TESIS
Oleh
HELLIYANA
167032052
TESIS
Oleh
HELLIYANA
167032052/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Prof. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si) (Sri Rahayu Sanusi, S.K.M, M.Kes,Ph.D)
Ketua Anggota
(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Helliyana
167032052
Kata kunci: Pengetahuan Gizi, Kurang Energi Kronis, Anemia, Ibu Hamil
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian dan Penyusunan Tesis ini yang
dengan Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
Tahun 2018“. Tesis ini adalah salah satu persyaratan yang di tetapkan untuk
Dr. Ir. Evawani Y Aritonang, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Sri Rahayu
Sanusi, S.K.M., M.Kes, Ph.D selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
penelitia ini serta selalu memberikan nasihat yang akan saya gunakan untuk
kehidupan saya. Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
4. Destanul Aulia, S.K.M., M.BA, M.Ec, Ph.D selaku Sekretaris Program Studi S2
5. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes dan Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M selaku
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu yang sangat berarti
7. Teristimewa kepada ayah saya alm. H. M.Kasem H.Mureh dan ibu alm. Hj.
dalam membesarkan saya dan apa yang telah mereka wariskan pada diri saya
8. Suamiku Andi Afriadi dan Putriku Aprilia Sandy yang dengan senang hati,
Keponakan saya Novi Nadia Sari, Ayu Yusna yang senantiasa memberikan
10. Seluruh fasilitator yang terlibat sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan
lancar.
11. Pihak Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe yang bersedia meluangkan
12. Pihak Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe yang bersedia meluangkan
waktu untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini dan memberikan kerjasama
13. Asrika Sari Harahap, Vani Olin Arysha, Jayanti Rida, Rani Soraya merupakan
teman penulis sejak rencana penelitian ini dimulai, saling memberikan masukan
persatu yang telah memberikan semangat dan masukan kepada penulis dalam
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini banyak
kekurangan, mengharapkan saran serta kritik demi kesempurnaan karya tulis ilmiah
ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak Amin.
Helliyana
167032052
enam dari Sembilan bersaudara dari pasangan Alm. H. M. Kasim H.Mureh dan
Utara pada tahun 1984 – 1990, SMP Negeri 07 Cunda Kota Lhokseumawe pada
Denkesyah 010401 Kota lhokseumawe tahun 1993 - 1996, pada tahun 2006 – 2009
Kabupaten Aceh Utara, Pada tahun 2012 – 2013 Proram studi Diploma IV Bidan
Pengalaman bekerja penulis pernah menjadi Bidan Desa Pada tahun 1997 -2005
di Pemerintahan Kota Lhokseumawe dan pada tahun 2006 sampai saat ini staf
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
LAMPIRAN
2. Inform Consent...................................................................................... 76
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu setiap 100.000
kelahiran hidup selama masa kehamilan, persalinan dan nifas atau pengelolaannya
dan bukan karena sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh (Kemenkes, 2016).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012) menunjukkan bahwa rasio
kematian maternal angka kematian ibu (AKI) sebesar 359 kematian maternal per
100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Provinsi Aceh mencapai 149 ibu per
100.000 lahir hidup pada tahun 2014, dan menurun hingga 135 ibu per 100.000 lahir
hidup pada tahun 2016 (Admin, 2016).Angka Kematian Ibu di Kota Lhokseumawe
penentu angka kematian meskipun ada faktor lain yang memengaruhinya, seperti
Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu yaitu sebesar 28%
sedangkan penyebab utama terjadinya pendarahan pada ibu hamil adalah anemia dan
Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau kapasitas
bervariasi menurut usia, jenis kelamin, ketinggian, kebiasaan merokok dan status
buruk. Penyebab anemia yang paling umum di seluruh dunia adalah defisiensi besi,
akibat ketidakseimbangan zat besi yang berkepanjangan yang disebabkan oleh asupan
zat besi atau asupan makanan yang tidak adekuat. Kebutuhan zat besi meningkat
berkembang (developing countries) dan pada kelompok sosio ekonomi rendah. Pada
kelompok dewasa, anemia terjadi pada wanita usia reproduksi, terutama wanita hamil
dan wanita menyusui karena mereka yang banyak mengalami defisiensi Fe. Secara
keseluruhan, anemia terjadi pada 45% wanita di negara berkembang dan 13% di
negara maju (developed countries) (Riskesdas, 2013). Diperkirakan 50% anemia pada
wanita diseluruh dunia disebabkan oleh defisiensi zat besi (WHO, 2014). World
Health Organization (2011) menyatakan bahwa pada tahun 2011, prevalensi anemia
Kelompok ibu hamil merupakan salah satu kelompok yang berisiko tinggi
relatif akibat perubahan fisiologis tubuh selama kehamilan. Anemia defisiensi besi
pada ibu hamil dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin atau bayi
saat kehamilan maupun setelahnya (Profil Kesehatan Indonesia, 2016). Ibu hamil
dianggap mengalami anemia bilakadar Hbnya di bawah <11,0 g/dl. Anemia tersebut
terjadi karena adanya peningkatan volume plasma yang berakibat pengenceran kadar
prevalensinya hampir sama antara bumil diperkotaan (36,4%) dan perdesaan (37,8%)
(Riskesdas, 2013). Profil Kesehatan Provinsi Aceh Tahun 2012, jumlah kasus anemia
yang mendapat perawatan di rawat inap Rumah Sakit Umum Tahun 2012 adalah
1.301 kasus. Hal ini menunjukkan angka tersebut mendekati masalah kesehatan
masyarakat berat (severe public health problem) dengan batas prevalensi anemia
lebih dari 40% (BPPK, 2014). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota
Lhokseumawe Tahun 2017, dari 4.734 ibu hamil, 184 ibu hamil mengalami KEK dan
1.001 ibu hamil mengalami anemia. Data Puskesmas Muara Satu Tahun 2017
menunjukkan bahwa dari 835 ibu hamil, sebanyak 48 orang mengalami KEK dan 47
Kondisi bayi dalam kandungan seorang ibu sangat dipengaruhi keadaan gizi
ibu sebelum dan selama mengandung. Wanita hamil berisiko mengalami kekurangan
energi kronik (KEK) jika memiliki lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm.
Kurang energi kronis (KEK) adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan asupan gizi antara energi dan protein, sehingga zat gizi yang
dibutuhkan tubuh tidak tercukupi. Ibu hamil diketahui menderita KEK dilihat dari
pengukuran LiLA (Lingkar Lengan Atas), adapun batas LiLA ibu hamil dengan
risiko KEK adalah kurang dari 23,5 cm (Saraswati dan Sumarno, 1998).
KEK pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu
hamil seperti berat badan ibu tidak bertambah secara normal, anemia, pendarahan dan
nasional sebesar 24,2%. Prevalensi risiko KEK terendah di Bali (10,1%) dan tertinggi
Kronis (KEK) dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil‟ menunjukkan bahwa ada
pengaruh KEK terhadap anemia pada ibu hamil di Puskesmas Kota Tanjung pinang
menunjukkan bahwa ada hubungan KEK dengan anemia pada wanita hamil dengan
OR 4,082 95% CI 1,604-10,387 yang berarti bahwa wanita hamil dengan KEK
memiliki risiko 4 kali lebih tinggi untuk mengalami anemia dibandingkan dengan
terwujudnya sebuah perilaku kesehatan. Jika ibu hamil memiliki pengetahuan yang
baik tentang gizi maka akan dapat memengaruhi perilakunya dalam mencegah
menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik dan
kurang tentang anemia di Puskesmas Moyudan adalah 50%. Ibu hamil yang memiliki
pengetahuan kurang akan berperilaku negatif dan begitu pula sebaliknya. Ibu hamil
yang memiliki pengetahuan baik akan berperilaku positif. Hasil penelitian tersebut
didukung oleh penelitian yang dilakukan Nursilmi (2016) di Puskesmas Jetis Kota
tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil trimester III dengan p value =
kurang mengenai anemia dan 6 orang dengan status gizi yang kurang baik (LiLA
kurang dari 23,5 cm) pada saat kehamilan, dan 3 diantaranya ibu hamil dengan
anemia. Pengetahuan mengenai anemia pada saat kehamilan sangatlah penting bagi
yang sedang hamil, karena pengetahuan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku
mencegah terjadinya anemia pada saat kehamilan. Sedangkan status gizi pada saat
kehamilan juga perlu diperhatikan, kebutuhan akan zat besi juga meningkat sejalan
perlu dilakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan Gizi dan Kurang Energi
Kronis (KEK) dengan Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Muara Satu Kota
ini adalah “Bagaimana hubungan pengetahuan gizi dan Kurang Energi Kronis (KEK)
dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe tahun
2018”.
