SKRIPSI
TIYAS ISWARA
1410714009
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar
Sarjana Gizi
TIYAS ISWARA
1410714009
i
PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber yang telah dikutip
maupun diujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Tiyas Iswara
NRP : 1410714009
Tanggal : 10 Juli 2018
(Tiyas Iswara)
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 10 Juli 2018
Yang menyatakan,
Tiyas Iswara
iii
PENGESAHAN
Firlia Ayu Arini, SKM, MKM Taufik Maryusman, S.Gz, M.Gizi, M.Pd
Penguji I Penguji II (Pembimbing)
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal Ujian : 10 Juli 2018
iv
HUBUNGAN PELAKSANAAN SKRINING GIZI DAN ASUPAN
ZAT GIZI MAKRO (ENERGI DAN PROTEIN) DENGAN
KEJADIAN MALNUTRISI PADA PASIEN TB PARU DI RSUD
BUDHI ASIH TAHUN 2018
Tiyas Iswara
Abstrak
Malnutrisi dan TB paru sudah diketahui sejak lama. Malnutrisi pada penderita TB
Paru memperberat perjalanan infeksi penyakit, mempengaruhi perjalanan
pengobatan dan tingkat kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya hubungan pelaksanaan skrining gizi dan asupan zat gizi makro (energi
dan protein) dengan kejadian malnutrisi pada pasien TB Paru. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross-
sectional. Penilaian malnutrisi dilakukan dengan menggunakan metode food
recall 2x24 jam serdan dilihat penurunan berat badan pada 34 pasien TB paru.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara
pelaksanaan skrining gizi dengan kejadian malnutrisi (P= 0,704). Sedangkan hasil
uji statistik variable asupan energi (P= 0,000) dan asupan protein (P= 0,001)
didapatkan ada hubugan yang bermakna dengan kejadian malnutrisi pada pasien
TB Paru (P < 0,05). Hasil penelitian ini memnunjukkan bahwa asupan energi dan
protein mempunya hubungan dengan kejadian malnutrisi yang dialami oleh
pasien TB Paru. Oleh karena itu, perlunya penegakkan pelaksanaan skrining gizi
dan penyuluhan asupan terkait kebutuhan gizi pasien TB Paru.
v
THE RELATION OF NUTRIENT SCREENING AND MACRO
NUTRIENT INTAKE (ENERGY AND PROTEIN) WITH
MALNUTRITION IN LUNG TUBERCUOSIS PATIENTS AT
RSUD BUDHI ASIH 2018
Tiyas Iswara
Abstract
The relation between malnutrition and pulmonary tbuerculosis is known for a long
time. Malnutrition in Pulmonary Tuberculosis patients aggravates the course of
infectious diseases, and affecting To the course of mortality rate. The purpose of
this research was to determine the relations of nutrient screening and macro
nutrient (energy and protein) intake with malnutrition in Pulmonary Tuberculosis
patients. This study usng analytic observational with cross-sectional study
approach. The Indicator of malnutrition by looking intake of macro nutrients
using 2x24 hour food recall method and monitored weight loss in 34 lung
tuberculosis patients. The results of statistical analysis indicate that there is no
correlation between the implementation of nutritional screening and the incidence
of malnutrition (P = 0.704). While the result of statistical test of variable of energy
intake (P = 0,000) and protein intake (P = 0,001) was found significant relation
with malnutrition incidence in pulmonary tuberculosis patient (P <0,05). Results
of this study indicated that energy and protein intake is associated with incidence
of malnutrition in pulmonary tuberculosis patients.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunianya saya
dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar S-1 Ilmu Gizi. Saya ingin berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah
berkontribusi dalam penyelesaian laporan penelitian ini. Terima kasih saya
sampaikan kepada Ikha Deviyanti Puspita, S,Gz, RD, MKM. selaku Kaprodi S1
Ilmu gizi dan penguji, Taufik Maryusman, S.Gz, M.Gizi, M.Pd, Selaku
pembimbing 1 akademik atas segala waktu, bimbingan, saran dan kritik yang
telah banyak diberikan hingga akhir penyusunan skripsi ini, Firlia Ayu Arini,
SKM, MKM. Selaku Pembimbing 2 akademik atas segala waktu, bimbingan,
saran dan kritik yang telah banyak diberikan hingga akhir penyusunan skripsi ini.
Selanjutnya untuk ibu saya yang sangat berharga Ros Naini Pohan dan Ayah saya
Alm. Ismulyono yang saya sangat cintai, terimakasih atas segala usaha, upaya,
kesabaran dan kasih saying serta doa yang selalu ayah dan ibu panjatkan untuk
anak kalian ini., seluruh petugas dan tenaga kesehatan di RSUD Budhi Asih atas
kerja sama dan waktunya. Kepada teman-teman pantura saya yang telah
membantu dan mendorong saya untuk terus mengerjakan skripsi ini Eka Duo
Mekar, Selpi kitty, Wawa Duo Mekar, Nindy Janeta, Wibi Sukaesih, Glenda
Daratista, Predi Towok dan Dewa Petot. Selanjutnya saya ingin bertermakasih
atas teman-teman supporter terbaik dalam kehidupan saya yang kelam dan tidak
pernah berkontribusi dalam kesusahan saya, ria utari, gege, endang oppa, cenul
satria, balkis, nadhira bocil, melan jenong. Teman-teman se-bimbingan Nikadek
krisna dan Sari Kristi yang selalu memberi semangat dan yang terakhir semua
pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu.
Jakarta, 2018
Penuli
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................................. iv
ABSTRAK (BAHASA) ................................................................................................ v
ABSTRACT (ENGLISH) ............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xii
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 35
IV.1 Gambaran Umum Rumah Sakit ............................................................................ 39
IV.2 Analisis Uji Univariat ........................................................................................... 37
IV.3 Analisis Uji Bivariat ............................................................................................. 45
IV.4 Keterbatasan Penelitian......................................................................................... 52
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
I.3 Tujuan
I.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui adanya hubungan pelaksanaan skrining gizi dan asupan zat gizi
makro (energi dan protein) dengan kejadian malnutrisi pada pasien TB Paru.
4
I.4 Manfaat
I.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mahasiswa khususnya
mengenai hubungan skrining gizi dan asupan zat gizi makro (energi dan protein)
pada pasien TB Paru di Rumah Sakit.
I.5. Hipotesis
a. Ada hubungan skrining gizi dengan kejadian malnutrisi pada pasien TB
Paru di RSUD Budhi Asih.
b. Ada hubungan asupan energi dengan kejadian malnutrisi pada pasien TB
Paru di RSUD Budhi Asih.
c. Ada hubungan asupan protein dengan kejadian malnutrisi pada pasien TB
Paru di RSUD Budhi Asih.
6
7
II.1.2 Patofisiologi
Infeksi dimulai dengan serangan pertama yang disebut TB Paru primer. TB P
paru primer terjadi ketika kuman mycobacterium tuberculosis masuk melalaui udara
pernapasan menyerang paru bagian atas. Selanjutnya, tubuh akan membentuk
granuloma, yaitu situs infeksi yang terdiri dari sel radang, daerah abses, dan kuman
mycobacterium tuberculosis. Penyembuhan total biasanya dapat terjadi setelah
granuloma itu mengalami proses fibrosis dan kalsifikasi. Jika penyembuhan tersebut
gagal, pada kondisi dimana imunitas turun, maka dapat terbentuk TB Paru pasca
primer. Keadaan inilah yang bersifat fatal dan dapat berkembang menjadi TB Paru
milier. Pada proses ini materi tubercular akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkial. Proses ini akan terajdi berulang kali di bagian lain paru-paru, atau
basil akan terbawa sampai laring, telinga bagian tengah dan usus. (Price dan
Wilson,1995).
II.1.4 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Tatalaksana kasus TB Paru dibuat berdasarkan pada strategis DOTS dan
didukung oleh IUATLD dan ISTC. Penggunaan obat anti tuberculosis (OAT) yang
tepat akan sangat efektif untuk mendukung strategi STOP TB WHO dan target
eliminasi TB pada tujuan MDG nomor 6. Penderita TB Paru dengan gejala klinis
harus mendapatkan dua jenis OAT untuk mencegah timbulnya strain yang resistensi
8
terhadap obat. Kombinasi obat-obat pilihan adalah isoniazid (INH), etambutol (EMB)
atau rifampisin (RIF). Dosis INH untuk orang dewasa biasanya hanya 5-10 mg/kgBB
sedangkan EMB adalah 15 mg/kgBB.
Efek samping dari etambutol adalah neuritis retrobulbar disertai penurunan
ketajaman penglihatan. Uji ketajaman penglihatan dianjurkan setiap bulan agar
keadaan tersebut dapat diketahui. Efek samping INH yang berat jarang terjadi,
komplikasi paling berat terjadi adalah hepatitis. Namun hepatitis jarang terjadi pada
usia dibawah 20 tahun dan mencapai puncaknya pada mereka yang berusia 50 tahun
keatas. Disfungsi hati ringan, seperti terbukti dengan peningkatan aktivitas serum
aminotransferase, ditemukan pada 10-20% kasus yang mendapat INH (Price dan
Wilson,1995).
b. Penatalaksanaan Gizi
Penatalaksanaan terapi gizi pasien TB paru menjadi salah satu faktor penunjag
utama penyembuhan, tentunya harus diperhatikan agar pemberian asupan tidak
kurang ataupun lebih yang akan memungkina organ tubuh kesulitan melakukan
fungsi metabolisme (Kemenkes RI dalam Hermy, et al, 2013). Perlu disadari bahwa
gizi mempunyai peran yang cukup penting terhadap tingkat kesembuhan dan lama
perawatan pasien di rumah sakit (Usman, 2008). Pada penderita TB paru, penurunan
berat badan sangat berdampak pada morbiditas dan mortalitas pasien serta utama
pada tingkat penggunaan energi serta asupan makanan yang tidak cukup dikarenakan
penurunan berat badan (Katsilambros, et al, 2011). Diet tinggi energi dan inggi
protein sangat dianjurkan unuk penderita penyakit infeksi khususnya TB Paru. Diet
ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk
mencegah terjadinya kerusakan jaringan (Almatsier, 2013).
peningkatan ekskresi zat gizi esensial. Bayi, anak-anak, wanita hamil, orang dengan
pendapaan rendah, pasien rawat inap, dan orang dengan lanjut usia memiliki risiko
yang tinggi untuk mengalami malnutrisi. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya
gangguan pertumbuhan dan perkembangan, menurunnya resistensi terhadap infeksi,
lamanya penyembuhan luka, hasil klinis yang buruk dan penyakit trauma,
perkembangan penyakit kronis, serta peningkatan morbiditas dan mortalitas.
Terutama di Negara berkembang masalah utama yang menjadi perhatian adalah
kekurangan nutrisi (under-nutrition), sehingga malnutrisi disini mengacu pada
kekurangan nutrisi. MRS atau malnutrisi rumah sakit (hospital malnutrition) adalah
terjadinya malnutrisi pada pasien yang sedang dirawat di rumah sakit (Novianti,
2016). Malnutrisi rumah sakit (MRS) terjadi selama perawatan di rumah sakit yang
ditandai dengan penurunan berat badan >2% dalam perawatan <7 hari atau 5% dalam
perawatan 8 sampai 30 hari atau 10% dalam perawatan >30 hari (Sidiargitha, 2008).
II.2.2 Etiologi
Malnutrisi rumah sakit dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor terkait
penyakit (disease-related malnutrition) dan faktor eksternal malnutrisi terkait
penyakit, baik yang bersifat akut maupun kronis. Hal ini dipengaruhi oleh bebrapa
sebab, secara garis besar yang paling berperan adalah sebagai berikut :
a. Asupan yang kurang
Pada pasien yang memiliki penyakit kronis seperti kanker, AIDS, reaksi efek
samping obat dari kemotrapi, analgesic, antibiotiK, sedative dan lain-lain
akan menimbulkan anoreksia, mual, muntah, dan rasa tidak nyaman pada
saluran pencernaan sehingga akan berpengaruh pada banyaknya asupan
makanan. Pada pasien dengan kelainan penyakit jantung, palsi serebral dan
anomaly oro-fasial (misalnya labiopalatoschizis), kesulitan pemberian
makan merupakan sebab terjadinya kekurangan asupan.
b. Meningkatknya kebutuhan Energi dan Protein
Hubungan antara malnutrisi dan penyakit paru sudah diketahui sejak lama.
Malnutrisi mempunyai pengaruh negatif terhadap stuktur, elastisistas dan
10
fungsi paru. Sebagai conoh defisiensi protein an zat besi akan menyebabkan
kadar Hb yang rendah, sehingga kemampuan darah membawa oksigen
menurun. Maka dari itu secara substansial penyakit paru penyakit paru
meningkatkan kebutuhan energi. Faktor ini yang menjelaskan untuk
melibatkan parameter komposisi tubuh dan berat badan pada hamper semua
penelitian medis, pembedahan, farmakologis an nutrisional pada pasien
dengan penyakit paru. Pada keadaan akut, seperti infeksi tuberculosis paru,
sebagi respon tubuh terjadi perubahan metabolisme dan pelepasan mediator
inflamasi seperti sitokin, glukokortikoid, katekolamin dan lainnya. Hal ini
menyebabkan peningkatan kebutuhan energi dan protein.
c. Kehilangan makro dan micronutrient akibat gangguan fungsi
gastrointestinal, mual, muntah, dan alergi.
d. Penurunan kemampuan absorbsi zat gizi akibat diare atau parasite usus.
