang menandai permukaan cairan (Moenadjat, .2005).

3) Bahan Kimia (Chemical Burn)

Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam,
basa, dan bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
jumlah jaringan yang terpapar menentukan luasnya injury. Luka
bakar kimia terjadi karena kontak dengan zat-zat pembersih yang
sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat
kimia yang dipergunakan dalam bidang industri dan pertanian
(Moenadjat, 2005).

4) Listrik (Electrical Burn)

Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari


energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka
dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya tegangan (voltage) dan
cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh (Moenadjat,
2005).
5) Radiasi (Radiasi Injury)

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar matahari atau


terpapar sumber radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri (Moenadjat, 2005).
- Klasifikasi

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain:

1. Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab


a. Luka Bakar Termal

Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas,


.kontak dengan benda padat panas seperti lilin atau rokok,
kontak .dengan zat kimia dan aliran listrik (WHO, 2008).
b. Luka Bakar Inhalasi

Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas,


cairan panas atau .produk berbahaya dari proses pembakaran
yang tidak sempurna .(WHO, 2008).

- Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman


Luka Bakar A .Derajat I (superficial partial-
thickness)
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka
.bakar derajat I sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan
.parut saat remodeling (Barbara et al., 2013).
B. Derajat II (deep partial-thickness)

Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan


.sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan,
.sedikit edema dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik,
luka .bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari dan
akan .meninggalkan jaringan parut (Barbara et al., 2013).

C. Derajat III (full thickness)

Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit,


.termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan
.tampak kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis,
.dengan tampilan luka yang beragam dari warna putih, merah
terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan
.biasanya terbatas akibat hancurnya ujung saraf pada dermis.
.Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya
.membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).

- Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka

Luas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya:

a. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas


<10% .atau derajat II dengan luas <2%.
b. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10- .
15% atau derajat II dengan luas 5-10%.
c. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas
>20% .atau derajat III dengan luas >10%
Untuk menilai luas luka menggunakan metode Rules of nine
berdasarkan luas permukaan tubuh total. Luas luka bakar
ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan
prognosis. Persentase pada orang dewasa dan anak-anak
berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk
ektremitas atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk
bagian tubuh anterior dan posterior serta ekstremitas bawah
memiliki nilai masing-masing 18%, yang termasuk adalah
toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%.
Sedangkan pada anak-anak persentasenya berbeda pada kepala
memiliki nilai 18% dan ektremitas bawah 14% (Yapa, 2009).

- Fase Combustio/Luka Bakar

1. Fase akut.

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
2. Fase sub akut.

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi


adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga
sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
a. Proses inflamasi dan infeksi.
b. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka
telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur
atau organ – organ fungsional.
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase lanjut.

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut


akibat luka

dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang


muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
C. Manisfestasi klinis

Kedalaman Bagian Gejala Penampilan Perjalanan


dan Kulit Luka Kesembuhan
Penyebab Yang
Luka Bakar terkena
Derajat Satu Epidermis Kesemutan Memerah;me Kesembuhan
Tersengat Hiperestesia njadi putih lengkap dalam
matahari (super jika ditekan waktu satu
Terkena Api sensitive) Minimal atau minggu
dengan Rasa nyeri tanpa edema Pengelupasan
intensitas mereda jika kulit
rendah didinginkan
Derajat Dua Epidermis Nyeri Melepuh, Kesembuhan
Tersiram air dan Hiperestesia dasar luka luka dalam
mendidih Bagian Sensitif berbintik – waktu 2 – 3
Terbakar oleh Dermis terhadap udara bintik minggu
nyala api yang dingin merah,epider Pembentukan
mis retak, parutdan
permukaan depigmentasi
luka basah Infeksi dapat
Edema mengubahnya
menjadi derajat
tiga
Derajat Tiga Epidermis, Tidak terasa Kering ;luka Pembentukan
Terbakar Keseluruh nyeri Syok bakarberwarn eskar
nyala api an Dermis Hematuri dan a putih Diperlukan
Terkena dan kemungkinan seperti badan pencangkokan
cairan kadang – hemolisis kulit atau Pembentukan
mendidih kadang Kemungkin berwarna parut dan
dalam waktu jaringan terdapat luka gosong. hilangnya
yang lama subkutan masuk dan Kulit retak kountur serta
Tersengat keluar (pada dengan fungsi kulit.
arus listrik luka bakar bagian kulit Hilangnya jari
listrik)a yang tampak tangan atau
edema ekstermitas
dapat terjadi

- KOMPLIKASI
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome

Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi


dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien.
4. Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-


tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat
mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat
stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai
oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang
berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
5. Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan
hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat.
Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan
status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah,
curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut
nadi.
6. Gagal ginjal akut

Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi


cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin
terdektis dalam urine.

