Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS SINUSITIS DI

RUANGAN RAJAWALI BAWAH RSUD ANUTAPURA PALU


KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH :

NAMA :EKAWATI
NIM : 2021032021

CI LAHAN CI INSTITUSI

Widyarti,S.Kep.Ns Ns. Ni Nyoman Elfiyunai,S.Kep.,M.Kes


NIK. 198512202010012012 NIK.

PROGRAM STUDI NERS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

SELULITIS

A. TINJAUAN TEORI SELULITIS


1. DEFINISI
Selulitis merupakan inflamasi jaringan subkutan dimana proses
inflamasi, yang umumnya dianggap sebagai penyebab adalah bakteri
S.aureus dan atau Streptococcus (Muttaqin Arif, 2017).
Selulitis biasa terjadi apabila sebelumnya terdapat gangguan yang
menyebabkan kulit terbuka, seperti luka, terbakar, gigitan serangga atau
luka operasi Selulitis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, namun bagian
tersering terkena selulitis adalah kulit di wajah dan kaki. Selulitis bisa
hanya menyerang kulit bagian atas, tapi bila tidak diobati dan infeksi
semakin berat, dapat menyebar ke pembuluh darah dan kelenjar getah
bening.
2. ANATOMI FISIOLOGI

Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena


posisinya yang terletak di bagian  paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2
dengan berat kira-kira 15% berat badan.
a. Lapisan Epidermis (kutikel)
Lapisan epidermis terdiri dari:
1.) Stratum Korneum (lapisan tanduk)
Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati,
tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat
tanduk).
2.) Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
3.) Stratum Granulasum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir
kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari
keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
4.) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer
(lapisan akanta)
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih
karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin
gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum
spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang
terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan
antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut
nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel
Langerhans.
5.) Strotum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel
basal bermitosis dan berfungsi reproduktif.
6.) Sel Kalumnar
Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh
jembatan antar sel.
7.) Sel pembentukan melani (melanosit) atau clear cell
Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap,
mengandung pigmen (melanosomes).
b. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin)
Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa pada dengan elemen-elemen
selular dan folikel rambut.
1.) Pars Papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
2.) Pars Retikuler
Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut
penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks)
lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut
kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan
(bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin.
Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi
kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda.
Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan
mudah mengembang serta lebih elastis.
c. Lapisan Subkutis (hipodermis)
Lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel
lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke pinggir sitoplasma
lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan dipisahkan oleh
trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan panikulus
adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini terdapat
saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak
berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa
kulit. Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal
(sampai 3 cm).
3. ETIOLOGI
Penyakit Selulitis disebabkan oleh:
a. Infeksi bakteri dan jamur :
1.) Disebabkan oleh Streptococcus grup A dan Staphylococcus aureus
2.) Pada bayi yang terkena penyakit ini dibabkan oleh Streptococcus
grup B
3.) Infeksi dari jamur, Tapi Infeksi yang diakibatkanØ jamur termasuk
jarang Aeromonas Hydrophila.
4.) S. Pneumoniae (Pneumococcus)
b. Penyebab lain :
1.) Gigitan binatang, serangga, atau bahkan gigitan manusia.
2.) Kulit kering
3.) Kulit yang terbakar atau melepuh
4.) Diabetes Mellitus
5.) Pembekakan yang kronis pada kaki
6.) Cacar air
4. PATOFISIOLOGI
Bakteri pathogen yang menembus lapisan luar menimbulkan infeksi
pada permukaan kulit atau menimbulkan peradangan. Penyakit infeksi
sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, orang tua dan pada orang
dengan diabetes mellitus yang pengobatannya tidak adekuat.
Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan sistem vena serta
limfatik pada ke dua ekstremitas atas dan bawah. Pada pemeriksaan
ditemukan kemerahan yang karakteristi hangat, nyeri tekan, demam dan
bakterimia.
Selulitis yang tidak berkomplikasi paling sering disebabkan oleh
streptokokus grup A, streptokokus lain atau staphilokokus aereus, kecuali
jika luka yang terkait berkembang bakterimia, etiologi microbial yang
pasti sulit ditentukan, untuk abses lokalisata yang mempunyai gejala
sebagai lesi kultur pus atau bahan yang diaspirasi diperlukan. Meskipun
etiologi abses ini biasanya adalah stapilokokus, abses ini kadang
disebabkan oleh campuran bakteri aerob dan anaerob yang lebih
kompleks. Bau busuk dan pewarnaan gram pus menunjukkan adanya
organisme campuran (Isselbacher, dkk, 2012).
5. PATHWAY
6. MANIFESTASIKLINIS
a. Selulitis menyebabkan kemerahan atau peradangan yang
terlokalisasi.
b. Kulit tampak merah, bengkak, licin disertai nyeri tekan dan teraba
hangat. Ruam kulit muncul secara tiba-tiba dan memiliki batas yang
tegas.
c. Bisa disertai memar dan lepuhan-lepuhan kecil.
d. Gejala lainnya adalah:
1.) Demam
2.) Infeksi jamur disela-sela jari kaki
3.) Nyeri otot
7. KOMPLIKASI
a. Lokal nanah dengan pembentukan abses dan nekrosis kulit (cellulitis
gangren) kadang-kadang dapat diamati.
b. Myonecrosis, fasciitis, carpal tunnel syndrome akut (dalam selulitis
ekstremitas atas), dan osteomyelitis dapat terjadi.
c. Thrombophlebitis dapat mengembangkan, terutama di bagian bawah
kaki.
d. Bakteremia dengan pembenihan situs yang jauh dapat menyulitkan
selulitis.
e. Demam Scarlet rumit selulitis streptokokus telah diamati tapi jarang.
f. Bakteri-dan-terkait efek racun dapat mengakibatkan shock dan
kegagalan organ multisistem.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jika sudah mengalami gejala seperti adanya tanda systemic, maka
untuk melakukan diagnosis membutuhkan penegakan diagnosis tersebut
dengan melakukan pemeriksaan lab seperti :
a. Complete blood count, menunjukkan kenaikan jumlah leukosit dan
rata-rata sedimentasi eritrosit. Sehingga mengindikasikan adanya
infeksi bakteri.
b. BUN level
c. Creatinine level
d. Culture darah
e. Cultur pus pada luk selulitis
f. CT (Computed Tomography)
Baik Plain-film Radiography maupun CT keduanya dapat digunakan
saat tata kilinis menyarankan subjucent osteomyelitis.
g. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Sangat membantu pada diagnosis infeksi selulitis akut yang parah,
mengidentifikasi pyomyositis, necrotizing fascitiis, dan infeksi
selulitis dengan atau tanpa pembentukan abses pada subkutaneus.
9. PENATALAKSANAAN
a. Kolaborasi dalam pemeriksaan Laboratorium untuk mengecek apakah
terjadi infeksi
b. Kultur darah, dilaksanakan bila infeksi tergeneralisasi telah diduga
c. Dilakukan insisi drainase/debridemen bila luka terbentuk abses.
d. Pemberian antibiotika

