Anda di halaman 1dari 58

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POLA MAKAN DENGAN

PENINGKATAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PASIEN


USIA 40 TAHUN KE ATAS DI PUSKESMAS MAMBORO

SKRIPSI

SITI HASMAYUNI
201801041

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POLA MAKAN DENGAN
PENINGKATAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PASIEN
USIA 40 TAHUN KE ATAS DI PUSKESMAS MAMBORO

SKRIPSI

Diajukan sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

SITI HASMAYUNI
201801041

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2022

ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Pengetahuan


Tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pada
Pasien usia 40 Tahun Keatas Di Puskesmas Mamboro adalah benar karya saya
dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan kedalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta skripsi saya kepada STIKes Widya
Nusantara Palu.

Palu, Juni 2022

Materai 10.000

Siti Hasmayuni
201801041

iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG POLA MAKAN DENGAN
PENINGKATAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PASIEN
USIA 40 TAHUN KE ATAS DI PUSKESMAS MAMBORO
Relationship Of Knowledge About Diet With Enhanced Blood Uric Acid Levels In Patients
40 Years Old And Over At Mamboro Puskesmas

Siti Hasmayuni, Siti Yartin, Masri Dg Taha


Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widya Nusantara Palu

ABSTRAK

Asam urat yaitu hasil dari metabolisme didalam tubuh, kadar ini tak terlalu banyak, tiap
individu pasti mempunyai kadar asam urat didalam tubuh, biasanya disebabkan setiap proses
pengolahan ada zatnya, dan ini adalah purin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Hubungan pengetahuan tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam
Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun ke atas Di Puskesmas Mamboro. Jenis penelitian ini
kuantitatif dengan metode cross sectional. Jumlah populasi 112 orang dengan jumlah sampel
32 orang dengan teknik Accidental sampling. Analisa data menggunakan Uji Chi-Square,
dengan variabel independen pengetahuan pola makan dan variabel dependen kadar asam
urat. Hasil analisis bivariate diperolah ada Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan Kadar
Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien 40 Tahun Keatas di Puskesmas Mamboro dengan hasil
pengetahuan p-value = 0,002 sedangkan hasil untuk pola makan p-value = 0,000.
Kesimpulan dari penelitian ini adanya Hubungan pengetahuan tentang Pola Makan Dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun ke atas Di
Puskesmas Mamboro. Saran bagi lansia untuk lebih memperhatikan pola makan dan
menjaga kesehatan serta perbanyak berolahraga.

Kata kunci : pengetahuan, pola makan, kadar asam urat

iv
ABSTRACT

Asam urat yaitu hasil dari metabolisme didalam tubuh, kadar ini tak terlalu banyak, tiap
individu pasti mempunyai kadar asam urat didalam tubuh, biasanya disebabkan setiap
proses pengolahan ada zatnya, dan ini adalah purin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
Hubungan pengetahuan tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam
Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun ke atas Di Puskesmas Mamboro. Jenis penelitian ini
kuantitatif dengan metode cross sectional. Jumlah populasi 112 orang dengan jumlah
sampel 32 orang dengan teknik Accidental sampling. Analisa data menggunakan Uji Chi-
Square, dengan variabel independen pengetahuan pola makan dan variabel dependen kadar
asam urat. Hasil analisis bivariate diperolah ada Hubungan Pola Makan dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Keatas di
Puskesmas Mamboro dengan hasil pengetahuan p-value = 0,002 sedangkan hasil untuk
pola makan p-value = 0,000. Kesimpulan dari penelitian ini adanya Hubungan pengetahuan
tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien
Usia 40 Tahun ke atas Di Puskesmas Mamboro. Saran bagi lansia untuk lebih
memperhatikan pola makan dan menjaga kesehatan serta perbanyak berolahraga.

Kata kunci : pengetahuan, pola makan, kadar asam urat

v
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN PENGETAHUN TENTANG POLA MAKAN DENGAN


PENINGKATAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA
PASIEN USIA 40 TAHUN KE ATAS DI PUSKESMAS MAMBORO

SKRIPSI

SITI HASMAYUNI
201801041

Tanggal Agustus 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Siti Yartin, S.Kep.,M.Kep Ns. Masri Dg Taha S.Kep.,M.Kep


NIK. 8906030021 NIP. 1979114272008041001

Mengetahui,
Ketua Prodi Ners
STIKes Widya Nusantara Palu

DAFTAR
Ns. Yuhana Damantalm, ISI M.Erg
S.Kep.,
NIK. 20110901019
PRAKATA

vi
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunianya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan dan izinkanlah penulis menghaturkan
sembah sujud sedalam-dalamnya serta terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada orang tua tercinta yaitu Ayahanda Muh. Firdaus dan ibunda
Rosmiati, kaka saya Nurul dan pihak-pihak yang sangat membantu atas semua doa,
dorongan semangat, inspirasi, serta segala bantuan baik moril maupun materilnya
selama studi yang senantiasa ikut menemani setiap mata kuliah yang penulis jalani.

Tema yang di pilih dalam penelitian yang dilaksanakan selama 2 minggu Juni
2022 ini ialah “Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan Kadar Asam
Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Ke Atas Di Puskesmas Mamboro”.

Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima


bimbingan, bantuan, dorongan, arahan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Grace Widyawati Situmorang, M.H., M.Kes., selaku Ketua Yayasan STIKes
Widya Nusantara Palu.
2. Bapak Dr. Tigor H.Situmorang, M.H., M.Kes., selaku Ketua STIKes Widya
Nusantara Palu.
3. Ns.Yuhana Damantalm, S.Kep., M.Erg., selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan
STIKes Widya Nusantara Palu..
4. Siti Yartin,S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku pembimbing 1 yang telah memberikan
masukkan dan dukungan moral dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ns. Masri Dg Taha S.Kep.,M.Kep selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan saran dalam perbaikan skripsi ini.
6. James Walean, SST.,M.Kes selaku Penguji utama yang telah memberikan kritik
dan saran untuk perbaikan skripsi ini.
7. Ibu Sitti Aisjha, SKM selaku Kepala UPTD Puskesmas Mamboro Kota Palu
Sulawesi Tenggah atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan.

vii
8. Dosen Pengajar dan Staf akademik pada Program Studi Ners STIKes Widya
Nusantara Palu yang telah banyak memberikan pengetahuan dan bimbingan
selama mengikuti perkuliahan.
9. Keluarga besar Muh. Firdaus yang sudah memberikan dukungan, semangat dan
doa kepada penulis.
10. Thr squad, Beban Keluarga squad, Gumbu-Gumbu squad, bestai squad yang
sedang sama-sama berjuang menyelesaikan studi terimakasih selalu membantu
memberikan semangat doa kelancaran dalam studi agar bisa sama-sama selasai
tepat waktu.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 18 Keperawatan, kelas A keperawatan,
Elsa Yulianti, Abdul Ghani, Ibrahim kadir, Mutmainnah Namri, Rosanti RA,
Siska Maudy Putri, Nuryani Rauf,Asliani, Uci, Elfi, Ainun dan Patra
Djatakamala selalu mengingatkan penyusunan skripsi ini dan berjuang
mengikuti proses penyelesaian studi, terima kasih atas dukungan, semangat dan
doa yang di berikan.

Kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kemajuan ilmu
pengetauhan, khusunya di bidang ilmu keperawatan.

Palu, Agustus 2022

Siti Hasmayuni
201801041

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN JUDUL SKRIPSI ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
ABSTRACT v
LEMBAR PENGESAHAN vi
PRAKATA vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Tinjauan Teori 6
B. Kerangka Konsep 17
C. Hipotesis 17
BAB III METODE PENELITIAN 18
A. Desain Penelitian 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian 18
C. Populasi dan Sampel 18
D. Variabel Penelitian 20
E. Definisi Operasional 20
F. Instrumen Penelitian 21
G. Teknik Pengumpulan data 22
H. Analisis Data 23
I. Bagan Alur Penelitian 25

ix
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian 26
B. Pembahasan 31
C. Keterbatasan Penelitian 35
BAB V SIMPULAN DAN SARA
A. Simpulan 36
B. Saran 36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 klasifikasi berdasarkan pendidikan responden di wilayah kerja


Puskesmas Mamboro 39.
Tabel 4.2 klasifikasi berdasarkan jenis kelamin tenaga kesehatan di
Puskesmas Mamboro 40.
Tabel 4.3 klasifikasi berdasarkan usia tenaga kesehatan Di Puskesmas
Mamboro 40.
Tabel 4.4 distribusi frekuensi klasifikasi kadar asam urat 41.
Tabel 4.5 distribusi frekuensi klasifikasin pengetahuan 41.
Tabel 4.6 distribusi frekuensi klasifikasi pola makan 42.
Tabel 4.7 hubungan pengetahuan dengan peningkatan kadar asam urat pada
pasien 40 tahun ke atas di Puskesmas Mamboro 42.
Tabel 4.8 hubungan pola makan dengan peningkatan kadar asam urat pada
pasien 40 tahun ke atas di Puskesmas Mamboro 43.

xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konsep 29
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian 38

xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pengambilan Data Awal Di Puskesmas Mamboro
2. Surat Balasan Pengambilan Data Awal Di Puskesmas Mamboro
3. Kuesioner
4. Surat Izin Penelitian Di Puskesmas Mamboro
5. Informed consent
6. Lampiran Dokumentasi Penelitian
7. Surat Balasan Selesai Penelitian Di Puskesmas Mamboro
8. Lampiran Hasil Olah Data
9. Lembar Bimbingan Proposal/Skripsi
10. Lampiran Riwayat Hidup Penulis

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mengubah gaya kehidupan dimasyarakat yang tinggal dinegara maju serta


juga kota besar dapat menyebabkan berubahnya gaya hidup. Peralihan gaya hidup
seseorang bisa dipengaruhi kesehatan pribadi dan juga menyebabkan peralihan
penyakit, terutama berkaitan erat dengan gaya hidup. Ini secara dramatis
mengubah pola penyakit yang awalnya menular tetapi telah berkembang menjadi
penyakit genetik dan metabolik.1
Penyakit degeneratif yang paling umum dikenal adalah Asam Urat,
dimana terjadinya penimbunan asam urat berlebihan di dalam tubuh, atau dengan
nama lainnya hiperuresemia2. Berdasarkan data Word Health Organitations
(WHO, 2018), Prevalensi gout didunia terjadi kenaikan jumlah 1370 juta jiwa
(33,3%). Prevalensi gout bisa meningkat padakalangan masyarakat di Inggris
berjumlah 3,2% dan juga di Negara Amerika Serikat sejumlah 3,9%. Di korea
prevalensi asam urat meningkatnya dari 3,49% per 100 jiwa di tahun 2007
meningkat 7,58% per 100 jiwa di tahun 2015.
Menurut Riskesdas, tahun 2018 terjadi peningkatan asam urat sebesar
7,3%. Hasil data Riskesdas, 2018 prevalensi asam urat di Provinsi Sulawesi
Tengah sebanyak 7,72%. Berdasarkan hasil data Riskesdas ditahun 2018
prevalensi penyakit sendi berdasarkan wawancara didiagnosis dokter terjadi
peningkatan dengan bertambahnya usia, begitu juga didiagnosis dokter ataupun
gejala. Prevalensi tinggi pada usia ≥ 75 tahun (33% dan juga 54,8%). Prevalensi
didiangnosis medis lebih tinggi dari pada wanita(13,4%) dibandingkan dengan
pria (10,3%)3.

1
2

Asam urat yaitu hasil dari metabolisme didalam tubuh, kadar ini tak
terlalu banyak, tiap individu pasti mempunyai kadar asam urat didalam tubuh,
biasanya disebabkan setiap proses pengolahan ada zatnya, dan ini adalah purin.
Purin merupakan turunan nukleoprotein yang merupakan suatu komposisi asam
nukleat didalam tubuh manusia banyak terdapat pada semua makanan, baik
nabati maupun hewani, untuk makanan nabati seperti sayuran, kacang –
kacangan , buah - buahan juga hewan. Makanan yaitu daging, jeroan , sarden
dan lainnya.
Seseorang yang dikatakan menderita asam urat jika kadar asam uratnya
dalam darah mengalami peningkatan bagi seorang laki- laki nilainya di atas 7
mg/dl dan pada wanita di atas 6 mg/dl. Pasien yang mengalami peningkatan
asam urat akan merasakan nyeri sendi secara mendadak atau sering di sebut
arthralgia. Nyeri sendi yaitu salah satu meradangnya sendi di tandai adanya
bengkak dibagian persendian, memerah, panas, dan sulit untuk bergerak.
Kejadian pasien akan sangatterganggu jika mengalami nyeri lebih darisatu
sendi4.
Asam urat biasanya menyerang pria dan wanita di atas umur 40 tahun.
Pada pria, kadar asam urat meningkat seiring bertambahnya usia. Hal ini
dikarenakan pria tidak memiliki hormon estrogen yang dapat membantu
mengeluarkan asam urat, sedangkan wanita tidak memiliki hormon estrogen
yang m embantu mengeluarkan asam urat melalui purin. Asam urat biasanya
terjadi pada orang berusia antara 40 dan 60 tahun. Namun, belakangan ini
terjadi perubahan tren ke arah asam urat. Hal ini disebabkan oleh pola makan
dan gaya hidup yang tidak sehat, karena remaja usia 20-an saat ini menderita
asam urat 5.
Seseorang dengan kadar asam urat yang tinggi dapat penyebabnya
yakni, pola makan yang tidak baik dan banyak memakan kaya dengan purin6.
Pola makan dapat di artikan sebagai suatu cara dalam memilih makanan dan
mengomsumsinya sebagai reaksi secara fisiologis, psikologi, budaya maupun
social.
3

Penelitian yang mendukung terkait kenaikan asam urat, khususnya


penelitian yang dilakukan oleh Adhiyah, 2020. Tentang hubungan antara pola
makan dengan kadar asam urat pada manusia di kota Bandar Lampung, dimana
dari Hasilnya menunjukkan adanya hubungan diet dan kadar asam urat pada
manusia. pria lanjut usia gizi baik (r = -0,03), pria dewasa gizi baik (r = -0,20),
betina dewasa gizi baik (r = -0,25), betina dewasa gizi baik (r = -0,15), -remaja
gizi buruk (r = 0,006) Tidak ada hubungan antara pola makan dengan kadar
asam urat pada lansia gizi buruk gizi (r = 24,20) dan remaja gizi baik = 0,14).
Kurangnya hubungan antara diet dan kadar asam urat pada beberapa orang
mungkin disebabkan karena faktor lain yang dapat mempengaruhi kenaikan
kadar asam urat, seperti faktor metabolisme, ekskresi, dan konsumsi. obat-
obatan, faktor genetic peningkatan konversi asam nukleat , tubuh. kategori
volume7.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan Spearmen Rho' diperoleh nilai p-
value 0,012 dan nilai koefisien korelasi r=0,397. Purin dimetabolisme oleh
enzim xanthine oxidase dan asam urat, dan akumulasi asam urat di sendi
menyebabkan nyeri sendi. Oleh sebab itu diperlukan untuk menghindari
peningkatan asam urat maka seseorang harus dapat menjaga pola makannya .
Adapun penelitian yang di lakukan bahwa adanya hubungangan pola makan
dengan kadar asam urat dalam darah secara signifikan dengan nilai P value
0,0006.
Hasil wawancara dilakukan peneliti pada tanggal 29 Desember 2021 di
PKM Mamboro Kota Palu, di dapatkan data pasien yang berusia 40 tahun ke
atas yang menderita asam urat sebanyak 48 orang. Melalui hasil wawancara
yang dilakukan oleh peneliti terhadap 10 orang anggota Prolanis yang
mengalami asam urat, diketahui bahwa, sebanyak 8 dari 10 orang memiliki
pola makan yang tidak teratur dengan frekuensi makanan yang bayak
mengandung purin dan sering mengkonsumsi makanan seperti tempe, tahu,
kangkung, daging, ikan, sarden dan alkohol. Sebagian besar pasien yang
termasuk dalam program penyakit kronis atau Prolanis di puskesmas Mamboro
Kota Palu mengalami peningkatan asam urat 5 mg/dl yang cukup signifikan hal
ini di sebabkan karena tidak membatasi makanan yang tinggi akan purin.
4

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan


penelitian terkait Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Ke
Atas Di Puskesmas Mamboro tahun 2022.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan Hasil latar belakang diatas maka dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut “Apakah terdapat Hubungan Pola Makan Dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun ke
atas Di Puskesmas Mamboro’’.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis Hubungan Pola Makan dengan Peningkatan
Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Keatas di
Puskesmas Mamboro Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi hubungan Pola Makan Pada Pasien Usia 40
tahun ke atas di Puskesmas Mamboro Tahun 2022
b. Untuk mengidentifikasi Peningkatan Kadar Asam Urat dalam darah
Pada Pasien Usia 40 tahun ke atas di Puskesmas Mamboro Tahun 2022
c. Untuk menganalisis hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar
Asam Urat dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun ke atas di
Puskesmas Mamboro Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan STIKes Widya Nusanatara Palu


Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi sebagai referensi
bagi mahasiswa yang dapat dijadikan bahan bacaan guna menambah
pengetahuan mengenai hubungan Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar
Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun keatas Di Puskesmas
Mamboro Tahun 2022.
5

2. Bagi Responden
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dan menambah
pengetahuan khususnya pada pasien dengan asam urat yang menjalani
rawat jalan agar tetap memperhatikan pola hidup yang sehat
3. Bagi Puskesmas Mamboro
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada tenaga
kesehatan, pemerintah, serta pihak yang terkait dengan adanya peranan
mereka agar dapat memberikan pelayanan bagi masyarakat khususnya
pasien dengan asam urat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
dan manajemen penatalaksanaan sehingga dapat menurunkan angka
kejadian asam urat di Puskesmas Mamboro.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Asam Urat


a. Definisi
Asam urat yaitu produk hasil terakhir dari pemecahan zat
yang biasanya dikenal sebagai purin8. Asam urat biasanya
disebabkan oleh penumpukan kristal asam urat di persendian.banyak
orang dengan asam urat adalah laki-laki dan jarang pada remaja9.
Asam urat dapat menyebabkan peradangan pada persendian
atau otot karena kadar asam urat yang terlalu tinggi dalam darah. Hal
itu karena sejumlah besar makanan yang dikonsumsi mangandung
purin, sehingga kerja ginjal untuk menghilangkan purin dari darah
menjadi tidak efektif10.
b. Etiologi
1) Umar (2012) mengatakan yang menyebabkan berlebihnya asam
urat dalam tubuh bisa di sebabkan karena primer dan sekunder
antara lain11:
a) Primer
Adapun faktor keturunan dan gangguan hormon mengganggu
proses pengolahan sehingga menyebabkan asam urat
meningkat. Oleh karena itu, mengurangi konsumsi asam urat
di tubuh dapat mengakibatkan meningkatnya kadar asam urat
dalam tubuh manusia.
b) Sekunder
Jika peningkatan total asam urat bisa di pengaruhi pola
makan seseorang terdapat purin tinggi.
2) Di dalam Bila terjadi peningkatan jumlah asam urat yang di
sebabkan karena mengomsumsi makanan tinggi purin. Artinya,
hal ini disebabkan dari kelalaian pasien lebih tepat. Menurut
7