Patofisiologi
Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan
kerusakan lokal tetapi memiliki efek systemic. Perubahan ini khusus
terjadi pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka yang
disebabkan oleh cedera lainnya. Karena efek panas terdapat
perubahan systemic peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke ruang interstitial.
Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma maksimal
muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah
48 jam permeabilitas kapiler kembali kembali normal atau
membentuk trombus yang menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi
darah. Hilangnya plasma merupakan penyebab hypovolemic shock
pada penderita luka bakar. Jumlah kehilangan cairan tergantung
pada luas luka bakar pada permukaan tubuh yang dihitung dengan
aturan Wallace rules of 9 pada orang dewasa dan Lund dan
Browder grafik pada orang dewasa dan anak-anak. Orang dewasa
dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari
10% dapat terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak
memadai. Peningkatan permeabilitas kapiler secara systemic tidak
terjadi pada luka lainnya. Hanya terdapat reaksi lokal pada lokasi
luka karena inflamasi menyebabkan vasodilation progresif persisten
dan edema. Hypovolemic shock yang terjadi pada trauma lain
disebabkan hilangnya darah dan membutuhkan tranfusi segera (Tiwari,
2012). Saat terjadi kontak antara sumber panas dengan kulit, tubuh
memberikan respons untuk mempertahankan
homeostasis dengan proses kontraksi,
retraction dan koagulasi pembuluh darah.
Menurut Hettiaratchy dan Dziewulski (2005)
mengklasifikasikan zona respons lokal akibat luka bakar yaitu

A. Zona Koagulasi

Terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar, yang


.terbentuk dari koagulasi protein akibat cedera panas, berlokasi
ditengah .luka bakar, tempat yang langsung mengalami kerusakan
dan kontak .dengan panas (Hettiaratchy dan Dziewulski, 2005).
. Zona Stasis

Pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan endotel pembuluh


.darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi
.gangguan perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan
respons .inflamasi lokal, yang berisiko iskemia jaringan. Zona ini
dapat menjadi .zona hyperemis jika resuscitation diberikan adekuat
atau menjadi zona .koagulasi jika resuscitation diberikan tidak
adekuat (Hettiaratchy dan .Dziewulski, 2005).
c. Zona Hiperemis

Terdapat pada daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera
.sel yang ringan, ikut mengalami reaksi berupa vasodilation dan
terjadi peningkatan aliran darah sebagai respons cedera luka bakar.
Zona ini .bisa mengalami penyembuhan spontan atau berubah
menjadi zona statis. Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap
invasi mikroba .serta jaringan nekrotik dan eksudat menjadi media
pendukung .pertumbuhan mikroorganisme, sehingga berisiko
terjadinya infeksi. .Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko
infeksi (Hettiaratchy dan Dziewulski, 2005).

Luka bakar biasanya steril pada saat cedera. Panas yang


menjadi .agen penyebab membunuh semua mikroorganisme pada
permukaan. .Setelah minggu pertama luka bakar cenderung
mengalami infeksi, .sehingga membuat sepsis luka bakar sebagai
penyebab utama kematian .pada luka bakar. Sedangkan luka lain
misalnya luka gigitan, luka .tusukan, crush injury dan excoriation
terkontaminasi pada saat terjadi .trauma dan jarang menyebabkan
sepsis secara systemic (Tiwari, 2012)

F. Penatalaksanaan

- Non-operatif

Pada 6 jam pertama luka bakar merupakan fase kritis. Rujuk segera
pasien yang mengalami luka bakar parah ke rumah sakit. Berikut
langkah –langkah yang dilakukan untuk pertolongan pertama pada
luka bakar, antara lain (WHO, 2003)

- Jika pasien belum mendapatkan pertolongan pertama, alirkan air


dingin pada luka bakar pasien untuk mencegah kerusakan lebih jauh
dan melepaskan pakaian yang terbakar.
- Jika luka bakar terbatas, kompres dengan air dingin selama 30 menit
untuk mengurangi nyeri, edema dan meminimalisasi kerusakan
jaringan.
- Jika luka bakar luas, setelah dialirkan air dingin, pasang pembalut
yang bersih pada daerah luka untuk mencegah hipotermia.
1. Initial Treatment Wound Care :

 Luka bakar harus steril.