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien : Nama, umur, alamat, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan
b. Keluhan Utama : Biasanya pasien mengeluh nyeri pada luka infeksi
dan biasanya bengkak
c. Riwayat Kesehatan :
1.) Riwayat penyakit sekarang : Tanyakan sejak kapan merasakan
keluhan
2.) Riwayat penyakit dahulu : Apakah dulu pasien pernah menderita
penyakit seperti ini.
3.) Riwayat penyakit keluarga : Apakah ada anggota keluarga yang
pernah menderita penyakit seperti ini
4.) Riwayat psikososial : apakah pasien merasakan cemas yang
berlebihan.
d. Pemeriksaan Fisik :
1.) Kepala : Dilihat kebersihan, bentuk, adakah oedem atau tidak
2.) Mata : Tidak anemis, tidak ikterus, reflek cahaya (+)
3.) Hidung : Tidak ada pernafasan cuping
4.) Mulut : Kebersihan, tidak pucat
5.) Telinga : Tidak ada serumen
6.) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
7.) Jantung : Denyut jantung meningkat
8.) Ekstremitas : Adakah luka pada ekstremitas
9.) Integumen : Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang
terasa di suatu daerah yang kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi
menjadi panas dan bengkak, dan tampak seperti kulit jeruk yang
mengelupas (peau d’orange). Pada kulit yang terinfeksi bisa
ditemukan lepuhan kecil berisi cairan (vesikel) atau lepuhan besar
berisi cairan (bula), yang bisa pecah.
2. DIAGNOSA
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Kerusakan integritas jaringan b.d agen pencedera mekanis
c. Hipertermia b.d proses penyakit
d. Resiko infeksi ditandai dengan prosedur invasive
3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No SDKI SLKI SIKI


1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (1.08238) :
selama …. jam didapatkan Tingkat
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Nyeri (L.08066) adekuat dengan kriteria
kualitas dan intensitas nyeri
hasil :
2. Identifikasi respon non verbal
1. Keluhan nyeri (4) 3. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi
2. Gelisah (4) rasa nyeri (teknik relaksasi nafas dalam, membaca
 4 = cukup menurun istighfar)
3. Frekuensi nadi (4) 4. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pola nafas (4) 5. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
5. Tekanan darah (4) 6. Kolaborasi pemberian analgesik
 4 = cukup membaik
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan luka (1.14564) :
integritas selama …..jam didapatkan
1. Monitor karakteristik luka
jaringan Penyembuhan Luka (L.14130) adekuat
dengan kriteria hasil : 2. Monitor tanda-tanda infeksi
3. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
1. Penyatuan kulit (4)
4. Bersihkan dengan cairan NaCl
2. Penyatuan tepi luka (4)
5. Berikan salep yang sesuai
3. Jaringan granulasi (4)
6. Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
 4 = cukup meningkat
luka
4. Edema pada sisi luka (4)
7. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Peradangan luka (4)
8. Kolaborasi pemberian antibiotik
6. Nyeri (4)
 4 = cukup menurun
3. Hipertermi Termoregulasi Manajemen Hipertermi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi penyebab hipertermi
selama ….. jam diharapkan suhu tubuh 2. Monitor suhu tubuh
dalam rentang normal dengan kriteria 3. Monitor kadar elektrolit
hasil: 4. Monitor komplikasi akibat hipertermi
1. Kulit merah menurun (skala 5-1) 5. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Kejang menurun (skala 5-1) 6. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Pucat menurun (skala 5-1) 7. Anjurkan tirah baring
4. Suhu tubuh membaik (skala 5-1) 8. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
5. Suhu kulit membaik (skala 5-1) intravena, jika perlu
Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Luka (1.14564) :
selama …. jam didapatkan Tingkat
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Infeksi (L.14137) adekuat dengan
2. Monitor karakteristik luka
kriteria hasil :
3. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
1. Demam (4) 4. Bersihkan dengan cairan NaCl

4. 2. Kemerahan (4) 5. Berikan salep yang sesuai


3. Nyeri (4) 6. Pasang balutan sesuai dengan jenis luka
4. Bengkak (4) 7. Pertahankan teknik steril ketika melakukan
5. Drainase purulen (4) perawatan luka
 4 = cukup menurun 8. Ajarkan mengonsumsi makanan tinggi kalori dan
6. Kadar sel darah putih (4) protein
 4 = cukup membaik 9. Kolaborasi pemberian antibiotik
Sumber : PPNI SDKI,SLKI,SIKI 2018
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito. 2017. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC


Kemenkes RI. 2015. Pedoman Interprestasi Data Klinik
Kozier. Erb, Berman. Snyder. (2015). Buku Ajar Fondamental Keperawatan :
Konsep, Proses & Praktik, Volume : 1, Edisi : 7.Jakarta : ECG
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta :
Salemba Medika
Moorhead, Marion Johnson, L. 2017. Maas Meridean, Elizabeth Swanson. 2016.
Nursing Outcome Classifications (NOC), Edisi 5 terjemahan bahasa Indonesia.
Moorhead, Marion Johnson, L. 2012. Maas Meridean, Elizabeth Swanson. 2016.
Nursing Interventions Classifications (NIC), Edisi 5 terjemahan bahasa
Indonesia.
PPNI. (2017). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2019). Standart Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Setiadi. 2017. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Siregar, R, S. 2017. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 3. Jakrta : EGC
Susanto, R Clevere., M.GA Made Ari. 2013. Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta
: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai