Anda di halaman 1dari 75

TESIS

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

SURABAYA

2023
TESIS

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

OLEH:

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

NIM 102114453039

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

SURABAYA

2023
STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh:

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

NIM 102114453039

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

SURABAYA

2023
PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Tesis

Minat Studi Adiministrasi Rumah Sakit

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

dan diterima untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

Magister Kesehatan (M.Kes.)

Pada tanggal …..

Mengesahkan

Universitas Airlangga

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Dr. Santi Martini, dr., M.Kes.

NIP 196609271997022001

Tim Penguji:

Ketua : Dr. Ernawaty, drg., M.Kes.

Anggota : 1. Dr. Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS.

2. Widodo J. Pudjirahardjo, dr., M.S., M.PH., Dr.PH.

3. Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM., M.Kes.

4. Inge Dhamanti., S.KM., M.Kes., M.PH., Ph.D.

5. Elizabeth Aryani Jiwanto., dr., M.Kes.


PERSETUJUAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Kesehatan (M.Kes.)

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit

Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh :

IMMANUEL MICHAEL HADINATA

NIM 102114453039

Menyetujui,

Surabaya, 01 Agustus 2023

Pembimbing Ketua Pembimbing

Dr. Ernawaty, drg., M.Kes. Inge Dhamanti., S.KM., M.Kes., M.PH., Ph.D.
NIP NIP

Mengetahui,

Koordinator Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Dr. Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS.

NIP 1971110898021001
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Immanuel Michael Hadinata

NIM : 102114453039

Program Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Angkatan : 2021

Jenjang : Magister

menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis

saya yang berjudul:

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN PELAYANAN

KESEHATAN RAWAT JALAN DAN INAP GERIATRI

(Studi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya)

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya

akan meneima sanksi yang telah ditetapkan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Surabaya, 01 Agustus 2023

Immanuel Michael Hadinata


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas

segala Rahmat dan karuniaNYA, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul

“Analisis Studi Kelayakan Pelayanan Dan Kebutuhan Kesehatan Rawat

Jalan Dan Inap Geriatri Di Rumah Sakit Gotong Royong” tepat pada

waktunya.

Tesis ini berisikan pemahaman karakteristik individu, karakteristik sosial,

karakteristik psikologi dan karakteristik rumah sakit yang di persepsikan pasien

aktual dan pasien potential di Rumah Sakit Gotong Royong.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada yang terhormat Dr. Ernawaty, drg., M.Kes. selaku pembimbing

utama yang telah memberikan banyak waktu, motivasi, pemikiran, dan perhatian,

pembimbing, dan mengarahkan dalam penyusunan penelitian ini.

Terima kasih pula penulis sampaikan kepada Inge Dhamanti., S.KM.,

M.Kes., M.PH., Ph.D. selaku pembimbing yang dengan sabar dan perhatian

memberikan semangat, bimbingan, dan dukungan sehingga penelitian ini dapat

diselesaikan. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Airlangga atas kesempatan yang diberikan untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Universitas Airlangga.

2. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

3. Ketua Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Bapak Dr.

Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS.

4. Ketua Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan


5. Seluruh staf pengajar dan keluarga besar AKK FKM Unair

6. Tim penguji tesis yang terdiri dari ketua penguji Ibu Dr. Ernawaty, drg.,

M.Kes., Ibu Inge Dhamanti, S.KM., M.Kes., M.PH., Ph.D., Bapak Dr.

Djazuly Chalidyanto, S.KM., M.ARS., Ibu Dr. Ratna Dwi Wulandari, S.KM.,

M.Kes. dan dr. Juliana Sandrawati, M.ARS.

7. Seluruh dosen pengajar dan staf sekretariat program studi Administrasi

Kebijakan dan Kesehatan atas ilmu dan bimbingan yang diberikan serta

bantuannya dalam memfasilitasi penulis selama perkuliahan hingga

selesainya penyusunan tesis ini.

8. Direktur Rumah Sakit Gotong Royong, dr. Mardha Handiwidjaja, QIA,

CMA. yang telah memberikan arahan, dukungan, dan bimbingan mulai dari

awal penelitian, FGD, hingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

9. Teman-teman seperjuangan ARS 2021 yang telah memberikan semangat dan

bantuannya sehingga tesis ini dapat selesai tepat pada waktunya.

10. Kedua orang tuaku tercinta yang selalu memberikan dukungan dan doanya

kepada penulis.

11. Istriku tercinta, Chintya Dhefie Djajapurnama S. Ds dan anak saya Hugo

Alexander Hadinata yang senantiasa memberikan semangat, bantuan, dan

doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulit sebutkan satu persatu atas

dukungannya selama penyusunan tesis ini.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, bantuan
dalam penyelesaian tesis ini. Semoga Tuhan YME membalas semua kebaikan

yang telah diberikan kepada penulis. Dan semoga tesis ini dapat memberikan

manfaat.

Surabaya, 01 Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Identifikasi Masalah

Salah satu keberhasilan tingginya indikator kesehatan masyarakat adalah

meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia dan usia harapan hidup (UHH).

Semakin meningkatnya usia harapan hidup suatu daerah maka jumlah penduduk

lanjut usia juga semakin bertambah. Pada data badan pusat statistik (BPS) Jawa

Timur, persentase jumlah penduduk kategori lanjut usia pada usia ≥ 60 tahun di

Surabaya terus bertambah.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lanjut Usia ≥ 60 Tahun di Surabaya Data BPS
Provinsi Jawa Timur
Tahun 2018 2019 2020
Jumlah Penduduk 252.180 252.964 253.751
Persentase 8,53% 8,84% 9,19%
Trend +0,31% +0,35%
Sumber: Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur periode tahun 2018-2020

Meningkatkan indikator kesehatan masyarakat pada penduduk lanjut usia

didukung dengan adanya keberadaan pelayanan kesehatan geriatri di Rumah

Sakit. Masalah kesehatan pada lansia muncul karena penyakit degeneratif yang

diakibatkan karna proses penuaan. Sehingga diperlukan pembinaan kesehatan

pada penduduk lanjut usia (Linda, 2020).

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang dapat

diselenggarakan baik dari kepemilikan swasta maupun pemerintah. Rumah Sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap

dan gawat darurat (UU No. 44 Tahun 2009).


Rumah Sakit Gotong Royong sebagai salah satu Rumah Sakit swasta di

Kota Surabaya yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu dan

menjadikan layanan kesehatan geriatri menjadi yang unggulan di Rumah Sakit ini.

Pada tahun 2023 ini Rumah Sakit Gotong Royong telah berdiri selama 31

tahun, selama perjalanannya visi dan misi sudah mengalami perubahan sebanyak

2x, pelayanan geriatri menjadi unggulan dalam pelayanan dapat dilihat pada visi

dan misi Rumah Sakit pada saat ini, berikut visi dan misi Rumah Sakit Gotong

Royong:

Visi

“Mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu melalui kepedulian sesama”

Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna berdasarkan kasih dan

profesionalitas.

2. Menjalankan fungsi rumah sakit pendidikan utama yang melaksanakan

pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat secara berkesinambungan

dengan unggulan di bidang geriatri dan kedokteran keluarga.

Pelayanan geriatri telah didalam rencana strategi Rumah Sakit Gotong

Royong Tahun 2022 – 2027, namun dalam perencanaan strategi belum

memberikan rincian program pencapaian untuk layanan unggulan geriatri.

Pelayanan geriatri sesungguhnya tidak hanya terbatas pada pelayanan

rawat jalan dan rawat inap akan tetapi perlu pelayanan penunjang lainnya yang

mendukung pelayanan geriatri tersebut. Pelayanan rawat jalan geriatri di Rumah

Sakit Gotong Royong masih terbatas pada penyakit dalam, sedangkan pelayanan
penunjang lainnya masih berdiri sendiri, artinya pelayanan geriatri di Rumah

Sakit Gotong Royong belum dilayani secara holistik dan jumlah tempat tidur yang

tersedia berjumlah 8 buah.

Dalam 3 tahun terakhir, jumlah pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat

jalan dan instalasi gawat darurat di Rumah Sakit Gotong Royong terus mengalami

perubahan yang dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1.2 Jumlah Kunjungan Rawat Jalan Dan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Di
Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019 – 2022
Jenis Tahun
kunjungan Trend
2019 2020 2021 2022
n % n % n % n %
Rawat 31.466 60,25 27.345 50,45 50.835 81,55 83.59 82,88% +37,56
jalan % % % 2 %
IGD 20.753 39,75 26.850 49,55 11.497 18,45 17.25 17,12% -56,93
% % % 6 %
Total 52.219 100,0 54.195 100,0 62.332 100,0 100.8 100,0%
% % % 48
Sumber: Laporan tahunan, Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022

Berdasarkan Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah kunjungan rawat jalan

dan IGD di Rumah Sakit Gotong Royong pada tahun 2019 menuju tahun 2020

mengalami penurunan pada rawat jalan dan mengalami peningkatan pada IGD

dimana pada saat itu terjadi pembatasan kunjungan rawat jalan dan peningkatan

kasus pandemi covid-19 dan pada tahun 2020 menuju tahun 2022 mengalami

peningkatan kunjungan rawat jalan dan sempat mengalami penurunan kunjungan

IGD pada tahun 2021 dan meningkatkan kembali pada tahun 2022.

Hal ini menunjukkan potensi variasi usia pasien yang melakukan

pengobatan di rawat jalan dan IGD beraneka ragam dan peluang pasien kategori

lanjut usia dalam berobat juga meningkat. Berikut data kunjungan pasien kategori

lanjut usia dengan usia ≥ 60 tahun di rawat jalan dan IGD di Rumah Sakit Gotong

Royong pada tabel berikut:


Tabel 1.3 Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Jalan Lansia Di Rumah Sakit Gotong
Royong Tahun 2019-2022
Kunjungan Tahun
pasien lansia 2019 2020 2021 2022 Trend
rawat jalan n % n % n % n %
Lama 4.450 88,64% 4.553 85,07% 7.86 92,65% 11.877 96,46% +166,89%
1
Baru 570 11,36% 801 14,93% 621 7,35% 436 3,54% -25,26%
Total 5.020 100,0% 5.354 100,0% 8.48 100,0% 12.31 100,0% +145,08%
2 3
Sumber: Laporan tahunan, Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022

Berdasarkan tabel 1.3 menunjukkan bahwa pasien lansia lama mengalami

peningkatan trend +166,89% dari tahun 2019 sampai 2022 dan pada pasien lansia

baru mengalami penurunan trend -25,26% sejak tahun 2019 sampai 2022 dan total

pasien lansia selama tahun 2019 sampai 2022 mengalami peningkatan yang

terbagi seluruh pelayanan rawat jalan, sehingga keberadaan pelayanan geriatri

yang tersedia di Rumah Sakit Gotong Royong sudah tepat.

Tetapi pada data kunjungan rawat jalan geriatri di Rumah Sakit Gotong

Royong tidak sebanding dengan jumlah kunjungan lansia di rawat jalan geriatri,

berikut adalah data kunjungan pasien lansia pada poli geriatri, poli jantung, poli

dalam, dan poli saraf di Rumah Sakit Gotong Royong pada tabel berikut:

Tabel 1.4 Jumlah Kunjungan Lansia Di Rawat Jalan Geriatri, Jantung, Penyakit
Dalam dan Saraf di Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022
Jenis layanan Tahun
rawat jalan 2019 2020 2021 2022 Trend
n % n % n % n %
Geriatri 20,05 2 0,05% 0 0% 0 0% -100,0 %
%
Jantung 873 17,39 1.079 3.018 35,58 4.347 35,31 +397,9 %
% 20,15 % %
%
Penyakit 2.355 46,91 2.722 4.103 6.003 48,75 +154,91
Dalam % 50,84 48,37 % %
% %
Saraf 1.790 35,65 1.551 28,96 1.361 16,05 1.963 15,94 +9,67%
% % % %
Total 5.020 100,0 5.354 100,0 8.482 100,0 12.313 100,0
% % % %
Sumber: Laporan tahunan, Rumah Sakit Gotong Royong Tahun 2019-2022
Rumah Sakit Gotong Royong dihadapkan dengan fakta yang mendorong

pihak manajemen untuk mengambil langkah lanjutan dengan temuan data ini

dalam mengantisipasi perubahan trend kunjungan kelompok lansia di pelayanan

Rumah Sakit Gotong Royong. Dibutuhkan kelayakan pengembangan layanan

geriatri dalam aspek internal dan eksternal dalam beradaptasi dan bersaing dalam

pemberian pelayanan kesehatan lansia.

Membandingkan pelayanan geriatri di Rumah Sakit Gotong Royong dengan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 79 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Geriatri di Rumah Sakit, dimana pada Bab 3 pasal 5 mengenai tingkat

pelayanan yang terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan jenis pelayanan,

pada tabel berikut:

Tabel 1.5 Jenis Pelayanan Berdasarkan Tingkat Pelayanan Menurut Permenkes No


79 Tahun 2014
Tingkat Pelayanan
Jenis pelayanan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Rumah Sakit
Sederhana Lengkap Sempurna Paripurna Gotong
Royong
Rawat Jalan + + + + +
Kunjungan + + + + -
Rumah
(Homecare)
Rawat Inap Akut - + + + +
Klinik Asuhan Siang - - + + -
Rawat Inap Kronik - - - + +
Rawat Inap Psikogeriatri - - - + -
Penitipan Pasien Geriatri - - - + +
(respite care)
Hospice - - - + -
Sumber: Permenkes No 79 Tahun 2014

Pada tabel 1.5 diatas Rumah Sakit Gotong Royong belum memiliki layanan

homecare, untuk menjadi layanan geriatri tingkat sederhana dan klinik asuhan

siang, rawat inap psikogeriatri dan hospice untuk menjadi layanan geriatri tingkat

paripurna sesuai ketentuan didalam Permenkes No. 79 Tahun 2014.


Selain jenis pelayanan, kelengkapan tentang persyaratan pembangunan juga

ada didalam Permenkes No. 79 Tahun 2014 pada persyaratan pembangunan di bab

4 pasal 7 dimana letak pelayanan geriatri terpisah secara mandiri, lokasi

pelayanan berdekatan dengan ruang perawatan, ruang rehabilitasi medik dan dekat

dengan akses masuk Rumah Sakit dan pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10

mengenai ketentuan bangunan pelayanan geriatri berdasarkan tingkat pelayanan

paling sedikit terdiri atas:

Tabel 1.6 Tabel Syarat Bangunan Berdasarkan Tingkat Pelayanan Menurut


Permenkes No 79 Tahun 2014
Tingkat Pelayanan
Syarat bangunan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Rumah Sakit
Sederhan Lengkap Sempurn Paripurna Gotong
a a Royong
Ruang Pendaftaran/ + + + + +
administrasi
Ruang tunggu + + + + +
Ruang periksa + + + + +
Ruang Tim Terpadu + + + + +
Geriatri
Ruang Bangsal Geriatri - + + + +
Akut (Ruang Rawat inap
dan Ruang Fisioterapi)
Ruang Klinik Asuhan - - + + -
Siang
Ruang Bangsal Geriatri - - + + -
Kronis
Ruang Penitipan Pasien - - + + +
Geriatri (respite care)
Ruang Hospice care - - + + -
Sumber: Permenkes No 79 Tahun 2014

Pada tabel 1.6 diatas Rumah Sakit Gotong Royong saat ini memenuhi

tingkat layanan berdasarkan kebutuhan bangunan pada layangan tingkat lengkap

dan Rumah Sakit Gotong Royong belum melengkapi ruang klinik asuhan siang,

ruang bangsal geriatri kronis, ruang hospice care untuk mencapai standard

bangunan untuk menjadi layanan tingkat paripurna yang telah ditentukan oleh

pemerintah dalam Permenkes 79 Tahun 2014.


Selain itu, ketersediaan sumber daya manusia juga menjadi perhatian dalam

pemenuhan kebutuhan sesuai Permenkes 79 Tahun 2014, dilihat dari tingkat

pelayanan terbagi paling sedikit terdiri atas:

Tabel 1.7 Tabel Tim Terpadu Geriatri Berdasarkan Tingkat Pelayanan Menurut
Permenkes No 79 Tahun 2014
Tingkat Pelayanan
Tim terpadu Geriatri Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Rumah
Sederhan Lengkap Sempurn Paripurna Sakit
a a Gotong
Royong
Dokter spesialis penyakit dalam + + + + +
Dokter spesialis lainnya (sesuai + + + + +
dengan jenis penyakit pasien
geriatri)
Dokter + + + + +
Perawat (telah mengikuti + + + + -
pelatihan gerontik atau
pelatihan keterampilan
inteligensia)
Apoteker + + + + +
Tenaga gizi + + + + +
Fisioterapis + + + + +
Okupasi terapis + + + + -
Dokter spesialis kedokteran - + + + +
fisik dan rehabilitasi
Dokter spesialis kedokteran - + + + +
jiwa/psikiater
Psikolog - + + + +
Pekerja sosial - + + + -
Terapis wicara - - + + -
Perekam medis - - + + +
Dokter penyakit dalam - - - + -
konsultan geriatri
Sumber: Permenkes No 79 Tahun 2014

Pada tabel 1.7 diatas dalam kebutuhan tim terpadu geriatri di Rumah Sakit

Gotong Royong posisi saat ini pada tingkat sederhana belum memenuhi pada

ketersediaan perawat dengan pelatihan gerontik dan tenaga okupasi terapis. Untuk

memenuhi kebutuhan layanan tingkat paripurna diperlukan ketersediaan perawat

dengan pelatihan gerontik, okupasi terapis, pekerja sosial, terapis wicara, dan
dokter penyakit dalam konsultan geriatri mengikuti standard layanan Permenkes

No. 79 Tahun 2014.

Dengan demikian Rumah Sakit Gotong Royong dituntut untuk selalu

berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada pasien lansia. Kelayakan

pelayanan geriatri ini mempengaruhi kualitas layanan yang akan diterima oleh

pasien lansia. Selanjutnya pasien lansia akan merasa sangat puas jika pelayanan

yang diterima jauh melampaui ekspektasi, oleh karena itu manajemen Rumah

Sakit Gotong Royong perlu mengetahui kualitas pelayanan geriatri apakah sudah

sesuai dengan kebijakan yang sedang berjalan. Kelayakan suatu layanan akan

mempengaruhi kepuasan pasien.

Dalam mendirikan atau mengembangkan Rumah Sakit dibutuhkan suatu

proses yang sistematis dengan melakukan suatu studi yang tepat, setiap proses

saling berkaitan satu sama lain dan dilakukan secara bertahap. Studi kelayakan

(Feasibility Study) adalah hasil analisis dan penjelasan kelayakan dari segala

aspek yang akan mendasari pengembangan Rumah Sakit, terkait dengan

penentuan rencana kerja pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang sudah ada

melakukan rencana pengembangan dari suatu Rumah Sakit. Dilihat kondisi laju

pertumbuhan demografi, pengembangan pembangunan dan peningkatan

kehidupan di suatu wilayah, pola penyakit dan epidemiologi. Dimana hal ini pula

yang dapat menentukan bahwa sarana dan prasarana Rumah Sakit berbeda dengan

layanan kesehatan Rumah Sakit lainnya (Pedoman penyusunan studi kelayakan

RS kemenkes, 2012).
Standard suatu layanan kesehatan perlu dilakukan studi kelayakan

(feasibility Study) dimana telah diatur oleh pemerintah dalam Permenkes 14 Tahun

2021 tentang Standar Kegiatan Usaha Dan Produk Pada Penyelenggaraan

Perizinan Berusaha Berbasis Risiko Sektor Kesehatan.

Dimana Rumah Sakit harus memiliki studi kelayakan pada awal

perencanaan pengembangan Rumah Sakit yang di analisis dari aspek, 1. kajian

kebutuhan pelayanan Rumah Sakit, 2. Kajian kebutuhan lahan, bangunan,

prasarana, sumber daya manusia, dan peralatan. 3. Kajian kemampuan pendanaan

1.1 Kajian Masalah

Berdasarkan data dan permasalahan di atas, maka di bawah ini

digambarkan Rumah Sakit Gotong Royong perlu dilakukan studi kelayakan

pelayanan dan kebutuhan rawat jalan dan inap geriatri dinilai dengan aspek

sebagai berikut:
Rendahnya kontribusi pemanfaatan layanan kesehatan rawat jalan dan inap geriatri oleh
pasien lansia berjumlah 2 pasien selama tahun 2019-2022.

Dilakukan aspek pada studi kelayakan pelayanan rawat jalan dan inap geriatri di Rumah
Sakit Gotong Royong Surabaya

Aspek studi Kelayakan / feasibility study:


1. Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit
a. Kajian demografi (umur, jenis kelamin, dan status pernikahan)
b. Kajian sosio-ekonomi (kebudayaan, tingkat pendidikan, pendapatan)
c. Kajian morbiditas dan mortalitas (10 penyakit utama dan angka kematian)
d. Kajian internal Rumah Sakit (Sistem manajemen unit pelayanan, teknologi, tarif,
dan rencana kinerja)
2. Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya manusia, dan peralatan
3. Kajian kemampuan pendanaan

Gambar 1.1 Kajian Masalah

Berdasarkan gambar 1.1 diperolah informasi dan data bahwa diperlukan

studi kelayakan (feasibility study) untuk mengetahui penyebab rendahnya


pemanfaatan pelayanan kesehatan geriatri oleh pasien lansia di Rumah Sakit

Gotong Royong, aspek studi kelayakan sebagai berikut:

1.2.1 Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit

Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit terdiri atas kajian demografi,

kajian sosio-ekonomi, kajian morbiditas dan mortalitas, kajian kebijakan dan

regulasi dan kajian aspek internal Rumah Sakit. Beberapa kajian tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut:

1. Kajian demografi

a. Umur

Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihirung sejak

dilahirkan. Semakin lanjut umur seseorang resiko untuk terserang penyakit lebih

tinggi. Bertambahnya umur akan memberikan peluang berisiko timbulnya

penyakit degeneratif dan penyakit kronis. Umur mempengaruhi pemenuhan

kebutuhan, keinginan dan harapan konsumen/pasien (Supriyanto & Ernawaty,

2009).

b. Jenis kelamin

Pemanfaatan suatu produk berhubungan dengan jenis kelamin tertentu. Ada

perbedaan tertentu antara wanita dan laki-laki dalam usaha memenuhi kebutuhan,

keinginan dan harapan (Supriyanto & Ernawaty, 2009).

2. Kajian sosio-ekonomi

a. Kebudayaan

Budaya adalah merupakan dimensi atau faktor penting yang erat kaitannya

dan sangat mempengaruhi kebudayaan. Oleh karena itu, faktor budaya


menentukan keinginan dan perilaku lembaga penting lainnya (Kotler, 2005).

Budaya adalah faktor mendasar dari keinginan dan perilaku manusia. makhluk

rendah cenderung naluriah. Sedangkan manusia biasanya mempelajari

perilakunya dari lingkungan. sehingga nilai, persepsi, preferensi, dan perilaku

seseorang yang tinggal di suatu wilayah tertentu dapat berbeda dengan nilai,

persepsi, preferensi, dan perilaku orang lain di lingkungan lain.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi pola berfikir, cara pandang

terhadap pengetahuan dan informasi tentang pelayanan kesehatan. Seseorang

dengan pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki konsep sehat dan sakit serta

mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan jika sedang sakit. Sedangkan yang

berpindidikan lebih rendah biasanya lebih bersikap menerima apa adanya

(Schiffman & Kanuk, 2010)

c. Pendapatan

Seseorang yang memiliki pendapatan yang cukup akan sangat sulit

mendapatkan pelayanan kesehatan meskipun dalam kondisi sangat membutuhkan

pelayanan kesehatan. Hal tersebut berdampak pada ketidaksesuaian antara

kebutuhan dan permintaan terhadap pelayanan kesehatan (Ilyas, 2011).

3. Kajian morbiditas dan mortalitas

Peristiwa sakit dan kematian yang terjadi di Rumah Sakit menjadi suatu

gambaran layanan yang dapat dijadikan pengembangan Rumah Sakit. Melihat

data 10 penyakit utama dan angka kematian dengan GDR (Gross Death Rate) dan

NDR (Net Death Rate) dipengaruhi dari tingkat keparahan suatu penyakit,
kecekatan dan kesingapan pelayanan kesehatan dan ketapatan terapi (Permenkes

14, 2021).

4. Kajian kebijakan dan regulasi

Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan sangat mempengaruhi

perkembangan kesehatan di Indonesia dimana Rumah Sakit dituntut untuk

meningkatkan mutu pelayanan dan kelengkapan pelayanan kesehatan harus

mempertimbangkan pada kebijakan dan regulasi dalam pengembangan wilayah

pembangunan sektor nonkesehatan, kesehatan, dan perumahsakitan untuk

menjadikan layanan kesehatan tersebut standar dan memenuhi kebutuhan pasien

(Permenkes 14, 2021).

5. Kajian aspek internal Rumah Sakit

Kesiapan pada sistem yang akan dilaksanakan atau diopersikan, menjadikan

Rumah Sakit siap dalam melayani pasien dan menghindari hambatan pada

administratif dan nonkesehatan. Sistem manajemen organisasi termasuk sistem

manajemen unit-unit pelayanan, sistem unggulan pelayanan, alih teknologi

peralatan, sistem tarif, rencana kinerja dan keuangan (Permenkes 14, 2021).

1.2.2 Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya manusia,

dan peralatan

Perencanaan kebutuhan lahan, bangunan, dan prasarana untuk

mengembangkan suatu pelayanan dalam studi kelayakan menurut Permenkes 14

tahun 2021 mempengaruhi kelayakan pelayanan tersebut. Sumber daya manusia

turut ikut dalam kelayakan pengembangan pelayanan dengan mempertimbangkan

jumlah tenaga, spesialisasi dan kualifikasi yang dibutuhkan (Permenkes 14, 2021).
1.2.3 Kajian kemampuan pendanaan

Kemampuan pendanaan meliputi prakiraan jumlah kebutuhan dana

investasi, sumber pendanaan, prakiraan pendapatan terhadap prakiraan jumlah

kunjungan pelayanan dan pengisian tempat tidur, prakiraan biaya tetap dan tidak

tetap terhadap prakiraan sumber daya manusia dan proyeksi arus kas dan laba atau

rugi untuk 5 sampai 10 tahun (Permenkes 14, 2021).

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan

masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kajian demografi (umur dan jenis kelamin), kajian sosio-

ekonomi (kebudayaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan) untuk studi

kelayakan Rumah Sakit Gotong Royong dalam pengembangan layanan

rawat jalan dan inap geriatri?

2. Bagaimana kajian prasarana, sumber daya manusia, sistem pelayanan

kesehatan, dan peralatan untuk studi kelayakan Rumah Sakit Gotong

Royong dalam pengembangan layanan rawat jalan dan inap geriatri?

3. Bagaimana kajian kemampuan sumber pendanaan untuk studi kelayakan

Rumah Sakit Gotong Royong dalam pengembangan layanan rawat jalan dan

inap geriatri?

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini upaya penyusunan rekomendasi terhadap

layanan rawat jalan dan rawat inap geriatri untuk meningkatkan jumlah kunjungan
pasien geriatri di Rumah Sakit Gotong Royong berdasarkan analisis studi

kelayakan pelayanan geriatri.

1.4.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menganalisis kajian demografi (umur dan jenis kelamin), kajian sosio-

ekonomi (kebudayaan, tingkat pendidikan, dan pendapatan) untuk

kelayakan Rumah Sakit Gotong Royong dalam pengembangan layanan

rawat jalan dan inap geriatri.

2. Menganalisis kajian prasarana, sumber daya manusia, sistem pelayanan

kesehatan, dan peralatan untuk kelayakan Rumah Sakit Gotong Royong

dalam pengembangan layanan rawat jalan dan inap geriatri.

3. Menganalisis kajian kemampuan pendanaan untuk kelayakan Rumah Sakit

Gotong Royong dalam pengembangan layanan rawat jalan dan inap geriatri.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat bagi Rumah Sakit

Dapat digunakan sebagai acuan untuk kelayakan pelayanan geriatri di

Rumah Sakit Gotong Royong

1.5.2. Manfaat bagi peneliti

Peneliti bisa menerapkan ilmu yang telah diperolehnya selama menjalani

perkuliahan di Pasca Sarjana Universitas Airlangga dan bisa mendapatkan

pengalaman serta pengetahuan yang sangat berharga dalam menyelesaikan

permasalahan di bidang pelayanan kesehatan.


1.5.3. Manfaat bagi masyarakat

Mendapat pelayanan yang lebih baik dan sarana prasarana yang lebih

lengkap.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Studi Kelayakan

Pedoman Penyusunan Studi Kelayakan Rumah Sakit (2012), memperjelas

bahwa studi kelayakan suatu usaha adalah rencana untuk menganalisis suatu

usaha itu layak atau tidak, serta melihat usaha tersebut dapat dijalankan dan tetap

memperoleh keuntungan yang besar.

2.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan

Suratman (2011) menyebutkan tujuan studi kelayakan adalah untuk

memberikan informasi bagi pengambil keputusan untuk memutuskan dan

mengevaluasi alternatif proyek investasi yang akan dilaksanakan.

2.3 Analisis Kelayakan Usaha

2.3.1 Pengertian Studi Kelayakan Usaha

Menurut Yacob Ibrahim (2009), studi kelayakan usaha adalah aktifitas

melihat dan menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam

pelaksanaan suatu kegiatan usaha/proyek. Menurut Kasmir (2012), studi

kelayakan usaha adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam

tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan

layak atau tidak usaha tersebut dijalankan. Analisis kelayakan usaha terbagi

menjadi 2, yaitu Analisis Finansial dan Non Finansial:

a. Analisis Kelayakan Finansial


Analisis finansial bertujuan untuk mengetahui perkiraan keuangan dan arus

kas, untuk menentukan apakah bisnis tersebut layak dijalankan. Menurut Husnan

Suswarsono (2000), analisis keuangan adalah analisis perbandingan biaya dan

manfaat untuk menentukan apakah suatu bisnis menguntungkan sepanjang

umurnya.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai aspek keuangan adalah

profitabilitas indeks, payback period, net present value (NPV) (Arwati, 2016).

1) Metode Profitabilitas Indeks

Profitabilitas indeks mengukur present value untuk setiap rupiah yang

diinvestasikan (Rachadian, 2013). Rumus profitabilitas indeks sebagai berikut:

PI = Present Value Cash Inflow / Present Value Initial Investment

2) Metode Payback Period

Mencari periode atau waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan

investasi yang dikeluarkan berdasarkan arus kas (cash flow) yang diharapkan dari

investasi yang didanai disebut analisis payback period (Djuhatmoko, 2019).

Rumus payback period jika arus kas per tahun jumlahnya berbeda (Syahputra,

2016):

payback period = n + (a-b) / (c-b) x 1 tahun

Dimana:

n = tahun terakhir dimana jumlah arus kas masih belum bisa menutup

a = initial outlay / jumlah investasi awal

b = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n

c = jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke-n + 1


3) Metode Net Present Value (NPV)

Analisis net present value merupakan salah satu metode yang paling efektif

untuk mengevaluasi layak atau tidaknya suatu proyek (Winarno, 2014). NPV

adalah selisih antara arus kas keluar dan masuk yang didiskon, atau dengan kata

lain perkiraan arus kas masa depan yang didiskon pada saat itu. Jika NPV bernilai

positif maka usulan investasi dapat diterima, sebaliknya jika bernilai negatif maka

usulan investasi tidak layak untuk dilanjutkan karena tidak dapat meningkatkan

nilai perusahaan. NPV juga bisa bernilai sama dengan nol artinya investasi yang

dilakukan tidak akan merubah nilai suatu perusahaan. Net present value (NPV)

dirumuskan sebagai berikut (Syahputra, 2016):

Ct
Net present value (NPV) = - Co
t
(1+r)
Dimana:

Ct = net cash inflow selama periode ‘t’

Co = initial outlay / jumlah investasi awal

r = discount rate

t = jumlah periode waktu

b. Analisis Kelayakan Non Finansial

Menurut Subagyo (2008), studi kelayakan dilakukan untuk mengevaluasi

kelayakan pengembangan suatu usaha. Menurut Umar (2005), studi kelayakan

bisnis adalah studi tentang rencana bisnis yang menganalisis tidak hanya bisnis

tersebut layak atau tidak, tetapi juga kapan bisnis tersebut dioperasikan secara

rutin untuk memperoleh keuntungan maksimal dalam jangka waktu tertentu.


Ada beberapa aspek menurut umar (2005), dalam studi kelayakan bisnis ini yaitu:

1) Aspek pasar, yaitu mengkaji permintaan suatu produk atau jasa, ruang

lingkup pasar, pertumbuhan permintaan dan pangsa pasar produk yang

bersangkutan.

2) Aspek pemasaran, memeriksa segmen pasar, posisi produk, kepuasan

pelanggan, dan masalah terkait pemasaran.

3) Aspek teknik dan teknologi, yang meneliti kebutuhan apa yang diperlukan

dan bagaimana secara teknis, proses produksi akan dilaksanakan.

4) Aspek sumber daya manusia, mengkaji peran sumber daya manusia dalam

pengembangan proyek bisnis serta peran sumber daya manusia dalam

operasional bisnis setelah proyek selesai.

5) Aspek manajemen, memeriksa manajemen dalam pengembangan proyek

bisnis dan operasional bisnis secara teratur.

6) Aspek keuangan, menilai perhitungan modal yang dibutuhkan untuk modal

kerja awal dan aset proyek.

7) Aspek sosial, politik, dan ekonomi, menganalisis kondisi diluar perusahaan,

dinamis dan tidak terkendali, pada tingkat politik, ekonomi dan sosial

negara.

8) Aspek lingkungan industri, mempertimbangkan persaingan dan kondisi

yang dapat mempengaruhi berjalannya bisnis.

9) Aspek yuridis, menilai hal-hal mengenai badan hukum perusahaan, izin

operasional.
10) Aspek lingkungan hidup, menilai pengaruh operasional terhadap lingkungan

sekitarnya, seperti kesehatan, polusi, dan pencemaran.

Menurut kasmir dan jafar (2003), terdapat beberapa aspek untuk memenuhi

kelayakan dalam suatu usaha. Masing-masing aspek saling berkaitan dan memiliki

prioritas pengerjaan, sebagai berikut:

1) Aspek hukum, menilai kelengkapan dan keabsahan dokumen perusahaan,

dari bentuk badan usaha dan izinnya.

2) Aspek pasar dan pemasaran, menilai besar peluang pasar yang diinginkan.

3) Aspek keuangan, menilai biaya pengeluaran, biaya pendapatan dan jangka

waktu investasi yang akan kembali dari sumber bisnis dan tingkat bunga

yang berlaku.

4) Aspek teknis, menilai lokasi usaha, kantor dan gudang.

5) Aspek manajemen, menilai pengelola usaha dan struktur organisasi yang

ada.

6) Aspek ekonomi sosial, menilai pengaruh ekonomi terhadap dampak sosial

di masyarakat dengan dijalankan usaha ini.

7) Aspek dampak lingkungan, menilai pengaruh terhadap lingkungan sekitar

seperti air, darat dan udara dari usaha yang akan dijalankan.

Penyusunan studi kelayakan (feasibility study) sesuai lingkupnya akan

dilakukan dalam suatu proses atau langkah-langkah secara bertahap Dalam

menentukan layak atau tidak suatu pelayanan kesehatan dijalankan. Rumah Sakit

harus memenuhi persyaratan studi kelayakan pada peneltian ini dibagi menjadi 3,

yaitu kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit, kajian kebutuhan lahan,


bangunan, prasarana, sumber daya manusia dan peralatan Rumah sakit, kajian

kemampuan pendanaan (Permenkes 14, 2021).

a. Kajian kebutuhan pelayanan Rumah Sakit, yang terdiri sebagai berikut:

1) Kajian demografi, yang mempertimbangkan luas wilayah dan kepadatan

penduduk serta karakteristik penduduk yang terdiri dari umur, jenis

kelamin, dan status perkawinan.

2) Kajian sosio-ekonomi, yang mempertimbangkan kultur/kebudayaan,

tingkat pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan

domestik rata-rata bruto.

3) Kajian morbiditas dan mortalitas, yang mempertimbangkan sekurang-

kurangnya sepuluh penyakit utama, angka kematian (GDR, NDR), dan

angka persalinan.

4) Kajian kebijakan dan regulasi, yang mempertimbangkan kebijakan dan

regulasi pengembangan wilayah pembangunan sektor nonkesehatan,

kesehatan, dan perumahsakitan.

5) Kajian aspek internal Rumah Sakit, yang mempertimbangkan rancangan

sistem-sistem yang akan dilaksanakan atau dioperasionalkan, yang terdiri

dari sistem manajemen organisasi termasuk sistem unggulan pelayanan,

alih teknologi peralatan, sistem tarif, serta rencana kinerja dan keuangan.

b. Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya manusia dan

peralatan Rumah sakit yang terdiri dari sebagai berikut:

1) Rencana cakupan, jenis pelayanan kesehatan, dan fasilitas lain;

2) Jumlah, spesialisasi, dan kualifikasi sumber daya manusia;


3) Jumlah, jenis, dan spesifikasi peralatan.

c. Kajian kemampuan pendanaan, yang terdiri dari sebagai berikut:

1) Prakiraan jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber pendanaan;

2) Prakiraan pendapatan atau proyeksi pendapatan terhadap prakiraan

jumlah kunjungan dan pengisian tempat tidur;

3) Prakiraan biaya atau proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap terhadap

prakiraan sumber daya manusia;

4) Proyeksi arus kas 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun;

5) Proyeksi laba atau rugi 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun.

2.3. Rumah Sakit

2.3.1. Pengertian Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), Rumah Sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna, penyembuhan penyakit dan pencegahan penyakit kepada

masyarakat, serta merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat

penelitian medik.

Menurut undang-undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

menyatakan bahwa Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit

Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang

memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu
berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ jenis penyakit atau kekhususan

lainnya.

2.3.2. Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, fungi

rumah sakit adalah:

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar rumah sakit;

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;

3. Penyelenaggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta pengaplikasian

teknologi dalam bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan

kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

2.4 Geriatri

2.4.1 Pelayanan Geriatri

Dalam peraturan menteri kesehatan nomor 79 tahun 2014 tentang pelayanan

geriatri di rumah sakit lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun ke atas. Sedangkan geriatri adalah cabang disiplin ilmu kedokteran

yang mempelajari aspek kesehatan dan kedokteran pada warga lanjut usia

termasuk pelayanan kesehatan kepada lanjut usia dengan mengkaji semua aspek

kesehatan berupa promosi, pencegahan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi.


2.4.2 Tingkat Pelayanan Geriatri

Pelayanan diberikan kepada pasien lanjut usia dengan kriteria, antara lain:

1. Memiliki lebih dari 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.

2. Memiliki 1 (satu) penyakit dan mengalami gangguan akibat penurunan

fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi, dan lingkungan yang

membutuhkan pelayanan kesehatan.

Pelayanan geriatri juga diberikan kepada pasien dengan usia 70 (tujuh

puluh) tahun ke atas yang memiliki 1 (satu) penyakit fisik dan/atau psikis.

Berdasarkan tingkat kemampuan pelayanan, pelayanan geriatri di rumah

sakit sesuai dengan Permenkes No 79 Tahun 2014 terbagi, antara lain:

1. Tingkat sederhana, terdiri atas rawat jalan dan kunjungan rumah (home

care);

2. Tingkat lengkap, terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan

rumah (Homecare);

3. Tingkat sempurna, terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan

rumah (Home care) dan klinik asuhan asing;

4. Tingkat paripurna, terdiri atas rawat jalan, rawat inap akut, rawat inap

kronik, rawat inap psikogeriatri, klinik asuhan asing, penitipan pasien

geriatri (respite care), kunjungan rumah (Home care), dan hospice.

2.5 Focus Group Discussion (FGD)

Definisi Focus Group Discussion (FGD) menurut Litosseliti adalah

kelompok terstruktur kecil dengan peserta terpilih yang dipimpin oleh seorang

moderator. Focus Group Discussion ini dirancang untuk mengeksplorasi topik


tertentu, pandangan individu dan pengalaman melalui interaksi kelompok

(Litosseliti, 2003).

Tujuan dari Focus Group Discussion adalah untuk mendapatkan wawasan

tentang sikap terhadap topik yang dibahas. Diskusi bersifat terbuka,

memungkinkan setiap peserta untuk mengungkapkan pandangannya secara bebas

dan terbuka.

Focus Group Discussion (FGD) memiliki lima ciri berikut terkait dengan

kelompok diskusi:

1. Jumlah peserta harus antara empat sampai dua belas orang. Jika peserta

kurang dari empat, dikhawatirkan anggota kelompok akan segera mendapat

giliran dan tidak ada ide yang dihasilkan. Bahkan jika jumlah peserta lebih

dari dua belas, sulit untuk mengontrol diskusi karena peserta terlalu banyak

melihat atau bosan menunggu giliran.

2. Peserta menunjukkan karakteristik yang homogen. Peserta diskusi dipilih

karena memiliki kesamaan pengalaman, pekerjaan, jenis kelamin, usia,

status. Selain itu, peserta tertarik dengan apa yang sedang dibahas.

3. Informasi yang diperoleh dalam diskusi tidak bersifat persetujuan atau

rekomendasi untuk proses pengambilan keputusan. tetapi informasi tentang

topik bahasan tentang sikap, persepsi dan perasaan peserta yang penulis

butuhkan.

4. Data yang dihasilkan merupakan informasi kuantitatif yang dapat

memberikan gambaran dan pemahaman tentang sikap, persepsi dan

perasaan partisipan.
5. Pertanyaan disajikan dengan cara yang mudah dipahami peserta, spontan

dan logis, dan ini menekankan pemahaman peserta terhadap proses berpikir

dari topik yang dibahas.

Focus Group Discussion mempunyai keunggulan dan kelemahan sebagai berikut

(Krunger, 1998):

2. Kelebihan yang dimiliki Focus Group Discussion:

a. Focus Group Discussion merupakan salah satu metode penelitian

berwawasan sosial yang menempatkan manusia pada posisi dan situasi

yang sebenarnya.

b. Format diskusi memberikan keleluasaan bagi pemandu untuk menggali

pendapat peserta secara lebih detail.

c. Memiliki validitas tatap muka yang tinggi dan mudah dilakukan dengan

biaya rendah.

d. Hasil Focus Group Discussion dapat diperoleh dengan cepat.

2. Kelemahan yang dimiliki Focus Group Discussion:

a. Peneliti memiliki kontrol yang lebih sedikit dalam wawancara diskusi

kelompok terfokus daripada dalam wawancara satu lawan satu.

b. Data yang masuk lebih sulit untuk dianalisis karena percakapan lebih

bersyarat daripada lingkungan sosial.

c. Focus Group Discussion membutuhkan pemateri profesional dengan

kemampuan membuka dan menutup sesi tanya jawab, istirahat dan

berpindah dari satu topik ke topik lainnya.

d. Setiap kelompok dalam FGD memiliki karakteristik yang berbeda-beda.


e. Sulit untuk menyepakati waktu untuk berdiskusi, dan diskusi harus

berlangsung dalam kondisi yang menguntungkan sehingga dapat

dihasilkan kesimpulan yang baik dari diskusi tersebut.

Langkah-langkah Focus Group Discussion (FGD) adalah sebagai berikut:

1. Memilih calon peserta

Pemilihan berdasarkan pemilihan berdasarkan kekuasaan. Pilih peserta yang

kaya akan informasi dan memilih antara sisi kesamaan dan latar belakang.

Tentukan jumlah peserta dalam setiap kelompok. Tentukan strategi untuk

membangun hubungan kolaboratif. Adapun peserta FGD tersebut adalah:

Peserta, pelatih dan pengamat.

2. Menyusun daftar pertanyaan

Langkah selanjutnya adalah membuat daftar pertanyaan. pertanyaan

terbuka, bahasa sederhana dan jelas. Hindari menanyakan pertanyaan

"mengapa" agar tidak terdengar jengkel. Hindari pertanyaan yang bisa

memalukan dan membuat anda merasa tidak enak

3. Jalannya diskusi

Biarkan percakapan mengalir selama percakapan. Jika macet, dosen

memprovokasi dan menyiapkan soal baru. Cobalah untuk menjaga agar

percakapan tetap percakapan, tidak formal, dan jangan berusaha untuk

mencapai kesepakatan. Guru harus dapat menyelidiki masalah dengan

meminta lebih banyak informasi


4. Analisa data

Analisis data meliputi kegiatan sebagai berikut, antara lain:

Mentranskripsikan data, mengklasifikasikan/ mengkategorikan,

menunjukkan keragaman dan kesamaan data, sikap terhadap topik yang

dibahas, menjelaskan informasi yang belum diterima untuk agenda FGD

selanjutnya, mencari topik yang perlu digali lebih lanjut melalui wawancara

mendalam.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penetilian

Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


Desain studi kelayakan persyaratan layanan geriatri Rumah Sakit

Kajian Kajian kebutuhan lahan, Kajian


kebutuhan bangunan,prasarana,sumber daya kemampuan
pelayanan manusia, dan peralatan pendanaan
Rumah Sakit

1. Kajian demografi 1. Rencana cakupan; 1. Prakiraan jumlah


a. Umur; jenis pelayanan kebutuhan dana
b. Jenis kelamin; kesehatan dan investasi dan sumber
c. Status perkawinan. fasilitas; pendanaan
2. Kajian sosio-ekonomi 2. Jumlah, spesifikasi, 2. Prakiraan
a. Kebudayaan; dan kualifikasi pendapatan atau
b. Tingkat pendidikan; sumber daya proyeksi pendapatan
c. Angkatan kerja; manusia; terhadap prakiraan
d. Lapangan pekerjaan; 3. Jumlah, jenis, dan jumlah kunjungan
e. Pendapatan. spesifikasi peralatan. dan pengisian
3. Kajian morbiditas dan tempat tidur;
mortalitas 3. Prakiraan biaya atau
a. Sepuluh penyakit proyeksi biaya tetap
utama; dan biaya tidak tetap
b. Angka kematian; terhadap prakiraan
c. Angka pesalinan. sumber daya
4. Kajian kebijakan dan manusia;
regulasi pengembangan
4. Proyeksi arus kas 5
wilayah
(lima) sampai 10
a. Sektor nonkesehatan;
(sepuluh) tahun; dan
b. Sektor kesehatan;
c. Sektor
5. Proyeksi laba atau
perumahsakitan. rugi 5 (lima) sampai
5. Kajian aspek internal 10 (sepuluh) tahun.
a. Sistem manajemen unit
pelayanan;
b. Sistem unggulan
pelayanan;
Pedoman dan
c. Alih teknologi
pentunjuk teknis
peralatan; Laporan studi pendirian
d. Sistem tarif; kelayakan pelayanan geriatri
e. Rencana kinerja usaha di Rumah Sakit
f. Keuangan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual


3.1 Deskripsi Kerangka Konseptual

Gambar 3.1 menunjukkan bahwa, langkah pertama dalam membuat desain

studi kelayakan persyaratan layanan geriatri di Rumah Sakit yaitu menilai kajian

kebutuhan pelayanan Rumah Sakit yang terdiri dalam kajian demografi (umur,

jenis kelamin, status perkawinan), kajian sosio-ekonomi (kebudayaan, tingkat

pendidikan, angkatan kerja, lapangan pekerjaan, pendapatan), kajian morbiditas

dan mortalitas (10 penyakit utama, angka kematian, angka persalinan), kajian

kebijakan dan regulasi pengembangan wilayah (sektor nonkesehatan, sektor

kesehatan, sektor perumahsakitan), kajian aspek internal (sistem manajemen unit,

sistem unggulan pelayanan, alih teknologi peralatan, sistem tarif, rencana kinerja,

keuangan).

Langkah kedua melakukan kajian kebutuhan lahan (rencana cakupan),

bangunan (jenis pelayanan kesehatan dan fasilitas), prasarana, sumber daya

manusia (jumlah, spesifikasi,dan kualifikasi), dan peralatan (jumlah, jenis,

spesifikasi peralatan).

Langkah ketiga melakukan kajian kemampuan pendanaan (Prakiraan

jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber pendanaan, Prakiraan pendapatan

atau proyeksi pendapatan terhadap prakiraan jumlah kunjungan dan pengisian

tempat tidur, prakiraan biaya atau proyeksi biaya tetap dan biaya tidak tetap

terhadap prakiraan sumber daya manusia, Proyeksi arus kas 5 (lima) sampai 10

(sepuluh) tahun, Proyeksi laba atau rugi 5 (lima) sampai 10 (sepuluh) tahun).
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif, oleh karena

dalam pengumpulan data atau informasinya tidak dilakukan intervensi terhadap

populasi.

4.2 Rancang Bangun Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancang bangun cross-sectional, yaitu variable

penelitian diukur hanya sekali saja, sehingga variable mana yang sebagai

penyebab dan akibat tidak dibedakan.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Rumah Sakit Gotong Royong

Surabaya. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu bulan September

2023. Sedangkan waktu pengumpulan data dilakukan selama bulan September

2023.

4.4 Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan dan rawat

inap yang sedang berada di Rumah Sakit Gotong Royong.


4.4.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok sampel

potensial (sampel yang memiliki keluarga dengan usia kategori lansia dan sudah

berobat lebih dari 3 bulan di Rumah Sakit Gotong Royong) dan kelompok pasien

aktual (sampel yang masuk dalam kategori usia lansia). Kriteria sampel terdapat

kriteria inklusi. Kriteria sampel dijelaskan sebagai berikut:

1. Kriteria Inklusi kelompok sampel 1 (Pasien Potensial): (sebutkan poli lain,

definisi potensial dan aktual)

a. Responden berusia 18 s/d 60 tahun;

b. Responden yang sudah berobat di rawat jalan poliklinik lebih dari 3

bulan di Rumah Sakit Gotong Royong;

c. Responden yang memiliki keluarga kategori lansia;

d. Responden yang bersedia untuk diwawancarai dalam pengisian

kuesioner.

2. Kriteria Inklusi kelompok sampel 2 (Pasien Aktual):

a. Responden berusia ≥ 65 tahun;

b. Responden yang sudah berobat di rawat jalan poliklinik lebih dari 3

bulan di Rumah Sakit Gotong Royong;

c. Responden yang bersedia untuk diwawancarai dalam pengisian

kuesioner.

4.4.3 Besar Sampel

Sedangkan besar sampel penelitian diambil dari perhitungan dengan

menggunakan rumus dari Krejcie-Morgan untuk cross sectional yaitu:


n= X2. N. P(1-P)

(N-1). d2 + X2. P(1-P)

Keterangan:

n = besar Sampel yang diinginkan

N = besar populasi, yaitu jumlah rata-rata pasien perbulan rawat jalan dan

rawat inap

p = taksiran proporsi loyalitas pasien, p = 0,85 (data RS Gotong Royong)

d = degree of reliability (d = 0,05) (Krejcie, 1970)

X2 = Nilai tabel chi-square untuk satu degree of freedom, confidence level

0,95, nilai X2 = 3,841 (Krejcie, 1970)

Dari populasi penelitian yaitu total kunjungan pasien rawat jalan dan rawat

inap selama januari-juni tahun 2023 diketahui sebanyak 44.380 kunjungan rawat

jalan dan 1144 kunjungan rawat inap perbulan. Kemudian N dihitung dari rata-

rata kunjungan pasien selama satu bulan sebesar 7.588 kunjungan melalui data

SIM Rumah Sakit Gotong Royong. Adapun besar sampel dihitung dengan

menggunakan rumus populasi finit dengan besar (N) = 7.588.

n= 3,841 x 7.588 x 0,85 (1-0,85) = 190,98 (dibulatkan 191)

7.587 x 0,0025 + 3,841 x (1-0,85)

Dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, maka besar sampel yang

diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan dengan mengambil jumlah sampel

minimal yaitu 191 orang. Dengan dibagi proporsi untuk sampel rawat jalan dan

rawat inap dengan rumus sebagai berikut:

Sampel rawat jalan = Kunjungan rawat jalan x Jumlah sampel


Kunjungan rawat jalan + rawat inap
= 44.380 x 191 = 186,2 (dibulatkan 187)
44.380 + 1.144

Sampel rawat inap = Kunjungan rawat inap x Jumlah sampel


Kunjungan rawat inap + rawat jalan

= 1.144 x 191 = 4,7 (dibulatkan 5)


1.144 + 44.380

4.4.4 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik

Judgement sampling. Sampel ditetapkan dalam kriteria tertemtu (Supriyanto dan

Djohan, 2011). Pada penelitian ini, sampel diseleksi menurut kategori usia dan

jika responden memenuhi kriteria inklusi tersebut makan responden dapat

diambil menjadi sampel. Tujuan penetapan kriteria inklusi tersebut adalah untuk

menentukan sampel yang lebih spesifik atau memiliki kemungkinan lebih besar

membutuhkan layanan rawat jalan geriatri. Pasien yang berusia 18 tahun namun

belum bisa mengambil keputusan secara mandiri, makan pengambilan data

kuesioner akan diwakilkan oleh orang tuanya.


4.5 Kerangka Operasional Penelitian

Persiapan Kompilasi Data Primer dan Sekunder


1. Pengumpulan Data Primer: 2. Pengumpulan Data Sekunder:
a. Observasi lapangan/kondisi a. Standar, pedoman, dan
dan potensi yang ada. ketentuan serta sasaran;
b. Literatur.

Analisa Situasi
1. Aspek Eksternal: 2. Aspek Internal:
a. Kebijakan; a. Sarana kesehatan;
b. Demografi; b. Pola penyakit di RS;
c. Sosekbud; c. Teknologi;
d. Ketenagakerjaan; d. Sumber daya manusia RS;
e. Kesehatan. e. Organisasi;
f. Kinerja dan keuangan.

Analisa Permintaan Kelayakan


Aspek-aspek:
1. Lahan dan lokasi;
2. Klasifikasi kelas RS;
3. Kapasitas tempat tidur;
4. Jenis layanan;
5. Produk unggulan.

Analisa Kebutuhan Rencana Pengembangan


Aspek-aspek:
1. Kebutuhan lahan;
2. Kebutuhan ruang;
3. Peralatan medis dan non medis;
4. Sumber daya manusia;
5. Organisasi dan uraian tugas.

Analisa Keuangan
Aspek-aspek:
1. Rencana investasi dan sumber dana;
2. Proyeksi pendapatan dan biaya;
3. Proyeksi cash flow;
4. Analisis keuangan: BEP, Internal rate of return, dan NPV

Isu Strategis
Telaah Peneliti Melakukan FGD
Menyusun kesimpulan dan rekomendasi kelayakan pengembangan pelayanan
kesehatan rawat jalan dan inap geriatri
Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian

Berdasarkan Gambar 4.1 dapat dijelaskan tahap-tahap penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Melakukan Persiapan kompilasi data primer dan sekunder:

a. Pengumpulan data primer, melalui proses pengamatan atau observasi

langsung sehingga didapat seluruh informasi pada wilayah perencanaan.

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara kepada instansi

yang berkaitan dengan penyusunan atau kepada masyarakat umum

selaku pelanggan Rumah Sakit dapat melalui lisan dengan responden.

Secara garis besar data yang didapat dari pengumpulan data primer

adalah:

8) Kondisi lokasi

8) Sasaran dan rencana pengembangan layanan Rumah Sakit serta

informasi keinginan yang ada.

b. Pengumpulan data sekunder, dengan mendatangi instansi yang

dibutuhkan dalam penyusunan. Jika pada salah satu instansi ternyata

data tidak dipunyai, atau sedang dalam proses pembuatan, atau sedang

digunakan untuk keperluan lain maka peneliti dapat mencari pada

instansi lain yang berkaitan.

Dalam pengumpulan data ini diperlukan data internal dari Rumah

Sakit yang ada, yang terdiri dari:

7) Data kesehatan pada Rumah Sakit yang ada, meliputi:


a) Angka kesakitan (morbiditas) utama rawat inap angka

kematian (mortalitas)

b) Angka kelahiran

c) Angka pasien rujukan

d) Data asal pasien rawat jalan, rawat gawat darurat, dan rawat

inap

e) Jumlah pasien rawat jalan

f) Jumlah pasien rawat inap

g) Jumlah hari rawat

h) Angka rata-rata hari rawat secara keseluruhan

i) Jumlah dan jenis pelayanan kesehatan

j) Jumlah dan jenis tenaga kesehatan

k) Jumlah dan jenis spesialistik Rumah Sakit

l) Jumlah dan jenis layanan penunjang medik Rumah Sakit

m) Struktrur organisasi manajemen Rumah Sakit

7) Data lokasi

a) Data lahan Rumah Sakit yang ada dan pengembangannya

b) Bentuk dan luas lahan serta lantai bangunan yang ada serta

rencana perluasannya

c) Kondisi lingkungan menurut ketentuan daerah setempat

d) Batas lokasi lahan sekelilingnya

e) Jaringan listrik, air minum, telkom, air kotor, pemadam

kebakaran, jaringan gas, dan pembuangan sampah


f) Data penggunaan dan ketinggian bangunan serta dokumen

perencanaan bangunan yang ada (arsitektur, struktur, elektrikal,

dan mekanikal bangunan)

7) Data finansial/keuangan

a) Data tarif perawatan yang ada di Rumah Sakit

b) Cash flow Rumah Sakit yang ada

c) Data kinerja tahunan Rumah Sakit yang ada

4) Data eksternal Rumah Sakit dan lingkungan

a) Angka Kesehatan (Morbiditas), Penyakit Utama Rawat Jalan

di Puskesmas dan Rumah Sakit

b) Angka Kesakitan (Mortalitas), Penyakit Utama Rawat Inap di

Puskesmas dan Rumah Sakit

c) Jumlah Posyandu, Puskesmas Pembantu, Puskesmas dengan

tempat tidur dan Puskesmas Keliling

d) Jumlah dan Jarak merata Puskesmas Pembantu, Puskesmas

DTP dan Puskesmas Keliling dengan Rumah Sakit di wilayah

kerja

e) Jumlah Rumah Sakit di wilayah kerja termasuk Rumah Sakit

Swasta

f) Jarak Antar Rumah Sakit di wilayah Kerja

g) Jumlah Tempat Tidur Rumah Sakit di Wilayah Jangkauan

Rumah Sakit
h) Jumlah dan Jenis tenaga dokter umum dan Spesialis di wilayah

kerja.

i) Jumlah tenaga kesehatan lainnya diwilayah kerja

5) Data kesehatan kota

a) Data Tarif Perawatan di Rumah Sakit lain sekitar lokasi

b) Sebaran Rumah Sakit sekitar wilayah

c) Pola penyakit daerah setempa

6) Data kebijakan, pedoman, dan peraturan pemerintah

a) Kebijakan dan pedoman terkait layanan Kesehatan Rumah

Sakit.

b) Peruntukan Tanah diwilayah setempat.

c) Rencana Detail Tata Ruang.

d) Peraturan Teknis yang berlaku setempat , antara lain:

1) Garis Sempadan Bangunan (GSB)

2) Jarak bebas Bangunan

3) Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

4) Tinggi maksimal lantai bangunan

5) Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

6) Koefisien Daerah Hijau (KDH)

7) Data demografi

a) Luas Wilayah

b) Jumlah Penduduk

c) Angka Kepadatan
d) Laju Pertumbuhan Penduduk

8) Data sosial dan budaya

a) Agama

b) Peranan Masyarakat

c) Suku Bangsa

9) Data ekonomi

a) Mata Pencarian

b) Tingkat Pendapatan

c) Penghasilan setempat berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD)

d) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah setempat.

2. Tahap selanjutnya adalah analisis situasi pada aspek sebagai berikut:

a. Aspek eksternal, dianalisis untuk melihat peluang menjadikan Rumah

Sakit terus berkembang di masa mendatang serta melihat ancaman yang

perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit, hal yang dinilai sebagai berikut:

1) Kebijakan, menganalisis kebijakan dan pedoman terkait pendirian atau

pengembangan Rumah Sakit melalui peraturan daerah dimana lokasi

Rumah Sakit tersebut berada.

2) Demografi, menganalisis proteksi demografi maksimum 20 tahun

mendatang dengan data 3 tahun sebelumnya, hal yang dinilai sebagai

berikut:

a) Jumlah penduduk secara keseluruhan pada wilayah tertentu

berdasarkan kecamatan
b) Jumlah penduduk secara keseluruhan pada wilayah tertentu

berdasarkan jenis kelamin

c) Jumlah penduduk secara keseluruhan pada wilayah tertentu

berdasarkan usia

3) Sosial, ekonomi dan budaya

a) Sosial ekonomi, melihat proyeksi sosial ekonomi hingga

maksimal 20 tahun mendatang dengan data minimal 3 tahun

sebelumnya terkait kondisi perekonomian penduduk dan daerah

setempak, hal yang dinilai sebagai berikut:

1) Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu

berdasarkan mata pencaharian

2) Jumlah penduduk secara kesuluruhan pada wilayah tertentu

berdasarkan pendidikan

3) Jumlah sarana pendidikan di wilayah tertentu dimana lokasi

Rumah Sakit berada.

4) Laju pertumbuhan ekonomi daerah setempat

b) Sosial budaya, melihat proyeksi hingga maksimal 20 tahun dan

minimal 3 tahun sebelumnya terkait jumlah penduduk berdasarkan

agama, kebiasaan atau budaya pola hidup masyarakat sekitar.

4) Sumber daya manusia, perlu dipertimbangkan dalam membuat suatu

layanan kesehatan Rumah Sakit dikaitkan dengan layanan unggulan.

Ketersediaan sumber daya manusia antara lain:

a) Keperawatan
b) Tenaga kefarmasian

c) Tenaga manajemen Rumah Sakit

d) Tenaga nonkesehatan

5) Derajat kesehatan, menilai kesiapan fasilitas Rumah Sakit sesuai

dengan kebutuhan diwilayah Rumah Sakit berada, hal yang dinilai

sebagai berikut:

a) Angka kematian

b) Angka kelahiran

c) Angka kesakitan

d) Jumlah sarana kesehatan di wilayah tertentu

e) Jumlah tempat tidur tersedia di wilayah tertentu

f) Indikator kinerja rumah sakit di wilayah tertentu

b. Aspek internal, menilai kekuatan Rumah Sakit untuk dapat survive dalam

operasional yang akan mengurangi ancaman yang terjadi, serta melihat

kelemahan yang perlu diantisipasi oleh Rumah Sakit agar tidak menjadi

suatu hambatan, hal yang dinilai adalah sebagai berikut:

1) Sarana kesehatan, menilai jangkauan pelayanan Rumah Sakit yang

akan dikembangkan untuk mendapatkan pangsa pasar serta pola

sistem tarif tertentu.

2) Pola penyakit dan epidemiologi, melihat kecenderungan pola penyakit

yang banyak guna menentukan unggulan Rumah Sakit.


3) Teknologi, menilai kemajuan teknologi untuk terus mengikuti

perkembangan untuk meningkatkan layanan dan kesiapan sumber

daya manusia Rumah Sakit.

4) Sumber daya manusia, menilai kesiapan sumber daya manusia Rumah

Sakit terhadap jenis layanan yang akan diberikan kepada masyarakat

sesuai segmentasi dan posisioning dari Rumah Sakit.

5) Organisasi, berpengaruh terhadap operasional dan kinerja suatu

Rumah Sakit. Bentuk organisasi disesuaikan dengan jenis layanan dan

klasifikasi Rumah Sakit.

6) Kinerja dan keuangan, melihat pendapatan dan pengeluaran untuk

mendapatkan gambaran kekuatan atau kelemahan rencana

pengembangan Rumah Sakit.

3. Tahap selanjutnya adalah analisis permintaan dari hasil analisis aspek

eksternal, aspek internal dan isis aspek eksternal, aspek internal dan

menentukan langkah, hal yang dinilai sebagai berikut:

a) Lahan dan lokasi, letak Rumah Sakit terhadap wilayah tertentu mendukung

aspek penggunaan lahan, infrastruktur dan aksesbilitas di wilayah Rumah

Sakit.

b) Klasifikasi kelas Rumah Sakit, menilai data penyakit dan kesiapan sumber

daya manusia untuk gambaran klasifikasi Rumah Sakit.

1) Kapasitas tempat tidur, dinilai dengan kebutuhan rasio 1/1.000 artinya

dari jumlah penduduk diwilayah jangkauan Rumah Sakit sejumlah 1.000

orang akan dibutuhkan 1 tempat tidur. Kebutuhan tempat tidur dibagi


berdasarkan klasifikasi kelas perawatan sesuai dengan daya beli

masyarakat serta pemenuhan pedoman dan ketentuan yang berlaku.

2) Jenis layanan, disesuaikan dengan klasifikasi Rumah Sakit. Jenis layanan

berupa pelayanan medik, penunjang medik, administrasi dan servis.

3) Layanan unggulan, melihat kecenderungan pola penyakit diwilayah

termpat Rumah Sakit berada untuk menetapkan layanan unggulan dalam

Rumah Sakit.

4. Tahap selanjutnya adalah analisis kebutuhan berdasarkan analisis permintaan

untuk gambaran rencana pengembangan Rumah Sakit, hal yang dinilai sebagai

berikut:

a. Kebutuhan lahan, berdasarkan program ruang Rumah Sakit serta kebijakan

pemerintah daerah setempat mengenai Intensitas Bangunan berupa

Koefisien Dasar bangunan (KDB), Koefisien Lantai bangunan (KLB), Garis

Sempadan Bangunan (GSB) dan Koefisien Dasar Bangunan (KDH), serta

Peruntukan Lahan yang mengizinkan digunakan sebagai Lahan yang dapat

dibangun Rumah Sakit.

b. Kebutuhan ruang, dapat dihitung 1 TT sebesar 80m 2 – 110m2 disesuaikan

dengan bentuk dan klasifikasi Rumah Sakitnya.

c. Peralatan medis dan non medis, diseusaikan dengan kapasitas dan jenis

layanan Rumah Sakit.

d. Sumber daya manusia, mempertimbangkan tenaga seefektif dan seefisien

mungkin agar menjadikan pengelolaan Rumah Sakit yang optimal.

e. Organisasi dan uraian tugas, disusun sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.
5. Tahap selanjutnya adalah analisis keuangan untuk memberikan gambaran

rencana penggunaan sumber anggaran untuk dapat diketahui tingkat

pengembalian biaya yang akan diinvestasikan. Aspek yang dinilai sebagai

berikut:

a. Rencana investasi dan sumber dana

b. Proyeksi pendapatan dan biaya

c. Proyeksi cash flow

d. Analisis keuangan, Break Event Point (BEP), Internal Rate of Return (IRR),

dan Net Present Value (NPV).

6. Menentukan isu strategis penelitian berdasarkan nilai signifikasi dan hasil

analisis deskriptif untuk menentukan variabel yang perlu diperbaiki atau

ditingkatkan.

7. Menyusun isu strategis, yang digunakan sebagai bahan atau dasar bagi peneliti

untuk menyusun rekomendasi.

8. Menyusun rekomendasi kelayakan pengembangan pelayanan kesehatan rawat

jalan dan inap geriatri di Rumah Sakit Gotong Royong.