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil di
2. Untuk mengetahui hubungan Kurang Energi Kronis (KEK) dengan anemia pada
pengetahuan gizi dan kurang energi kronis (KEK) dengan anemia pada ibu hamil di
pengetahuan ibu hamil tentang masalah kurang energi kronis dan anemia pada ibu
atau swasta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan kurang energi kronis dan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anemia
darah lebih rendah daripada nilai normal untuk kelompok orang menurut umur dan
jenis kelamin. Anemia gizi adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin darah
hemoglobin pada tingkat normal (Andriani, 2013). Anemia merupakan suatu kondisi
tidak mencukupinya cadangan zat besi sehingga berkurangnya penyaluran zat besi ke
jaringan tubuh. Kadar hemoglobin bagi wanita hamil adalah 11 gr/dl (WHO, 1968
terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup jumlah sel darah merah. Hal ini disebabkan
karena tubuh membuat sel darah merah terlalu sedikit, menghancurkan sel darah
merah terlalu banyak, atau kehilangan sel darah merah yang berlebihan. Sel darah
jaringan tubuh. Ketika seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah atau jumlah
hemoglobin dalam darah rendah maka tubuh tidak bisa mendapatkan oksigen sesuai
kebutuhannya sehingga orang tersebut akan merasa lelah atau menderita gejala
lainnya.
kerusakan eritrosit atau hemolisis, atau kehilangan darah yang berlebihan. Defisiensi
Fe berperan besar dalam kejadian anemia (Fatmah, 2010). Hasil studi yang dilakukan
WHO menunjukkan bahwa defisiensi zat besi terdapat pada 40-99% responden
wanita hamil dan diyakini memiliki kontribusi terbesar terhadap anemia (Sandra,
2017).
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya zat besi
dalam tubuh. Kekurangan zat besi dapat disebabkan beberapa hal, seperti asupan
makanan yang rendah zat besi atau zat besi dalam makanan terdapat dalam bentuk
yang sulit diserap. Saat kehamilan, pacu tumbuh, atau saat kehilangan darah, tubuh
perlu memproduksi sel darah merah lebih banyak dari biasanya, sehingga kebutuhan
zat besi juga ikut meningkat. Saat simpanan zat besi dalam tubuh sudah habis dan
penyerapan zat besi pada makanan sedikit, tubuh akan mulai memproduksi sel darah
merah lebih sedikit dan mengandung hemoglobin yang lebih sedikit pula (Sandra,
2017).
Zat-zat gizi yang berperan dalam pembentukan sel darah merah adalah
protein, berbagai vitamin dan mineral. Vitamin tersebut antara lain asam folat,
vitamin C, sedangkan mineral ialah Fe. Yang paling menonjol dan berperan
juga protein (Sediaoetama, 2000). Menurut Andriani (2013), ada tiga faktor
karena perdarahan akut/kronis, pengrusakan sel darah merah, dan produksi sel darah
11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2, nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2006). Kebutuhan zat besi selama
hamil diperkirakan 1000mg yaitu 350 mg untuk janin dan plasenta, 250 mg keluar
saat melahirkan, tambahan 450 mg dibutuhkan untuk peningkatan sel darah ibu dan
240 mg kehilangan besi basal dari tubuh selama hamil (Aritonang, 2010).
jumlah plasma menyebabkan pengenceran darah. Plasma 30%, sel darah 18%, dan
fisiologis dalam kehamilan dan bermanfaat bagi wanita. Pertama - tama pengenceran
itu meringankan beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil,
ibu hamil adalah 51%, sedangkan anemia pada wanita secara keseluruhan adalah
35%. Tingginya prevalensi anemia yang terjadi pada ibu hamil berdasarkan
kebutuhan zat besi yang tinggi selama kehamilan. Faktor yang berhubungan dengan
risiko tinggi terhadap defisiensi besi antara lain adalah kehamilan (khususnya
trimester I dan III), menorrhagia (kehilangan darah lebih dari 80 ml per bulan),
2.2.1 Fisiologis
yang terjadi saat kehamilan. Pada wanita hamil saat volume darah meningkat 1,5 liter.
jumlah sel eritrosit. Walaupun ada peningkatan jumlah eritrosit dalam sirkulasi yaitu
450 ml atau 33%, tetapi tidak seimbang dengan peningkatan volume plasma sehingga
terjadi hemodilusi. Pada awalnya, volume plasma meningkat pesat dari usia gestasi 6
penting antara lain: mengisi ruang vaskular di uterus, jaringan pembuluh di payudara,
otot, ginjal dan kulit. Hipervolemia juga mengurangi efek pengeluaran hemogloblin
sehingga kerja jantung untuk mendorong darah menjadi lebih ringan. Faktor lain dari
hamil akan zat besi sebesar 900 mgr Fe, pada trimester dua (puncaknya usia
dan maksimum terjadi pada trimester III dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun
sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang
Gejala yang khas pada anemia jenis ini adalah kuku menjadi rapuh dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok, gejala seperti ini disebut koilorika.
Selain itu, anemia jenis ini juga mengakibatkan permukaan lidah menjadi licin,
dinama hal ini karena adanya peradangan pada sudut mulut dan nyeri pada saat
menelan. Gejala anemia pada ibu hamil yang paling sering dijumpai yaitu kelelahan,
kelemahan, pusing, dispnea ringan dengan tenaga, pucat, denyut jantung cepat, sesak
napas dan konsentrasi terganggu. Pada anemia berat akan menyebabkan takikardi
atau hipotensi. Anemia dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan infeksi ibu
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang
batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan
mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Anemia adalah
kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau massa
hemoglobin, hematokrit, dan atau jumlah eritrosit di bawah nilai normal (20-30%),
meliputi: rasa lelah atau lemah, kulit pucat progresif, denyut jantung cepat, sesak
napas, dan konsentrasi terganggu. Keluhan anemia yang paling umum dijumpai pada
masyarakat adalah yang lebih dikenal dengan 5 L yaitu letih, lesu, lemah, lelah dan
lalai. Disamping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan
Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta keadaan
3. Anemia hipoplastik
4. Anemia hipolitik
Anemia jenis ini disebabkan oleh penghancuran atau pemecahan sel darah merah
Hemoglobin (Hb) adalah suatu molekul alosterik yang terdiri atas empat
disosiasi berbelok yang memungkinkan Hb menjadi jenuh dengan O2 dalam paru dan
seseorang dalam g/dl. Hemoglobin dalam darah akan diubah menjadi hematin asam,
kemudian warna yang terjadi dibandingkan dengan standar warna yang ada secara
visual dalam alat Sahli. Metode Hb Sahli dapat dilakukan oleh petugas laboratorium
maupun oleh petugas Puskesmas yang telah terlatih. Prinsip kerjanya adalah
Hemoglobin oleh HCL 0,1 N diubah menjadi hematin asam (Faatih, 2017).
2017):
2. Darah kapiler/vena dihisap dengan pipet Sahli sampai tepat pada tanda 20 𝜇l.
3. Kelebihan darah yang melekat pada ujung luar pipet dihapus dengan kertas tissue
4. Darah sebanyak 20 𝜇l ini dimasukkan ke dalam tabung yang berisi larutan HCL
5. Pipet dibilas sebelum diangkat dengan jalan menghisap dan mengeluarkan HCl
7. Asam hematin yang terjadi diencerkan dengan aquades setetes demi setetes
sambil diaduk dengan pengaduk dari gelas sampai diperoleh warna yang sama
dari larutan.