Fitriana (2015), faktor-faktor penyebab penyakit asam urat


adalah: 12:
a) Komsumsi makanan yang ada kandungannya zat purin yang
berlebihan.
Penyebab asam urat awal mungkin karena Anda terlalu
banyak mengonsumsi zat yang mengandung purin. Saat
dikonsumsi dalam jumlah banyak, purin akan diubah membut
asam urat melalui metabolisme. Purin tingkat tinggi,
ditemukan dalam daun giling, daun singkong, buah-buahan
dan sayuran seperti bayam,dan kacang-kacangan. Purin
terdapat pada daging merpati, bebek, kambing, dan jeroan.
Ada juga jenis seafood, purin muncul di tubuh kepiting dan
cumi-cumi.Minum minuman beralkohol dan kopi dalam
waktu lama juga bisa penyebab asam urat.
b) Faktor Keturunan dan hormon
Asam urat adalah penyakit yang tanda dan gejala klinisnya
tidak diketahui. Hingga sekarang, banyak orang percaya asam
urat erat kaitannya dengan faktor keturunan maupun hormonal
hormonal.
c) Komplikasi
Penyebab lainnya asam urat yaitu ketidakmampuan ginjal
untuk mengeluarkan asam urat dalam urin. Ginjal tidak bisa
mengeluarkan asam urat karena meningkatkan keasaman.
Penyakit yang dapat menyebabkan asam urat antara lain
penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit saluran kemih,
diabetes, tekanan darah tinggi, kanker darah dan gangguan
fungsi organ dalam tubuh seperti hipotiroidisme, TBC, INH,
obat-obatan seperti pirazinamid dan juga etambutol. Serta
obat-obatan kedalam kelompok diuretik. Penyebab asam urat
biasa dikaitkan dengan kondisi alami dari tubuh. Kebugaran
jasmani yang buruk disebabkan oleh gizi buruk.
8

c. Manifestasi klinis
1) Peradangan dan nyeri sendi maksimum dalam satu
2) Oligoarthiritis, yaitu sebanyak sendi yang meradang
3) Adanya peningkatan asam urat dalam darah
4) Terdapat cairan pada sendi dan ada Kristal.
5) Serangan unilateral pada sendi pertama, terutama sendi ibu jari.
6) Uji kimia.
7) Pernah mengalami lebih dari satu episode artritis akut.
8) Sendinya berwarna merah
9) Terjadinya pembengkakan asimetris di sendi, tapi tidak
ditemukan bakteri pada saat serangan maupun peradangan.
10) Arthritis episode akut sepenuhnya berubah menjadi arthritis
kronis, sehingga tidak ada periode pemulihan total. 13.
d. Pengaruh Asam Urat
1) Asam urat bisa mengakibatkan nyeri sendi. Rasa nyeri bisa
menyebabkan akumulasi kadar asam urat di celah sendi dan
Kondisi inflamasi.
2) Seseorang menderita asam urat dan tingkat tinggi, batu ginjal
bisa bertambah. Umumnya batu ginjal tak terlihat sampai
tersangkut di ureter. Sehingga timbul sakit sekali. Kemudian
menyebabkan orang tersebut buang air kecil lebih banyak
darahmual serta muntah. Gejala klasik seperti nyeri hebat
mendadak di perut, panggul, dan selangkangan cenderung
berlawanan.12
e. Cara Mengobati Asam Urat
1) Hindari makanan tabu
2) Kurangi aktivitas berat yang berlebihan
3) Istirahat yang cukup dan jangan bangun pada malam hari
4) Gunakan air hangat pada saat mandi. Karena, air hangat bisa
melancarka Gerakan persendian.
5) Mengomsumsi air kelapa dan minum air mineral 2 liter per hari.
9

6) Terapi bekam bisa membantu membersihkan darah dari bagian


luar kulit. Hijama sangat ampuh dapat menurunkan kadar asam
urat di permukaan kulit. Darah dalam gelas tidak akan pernah
kembali ke jantung disaring dan diregenerasi.
f. Diet untuk penderita asam urat akut dan kronis
1) Batasan makan kadar pada purin
2) Konsumsi karbohidrat kompleks minimal 100 gram perhari.
3) Protein yang cukup, yaitu 10-15% dari energi yang dibutuhkan
4) Konsumsi kalori sesuai dengan kebutuhan
5) Rendah lemak
6) Mobilitas tinggi.
g. Batasan Asam Urat
Menurut WHO (2014) batas normal kadar asam urat yang ada dalam
darah yaitu:
1) laki-laki dan wanita dewasa kadar normal asam urat dalam darah
sekitar (2 - 7,5mg/dl), dan kalau untuk pada wanita dewasa
adalah sekitar (2 – 8,5mg/dl).
2) Laki-laki dan wanita yang berusia 40 tahuan keatas kadar
normal asam urat dalam darah berkisar 2-8,5mg/dl untuk wanita
sekitar 2-8mg/dl
3) Sedangkan pada anak-anak laki-laki dan perempuan yang
berusia diatas 9 sampai 18 tahun kadar normal asam urat dalam
darah berkisar 3,6-5,5mg/dl sedangan anak perempuan 3,6-
4mg/dl.
Menurut Kemenkes (2003) batas normal kadar asam urat dalam
darah yaitu:
1) Untuk Pria 3,4 – 7,0 mg/dl
2) Untuk wanita 2,4 – 5,7 mg/dl.
h. Standar untuk makanan yang mengandung purin
Sebagian besar bahan yang dikonsumsi orang mengandung
purin. Menurut kandungan purin, makanan dibagi menjadi tiga
kategori: makanan tinggi purin (kelompok A), makanan purin sedang
10

(kelompok B) dan makanan rendah purin (kelompok C). Makanan


pada kelompok A memiliki kemampuan untuk meningkatkan asam
urat darah, diikuti oleh kelompok B dan kelompok C8.
1) Kelompok A: Kerang, Jantung, Sumsum sapi, daging bebek,
paru-paru, sarden, telur, remis, herring, mackerel, anggur dan
ragi (es) dengan kandungan purin tinggi (50-1000 mg/100)
gram) , kaleng/kaleng, ginjal, ampas, sisa daging/sup darah,
daging angsa, merpati.
2) Kelompok B: kadar purin sedang 50-150 mg/100 gram, ikan
kelompok A seperti ayam, ikan non-kelompok A seperti daging
sapi, ikan non-kelompok I seperti aspuragus, udang, jamur, daun
singkong, kangkung , daging giling, kembang kol, daun pepaya,
kacang polong, tempe, tahu, kol, biji melange dan daun, tidak
termasuk kacang – kacangan dan buncis.
3) Kelompok C: Kurang Purin (0-15 mg/100 gram) meliputi:
kerupuk, susu, keju, telur, roti, pasta, pasta/mie.

2. Pengetahuan

a. Definisi
Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, itu biasanya terjadinya
seseorang memahami topik tertentu. Sensasi biasanya terjadi dilalui
pancaindera manusia, ialah pendengaran, penglihatan, rasa, sentuhan
dan penciuman14.
Pengetahuan adalah domain sangat diperlukan dalam
membentuk sikap seseorang (overt behavior). Tingkat kesadaran
dalam domain kognitif punya 6 tingkatan (Notoadmojo, 2014).
Adalah:
1) Tau (know)
Tahu adalah Pengetahuan berarti mengingat sesuatu yang
dipahami. Pengetahuan yang berkembang ini adalah pengingat
bahwa semua stimulan yang ditawarkan aman. Oleh karena itu,
tahu adalah tingkatan pengetahuan paling rendah.
11