4.6 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran

Variabel

4.6.1 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual, maka variabel penelitian yang akan

diukur dalam penelitian ini meliputi:

1. Kajian demografi: umur, jenis kelamin, dan status perkawinan;


2. Kajian sosio-ekonomi: kebudayaan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan

pendapatan;

3. Kajian morbiditas dan mortalitas: 10 penyakit utama, angka kematian, dan

angka persalinan;

4. Kajian kebijakan dan regulasi: sektor nonkesehatan, sektor kesehatan, dan

sektor perumahsakitan;

5. Kajian aspek internal: sistem manajemen unit pelayanan, sistem unggulan

pelayanan, alih teknologi peralatan, sistem tarif dan keuangan;

6. Kajian kebutuhan lahan, bangunan, prasarana, sumber daya manusia dan

peralatan;

7. Kajian kemampuan pendanaan.

4.6.2 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran Variabel dan Skala Data

Definisi operasional merupakan seperangkat instruksi yang lengkap untuk

menentukan apa yang akan diukur dan bagaimana cara mengukur variabel yang

dinyatakan dalam bentuk indikator atau sub variabel (Supriyanto & Djohan,

2011). Adapun variabel penelitian, definisi operasional, indikator, cara

pengukuran, dan skala data dapat disajikan pada Tabel 4.1.


4.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, Cara Pengukuran dan Skala Data Penelitian.

No Variabel Penelitian Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala Data


A Kajian kebutuhan
pelaanan Rumah Sakit
A1 Kajian Demografi Dalam kajian ini yang dinilai adalah umur, jenis Responden memilih jawaban dalam
kelamin, dan status perkawinan. kuesioner, dari beberapa pilihan jawaban
yang dianggap sesuai dengan persepsinya.
1 Umur Bilangan tahun terhitung sejak lahir sampai dengan Responden mengisi dengan menggunakan Interval
tahun dimana responden diwawancarai kuesioner variabel umur dikategorikan
menjadi 2 (dua) berdasarkan klasifikasi
umur menurut Depkes RI 2023, yaitu:
1. Remaja Akhir (17 – 25 tahun)
2. Dewasa Awal (26 – 35 tahun)
3. Dewasa Akhir (36 – 45 tahun)
4. Lansia Awal (46 – 55 tahun)
5. Lansia Akhir (56 – 65 tahun)
2 Jenis kelamin Klasifikasi gender responden sesuai kartu tanda Responden mengisi dengan menggunakan Nominal
penduduk (KTP) dan pengisian kuesioner oleh kuesioner pilihan jawaban:
responden 1. Laki-laki
2. Perempuan
3 Status perkawinan

A2 Kajian Sosio-ekonomi Dalam kajian ini yang dinilai adalah kebudayaan,


tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan.
4 Kebudayaan

5 Tingkat Pendidikan Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh Responden mengisi dengan menggunakan Ordinal
oleh responden yang terdiri dari: kuesioner variabel tingkat pendidikan
1. Tidak tamat SD dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori
2. Tamat SD yaitu:
3. Tamat SMP 1. Rendah, apabila tingkat pendidikan
4. Tamat SMA terakhir responden berada pada
5. Tamat DIII/DIV/S1 tingkat tidak tamat SD, tamat SD,
tamat SMP/MTs dan tamat
SMA/SMK/MA
2. Tinggi, apabila tingkat pendidikan
terakhir responden berada pada
tingkat tamat DIII/DIV/S1/S2/S3
6 Pekerjaan Kegiatan yang dilakukan responden baik didalam Responden mengisi dengan menggunakan Nominal
atau diluar rumah untuk memperoleh penghasilan kuesioner variabel pekerjaan responden
untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu:
anggota keluarga baik sebagai pekerja harian atau 1. Tidak bekerja, apabila responden
pekerja tetap tidak melakukan aktivitas untuk
memperoleh penghasilan baik
sebagai pekerja harian atau pekerja
tetap
2. Bekerja, apabila responden
melakukan aktivitas untuk
memperoleh penghasilan baik
sebagai pekerja harian maupun
pekerja tetap.
7 Pendapatan per bulan Total keadaan atau kemampuan ekonomis yang Responden mengisi dengan menggunakan Interval
diperoleh responden tiap bulan (berdasarkan SK kuesioner variabel pekerjaan
Gubernur Jatim No 188/860/KPTS/013/2022 Tahun dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu
2022 tentang upah minimum Provinsi Jatim 2023 di 1. Golongan Bawah, apabila tingkat
Surabaya) yakni sebesar Rp. 4.375.479, - pendapatan keluarga per bulan
kurang dari UMK Kota Surabaya
2. Golongan Atas, apabila tingkat
pendapatan responden per bulan
lebih dari atau sama dengan UMK
Kota Surabaya
A3 Kajian morbiditas dan dalam kajian ini yang dinilai adalah sepuluh
mortalitas penyakit utama, angka kematian dan angka
persalinan.
8 10 penyakit utama

9 Angka kematian

10 Angka persalinan

A4 Kajian kebijakan dan Dalam kajian ini yang dinilai adalah sektor
regulasi nonkesehatan, sektor kesehatan, dan sektor
perumahsakitan.
11 Sektor non kesehatan

12 Sektor kesehatan

13 Sektor perumahsakitan

A5 Kajian aspek internal Dalam kajian ini yang dinilai adalah sistem
manajemen unit pelayanan, sistem unggulan
pelayanan, alih teknologi peralatan, sistem tarif dan
keuangan.
14 Sistem manajemen
unit pelayanan
15 Sistem unggulan
pelayanan
16 Alih teknologi
peralatan
17 Sistem tarif

18 Keuangan

B Kajian kebutuhan
lahan, bangunan,
prasarana, sumber
daya manusia, dan
peralatan.
B1 Kajian kebutuhan Dalam kajian ini yang dinilai adalah rencana
lahan, bangunan, dan cakupan, jenis pelayanan kesehatan dan fasilitas.
prasarana
19 Rencana cakupan

20 Jenis pelayanan
kesehatan
21 Fasilitas

B2 Kajian sumber daya Dalam kajian ini yang dinilai adalah jumlah,
manusia spesifikasi, dan kualifikasi sumber daya manusia
22 Jumlah SDM

23 Spesifikasi SDM

24 Kualifikasi SDM

B3 Kajian peralatan Dalam kajian ini yang dinilai adalah jumlah, jenis
dan spesifikasi peralatan
25 Jumlah peralatan

26 Jenis peralatan

27 Spesifikasi peralatan

C Kajian kemampuan Dalam kajian ini yang dinilai adalah prakiraan


pendanaan jumlah kebutuhan dana investasi dan sumber
pendanaan, prakiraan pendapatan terhadap jumlah
kunjungan dan pengisian tempat tidur, prakiraan
biaya tetap dan tidak tetap terhadap prakiraan
sumber daya manusia, proyeksi arus kas 5 sampai
10 tahun dan proyeksi laba atau rugi 5-10 tahun.
28 Prakiraan jumlah
kebutuhan dana
investasi dan sumber
pendanaan
29 Prakiraan pendapatan
terhadap jumlah
kunjungan dan
pengisian tempat tidur
30 Prakiraan biaya tetap
dan tidak tetap
terhadap prakiraan
sumber daya manusia
31 Proyeksi arus kas 5
sampai 10 tahun
32 Proyeksi laba atau rugi
5-10 tahun
6 Gaya hidup Tanggapan responden memilih jawaban dalam Responden mengisi dengan Interval
kuesioner, dari beberapa pilihan jawaban yang menggunakan kuesioner pilihan
dianggap sesuai dengan kebiasaan hidup reponden jawaban:
sendiri dalam hal tentang perilaku karyawan, 1. Sangat Tidak Setuju
aktifitas pelayanan, kondisi lingkungan baik sarana 2. Tidak Setuju
dan prasarana sehingga dapat menarik perhatian
3. Setuju
responden untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan rawat jalan dan rawat inap tertuang dalam
4. Sangat Setuju
pertanyaan: Variabel personel/petugas kesehatan
1. Petugas kesehatan terampil dalam terdiri dari 6 pernyataan, dengan
memberikan pelayanan jawaban tertinggi 24 dan terendah 6.
2. Petugas kesehatan ramah dan sopan dalam Selanjutnya dikategorikan
memberikan pelayanan menggunakan nilai mean, sehingga
3. Petugas kesehatan memiliki penampilan kategori gaya hidup kesehatan adalah:
yang rapi dan bersih 1. Kurang baik, apabila range jawaban
4. Waktu tunggu pelayanan tidak lama responden antara 6 s/d 15,0
5. Pelayanan yang diberikan kepada pasien 2. Baik, apabila range jawaban
tidak berbeda responden berada di antara 15,1 s/d
6. Pelayanan kesehatan diberikan dengan 24,0
nyaman dan aman
7 Kepribadian Ciri karakteristik pada diri responden yang Responden memilih jawaban dalam Nominal
menyebabkan respon yang konsisten serta tahan kuesioner, dari beberapa pilihan jawaban
lama terhadap lingkungan responden. Dalam hal ini yang dianggap sesuai dengan persepsinya.
dapat tercermin dalam perilaku pemilihan tempat Kepribadian digolongkan menjadi tempat
berobat ketika sakit. Tertuang dalam pertanyaan: berobat:
Tempat yang akan dipilih oleh responden jika a. Puskesmas
mengalami sakit b. Rumah sakit
c. Dokter umum praktek mandiri
d. Dokter spesialis praktek mandiri
8 Frekuensi penggunaan Berapa kali responden menggunakan fasilitas Responden memilih jawaban dalam Ordinal
rawat jalan dan rawat pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Gotong kuesioner, dari beberapa pilihan jawaban
inap Royong yang dianggap sesuai dengan persepsinya.
Frekuensi penggunaan rawat jalan
digolongkan:
a. 1 kali
b. 2 kali
c. 3 kali
d. 4 kali
e. >4 kali
A2 Karakteristik sosial Ciri kemasyarakatan dari pasien yang pada
penelitian ini terdiri dari:
1. Kelompok
2. Keluarga
3. Peran dan status
9 Kelompok Kelompok lingkungan pergaulan yang menyarankan Responden memilih jawaban dalam Nominal
pasien dalam pengambilan keputusan rawat jalan di kuesioner, dari beberapa pilihan jawaban
Rumah Sakit Gotong Royong yang dianggap sesuai dengan persepsinya.
Kelompok terdiri dari:
a. Keluarga
b. Tetangga
c. Teman
d. Dokter
e. Diri sendiri
10 Keluarga Orang terdekat pasien dalam keluarga yang Responden memilih jawaban dalam Nominal
berpengaruh dalam pengambilan layanan kesehatan kuesioner, dari beberapa pilihan jawaban
rawat jalan dan rawat inap yang dianggap sesuai dengan persepsinya.
Keluarga digolongkan dalam kategori:
a. Orang tua
b. Suami/istri
c. Paman/bibi
d. Anak
e. Lainnya
11 Peran dan Status Peran terdiri dari kegiatan yang diharapkan dapat Responden memilih jawaban dalam Nominal
dilakukan seseorang dan setiap peran menyandang kuesioner, dari beberapa pilihan jawaban
status. Responden akan memilih produk yang yang dianggap sesuai dengan persepsinya.
mencerminkan dan mengkomunikasikan peran Peran dan status digolongkan dalam
mereka serta status yang diinginkan dalam pertanyaan kelompok pekerjaan.
masyarakat.
A3 Karakteristik Ciri psikologis pasien yang dinyatakan dalam:
psikologis a. Motivasi
b. Persepsi
c. Kepercayaan
d. Sikap
12 Motivasi Suatu kondisi yang mendorong responden untuk Responden diminta mengisi 4 pilihan Interval
memanfaatkan pelayanan rawat jalan dan rawat inap berdasarkan penyataan dan diberikan
di Rumah Sakit Gotong Royong. Indikator: urutan terhadap parameter:
1. Pelayanan rawat jalan dan rawat inap a. Nilai 1 = Sangat tidak setuju
Rumah Sakit Gotong Royong merupakan b. Nilai 2 = Tidak setuju
kebutuhan c. Nilai 3 = Setuju
2. Pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat d. Nilai 4 = Sangat setuju
jalan dan rawat inap atas dasar inisiatif
sendiri Variabel motivasi terdiri dari 7
3. Harapan untuk mendapatkan pelayanan pertanyaan, dengan jawaban tertinggi
yang berkualitas 28 dan terendah 7. Selanjutnya
4. Jarak Rumah Sakit mempengaruhi dikategorikan menggunakan nilai
keputusan penggunaan layanan kesehatan mean, sehingga kategori motivasi
rawat jalan dan rawat inap adalah:
5. Kualitas pelayanan mempengaruhi 1. Rendah, apabila range jawaban
keputusan penggunaan layanan kesehatan responden antara 7 s/d 15,5
rawat jalan dan rawat inap 2. Tinggi, apabila range jawaban
6. Alat pemeriksaan mempengaruhi keputusan responden antara 15,6 s/d 28,0
pengunaan layanan kesehatan rawat jalan
dan rawat inap
7. Dokter yang berkualitas mempengaruhi
keputusan penggunaan layanan kesehatan
rawat jalan dan rawat inap
13 Persepsi Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus Responden diminta mengisi 4 pilihan Interval
atau rangsangan yang diterima oleh responden baik berdasarkan pernyataan dan diberikan
secara positif maupun negatif tentang pelayanan urutan terhadap parameter:
kesehatan rawat jalan dan rawat inap. Indikator: a. Nilai 1 = sangat tidak setuju
1. Akses pelayanan di Rumah Sakit Gotong b. Nilai 2 = tidak setuju
Royong mudah c. Nilai 3 = setuju
2. Informasi tentang pelayanan rawat jalan dan d. Nilai 4 = sangat setuju
rawat inap disosialisasikan secara detail
3. Fasilitas dan pelayanan di Rumah Sakit Variabel persepsi terdiri dari 6 pertanyaan,
Gotong Royong cukup lengkap dengan jawaban tertinggi 24 dan terendah
4. Sarana dan prasarana di Rumah Sakit 4. Pengkategorian variabel persepsi
Gotong Royong cukup lengkap ditentukan dengan nilai interval, sehingga
diperoleh kategori sebagai berikut:
5. Tenaga kesehatan di Rumah Sakit Gotong
Royong professional 1. Kurang baik, apabila range
6. Tarif yang ditawarkan di Rumah Sakit jawaban responden antara 4 s/d
Gotong Royong terjangkau 12,0
2. Baik, apabila range jawaban
responden antara 13 s/d 24,0
14 Kepercayaan Segala sesuatu yang disimpulkan oleh responden Responden dimintra mengisi dengan Interval
yang telah melewati tahap pengambilan keputusan menggunakan kuesioner
dan memanfaatkan pelayanan kesehatan. Indikator: Pilihan jawaban
1. Rahasia penyakit pasien dapat dijaga oleh 1. Sangat tidak setuju
petugas kesehatan dan ikut memberikan 2. Tidak setuju
perhatian 3. Setuju
2. Hasil pemeriksaan laboratorium akurat 4. Sangat setuju
3. Penegakan diagnosa oleh petugas Variabel kepercayaan terdiri dari 4
kesehatan yang tepat pernyataan, dengan jawaban tertinggi
4. Obat yang diresepkan mujarab. 16 dan terendah 4, selanjutnya
dikategorikan menggunakan nilai
mean, sehingga kategori keyakinan
adalah:
1. Kurang yakin, apabila range
jawaban responden antara 4 s/d
10,0
2. Yakin, apabila range jawaban
responden berada diantara 10 s/d
16,0
15 Sikap Kecenderungan reaksi responden dalam Wawancara dengan menggunakan Interval
menganggapi hal yang berkaitan dengan pelayanan kuesioner pilihan jawaban:
rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Gotong 1. Sangat tidak setuju
Royong. Indikator: 2. Tidak setuju
1. Responden puas dengan pelayanan 3. Setuju
kesehatan di Rumah Sakit Gotong Royong 4. Sangat setuju
2. Responden merasa yakin dengan pilihan Variabel sikap terdiri dari 3
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Gotong pernyataan, dengan jawaban tertinggi
Royong 12 dan terendah 3. Selanjutnya
3. Responden merasa sembuh dari penyakit dikategorikan menggunakan nilai
dengan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mean, sehingga kategori sikap adalah:
Gotong Royong 1. Kurang baik, apabila range
jawaban responden antara 3 s/d
7,50
2. Baik, apabila range jawaban
responden berada diantara 7,51
s/d 12,0
B Karakteristik Rumah
Sakit
16 Kelengkapan produk Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan Wawancara dengan menggunakan
kepada pasar untuk diperhatikan, dimiliki, kuesioner pilihan jawaban:
digunakan atau dikonsumsi sehingga dapat 1. Sangat tidak setuju
memuaskan keinginan dan kebutuhan. Indikator: 2. Tidak setuju
1. Responden menggunakan layanan kesehatan 3. Setuju
di Rumah Sakit Gotong Royong karena 4. Sangat setuju
produk layanan yang ada lengkap Variabel sikap terdiri dari 2
2. Responden merasa layanan kesehatan di pernyataan, dengan jawaban tertinggi
Rumah Sakit Gotong Royong memenuhi 16 dan terendah 4. Selanjutnya
kebutuhan yang diinginkan dikategorikan menggunakan nilai
mean, sehingga kategori sikap adalah:
1. Kurang baik, apabila range
jawaban responden antara 4,0 s/d
8,0
2. Baik, apabila range jawaban
responden berada diantara 8,1 s/d
12,0
C Proses Pengambilan Tahapan yang dilalui oleh responden dalam menentukan pilihan meliputi:
Keputusan 1. Pengenalan kebutuhan,
2. Pencarian informasi,
3. Evaluasi alternatif,
4. Keputusan pembelian dan
5. Perilaku pasca pembelian
17 Pengenalan Tanggapan responden tentang kondisi atau keadaan Wawancara dengan menggunakan Interval
Kebutuhan untuk mengetahui atau menyadari bahwa, indikator: Kuesioner
1. Pelayanan rawat jalan geriatri sangat Pilihan jawaban
dibutuhkan 1. Sangat tidak setuju
2. Jenis pelayanan yang disediakan sudah 2. Tidak setuju
sesuai dengan harapan 3. Setuju
4. Sangat setuju

Variabel pengenalan kebutuhan terdiri


dari 2 pernyataan, dengan jawaban
tertinggi 8 dan terendah 2. Selanjutnya
dikategorikan menggunakan nilai
mean, sehingga kategori pengenalan
kebutuhan adalah:
1. Kurang membutuhkan apabila
range jawaban responden antara
2,0 s/d 4,0
2. Membutuhkan, apabila range
jawaban responden berada diantara
5,0 s/d 8,0
18 Pencarian Informasi Usaha responden yang membutuhkan pelayanan Wawancara dengan menggunakan Interval
kesehatan untuk mendapatkan informasi yang kuesioner
berhubungan dengan pelayanan rawat jalan geriatri. Pilihan jawaban
Indikator: 1. Sangat tidak setuju
1. Sumber untuk memperoleh informasi 2. Tidak setuju
tentang pelayanan rawat jalan geriatri 3. Setuju
2. Pencarian informasi sebelum 4. Sangat setuju
memanfaatkan pelayanan kesehatan Variabel pencarian informasi terdiri
dari 2 pernyataan, dengan jawaban
tertinggi 8 dan terendah 2. Selanjutnya
dikategorikan menggunakan nilai
mean, sehingga kategori pencarian
informasi adalah:
1. Kurang mencari informasi apabila
range jawaban responden antara
2,0 s/d 4,0
2. Mencari informasi, apabila range
jawaban responden berada
diantara 5,0 s/d 8,0
19 Evaluasi alternatif Sebagai usaha responden untuk menilai dan atau Wawancara dengan menggunakan Interval
mempertimbangkan beberapa hal yang berkaitan kuesioner
dengan pelayanan rawat jalan geriatri sehingga Pilihan jawaban:
dapat mendukung pengambilan keputusan meliputi: 1. Sangat tidak setuju
1. Peserta mempertimbangkan manfaat 2. Tidak setuju
pelayanan rawat jalan geriatri dengan 3. Setuju
pelayanan BPJS 4. Sangat setuju
2. Peserta mempertimbangkan keberlanjutan
kebijakan pelayanan rawat jalan geriatri Variabel evaluasi alternatif terdiri dari 2
sebagai hal yang prioritas pernyataan, dengan jawaban tertinggi 8
terendah 2. Selanjutnya dikategorikan
menggunakan nilai mean, sehingga
kategori evaluasi alternatif adalah:
1. Tidak melakukan evaluasi
alternatif apabila range jawaban
responden antara 2,0 s/d 4,0
2. Melakukan evaluasi alternatif
apabila range jawaban responden
berada diantara 5,0 s/d 8,0
20 Keputusan pembelian Penentuan pilihan atau keputusan responden baik Wawancara dengan menggunakan Nominal
yang melalui atau tidak melalui tahap proses kuesioner:
pengambilan keputusan yaitu membutuhkan Pilihan jawaban
pelayanan, mencari informasi dan melakukan 1. Tidak memanfaatkan, apabila
evaluasi alternatif untuk menggunakan atau tidak responden tidak pernah
menggunakan pelayanan keseshatan di Rumah Sakit memanfaatkan pelayanan rawat
jalan geriatri selama
diberlakukannya kebijakan
tentang pelayanan rawat jalan
geriatri
2. Memanfaatkan, apabila
responden pernah memanfaatkan
pelayanan rawat jalan geriatri
sejak diberlakukannya kebijakan
tentang pelayanan rawat jalan
geriatri
21 Evaluasi pasca Tanggapan responden yang diwujudkan dengan rasa Wawancara dengan menggunakan Interval
pemanfaatan puas atau tidak puas setelah memanfaatkan kuesioner
pelayanan kesehatan pelayanan rawat jalan geriatri Pilihan jawaban
Indikator: 1. Sangat tidak puas
1. Puas terhadap pelayanan pendaftaran 2. Tidak puas
2. Puas terhadap pelayanan pemeriksaan 3. Puas
3. Puas terhadap ketersediaan dan kondisi 4. Sangat puas
alat kesehatan Variabel evaluasi pasca pemanfaatan
4. Puas terhadap kondisi ruang tunggu, ruang pelayanan terdiri dari 5 pernyataan,
pemeriksaan dan kamar mandi dengan jawaban tertinggi 20 dan
5. Timbul keinginan untuk terendah 5. Selanjutnya dikategorikan
merekomendasikan pelayanan rawat jalan menggunakan nilai mean, sehingga
geriatri kepada orang lain kategori pencarian informasi adalah:
1. Tidak puas apabila range jawaban
responden antara 5,0 s/d 12,5
2. Puas, apabila range jawaban
responden berada di antara 12,6
s/d 20,0

Anda mungkin juga menyukai