Anda di halaman 1dari 51

TESIS

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

SURABAYA

2023
TESIS

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

OLEH:

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

NIM 102114453039

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

SURABAYA

2023
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh:

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

NIM 102114453039

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

SURABAYA

2023
PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis

Minat Studi Adiministrasi Rumah Sakit

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Magister Kesehatan (M.Kes.)

Pada tanggal …..

Mengesahkan

Universitas Airlangga

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Dr. Santi Martini, dr., M.Kes.

NIP 196609271997022001

Tim Penguji:

Ketua : Dr. Ernawaty, drg., M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS.

2. Widodo J. Pudjirahardjo, dr., M.S., M.PH., Dr.PH.

3. Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes.

4. Inge Dhamanti., S.KM., M.Kes., M.PH., Ph.D.

5. Elizabeth Aryani Jiwanto., dr., M.Kes.


PERSETUJUAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kesehatan (M.Kes.)

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh :

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

NIM 102114453039

Menyetujui,

Surabaya, 01 Agustus 2023

Pembimbing Ketua Pembimbing

Dr. Ernawaty, drg., M.Kes. Inge Dhamanti., S.KM., M.Kes., M.PH., Ph.D.
NIP NIP

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Dr. Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS.

NIP 1971110898021001
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Immanuel Michael Hadinata

NIM : 102114453039

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Angkatan : 2021

Jenjang : Magister

menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis

saya yang berjudul:

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan meneima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 01 Agustus 2023

Immanuel Michael Hadinata


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala Rahmat dan karuniaNYA, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Analisis Studi Kelayakan Pelayanan Dan Kebutuhan Kesehatan Rawat

Jalan Dan Inap Geriatri Di Rumah Sakit Gotong Royong” tepat pada

waktunya.

Tesis ini berisikan pemahaman karakteristik individu, karakteristik sosial,

karakteristik psikologi dan karakteristik rumah sakit yang di persepsikan pasien

aktual dan pasien potential di Rumah Sakit Gotong Royong.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat Dr. Ernawaty, drg., M.Kes. selaku pembimbing

utama yang telah memberikan banyak waktu, motivasi, pemikiran, dan perhatian,

pembimbing, dan mengarahkan dalam penyusunan penelitian ini.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Inge Dhamanti., S.KM.,

M.Kes., M.PH., Ph.D. selaku pembimbing yang dengan sabar dan perhatian

memberikan semangat, bimbingan, dan dukungan sehingga penelitian ini dapat

diselesaikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Airlangga.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Bapak Dr.

Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS.

4. Ketua Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan


5. Seluruh staf pengajar dan keluarga besar AKK FKM Unair

6. Tim penguji tesis yang terdiri dari ketua penguji Ibu Dr. Ernawaty, drg.,

M.Kes., Ibu Inge Dhamanti, S.KM., M.Kes., M.PH., Ph.D., Bapak Dr.

Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS., Ibu Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM.,

M.Kes. dan dr. Juliana Sandrawati, M.ARS.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf sekretariat program studi Administrasi

Kebijakan dan Kesehatan atas ilmu dan bimbingan yang diberikan serta

bantuannya dalam memfasilitasi penulis selama perkuliahan hingga

selesainya penyusunan tesis ini.

8. Direktur Rumah Sakit Gotong Royong, dr. Mardha Handiwidjaja, QIA,

CMA. yang telah memberikan arahan, dukungan, dan bimbingan mulai dari

awal penelitian, FGD, hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Teman-teman seperjuangan ARS 2021 yang telah memberikan semangat dan

bantuannya sehingga tesis ini dapat selesai tepat pada waktunya.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doanya

kepada penulis.

11. Istriku tercinta, Chintya Dhefie Djajapurnama S. Ds dan anak saya Hugo

Alexander Hadinata yang senantiasa memberikan semangat, bantuan, dan

doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulit sebutkan satu persatu atas

dukungannya selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, bantuan
dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan

yang telah diberikan kepada penulis. Dan semoga tesis ini dapat memberikan

manfaat.

Surabaya, 01 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Salah satu keberhasilan tingginya indikator kesehatan masyarakat adalah

meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia dan usia harapan hidup (UHH).

Semakin meningkatnya usia harapan hidup suatu daerah maka jumlah

penduduk lanjut usia juga semakin bertambah. Pada data badan pusat statistik

(BPS) Jawa Timur, persentase jumlah penduduk kategori lanjut usia pada usia

≥ 60 tahun di Surabaya terus bertambah.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lanjut Usia ≥ 60 Tahun di Surabaya Data BPS
Provinsi Jawa Timur
Tahun 2018 2019 2020
Jumlah Penduduk 252.180 252.964 253.751
Persentase 8,53% 8,84% 9,19%
Trend +0,31% +0,35%
Sumber: Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur periode tahun 2018-2020

Meningkatkan indikator kesehatan masyarakat pada penduduk lanjut usia

didukung dengan adanya keberadaan pelayanan kesehatan geriatri di Rumah

Sakit. Masalah kesehatan pada lansia muncul karena penyakit degeneratif yang

diakibatkan karna proses penuaan. Sehingga diperlukan pembinaan kesehatan

pada penduduk lanjut usia (Linda, 2020).

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang dapat

diselenggarakan baik dari kepemilikan swasta maupun pemerintah. Rumah

Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat

jalan, rawat inap dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009).
Rumah Sakit Gotong Royong sebagai salah satu Rumah Sakit swasta di

Kota Surabaya yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

menjadikan layanan kesehatan geriatri menjadi yang unggulan di Rumah Sakit

ini.

Pada tahun 2023 ini Rumah Sakit Gotong Royong telah berdiri selama 31

tahun, selama perjalanannya visi dan misi sudah mengalami perubahan

sebanyak 2x, pelayanan geriatri menjadi unggulan dalam pelayanan dapat

dilihat pada visi dan misi Rumah Sakit pada saat ini, berikut visi dan misi

Rumah Sakit Gotong Royong:

Visi

“Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu melalui kepedulian sesama”

Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna berdasarkan kasih dan

profesionalitas.

2. Menjalankan fungsi rumah sakit pendidikan utama yang melaksanakan

pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat secara

berkesinambungan dengan unggulan di bidang geriatri dan kedokteran

keluarga.

Pelayanan geriatri telah didalam rencana strategi Rumah Sakit Gotong

Royong Tahun 2022 – 2027, namun dalam perencanaan strategi belum

memberikan rincian program pencapaian untuk layanan unggulan geriatri.