2) Pemahanan
Pemahaman didefinisikan apabila kapasitas menjelang
mengenali objek yang dikenal dengan benar dan menafsirkan
materi dengan benar. Orang yang memahami objek materi dapat
menginterpretasikan objek kajian, memberi contoh, menarik
kesimpulan, membuat prediksi,dan lain sebagainya.
3) Aplikasi
Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan bahan yang
dipelajari dalam situasi atau kondisi nyata. Praktek di sini dapat
dipahami sebagai penerapan atau penggunaan hukum, metode,
prinsip dalam konteks atau sebaliknya.
4) Analisis
Analisis yaitu kemampuan untuk menggambarkan suatu materi
atau objek di dalam komponen-komponennya, tetapi masih
dalam suatu struktur organisasi yang saling berhubungan.
5) Sintesis
Sintesis mengacu pada kemampuan untuk menggabungkan
bagian atau rakitan baru. Sintesis yaitu suatu bentuk keahlian
akan menciptakan formula terlahir dari formula baru.
6) Evaluasi
Kapasitas untuk membenarkan atau mengevaluasi pada materi.
Penilaian ini pada kreiteria yang di tentukan sendiri atau
memerlukan kriteria yang ada.
b. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoadmojo (2012) sebagai berikut15:
1) Cara non ilmiah untuk memperoleh pengetahuan
a) Coba cara lain (Trial and Eror) dengan beberapa pilihan
untuk memecahkan masalah. Jika opsi ini tidak berhasil,
coba opsi lainnya. Jika opsi kedua ini gagal, coba opsi
ketiga. Jika opsi ketiga gagal, coba opsi keempat hingga
masalah teratasi.
12

b) Cara kebetulan
Penciptaan pengetahuan terjadi sebagai tidak sengaja atas
bukan merupakan niat dari pihak yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Cara pengetahuan ini dapat berupa tokoh masayarakat
formal maupun informal, tokoh agama, gubernur, dan
sebagainya. Dengan kata lainnya pengetahuan ini dapat di
peroleh biasanya pemilik adalah seseorang punya wibawa
dan kekuasaan, kultur, pemerintahan, pionir agamaa, tetapi
juga ilmuwan. Prinsipnya adalah bahwa warga lain,
berdasarkan fakta empiris atau pendapat mereka sendiri.
d) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi merupakan hal yang bisa dimanfaatkan
sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan. Biasanya
dilakukan dengan cara mengulangi pengalaman di peroleh di
dalam memecahkan suatu masalah yang dialami di
masalalu.
e) Cara akal sehat (common sense)
Orangtua yang meminta anak- anaknya untuk mengikuti
nasehat orangtua ataupun mendisiplinkan mereka untuk
menggunakan hukuman fisik jika mereka melakukan
kesalahan. Selama ini cara menghukum anak seperti
nampaknya berkembangnya menjadi teori atapun kebenaran,
dan ada hukuman merupakan cara (walaupun tidak cara
terbaik ) untuk mendidik warga.
f) Kebanaran melalui wahyu
Ajaran agama merupakan kebenaran di wahyukan oleh Allah
melalui nabi. Kebenaran ini, rasional atau tidak, harus
diterima dan juga diyakini oleh pemeluk agama yang
berbeda. Kebenaran ini telah diterima oleh Nabi sebagai
wahyu dan tidak diamalkan atau dipelajari oleh manusia.
13

g) Secara intuitif
Kebenaran secara intuitif dan cepat di peroleh oleh orang-
orang melalui proses penalaran atau pemikiran.
Kebenarannya tidak menggunakan metode rasional ataupun
sistematis, sehingga kebenaran yang didapatkan dengan
instuisi tidak dapat di percaya. Kebenaran ini di ambil dari
sesorang yang hanya di dasarkan pada instuisi atau hati
nurani.
h) Melalui alur pemikiran, manusia dapat menggunakan
penalarannya untuk mendapatkan pengetahuan. Dengan kata
lain, orang menggunakannya dalam pemikiran mereka
dengan cara atau kesimpulan untuk sampai pada kebenaran
pengetahuan.
i) Induksi
Induksi yaitu kesimpulan yang membuat subuah pembuatan
peryantaan menjadi pernyataan umum. Artinya dalam
Bimbingan berfikir, kesimpulan ini menciptakan
pengalaman berbicara yang di tangkap secara empiris oleh
pnca indera. Selanjutnya di rangkum dalam sebuah konsep
memungkinkan seorang mengalami gejalanya. Karena
berfikir Bimbingan di dasarkan pada hasil persepsi nyata,
maka dapat di katakana bahwa bimbingan bergeser dari
konkrit ke abstrak.
j) Deduksi
Deduksi merupakan penarikan hasil pernyataan umum pada
pernyataan khusus. sambil berpikir deduktif, apa yang di
anggap benar juga berlaku pada apa yang sedang terjadi.
2) Cara ilmiah
Saat ini, cara baru atau modern untuk memperoleh pengetahuan
lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Metode ini dikenal sebagai
metode penelitian ilmiah dan sering disebut sebagai metode
penelitian.
14

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan


Menurut Mubarak (2011),berikut yang mempengaruhi pengetahuan
antara lain16:
1) Tingkatan pendidikan
Cobalah untuk mengembangkan karakter dan kemampuan untuk
memahami sesuatu. Pendidikan mempengaruhi proses belajar.
Semakin terdidik maka semakin mudah ilmunya, ilmu tersebut
erat kaitannya dengan pendidikan dan kita berharap memiliki
ilmu yang sangat luas di perguruan tinggi.
2) Pekerjaan
Aktivitas yang perlu dilakukan pada kebutuhan sehari-hari. Anda
dapat menciptakan lingkungan kerja seseorang secara langsung
maupun tidak langsung memperoleh pengalaman dan
pengetahuan. Misalnya, seseorang bekerja sebagai professional
perawatan kesehatan akan memiliki pemahaman yang lebih baik
tentang penyakit manajemennya dari pada professional non
perawatan kesehatan.
3) Umur
Umur mempengaruhi persepsi dan kecenderungan seseorang.
Seiring bertambahnya usia individu, ia mengembangkan
kekuatan dan sikap mencengkram, dam pengetahuan yang di
peroleh meningkat.
4) Keinginan
Keinginan ialah suatu tekad yang besar terhadap sesuatu. Minat
membuat orang berusaha mengejar, dan seseorang mendapat
ilmu yang dalam.
5) Pengalaman
peristiwa yang dihadapi individu dimasalalu.secara umum,
semakin berpengalaman seseorang, makin banyak pengetahuan
yang di perolehnya.
15

6) Lingkungan
Lingkungan adalah semua tentang individu secara fisik, biologis
dan sosial. Lingkungan mempengaruhinproses pengenalan
pengetahuan kepada individu di lingkungan tersebut. Misalnya,
jika daerah tersebut mau menjaga kebersihan lingkungan, maka
masyarakat sekitar sangat mungkin mau menjaga kebersihan
lingkungan.
7) Informasi
Mereka yang memiliki lebih banyak sumber daya akan meiliki
pengetahuan sangat luas. Secara umum, di permudah di akses
informasi, semakin dipercepat seseorang mempelajari
pengetahuan yang baru.

3. Pola makan

Pola makan ataupun komsumsi pangan adalah susunan jenis


dan jumlah pangan di komsumsi seseorang dan kelompok orang
pada waktu yang di tentukan17.Pola makan bisa di artikan kelompok
seseorang dapat memilih makanan atau mengomsumsinya sebagai
reaksi pengaruh – pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosisal18.
Diet ialah kebiasaan makan mencakup jumlah, frekuensi, atau jenis
makanan yang di komsumsi19.
Santosa dan Ranti20 mengatakan bahwa pola makan yaitu
berbagai macam informasi dapat di berikan gambaran berbagai
macam atau jumlah bahan makanan di komsumsi perharinya dalam
perorangan dengan merupakan suatu ciri khas kelompok masyarakat
Pola makan penyimpanan makanan sebagai sumber energi,
sumber pembangun atau sumber pengubah, adalah hasil dari semua
zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
tubuh, dengan perkembangan otak, atau efisiensi kerja, dengan
cukup makanan yang dibutuhkan. . Dan diet harian seimbang dan
aman, kondusif untuk mencapai atau mempertahankan status gizi
dan kesehatan yang ideal21.
16

a. Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pola Makan


Suatu bentuk berkaitan baik kebiasaan pada pola makan
seseorang. Berikut yang dapat mempengaruhi terbentuknya pola
makan yaitu:
1) Faktor ekonomi
Ekonomi cukup berpengaruh pada komsumsi pangan ialah
pernghasilan keluarga dan harga. Peningkatnya penghasilan
dapat peningkatan Pertama kali kami mendapat pekerjaan dan
kami melakukannya, kami berhasil dan kami dapat
menggunakannya untuk waktu yang lama.
2) Faktor sosial budaya
Budaya dimasyarakat memiliki pengaruh cukup besar terhadap
pilihan seorang dan persiapan makanan untuk dikonsumsi.
Kebudayaan mengarahkan manusia pada perilaku yang
bertingkat-tingkat dan juga terpenuhi kebutuhan dasar
biologisnya dan pangan.
3) Kepercayaan
Berdasarkan keyakinan itu haram, dan melanggar hukumnya
yaitu pendosa. Halal dan juga Haram sangat efektif dalam
pemilihan makanan.
4) Pendidikan
Edukasi juga sering berkaitan pada pengetahuan, mempengaruhi
pilihan makanan.
5) Lingkungan
Lingkungan sangat mempengaruhi produksi pangan. Lingkungan
yang dimaksud bisa berupa rumah, sekolah, atau iklan melalui
media elektronik dan cetak. Biasakan makan bersama keluarga18.
b. Metode Frekuensi Pola Makan
Metode Food Frequency ( metode frekuensi makan) ialah
mencapai saluran data mengenai frekuensi komsumsi sebanyak
bahan makanan dan makanan jadi selama periode yang di tentukan
17

setiap hari, minggu, bulan dan tahun. Makanan dapat diturunkan dari
gambaran kualitatif pola konsumsi bahan makanan, sehingga periode
pengamatan dapat lebih lama dan dapat bervariasi secara terpisah
dalam urutan besarnya konsumsi makanan.

