III. Materi:
1. Definisi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Bahaya Yang Dapat Terjadi Pada Pekerja
4. Kriteria Alat Pelindung Diri
5. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri Yang digunakan oleh pekerja
pembuatan kerupuk
6. Definisi Luka Bakar
7. Penyebab Luka Bakar
8. Klasifikasi Luka Bakar
9. Fase combustio/luka bakar
10. Komplikasi luka bakar
11. Zona Respon luka bakar
12. Pertolongan pertama pada luka bakar
13. Penutupan luka bakar
14. Tujuan melakukan peregangan
15. Durasi untuk melakukan peregangan
16. Gerakan peregangan
V. Metode:
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. Media:
1. Flipchart
2. Leaflet
1 Kegiatan
VII.
Waktu Kegiatan
No Tahap
(menit) Penyuluh Peserta
Pembukaan 10 menit Mengucapkan Menjawab
salam salam
Memperkenalkan Memperhatikan
diri dan menyetujui
Menjelaskan kontrak waktu
tujuan dan kontrak Menyampaikan
waktu pendapat
Sambutan Mendengarkan
sambutan
Inti 45 Menjelaskan materi Memperhatikan
2
menit(materi), tentang: penjelasan
5 menit Definisi materiyang
(peregangan), Keselamatan Dan diberikan
dan 10 menit Kesehatan Kerja Mengikuti
(tanya jawab) Tujuan peregangan
Keselamatan dan yang diajarkan
Kesehatan Kerja Memberikan
Bahaya Yang pertanyaan
Dapat Terjadi Memperhatikan
Pada Pekerja jawaban
Kriteria Alat
Pelindung Diri
Jenis-Jenis Alat
Pelindung Diri
Yang digunakan
oleh pekerja
pembuatan
kerupuk
Definisi Luka
Bakar
Penyebab Luka
Bakar
Klasifikasi Luka
Bakar
Fase
combustio/luka
bakar
Komplikasi luka
bakar
Zona Respon luka
bakar
Pertolongan
pertama pada luka
bakar
Penutupan luka
bakar
Peregangan
Tujuan
melakukan
peregangan
Durasi untuk
melakukan
peregangan
Gerakan
peregangan
Kelompok
Lampiran Materi
Materi Penyuluhan Kesehatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Luka Bakar
Luka bakar (combus) adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas,
arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan yang lebih dalam (Padila : 2012). Luka bakar (combustio) adalah
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan
tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem
tubuh (Nina, 2008).
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang
sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi)
atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis
(atau penyebab lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras
energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan
(Moenadjat, 2009).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap,
listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja
hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang
mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif
(PRECISE, 2011)
Ada empat tujan utama yang berhubungan dengan luka bakar :
1. Pencegahan
2. Implementasi tindakan untuk menyelamatkan jiwa pasien –
pasien luka bakar
3. Pencegahan ketidakmampuan dan kecacatan melalui
penanganan dini, spesialistik serta individual
4. Pemulihan atau rehabilitasi pasien melalui pembedahan
rekontruksi dan program rehabilitasi (brunner & suddarth vol
3:1912
2) Etiologi
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum
dilakukan evaluasi dan penanganan. Menurut Moenadjat (2005) luka
bakar dapat dibedakan menjadi 4 macam, antara lain:
i) Paparan Api (Thermal Burn)
Api (Flame)
Flame terjadi akibat kontak langsung antara jaringan .dengan
api terbuka, sehingga menyebabkan cedera langsung ke .jaringan
tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu .baru
mengenai tubuh. Serat alami pada pakaian memiliki
.kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik
.cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
.tambahan berupa cedera kontak (Moenadjat, 2005).
Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam,
basa, dan bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan
jumlah jaringan yang terpapar menentukan luasnya injury. Luka
bakar kimia terjadi karena kontak dengan zat-zat pembersih yang
sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat
kimia yang dipergunakan dalam bidang industri dan pertanian
(Moenadjat, 2005).
1. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa
saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran
pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma.
Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada
fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
2. Fase sub akut.
- KOMPLIKASI
1. Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal
2. Sindrom kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan
integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir
kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar.
Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal
menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3. Adult Respiratory Distress Syndrome
Patofisiologi
Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan
kerusakan lokal tetapi memiliki efek systemic. Perubahan ini khusus
terjadi pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka yang
disebabkan oleh cedera lainnya. Karena efek panas terdapat
perubahan systemic peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke ruang interstitial.
Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma maksimal
muncul dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah
48 jam permeabilitas kapiler kembali kembali normal atau
membentuk trombus yang menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi
darah. Hilangnya plasma merupakan penyebab hypovolemic shock
pada penderita luka bakar. Jumlah kehilangan cairan tergantung
pada luas luka bakar pada permukaan tubuh yang dihitung dengan
aturan Wallace rules of 9 pada orang dewasa dan Lund dan
Browder grafik pada orang dewasa dan anak-anak. Orang dewasa
dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari
10% dapat terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak
memadai. Peningkatan permeabilitas kapiler secara systemic tidak
terjadi pada luka lainnya. Hanya terdapat reaksi lokal pada lokasi
luka karena inflamasi menyebabkan vasodilation progresif persisten
dan edema. Hypovolemic shock yang terjadi pada trauma lain
disebabkan hilangnya darah dan membutuhkan tranfusi segera (Tiwari,
2012). Saat terjadi kontak antara sumber panas dengan kulit, tubuh
memberikan respons untuk mempertahankan
homeostasis dengan proses kontraksi,
retraction dan koagulasi pembuluh darah.