2. Spektrofotometer (Drabkin's)
Ferricyanide (Drabkins). Ferricyanide akan mengubah ion Fe dari bentuk Ferro (++)
absorbansi dengan cara melewatkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu pada
suatu obyek kaca atau kuarsa yang disebut kuvet. Sebagian dari cahaya tersebut akan
diserap dan sisanya akan dilewatkan. Nilai absorbansi dari cahaya yang dilewatkan
Gula darah, Cholesterol, trigliserida, HDL, LDL, SGOT, SGPT, Ureum, Creatini,
3. Ambil chip warna kuning masukan ke dalam mesin untuk cek mesin.
5. Setiap botol strip pada gula, kolesterol dan Hb terdapat chip test.
6. Untuk cek gula,masukan chip gula dan strip gula terlebih dahulu.
9. Masukan jarum pada lancing/alat tembak berbentuk pen dan atur kedalaman
jarum.
11. Tembakkan jarum pada jari dan tekan supaya darah keluar.
12. Darah di sentuh pada strip dan bukan di tetes diatas strip.
14. Darah akan langsung meresap sampai ujung strip dan bunyi beep.
15. Tunggu sebentar, hasil akan keluar beberapa detik pada layar.
18. Gunakan chip kolesterol untuk tes kolesterol dan chip Hb untuk tes Hb.
1. Keguguran.
2. Partus prematurus.
5. Syok.
8. Bila terjadi anemia gravis ( Hb dibawah 4 gr% ) terjadi payah jantung yang
bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan tapi juga bisa fatal.
peningkatan risiko kematian ibu dan perinatal. Diperkirakan bahwa 90.000 kematian
ibu dan neonatal disebabkan oleh anemia gizi besi. Selain itu, anemia gizi besi pada
wanita hamil juga memiliki hubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal dan
rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non anemik Hb ≥ 11 gr/dl, sedangkan
untuk hamil dengan anemia defisiensi besi dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg 1-
2 kali sehari. Untuk yang disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam
juga diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari (Budiarti, 2009). Kemampuan dalam
mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C pada waktu makan bisa
membuat tubuh terhindar dari anemia. Mengindari makanan yang dapat menghambat
1. Mengkonsumsi pangan lebih banyak dan beragam, contoh sayuran warna hijau,
2. Mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C seperti jeruk, tomat, mangga
dan lain-lain yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi (Mei, 2009).
konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti telur, susu, hati, ikan,
hijau, sayuran berwarna hijau tua (kangkung, bayam) dan buah- buahan (jeruk, jambu
biji dan pisang). Selain itu dibiasakan pula menambahkan substansi yang
mendahulukan penyerapan zat besi sperti vitamin C, air jeruk, daging ayam dan ikan.
Sebaliknya substansi penghambat penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut
dihindari. Menurut FAO/WHO dalam Sandra (2017), kekurangan zat besi umumnya
dapat diperangi oleh satu atau lebih dari tiga strategi, yaitu :
1. Suplementasi zat besi (yaitu memberikan tablet besi untuk kelompok sasaran
3. Pendidikan gizi dan makanan untuk meningkatkan jumlah zat besi yang diserap
a. Faktor dasar
1. Sosial ekonomi
seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi,
Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer
menderita anemia dibanding negara maju. Kondisi anak yang terlahir dari
ibu yang kekurangan gizi dan hidup dalam lingkungan miskin akan
(Manuaba, 1998). Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat
tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum atau selama hamil. Status gizi ibu
pendapatan.
Hans Diater Evers (1982), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa
uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri. Jadi
biaya daya beli dan tingkat konsumsi ibu akan makanan yang membantu
2. Pengetahuan
berasal dari berbagai sumber misalnya media masa, media elektronik, buku
trimester I dan meningkat tajam pada trimester III yaitu 6,3 mg sehari.
Ibu hamil dengan pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang rendah akan
tablet (Fe) yang baik akan memiliki pola makan yang baik pula dalam
3. Pendidikan
dimana remaja yang tidak sekolah memiliki peluang 3,8 kali lebih besar,
memiliki risiko 2,9 kali lebih besar menderita anemia dibandingkan dengan
disertai dengan mal nutrisi infestasi parasit, semua ini berpangkal pada
ANC, kejadian anemia dapat terdeteksi secara dini, karena anemia pada
2. Paritas
yang terlalu dekat < 2 tahun. Hal ini menurut (Arisman, 2004) disebabkan
karena terlalu sering hamil sehingga dapat menguras cadangan zat gizi
tubuh. Selain kunjungan ANC, kehamilan yang berulang dalam waktu yang
3. Umur
Ibu hamil pada usia terlalu muda (< 20 tahun) tidak atau belum siap
4. Riwayat kesehatan
zat besi untuk mengatasi penyakitnya, tetapi juga untuk kehamilannya yang
c. Faktor langsung
terjadinya anemia kehamilan adalah konsumsi tablet besi (Fe) dan kadar
trimester III dan masa nifas. Hal ini disebabkan kebutuhan zat besi pada
pada ibu hamil di Indonesia (Saifuddin, 2006). Penyebab anemia gizi besi
Perkiraan jumlah zat besi yang diperlukan selama hamil 1040 mg. Sebanyak
plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg
sedikit yaitu 0,8 mg sehari yang kemudian meningkat tajam selama trimester
III yaitu 6,3 mg sehari. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin tercukupi hanya
2. Penyakit infeksi
Penyakit infeksi seperti TBC, cacing usus dan malaria juga penyebab
2004).
3. Perdarahan
asupan gizi esensial. Untuk melihat keadan gizi seseorang baik (under
nutrisi) atau (over nutisi) dapat di lihat melalui status gizi nya.
tertentu (Supariasa, 2000). Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat
ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Dengan kata lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada
Bagi ibu hamil pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan,
beberapa mineral seperti Zat Besi dan Kalium. Gizi kurang seperti Zat Besi
kondisi yang baik pada ibu hamil dapat diupayakan dengan pengaturan
kekurangan energi kronis (KEK) pada wanita usia subur. Pengukuran LILA
dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Pengukuran LILA bertujuan untuk
mengetahui risiko KEK pada ibu hamil untuk mencegah risiko melahirkan
2.3.1 Definisi
Kurang energi kronis (KEK) adalah suatu keadaan dimana status gizi
seseorang buruk yang disebabkan kurangnya konsumsi pangan sumber energi yang
mengandung zat gizi makro. Kebutuhan wanita akan meningkat dari biasanya karena
pertukaran dari hampir semua bahan itu terjadi sangat aktif terutama pada trimester
III. Peningkatan jumlah konsumsi makan perlu ditambah terutama konsumsi pangan
sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin, maka kurang
energi kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan
yang berlangsung pada wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi
akut disebabkan oleh tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau
makanan yang baik (dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk
mendapatkan tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret
(muntaber) dan infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak
periode/kurun waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah
yang cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
terhadap status gizi keluarga. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi yang baik
akan mampu memilih jenis makanan yang tepat untuk dirinya dan janinnya baik dari
kehamilan juga perlu bagi ibu hamil. Dengan demikian, pengetahuan gizi dan
(Fitriana, 2016).