Kuesioner frekuensi biasanya mencakup daftar makanan atau


makanan dengan frekuensi makan selama periode waktu tertentu.
Makanan yang termasuk dalam survei adalah makanan yang sangat
sering dikonsumsi oleh para peserta.22.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penellitian ialah penjelasan dan gambaran hubungan


yang berkaitan antara varieabel lainnya masalah ingin diteliti nantinya akan di
amati (diukur) melalui metode penelitian15.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kadar Asam Urat


Pengetahuan pola Menurut Kemenkes
makan 1) LK >40th :2 – 7,5mg/dl
2) PR >40th : 2- 8,5mg/dl

Keterangan:
: Variable yang di teliti
: Mencari hubungan

C. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yakni23.


Ha : Ada Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan Peningkatan
Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun keatas di
Puskesmas Mamboro
18

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif.


Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang dilakukan untuk menjawab
pertanyaan penelitian, penelitian ini juga sifatnya lebih sistematis, terencana
dan terstuktur dari awal hingga pelaksanaan desain penelitiaan24. Penelitian
ini menggunakan metode cross sectional dimana peneliti melakukan
pengukuran variabel pada satu saat. Variabel yang akan diteliti adalah
Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar
Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Ke atas di Puskesmas
Mamboro.
B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Mamboro kota Palu
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2021
C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi
Populasi ialah kelengkapan objekk/subjek yang memiliki jumlah
dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk diteliti. 33
Populasi pada penelitian ini yaitu lansia yang berumur 40 tahun ke atas
yang mengalami peningkatan kadar asam urat dalam darah di wilayah
kerja puskesmas mamboro berjumlah 112 responden selama tahun 2021
2. Sampel
Sampel ialah sebagian dari populasi item keseluruhan sumber data
yang menjadi objek penelitian24. Sampel dalam penelitian ini diambil
dengan menggunakan rumus slovin.
19

Rumus =
N
n=
1+( Ne¿¿ 2)¿
112
n¿
1+(112.0,15¿¿ 2)¿
112
n=
1+(112.0,0225)
112
n=
1+2,52
112
n=
3,52
n=31,81 di bulatkan menjadi 32
Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel sebanyak 32
responden
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah seluruh populasi
e = toleransi error (0,15)
Accidental sampling adalah teknik yang pengunaannya dalam
menentukan sampel. Accidental sampling merupakan teknik penetuan
sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel24.
a. Kriteria Inklusi dalam penelitian yaitu :
1) Semua pasien yang mengalami peningkatan kadar asam urat diatas
40 tahun
2) Pasien yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani
informend consent
b. Kriteria Eksklusi dalam penelitian yaitu:
1) Pasien yang mengalami komplikasi
2) Pasien dengan kesadaran menurun
20

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah segala bentuk yang ditentukan oleh
penelitian untuk diteliti guna menjadi pembeda antara yang satu dengan yang
lain dan memperoleh informasi mengenai hasil tersebut, ada pun variabel
dalam penelitian ini yaitu24.
1. Variabel Independen
Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas. Dimana merupakan variabel yang berp[engaruh
dan menjadi penyebab berubahnya dan munculnya variabel dependen.
2. Variabel Dependen
Dalam bahasa Indonesia variabel dependen dinyatakan sebagai

variabel terkait.. Sehingga dalam penelitian ini variabel terikatnya ialah

peningkatan kadar asam urat.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional yaitu bentuk variabel yang dipelajari secara


individual dan bisa dioperasikan ditempat penelitian. Karakteristik yang bisa
diukur inilah yang menjadi pokok definisi operasional25
1. Kadar asam urat
Definisi : Hasil pengukuran dari hasil akhir pemecahan zat purin
Alat ukur : Observasi pemeriksaan dengan alat uric acid meter
Skala ukur : Rasio
Hasil ukur : Normal : LK : 2-8,5 mg/dl
PR : 2-7,5 mg/dl
Tidak Normal :LK : ≥ 8,5 mg/dl
PR : ≥ 7,5 mg/dl
2. Pengetahuan
Definisi :suatu informasi atau ilmu yang di dapatkan oleh
seseorang yang berguna atau bermanfaat bagi individu
maupun masyarakat.
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : Pengisian Kuesioner
21

Skala ukur : Ordinal


Hasil ukur : 1. Baik : jika skor ≥ mean/median
2. kurang baik : < mean/median
3. Pola Makan
Definisi :Pola Komsumsi pangan merupakan susunan jenis dan
jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok
orang pada waktu tertentu
Alat ukur : kuisioner
Cara ukur : Pengisian kuesioner
Skala ukur : Ordinal
Hasil ukur : 1. Baik : jika skor ≥ mean/median
2. kurang baik : < mean/median

F.Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data atau instrument yang digunakan dalam


penelitian ini yaitu kuesioner. Penulisan tertulis yang berguna untuk
mendapatkan informasi dari responden adalah kuesioner
1. Kuesioner Pengetahuan diadopsi dari Hamidatul Ulfiyah (2013), terdapat
20 pertanyaan mengenai Pengetahuan Pola makan, terdiri dari 15
pernyataan positif dan 5 pernyataan negative dan dikategorikan pernyataan
positif jika benar = 1, jika salah = 0. Penyataan negatif jika benar = 0, jika
salah = 1.
2. Kuesioner pola makan diadopsi dari kuesioner yang telah digunakan
sebelumnya oleh Tumenggung (2012) yang telah diuji validitasnya. Terdiri
dari 22 pertanyaan. Pertanyaan dibagi pertopik, 2 topik (jenis dan jumlah
makanan) terdiri dari 7 pertanyaan dan 1 topik (frekuensi makan) terdiri
dari 8 pertanyaan, total ada 3 topik dan dikategorikan 0 = tidak baik dan
1= baik
3. Pemeriksaan Kadar Asam Urat
Alat yang digunakan untuk asam urat yakni Uric Acid Meter dengan hasil
normal normal laki-laki 2-8,5 mg/dl, perempuan 2-7,5 mg/dl. Tidak
normal laki-laki ≥ 8,5 mg/dl, dan perempuan ≥ 7,5 mg/dl
22

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang


digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam pengum,pulan data penelitian,
data diperoleh dari dua jenis meliputi data primer dan data sekundert26
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden dengan
menggunakan kuesioner yang telah dibagikan kuesioner yaitu kuesioner
data demografi, kuesioner Pengetahuan Pola di adopsi dari Hamidatul
Ulfiyah (2013), menggunakan alat Uric Acid Meter.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang dipakai untuk
membantu data primer. Dalam penelitian ini ndata sekunder yaitu data
yang berkaitan pasien yang berkaitan Asam Urat di Puskesmasmas
Mamboro

H. Analisa Data

Setelah data yang terkumpul, kemudian data akan diolah dengan


beberapa tahan antara lain:25
1. Editing.
Peneliti mempertimbangkan lembar jawaban kuesioner yang
dibagikan kepada partisipan selama penelitian, data atau identitas
responden pada saat mengisi formulir jawaban, dan kemungkinan
kesalahan pada saat pengisian kuesioner.
2. Coding
Coding atau Enkripsi merupakan penyandian data agar tidak terjadi
kesalahan dalam tabulasi data.data.
3. Tabulating
Tabulasi ialah kombinasi data di tabel utama dan memberikan
ringkasan dan informasi
4. Entry Data
Entry data yaitu proses menginput data ke computer
23

5. Cleaning
Untuk melihat variabel yang digunakan apakah datanya sudah benar
atau belum, oleh karena itu digunakan pembersihan data.
6. Describing
Describing ialah mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan.
Setelah data di olah data kemudian di analisa dengan menggunakan
dua jenis analisis data yang digunakan dalam penelitian yaitu secara
Univariate dan Bivariate menggunakan program computer.
1. Analisa Univariat
Hal ini dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing
variabel, variabel bebas (Pengetahuan Pola Makan) dan variabel terikat (
Kadar Asam Urat). Secara umum analisis ini diperoleh dalam bentuk
persentase menggunakan rumus berikut27:
Rumus:
f
P= x 100 %=… %
N
Keterangan:
P : Persntase
f : Jumlh subjek yang ada kepada kategori terntu
N : Jumlah atau keseluruhan responden
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat untuk melihat pengaruh antara variabel bebas dan terikat.
Nilai signifikansi 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Tingkat signifikan
5% atau 0,05 artinya kita mengambil risiko salah mengambil keputusan
dengan menolak hipotesis yang benar sebanyak 5% dan benar dalam
mengambil keputusan minimal 95% (tingkat kepercayaan). Dikatakan ada
hubungan jika p-value <0,05 sedangkan jika p-value > 0,05 tidak ada
hubungan.33
Uji Chi-Square adalah uji yang digunakan dalam penelitian ini
dengan rumus berikut:
Rumus:
24

2
2 N {( ad −bc )−½ N }
x=
( a+b )( c +d ) ( a+ c ) (b+d )