Pelayanan geriatri sesungguhnya tidak hanya terbatas pada pelayanan

rawat jalan dan rawat inap akan tetapi perlu pelayanan penunjang lainnya yang
mendukung pelayanan geriatri tersebut. Pelayanan rawat jalan geriatri di

Rumah Sakit Gotong Royong masih terbatas pada penyakit dalam, sedangkan

pelayanan penunjang lainnya masih berdiri sendiri, artinya pelayanan geriatri

di Rumah Sakit Gotong Royong belum dilayani secara holistik dan jumlah

tempat tidur yang tersedia berjumlah 8 buah.

Dalam 3 tahun terakhir, jumlah pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat

jalan dan instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Gotong Royong terus

mengalami perubahan yang dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Dan Instalasi Gawat Darurat (IGD)
Di Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019 – 2022
Jenis Tahun
kunjungan Trend
2019 2020 2021 2022
n % n % n % n %
Rawat jalan 31.466 60,25 27.34 50,45 50.83 81,55 83.59 82,88 +37,5
% 5 % 5 % 2 % 6%
IGD 20.75 39,75 26.85 49,55 11.497 18,45 17.25 17,12 -56,93
3 % 0 % % 6 % %
Total 52.21 100,0 54.19 100,0 62.33 100,0 100.8 100,0
9 % 5 % 2 % 48 %
Sumber: Laporan tahunan, Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan

dan IGD di Rumah Sakit Gotong Royong pada tahun 2019 menuju tahun 2020

mengalami penurunan pada rawat jalan dan mengalami peningkatan pada IGD

dimana pada saat itu terjadi pembatasan kunjungan rawat jalan dan

peningkatan kasus pandemi covid-19 dan pada tahun 2020 menuju tahun 2022

mengalami peningkatan kunjungan rawat jalan dan sempat mengalami

penurunan kunjungan IGD pada tahun 2021 dan meningkatkan kembali pada

tahun 2022.

Hal ini menunjukkan potensi variasi usia pasien yang melakukan

pengobatan di rawat jalan dan IGD beraneka ragam dan peluang pasien
kategori lanjut usia dalam berobat juga meningkat. Berikut data kunjungan

pasien kategori lanjut usia dengan usia ≥ 60 tahun di rawat jalan dan IGD di

Rumah Sakit Gotong Royong pada tabel berikut:

Tabel 1.3 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Lansia Di Rumah Sakit
Gotong Royong Tahun 2019-2022
Kunjunga Tahun
n pasien 2019 2020 2021 2022 Trend
lansia n % n % n % n %
rawat jalan
Lama 4.450 88,64% 4.553 85,07% 7.86 92,65% 11.877 96,46% +166,89%
1
Baru 570 11,36% 801 14,93% 621 7,35% 436 3,54% -25,26%
Total 5.020 100,0% 5.354 100,0% 8.48 100,0% 12.313 100,0% +145,08%
2
Sumber: Laporan tahunan, Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022

Berdasarkan tabel 1.3 menunjukkan bahwa pasien lansia lama mengalami

peningkatan trend +166,89% dari tahun 2019 sampai 2022 dan pada pasien

lansia baru mengalami penurunan trend -25,26% sejak tahun 2019 sampai 2022

dan total pasien lansia selama tahun 2019 sampai 2022 mengalami peningkatan

yang terbagi seluruh pelayanan rawat jalan, sehingga keberadaan pelayanan

geriatri yang tersedia di Rumah Sakit Gotong Royong sudah tepat.

Tetapi pada data kunjungan rawat jalan geriatri di Rumah Sakit Gotong

Royong tidak sebanding dengan jumlah kunjungan lansia di rawat jalan

geriatri, berikut adalah data kunjungan pasien lansia pada poli geriatri, poli

jantung, poli dalam, dan poli saraf di Rumah Sakit Gotong Royong pada tabel

berikut:

Tabel 1.4 Jumlah Kunjungan Lansia Di Rawat Jalan Geriatri, Jantung, Penyakit
Dalam dan Saraf di Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022
Jenis layanan Tahun
rawat jalan 2019 2020 2021 2022 Trend
n % n % n % n %
Geriatri 20,05 2 0,05% 0 0% 0 0% -100,0
% %
Jantung 873 17,39 1.07 3.01 35,58 4.347 35,31 +397,9
% 9 20,15 8 % % %
%
Penyakit Dalam 2.355 46,91 2.72 4.10 6.003 48,75 +154,9
% 2 50,84 3 48,37 % 1%
% %
Saraf 1.790 35,65 1.55 28,96 1.36 16,05 1.963 15,94 +9,67
% 1 % 1 % % %
Total 5.020 100,0 100,0 8.48 100,0 100,0
% 5.35 % 2 % 12.31 %
4 3
Sumber: Laporan tahunan, Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022

Rumah Sakit Gotong Royong dihadapkan dengan fakta yang mendorong

pihak manajemen untuk mengambil langkah lanjutan dengan temuan data ini

dalam mengantisipasi perubahan trend kunjungan kelompok lansia di

pelayanan Rumah Sakit Gotong Royong. Dibutuhkan kelayakan

pengembangan layanan geriatri dalam aspek internal dan eksternal dalam

beradaptasi dan bersaing dalam pemberian pelayanan kesehatan lansia.

Membandingkan pelayanan geriatri di Rumah Sakit Gotong Royong

dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 79 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit, dimana pada Bab 3 pasal

5 mengenai tingkat pelayanan yang terbagi menjadi beberapa kelompok

berdasarkan jenis pelayanan, pada tabel berikut:

Tabel 1.5 Jenis Pelayanan Berdasarkan Tingkat Pelayanan Menurut Permenkes


No 79 Tahun 2014
Tingkat Pelayanan
Jenis pelayanan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Rumah Sakit
Sederhana Lengkap Sempurn Paripurna Gotong
a Royong
Rawat Jalan + + + + +
Kunjungan + + + + -
Rumah
(Homecare)
Rawat Inap Akut - + + + +
Klinik Asuhan Siang - - + + -
Rawat Inap Kronik - - - + +
Rawat Inap - - - + -
Psikogeriatri
Penitipan Pasien - - - + +
Geriatri (respite care)
Hospice - - - + -
Sumber: Permenkes No 79 Tahun 2014
Pada tabel 1.5 diatas Rumah Sakit Gotong Royong belum memiliki

layanan homecare, untuk menjadi layanan geriatri tingkat sederhana dan klinik

asuhan siang, rawat inap psikogeriatri dan hospice untuk menjadi layanan

geriatri tingkat paripurna sesuai ketentuan didalam Permenkes No. 79 Tahun

2014.

Selain jenis pelayanan, kelengkapan tentang persyaratan pembangunan

juga ada didalam Permenkes No. 79 Tahun 2014 pada persyaratan

pembangunan di bab 4 pasal 7 dimana letak pelayanan geriatri terpisah secara

mandiri, lokasi pelayanan berdekatan dengan ruang perawatan, ruang

rehabilitasi medik dan dekat dengan akses masuk Rumah Sakit dan pada pasal

8, pasal 9, dan pasal 10 mengenai ketentuan bangunan pelayanan geriatri

berdasarkan tingkat pelayanan paling sedikit terdiri atas:

Tabel 1.6 Tabel Syarat Bangunan Berdasarkan Tingkat Pelayanan Menurut


Permenkes No 79 Tahun 2014
Tingkat Pelayanan
Syarat bangunan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Rumah Sakit
Sederhan Lengkap Sempurn Paripurna Gotong
a a Royong
Ruang Pendaftaran/ + + + + +
administrasi
Ruang tunggu + + + + +
Ruang periksa + + + + +
Ruang Tim Terpadu + + + + +
Geriatri
Ruang Bangsal Geriatri - + + + +
Akut (Ruang Rawat inap
dan Ruang Fisioterapi)
Ruang Klinik Asuhan - - + + -
Siang
Ruang Bangsal Geriatri - - + + -
Kronis
Ruang Penitipan Pasien - - + + +
Geriatri (respite care)
Ruang Hospice care - - + + -
Sumber: Permenkes No 79 Tahun 2014
Pada tabel 1.6 diatas Rumah Sakit Gotong Royong saat ini memenuhi

tingkat layanan berdasarkan kebutuhan bangunan pada layangan tingkat

lengkap dan Rumah Sakit Gotong Royong belum melengkapi ruang klinik

asuhan siang, ruang bangsal geriatri kronis, ruang hospice care untuk mencapai

standard bangunan untuk menjadi layanan tingkat paripurna yang telah

ditentukan oleh pemerintah dalam Permenkes 79 Tahun 2014.

Selain itu, ketersediaan sumber daya manusia juga menjadi perhatian

dalam pemenuhan kebutuhan sesuai Permenkes 79 Tahun 2014, dilihat dari

tingkat pelayanan terbagi paling sedikit terdiri atas:

Tabel 1.7 Tabel Tim Terpadu Geriatri Berdasarkan Tingkat Pelayanan Menurut
Permenkes No 79 Tahun 2014
Tingkat Pelayanan
Tim terpadu Geriatri Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Rumah
Sederhan Lengkap Sempurn Paripurna Sakit
a a Gotong
Royong
Dokter spesialis penyakit + + + + +
dalam
Dokter spesialis lainnya + + + + +
(sesuai dengan jenis
penyakit pasien geriatri)
Dokter + + + + +
Perawat (telah mengikuti + + + + -
pelatihan gerontik atau
pelatihan keterampilan
inteligensia)
Apoteker + + + + +
Tenaga gizi + + + + +
Fisioterapis + + + + +
Okupasi terapis + + + + -
Dokter spesialis - + + + +
kedokteran fisik dan
rehabilitasi
Dokter spesialis - + + + +
kedokteran jiwa/psikiater
Psikolog - + + + +
Pekerja sosial - + + + -
Terapis wicara - - + + -
Perekam medis - - + + +
Dokter penyakit dalam - - - + -
konsultan geriatri
Sumber: Permenkes No 79 Tahun 2014

Pada tabel 1.7 diatas dalam kebutuhan tim terpadu geriatri di Rumah Sakit

Gotong Royong posisi saat ini pada tingkat sederhana belum memenuhi pada

ketersediaan perawat dengan pelatihan gerontik dan tenaga okupasi terapis.

Untuk memenuhi kebutuhan layanan tingkat paripurna diperlukan ketersediaan

perawat dengan pelatihan gerontik, okupasi terapis, pekerja sosial, terapis

wicara, dan dokter penyakit dalam konsultan geriatri mengikuti standard

layanan Permenkes No. 79 Tahun 2014.

Dengan demikian Rumah Sakit Gotong Royong dituntut untuk selalu

berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada pasien lansia. Kelayakan

pelayanan geriatri ini mempengaruhi kualitas layanan yang akan diterima oleh

pasien lansia. Selanjutnya pasien lansia akan merasa sangat puas jika

pelayanan yang diterima jauh melampaui ekspektasi, oleh karena itu

manajemen Rumah Sakit Gotong Royong perlu mengetahui kualitas pelayanan

geriatri apakah sudah sesuai dengan kebijakan yang sedang berjalan.

Kelayakan suatu layanan akan mempengaruhi kepuasan pasien.

Dalam mendirikan atau mengembangkan Rumah Sakit dibutuhkan suatu

proses yang sistematis dengan melakukan suatu studi yang tepat, setiap proses

saling berkaitan satu sama lain dan dilakukan secara bertahap. Studi kelayakan

(Feasibility Study) adalah hasil analisis dan penjelasan kelayakan dari segala

aspek yang akan mendasari pengembangan Rumah Sakit, terkait dengan

penentuan rencana kerja pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang sudah ada

melakukan rencana pengembangan dari suatu Rumah Sakit. Dilihat kondisi laju
pertumbuhan demografi, pengembangan pembangunan dan peningkatan

kehidupan di suatu wilayah, pola penyakit dan epidemiologi. Dimana hal ini

pula yang dapat menentukan bahwa sarana dan prasarana Rumah Sakit berbeda

dengan layanan kesehatan Rumah Sakit lainnya (Pedoman penyusunan studi

kelayakan RS kemenkes, 2012).

Standard suatu layanan kesehatan perlu dilakukan studi kelayakan

(feasibility Study) dimana telah diatur oleh pemerintah dalam Permenkes 14

Tahun 2021 tentang Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada

Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan.

Dimana Rumah Sakit harus memiliki studi kelayakan pada awal

perencanaan pengembangan Rumah Sakit yang di analisis dari aspek, 1. kajian

kebutuhan pelayanan Rumah Sakit, 2. Kajian kebutuhan lahan, bangunan,

prasarana, sumber daya manusia, dan peralatan. 3. Kajian kemampuan

pendanaan

1.1 Kajian Masalah

Berdasarkan data dan permasalahan di atas, maka di bawah ini

digambarkan Rumah Sakit Gotong Royong perlu dilakukan studi kelayakan

pelayanan dan kebutuhan rawat jalan dan inap geriatri dinilai dengan aspek

sebagai berikut:
Rendahnya kontribusi pemanfaatan layanan kesehatan rawat jalan dan inap geriatri oleh
pasien lansia berjumlah 2 pasien selama tahun 2019-2022.

Dilakukan aspek pada studi kelayakan pelayanan rawat jalan dan inap geriatri di Rumah
Sakit Gotong Royong Surabaya

Aspek studi Kelayakan / feasibility study:


1. Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
a. Kajian demografi (umur, jenis kelamin, dan status pernikahan)
b. Kajian sosio-ekonomi (kebudayaan, tingkat pendidikan, pendapatan)
c. Kajian morbiditas dan mortalitas (10 penyakit utama dan angka kematian)
d. Kajian internal Rumah Sakit (Sistem manajemen unit pelayanan, teknologi, tarif,
dan rencana kinerja)
2. Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, dan peralatan
3. Kajian kemampuan pendanaan
Gambar 1.1 Kajian Masalah

Berdasarkan gambar 1.1 diperolah informasi dan data bahwa

diperlukan studi kelayakan (feasibility study) untuk mengetahui penyebab

rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan geriatri oleh pasien lansia di

Rumah Sakit Gotong Royong, aspek studi kelayakan sebagai berikut:

1.2.1 Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit

Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit terdiri atas kajian

demografi, kajian sosio-ekonomi, kajian morbiditas dan mortalitas, kajian

kebijakan dan regulasi dan kajian aspek internal Rumah Sakit. Beberapa

kajian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Kajian demografi

a. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang

dihirung sejak dilahirkan. Semakin lanjut umur seseorang resiko

untuk terserang penyakit lebih tinggi. Bertambahnya umur akan

memberikan peluang berisiko timbulnya penyakit degeneratif

dan penyakit kronis. Umur mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen/pasien (Supriyanto

& Ernawaty, 2009).


b. Jenis kelamin

Pemanfaatan suatu produk berhubungan dengan jenis kelamin

tertentu. Ada perbedaan tertentu antara wanita dan laki-laki

dalam usaha memenuhi kebutuhan, keinginan dan harapan

(Supriyanto & Ernawaty, 2009).

2. Kajian sosio-ekonomi

a. Kebudayaan

Budaya adalah merupakan dimensi atau faktor penting yang

erat kaitannya dan sangat mempengaruhi kebudayaan. Oleh

karena itu, faktor budaya menentukan keinginan dan perilaku

lembaga penting lainnya (Kotler, 2005). Budaya adalah faktor

mendasar dari keinginan dan perilaku manusia. makhluk

rendah cenderung naluriah. Sedangkan manusia biasanya

mempelajari perilakunya dari lingkungan. sehingga nilai,

persepsi, preferensi, dan perilaku seseorang yang tinggal di

suatu wilayah tertentu dapat berbeda dengan nilai, persepsi,

preferensi, dan perilaku orang lain di lingkungan lain.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola berfikir, cara

pandang terhadap pengetahuan dan informasi tentang

pelayanan kesehatan. Seseorang dengan pendidikan yang lebih

tinggi akan memiliki konsep sehat dan sakit serta mengetahui

tindakan apa yang harus dilakukan jika sedang sakit.


Sedangkan yang berpindidikan lebih rendah biasanya lebih

bersikap menerima apa adanya (Schiffman & Kanuk, 2010)

c. Pendapatan

Seseorang yang memiliki pendapatan yang cukup akan sangat

sulit mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun dalam

kondisi sangat membutuhkan pelayanan kesehatan. Hal

tersebut berdampak pada ketidaksesuaian antara kebutuhan dan

permintaan terhadap pelayanan kesehatan (Ilyas, 2011).

3. Kajian morbiditas dan mortalitas

Peristiwa sakit dan kematian yang terjadi di Rumah Sakit menjadi

suatu gambaran layanan yang dapat dijadikan pengembangan Rumah

Sakit. Melihat data 10 penyakit utama dan angka kematian dengan GDR

(Gross Death Rate) dan NDR (Net Death Rate) dipengaruhi dari tingkat

keparahan suatu penyakit, kecekatan dan kesingapan pelayanan kesehatan

dan ketapatan terapi (Permenkes 14, 2021).

4. Kajian kebijakan dan regulasi

Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan sangat mempengaruhi

perkembangan kesehatan di Indonesia dimana Rumah Sakit dituntut untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan kelengkapan pelayanan kesehatan

harus mempertimbangkan pada kebijakan dan regulasi dalam

pengembangan wilayah pembangunan sektor nonkesehatan, kesehatan, dan

perumahsakitan untuk menjadikan layanan kesehatan tersebut standar dan

memenuhi kebutuhan pasien (Permenkes 14, 2021).


5. Kajian aspek internal Rumah Sakit

Kesiapan pada sistem yang akan dilaksanakan atau diopersikan,

menjadikan Rumah Sakit siap dalam melayani pasien dan menghindari

hambatan pada administratif dan nonkesehatan. Sistem manajemen

organisasi termasuk sistem manajemen unit-unit pelayanan, sistem

unggulan pelayanan, alih teknologi peralatan, sistem tarif, rencana kinerja

dan keuangan (Permenkes 14, 2021).

1.2.2 Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya

manusia, dan peralatan

Perencanaan kebutuhan lahan, bangunan, dan prasarana untuk

mengembangkan suatu pelayanan dalam studi kelayakan menurut Permenkes

14 tahun 2021 mempengaruhi kelayakan pelayanan tersebut. Sumber daya

manusia turut ikut dalam kelayakan pengembangan pelayanan dengan

mempertimbangkan jumlah tenaga, spesialisasi dan kualifikasi yang

dibutuhkan (Permenkes 14, 2021).

1.2.3 Kajian kemampuan pendanaan

Kemampuan pendanaan meliputi prakiraan jumlah kebutuhan dana

investasi, sumber pendanaan, prakiraan pendapatan terhadap prakiraan jumlah

kunjungan pelayanan dan pengisian tempat tidur, prakiraan biaya tetap dan

tidak tetap terhadap prakiraan sumber daya manusia dan proyeksi arus kas dan

laba atau rugi untuk 5 sampai 10 tahun (Permenkes 14, 2021).

1.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kajian demografi (umur dan jenis kelamin), kajian sosio-

ekonomi (kebudayaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan) untuk studi

kelayakan Rumah Sakit Gotong Royong dalam pengembangan layanan

rawat jalan dan inap geriatri?

2. Bagaimana kajian prasarana, sumber daya manusia, sistem pelayanan

kesehatan, dan peralatan untuk studi kelayakan Rumah Sakit Gotong

Royong dalam pengembangan layanan rawat jalan dan inap geriatri?

3. Bagaimana kajian kemampuan sumber pendanaan untuk studi kelayakan

Rumah Sakit Gotong Royong dalam pengembangan layanan rawat jalan

dan inap geriatri?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini upaya penyusunan rekomendasi terhadap

layanan rawat jalan dan rawat inap geriatri untuk meningkatkan

jumlah kunjungan pasien geriatri di Rumah Sakit Gotong Royong

berdasarkan analisis studi kelayakan pelayanan geriatri.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kajian demografi (umur dan jenis kelamin), kajian sosio-

ekonomi (kebudayaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan) untuk


kelayakan Rumah Sakit Gotong Royong dalam pengembangan

layanan rawat jalan dan inap geriatri.

2. Menganalisis kajian prasarana, sumber daya manusia, sistem pelayanan

kesehatan, dan peralatan untuk kelayakan Rumah Sakit Gotong

Royong dalam pengembangan layanan rawat jalan dan inap geriatri.

3. Menganalisis kajian kemampuan pendanaan untuk kelayakan Rumah

Sakit Gotong Royong dalam pengembangan layanan rawat jalan dan

inap geriatri.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai acuan untuk kelayakan pelayanan geriatri di

Rumah Sakit Gotong Royong

1.5.2. Manfaat bagi peneliti

Peneliti bisa menerapkan ilmu yang telah diperolehnya selama

menjalani perkuliahan di Pasca Sarjana Universitas Airlangga dan bisa

mendapatkan pengalaman serta pengetahuan yang sangat berharga

dalam menyelesaikan permasalahan di bidang pelayanan kesehatan.

1.5.3. Manfaat bagi masyarakat

Mendapat pelayanan yang lebih baik dan sarana prasarana yang lebih

lengkap.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Studi Kelayakan

Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Rumah Sakit (2012),

memperjelas bahwa studi kelayakan suatu usaha adalah rencana untuk

menganalisis suatu usaha itu layak atau tidak, serta melihat usaha

tersebut dapat dijalankan dan tetap memperoleh keuntungan yang

besar.

2.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan

Suratman (2011) menyebutkan tujuan studi kelayakan adalah untuk

memberikan informasi bagi pengambil keputusan untuk memutuskan

dan mengevaluasi alternatif proyek investasi yang akan dilaksanakan.

2.3 Analisis Kelayakan Usaha

2.3.1 Pengertian Studi Kelayakan Usaha

Menurut Yacob Ibrahim (2009), studi kelayakan usaha adalah

aktifitas melihat dan menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh

dalam pelaksanaan suatu kegiatan usaha/proyek. Menurut Kasmir

(2012), studi kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari

secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.

Analisis kelayakan usaha terbagi menjadi 2, yaitu Analisis Finansial

dan Non Finansial.


a. Analisis Kelayakan Finansial

Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan

keuangan dan arus kas, untuk menentukan apakah bisnis tersebut

layak dijalankan. Menurut Husnan Suswarsono (2000), analisis

keuangan adalah analisis perbandingan biaya dan manfaat untuk

menentukan apakah suatu bisnis menguntungkan sepanjang

umurnya.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai aspek

keuangan adalah profitabilitas indeks, payback period, net

present value (NPV) (Arwati, 2016).

1) Metode Profitabilitas Indeks

Profitabilitas indeks mengukur present value untuk setiap

rupiah yang diinvestasikan (Rachadian, 2013). Rumus

profitabilitas indeks sebagai berikut:

PI = Present Value Cash Inflow / Present Value Initial

Investment

2) Metode Payback Period

Mencari periode atau waktu yang dibutuhkan untuk

mengembalikan investasi yang dikeluarkan berdasarkan arus

kas (cash flow) yang diharapkan dari investasi yang didanai

disebut analisis payback period (Djuhatmoko, 2019). Rumus

payback period jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda

(Syahputra, 2016):
payback period = n + (a-b) / (c-b) x 1 tahun

Dimana:

n = tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum

bisa menutup

a = initial outlay / jumlah investasi awal

b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n

c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n + 1

3) Metode Net Present Value (NPV)

Analisis net present value merupakan salah satu metode

yang paling efektif untuk mengevaluasi layak atau tidaknya

suatu proyek (Winarno, 2014). NPV adalah selisih antara arus

kas keluar dan masuk yang didiskon, atau dengan kata lain

perkiraan arus kas masa depan yang didiskon pada saat itu.

Jika NPV bernilai positif maka usulan investasi dapat

diterima, sebaliknya jika bernilai negatif maka usulan

investasi tidak layak untuk dilanjutkan karena tidak dapat

meningkatkan nilai perusahaan. NPV juga bisa bernilai sama

dengan nol artinya investasi yang dilakukan tidak akan

merubah nilai suatu perusahaan. Net present value (NPV)

dirumuskan sebagai berikut (Syahputra, 2016):

Ct
Net present value (NPV) = - Co
t
(1+r)
Dimana:

Ct = net cash inflow selama periode ‘t’


Co = initial outlay / jumlah investasi awal

r = discount rate

t = jumlah periode waktu

b. Analisis Kelayakan Non Finansial

Menurut Subagyo (2008), studi kelayakan dilakukan untuk

mengevaluasi kelayakan pengembangan suatu usaha. Menurut

Umar (2005), studi kelayakan bisnis adalah studi tentang rencana

bisnis yang menganalisis tidak hanya bisnis tersebut layak atau

tidak, tetapi juga kapan bisnis tersebut dioperasikan secara rutin

untuk memperoleh keuntungan maksimal dalam jangka waktu

tertentu.

Ada beberapa aspek menurut umar (2005), dalam studi

kelayakan bisnis ini yaitu:

1) Aspek pasar, yaitu mengkaji permintaan suatu produk atau

jasa, ruang lingkup pasar, pertumbuhan permintaan dan pangsa

pasar produk yang bersangkutan.

2) Aspek pemasaran, memeriksa segmen pasar, posisi produk,

kepuasan pelanggan, dan masalah terkait pemasaran.

3) Aspek teknik dan teknologi, yang meneliti kebutuhan apa yang

diperlukan dan bagaimana secara teknis, proses produksi akan

dilaksanakan.

4) Aspek sumber daya manusia, mengkaji peran sumber daya

manusia dalam pengembangan proyek bisnis serta peran


sumber daya manusia dalam operasional bisnis setelah proyek

selesai.

5) Aspek manajemen, memeriksa manajemen dalam

pengembangan proyek bisnis dan operasional bisnis secara

teratur.

6) Aspek keuangan, menilai perhitungan modal yang dibutuhkan

untuk modal kerja awal dan aset proyek.

7) Aspek sosial, politik, dan ekonomi, menganalisis kondisi diluar

perusahaan, dinamis dan tidak terkendali, pada tingkat politik,

ekonomi dan sosial negara.

8) Aspek lingkungan industri, mempertimbangkan persaingan dan

kondisi yang dapat mempengaruhi berjalannya bisnis.

9) Aspek yuridis, menilai hal-hal mengenai badan hukum

perusahaan, izin operasional.

10) Aspek lingkungan hidup, menilai pengaruh operasional

terhadap lingkungan sekitarnya, seperti kesehatan, polusi, dan

pencemaran.

Menurut kasmir dan jafar (2003), terdapat beberapa aspek untuk

memenuhi kelayakan dalam suatu usaha. Masing-masing aspek saling

berkaitan dan memiliki prioritas pengerjaan, sebagai berikut:

1) Aspek hukum, menilai kelengkapan dan keabsahan dokumen

perusahaan, dari bentuk badan usaha dan izinnya.


2) Aspek pasar dan pemasaran, menilai besar peluang pasar

yang diinginkan.

3) Aspek keuangan, menilai biaya pengeluaran, biaya

pendapatan dan jangka waktu investasi yang akan kembali

dari sumber bisnis dan tingkat bunga yang berlaku.

4) Aspek teknis, menilai lokasi usaha, kantor dan gudang.

5) Aspek manajemen, menilai pengelola usaha dan struktur

organisasi yang ada.

6) Aspek ekonomi sosial, menilai pengaruh ekonomi terhadap

dampak sosial di masyarakat dengan dijalankan usaha ini.

7) Aspek dampak lingkungan, menilai pengaruh terhadap

lingkungan sekitar seperti air, darat dan udara dari usaha yang

akan dijalankan.

Penyusunan studi kelayakan (feasibility study) sesuai lingkupnya

akan dilakukan dalam suatu proses atau langkah-langkah secara

bertahap Dalam menentukan layak atau tidak suatu pelayanan

kesehatan dijalankan. Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan studi

kelayakan pada peneltian ini dibagi menjadi 3, yaitu kajian kebutuhan

pelayanan Rumah Sakit, kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana,

sumber daya manusia dan peralatan Rumah sakit, kajian kemampuan

pendanaan (Permenkes 14, 2021).

a. Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit, yang terdiri sebagai

berikut:
1) Kajian demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan

kepadatan penduduk serta karakteristik penduduk yang terdiri

dari umur, jenis kelamin, dan status perkawinan.

2) Kajian sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan

kultur/kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja,

lapangan pekerjaan, pendapatan domestic rata-rata bruto.

3) Kajian morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan

sekurang-kurangnya sepuluh penyakit utama, angka kematian

(GDR, NDR), dan angka persalinan.

4) Kajian kebijakan dan regulasi, yang mempertimbangkan

kebijakan dan regulasi pengembangan wilayah pembangunan

sektor nonkesehatan, kesehatan, dan perumahsakitan.

5) Kajian aspek internal Rumah Sakit, yang mempertimbangkan

rancangan sistem-sistem yang akan dilaksanakan atau

dioperasionalkan, yang terdiri dari sistem manajemen

organisasi termasuk sistem unggulan pelayanan, alih

teknologi peralatan, sistem tarif, serta rencana kinerja dan

keuangan.

b. Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya

manusia dan peralatan Rumah sakit yang terdiri dari sebagai

berikut:

1) Rencana cakupan, jenis pelayanan kesehatan, dan fasilitas

lain;
2) Jumlah, spesialisasi, dan kualifikasi sumber daya manusia;

3) Jumlah, jenis, dan spesifikasi peralatan.

c. Kajian kemampuan pendanaan, yang terdiri dari sebagai berikut:

1) Prakiraan jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber

pendanaan;

2) Prakiraan pendapatan atau proyeksi pendapatan terhadap

prakiraan jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;

3) Prakiraan biaya atau proyeksi biaya tetap dan biaya tidak

tetap terhadap prakiraan sumber daya manusia;

4) Proyeksi arus kas 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun;

5) Proyeksi laba atau rugi 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun.

2.3. Rumah Sakit

2.3.1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah

bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

menyediakan pelayanan paripurna, penyembuhan penyakit dan

pencegahan penyakit kepada masyarakat, serta merupakan pusat

pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Menurut undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah

Sakit menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis

penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu

berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ jenis penyakit atau

kekhususan lainnya.

2.3.2. Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

sakit, fungi rumah sakit adalah:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan

sesuai dengan standar rumah sakit;

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui

pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai

kebutuhan medis;

3. Penyelenaggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia

dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan

kesehatan;

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian

teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan

pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan

bidang kesehatan.

2.4 Geriatri

2.4.1 Pelayanan Geriatri


Dalam peraturan menteri kesehatan nomor 79 tahun 2014

tentang pelayanan geriatri di rumah sakit lansia adalah seseorang

yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

Sedangkan geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran yang

mempelajari aspek kesehatan dan kedokteran pada warga lanjut

usia termasuk pelayanan kesehatan kepada lanjut usia dengan

mengkaji semua aspek kesehatan berupa promosi, pencegahan,

diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.

2.4.2 Tingkat Pelayanan Geriatri

Pelayanan diberikan kepada pasien lanjut usia dengan kriteria,

antara lain:

1. Memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.

2. Memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat

penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi, dan

lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.

Pelayanan geriatri juga diberikan kepada pasien dengan usia 70

(tujuh puluh) tahun ke atas yang memiliki 1 (satu) penyakit fisik

dan/atau psikis.

Berdasarkan tingkat kemampuan pelayanan, pelayanan geriatri di

rumah sakit sesuai dengan Permenkes No 79 Tahun 2014 terbagi,

antara lain:

1. Tingkat sederhana

Terdiri atas rawat jalan dan kunjungan rumah (home care)


2. Tingkat lengkap

Terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah

(Homecare)

3. Tingkat sempurna

Terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah

(Home care) dan klinik asuhan asing.

4. Tingkat paripurna

Terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, rawat inap kronik,

rawat inap psikogeriatri, klinik asuhan asing, penitipan pasien

geriatri (respite care), kunjungan rumah (Home care), dan

hospice.

2.5 Focus Group Discussion (FGD)

Definisi Focus Group Discussion (FGD) menurut Litosseliti adalah

kelompok terstruktur kecil dengan peserta terpilih yang dipimpin oleh

seorang moderator. Focus Group Discussion ini dirancang untuk

mengeksplorasi topik tertentu, pandangan individu dan pengalaman

melalui interaksi kelompok (Litosseliti, 2003).

Tujuan dari Focus Group Discussion adalah untuk mendapatkan

wawasan tentang sikap terhadap topik yang dibahas. Diskusi bersifat

terbuka, memungkinkan setiap peserta untuk mengungkapkan

pandangannya secara bebas dan terbuka.

Focus Group Discussion (FGD) memiliki lima ciri berikut terkait

dengan kelompok diskusi:


1. Jumlah peserta harus antara empat sampai dua belas orang.

Jika peserta kurang dari empat, dikhawatirkan anggota

kelompok akan segera mendapat giliran dan tidak ada ide yang

dihasilkan. Bahkan jika jumlah peserta lebih dari dua belas,

sulit untuk mengontrol diskusi karena peserta terlalu banyak

melihat atau bosan menunggu giliran.

2. Peserta menunjukkan karakteristik yang homogen. Peserta

diskusi dipilih karena memiliki kesamaan pengalaman,

pekerjaan, jenis kelamin, usia, status. Selain itu, peserta

tertarik dengan apa yang sedang dibahas.

3. Informasi yang diperoleh dalam diskusi tidak bersifat

persetujuan atau rekomendasi untuk proses pengambilan

keputusan. tetapi informasi tentang topik bahasan tentang

sikap, persepsi dan perasaan peserta yang penulis butuhkan.

4. Data yang dihasilkan merupakan informasi kuantitatif yang

dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang sikap,

persepsi dan perasaan partisipan.

5. Pertanyaan disajikan dengan cara yang mudah dipahami

peserta, spontan dan logis, dan ini menekankan pemahaman

peserta terhadap proses berpikir dari topik yang dibahas.

Focus Group Discussion mempunyai keunggulan dan kelemahan

sebagai berikut (Krunger, 1998):

1. Kelebihan yang dimiliki Focus Group Discussion:


a. Focus Group Discussion merupakan salah satu metode

penelitian berwawasan sosial yang menempatkan manusia

pada posisi dan situasi yang sebenarnya.

b. Format diskusi memberikan keleluasaan bagi pemandu

untuk menggali pendapat peserta secara lebih detail.

c. Memiliki validitas tatap muka yang tinggi dan mudah

dilakukan dengan biaya rendah.

d. Hasil Focus Group Discussion dapat diperoleh dengan

cepat.

2. Kelemahan yang dimiliki Focus Group Discussion:

a. Peneliti memiliki kontrol yang lebih sedikit dalam

wawancara diskusi kelompok terfokus daripada dalam

wawancara satu lawan satu.

b. Data yang masuk lebih sulit untuk dianalisis karena

percakapan lebih bersyarat daripada lingkungan sosial.

c. Focus Group Discussion membutuhkan pemateri

profesional dengan kemampuan membuka dan menutup

sesi tanya jawab, istirahat dan berpindah dari satu topik ke

topik lainnya.

d. Setiap kelompok dalam FGD memiliki karakteristik yang

berbeda-beda.

e. Sulit untuk menyepakati waktu untuk berdiskusi, dan

diskusi harus berlangsung dalam kondisi yang


menguntungkan sehingga dapat dihasilkan kesimpulan

yang baik dari diskusi tersebut.

Langkah-langkah Focus Group Discussion (FGD) adalah sebagai

berikut:

1. Memilih calon peserta

Pemilihan berdasarkan pemilihan berdasarkan kekuasaan.

Pilih peserta yang kaya akan informasi dan memilih antara sisi

kesamaan dan latar belakang. Tentukan jumlah peserta dalam

setiap kelompok. Tentukan strategi untuk membangun hubungan

kolaboratif. Adapun peserta FGD tersebut adalah: Peserta,

pelatih dan pengamat.

2. Menyusun daftar pertanyaan

Langkah selanjutnya adalah membuat daftar pertanyaan.

pertanyaan terbuka, bahasa sederhana dan jelas. Hindari

menanyakan pertanyaan "mengapa" agar tidak terdengar jengkel.

Hindari pertanyaan yang bisa memalukan dan membuat anda

merasa tidak enak

3. Jalannya diskusi

Biarkan percakapan mengalir selama percakapan. Jika

macet, dosen memprovokasi dan menyiapkan soal baru. Cobalah

untuk menjaga agar percakapan tetap percakapan, tidak formal, dan

jangan berusaha untuk mencapai kesepakatan. Guru harus dapat

menyelidiki masalah dengan meminta lebih banyak informasi


4. Analisa data

Analisis data meliputi kegiatan sebagai berikut, antara lain:

Mentranskripsikan data, mengklasifikasikan/mengkategorikan,

menunjukkan keragaman dan kesamaan data, sikap terhadap topik

yang dibahas, menjelaskan informasi yang belum diterima untuk

agenda FGD selanjutnya, mencari topik yang perlu digali lebih

lanjut melalui wawancara mendalam.


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penetilian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Desain studi kelayakan persyaratan


layanan geriatri Rumah Sakit

Kajian kebutuhan Kajian kebutuhan lahan, Kajian kemampuan


pelayanan Rumah Sakit bangunan,prasarana,sumber pendanaan
daya manusia, dan peralatan

1. Kajian demografi 1. Rencana cakupan; 1. Prakiraan jumlah


a. Umur; 2. Jenis pelayanan kebutuhan dana investasi
b. Jenis kelamin; kesehatan dan dan sumber pendanaan
c. Status perkawinan. fasilitas; 2. Prakiraan pendapatan
2. Kajian sosio-ekonomi 3. Jumlah, spesifikasi, atau proyeksi pendapatan
a. Kebudayaan; dan kualifikasi terhadap prakiraan
b. Tingkat pendidikan; sumber daya jumlah kunjungan dan
c. Angkatan kerja; manusia; pengisian tempat tidur;
d. Lapangan pekerjaan; 4. Jumlah, jenis, dan 3. Prakiraan biaya atau
e. Pendapatan. spesifikasi peralatan. proyeksi biaya tetap dan
3. Kajian morbiditas dan biaya tidak tetap terhadap
mortalitas prakiraan sumber daya
a. Sepuluh penyakit manusia;
utama; 4. Proyeksi arus kas 5 (lima)
b. Angka kematian; sampai 10 (sepuluh)
c. Angka pesalinan. tahun; dan
4. Kajian kebijakan dan regulasi 5. Proyeksi laba atau rugi 5
pengembangan wilayah (lima) sampai 10
a. Sektor nonkesehatan; (sepuluh) tahun.
b. Sektor kesehatan;
c. Sektor perumahsakitan.
5. Kajian aspek internal
a. Sistem manajemen unit
pelayanan;
b. Sistem unggulan
pelayanan;
c. Alih teknologi
peralatan;
Pedoman dan pentunjuk
d. Sistem tarif;
Laporan studi teknis pendirian pelayanan
e. Rencana kinerja
kelayakan usaha geriatri di Rumah Sakit
f. Keuangan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


3.1 Deskripsi Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa, langkah pertama dalam

membuat desain studi kelayakan persyaratan layanan geriatri di Rumah

Sakit yaitu menilai kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit yang terdiri

dalam kajian demografi (umur, jenis kelamin, status perkawinan), kajian

sosio-ekonomi (kebudayaan, tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan

pekerjaan, pendapatan), kajian morbiditas dan mortalitas (10 penyakit

utama, angka kematian, angka persalinan), kajian kebijakan dan regulasi

pengembangan wilayah (sektor nonkesehatan, sektor kesehatan, sektor

perumahsakitan), kajian aspek internal (sistem manajemen unit, sistem

unggulan pelayanan, alih teknologi peralatan, sistem tarif, rencana kinerja,

keuangan).

Langkah kedua melakukan kajian kebutuhan lahan (rencana

cakupan), bangunan (jenis pelayanan kesehatan dan fasilitas), prasarana,

sumber daya manusia (jumlah, spesifikasi,dan kualifikasi), dan peralatan

(jumlah, jenis, spesifikasi peralatan).

Langkah ketiga melakukan kajian kemampuan pendanaan

(Prakiraan jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber pendanaan,

Prakiraan pendapatan atau proyeksi pendapatan terhadap prakiraan jumlah

kunjungan dan pengisian tempat tidur, prakiraan biaya atau proyeksi biaya

tetap dan biaya tidak tetap terhadap prakiraan sumber daya manusia,

Proyeksi arus kas 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun, Proyeksi laba atau

rugi 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun).


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif, oleh

karena dalam pengumpulan data atau informasinya tidak dilakukan

intervensi terhadap populasi.

4.2 Rancang Bangun Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancang bangun cross-sectional, yaitu

variable penelitian diukur hanya sekali saja, sehingga variable mana yang

sebagai penyebab dan akibat tidak dibedakan.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Gotong Royong

Surabaya. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan

September 2023. Sedangkan waktu pengumpulan data dilakukan selama

bulan September 2023.

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dan

rawat inap yang sedang berada di Rumah Sakit Gotong Royong.


4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu

kelompok sampel potensial (sampel yang memiliki keluarga dengan usia

kategori lansia dan sudah berobat lebih dari 3 bulan di Rumah Sakit

Gotong Royong) dan kelompok pasien aktual (sampel yang masuk dalam

kategori usia lansia). Kriteria sampel terdapat kriteria inklusi. Kriteria

sampel dijelaskan sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi kelompok sampel 1 (Pasien Potensial): (sebutkan

poli lain, definisi potensial dan aktual)

a. Responden berusia 18 s/d 60 tahun;

b. Responden yang sudah berobat di rawat jalan poliklinik

lebih dari 3 bulan di Rumah Sakit Gotong Royong;

c. Responden yang memiliki keluarga kategori lansia;

d. Responden yang bersedia untuk diwawancarai dalam

pengisian kuesioner.

2. Kriteria Inklusi kelompok sampel 2 (Pasien Aktual):

a. Responden berusia ≥ 65 tahun;

b. Responden yang sudah berobat di rawat jalan poliklinik lebih dari

3 bulan di Rumah Sakit Gotong Royong;

c. Responden yang bersedia untuk diwawancarai dalam pengisian

kuesioner.

4.4.3 Besar Sampel


Sedangkan besar sampel penelitian diambil dari perhitungan

dengan menggunakan rumus dari Krejcie-Morgan untuk cross sectional

yaitu:

n= X2. N. P(1-P)

(N-1). d2 + X2. P(1-P)

Keterangan:

n = besar Sampel yang diinginkan

N = besar populasi, yaitu jumlah rata-rata pasien perbulan rawat jalan

dan rawat inap

p = taksiran proporsi loyalitas pasien, p = 0,85 (data RS Gotong

Royong)

d = degree of reliability (d = 0,05) (Krejcie, 1970)

X2 = Nilai tabel chi-square untuk satu degree of freedom, confidence

level 0,95, nilai X2 = 3,841 (Krejcie, 1970)

Dari populasi penelitian yaitu total kunjungan pasien rawat jalan

dan rawat inap selama januari-juni tahun 2023 diketahui sebanyak 44.380

kunjungan rawat jalan dan 1144 kunjungan rawat inap perbulan.

Kemudian N dihitung dari rata-rata kunjungan pasien selama satu bulan

sebesar 7.588 kunjungan melalui data SIM Rumah Sakit Gotong Royong.

Adapun besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus populasi finit

dengan besar (N) = 7.588.

n= 3,841 x 7.588 x 0,85 (1-0,85) = 190,98 (dibulatkan 191)

7.587 x 0,0025 + 3,841 x (1-0,85)


Dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, maka besar

sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan dengan

mengambil jumlah sampel minimal yaitu 191 orang. Dengan dibagi

proporsi untuk sampel rawat jalan dan rawat inap dengan rumus sebagai

berikut:

Sampel rawat jalan = Kunjungan rawat jalan x Jumlah sampel


Kunjungan rawat jalan + rawat inap

= 44.380 x 191 = 186,2 (dibulatkan 187)


44.380 + 1.144

Sampel rawat inap = Kunjungan rawat inap x Jumlah sampel


Kunjungan rawat inap + rawat jalan

= 1.144 x 191 = 4,7 (dibulatkan 5)


1.144 + 44.380

4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

Judgement sampling. Sampel ditetapkan dalam kriteria tertemtu

(Supriyanto dan Djohan, 2011). Pada penelitian ini, sampel diseleksi

menurut kategori usia dan jika responden memenuhi kriteria inklusi

tersebut makan responden dapat diambil menjadi sampel. Tujuan

penetapan kriteria inklusi tersebut adalah untuk menentukan sampel yang

lebih spesifik atau memiliki kemungkinan lebih besar membutuhkan

layanan rawat jalan geriatri. Pasien yang berusia 18 tahun namun belum
bisa mengambil keputusan secara mandiri, makan pengambilan data

kuesioner akan diwakilkan oleh orang tuanya.

4.5 Kerangka Operasional Penelitian

4.6.2 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara

Pengukuran Variabel

4.6.2 Variabel Penelitian

4.6.2 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel dan Skala

Data

Definisi operasional merupakan seperangkat instruksi yang

lengkap untuk menentukan apa yang akan diukur dan bagaimana cara

mengukur variabel yang dinyatakan dalam bentuk indikator atau sub

variabel (Supriyanto & Djohan, 2011). Adapun variabel penelitian,

definisi operasional, indikator, cara pengukuran, dan skala data dapat

disajikan pada Tabel 4.1.

Anda mungkin juga menyukai