Menurut Hettiaratchy dan Dziewulski (2005)
mengklasifikasikan zona respons lokal akibat luka bakar yaitu
A. Zona Koagulasi
Terdapat pada daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera
.sel yang ringan, ikut mengalami reaksi berupa vasodilation dan
terjadi peningkatan aliran darah sebagai respons cedera luka bakar.
Zona ini .bisa mengalami penyembuhan spontan atau berubah
menjadi zona statis. Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap
invasi mikroba .serta jaringan nekrotik dan eksudat menjadi media
pendukung .pertumbuhan mikroorganisme, sehingga berisiko
terjadinya infeksi. .Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko
infeksi (Hettiaratchy dan Dziewulski, 2005).
F. Penatalaksanaan
- Non-operatif
Pada 6 jam pertama luka bakar merupakan fase kritis. Rujuk segera
pasien yang mengalami luka bakar parah ke rumah sakit. Berikut
langkah –langkah yang dilakukan untuk pertolongan pertama pada
luka bakar, antara lain (WHO, 2003)
Bersihkan semua bulla, kecuali pada luka bakar yang sangat kecil.
Balutkan kain kasa pada luka. Gunakan kasa kering yang tebal
untuk mencegah terjadinya kebocoran pada lapisan luar.
2. Daily Treatment Wound Care
Evaluasi awal
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka
akibat trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing
Circulation) yang diikuti dengan pendekatan khusus pada komponen
spesifik luka bakar pada survey sekunder. Saat menilai ‘airway”
perhatikan apakah terdapat luka bakar inhalasi. Biasanya ditemukan
sputum karbonat, rambut atau bulu hidung yang gosong. Luka bakar pada
wajah, oedem oropharyngeal, perubahan suara, perubahan status mental.
Bila benar terdapat luka bakar inhalasi lakukan intubasi endotracheal,
kemudian beri Oksigen melalui mask face atau endotracheal tube.Luka
bakar biasanya berhubungan dengan luka lain, biasanya dari luka tumpul
akibat kecelakaan sepeda motor. Evaluasi pada luka bakar harus
dikoordinasi dengan evaluasi pada luka-luka yang lain. Meskipun
perdarahan dan trauma intrakavitas merupakan prioritas utama
dibandingkan luka bakar, perlu dipikirkan untuk meningkatkan jumlah
cairan pengganti.
Anamnesis secara singkat dan cepat harus dilakukan pertama kali untuk
menentukan mekanisme dan waktu terjadinya trauma. Untuk membantu
mengevaluasi derajat luka bakar karena trauma akibat air mendidih
biasanya hanya mengenai sebagian lapisan kulit (partial thickness),
sementara luka bakar karena api biasa mengenai seluruh lapisan kulit (full
thickness)
Melakukan Peregangan
Melakukan peregangan otot dengan teknik yang benar berguna meningkatkan
kelenturan tubuh dan mengurangi risiko cedera saat berolahraga dan beraktivitas
sehari-hari. Jika Anda belum pernah berlatih peregangan, mulailah dengan
melakukan gerakan dasar. Peregangan otot boleh dilakukan sesudah berlatih
pemanasan, misalnya setelah berjalan cepat beberapa menit atau selesai
berolahraga. Untuk meningkatkan kelenturan otot, latihan peregangan boleh
dilakukan setiap hari atau 3-4 kali seminggu. Jika gerakan dasar sudah dikuasai
dengan baik, lanjutkan dengan berlatih peregangan untuk melenturkan kelompok
otot tertentu.
1. Melakukan Gerakan Dasar Peregangan untuk Meningkatkan Kelenturan
Tubuh
1. Luruskan lengan kanan di depan dada dan tekuk tangan kiri di depannya
Tarik perlahan lengan kanan untuk memperdalam peregangan di bahu
2. Jika tidak merasakan regangan, coba turunkan bahu sedikit ke bawah
3. Tahan selama 15 hingga 30 detik, dan ganti dengan sisi yang lain
4. Ulangi satu hingga tiga kali pada setiap lengan
Peregangan yang satu ini akan melatih kelenturan otot di sekitar punggung atas
dan area di sekitarnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Genggam kedua tangan, lalu tarik ke depan sejauh mungkin hingga
punggung dalam posisi melingkar atau membungkuk
2. Kontraksikan perut dan rasakan regangan di punggung bagian atas
3. Tahan selama 15 hingga 30 detik, ulangi satu sampai tiga kali
8. Peregangan kaki
Gerakan ini akan membantumu untuk menjaga keseimbangan, serta melatih
kelenturan paha, lutut, dan betis. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Berdiri dan berpegangan pada dinding atau belakang kursi untuk menjaga
keseimbangan awal, jika diperlukan
1. Tekuk satu kaki ke belakang
2. Pegang dan tarik telapak kaki hingga menempel ke bokong atau otot glutes
di sekitar pinggul
3. Tekan telapak kaki lebih dalam ke pinggul untuk peregangan yang optimal
4. Rasakan sensasi tarikan dan regangan di bagian depan kaki
5. Tahan selama 15 hingga 30 detik, lalu ulangi dengan kaki sebelahnya
Daftar Pustaka
Jakarta: EGC.
http://www.academia.edu/7710988/LAPORAN_PENDAHULUA
N_LUK A_ BAKAR_3 diakses tanggal 25 Oktober 2015
https://www.academia.edu/8542579/Askep_Luka_Bakar_Combu
stio_,dia kses tanggal 6 Oktober 2015
Huda Amin. 2017. Asuhan Keperawatan Praktis Jilid II. Jakarta : EGC
Huddak & Gallo. 2006. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta:
EGC.
Sjamsudiningrat, R & Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta:
EGC
Wim de Jong. 2005. Bab 3 : Luka, Luka Bakar : Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi 2. EGC. Jakarta. P 66-88