Keterangan:
2
x : Chi Square
N : Sampel
Uji Chi-Square adalah uji non parametris yang paling sering
digunakan. Aturan yang berlaku untuk uji Chi-Square sebagai berikut:41
a. Bila pada tabel 2x2 dijumpai nilai harapan (expexted count) kurang dari
5, maka yang digunakan adalah fisher exact test.
b. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai harapan (expected count)< 5 maka uji
yang digunakan sebaiknya contuity corecction.
c. Bila tabelnya lebih 2x2 , misalnya 3x2, 3x3 dan sebagainya, maka
digunakan uji pearson chi square
d. Uji likelihood ratio dan linier by linear association biasanya digunakan
untuk keperluan lebih spesifik, misalnya analisis strafikasi pada bidang
epidemiologi dan juga untuk mengetahui hubungan linier dua variabel,
kategorik, sehingga kedua jenis ini jarang digunakan
25

D. Bagan Alur Penelitian

Pengambilan Data awal

Menentukan Lokasi Penelitian

Melakukan Uji Turnitin

Ujian Proposal

Mengurus Surat Izin Penelitian di Ruang Tata Usaha STIKes WN Palu

Mengajukan Surat Izin Penelitian di Puskesmas Mamboro

Populasi Berjumlah 112 Orang


Pengambilan Sampel Menggunakan Tekhnik Accidental Sampling
Sampel Berjumlah 32 Orang

Melakukan Penelitian dengan Menggunakan APD di Puskesmas


Mamboro

Informed Consent
Menjelaskan untuk Meminta Persetujuan Responden

Pengumpulan Data
Dengan Menggunakan Data Primer dan Data Sekunder

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Terikat)


1. Pengetahuan Kadar asam urat pada pasien diatas 40
2. Pola Makan tahun

Analisi Data Menggunakan Uji Chi-Square

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Gambar 3.1 Bagan alur penelitian


26

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran lokasi penelitian
UPTD Puskesmas Mamboro adalah salah satu Unit Pelaksanaan
Teknik Dinas Kesehatan Kota Palu yang secara Geografis terletak di
Kecamatan Palu Utara, tepatnya di Kelurahan Mamboro Barat ± 13 KM
dari Pusat Pemerintahan Kota Palu, secara Administrasi Puskesmas
Mamboro bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di tiga
kelurahan yaitu Kelurahan Mamboro, Kelurahan Mamboro Barat dan
Kelurahan Taipa, dengan luas wilayah keseluruhan sebesar 29,94 Km3.
Puskesmas Mamboro memiliki wilayah kerja yang berbatasan
langsung dengan : Sebelah Barat berbatasan dengan Teluk Palu, Sebelah
Timur berbatasan daerah perbukitan, Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kelurahan Tondo, sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kayumalue
Ngapa. Adapun keadaan iklim sebagaimana halnya Kota Palu secara
umum, wilayah kerja UPTD Puskesmas Mamboro terjadi dua musim
yakni musim panas dan musim penghujan. Puncak musim hujan terjadi di
antara bulan Oktober-November dan puncak musim panas pada bulan Juli-
September.
Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota
Palu tahun 2019. Registrasi penduduk per kelurahan pada Dinas Dukcapil
Kota Palu yang diteruskan dalam surat penyampaian data jumlah
penduduk dan sasaran program di puskesmas tahun 2019, jumlah
penduduk yang berada pada tiga wilayah kerja UPTD Puskesmas
Mamboro berjumlah 16.055 jiwa yang terdiri 7.925 jiwa penduduk
perempuan dan 8.080 jiwa penduduk laki-laki, dengan ratio jenis kelamin
101.96. Adapun komposisi umur penduduk pada tahun 2019 di wilaya
kerja UPTD Puskesmas Mamboro pada kelompok umur 0-14 tahun
sebesar 25,62% lebih besar dari kelompok usia lansia dengan rentan usia
45>65 tahun dengan presentase 22,09%, sementara presentase penduduk
pada kelompok usia 15-44 tahun adalah kelompok penduduk denga
presentase tertinggi yaitu sebesar 52,29%
27

.Kelurahan mamboro terdiri dari beberapa suku/etnis yaitu kaili,


bugis dan jawa. Adapun kebiasaan sosial budaya yang ada di Kelurahan
Mamboro, melakukan pekerjaan dengan bergotong royong, menghadiri
adat dan budaya seperti acara kelahiran, acara kematian, acara perkawinan
dan acara naik rumah baru
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Umum Responden
Gambaran umum distribusi karakteristik umum responden di
wilayah Kerja Umum Puskesmas Mamboro adalah pendidikan, Umur,
dan Jenis Kelamin.

Tabel 4.1 klasifikasi berdasarkan pendidikan responden di wilayah


kerja Puskesmas Mamboro.

Pendidikan Jumlah (n) Persentase (%)

SD 13 40,6

SMP 2 6,3

SMA 11 34,4

D3 6 18,8

Total 32 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi responden berdasarkan


pendidikan menunjukkan bahwa dari 32 responden, dengan responden
terbanyak memiliki pendidikan terakhir SD sebanyak 13 responden,
sedangkan responden paling sedikit memiliki pendidikan SMP sebanyak 2
responden (6,3%).
28

Tabel 4.2 klasifikasi berdasarkan jenis kelamin tenaga kesehatan di


puskesmas mamboro.

Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

Laki-laki 13 41

Perempuan 19 59

Total 32 100

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi frekuensi responden berdasarkan


jenis kelamin menunjukkan bahwa dari 32 responden, dengan responden
terbanyak berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 responden (59%), dan
laki-laki sebanyak 13 responden (41%).

Tabel 4.3 klasifikasi berdasarkan usia tenaga kesehatan di puskesmas


mamboro.

Usia Jumlah (n) Persentase (%)

Dewasa Tua
24 75
(40-50)

Pra lansia
5 16
(50-60)

Lansia
3 9
(> 60)

Total 32 100

Berdaskan tabel 4.3 distribusi freskuensi responden berdasarkan usia


menunjukan bahwa dari 32 responden, dengan jumlah responden
terbanyak didapatkan pada usia dewasa tua (40-50) sebanyak 24 responden
(75%), usia pra lansia (50-60 tahun ) sebanyak 5 responden (16%) dan
sebagian kecil usia lansia ( > 60 tahun) sebanyak 3 responden.
29

2. Analisis univariat
Mengidentifikasi peningkatan kadar asam urat dalam darah pada
pasien 40 tahun keatas di puskesmas mamboro tahun 2022.

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi klasifikasi kadar asam urat

No Kadar asam urat Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Normal 15 47
2 Tidak normal 17 53
Total 32 100

Berdasarkan tabel 4.4 distribusi responden berdasarkan tingkat


kadar Asam Urat di puskesmas mamboro dari 32 responden, terdapat
17 respoden (53%) dengan kadar asam urat tidak normal, sedangkan
terdapat 15 responden (47%) dengan kadar asam urat normal.

b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan pada pasien 40 tahun keatas di


puskesmas mamboro

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi klasifikasi Pengetahuan


No pengetahuan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Baik 15 47
2 Kurang Baik 17 53
Total 35 100

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi responden berdasarkan tingkat


pengetahuan di puskesmas mamboro dari 32 responden, terdapat 15
respoden (47%) memiliki pengetahuan baik , sedangkan terdapat 17
responden (53%) memiliki pengetahuan kurang baik.
30

c. Mengidentifikasi hubungan pola makan pada pasien 40 tahun ke atas di


puskesmas mamboro.

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi klasifikasi Pola Makan


No Pola makan Frekuensi (f) Persentase (%)
1 Baik 15 47
2 Kurang Baik 17 53
Total 35 100

Berdasarkan tabel 4.6 distribusi responden dengan pola makan di


puskesmas mamboro dari 32 responden, terdapat 15 respoden (47%)
dengan pola makan kurang baik , sedangkan terdapat 17 responden (53%)
dengan pola makan baik.

3. Analisis Bivariat
Tabel 4.7 hubungan pengetahuan dengan peningkatan kadar asam urat
pada pasie usia 40 tahun ke atas di puskesmas mamboro

Kadar asam urat Total Value

Pengetahuan Normal Tidak normal N %

N % N %
Baik 12 38 3 9 15 47
Kurang baik 3 9 14 44 17 53 0,002
Total 15 47 17 53 32 100

Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan hasil bahwa dari 32 responden


(100%) terdapat 12 responden (38%) yang memiliki pengetahuan baik
dengan kadar asam urat yang normal. Sedangkan responden yang memiliki
pengetahuan baik dengan kadar asam urat yang tidak normal sebanyak 3
responden ( 9%). Didapatkan hasil responden yang memiliki pengetahuan
kurang baik sebanyak 3 responden (9%) dengan kadar asam urat normal,
sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik dengan
31

kadar asam urat tidak normal sebanyak 14 responden (44%). Hasil analisis
bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square didapatkan p value 0,002
yang berarti memiliki nilai tidak bermakna yaitu tidak terdapat hubungan
antara pengetahuan dengan peningkatan kadar asam urat di Puskesmas
Mamboro.