 Pemberian profilaksis tetanus.

 Bersihkan semua bulla, kecuali pada luka bakar yang sangat kecil.

 Eksisi dan lakukan debridement pada jaringan nekrosis yang


menempel.

 Setelah di-debridement, bersihkan luka bakar dengan larutan


chlorhexidine 0.25% (2.5g/liter), 0.1% (1g/liter) larutan
cetrimide, atau antiseptik lain yang berbahan dasar air (CEPDR,
2013).

 Jangan menggunakan larutan berbahan dasar alkohol.

 Gosok dengan hati – hati jaringan nekrotik yang longgar. Berikan


lapisan tipis krim antibiotik (silver sulfadiazine) .

 Balutkan kain kasa pada luka. Gunakan kasa kering yang tebal
untuk mencegah terjadinya kebocoran pada lapisan luar.
2. Daily Treatment Wound Care

 Ganti balutan kasa setiap hari (dua kali sehari jika


memungkinkan) atau sesering mungkin untuk mencegah terjadinya
kebocoran cairan.

 Inspeksi luka, ada perubahan warna atau tidak yang


mengindikasikan adanya infeksi.

 Demam dapat muncul hingga luka tertutup


- Silver sulfadiazine (1% ointment), diaplikasikan pada selapis balutan
kasa, memiliki kemampuan penetrasi ke dalam jaringan parut yang
terbatas, dan dapat menyebabkan neutropenia.
- Mafenide acetate (11% ointment), diaplikasikan tanpa balutan kasa,
memiliki kemampuan penetrasi ke dalam jaringan parut yang lebih
baik, dapat menyebabkan asidosis (WHO, 2003). Trauma luka bakar
kurang dari 20% LPTT hanya mengalami sedikit kehilangan cairan,
sehingga secara umum dapat diresusitasi dengan hidrasi oral kecuali
pada kasus luka bakar pada wajah, tangan, area genital atau luka
bakar yang terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Saat ini
rekomendasi untuk memberikan cairan resusitasi secara
intravaskular yaitu ketika area luka lebih besar dari 20%. Salah satu
rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah cairan yang
diberikan pada trauma luka bakar adalah rumus Brooke yang
termodifikasi yaitu dalam 24 jam pertama cairan Ringer Laktat 2
ml/kg BB/% area luka bagi pasien dewasa dan 3 ml/kg BB/% area
luka bagi pasien anak-anak. Selanjutnya, untuk 24 jam berikutnya
diberikan cairan koloid dengan dosis 0,3 – 0,5 ml/kg/BB/% area luka
(Haberal et al., 2010).
- Operatif

Luka bakar sirkumferensial derajat III pada ekstremitas dapat


menyebabkan gangguan vaskular. Hilangnya sinyal ultrasound
Doppler pada arteri ulnar dan radialis merupakan indikasi
dilakukannya eskaratomi pada ekstremitas atas. Hilangnya sinyal
arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior mengindikasikan
dilakukannya eskaratomi pada ekstremitas bawah (Edlich, 2015).
Setelah terjadinya trauma luka, peningkatan tekanan jaringan
interstitial akan meyumbat aliran vena, baru kemudian aliran kapiler
arteri. Dalam periode 3 hingga 8 jam dibutuhkan untuk terjadinya
edema yang akan meningkatkan tekanan jaringan. Ketika tekanan
kompartemen jaringan lebih besar daripada 40 mmHg, eskaratomi
pada luka bakar derajat III akan mencegah terjadinya trauma iskemik
berlanjut. Perlu diingat bahwa penyebab umum tidak adanya denyut
nadi pada ekstremitas diakibatkan karena hipovolemik dengan
vasokonstriksi perifer, bukan akibat dari tekanan interstitial (Edlich,
2015).
Eskaratomi dilakukan pada bagian medial dan lateral ekstremitas
yang memanjang sesuai dengan ukuran panjang eskar (jaringan yang
nekrosis). Insisi dibuat menggunakan skalpel. Akibat lamanya
gangguan vaskular yang terjadi, eskaratomi dapat menyebabkan
trauma reperfusi pada ekstremitas dengan hiperemis reaktif dan
edema pada otot kompartemen. Pada kasus tersebut, fasiotomi
diperlukan untuk mengembalikan perfusi jaringan terhadap
ekstremitas (Edlich, 2015).

Pertolongan Pertama Pada Pasien Dengan Luka Bakar


a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya
dengan menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk
menghentikan pasokan oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek
panas pada tubuh, karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera
menjadi oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air
atau menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya
lima belas menit. Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan
suhu tinggi berlangsung terus setelah api dipadamkan sehingga
destruksi tetap meluas. Proses ini dapat dihentikan dengan
mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan suhu dingin
ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih
luas karena bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan
langsung pada luka bakar apapun.

Evaluasi awal
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen
spesifik luka bakar pada survey sekunder. Saat menilai ‘airway”
perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan
sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada
wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental.
Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal,
kemudian beri Oksigen melalui mask face atau endotracheal tube.Luka
bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari luka tumpul
akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus
dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun
perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama
dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah
cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk
menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu
mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih
biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness),
sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full
thickness)

1. Perawatan Luka Bakar


Setelah keadaan umum membaik dan telah dilakukan resusitasi cairan
dilakukan perawatan luka. Perawatan tergantung pada karakteristik dan
ukuran dari luka. Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera
sembuh rasa sakit yang minimal. Setelah luka dibersihkan dan di
debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan
epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau jamur. Kedua,
luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak
hipotermi. Ketiga, penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin agar
pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit

Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat luka bakar.


a. Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya
barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu di balut, cukup
dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan
melembabkan kulit. Bila perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen,
Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
b. Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap
harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik, kemudian
dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik.
Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup luka sementara yang
terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft
(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane,
transcyte, integra)
c. Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi
awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting )
2. Nutrisi
Penderita luka bakar membutuhkan kuantitas dan kualitas yang berbeda
dari orang normal karena umumnya penderita luka bakar mengalami
keadaan hipermetabolik. Kondisi yang berpengaruh dan dapat
memperberat kondisi hipermetabolik yang ada adalah:
a. Umur, jenis kelamin, status gizi penderita, luas permukaan tubuh,
massa bebas lemak.
b. Riwayat penyakit sebelumnya seperti DM, penyakit hepar berat,
penyakit ginjal dan lain-lain.
c. Luas dan derajat luka bakar
d. Suhu dan kelembaban ruangan ( memepngaruhi kehilangan panas
melalui evaporasi)
e. Aktivitas fisik dan fisioterapi
f. Penggantian balutan
g. Rasa sakit dan kecemasan
h. Penggunaan obat-obat tertentu dan pembedahan
3. Antimikroba
Dengan terjadinya luka mengakibatkan hilangnya barier pertahanan kulit
sehingga memudahkan timbulnya koloni bakteri atau jamur pada luka.
Bila jumlah kuman sudah mencapai 105 organisme jaringan, Kaman
tersebut dapat menembus ke dalam jaringan yang lebih dalam kemudian
menginvasi ke pembuluh darah dan mengakibatkan infeksi sistemik yang
dapat menyebabkan kematian. Pemberian antimikroba ini dapat secara
topikal atau sistemik. Pemberian secara topikal dapat dalam bentuk salep
atau cairan untuk merendam. Contoh antibiotik yang sering dipakai : Salep
: Silver sulfadiazine, Mafenide acetate, Silver nitrate, Povidone-iodine,
Bacitracin (biasanya untuk luka bakar grade I), Neomycin, Polymiyxin B,
Nysatatin, mupirocin , Mebo
4. Kontrol Rasa Sakit
Rasa sakit merupakan masalah yang signifikan untuk pasien yang
mengalami luka bakar untuk melalui masa pengobatan. Pada luka bakar
yang mengenai jaringan epidermis akan menghasilkan rasa sakit dan
perasaan tidak nyaman. Dengan tidak terdapatnya jaringan epidermis
(jaringan pelindung kulit), ujung saraf bebas akan lebih mudah tersensitasi
oleh rangsangan. Pada luka bakar derajat II yang dirasakan paling nyeri,
sedangkan luka bakar derajat III atau IV yang lebih dalam, sudah tidak
dirasakan nyeri atau hanya sedikit sekali. Saat timbul rasa nyeri terjadi
peningkatan katekolamin yang mengakibatkan peningkatan denyut nadi,
tekanan darah dan respirasi, penurunan saturasi oksigen, tangan menjadi
berkeringat, flush pada wajah dan dilatasi pupil
Pasien akan mengalami nyeri terutama saat ganti balut, prosedur operasi,
atau saat terapi rehabilitasi. Dalam kontrol rasa sakit digunakan terapi
farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi yang digunakan
biasanya dari golongan opioid dan NSAID. Preparat anestesi seperti
ketamin, N2O (nitrous oxide) digunakan pada prosedur yang dirasakan
sangat sakit seperti saat ganti balut. Dapat juga digunakan obat psikotropik
sepeti anxiolitik, tranquilizer dan anti depresan. Penggunaan
benzodiazepin dbersama opioid dapat menyebabkan ketergantungan dan
mengurangi efek dari opioid.
5. Permasalahan Pada Pasca Luka Bakar
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang
dapat berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat
mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan
cacat estetik yang buruk sekali sehingga diperlukan juga ahli ilmu jiwa
untuk mengembalikan kepercayaan diri.
6. Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka bakar:
a. Infeksi dan sepsis
b. Oliguria dan anuria
c. Oedem paru
d. ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
e. Anemia
f. Kontraktur

Melakukan Peregangan
Melakukan peregangan otot dengan teknik yang benar berguna meningkatkan
kelenturan tubuh dan mengurangi risiko cedera saat berolahraga dan beraktivitas
sehari-hari. Jika Anda belum pernah berlatih peregangan, mulailah dengan
melakukan gerakan dasar. Peregangan otot boleh dilakukan sesudah berlatih
pemanasan, misalnya setelah berjalan cepat beberapa menit atau selesai
berolahraga. Untuk meningkatkan kelenturan otot, latihan peregangan boleh
dilakukan setiap hari atau 3-4 kali seminggu. Jika gerakan dasar sudah dikuasai
dengan baik, lanjutkan dengan berlatih peregangan untuk melenturkan kelompok
otot tertentu.
1. Melakukan Gerakan Dasar Peregangan untuk Meningkatkan Kelenturan
Tubuh

Lakukan peregangan punggung sambil berdiri dan melengkungkan tubuh ke


belakang. Letakkan telapak tangan di punggung bawah lalu condongkan tubuh ke
belakang untuk meregangkan otot. Setelah bertahan beberapa detik, kembali
berdiri tegak perlahan-lahan.[1] Lakukan gerakan ini 2-10 kali. Selain
melenturkan otot, latihan ini berguna mengatasi nyeri punggung.

2. Lakukan peregangan otot sisi tubuh untuk melenturkan otot secara


menyeluruh
Berdirilah tegak sambil merapatkan kedua telapak kaki. Rapatkan kedua telapak
tangan di depan dada lalu luruskan lengan ke atas sambil menarik napas.
Condongkan tubuh atas ke kanan dengan memiringkan tubuh dimulai dari
pinggang lalu bertahan sambil bernapas mengalir 5 putaran napas. Setelah
kembali berdiri tegak, lakukan gerakan yang sama ke kiri. Jangan memaksakan
diri jika saat ini Anda belum bisa memiringkan tubuh cukup jauh. Berlatihlah
secara teratur agar otot semakin lentur. Gerakan ini cukup dilakukan satu kali,
tetapi Anda boleh melakukannya beberapa kali sesuai kemampuan.

3. Lakukan peregangan otot bahu dan trisep.


Sambil berdiri tegak, dekatkan tangan kiri ke bahu kanan. Luruskan lengan kanan
ke atas lalu tekuk siku sambil mengarahkan telapak tangan kanan ke bahu kanan.
Kemudian, pegang siku kanan yang mengarah ke atas dengan tangan kiri lalu tarik
siku ke kiri perlahan-lahan untuk meregangkan bahu kanan dan trisep kanan.
Lakukan gerakan yang sama untuk meregangkan bahu kiri dan trisep kiri.

4. Lakukan peregangan pergelangan tangan dengan menekuk telapak tangan


ke atas dan ke bawah.
Luruskan lengan kiri ke depan dengan telapak tangan mengarah ke atas. Gunakan
tangan kanan untuk menarik telapak tangan kiri ke belakang sesuai kemampuan
lalu tahan selama 30 detik. Balik telapak tangan kiri lalu tarik lagi ke belakang
dengan tangan kanan dan tahan selama 30 detik. Lakukan langkah yang sama
untuk meregangkan pergelangan tangan kanan.

5. Lakukan peregangan otot dada dan punggung sambil berdiri di sudut


ruangan
Berdirilah menghadap sudut ruangan sambil merenggangkan kedua telapak kaki.
Pastikan Anda berdiri 50-60 cm dari sudut ruangan. Letakkan lengan bawah di
setiap sisi dinding dengan siku sedikit lebih rendah dari bahu. Condongkan tubuh
ke depan sejauh mungkin selama lengan tidak terasa nyeri lalu bertahan 30-60
detik. Jika Anda belum bisa mencondongkan tubuh jauh ke depan, tidak apa-apa.
Lakukan gerakan ini 3-5 kali sehari.
6. Peregangan bahu

1. Luruskan lengan kanan di depan dada dan tekuk tangan kiri di depannya
Tarik perlahan lengan kanan untuk memperdalam peregangan di bahu
2. Jika tidak merasakan regangan, coba turunkan bahu sedikit ke bawah
3. Tahan selama 15 hingga 30 detik, dan ganti dengan sisi yang lain
4. Ulangi satu hingga tiga kali pada setiap lengan

7. Peregangan otot punggung atas

Peregangan yang satu ini akan melatih kelenturan otot di sekitar punggung atas
dan area di sekitarnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Genggam kedua tangan, lalu tarik ke depan sejauh mungkin hingga
punggung dalam posisi melingkar atau membungkuk
2. Kontraksikan perut dan rasakan regangan di punggung bagian atas
3. Tahan selama 15 hingga 30 detik, ulangi satu sampai tiga kali

8. Peregangan kaki
Gerakan ini akan membantumu untuk menjaga keseimbangan, serta melatih
kelenturan paha, lutut, dan betis. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Berdiri dan berpegangan pada dinding atau belakang kursi untuk menjaga
keseimbangan awal, jika diperlukan
1. Tekuk satu kaki ke belakang
2. Pegang dan tarik telapak kaki hingga menempel ke bokong atau otot glutes
di sekitar pinggul
3. Tekan telapak kaki lebih dalam ke pinggul untuk peregangan yang optimal
4. Rasakan sensasi tarikan dan regangan di bagian depan kaki
5. Tahan selama 15 hingga 30 detik, lalu ulangi dengan kaki sebelahnya

Daftar Pustaka

James H. Holmes., David M. heimbach. 2005. Burns, in : Schwartz’s


Principles of
Surgery. 18th ed. McGraw-Hill. New York. P.189-216
St. John Ambulance. First aid: First on the Scene: Activity Book, Chapter
19
A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik.
Cetakan II. Jakarta : Salemba Mahardika.
Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. 2005. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R,
de Jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jogjakarata :
Percetakan Mediaction Publishing Jogjakarta

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah


Edisi 8.

Jakarta: EGC.

Doengoes, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta:


Aditya Media
Erick Chandowo. 2011. Laporan Pendahuluan Luka Bakar 3.
Available.on Herdman Heather. 2017. Diag nosis Keperawatan
NANDA. Jakarta : EGC

http://www.academia.edu/7710988/LAPORAN_PENDAHULUA
N_LUK A_ BAKAR_3 diakses tanggal 25 Oktober 2015

https://www.academia.edu/8542579/Askep_Luka_Bakar_Combu
stio_,dia kses tanggal 6 Oktober 2015

Huda Amin. 2017. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid II. Jakarta : EGC
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta:
EGC.

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC)


Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Lukman Abdul. 2011. Askep Luka Bakar Combustio. Available.on
Masoenjer,dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. FKUI. Jakarta :
Media
Aeuscullapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification


(NIC) Second Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Moenadjat Y. 2003. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;


2003.

Moorhead Sue. 2017. Nursing Interventions And Classifications. Jakarta :


EGC Nanda International. 2013.Aplikasi Asuhan Keperawata Berdasarkan
Diagnosa

Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1 & 2. Jakarata:

Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta:
EGC

Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. EGC. Jakarta. P 66-88

David, S. 2008. Anatomi Fisiologi Kulit dan Penyembuhan Luka. Dalam :


Surabaya Plastic Surgery. http://surabayaplasticsurgery.blogspot.com

James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.


Philadelphia. P 118-129

Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.


McGraw-Hill Companies. New York. P 245-25

Jerome FX Naradzay. http: // www. Emedicine. Com/ med/ Burns,


Thermal.

Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.

Benjamin C. Wedro. First Aid for Burns. http://www.medicinenet.com.

Anda mungkin juga menyukai