memengaruhi kejadian KEK pada ibu hamil adalah faktor langsung dan faktor tidak
langsung. Faktor langsung terdiri atas asupan makanan atau pola konsumsi dan
infeksi, sedangkan faktor tidak langsung terdiri atas sosial ekonomi yang meliputi
pendapatan keluarga, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, faktor biologis
yang meliputi usia ibu hamil, jarak kehamilan dan faktor perilaku. Penyebab utama
KEK adalah kekurangan energi pada ibu hamil sejak belum hamil. Kebutuhan energi
yang meningkat saat hamil tidak dapat terpenuhi sehingga muncullah KEK pada ibu
hamil. Menurut Sediaoetama (2010), penyebab KEK terdiri atas penyebab langsung
dan tidak langsung. Yang termasuk dalam penyebab langsung adalah asupan
penyebab tidak langsung adalah penurunan nafsu makan dan konsumsi makan,
pendidikan rendah, produksi pangan yang tidak mencukupi, hygiene dan sanitasi
yang kurang baik, paritas/jumlah anak terlalu banyak, penghasilan rendah, dll. KEK
disebut sebagai penyakit multikausa faktor yang berarti bahwa banyak hal yang
Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) kurang dari 23,5 cm
adalah ibu hamil yang berisiko mengalami kurang energi kronis (KEK). Selain itu
adanya masalah gizi yang timbul karena adanya perilaku gizi yang salah. Perilaku
gizi yang salah merupakan ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan
kecukupan gizi. Jika seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan
gizinya, maka orang itu akan mengalami gizi kurang (Anwar dan Khomsan, 2008).
dan tertinggi di Sumatera Barat (39,8%). Sembilan belas provinsi dengan prevalensi
di atas nasional, yaitu Sulawesi Tenggara, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Aceh,
Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat,
Berdasarkan data hasil Riskesdas 2013 tersebut, diketahui bahwa Aceh termasuk
dalam wilayah yang memiliki prevalensi di atas nasional lebih dari 31,3% (batas
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat baik pada ibu maupun janinnya.
2. Kesemutan.
5. Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi, sehingga
1. Keguguran
selama hamil dapat membahayakan janin. Hasil studi pada 54.000 kehamilan
menyatakan bahwa pada ibu yang anemia dengan kadar hemoglobin <10,4 gr/dl
sebelum usia 24 minggu kehamilan dibanding ibu hamil dengan kadar hemoglobin
10,4-13,2 gr/dl mempunyai risiko tinggi terhadap berat bayi lahir rendah, lahir
kronis (KEK) pada wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil adalah lingkar lengan atas
(LiLA). Dalam pengukuran LiLA, dapat dilihat perubahan secara paralel dalam masa
otot sehingga bermanfaat untuk mendiagnosis kekurangan gizi. LiLA yang rendah
menggambarkan IMT yang rendah. Ibu hamil yang menderita KEK sebelum hamil
biasanya berada pada status gizi kurang sehingga pertambahan berat badan selama
ibu hamil harus lebih besar. Makin rendah IMT pra hamil maka makin rendah berat
lahir bayi maka akan semakin meningkat risiko berat bayi lahir rendah (BBLR).
LiLA adalah suatu cara untuk mengetahui risiko Kurang Energi Kronis (KEK)
wanita usia subur termasuk ibu hamil. Pengukuran LiLA tidak dapat digunakan
2. Pengukuran dilakukan dengan pita LiLA dan ditandai dengan sentimeter, dengan
batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila tidak tersedia pita
pakaian. Apabila ukuran LiLA kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita
2. Pastikan pita LiLA tidak kusut, tidak terlipat-lipat dan tidak rusak/sobek.
4. Responden diminta berdiri dengan tegak (rileks), tidak memegang apapun dan
5. Baju pada lengan kiri disingsingkan keatas sampai pangkal bahu terlihat atau
2. Tentukan posisi ujung siku dengan cara siku dilipat dengan telapak tangan ke
arah perut.
3. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan menggunakan
pita LiLA atau meteran (Lihat Gambar), dan beri tanda dengan pulpen/spidol
(sebelumnya dengan sopan minta izin kepada responden). Bila menggunakan pita
4. Lingkarkan pita LiLA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan responden sesuai
7. Baca angka yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka
1. Mengetahui risiko KEK wanita usia subur dan ibu hamil untuk menghindarkan
menanggulangi KEK
4. Meningkatkan peran petugas lintas sektoral dalam upaya perbaikan gizi WUS
KEK.
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
1. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
3. Aplikasi
4. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
5. Sintesis
6. Evaluasi
adalah :
1. Pangan dan gizi (pengertian, jenis, fungsi, sebab dan akibat kekurangan), anemia
2.5 Gizi
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Makan
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu
zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari
makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan menjamin
terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur (Koes
Irianto, 2014).
tertentu untuk pelaksanaannya. Masalah gizi, baik kekurangan atau kelebihan dapat
dan pematangan organ yang terlambat, serta ukuran tubuh jauh lebih pendek
(Fikawati, 2015).
Status gizi individu pada fase awal kehidupan, terutama pada 1.000 HPK (hari
pertama kehidupan) dapat memengaruhi tumbuh kembangnya saat usia dewasa dan
berdampak irreversible atau permanen. Status gizi yang dicapai oleh seseorang pada
masa pertumbuhan merupakan manifestasi dari faktor genetik dan lingkungan yang
memengaruhinya pada masa tumbuh kembang terutama fase awal kehidupan. Ukuran
tubuh atau antropometri yang diketahui melalui tinggi dan berat badan merupakan
representasi dari proses tumbuh kembang yang terjadi. Seseorang dikatakan mencapai
dicapai pada usia tersebut, salah satunya direpresentasikan oleh status gizi, yaitu
normal, gizi lebih, atau gizi kurang. Antropometri merupakan indikator yang umum
digunakan untuk pengukuran gizi. Status gizi yang diukur secara antropometri dapat
terhadap TB. WHO pada 2006 telah menetapkan standar petumbuhan anak yang saat
ini digunakan sebagai acuan untuk mengukur pertumbuhan anak (Fikawati, 2015).
makanan tanpa memiliki atau memperhatikan pengetahuan akan bahan makanan yang
bergizi. Secara tidak sadar seseorang yang hanya mengutamakan produktivitas kerja
tanpa asupan gizi yang baik akan mengalami gangguan karena kurangnya zat gizi
zat makanan yang berpengaruh terhadap kondisi tubuh dan aktivitas manusia. Aspek
yang harus diketahui dalam pengetahuan gizi adalah zat-zat makanan dan fungsinya
untuk kesehatan.
pengetahuan gizi yang baik. Ibu adalah sosok yang paling utama di dalam keluarga
untuk memiliki pengetahuan gizi karena didalam suatu keluarga biasanya ibu
memiliki pengetahuan gizi yang baik diharapkan akan menghasilkan status gizi yang
baik bagi ibu dan seluruh keluarga sehingga akan terhindar dari masalah gizi.
Salah satu dari masalah gizi utama masyarakat Indonesia adalah anemia.
Dengan pengetahuan gizi yang baik dari ibu, diharapkan ibu bisa meyusun menu
makanan yang kaya zat besi sehingga anggota keluarga dan ibu itu sendiri terutama
ibu hamil bisa terhindar dari anemia. Untuk dapat menyusun menu makanan yang
kaya zat besi berarti ibu harus mempelajari telebih dahulu pengetahuan bahan
makanan. Untuk itu pengetahuan bahan makanan termasuk bagian dari pengetahuan
gizi. Hal ini berarti dengan pengetahuan gizi yang baik akan membuat ibu tahu
bagaimana cara mengatasi atau menangani ketika ibu atau anggota keluarganya
Bagi ibu hamil pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun
yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral
seperti zat besi dan kalium. Gizi kurang seperti zat besi akan menimbulkan masalah,
diantaranya anemia. Untuk mempertahankan kondisi yang baik pada ibu hamil dapat
pemeriksaan kadar Hb, dan pengukuran LILA sebelum atau saat hamil (Zulhaida,
2003).
- Ketersediaan Fe
dalam makanan
- Praktek
pemberian
makanan kurang
gizi
- Sosial ekonomi
rendah Jumlah Fe
- Gaya makan - Faktor psikologis dalam makanan
khusus ibu tidak cukup
hamil
- Body image, Pola makan
diet, dan
gangguan
makan Kurangnya
- Praktek dan pengetahuan Absorbsi Fe
pola rendah
kebudayaan - Komposisi
makanan kurang
beragam
- Terdapat zat-zat
penghambat Anemia
absorbsi
- Pertumbuhan fisik
- Kehamilan dan
menyusui
- Pendarahan Kebutuhan
kronik naik
- Infeksi
- Parasit
- Pelayanan Kehilangan
kesehatan darah
rendah
makanan tidak cukup, absorbsi Fe rendah, kebutuhan naik dan kehilangan darah.
dalam makanan, praktek pemberian makanan kurang gizi, sosial ekonomi rendah,
yang memengaruhi pola makan gaya makan khusus ibu hamil, body image, diet dan
Pengetahuan Gizi
kurang energi kronis (KEK) dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara Satu
Hipotesis penelitian ini yaitu ada hubungan pengetahuan gizi dan Kurang
Energi Kronis (KEK) dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara Satu Kota
METODE PENELITIAN
pengambilan lokasi adalah karena dari hasil survei awal yang dilakukan kepada 10
ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe, 6 ibu
hamil mengalami KEK, 3 ibu hamil mengalami anemia, dan 7 ibu hamil menjawab
3.3.1 Populasi
penelitian (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan digunakan untuk penelitian.
Besar populasi kurang dari 10.000, penentuan besar sampelnya dapat dihitung dengan
N
n
1 N d
2
Keterangan:
n = besar sampel
N = besar populasi
Dalam penelitian ini, besar populasi (N) adalah 835 ibu hamil.
835
n
1 8350,1
2
n = 89,3
n = 90
ibu hamil. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik simple
random sampling yaitu setiap anggota atau unit dari populasi memunyai kesempatan
yang sama untuk diseleksi sebagai sampel. Apabila besarnya sampel yang di inginkan
itu berbeda-beda, maka besarnya kesempatan bagi setiap satuan elementer untuk
terpilih pun berbeda-beda pula. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
pengetahuan gizi dan kurang energi kronis (KEK) dengan anemia pada ibu hamil di
Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe Tahun 2018 dengan pengukuran LiLA
disediakan.
GHb. Keakuratan alat ini dijadikan sebagai standar patokan dalam pengukuran
Hb karena mendekati hasil yang sebenarnya bila dibandingkan dengan alat yang
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumentasi dan data
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai
yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan
membandingkan nilai r tabel dengan nilai r hitung. Untuk menentukan r tabel dilihat
dengan tabel r uji 2 sisi dengan taraf signifikansi 5%, sedangkan untuk menentukan
nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total correlation dengan
ketentuan jika r hitung > r tabel, maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid atau
sebaliknya.
Uji reliabilitas bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
Cronbach Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran,
dengan ketentuan jika r alpha > r tabel maka dinyatakan reliabel, dan jika nilai uji
Cronbach Alpha yang diperoleh < r tabel maka dinyatakan tidak reliabel (Heriana,
2015). Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan di Puskesmas Mon
orang. Puskesmas ini dipilih karena karakteristik responden yang hampir sama
dalam darah yang lebih rendah dari pada nilai normal menggunakan standar WHO
(World Health Organizatian) dengan cara pemeriksaan laboratorium yaitu bila kadar
1. Pengetahuan gizi adalah pemahaman ibu hamil tentang makanan dan zat gizi.
2. KEK adalah suatu keadaan dimana status gizi seseorang yang digambarkan
1. Pengetahuan Gizi
berdasarkan 14 item pertanyaan dengan kategori jawaban benar diberi skor 1, dan
salah diberi skor 0. Maka diperoleh skor terendah 0 dan skor tertinggi 14. Menurut
benar dari total jawaban pertanyaan. Pengetahuan cukup bila responden dapat
menjawab 56-75% dengan benar dari total jawaban pertanyaan. Pengetahuan kurang
bila responden dapat menjawab <56% dari total jawaban pertanyaan. Dalam
2. KEK
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan pada semua variabel penelitian
1. Analisis Univariat
pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang telah tersedia diinput ke program
analisis, dalam penelitian ini menggunakan SPSS. Data terlebih dahulu dicoding
sesuai dengan kebutuhan penelitian kemudian. Data yang telah dianalisis disajikan
independen (pengetahuan gizi dan KEK) dan variabel dependen (anemia pada ibu
hamil) dengan menggunakan uji chi square dengan nilai kemaknaan α = 0,05 dengan
tingkat kepercayaan (confidence interval) 95%. Pada uji bivariat, dalam penelitian ini
menggunakan uji chi square,bila pada hasil uji diperoleh nilai p < 0,05 berarti bahwa
HASIL PENELITIAN
Pulo. Tahun 2009 puskesmas pembantu ini mulai terbentuk menjadi Puskesmas
Muara Satu. Puskesmas Muara Satu terletak Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh
Kota Lhokseumawe adalah sebuah kota di Provinsi Aceh yang berada persis
di tengah-tengah jalur timur Sumatera di antara Banda Aceh dan Medan sehingga
kota ini merupakan jalur distribusi dan perdagangan yang sangat penting bagi
provinsi Aceh.
yang berdekatan dengan Kabupaten Aceh Utara dengan batas-batas sebagai berikut:
Kecamatan Muara Satu memiliki 11 desa yaitu Desa Ujung Pacu, Blang
Naleung Mameh, Batuphat Barat, Batuphat Timur, Blang Pulo, Padang Sakti, Paloh
Punti, Cot Trieng, Meuria Paloh, Meunasah Dayah, dan Blang Panyang.
Jumlah penduduk di Kecamatan Muara Satu pada Tahun 2016 sebesar 36.175
jiwa. Jenis kelamin laki-laki berjumlah 18.011 jiwa dan perempuan sebesar 18.164
jiwa.
antara lain tingginya penyakit infeksi seperti malaria, TBC, diare, ISPA, pneumonia,
demam berdarah, infeksi kulit, dan lepra. Penyakit tidak menular juga tinggi seperti
penyakit jantung koroner, penyakit metabolic. Selain itu, juga terdapat masalah yang
masyarakat sehingga bisa menurunkan angka Kurang Energi Protein (KEP), Anemia
Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY), Kurang Vitamin A
darah (fe) pada ibu hamil. Jumlah ibu hamil yang mendapatkan tablet fe1 (30 tablet)
sebanyak 769 orang (92,54%) dan yang memperoleh tablet fe3 (90 tablet) sebanyak
Karakteristik n %
Umur
< 20 tahun 14 15,6
20-35 tahun 66 73,3
>35 tahun 10 11,1
Paritas
≤2 79 87,8
>2 11 12,2
Pekerjaan
Ibu rumah tangga 46 51,1
PNS 13 14,4
Wiraswasta 21 23,3
Lain-lain 10 11,1
Pendidikan
SMP 13 14,4
SMA 55 61,1
Perguruan Tinggi 22 24,4
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa ibu hamil berumur 20-35 tahun sebanyak 66
orang (73,3%). Paritas ≤ 2 tahun sebanyak 79 orang (87,8%). Mayoritas ibu hamil
Adapun hasil analisis univariat dari pengetahuan gizi dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Pengetahuan Gizi n %
Cukup 36 40
Kurang 54 60
Jumlah 90 100
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi
cukup sebesar 36 orang (40%) dan ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi kurang
menggunakan pita LILA. Adapun hasil analisis univariat dari KEK pada responden
orang (63,3%) dan yang tidak mengalami KEK sebanyak 33 orang (36,7%).
4.2.4 Anemia
Adapun hasil pengukuran anemia pada responden dapat dilihat pada tabel berikut:
Anemia n %
Anemia 49 54,4
Normal 41 45,6
Jumlah 90 100,0
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa ibu hamil yang mengalami anemia sebanyak
49 orang (54,4%) dan normal sebanyak 41 orang (45,6%) di Puskesmas Muara Satu
Kota Lhokseumawe .
mengetahui hubungan pengetahuan gizi dan KEK dengan anemia pada ibu hamil di
Hasil analisis tabulasi silang antara pengetahuan gizi dan anemia pada ibu
Anemia Normal
Pengetahuan Gizi p PR 95% CI
n % n %
Kurang 36 66,7 18 33,3
0,008 3,538 1,461-8,571
Cukup 13 36,1 23 63,9
Tabel 4.5 menjelaskan bahwa sebagian besar ibu hamil yang memiliki
pengetahuan gizi kurang mengalami anemia sebanyak 36 orang (66,7%). Ibu hamil
yang berpengetahuan gizi cukup dan tidak mengalami anemia sebesar 23 orang
(63,9%).
pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara Satu Kota
Lhokseumawe karena memiliki nilai p < 0,05. Nilai PR sebesar 3,538 dengan 95%
kurang kemungkinan 3,5 kali lebih besar akan mengalami anemia dibandingkan ibu
4.3.2 KEK
Hasil analisis uji bivariat antara KEK dan anemia pada ibu hamil dapat
Anemia Normal
KEK P PR 95% CI
n % n %
KEK 43 75,4 14 24,6
0,000 13,821 4,738-40,320
Tidak KEK 6 18,2 27 81,8
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa ibu hamil dengan KEK mengalami anemia
yaitu sebanyak 43 orang (75,4%). Ibu hamil yang tidak mengalami KEK dan tidak
anemia sebanyak 27 orang (81,8%). Tabel ini juga menjelaskan adanya hubungan
KEK dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe
Tahun 2018 karena memiliki nilai p < 0,05 yaitu 0,000. Nilai PR sebesar 13,821
dengan 95% CI 4,738-40,320 menerangkan bahwa ibu hamil yang mengalami KEK
akan memiliki kemungkinan 13,821 kali lebih besar untuk menderita anemia
PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Anemia pada Ibu hamil di Puskesmas
Muara satu Kota Lhokseumawe Tahun 2018
kehamilan masih sangat tinggi. Anemia pada ibu hamil berpengaruh besar terhadap
menimbulkan dampak negatif pada ibu dan janin yang dikandungnya. Ibu yang
mengalami anemia akan cenderung memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehingga
sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Anemia selama kehamilan juga dapat
Masih banyak ibu hamil dengan status gizi kurang seperti kurus atau
menderita anemia di Indonesia. Hal ini disebabkan asupan makanan yang tidak cukup
bagi ibu dan janin. Beban kerja ibu hamil biasanya sama atau lebih berat
dibandingkan sebelum hamil, akibatnya bayi tidak mendapatkan zat gizi yang
pembentukan eritrosit. Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor penguat
kebutuhan besi ibu semakin meningkat yang tidak cukup hanya dengan kebutuhan
dari makanan saja tetapi juga harus dipenuhi dengan suplementasi tablet tambah
darah. Namun, kepatuhan ibu dalam konsumsi tablet tambah darah tidak sebaik yang
diharapkan. (Riskesdas, 2013). Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena kurangnya
kejadian anemia selama trimester ketiga juga dapat menunjukkan bahwa ibu hamil
Salah satu penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil yaitu kurangnya
pengetahuan ibu hamil tentang makanan yang baik selama masa kehamilan serta
rendahnya asupan makanan yang mengandung zat besi. Anemia gizi besi juga dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti status gizi, pola makan, fasilitas kesehatan,
pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi, serta kurangnya asupan zat besi seperti
tablet besi pada masa kehamilan. Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa semakin
perilaku dalam mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi. Hal ini berkaitan
dengan tinggi rendahnya pengetahuan seseorang tentang zat besi. Seorang individu
yang sering mengonsumsi sumber makanan yang mengandung zat besi akan
tercukupi kebutuhan zat besinya sehingga akan dapat mencegah terjadinya anemia.
gizi tidak baik sebanyak 54 orang (60%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Nivedita dan Shanthini (2016) yang menyebutkan bahwa ibu hamil
memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang makanan yang mengandung zat besi.
Selain itu, hanya sebesar 39,87% responden yang mengetahui istilah anemia dan
58,3% mengalami anemia. Sonkar et al. (2017) menyatakan bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan yang sangat buruk tentang anemia. Hanya
40% dari total responden yang menyadari pentingnya mengonsumsi tablet besi.
mengonsumsinya.
Sumitra dan Kumari (2017) menyebutkan bahwa anemia masih sering terjadi
pada ibu hamil di Kathmandu. Sebanyak 22,1% ibu hamil mengalami anemia di
Kathmandu. Asupan makanan yang tidak teratur kurang zat besi merupakan salah
satu faktor yang berperan untuk mengalami anemia. Hasil penelitian tersebut
menganjurkan agar ibu hamil dan anggota keluarga mereka perlu diberikan suatu
konseling gizi akan pentingnya asupan zat besi secara teratur selama masa kehamilan.
dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe Tahun
2018. Penelitian ini didukung oleh Lestari dkk (2018) yang membuktikan adanya
hubungan pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil di Kabupaten Langkat.
Penelitian tersebut menyatakan bahwa kejadian anemia lebih sering terjadi di daerah
perkotaan daripada daerah pedesaan. Sebanyak 40,7% ibu hamil mengalami anemia.
antara pengetahuan gizi dengan kejadian anemia. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ahmady dkk (2016) yang menyatakan bahwa
kelompok kasus memiliki rata-rata skor lebih tinggi sebesar 75,33 daripada kelompok
control yang hanya memiliki rata-rata skor 65. Pengetahuan tersebut bukan dari teori
ilmu saja melainkan dari cara memilih bahan makanan demi dapat meningkatkan
kadar hemoglobin agar terhindar dari status anemia. Silalahio dkk (2016)
Banyak faktor yang dapat menyebabkan anemia antara lain asupan makan,
ukuran keluarga, pendidikan gizi, pengetahuan, kelas sosial, dan paritas. Adznam et
al. (2018) menyatakan bahwa para ibu hamil pada umumnya memiliki pengetahuan
yang masih kurang tentang risiko terjadinya anemia selama kehamilan. Hal ini
Masih banyaknya ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi rendah akan
Diperlukan suatu tindakan pencegahan yang tepat dalam mengatasinya. Salah satunya
dengan memastikan setiap ibu hamil mendapatkan suplementasi tablet besi dan
dikonsumsi sebanyak 90 tablet. Oleh karena itu, ibu hamil harus diberikan informasi
yang memadai dari petugas kesehatan setempat tentang suplementasi zat besi dan
asam folat. Mereka harus disadarkan akan manfaat dan pentingnya suplementasi
tablet besi.
Yanti et al. (2018) menyebutkan ibu hamil yang mendapatkan konseling gizi
anemia dapat diterima ibu dan terjadi proses belajar di dalamnya. Konseling gizi ini
konsumsi tablet besi yang berkorelasi dengan kadar hemoglobin sehingga pada
untuk memastikan konsumsi makanan kaya zat besi. Terjadi peningkatan bermakna
dalam pengetahuan tentang anemia dan makanan kaya zat besi. Rata-rata skor
sebelum intervensi sebesar 8,3 dan sesudah intervensi sebesar 21,6. Makanan yang
banyak mengandung zat besi akan meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah ibu
hamil. Faktor pengetahuan gizi dan asupan makanan kaya zat besi ini bisa menjadi
strategi praktis dan efektif untuk meningkatkan status zat besi dan praktik pola makan
defisiensi zat gizi yang terjadi di dunia. Sebanyak 48,3% responden memiliki kadar
kemiskinan akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami anemia.
Mereka biasanya memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang sehingga tidak
darah guna mencegah anemia. Hampir sepertiga ibu hamil menderita anemia. Anemia
selama kehamilan adalah salah satu penyebab yang sering terjadi dan berkontribusi
terhadapi kematian ibu yang terjadi di negara berkembang. Prevalensi anemia wanita
Amhara, 15,89% dan prevalensi tertinggi adalah di wilayah Somalia, 56,80% (Kassa,
et al., 2017).
kematian ibu adalah perdarahan dan infeksi yang dapat disebabkan anemia dan
kekurangan energi kronis (KEK). Sekitar 40% kematian ibu di negara berkembang
berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan
disebabkan oleh perdarahan akut dan status gizi yang buruk. Ibu yang hamil dengan
status gizi yang buruk dapat menyebabkan terjadinya kekurangan energi kronis
(KEK).
Salah satu cara untuk mengetahui status gizi Wanita Usia Subur (WUS) umur
15-49 tahun adalah dengan melakukan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA).
Hasil pengukuran ini bisa digunakan sebagai salah satu cara dalam mengidentifikasi
seberapa besar seorang wanita mempunyai risiko untuk melahirkan bayi BBLR.
(Arisman, 2010).
dari hampir semua bahan itu terjadi sangat aktif terutama pada trimester III. Karena
sumber energi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin. Kekurangan asupan energi
Kronis (KEK) merupakan suatu keadaan di mana status gizi seseorang buruk yang
gizi makronutrien yakni yang diperlukan banyak oleh tubuh dan mikronutrien yang
diperlukan sedikit oleh tubuh. Kontribusi dan terjadinya KEK pada ibu hamil akan
terjadinya berat bayi lahir rendah (BBLR). Ibu hamil dengan KEK memiliki risiko
kesakitan yang lebih besar terutama pada trimester III kehamilan sehingga dapat
Kekurangan Energi Kronik pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan
komplikasi pada ibu antara lain anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah
secara normal, dan terkena penyakit infeksi. Pengaruh KEK pada proses persalinan
janin dan dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, asfiksia dan BBLR
wilayah kerja Puskesmas Muara Satu. Hal ini sesuai dengan penelitian Nivedita dan
Shanthini (2016) yang menemukan bahwa ibu yang mengalami anemia sebanyak
62,97% di India.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan KEK dengan anemia
pada ibu hamil di Puskesmas Muara Satu Kota Lhokseumawe. Penelitian yang
dilakukan oleh Lubis dkk (2016) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
menyebutkan bahwa KEK menjadi faktor risiko utama dalam kejadian anemia pada
ibu hamil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38,2% ibu hamil di Indonesia
mengalami anemia (Hb<11 g/dl). Prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia di
menyebabkan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga meningkat selama
kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan
komposisi dan metabolisme tubuh ibu sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang
diperlukan saat hamil dapat menyebabkan janin tidak tumbuh sempurna. Masalah gizi
yang sering dihadapi ibu hamil yaitu KEK dan anemia gizi. Riskesdas (2013)
peningkatan yaitu pada tahun 2010 sebesar 33,5% meningkat menjadi 38,5% pada
tahun 2013. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kejadian KEK pada ibu
hamil masih tinggi yaitu sebanyak 63,3%. Abraham et al. (2015) juga menunjukkan
bahwa prevalensi ibu hamil di Etiopia yang mengalami kekurangan gizi berupa KEK
masih tinggi dan perlu penanganan serius. Prevalensi kekurangan energi kronis pada
Penelitian ini juga memberikan informasi bahwa banyak ibu hamil yang tidak
bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga. Pekerjaannya hanya seputar memasak,
membereskan rumah, mengurus anak, dan memenuhi kewajiban sebagai istri saja.
dan anemia. Rizkah dan Mahmudiono (2017) menunjukkan bahwa ibu yang tidak
dengan ibu yang bekerja. Ibu yang tidak bekerja memiliki risiko mengalami Anemia
1,990 lebih besar dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja. Ibu hamil yang
mengalami anemia paling banyak (65 %) adalah usia 20-35 tahun. Obai et al. (2016)
juga menyebutkan bahwa ibu hamil dengan status pekerjaan tidak bekerja hanya
sebagai ibu rumah tangga merupakan faktor risiko terjadinya anemia karena sebagian
kebutuhannya, sebagian ibu rumah tangga tersebut merupakan pada tingkat sosial
ekonomi rendah. Prevalensi anemia sebesar 22,1%, lebih tinggi di Gulu (32,9%)
adalah kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi. 71,2% remaja tidak
memiliki asupan zat besi yang cukup. Kenyataannya, asupan gizi yang baik adalah
cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia dalam kehamilan. Makan makanan
yang tinggi kandungan zat besi dapat membantu menjaga kebutuhan zat besi yang
diperlukan tubuh agar berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin agar tubuh memiliki
cukup zat besi, asam folat, dan konsumsi vitamin C untuk membantu penyerapan zat
besi didalam tubuh. Jika mengalami anemia selama kehamilan maka dapat diberikan
suplemen zat besi atau tablet fe untuk mencegah terjadinya anemia yang
Muhamad dan Liputo (2017) menyimpulkan bahwa salah satu cara dalam
mengatasi masalah KEK dan anemia pada ibu hamil dengan melakukan program
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dengan pemberian makanan tambahan (PMT),
susu dan tablet fe untuk mencegah anemia dan tetap melakukan edukasi gizi kepada
ibu hamil, keluarga dan masyarakat agar tetap menjaga asupan gizi yang baik,
masyarakat.
Seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama masa di dalam
kandungan dan 730 hari setelah persalinan merupakan masa pertumbuhan dan
perkembangan organ yang menyusun berbagai sistem didalam tubuh kita. Proses
pertumbuhan dan perkembangan memerlukan asupan zat gizi, baik yang dikonsumsi
ibu maupun yang berasal dari cadangan ibu. Asupan gizi yang kurang akan
yang kurang. Bila asupan gizi yang tidak cukup maka akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan perkembangan sel yang masih dapat diperbaiki. Namun, bila
kekurangan terjadi setelah 1000 hari maka kerusakan atau gangguan yang terjadi
bersifat menetap. Ibu hamil yang kekurangan gizi akan mengakibatkan masalah
jangka panjang yaitu bayi akan mempunyai risiko terjadinya penyakit tidak menular
kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif bila otak yang mengalami gangguan
FKU, 2014).
1. Dinas Kesehatan
fe selama kehamilan.
2. Puskesmas
secara berkala kadar hemoglobin ibu hamil sehingga apabila anemia terjadi
3. Masyarakat
penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu metode analisis data tidak sampai
kepada analisis multivariat sehingga tidak dapat diketahui variabel mana yang paling
6.1 Kesimpulan
1. Proporsi prevalensi anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara satu Kota
2. Ada hubungan pengetahuan gizi dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas
3. Ada hubungan KEK dengan anemia pada ibu hamil di Puskesmas Muara satu
4. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi tidak baik kemungkinan 3,5 kali
lebih besar akan mengalami anemia dibandingkan ibu hamil yang memiliki
5. Ibu hamil yang mengalami KEK kemungkinan 13,8 kali lebih besar akan
6.2 Saran
kesehatan setempat kepada ibu hamil akan pentingnya mengonsumsi tablet fe.
anemia.
3. Melakukan pengamatan terhadap status gizi ibu hamil yang dilakukan oleh
Adznam, Siti Nur Hidayah, Razalee Sedek, Zalifah Mohd Kasim. 2018. Assessment
of Knowledge Level on Anaemia among Pregnant Women in Putrajaya. AIP
Conference Proceedings.
Ahmady, dkk. 2016. Penyuluhan Gizi Dan Pemberian Tablet Besi Terhadap
Pengetahuan dan Kadar Hemoglobin Siswi Sekolah Menengah Atas Negeri Di
Mamuju. Jurnal Kesehatan Manarang, Vol.2, No.1: 15-21.
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta: EGC.
Fatmah. 2010. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.bagai Faktor
Resiko Kejadian Dislipidemia pada Dosen Universitas Gadjah Mada yang
Melakukan Medical Check Up di GMC Health Center Yogyakarta. Tesis.
Fakultas Kedokteran UGM.
Fikawati, S. 2015. Gizi Ibu dan Bayi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Fitriana, D . 2016. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Kek Pada Ibu Hamil
Di Puskesmas Baturraden II Kabupaten Banyumas
http://repository.ump.ac.id/875/
Hasanuddin FKU. 2014. 1000 Hari Awal Kehidupan. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Heriana, Cecep. 2015. Manajemen Pengolahan Data Kesehatan. Bandung: Refika
Aditama.
https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/7450/5666/.
Indra, M. 2011. Hubungan Antara Pengetahuan Gizi dan Status Gizi dengan Anemia
Pada Ibu-Ibu Usia Produktif di Desa Mangli Kecamatan Kaliangkrik
Kabupaten Magelang. eprints.ums.ac.id/22218/.
Kartasapoetra, G. 2003. Ilmu Gizi Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Lubis, Zulhaida. 2003. Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang
Dilahirkan.
Lubis, Zulhaida, Jumirah, Maya Fitria. 2016. Chronic Energy Malnutrition and
Anemia in Pregnant Women in Medan. Advances in Health Sciences
Research, volume 1: 337-340.
Muhamad, Zuriati dan Liputo, Salahudin. 2017. He Role Of The Local Government
Policy In Eradication Of Chronic Energy In Gorontalo District. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, Volume 7(2): 113-122.
NIH. 2011. Your Guide to Anemia. US Department of Health and Human Services.
Obai, Ondogo, & Wanyama. 2016. Prevalence of Anemia And Associated Risk
Factors Among Pregnant Women Attending Antenatal Care In Gulu And
Hoima Regional Hospital In Uganda. Biomed Central Pregnancy And
Childbirth.
Otoo, Gloria, Adam Yakubu. 2016. Effect of Nutrition Education with an Emphasis
on Consumption of Iron-Rich Foods on Hemoglobin levels of Pregnant
Women in Ghana.
Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe. Profil Kesehatan Kota Lhokseumawe Tahun
2016.
Purwanti, Sugi dan Maris, Inke Puspita. 2012. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hb
Ibu Hamil Menggunakan Hb Sahli dan Easy Touch GHb di BPS Sulis Desa
Grinting Kabupaten Brebes Tahun 2011. Jurnal Kesmasindo, Vol 5 No 1, hlm
65-74.
Saifudin, AB. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal &
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sandra, F et al. 2017. Gizi Anak dan Remaja. Depok : PT Raja Grafindo Persada.
Saraswati, Edwi dan Sumarno, Iman. 1998. Risiko Ibu Hamil Kurang Energi Kronik
(KEK) dan Anemia untuk Melahirkan Bayi dengan Berat Badan Bayi Lahir
Rendah (BBLR). Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 21, hlm: 41-49.
Sediaoetama, AD. 2010. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian
Rakyat.
Tanziha, Ikeu, M. Rizal M. Damanik, Lalu Juntra Utama, Risti Rosmiati. 2016.
Faktor Risiko Anemia Ibu Hamil Di Indonesia (Anemia Risk Factors Among
Pregnant Women In Indonesia). J. Gizi Pangan, Vol. 11(2): 143-152.
Tarwoto, W. 2007. Buku Saku Anemia Pada Ibu Hamil, Konsep dan
Penatalaksanaan. Jakarta : Trans Info Media.
Yanti, Desi Ari Madi Yanti, Apri Sulistianingsih, Sumi Anggraeni. 2018.
Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Melalui Konseling Nutrisi
pada Ibu Hamil Anemia di Kabupaten Pringsewu. Media Publikasi Penelitian,
Vol. 15(2).
Peneliti,
Helliyana
( INFORMED CONSENT )
Saya telah mendapat informasi yang jelas mengenai kegiatan yang akan dilakukan
dalam penelitian ini. Oleh karena itu dengan penuh kesadaran saya bersedia
berpartisipasi untuk mengisi kuesioner pengetahuan gizi, melakukan pengukuran
lingkar lengan atas dengan pita ukur dan pemeriksaan Hemoglobin dengan Easy
Touch Ghb. Demikian pernyataan ini saya tuliskan untuk digunakan seperlunya.
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Nomor Responden :
Nama Responden :
I. Umur : tahun
II. Paritas :
III. Pendidikan terakhir :
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMU
e. D I
f. D III
g. S1
IV. Pekerjaan
a. IRT
b. Pedagang
c. Wiraswasta
d. Petani
e. Buruh
f. Pegawai Swasta
g. PNS
h. dll (tuliskan : _____________)
Pertanyaan Pengetahuan
1. Kebutuhan energi pada ibu hamil :
a. Meningkat, dengan kebutuhan yang sama sepanjang kehamilan
b. Meningkat, kebutuhan energi hamil tua lebih banyak daripada hamil muda
c. Meningkat selama hamil muda, sama dengan wanita tidak hamil selama hamil
tua
d. Selama hamil muda tidak ada peningkatan kebutuhan energi
4. Saat hamil muda, ibu hamil dapat mengalami kurang nafsu makan karena mual
dan muntah. Agar kebutuhan gizi ibu hamil tetap tercukupi maka:
a. Makan dalam jumlah banyak dan sering
b. Makan dalam jumlah banyak namun jarang
c. Makan dalam jumlah sedikit namun sering
d. Makan dalam jumlah sedikit dan jarang
7. Menurut ibu, sebaiknya selama kehamilan berapa kali minum susu dalam satu
hari..
a. 1x sehari
b. 2x sehari
c. Waktu ibu suka
d. Waktu ibu ingat
10. Jika makanan yang dikonsumsi dalam jumlah yang kurang dalam kehamilan
dapat menyebabkan..
a. Bayi dengan Berat Badat lahir Rendah bisa diikutin dengan pembentukkan
organ yang tidak sempurna.
b. Berat Badan Lahir lebih
c. Bayi dengan seluruh organ tubuh yang besar
d. Bayi lahir sehat
12. Menurut ibu, jika ibu hamil kekurangan zat besi dampak yang ditimbulkan
adalah
a. Rabun Senja
b. Sering Buang Air besar
c. Sendi kaku
d. Anemia (Kurang darah )
14. Agar kualitas zat besi dalam sayuran dapat berfungsi dengan baik maka sayuran
sebaiknya dikonsumsi dengan cara..
a. Dibuat lalapan
b. Saat dimasak harus sampai lunak
c. Saat dimasak dalam keadaa hijau, tidak sampai berwarna kuning
d. Sebelum dimasak harus direndam selama 1 jam
1. ANALISIS UNIVARIAT
Frequency Table
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Tidak
33 36.7 36.7 100.0
KEK
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
anemia
Kategori paritas
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Kelompok Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Crosstab
anemia
Cukup Count 13 23 36
% within Kategori
36.1% 63.9% 100.0%
pengetahuan gizi
Total Count 49 41 90
% within Kategori
54.4% 45.6% 100.0%
pengetahuan gizi
Linear-by-Linear
8.041 1 .005
Association
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 16.40.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
Odds Ratio for Kategori pengetahuan gizi (Kurang / Cukup) 3.538 1.461 8.571
N of Valid Cases 90
Crosstab
anemia
% within Kurang
18.2% 81.8% 100.0%
Energi Kronis
Total Count 49 41 90
% within Kurang
54.4% 45.6% 100.0%
Energi Kronis
Linear-by-Linear
27.318 1 .000
Association
N of Valid Casesb 90
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 15.03.
Risk Estimate
95% Confidence
Interval
N of Valid Cases 90
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.905 14
Item-Total Statistics
1. Kebutuhan energi
8.95 17.208 .559 .901
pada ibu hamil
2. Makanan sehari-hari
ibu hamil hendaknya 8.95 17.208 .559 .901
terdiri dari
3. Contoh makanan
kecil/selingan diantara
8.90 16.937 .676 .896
waktu makan ibu hamil
seperti
5. Minuman beralkohol
dapat
8.95 17.313 .530 .902
mengakibatkan.........
bagi ibu hamil
6. Menurut ibu,
bagaimana yang
8.95 16.787 .675 .896
dikatakan makanan
bervariasi
7. Menurut ibu,
sebaiknya selama
kehamilan berapa kali 9.00 16.737 .657 .897
minum susu dalam satu
hari..
Kuesioner yang dijadikan sebagai pertanyaan penelitian telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dan diperoleh hasil yaitu:
df= n-2=20-2=18 maka dengan melihat tabel r dengan α=0,05 diperoleh nilai r tabel
sebesar 0,44