Tabel 4.8 hubungan pola makan dengan peningkatan kadar asam urat
pada pasie usia 40 tahun ke atas di puskesmas mamboro

Kadar asam urat Total Value

Pola Makan Normal Tidak normal N %

n % N %
Baik 15 47 0 0 15 47
Kurang baik 0 0 17 53 17 53 0,000
Total 15 47 17 53 32 100

Berdasarkan Tabel 4.8 didapatkan hasil dari 32 responden (100%), yang


memiliki Pola Makan baik dengan kadar asam urat normal sebanyak 15
responden (47%) sedangkan yang memiliki pola makan baik dengan kadar
asam urat yang tidak normal sebanyak 0 responden (0%). Didapatkan hasil
responden yang memiliki pola makan kurang baik dengan kadar asam urat
yang normal sebanyak 0 responden (0%) sedangkan responden yang
memiliki pola makan yang kurang baik dengan kadar asam urat tidak
normal sebanyak 17 responden (53%). Hasil analisis bivariate dengan
menggunakan uji alternative Chi-Square didapatkan p value 0,000 yang
berarti memiliki nilai bermakna yaitu terdapat hubungan antara pola
makan dengan peningkatan kadar asam urat di Puskesmas Mamboro.

C. Pembahasan
1. Pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan pada penderita
asam urat di puskesmas Mamboro pada tabel 4.3 didapatkan bahwa
terdapat 15 responden (47%) yang memiliki pengetahuan baik, dan
terdapat 17 responden (53%) yang memiliki pengetahuan kurang baik.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ulfiyah (2018) yang
32

dilakukan di Kelurahan Pisangan menyatakan bahwa sebesar 88,2 %


responden mempunyai pengetahuan baik tentang asam urat28.
Asumsi peneliti pengetahuan responden menujukkan hasil baik
disebabkan ada beberapa faktor, salah satunya adalah adanya
pendidikan kesehatan. Beberapa responden mengatakan bahwa mereka
mendapat informasi mengenai penyakit asam urat melalui pendidikan
kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di tempat- tempat
posyandu lansia yang berada di wilayah tempat tinggal responden.
Pengetahuan responden yang baik akan sangat mempengaruhi
perilakunya dalam melakukan pencegahan penyakit asam urat.
Responden yang memiliki pengetahuan yang baik di harapkan
mempunyai kesadaran dalam dirinya untuk selalu melakukan
pencegahan terhadap suatu penyakit termasuk salah satunya adalah
pencegahan terhadap penyakit asam urat. Persepsi seseorang yang
bernar tentang kesehatan akan medorong seseorang untuk berperilaku
sehat, misalnya dengan melakukan sesuatu yang dapat mengurangi
resiko terhadap suatu penyakit. Hal ini juga sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan bahwa setiap perilaku seseorang
dipengaruhi oleh persepsinya28
2. Pola makan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pola makan pada penderita
asam urat di puskesmas Mamboro pada tabel 4.4 didapatkan bahwa
terdapat 15 responden (47%) yang memilki pola makan baik, dan
terdapat 17 responden (53%) yang memilki pola makan kurang baik.
Menurut asumsi peneliti 15 responden (47%) yang memiliki pola
makan baik dikarenakan mereka mengetahui dan menghindari makanan
yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat sehingga responden
mampu meminimalisir mengkonsumsi makanan yang menyebabkan
asam urat. Sedangkan 17 responden (53%) yang memiliki pola makan
kurang baik dipengaruhi oleh pengetahuan yang kurang baik pula
sehingga tidak mengetahui dan tidak menghindari makan makanan yang
mengandung purin29.
33

Faktor yang menyebabkan pola makan baik yaitu tingkat


pendidikan dimana seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang
lebih tingggi biasanya akan memiliki wawasan yang lebih luas
dibandingkan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah30. Dimana dari hasil penelitian didapatkan bahwa pendidikan
responden rata-rata SD sebanayak 13 responden (40,6%).
3. Kadar Asam urat
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Kadar Asam Urat pada
penderita di puskesmas Mamboro pada tabel 4.5 didapatkan hasil
bahwa terdapat 15 responden (47%) yang memiliki Kadar asam urat
normal, dan terdapat 17 responden (53%) yang memiliki kadar asam
urat tidak normal.
Menurut asumsi peneliti 15 responden (47%) memiliki kadar asam
urat normal, dikarenakan pengetahuan serta pola makan responden yang
baik sehingga tidak terjadinya peningkatan kadar asam urat. Sedangkan
17 responden (53%) yang memiliki kadar asam urat yang tidak normal
dikarenakan pengetahuan serta pola makan yang kurang baik sehingga
terjadinya peningkatan kadar asam urat pada responden.
Kadar asam urat yang normal dipengaruhi oleh pengetahuan,
dimana semakin baik pengetahuan seseorang akan semakin baik juga
perilaku seseorang dalam menjaga kesehatan tubuhnya1.
4. Hubungan pengetahuan dengan peningkatan kadar asam urat
Dari hasil penelitian pada tabel 4.6 Hasil analisis bivariate dengan
menggunakan uji Chi-Square didapatkan p value 0,002 yang berarti
memiliki nilai yang bermakna yaitu terdapat hubungan antara
pengetahuan dengan peningkatan kadar asam urat di Puskesmas
Mamboro. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Ulfiyah (2018) yang dilakukan di Kelurahan Pisangan
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan
peningkatan kadar asam urat28.
Asumsi peneliti peningkatan asam urat dapat dipengaruhi oleh
pengetahuan karena dimana seseorang yang telah mendapatkan
34

informasi tentang asam urat tentunya akan mengetahui hal apa saja
yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Seseorang dengan
pengetahuan yang baik tentunya akan memiliki kadar asam urat yang
normal, karena orang tersebut mampu menghindari hal0hal yang dapat
menyebabkan peningkatan kadar asam urat. Sebaliknya jika seseorang
memiliki pengetahuan yang kurang baik makan seseorang tersebut akan
memiliki kadar asam urat yang tidak normal, dikarenakan orang
tersebut tidak tau hal apa yang seharusnya dihindari olehnya. Semakin
baik pengetahuan seseorang maka semakin baik pula perilaku seseorang
dalam menjaga kesehatan tubuhnya31.
5. Hubungan Pola makan dengan peningkatan kadar asam urat
Dari hasil penelitian pada tabel 4.7 didapatkan hasil analisis
bivariate dengan menggunakan uji alternative Chi-Square didapatkan p
value 0,000 yang berarti memiliki nilai bermakna yaitu terdapat
hubungan antara pola makan dengan peningkatan kadar asam urat di
Puskesmas Mamboro. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya
yang telah di lakukan oleh Juhari (2016) mendapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan anatara pola makan dengan
peningkatan kadar asam urat32.
Menurut peneliti pola makan baik, dikarenaka responden sudah
mengetahui bahwa makanan yang banyak mengandung zat purin harus
di hindari atau tidak dikomsumsi seperti bebek,hati, kacang-kacangan,
belinjo. Dengan pola makan yang baik maka responden kadar asam urat
bisa di katakan normal, selain itu pola makan yang baik juga harus di
ikuti dengan aktifitas fisik yang baik seperti olahraga lari pagi,
bersepeda santai agar kadar asam urat dalam urat tidak menumpuk
dalam darah33.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi asam urat adalah pola
makan atau makana yang di komsumsi, umumnya makanan yang tidak
seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu tinggi). Asam
urat merupakan hasil pengolahan atau metabolisme zat- zat di dalam
tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebihan, setiap orang memiliki
35

asam urat di dalam tubuh, karena setiap proses pengolahan suatu zat
yang bernama purin. Purin adalah bentuk turuna nukleo protein, yaitu
salah satu zat komponen asam nukleat dalam tubuh manusia dan di
jumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari
halamamn seperti sayur-sayuran, buah- buahan, kacang- kacangan dan
lain- lain. Sedangkan hewan seperti daging, jeroan, ikan sarden dan
lain-lain. Purin ini diolah oleh tubuh dan hasilnya berupa asam urat34.
36
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis variabel yang diteliti tentang


Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam Urat
Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Keatas Di puskesmas Mamboro, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar Pola Makan Pada Pasien Usia 40 tahun ke atas di Puskesmas
Mamboro adalah baik yaitu 53%
2. Sebagian besar Kadar Asam Urat dalam darah Pada Pasien Usia 40 tahun ke atas
di Puskesmas Mamboro Tahun 2022 adalah normal yaitu 53%
3. Ada Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar
Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Keatas Di puskesmas
Mamboro