Secara skematik patofisiologi malnutrisi sehubungan dengan penyakit
(Walker, et al, 2008).
II.2.3 Diagnosis
Diagonis malnutrisi rumah sakit ditegakkan berdasarkan kriteria dan parameter
yang digunakan untuk menilai status nutrisi. Hingga saat ini belum didapatkan suatu
cara yang baku untuk mendiagnosis atau menilai status nutrisi pasien rawat inap,
dengan cara yang murah dan mudah untuk dilakukan serta cukup sensitive dan
reliable. Terdapat dua studi yang menyebutkan, malnutrisi rumah sakit jika
ditemukan penurunan berta badan lebih dari atau sama dengan 2% dari berat badan
saat pertama kali masuk rumah sakit selama masa perawatan kurang dari 7 hari, 5%
jika dengan masa lama perawatan 8-30 hari, atau sebesar 10% dengan lama
perawatan llebih dari 30 hari. Studi lainnya menggunakan kriteria nilai indek masa
tubuh (IMT) dengan penurunan IMT lebih dari atau sama dengan 0,25 standar deviasi
(SD) setelah amsa rawatan lebih dari 72 jam (Campanozzi, et al, 2008)
11
ILN-6 dan TNF-α akibat infeksi TB menghambat aktivitas enzim lipoprotein lipase
(LPL) di jaringan lemak. Enzim LPL berperan dalam proses pembersihan trigliserida
sehingga menurunkan proses sintesis asam lemak dan meningkatkan proses lipolisis
lemak dijaringan. Peningkatan TNF-α juga dihubungkan dengan anoreksia sehingga
terjadi gangguan asupan nutrisi yang memicu sekaligus memperberat malnutrisi
(Pratomo, et al, 2012).
Kebutuhan energi pada penderita TB Paru ditetapkan berdasarkan kebutuhan
nutrisi dan energi pada keadaan hiperkatabolik dan malnutrisi berat, yaitu sekitar 35-
40/kkal/kgBB ideal. Koinfeksi TB-HIV tanpa gejala klinis akan meningkatkan
kebutuhan energi tersebut hingga 10% dan koinfeksi dengan gejala klinis
meningkatkan kebutuhan energi hingga 30%. Asupan protein dibutuhkan untuk
mencegah wasting lebih lanjut yaitu sebanyak 1,2-1,5 g/kgBB. Pada penderita TB
Paru penurunan berat badan sangat berdampak pada morbiditas dan mortalitas pasien
serta terutama berkaitan dengan peningkatan pemakaian energi dikarenakan terpakai
oleh pernapasan dan infeksi yang melanda (Katsilambros, et al, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Intiyati, et al, (2010) di poli paru RSUD
Sidoarjo, didapatkan hampir setengah populasi atau sebesar 43% mempunyai status
gizi kurus. Hal ini juga dibuktikan kembali dengan penelitian yang dilakukan oleh
Prasetyo (2012) yang dilakukan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, didapatkan
sebesar 62,4% dari seluruh kasus TB Paru menderita gizi kurang. Dari hasil
pemeriksaan dan perhitungan de Leon, et al, (2004) di Meksiko yaitu sebagian besar
pasien TB memiliki status gizi dibawah normal (underweight) hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Patiung, et al (2012), didapatkan hasil sebagian besar
(77,8%) penderita memiliki status gizi underweight dan 22,2% penderita memiliki
nilai IMT normal (). Penelitian lain dilakukan di RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru,
dilihat menurut IMT pasien TB Paru rawat inap sebesar 61,1% memiliki status gizi
kurang. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan nafsu makan, mual, muntah,
batuk darah serta sesak napas berat yang dapat mengakibatkan berkurangnya asupan
nutrisi baik karbohidrat, lemak maupun protein karena takut mengkonsumsi makanan
berminyak yang menyebabkan tubuh kekurangan energi sehingga terjadi pemecahan
13
massa lemak dan otot yang menyebabkan penurunan berat badan yang berpengaruh
terhadap IMT (Putri, et al, 2016).
penimbangan BB (Handayani, et al, 2015). Akan tetapi LLA bukan sebagai indikator
gambaran status gizi yang akurat, penggunaan LLA hanya untuk sebagai pengganti
alat ukur status gizi apabila pasien wanita yang kesulitan untuk berdiri. Selain itu
LLA digunakan untuk mengukur status gizi Wanita Usia Subur (WUS) serta anak
(Kemenkes RI, 2010).
hasil, yaitu yang pertama adalah pasien yang tidak berisiko malnutrisi, tetapi harus
dilakukan skrining ulang setelah jangka waktu tertentu, kedua adalah pasien berisiko
malnutrisi sehingga dibutuhkan rencana terapi gizi untuk mengatasinya, dan yang
ketiga adalah pasien berisiko malnutrisi namun memiliki masalah fisiologis yang
menyebabkan terapi gizi tidak bisa diberikan.
Hasil evaluasi terhadap 44 alat skrining gizi, hanya dua alat yang
dikembangkan, yaitu NRS-2002, MUST, MST dan SNAQ yang ada pada masa kini
dan dipercaya memiliki keunggulan pada kelompok populasi tertentu. Namun di
bebarapa rumah sakit masih menggunakan alat skrining gizi menggunakan SGA.
Dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harimawan, et al, (2011) di RSD
Anuntaloko Parigi Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah, didapatkan data
menggunakan metode SGA menurut karakteristik responden dengan jenis kelamin
laki-laki 45,6% dan wanita sebesar 55,4% diantaranya menderita gizi kurang. Selain
itu, penelitian yang dilakukan di Rumah sakit Felicio Rocho, Brazil tahun 2012
dengan subjek pasien ICU didapatkan sebesar 54% mengalami malnutrisi menurut
SGA (Fontes, et al, 2012).
pasien, sehingga berpengaruh pada proses penyembuhan dan lama rawat. Peneitian
ini sejaalan dengan penelitian yang diakukan dengan Braunschweig menemukan
bahwa subjek yang status gizinya baik menjadi beresiko, gizi baik menjadi gizi
buruk, dan beresiko menjadi gizi buruk mempunyai rata-rata lama rawat inap
berturut-turut 16, 23, dan 19 hari (Presetyo, et al, 2017).
Skrining dan asesmen gizi merupakan istilah atau hal yang memiliki tujuan dan
hasil yang berbeda. Skrining gizi merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi
karakteristik pasien yang berisiko dan berhubungan dengan faktor gizi (Edington, et
al, 2005, dalam Ansari 2014). Sedangkan asesmen gizi merupakan sebuah
pemeriksaan komperhensif yang dilakukan untuk menteapkan status gizi
(pemeriksaan riwayat medis, asupan zat gizi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
antropometri, dan data biokimia). Ketika teori mengatakan bahwa, proses skrining
gizi diperlukan untuk mengidentifikasi pasien yng berisiko malnutrisi untuk
menghindari terjadinya peningkatan kesakitan dan kematian di rumah sakit sehingga
akan segera dilakukannya identifikasi pasien yang mengalami malnutrisi untuk segera
dilakukannya intervensi gizi yang tepat (Singh, et al, 2005). Maka bisa dapat
disimpulkan bahwa hasil skrining gizi hanya dapat menentukan skala prioritas, pasien
mana yang lebih dulu dilakukan intervensi gizi (Ansari, 2014).
sedabfkan secara kualitatif mutu pangan dapat diperkirakan dari besarnya sumbangan
protein terhadap nilai energinya (Khumaidi, 1994). Ada bebrapa faktor yang
mempengaruhi asupan energi, yaitu berat badan, aktivitas fisik, dan metabolic
efficiency. Berat badan mempengaruhi jumlah energi yang diperlukan untuk
metabolisme basal.
Menurut hasil penelitian Dwiyanti, et al (2003), di RS Jamil Padang, RS Dr/
Sardjito Yogyakarta, dan RS Sanglah Denpasar dilihat dari kecukupan asupan energi,
subjek yang pada awal masuk asupannya tidak cukup dan selama perawatan
asupannya terus menerus tidak cukup sebesar 98,8% dan subjek yang mempunyai
asupan cukup pada awal masuk namun asupannya menjadi tidak cukup selama
dirawat di rumah sakit sebesar 1,2%. Penelitian lain dilakukan di RSUD Sidoarjo
pada tahun 2010, didapatkan bahwa konsumsi kalori pasien TB paru tergolong defisit
sebesar 32%. Pada penderita TB yang kurang gizi akan mengakibatkan produksi
antibodi dan limfosit terhambat, sehingga proses penyembuhan menjadi terhambat
(Dhillon, dalam Intiyati, et al). pengukuran asupan energi dihitung menggunakan
food recall 2x24 jam, pada metode ini peniliti akan melakukn wawancara dengan
pasien.
II.5.2 Protein
Protein adalah salah satu makronutrien yang memiliki peranan penting dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan sel. Protein menentukan ukuran dan struktur
sel, komponen utama biokatalisator berbagai reaksi metabolisme, sehingga membuat
protein berperan sangat penting dalam tubuh. Protein sebagai sumber energi
memberikan 4 kkal/gram. Jumlah total protein dalam tubuh sekitar 19% dari berat
tubuh (Dewi dan Mustika, 2012).
Sumber protein dibagi menjadi dua, yaitu sumber protein hewani dan nabati.
Sumber protein nabati sendiri adalah tahu dan tempe, sdeangkan sumber protein
hewani adalah daging, ikan dan telur. Untuk anak-anak yang sedang masa
pertumbuhan diperlukan protein yang lebih banyak untuk memastikan pemenuhan
kebutuhan asam amino dalam jumlah dan jenis yang cukup. Sedangkan untuk
18
dewasa, seperlima dar protein yang diperlukan haruslah protein yang berasal dari
hewan.
Menurut hasil penelitian Dwiyanti, et al (2003), di RS Jamil Padang, RS Dr/
Sardjito Yogyakarta, dan RS Sanglah Denpasar dilihat dari kecukupan asupan
protein, subjek yang pada awal masuk asupannya tidak cukup dan selama perawatan
asupannya terus menerus tidak cukup sebesar 86,5% dan subjek yang mempunyai
asupan cukup pada awal masuk namun asupannya menjadi tidak cukup selama
dirawat di rumah sakit sebesar 13,5%. Penelitian selanjutnya dilakukan kembali pada
tahun 2004, sebesar 41,4% subjek mengalami kekurangan asupan protein
(Kusumayanti, et al).
Penelitian lain juga dilakukan oleh Mahfhuzhah tahun 2014, didapatkan dari
data faktor risiko penderita TB paru di Poli Paru RSUD dr. Soedarso Pontianak
yaitu sebsar 159 (64,1%) adalah laki-laki.
Banyaknya jumlah kasus yang terjadi pada laki-laki disebabkan karena laki-
laki memiliki mobilitas yang tinggi daripada perempuan sehingga kemungkinan
terpajanan oleh kuman tuberkulosis lebih tinggi. Gaya hidup seperti merokok
dan risiko pekerjaan yang berasal dari polutan udara dari luar ruangan
khususnya yang berhubungan dengan paparan industri juga meningkatkan
risiko terinfeksi TB Paru (Allotey dalam Wina, 2016). Selain itu pria memiliki
jumlah kebutuhan yang lebih besar dengan akifitas fisik yang lebih berat
dibandingkan dengan wanita, kebutuhan yang tidak sesuai mengkibatkan
kondisi fisik akan mudah terpapar oleh penyakit (Allotey dalam Wina, 2016).
c. Sumber Pembiayaan
Menurut Kemenkes RI (2015) pembiayaan kesehatan sendiri merupakan
besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau
memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakarat. Pembiayaan kesehatan yang stabil dan
berkesinambungan memegang peran yang penting untuk penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Ada dua cara pembayaran kepada pelaksana pelaksana
pelayanan kesehatan yaitu secara langsung dan melalui asuransi kesehatan
(Azwar dalam Budi, 2012). Dilihat dari proporsinya, jumlah peserta BPJS
Kesehatan tertinggi pada tahun 2015 yaitu segmen peserta PBI APBN sebesar
56,02%, disusul kemudian oleh segmen peserta Pekerja Penerima Upah (PPU)
sebesar 24,15%, dan segmen peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU)
sebesar 9,54%. Proporsi jumlah peserta BPJS Kesehatan terendah yaitu dari
segmen peserta Bukan Pekerja (BP) sebesar 3,17%.
22
Masalah Fisiologis :
Pelayanan Asuhan - Gangguan gastrointestinal
Gizi - Alergi
- Kemampuan daya terima
Karakteristik :
Pelaksanaan - Usia Asupan Energi dan
Skrining Gizi - Jenis Kelamin Protein
- Sumber
Pembiayaan
Sumber : Sidiargitha (2008), Walker, et al, (2008), Mahan, et al, (2013), Melrina, et al, (2016),
Kusumayanti, et al, (2004).
Gambar 1 Kerangka Teori
23
Variabel Independent
Pelaksanaan
Skrining Gizi
Variabel Dependen
Malnutrisi pada
pasien TB Paru
Karakteristik:
- Jenis kelamin
- Usia
- Sumber
pembiayaan
Variabel Perancu
BAB III
METODE PENELITIAN
III.3.2 Sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan
pendekatan purposive sampling. Pengambilan sample dengsn metode ini
merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas suatu pertimbangan
24
25
tertentu yang dilakukan oleh peneliti, berdasarkan ciri atau sifat populasi yang
sudah diketahui (kriterian inklusi dan eksklusi).
a. Kriteria Inklusi
Karakterisitik umum yang harus dipenuhi subjek penelitian ini adalah :
1) Pasien dengan infeksi TB Paru
2) Termasuk golongan usia produktif yaitu 19 - 64 tahun.
3) Lama rawat inap minimal 3 hari.
b. Kriteria Eksklusi
Responden yang telah mengikuti penelitian tetapi tidak digunakan untuk
olah data penelitian disebabkan :
1) Pasien pasca-bedah dan pasien dengan edema.
c. Rumus Sampel
Berdasarkan kriteria inklusi diatas maka didapatkan perkiraan sampel
menggunakan rumus uji hipotesis koefisien korelasi yang dikembangkan
oleh Supriyadi (2014), yaitu :
1+𝑟
ç = 0,5ln [ ]
1−𝑟
1+0,234
= 0,5ln [ ]
1−0,234
= 0,24
𝑍 𝛼
1−
2 + 𝑍1−𝛽
n=[
ç
]2 + 3
= [ 1,96+0,84
0,24
]2 + 3
= 32,8 ≈ 33 orang
Keterangan :
n : jumlah sampel yang dibutuhkan
𝑍1−𝛼 : Nilai distribusi normal baku (tabel Z=1,96)
2
Populasi
Tahap 1
Persiapan Subjek
Penentuan Subjek
dengan Kriteria Inklusi
Pemeriksaan awal
Berat Badan
Tahap 2
Food Recall 24 jam Pelaksanaan Penelitian
konsumsi makanan
antara variable Independen yaitu Pelaksanaan skrining gizi dan asupan zat
gizi makro (energi dan protein) dengan variabel dependen yaitu kejadian
malnutrisi pada pasien TB Paru. Analisa bivariat juga digunakan untuk
mengetahui hasil dan pembuktian dari hipotesis yang diajukan. Analisis
bivariat pada penelitian ini menggunakan uji statistik uji statistic Chi Square
(Kai Kuadrat) yang akan diperoleh nilai p. Pada penelitian ini digunakan
kemaknaan sebesar 0,05. Kekuatan hubungan bermakna apabila variabel
independen dengan dependen jika P ≤ 0,05, namun jika P ≥ 0,05 maka tidak
ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan dependen.
Seminar
Proposal
Penelitian
Pengolahan
Data
Sidang Hasil
Skripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
37
38
Usia n %
Remaja 1 2,9
Dewasa Awal 5 14,7
Dewasa Akhir 5 14,7
lansia 23 67,6
Total 34 100
memiliki asupan kurang (62,1%). Kondisi ini diakibatkan oleh faktor fisiologis
dan kemampuan penyerapan zat gizi atau konsumsi makanan yang bergizi tidak
memadai (Fatmah, 2010).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu laki-laki dan
perempuan. Berikut adalah distribusi jenis kelamin responden.
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 21 51,8
Perempuan 13 38,2
Total 34 100
dilakukan oleh perawat dan ahli gizi. Variabel pelaksanaan skrining gizi pada
penelitian ini menggunakan dua kategori, yaitu melaksanakan skrining dan tidak
melaksanakan skrining. Berikut ini adalah distribusi pelaksanaan skrining gizi.
rata asupan energi pasien selama 2 hari perawatan di Rumah Sakit. Rata-rata
asupan energi pasien akan dibandingkan dengan kebutuhan energi individu.
Berikut ini adalah distribusi asupan energi pasien di RSUD Budhi Asih.
Asupan Energi n %
Kurang 20 58,8
Baik 14 41,2
Total 34 100
asupan protein pasien akan dibandingkan dengan kebutuhan protein per individu.
Dibawah ini adalah distribusi asupan protein pasien di RSUD Budhi Asih.
Asupan Protein N %
Kurang 25 73,5
Baik 9 26,5
Total 34 100
Tabel 12 menunjukkan dari hasil uji statistik tidak adanya hubungan yang
bermakna dengan hasil p value= 0,704 (p ≥ 0,05). Namun proporsi responden
yang mengalami malnutrisi pada responden yang tidak melaksanakan skrining gizi
lebih besar yaitu 66,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fontes et al (2013), tidak adanya hubungan yang signifikan antara
pelaksanaan skrining gizi dengan status gizi berdasarkan IMT, yaitu didapatkan
hasil p = 0,09 (p ≤ 0,05). Skrining dan asesmen gizi merupakan istilah atau hal
yang memiliki tujuan dan hasil yang berbeda. Skrining gizi merupakan langkah
awal untuk mengidentifikasi karakteristik pasien yang berisiko dan berhubungan
dengan faktor gizi (Edington, et al, 2005). Ansari (2004) menyatakan bahwa tidak
ada hubungan yang signifikan antara skrining gizi dengan status gizi berdasarkan
TLC (p> 0,05). Serta menyimpulkan bahwa hasil skrining gizi hanya dapat
menentukan skala prioritas, pasien mana yang lebih dulu dilakukan intervensi
gizi. Ketepatan skrining gizi akan menghasilkan ketepatan dalam memberikan diet
dan intervensi gizi sehingga dapat mencegah malnutrisi di rumah sakit (Schenker
dalam Susteyowati, 2012).
47
dengan asupan yang tidak cukup dan mengalami malnutrisi sebesar 46,7%, dan
dilihat dari hasil OR, subjek dengan asupan energi tidak cukup mempunyai risiko
2,1 (CI 1,23-3,65) kali lebih besar untuk mengalami malnutrisi dibandingkan
dengan subjek yang memiliki asupan energi cukup. Penelitian yang dilakukan
oleh Semedi et al (2013), membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara asupan energi dengan status gizi pasien dengan menggunakan IMT dengan
hasil P value = 0,001. Kondisi ketidaksesuaian asupan energi dan zat gizi dengan
kebutuhannya yang berlangsung lama akan menyebabkan perubahan status gizi
(PGAT, 2009 dalam Semedi, et al, 2013). Keadaan gizi pasien rawat inap
merupakan faktor prioritas dalam keseluruhan penatalaksanakan gizi dan
pengobatan. Dukungan gizi yang tidak adekuat akan mengakibatkan malnutrisi
yang akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian (Soegih, 1998 dalam
Paruntu 2013). Saunders, et al (2010) berpendapat bahwa fungsi organ tubuh akan
terganggu bila tubuh dalam keadaan kekurangan asupan zat gizi dan akan
berpontensi mengalami penyakit infeksi.
Menurut Fatimah (2002), kejadian malnutrisi juga dapat terjadi karena
asupan zat gizi yang kurang yang dipengaruhi oleh gangguan fisiologis dan
utilitas sistem pencernaan serta kondisi penyakit pasien yang mempengaruhi daya
terimanya. Asupan oral pasien TB paru seringkali tidak adekuat karena beberapa
faktor, yaitu anoreksia, cepat kenyang, sesak, kembung, dan lemah yang akan
mengakibatkan kehilangan berat badan serta kakeksia yang sering terjadi pada
pasien TB Paru derajat sedang atau berat. Perubahan rasa dapat berubah akibat
pernafasan mulut yang lama dan nafsu makan menurun dapat menurun lebih
lanjut karena depresi.
Sementara itu, pada pasien TB Paru dengan asupan energi yang cukup juga
dapat kehilangan berat badan karena terjadinya kenaikan REE mencapai 10,3%
dan TEE (Total Energy Expenditure) yang digunakan untuk mempertahankan
fungsi normal tubuh (Bergman & Hawk, 2010). Proses ini menimbulkan
anoreksia akibat peningkatan produksi leptin sehingga terjadi penurunan asupan
dan malabsorbsi nutrient (Pratomo, et al, 2012). Ketika penderita TB Paru
mengalami penurunan berat badan sangat berdampak pada morbiditas dan
mortalitas pasien (Katsilambros, et al, 2016). Gail M (2004) dalam Intiyanti, et al
50
(2012) berpendapat penurunan berat badan yang terjadi pada sebagian besar
penderita TB paru dapat mengakibatkan gangguan pada imunitas seluler, dan
menyebabkan resiko terhadap infeksi oleh bakteri.
2012). Teori ini sesuai dengan hasil penelitian Intiyanti, et al (2012) yang
dilakukan di Poli paru RSD Sidoarjo, didapatkan data sebesar 32% pasien TB
paru dengan asupan protein yang defisit. Hasil uji statistik Chi-square dengan
tingkat signifikan α=0,05, didapatkan hasil yang signifikan
Hubungan antara malnutrisi dan penyakit paru sudah lama diketahui.
Malnutrisi mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur, elastisitas, fungsi paru,
kekuatan ketahanan otot pernafasan, mekanisme pertahanan imunitas paru, dan
pengaturan nafas. Daldiyono dan Thaha (1998) dalam Dwiyanti et al (2004)
menyatakan bahwa dari 40–55% pasien mengalami malnutrisi atau memiliki
risiko malnutrisi, 12% diantaranya dikategorikan malnutrisi berat. Penelitian yang
dilakukan oleh Dwiyanti, et al (2004) di Rumah Sakit Padang, Yogyakarta dan
Bali didapatkan sebesar 44,89% pasien dengan asupan protein kurang dan
mengalami malnutrisi.
Selama wawancara sebagian besar responden yang mengeluh mengalami
mual, muntah dan anoreksia yang mengakibatkan beberapa responden kekurangan
asupan. Beberapa responden mengaku memang tidak menghabiskan makanan
dikarenakn hal tersebut, namun ada juga responden yang menghabiskan
makanannya tetapi kembali dimuntahkan karena rasa mual yang berlebih.
Penderita TB Paru umumnya mengalami penurunan berat badan akibat asupan
makanan rendah yang dipicu oleh selera makan menurun. Sitokin proinflamasi
yang disekresi sel-sel imun sebagai respon imunitas terhadap infeksi bakteri
mycobacterium tuberculois, hal ini diduga menjadi penyebab perubahan
metabolisme yang sering ditimbulkan hingga terjadinya kekurangan energi-
protein kronis (Arsin, et al, 2012). Mekanisme imunitas protektif penjamu
bergantung pada interaksi dan kerja sama antara monosit, makrofag dan sitokin
lainnya yang sangat sensitif terhadap kondisi penjamu (Chan, et al, 1996 dalam
Tedja, et al, 2014). Terdapat hubungan yang kuat antara malnutrisi dan
gangguang fungsi imun (Sel T), yang diketahui penting dalam pertahanan
terhadap infeksi TB Paru (McMurray, et al, 1984). Suatu studi di Amerika pada
sejumlah pasien yang didiagnosa menderita tuberkulosis, menunjukkan 45%
mengalami kehilangan berat badan dan 26% anoreksia (Arsin, et al, 2012).
52
V.1 Kesimpulan
a. Data karakteristik responden dilihat dari usia responden pada penelitian ini
sebagian besar adalah lansia yaitu sejumlah 23 responden (67,6%) dengan
proporsi tertinggi adalah laki-laki yaitu sejumlah 21 responden (51,8%) dan
seluruh responden penelitian ini menggunakan Askes sebagai sumber
pembiayaan.
b. Kejadian malnutrisi pada penelitian ini cukup tinggi yaitu sejumlah 20
responden (58,8%) mengalami malnutrisi.
c. Sebagian besar responden melakukan skrining dengan jumlah 25 responden
(73,5%) telah melakukan skrining gizi.
d. Sebagian besar responden memiliki asupan yang kurang yaitu 20 responden
(58,8%) untuk asupan energi dan 25 responden (73,5%) untuk asupan protein.
e. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan skrining gizi
dengan kejadian malnutrisi (p ≥ 0,05), yaitu dengan p value = 0,704 serta
sebagian besar responden yang teridentifikasi malnutrisi adalah responden yang
melakukan skrining gizi (56%).
f. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan kejadian
malnutrisi rumah sakit, dengan hasil P value= 0,000 (p≤0,05) dan sebagian
besar responden yang mengalami malnutrisi adalah responden dengan asupan
energi kurang (95%).
g. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian
malnutrisi, dibuktikan dengan hasil P value= 0,001 (p<0,05) dan sebagian besar
responden yang mengalami malnutrisi adalah responden dengan asupan protein
yang kurang (76%).
53
54
V.2 Saran
a. Bagi Mahasiswa
Untuk peneliti selanjutnya diharapkan akan menampilkan data yang lebih
menunjang atau akurat terkait kejadian malnutrisi di rumah sakit pada pasien
TB paru, untuk mempertajam hubungan kejadian malnutrisi yang terjadi pada
penderita TB paru.
b. Bagi Institusi
Meningkatkan penyuluhan terkait gizi untuk meningkatkan asupan pasien
penderita TB paru sebagai penunjang kesembuhan penyakit. Serta institusi
perlu menegakkan pelaksanaan skrining gizi sebagai indikator intervensi gizi
yang tepat, dan memprioritaskan pasien berisiko malnutrisi agar mendapat
pelayanan dan asuhan gizi yang optimal.
c. Bagi UPN “Veteran” Jakarta
Diharapkan dapat memberikan akses dan dukungan dengan menambahkan
sumber-sumber penelitian yang luas terhadap penelitian tentang malnutrisi
rumah sakit yang akan dating..
d. Bagi Pasien
Diharapkan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan terkait asupan zat
gizi selama masa rawat inap untuk pasien agar mencegah terjadinya kejadian
malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, PS, 2008, Nutrition Screening Tools For Hospitalized Patients, The
American Society for Paranteral & Enteral Nutrition, USA.
Almatsier, S (eds), 2013, Penuntun Diet: Edisi baru, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Arianto. 2012. “Hubungan Antara Gizi Kurang dengan Prevalensi Tuberkulosis Paru
Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit DR. Cipro
Mangunkusumo Tahun 2010”, Skripsi. FKUI. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Arsin, Arsunan, et al, 2012, “Gambaran Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Penderita
TB Paru di Kota Makassar”, diakses 30 juni 2015.
http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/6916
Budiningsari, RD & Hadi, H, 2004, Pengaruh Perubahan Status Gizi Pasien Dewasa
Terhadap Lama Rawat Inap Dan Biaya Rumah Sakit, Vol. 1, No. 1 (2004),
diakses pada 10 maret 2018.
https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/view/15359
Budi, HS, 2010, Hubungan Antara Sistem Pembiayaan dengan Kualitas Pelayanan
di Puskesmas Slogohimo Wonogiri 2010., Tesis Program Pasca Saarjana
Universitas Sebelas Maret, diakses pada 11 maret 2018.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/14313/Hubungan-antara-sistem-
pembiayaan-dengan-kualitas-pelayanan-di-puskesmas-Slogohimo-Wonogiri
55
56
Eman, Shahin, Meijers, JMM, Scholic, JMCA, Tannen, A, Halfens, RJC, & Dasse, T,
2010, ‘The Releationship Between Malnutrition Parameter And Pressure
Ulcers Hospitals And Nursing homes’, diakses pada 10 Maret 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/20444575
Fasitasari, M, 2013, Terapi Gizi pada Lanjut Usia dengan Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), Vol. 5, No. 1, diakses pada 1 maret 2018.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=154984&val=4928&title=
Terapi%20Gizi%20pada%20Lanjut%20Usia%20dengan%20Penyakit%20Paru
%20Obstruktif%20Kronik%20(PPOK)%20Nutrition%20Therapy%20in%20El
derly%20with%20Chronic%20Obstructive%20Pulmonary%20Disease%20(CO
PD)
Intiyati, A, Mukhis, A, Arna, YD, Fatimah, S, 2012, Hubungan Status Gizi Dengan
Kesembuhan Penderita TB Paru Di poli Paru Di Rumah Sakit Daerah
Sidoarjo, Vol. 3, No. 1, diakses pada 1 Maret (2013).
http://digilib.unmuhjember.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=umj-1x-
aniintiyat-1352
57
Jafar, N, 2012, ‘Defisiensi Karbohidrat dan Protein Pada Kejadian Gizi Buruk
Balita’, Universitas Hasanuddin.
Juliaty, A, 2013, ‘Malnutrisi Rumah Sakit Pada Bangsal Anak Rumah Sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar’, Vol. 15, No. 2 (2013), diakses pada 3 Maret
2018.
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/viewFile/272/217
Katona, P & Katona, J, 2008, ‘The Interaction Between Nutrition And Infection’,
diakses pada 20 Februari 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18419494
Lettow, VM, Kumwenda, JJ, Harries, AD, Whale, CC, Taha, TE, & Kumwenda, N,
2004, Malnutrition and The Severity Of Lung disease In Adults With
pulmonary, Tuberculosis in Malawi, Vol. 2, No. 8, diakses pada 9 Marte 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15139450
Muniwaroh, Masrul & Martini, RD. Hubungan Beberapa Faktor Risiko dengan
Malnutrisi Pada Usia Lanjut di Nagari Sijunjung Kecamatan Sijunjung, Jurnal
Kesehatan Andalas, 2017, diakses pada 30 juni 2018.
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/699
Nainggolan, H, Aritomang, EY & Siregar, MA, 2012. Analisis Diet Tinggi Kalori
Tinggi Protein (TKTP) Pada Penderita TB Paru Rawat Inap Di Rumah Ssakit
Martha Friska Pulo Brayan, Vol. 2, No. 4, diakses 15 Februari 2018.
https://jurnal.usu.ac.id/gkre/article/view/3652
Nurjana, MA, 2015. Faktor Risiko Terjadina Tuberculosis Paru Usia Produktif (15-
49 tahun) Di Indonesia, Vol. 25, No. 3, diakses 15 Februari 2018.
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/4387
Pratomo, IP, Burhan, E, Tambunan, V, 2012, Malnutrisi dan Tuberkulosis, Vol. 62,
No. 6, diakses pada 2 Maret 2018.
https://www.researchgate.net/publication/239949100_Malnutrition_and_Tuberc
ulosis
Paruntu, 2013, ‘Status Gizi dan Penyelenggaraan Makanan Diet Pasien Rawat di
BLU Prof. DR..R.D. Kandaou Manado’,Vol. 5, No. 2, diakses pada 22 Juni
2018.
https://www.ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/gizi/article/download/38/
27
Putri, AW, Munir, MS & Christianto, E, 2016. Gambaran Status Gizi Pada Pasien
Tuberkuosis Paru (TB Paru) Yang Menjalani Rawat Inap Di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru, Vol. 3, No. 2 2016, diakses 13 Februari 2018.
https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/10430
Putri, NAKS, Ratnawati, LY, & Sulistyani, 2015, ‘Analisis Kepatuhan Diet Terhadap
Kadar Gula Darah dan Perubahan Status BTA pada Penderita Tuberkulosis
Paru dengan Diabetes Melitus’, diakses pada 6 Maret 2018.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/75239/Norma%20Aura
%20Kusuma%20Suhartono%20Putri.pdf?sequence=1
Putri, AW, Munir, MS & Christianto, E, 2016, ‘Gambaran Status Gizi Pada Pasien
Tuberkulosis Paru (TB Paru) Yang Menjalani Rawat Inap Di RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru’., Vol. 3, No. 2, diakses pada 30 Juni 2018.
https://media.neliti.com/media/publications/188306-ID-gambaran-status-gizi-
pada-pasien-tuberku.pdf
59
Reschovsky, JD, Kemper, P, & Tu Ha, 2000, “Type of Health Insurance Affect
Health Care Use and Assessments of Care Among the Privately Insured”,
diakses pada 1 juli 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1089097/
Setyawan, FEB, 2015, ‘Sistem Pebiayaan Kesehatan’, Vol. 11, No. 2, diakses pada
14 Maret 2018.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/4206
Sidiartha, IGL, 2008, ‘Insidens Malnutrisi Rawat Inap pada Anak Balita di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar’, Vol. 9, No. 6, diakses pada 14 Maret
2018.
https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/701
Subagio, WH, Puruhita, N, & Kern, A, 2016, ‘Problema Malnutrisi di Rumah Sakit’,
vol.3, No. 3, diakses pada 2 Juli 2018.
https://www.medicahospitalia.rskariadi.co.id/index.php/mh/article/viewFile/225
/131
Susetyowati, Hadi, H, Hakim, M, & Asie, Ah, 2014, ‘Development, Validation and
Reliability of the Simple Nutrition Screening Tool (SNST) for Adult Hospital
Patient in Indonesia’, Vol. 3, No. 13, diakses pada 14 Maret 2018.
https://www.researchgate.net/publication/270951724_Development_Validation
_and_Reliability_of_the_Simple_Nutrition_Screening_Tool_SNST_for_Adult_
Hospital_Patient_in_Indonesia
Tedja, RV, 2012, Hubungan Antara Faktor Individu, Sosio Demografi, dan
Administrasi dengan lama Hari Rawat Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Pantai
Indah Kapuk Tahun 2011, Skripsi. FKMUI. Universitas Indonesia.
Depok.
Weta, IW, &, Wirasamadi,NP, 2009, ‘Kecukupan Zat Gizi Dan Perubahan Status
Gizi Pasien Selama Dirawat Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar’,
diakses pada 2 Juli 2018.
https://ejournal.persagi.org/index.php/Gizi_Indon/article/view/78
Villares, JMM, Calderon, VV, Garcia, CB, 2017, ‘Malnutrition in Children Admitted
to Hospital, Results Of A national Survey’, Vol. 5, No. 68, diakses pada 4
Maret 2018.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26880417
Pendidikan Formal :
1. TK Ulil Albab (2001-2002)
2. SD Negeri Sindangkarsa 1 (2002 - 2008)
3. SMP Negeri 11 Depok (2008 – 2011)
4. SMK Analis Kesehatan Tunas Harapan Bangsa Jakarta Timur (2011 -
2014)
5. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Program Studi S1
Ilmu Gizi (2014-2018)
Lampiran 1
Informed Consent
No. Responden:
Informed Consent
(PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN PENELITIAN)
Assalamualaikum Wr.Wb, Salam Hormat. Nama saya Tiyas Iswara mahasiswa program
studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Ilm-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta, akan melakukan penelitian untuk menyusun tugas akhir atau skripsi.
Penelitian ini berjudul “Hubungan Pelaksanaan Skrining Gizi dan Asupan Zat Gizi
Makro (Energi dan Protein) dengan Kejadian Malnutrisi pada Pasien TB Paru di
RSUD Budhi Asih”. Penelitian ini dilakukan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi
S1 Ilmu Gizi di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan
skrining gizi dan asupan zat gizi dengan kejadian malnutrisi pada pasien penyakit infeksi
di ruang rawat inap RSUD Budhi Asih. Manfaat dari keikutsertaan Bapak/Ibu/Saudara/i
pada penelitian ini adalah dapat memberikan informasi bagi rumah sakit/instansi terkait
untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan gizi rumah sakit dan menaggulangi
permasalahan malnutrisi pada pasien. Oleh karena itu saya meminta kesedian saudara/I
untuk menjadi responden dalam penelitian saya ini dan mengisi semua pertanyaan dengan
jujur dan tidak ada rekayasa dalam pengisian. Penelitian ini bersifat rahasia dan data
saudara/I akan dijaga kerahasiaannya. Penelitian ini bersifat sukarela dan bebas untuk
menolak tanpa ada sangsi apapun. Seluruh informasi yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan
akan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya akan dipergunakan untuk
kepentingan penelitian ini. Jika Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia untuk menjadi responden
dalam penelitian ini, mohon menandatangani form berikut ini.
Jakarta, April 2018
Peneliti
(Tyas Iswara)
(Lanjutan)
Informed Concent
INFORMED CONCENT
(PERSETUJUAN UNTUK MENJADI RESPONDEN PENELITIAN)
URT Berat
(gr)
d.
e. Total Asupan :
f. Energi : kkal B. Protein:
Lampiran 4
Hasil Food Recall 2x24 jam
(Lanjutan)
Hasil Food Recall 2x24 jam
(Lanjutan)
Hasil Food Recall 2x24 jam
(Lanjutan)
Hasil Food Recall 2x24 jam
(Lanjutan)
Hasil Food Recall 2x24 jam
Lampiran 5
Surat Izin Penelitian
(Lanjutan)
Surat Izin Penelitian
Lampiran 6
Ethical Clearence UPN “Veteran” Jakarta
Lampiran 7
Ethical Clearence RSUD Budhi Asih
Lampiran 8
Hasil Data Uji Univariat
Frequency Table
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
SUMBER PEMBIAYAAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 20 58.8 58.8 58.8
PELAKSANAAN SKRINNING
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Cases
PELAKSANAAN
SKRINNING * MALNUTRISI 34 100.0% 0 0.0% 34 100.0%
RUMAH SAKIT
PELAKSANAAN tidak 6 3 9
SKRINNING ya 14 11 25
Total 20 14 34
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,71.
b. Computed only for a 2x2 table
(Lanjutan)
Hasil Data Uji Bivariat
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,76.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
PERSENTASE ASUPAN
PROTEIN * MALNUTRISI 34 100.0% 0 0.0% 34 100.0%
RUMAH SAKIT
(Lanjutan)
Hasil Data Uji Bivariat
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,71.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Pemberian Souvenir
Lampiran 11
Berita Acara Sidang Skripsi