B. Saran

Adapun saran yang dapat peneliti berikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Institusi Pendidikan (STIKes Widya Nusantara Palu)
Disarankan agar hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di
perpustakaan yang nantinya dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mahasiswa tentang keperawatan yaitu Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan
Peningkatan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Pasien Usia 40 Tahun Keatas
Di puskesmas Mamboro dan mambantu dalam pembuatan skripsi selanjutnya.
2. Bagi Sampel (lansia yang mengalami peningkatan asam urat)
Bagi sampel diharapkan bagi lansia untuk lebih memperhatikan pola makan
dan menjaga kesehatan serta perbanyak berolahraga
3. Bagi Instansi Tempat Penelitian
Diharapkan bagi tempat penelitian dapat menerapkan kepatuhan pola makan
pada lansia yang berumur 40 tahuan keatas yang berada di kelurahan Mamboro
wilyah kerja Puskesmas Mamboro, dapat meningkat suatu pengetahuan tentang
pola makan terhadap peningkatan kadar asam urat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Songgigilan, A. M. ., Rumengan, I. & Kundre, R. Hubungan Pola Makan Dan Tingkat
Pengetahuan Dengan Kadar Asam Urat Dalam Darah Pada Penderita Gout Artritis Di
Puskesmas Ranotana Weru. J. Keperawatan 7, 1–8 (2019).
2. Anies. Penyakit Degeneratif. (Ar-Ruzz Media, 2018).
3. ANDRIANI KRISTIANA KUDHA‫ו‬. HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN
KADAR ASAM URAT DI DESA KOLONGAN KECAMATAN KALAWAT
SKRIPSI. 93, 259 (2017).
4. Islamiah, Hamis, M. A. & Adi, G. S. PADA PASIEN GOUT DI PUSKESMAS
KALISAT KABUPATEN JEMBER ( The Correlation of Dietary Habit and Artralgia
on the Gout Patient in Puskesmas Kalisat Jember Regency ) 1 ) Mahasiswa Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember 2 , 3 ) Dosen Fakultas. J.
Kesehat. 0–8.
5. Fitriani, R., Azzahri, L. M. & Nurman, M. Hubungan Pola Makan Dengan Kadar
Asam Urat (Gout Artritis) Pada Usia Dewasa 35-49 Tahun. J. Ners Prodi Sarj.
Keperawatan Profesi Ners FIK UP 2021 5, 20–27 (2021).
6. Songgigilan et al. HUBUNGAN POLA MAKAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN
DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA PENDERITA GOUT
ARTRITIS DI PUSKESMAS RANOTANA WERU. (2019).
7. Izzaty, R. E., Astuti, B. & Cholimah, N. HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN
KADAR ASAM URAT MASYARA KAT DI KOTA BANDAR LAMPUNG. Angew.
Chemie Int. Ed. 6(11), 951–952. 5–24 (1967).
8. Noviyanti. Hidup Sehat Tanpa Asam Urat. (2015).
9. Sharaf, A. R. Penyakit Dan Terapi Bekamnya:Dasar Dasar ilmiah Terapi Bekam.
(Thibbia, 2012).
10. supriyadi. Statistik Kesehatan. (Salemba Medika, 2014).
11. Umar, W. A. Bekam Untuk 7 Penyakit Kronis. (Grogol Sukaharjo, Thibbia, 2015).
12. Fitriana. Cara Cepat Usir Asam Urat. (Medika, 2015).
13. Karo, T. K. & Utara, S. PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG ASAM URAT
PADA MASYARAKAT TIGABINANGA KABUPATEN KARO, SUMATERA
UTARA. 2, 127–132 (2019).
14. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. (Rineka Cipta, 2010).
15. Notoatmodjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. (Rineka Cipta, 2012).
16. Mubarak, W. I. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. (Salemba Medika, 2011).
17. Baliwati. Pengertian pola makan. http://repository.usu.ac.id/bitstream.Diakses
02/01/2022. (2017).
18. Sulistyoningsih. Pengertian pola makan.http://repository.usu.ac.id/bitstream. Diakses
09/01/2022. (2017).
19. Supariasa, dkk. Pengertian pola makan.http://repository.usu.ac.id/bitstream.Diakses
09/01/2022. (2017).
20. Ranti. Pengertian pola makan. http://repository.usu.ac.id/bitstream
Diakses09/01/2022. (2018).
21. Almatsier. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. (PT. Gramedia Pustaka Utama,
2011).
22. Utami, E. R. Antibiotika, Resistensi, Dan Rasionalitas Terapi. (2012).
23. Usman Pamungkas. Metedeologi Riset Keperawatan. (Trans Info Medika).
24. Notoatmodjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. (Rineka Cipta, 2015).
25. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. (Alfa Beta, 2017).
26. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Rineka Cipta, 2015).
27. Machfoedz. Statistika Deskriptif : Bidang Kesehatan. Keperawatan. Dan Bidan (Bio
39

Statistik). (Fitramaya Raja Grafindo Persada, 2013).


28. Ulfiyah, H. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Wanita
Menopause dalam Upaya Pencegahan Penyakit Gout di Kelurahan Pisangan. Univ.
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 13–14 (2013).
29. Bawental, N. R. et al. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Perilaku
Kesehatan Reproduksi Pada Peserta Didik Di Sma Negeri 3 Manado. Kesmas 8, 344–
351 (2019).
30. Lara, A. G. & Hidajah, A. C. Hubungan Pendidikan, Kebiasaan Olahraga, Dan Pola
Makan Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas Wonokromo Surabaya. J.
PROMKES 4, 59 (2017).
31. Sakinah. Hubungan pengetahuan, persepsi pasien dan peran keluarga terhadap
pencegahan kejadian asam urat ( gout ) di puskesmas simpang iv sipin kota jambi
tahun 2015. Sci. J. 4, 210–216 (2015).
32. Sunarti, S. Gaya Hidup Sehat Lansia Yang Mempunyai Kadar Asam Urat Lebih Dari
Normal Di Posyandu Lansia Turi 01 UPTD Puskesmas Kecamatan Sukorejo. J.
Keperawatan Malang 5, 1–9 (2020).
33 . Dungga, E. F. Pola Makan dan Hubungannya Terhadap Kadar Asam Urat. Jambura
Nurs. J. 4, 7–15 (2022).
40

INFORMED CONSENT

Setelah mendapatkan penjelasan secara rinci dan memahami penelitian ini, saya
bersedia berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti
Hasmayuni Mahasiswi Program Studi S1 Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu
mengenai Hubungan Pengetahuan Tentang Pola Makan Dengan Peningkatan Kadar Asam
Urat Dalam Darah Di Puskesmas Mamboro Selanjutnya saya tidak akan menuntut jika terjadi
sesuatu hal dikemudian hari.
Berikut adalah identitas saya :
Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Dengan demikian pernyataan ini kami buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari
siapupun

Mamboro, 2022

Responden
41

LEMBAR KUISIONER
1. Kuisioner Pengetahuan

Keterangan : B = Benar

: S = Salah

No Pertanyaan Jawaban

1. Penyakit asam urat adalah penyakit yang timbul karena B S


peningkatan kadar asam urat darah

2. Wanita yang menopause beresiko terkena asam urat

3. Penyakit asam urat adalah penyakit yang dapat di cegah

4. Memiliki berat badan berlebih (obesitas) beresiko


terkena asam urat

5. Salah satu pencegahan penyakit asam urat dapat di


lakukan dengan menjaga pola makan

6. Penyakit asam urat adalah penyakit asam urat akibat


pengapuran pada sendi

7. Penyakit asam urat yang di derita seseorang dalam


waktu lama tidak menimbulkan komplikasi

8. Minum banyak air putih dapat mengurangi kadar asam


urat darah

9. Bengkak dan kemrahan di sekitar sendi merupakan


tanda penyakit asam urat

10 Terlalu sering jalan, jongkok, berdiri, naik dan turun


tangga bisa menjadi penyebab asam urat

11. Kesemutan, linu, dan nyeri sendi pada penderita asam


urat biasanya terjadi pada malam hari atau pagi saat
bangun tidur

12. Sering mengomsumsi makanan yang mengandung purin


42

seperti kacang- kacangan, melinjo dapat menyebabkan


terjadinya asam urat

13. Penyakit asam urat merupakan salah satu penyakit sendi

14. Mengurangi makanan seperti jeroan, daging dan


kacang- kacangan merupakan cara untuk mencegah
penyakit asam urat

15. Minum air putih cukup setiap hari (8 gelas ) tidak dapat
membantu penyakit asam urat

16. Mandi malam hari dapat mencegah penyakit asam urat

17. Penyakit asam urat tidak dapat di sembuhkan

18. Obat- obatan untuk penyakit asam urat di berikan


dengan tujuan untuk mengurangi nyeri sendi dan
menurunkan kadar asam urat darah

19. Pada penderita penyakit asam urat di temukan adanya


peningkatan kadar asam urat

20. Komplikasi yang sering terjadi pada penderita asam urat


adalah baju ginjal
43

2. Kuisioner Pola makan

Keterangan : 1. Ya skor 0

2. Tidak skor 1

No Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anda makan – makanan kerang, otak sapi?

2. Apakah anda sering makan hati sapi, hati kambing, hati


ayam ?

3. Apakah anda makan jantung sapi, paru sapi?

4. Apakah anda makan daging bebek?

5. Apakah anda makan daging burung darah?

6. Apakah anda makan daun dan biji melinjo?

7. Apakah anda makan kacang tanah?

8. Apakah anda makan otak sapi ?

9. Apakah anda makan hati sapi, hati kambing, hati ayam ?

10. Apakah anda makan jantung sapi, paru sapi ?

11. Apakah anda makan daging bebek ?

12. Apakah anda makan biji melinjo ?

13. Apakah anda makan kacang tanah?

14. Apakah anda makan burung dara?

15. Apakah anda makan otak sapi dalam satu minggu 4


sekali?

16. Apakah anda makan hati sapi, hati kambing, hati ayam 5
kali seminggu?

17. Apakah anda makan jantung sapi, paru-paru sapi 4 kali


seminggu?
44

18. Apakah anda makan daging bebek 1 ekor 4 kali


seminggu?

19. Apakah anda makan biji melinjo 5 kali seminggu?

20. Apakah anda makan kacang tanah setiap hari?

21. Apakah anda makan burung dara 3 kali seminggu?


45

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai