TESIS
Oleh
AGUSTINA
157032047
TESIS
Oleh
Agustina
157032047/IKM
Menyetujui
Komisi Pembimbing :
(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D )
Ketua Anggota
(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Agustina
157032047/IKM
Abortion is the end of a pregnancy before the fetus can live outside the
womb, with pregnancy limitation of less than 20 weeks and fetal weight of less than
500 grams. About 20% of pregnancy complications, 4.7% were caused by abortion.
Complications of abortion which is bleeding or infection, can cause death.The
purpose of this research is to understand the factors associated with abortion in the
working area of Simpang Tiga health center, North Aceh District.
This type of research was analytic survey with cross sectional design. The
population in this study is all pregnant women who came for medication or checking
their pregnancy in the working area of Simpang Tiga Public Health Center from
January - September 2017 as many 106 women.Thesamples were pregnant women
with gestational age 0 – 6 months which still risk against abortion who came for the
medication or checking their pregnancy in January – September 2017 to working
area Simpang Tiga as many as 65 women. The data were obtained by interviewing
using a questionnaire. Stages of analysis included univariate, bivariate with Chi
Square and multivariate using Poisson regression.
The results showed simultaneously that was a relationship between
pregnancy interval and parity with abortion. Poisson regression analysis results
indicated factors that have the most dominant relationship with abortion was parity
(PR = 10.751; 95% CI 2,221-193,511; p = 0,021) which meant that pregnant women
with parity 1 or > 3 times would increase the risk of abortion 10.751 times compared
to parity 2 – 3 times.
To prevent the occurrence of abortion it is recommended that mothers with
parity 1 or > 3 times do adequate obstetric care, must follow the class of pregnant
women during the process pregnancy to prevent complications of pregnancy
especially abortion.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan
Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Faktor-
Sumatera Utara.
Dalam penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung untuk itu penulis
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku pejabat Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
4. Destanul Aulia, S.K.M, MBA, MEc, PhD. selaku sekretaris Program Studi S2
Sumatera Utara.
6. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D, selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak
7. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K), selaku selaku tim pembanding yang
telah bersedia menguji menjadikan tesis ini menjadi lebih baik lagi.
8. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S,Ph.D, selaku tim pembanding yang telah bersedia
10. Munarianto, S.K.M., selaku Kepala Kepala Puskesmas Simpang Tiga Aceh Utara
11. Suami ku tercinta Fitriadi dan anak-anakku tercinta M. Ardani Fitra dan Azzarra
12. Orang Tua Tersayang M. Yusuf dan Ibunda Syamsiah, dan adikku yang telah
Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan untuk itu
kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya semoga tesis
Agustina
157032047/IKM
Agustina, lahir di Kandang pada tanggal 10 Agustus 1979, anak pertama dari
4 bersaudara dari pasangan bapak M. Yusuf Usman dan ibu Syamsiah, yang saat ini
Cunda ditamatkan tahun 1994, sekolah SPK Pemda Lhokseumawe ditamatkan tahun
Tahun 1998 – 2010 bekerja di Puskesmas Buket Hagu, pada tahun 2010
Halaman
ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1
LAMPIRAN
No Judul Halaman
2.1 Kategori Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis Kegiatan ............................... 20
4.2 Jumlah PUS, WUS, Bumil, Bayi, Balita, KK dan Jumlah Penduduk
Tahun 2016 di Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara ............ 36
4.6 Hubungan Umur Ibu, Jarak Kehamilan, Paritas, Sosial Ekonomi dan
Riwayat Penyakit Ibu dengan Kejadian Abortus di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga ........................................................................ 39
4.7 Hasil Uji Regresi Poisson Untuk Identifikasi Variabel yang Masuk
Dalam Model ............................................................................................. 42
No Judul Halaman
No Judul Halaman
1 Penjelasan Penelitian.................................................................................... 56
8 SK Pembimbing ........................................................................................... 64
11 Analisis Bivariat........................................................................................... 69
12 Analisis Multivariat...................................................................................... 76
PENDAHULUAN
pelayanan kesehatan suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di
bidang kesehatan obstetrik. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan
penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian
maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di
area pendesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012).
Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya
suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan batasan
kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Janin
mungkin hidup di luar kandungan kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau
umur kehamilan ≥ 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas berat anak
ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi dan persalinan tahun 2015.
Jumlah total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia.
tinggi dibandingkan negara maju. Negara berkembang menyumbang sekitar 90% atau
302.000 dari seluruh total kematian ibu yang diperkirakan terjadi pada tahun 2015.
kehamilan, di Rusia 40% per 1.000 kehamilan dan di Kuba 40% per 1.000 kehamilan
yang disebabkan dengan berbagai alasan. Kejadian abortus di dunia terjadi kurang
infeksi dan eklamsia. Namun sebenarnya abortus juga merupakan salah satu
diantaranya umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan, status gizi, penyakit ibu dan
Umur memengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20 tahun
dan diatas 35 tahun. Kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran
dapat terjadi pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat reproduksi belum
matang dan belum siap untuk hamil, kehamilan menjadi sangat berisiko tinggi pada
Selain itu mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu penting
untuk mengetahui risiko–risiko kehamilan sekarang dan yang akan datang. Bila ibu
melahirkan 4 anak atau lebih maka perlu diwaspadai adanya gangguan diantaranya
tingkat sosial ekonomi adalah daya beli keluarga atau besar kecilnya pendapatan
masalah kesehatan pada ibu hamil khususnya antara lain bebagai penyakit infeksi,
Aceh Tahun 2017 yang telah ditentukan (Kurniasih dan Modjo, 2013).
Sebesar 20% dari komplikasi kehamilan 4,7% disebabkan oleh abortus. Sementara
itu, laporan 2013 dari Australian Corsortium For In Country Indonesian Studies
Medan, Semarang, Makassar, Palembang, Pekan baru, Malang dan Yogyakarta) dan 6
Provinsi di Indonesia (Papua Barat 6,9%, Kalimantan 6,3%, Sulawesi Selatan 6,1%,
Banten 5,7%, Maluku 5,6% dan NAD 4,6%) (Pranata dan Sadewo, 2012).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh Utara pada tahun 2014, angka
kematian Ibu melahirkan di Aceh Utara berada di posisi tertinggi se-Aceh, akan
tetapi, angka itu turun pada tahun 2015 hanya berjumlah 11 kasus, dan meningkat
kembali pada tahun 2016 berjumlah 22 orang. Umumnya prevalensi abortus sekitar
12% dari semua tanda klinis kehamilan yang dikendali, tapi secara empiris estimasi
dan prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang tertinggi
sebesar 30%. Target proporsi kejadian abortus pada ibu hamil yaitu 15% (Dinkes
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh Utara pada tahun 2016, Puskesmas
Simpang Tiga merupakan puskesmas dengan jumlah kejadian abortus terbanyak pada
usia reproduksi sehat dibandingkan dengan Puskesmas lain. Berdasarkan survei awal
Tiga didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 106 orang, yang mengalami abortus
sebanyak 32,1% (34 orang) dan yang tidak abortus sebanyak 67,9% (72 orang). Pada
usia reproduksi sehat (20–35 tahun) 20,5% (7 orang), pada usia <20 tahun dan >35
tahun 11,7% (4 orang), ibu hamil yang mengalami abortus dengan jumlah paritas dua
atau tiga kali14,7% (5 orang), ibu hamil yang mengalami abortus dengan jumlah
paritas 1 dan >3 kali 11,7% (4 orang), ibu hamil yang mengalami abortus dengan
jarak kehamilan sebelumnya >2 tahun 17,6% (6 orang), ibu hamil yang mengalami
abortus dengan jarak kehamilan sebelumnya <2 tahun 11,7% (4 orang) dan 11,7% (4
orang) ibu hamil yang abortus lainnya karena penyakit ibu. Namun kenyataannya
yang banyak kejadian abortus adalah pada usia yang aman untuk hamil dan
Puskesmas Simpang Tiga. Sehingga penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian pada latar belakang bahwa banyak faktor (umur ibu, jarak
kehamilan, paritas, sosial ekonomi dan riwayat penyakit ibu) yang dapat
kehamilan, paritas, sosial ekonomi, dan riwayat penyakit ibu) dengan kejadian
abortus di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun
2017.
wacana serta menjadi salah satu acuan dalam membuat perencanaan upaya
TINJAUAN PUSTAKA
pengeluaran hasil konsepsi dengan berat < 500 gram (Nugroho, 2012).
mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Abortus juga
Sedangkan menurut Sujiyatini dkk (2009) bahwa aborsi (bahasa latin : abortus)
adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum
mencapai 20/22/28 minggu (berbeda tiap literatur) dan beratnya kurang dari 500 gr.
Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus
buatan dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas
sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan
bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum
mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya pendarahan pada
bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena
kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian
janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung
atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (Rukiyah dkk, 2013).
2.1.1 Patofisiologi
pendarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi
janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi
rahim sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi ekspulsi. Bila ketuban
pecah terlihat janin maserasi bercampur air ketuban. Sering kali fetus tak tampak dan
Sedangkan menurut Rukiyah dkk (2013) bahwa pada awal abortus terjadi
pendarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan
kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta
8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak
Pendarahan tidak banyak jika plasenta dan lengkap. Peristiwa ini menyerupai
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada
kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin lahir-mati atau dilahirkan hidup.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, Maka ia dapat
diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini
menjadi molakarnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisanya terjadi
organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola
tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses
modifikasi janin mengering dan arena cairan amion menjadi kurang oleh sebab
diserap. Janin menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut
janin menjadi tipis seperti kertas pigmen perkamen. Kemungkinan lain pada janin
mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak
menjadi lembek, perut membesar karena cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-
Uterus adalah organ yang terdiri atas suatu badan (korpus) yang terletak di atas
penyempitan rongga uterus (orifisium internum uteri), dan suatu struktur silindris di
bawah yaitu serviks, yang terletak di bawah orifisium internumuteri. Uterus adalah
organ yang memiliki otot yang kuat dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 4 cm dan
ketebalan 2,5 cm. Bagian korpus atau badan hampir seluruhnya berbentuk datar pada
permukaan anterior, dan terdiri dari bagian yang cembung pada bagian posterior.
Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Pada
bagian atas korpus terdapat bagian berbentuk bulat yang melintang diatas tuba uterine
disebut fundus. Serviks berada pada bagian yang lebih bawah, dan dipisahkan dengan
korpus oleh ismus. Serviks uteri dibagi atas (1) pars vaginalis uteri yang dinamakan
porsio, (2) pars supravaginalis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina
(Rahmani, 2014).
dengan baik oleh jaringan ikat dan ligament yang menyokongnya. Ligamen yang
Yakni ligamentum yang terpenting yang mencegah supaya uterus tidak turun.
Terdiri atas jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah
lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain
Yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak. Berjalan
dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah ossakrum kiri dan kanan.
Yakni ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi. Berjalan dari sudut
fundus uteri kiri dan kanan kearah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan
kadang-kadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat, karena uterus
tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan pun teraba kencang dan terasa sakit
bila dipegang.
Yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan dari uterus ke lateral. Tidak
peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai
banyak artinya.
Yakni ligamentum yang menahan tuba Falloppii. Berjalan dari arah infumdibulum
arteria dan vena ovarika. Disamping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada
sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan
atas selepitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah
yang berkelok.
Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam
siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi. Dalam masa haid
proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekrotorik. Lapisan otot polos di sebelah
dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara lapisan
itu terdapat lapisan otot oblik berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada
persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh
darah. Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat
dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik (Rahmani, 2014).
Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
2. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.
spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis penyakit dalam, dan
spesialis jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait.
3. Abortus Spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya
(Rahmani, 2014)
a. Abortus Imminens
b. Abortus Insipiens
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
c. Abortus inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada usia kehamilan kurang
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam
f. Abortus habitualis
Penderita abortus ini pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil
Adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus septic ialah
abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau
komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apabila bila dilakukan
kuning telur juga tidak ikut terbentuk. Kelainan ini merupakan suatu kelainan
2.3 Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain : (Rukiyah dkk, 2013).
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada
50-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus
adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin dan plasenta. Kelainan tersebut
biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni kelainan telur, telur
kosong, kerusakan embrio, atau kelainan kromosom. Embrio dengan kelainan lokal,
Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama yang merupakan kelainan
kejadian sporadis misalnya non disjuction meiosis atau poliploidi dari fertilitas
hidup di luar rahim. Paritas menggambarkan jumlah persalinan yang telah dialami
seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Lebih dari 80% abortus terjadi pada
meningkatnya jumlah paritas, sama atau seiring dengan usia maternal dan paternal
pendarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
biasanya paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi
dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada
Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi
rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan
pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin
jumlah paritas, usia, dan jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya. Abortus
meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar
26% pada usia lebih dari 40 tahun (Junita dan Asmah, 2013).
Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang menyatakan bahwa usia memiliki
hubungan positif pada sikap terhadap aborsi. Penduduk yang berada pada kelompok
usia 30-49 tahun cenderung lebih permisif terhadap aborsi daripada penduduk yang
Umur memengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20 tahun dan
diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran
dapat terjadi pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat reproduksi belum
matang dan belum siap untuk hamil. Kehamilan maternal pada wanita hamil dan
melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada
kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat
pada wanita diatas 40 tahun. Penyebab keguguran yang lain adalah kelainan
oleh kejadian sporadic misalnya nondijunction meiosis atau poliploidi dari fertilisasi
alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi fsikis belum matang
dalam menghadapi tuntutan beban moril dan emosional dan dari segi medis sering
mendapat gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-
otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami
kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi
Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat,
kehamilan adalah dimulainya pembuahan sel telur oleh sperma sampai dengan
lahirnya janin dihitung dari hari pertama haid terakhir (BKKBN, 2013). Jadi, jarak
kehamilan adalah ruang sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan
berikutnya.
Jarak kehamilan yang baik adalah jarak persalinan terakhir dengan awal
kehamilan sekarang lebih dari 2 tahun. Bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan
kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai
(Sarminah, 2012).
laporan WHO 2006 tentang teknik konsultasi terhadap jarak kehamilan bahwa jarak
kehamilan yang baik adalah antara 2-5 tahun. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun
perinatal.
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu
masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang
tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi bagi ibu antara lain : pendarahan setelah bayi
lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur/lahir belum cukup bulan
sebelum 37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah <2500 gram (Rochmawati,2013).
Jarak yang baik antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan berikutnya
adalah antara 2-5 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu lama akan meningkatkan
terjadinya abortus dan sebaliknya jarak yang terlalu dekat akan meningkatkan juga
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun keadaan
rahim dan kondisi ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan tersebut
Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang
senggang, dan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan,
sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara
mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan pekerjaan tersebut atau dengan adanya
adanya emansipasi wanita pada zaman sekarang ini, maka kondisi wanita atau ibu
yang bekerja banyak kita jumpai di bidang apa saja. Kondisi ini juga terjadi pada ibu
hamil yang bekerja. Di Indonesia belum ada Undang-undang yang mengatur ibu
hamil untuk tidak bekerja atau mendapatkan cuti selama hamil, sehingga kondisi ini
dapat memicu angka kejadian abortus pada ibu hamil yang bekerja pada bidang
pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau fisik yang stabil (Fajria, 2012).
Jenis pekerjaan yang sebaiknya dihindari ketika hamil, misalnya para wanita
yang bekerja sebagai petani, buruh pabrik, ahli di laboratorium, kru maskapai
penerbangan, polisi lalu lintas, juru masak, bahkan pekerjaan sebagai karyawan atau
sekretaris seringkali memiliki risiko apabila yang bersangkutan harus duduk selama
berjam-jam. Selain itu stress juga berbahaya bagi kehamilan, karena bisa
2013).
dengan yang lain. Hal ini disebabkan dengan pekerjaan dan pendapatan rendah
kehamilan yang rendah karena terkendala biaya perobatan. Tingkat sosial ekonomi
tingkat sosial ekonomi, yaitu daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan
keluarga, harga bahan makanan dan tingkat pengelolaan sumber lahan dan
(Pariani, 2012).
lebih mudah mendapatkan informasi pelayanan abortus dari petugas yang terlatih
(Sugiharti, 2011).
abortus kriminalis atau legal abortion. Hal ini juga dikaitkan dengan terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada terjadinya perceraian (Sugiharti,
2011).
nutrisi, deformitas uterus maupun serviks, trauma emosional maupun fisik dapat
1. Infeksi
dan asma tidak diketahui apakah kematian janin disebabkan oleh kuman atau
3. Kelainan Endokrin
hipotiroidi.
4. Nutrisi
mengurangi risiko terjadinya abortus spontan. Akan tetapi bukti yang kuat untuk
kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil
2. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) untuk pengenalan
persalinan.
3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir, sama seperti kegiatan kunjungan II dan
Hubungan konseptual antara abortus dan KB sudah jelas dan mendasar yaitu
kontrasepsi yang efektif merupakan cara paling manjur untuk mencegah kehamilan
waktu mungkin gagal, bahkan pasangan yang menggunakan metode kontrasepsi yang
efektif pun dapat dihadapkan pada kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan tidak
adanya dukungan kontrasepsi yang aman, wanita akan terus terpaksa menggunakan
cara yang tidak aman untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan.
Setiap pasangan suami istri yang sudah tidak mau menambah anak lagi karena
kesulitan biaya hidup. Namun tidak mau memasang kontrasepsi, atau dapat juga
karena kontrasepsi yang gagal, atau ingin konsentrasi pada pekerjaan untuk
Faktor Maternal
1. Faktor janin
2. Paritas
3. Umur ibu
4. Jarak kehamilan
5. Aktivitas fisik Kejadian Abortus
6. Riwayat kesehatan ibu
Faktor Eksternal
7. Antenatal Care
8. Sosial Ekonomi
9. Penggunaan Kontrasepsi
Faktor Maternal
1. Umur
2. Jarak kehamilan
3. Paritas
4. Riwayat kesehatan ibu
Kejadian Abortus
Faktor Eksternal
5. Sosial Ekonomi
2.6 Hipotesis
Ada hubungan umur ibu, jarak kehamilan, paritas, riwayat penyakit ibu dan
sosial ekonomi dengan kejadian abortus di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
METODE PENELITIAN
cross sectional study, dimana pengumpulan data dilakukan satu kali pada variabel
independen dan satu kali pada variabel dependen secara bersamaan dan pada satu
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang berobat
3.3.2 Sampel
Sampel adalah ibu hamil dengan umur kehamilan 0 – 6 bulan yang masih
diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel data kategori satu
Keterangan :
α = Taraf kemaknaan 5%
Q0 = 1- 0,321 = 0,679
Maka,
n = 64,3 = 65 sampel
purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dan
telah sesuai dengan semua persyaratan sampel yang akan diperlukan. Artinya setiap
subjek yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan
pertimbangan tertentu.
Data primer meliputi data ibu hamil tentang umur, pendidikan, jarak
kehamilan, paritas, riwayat penyakit ibu, dan sosial ekonomi dengan kejadian abortus
menggunakan kuesioner.
Data sekunder adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dari catatan
Utara.
a. Collecting
Proses mengumpulkan subjek yang akan diteliti, dengan cara yang sistematis
b. Checking
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data
memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.
Pada langkah ini penulisan dilakukan dengan pemberian kode pada variabel-
variabel yang di teliti, misalnya nama responden di ubah menjadi nomor 1,2,3 dan
seterusnya.
d. Entering
dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program komputer.
e. Data processing
Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan di olah
dependen (kejadian abortus) dan variabel independen (umur, jarak kehamilan, paritas,
riwayat penyakit ibu dan sosial ekonomi), untuk mendapatkan gambaran distribusi
frekuensi atau besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang diteliti.
a. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen
Sedangkan analisis risiko dengan melihat nilai Ratio Prevalens (RP). Besar
a. Bila nilai RP <1 maka faktor risiko merupakan faktor protektif yang bersifat
b. Bila nial RP =1 maka faktor risiko tidak ada hubungannya terhadap kejadian
c. Bila nilai RP >1 maka faktor risiko benar-benar merupakan faktor risiko untuk
sama variabel independen dengan variabel dependen, dan variabel independen yang
paling besar hubungannya dengan variabel dependen dengan menggunakan uji regresi
bivariat. Bila p>0,25 kalau secara biologis dianggap penting, maka variabel tersebut
merupakan salah satu Puskesmas dengan kriteria rawat jalan. Kecamatan Simpang
Kecamatan Tanah Jambo Aye dan wilayah barat berbatasan dengan Lhoknibong
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga terdiri atas 12 desa diantaranya Cot
bada, Alue dua, Kampong blang, Bantayan, Paya Tukai, Krueng Lingka, Pante Gaki
Balee, Simpang Tiga, Matang Teungoh, Matang Keutapang, Matang Rubek dan
Leubok Manee. Adapun luas wilayah adalah 195,25 km² terdiri atas tanah pesawahan,
daratan, dan lahan pertanian lainnya, dengan jumlah penduduk 4.396 jiwa dengan
jumlah Kartu Keluarga (KK) sebanyak 1.086 KK. Etnis di wilayah kerja Puskesmas
Simpang Tiga adalah Aceh dan Jawa dan seluruh penduduk beragama Islam (100%).
Mata pencaharian di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga sebagian besar di bidang
SMA, dengan umur ibu rata-rata 20-45 tahun (Aceh Utara, 2016).
wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga dapat dilihat pada tabel berikut ini :
No Kategori Jumlah
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Simpang Tiga
1. Dokter Umum 1
2. Dokter Gigi 0
3. Bidan 29
4. Perawat 26
5. Perawat Gigi 0
6. Farmasi 1
7. Gizi 0
8. Kesehatan Lingkungan 0
9. Kesehatan Masyarakat 3
Unit Pelayanan Kesehatan
1. Puskesmas Pembantu (Pustu) 1
2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 13
3. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 1
4. Pondok Bersalin Desa (Polindes) 5
5. Pos Pelayanan Terpadu (Posbindu) 5
6. Poskestren 1
Sumber : Puskesmas Simpang Tiga, 2016
Puskesmas Simpang Tiga bekerja sama dengan RSUD yang ada di Kabupaten
Puskesmas Simpang Tiga diperlukan adanya persediaan alat kesehatan dan tenaga
yang bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing, persediaan alat dan tenaga
Bayi Balita
No Nama desa PUS WUS BUMIL Jiwa
0-11 Bln 1-5 Thn
1 Alue Dua 54 70 8 7 31 320
2 Bantayan 45 58 6 6 26 264
3 Cot Bada 40 51 6 5 23 235
4 Kp. Blang 42 54 6 5 24 247
5 Krueng Lingka 79 102 11 10 45 465
6 Leubok Mane 87 112 12 11 50 514
7 Mtg Keutapang 36 47 5 5 21 213
8 Matang Rubek 62 80 9 8 36 365
9 Mtg Teungoh 51 66 7 7 29 302
10 Paya Tukai 56 72 8 7 32 331
Pante Gaki
11 70 90 10 9 40 411
Bale
12 Simpang Tiga 124 160 18 16 71 729
Sumber : Puskesmas Simpang Tiga, 2016
Data karakteristik ibu di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga dapat dilihat
Kejadian Abortus n %
Kejadian Abortus
Abortus 23 35,4
Tidak abortus 42 64,6
Total 65 100,0
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 65 ibu hamil yang di teliti
Usia Kehamilan n %
6 Minggu 3 13,0
8 Minggu 5 21,7
10 Minggu 4 17,3
12 Minggu 3 13,0
14 Minggu 1 4,3
16 Minggu 2 8,6
18 Minggu 2 8,6
20 Minggu 2 8,6
22 Minggu 1 4,3
Total 23 100,0
kejadian abortus, usia kehamilan 8 minggu 5 ibu yang mengalami kejadian abortus,
pada usia kehamilan 10 minggu 4 ibu yang yang mengalami kejadian abortus, usia
14 minggu 1 ibu yang mengalami kejadian abortus, usia kehamilan 16 minggu 2 ibu
yang mengalami kejadian abortus, pada usia kehamilan 18 minggu 2 ibu yang
abortus dan pada usia kehamilan 22 minggu 1 ibu mengalami kejadian abortus.
Faktor Maternal n %
Umur Ibu (tahun)
<20 atau >35 38 58,5
20 - 35 27 41,5
Jarak Kehamilan (tahun)
<2 atau >5 35 53,8
2–5 30 46,2
Paritas
1 dan >3 kali 40 61,5
2 – 3 kali 25 38,5
Riwayat Penyakit Ibu
Ada 14 21,5
Tidak ada 51 78,5
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa umur ibu hamil lebih banyak pada umur
reproduksi sehat yaitu <20 atau >35 tahun sebanyak 38 orang (58,5%), jarak
kehamilan ibu mayoritas <2 atau > 5 tahun sebanyak 35 orang (53,8%), paritas lebih
banyak 1 dan >3 kali yaitu 40 orang (61,5%) sedangkan riwayat penyakit ibu
Faktor Eksternal n %
Sosial Ekonomi (Rp.)
<2.500.000 29 44,6
≥2.500.000 36 55,4
Total 65 100,0
4.3.1 Hubungan Faktor Maternal (umur ibu, jarak kehamilan, paritas, riwayat
penyakit ibu) dan faktor eksternal yaitu sosial ekonomi dengan kejadian
Abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
Analisis ini dikatakan bermakna bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna p < 0,05. Rekapitulasi hasil uji chi-square hubungan umur ibu, jarak
kehamilan, paritas, sosial ekonomi dan riwayat penyakit ibu dengan kejadian abortus
Tabel 4.6 Hubungan umur ibu, jarak kehamilan, paritas, sosial ekonomi dan
riwayat penyakit ibu dengan kejadian Abortus di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga
Variabel Independen Kejadian Abortus RP p-value
Abortus Tidak (95% IK)
Abortus
n % n %
Umur (tahun)
<20 atau >35 16 42,1 22 57,9 1,62 0,200
20-35 7 25,9 20 74,1 0,776-3,399
Jarak Kehamilan (tahun)
<2 atau >5
2-5 19 54,3 16 45,7 4,07 < 0,001
4 13,3 26 86,7 1,556-10.651
Paritas
1 atau >3 kali 22 55,0 18 45,0 13,75 < 0,001
2-3 kali 1 4,0 24 96,0 1,975-95,751
Sosial Ekonomi (Rp.)
<2.500.000 13 44,8 16 55,2 1,64 0,195
≥2.500.000 10 27,8 26 72,2 0,831-3,134
Riwayat Penyakit Ibu
Ada 6 42,9 8 57,1 1,28 0,540
Tidak ada 17 33,3 34 66,7 0,627-2,638
yang mengalami kejadian abortus sebanyak 16 orang (42,1%) yang tidak mengalami
abortus 7 orang (25,9%) dan 20 orang (74,1%) yang tidak mengalami kejadian
value > 0,200 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan
kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara
Tahun 2017.
Berdasarkan Tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa dari 35 orang ibu yang
jarak kehamilan <2 atau >5 tahun yang mengalami kejadian abortus sebanyak 19
orang ibu (54,3%) dan yang tidak mengalami abortus 16 orang ibu (45,7%). Dari 30
orang ibu dengan jarak kehamilan 2 -5 tahun yang mengalami kejadian abortus 4
orang ibu (13,3%) dan 26 orang ibu (86,7%) yang tidak mengalami kejadian abortus.
Hasil analisis bivariat menggunakan Chi-square menunjukkan bahwa nilai p-value <
0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian
abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun
2017.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 40 orang ibu yang paritas 1 atau >3
kali mengalami kejadian abortus sebanyak 22 orang (55,0%) dan yang tidak
mengalami kejadian abortus 18 orang (45,02%). Dari 25 orang ibu dengan paritas 2 -
3 kali yang mengalami kejadian abortus 1 orang (4,0%) dan 24 orang (96,0%) yang
antara paritas dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
penyakit yang mengalami kejadian abortus sebanyak 6 orang (42,9%) dan yang tidak
mengalami kejadian abortus 8 orang (57,1%). Dari 51 orang yang tidak ada riwayat
penyakit yang mengalami kejadian abortus 17 orang (33,3%) dan 34 orang (66,7%)
yang tidak mengalami kejadian abortus. Hasil analisis bivariat menggunakan Chi-
square menunjukkan bahwa nilai p-value > 0,540 artinya tidak ada ada hubungan
yang signifikan antara riwayat penyakit ibu dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja
mendapatkan nilai p<0,25 adalah jarak kehamilan dan paritas. Tahap selanjutnya
variabel jarak kehamilan dan paritas dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan
analisis multivariat. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :
RP Sig.
Parameter
B (95% IK)
Berdasarkan hasil uji regresi Poisson pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa
paritas mempunyai hubungan yang paling dominan dengan kejadian abortus pada
ibu hamil dengan nilai RP = 10,751; 95% IK = 2,221-193,511 dan nilai p-value
0, 021. Yang berarti bahwa ibu hamil dengan paritas 1 atau > 3 akan meningkatkan
PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa umur
20-35 tahun yang mengalami abortus sebanyak 7 orang (25,9%), sedangkan umur
<20 atau >35 tahun yang mengalami abortus sebanyak 16 orang (42,1%).
Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p > 0,200, berarti tidak ada
Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Rochmawati
(2013) bahwa umur memengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20
tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan
keguguran dapat terjadi pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat
reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil. Kehamilan maternal pada
wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih
tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian
pada wanita diatas 40 tahun. Penyebab keguguran yang lain adalah kelainan
oleh kejadian sporadic misalnya nondijunction meiosis atau poliploidi dari fertilisasi
54 orang umur >35 tahun yang mengalami abortus 53 orang (98,0%) dan 49 orang
umur 20 – 35 tahun yang mengalami abortus 42 orang (86,0%), hasil analisis uji chi-
square didapatkan p-value 0,032 artinya ada hubungan umur dengan kejadian
abortus.
Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang menyatakan bahwa usia memiliki
hubungan positif pada sikap terhadap aborsi. Penduduk yang berada pada kelompok
usia 30-49 tahun cenderung lebih permisif terhadap aborsi daripada penduduk yang
Wanita hamil pada umur muda (<20 tahun) dari segi biologis perkembangan
alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi psikis belum matang
dalam menghadapi tuntutan beban moril dan emosional dan dari segi medis sering
mendapat gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-
otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami
kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi
Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa jarak
kehamilan 2-5 tahun yang mengalami abortus sebanyak 4 orang (13,3%), sedangkan
jarak kehamilan <2 atau >5 tahun yang mengalami abortus sebanyak 19 orang
tahun. Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p < 0,001 berarti ada
Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jarak yang baik antara
kehamilan yang lalu dengan kehamilan berikutnya adalah antara 2-5 tahun. Jarak
kehamilan yang terlalu lama akan meningkatkan terjadinya abortus dan sebaliknya
jarak yang terlalu dekat akan meningkatkan juga kejadian abortus (Fajria, 2012).
Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu
masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang
tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi bagi ibu antara lain : pendarahan setelah bayi
lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur/lahir belum cukup bulan
sebelum 37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah <2500 gram (Rochmawati,2013).
Jarak kehamilan yang baik adalah jarak persalinan terakhir dengan awal
kehamilan sekarang lebih dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan
kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai
(Sarminah, 2012).
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun keadaan
rahim dan kondisi ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan tersebut
Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa
paritas 2-3 kali yang mengalami abortus sebanyak 1 orang (4,0%), sedangkan paritas
1 atau >3 kali yang mengalami abortus sebanyak 22 orang (55,0%) mayoritas pada
paritas >4 kali. Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p < 0,001
berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian abortus.
Hasil uji regresi Poisson variabel paritas diperoleh p 0,021, berarti ada
hubungan paritas dengan kejadian abortus. Dilihat dari RP = 10,751 paritas bertanda
positif yang berarti, setiap 1 atau 3 kali paritas akan meningkatkan risiko kejadian
Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi
rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan
pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin
pendarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3
biasanya paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1
dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.
Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi
Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa sosial
sedangkan sosial ekonomi < Rp. 2.500.000 yang mengalami abortus sebanyak 13
orang (44,8%). Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p < 0,195
berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dengan kejadian
abortus.
tingkat sosial ekonomi, yaitu daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan
keluarga, harga bahan makanan dan tingkat pengelolaan sumber lahan dan
(Pariani, 2012).
Dua puluh tujuh persen kejadian abortus terjadi pada pasien dibawah garis
abortus kriminalis atau legal abortion. Hal ini juga dikaitkan dengan terjadinya
kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada terjadinya perceraian (Sugiharti,
2011).
lebih mudah mendapatkan informasi pelayanan abortus dari petugas yang terlatih
(Sugiharti, 2011).
Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa yang
tidak ada riwayat penyakit yang mengalami abortus sebanyak 17 orang (33,3,0%),
sedangkan yang ada riwayat penyakit mengalami abortus sebanyak 6 orang (42,9%)
kejadian abortus lebih banyak pada ibu yang mengalami anemia. Berdasarkan
analisis menggunakan uji Chi-square nilai p >0,540 berarti tidak ada hubungan yang
ketidaksamaan immunologik kedua orang tua dan trauma emosional maupun fisik
pielonefritis influenza, dan asma tidak diketahui apakah kematian janin disebabkan
terjadinya abortus spontan. Akan tetapi bukti yang kuat untuk mendukung pendapat
Wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga terutama ibu-ibu hamil, Dinas Kesehatan
infeksi dan eklamsia. Namun sebenarnya abortus juga merupakan salah satu
diantaranya umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan, status gizi, penyakit ibu dan
infeksi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dan paritas
dengan kejadian abortus, dan paritas merupakan faktor yang paling dominan
dapat melakukan Asuhan Obstetri yang adekuat, agar kehamilannya dapat terjaga
untuk menghindari komplikasi selama masa kehamilan dan mengikuti program KB.
berisiko yang tinggi dibanding dengan puskesmas lainnya yang ada di Kabupaten
Aceh Utara maka penelitian ini memberikan implikasi kepada masyarakat terutama
ibu-ibu hami di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga, agar dapat memberikan
edukasi yang cukup terhadap semua ibu hamil tentang hal-hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi risiko terjadinya abortus, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara
dan pihak terkait lainnya harus memberikan perhatian bagi ibu-ibu hamil dalam
1. Sampel yang digunakan dalam penelitian masih tergolong sedikit yang hanya
berjumlah 65 orang ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
besar atau banyak, dengan asumsi variabel bebas yang berpengaruh cukup
tepat. Faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan
diteliti.
4. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
luas dalam budaya, tradisi, geografi dan kualitas sumber daya tenaga
kesehatannya. Penelitian ini juga tidak dapat mewakili kejadian abortus pada
budaya dan letak geografis yang hampir sama, di samping itu hasil penelitian ini
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan ibu dengan kejadian
abortus. Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian abortus.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dengan kejadian
abortus. Tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit ibu
6.1.2 Berdasarkan hasil analisis regresi Poisson variabel paritas dengan nilai RP =
6.2 Saran
1. Mengatur jarak kehamilan yang aman yaitu lebih dari 2 tahun dari kehamilan
asuhan obstetri yang adekuat, wajib mengikuti kelas ibu hamil selama proses
4. Perlu dilakukan konseling kepada ibu hamil, mengenai paritas, jarak kehamilan
Andriza, 2013. Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiyah. Palembang. Jurnal Harapan
Bangsa 1(1) : 81-84
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Aceh
Utara 2016. Lhokseumawe.
Fajria, L. 2012. Analisis Faktor resiko kejadian abortus di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Skripsi. Program Sarjana Keperawatan Universitas Andalas. Padang
Handayani, P., Fitria P, A, dan Cahyaningrum. 2014. Hubungan umur ibu hamil
dengan kejadian abortus di RSUD Ambarawa. Jurnal Keperawatan Soedirman
1 (10) : 1
Junita, E dan Asmah. 2013. Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus di
RSUD Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal 1 (2) : 67-72.
Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi.2013. Situasi dan Analisis Gizi. Diakses
tanggal 03 Februari
2017http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/
infodatin/infodatingizipdf
Lemeshow, S., Hosmer., D.W., Klar, J dan Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan. Ahli bahasa Dibyo Pramono, SU, MDSc. Yogyakarta :
UGM
Marge, K., Judith, T dan Jill, G. 2005 Kesehatan Wanita : Sebuah Perspektif Global.
Penerjemah Utarini, A. dan Anwar, M.
Rade, J, N. 2009. Hubungan antara kejadian abortus dengan usia ibu hamil di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Program Sarjana Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Surakarta
Rahmawati, N. 2009. Aktivitas fisik, konsumsi makanan cepat saji (fustfood) dan
keterpaparan media serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kejadian obesitas pada siswa SD Islam Al-Azhar Jakarta Selatan. Skripsi :
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UI. Depok.
N Parita Abortu
o Umur Jarak Kehamilan s Sosial Ekonomi Riwayat Peny.Ibu s
1 0 1 0 0 0 1
2 1 1 1 0 1 1
3 0 0 0 0 0 0
4 1 0 1 0 1 1
5 0 0 0 1 0 0
6 0 1 1 1 1 1
7 1 0 0 1 1 0
8 0 1 1 1 1 1
9 1 0 0 1 1 0
10 0 1 1 1 1 1
11 1 0 0 1 0 1
12 0 0 0 0 1 0
13 1 0 0 0 1 1
14 0 1 0 0 1 0
15 1 1 1 0 1 1
16 0 1 1 1 1 1
17 1 0 0 0 1 1
18 1 0 0 1 1 0
19 0 0 0 0 1 0
20 1 1 0 1 1 1
21 0 0 0 0 1 0
22 0 0 0 1 1 1
23 0 0 0 1 1 1
24 0 1 0 1 0 1
25 0 1 1 1 1 1
26 1 0 0 1 1 0
27 0 1 0 1 1 1
28 1 0 0 0 1 1
29 0 0 0 1 0 0
30 0 1 0 0 1 1
31 1 0 1 1 1 1
32 1 0 0 0 1 0
keteranga
n:
Umur : Jarak Kehamilan : Paritas :
ANALISIS UNIVARIAT
Frequencies
Statistics
riwayat_peny_
umur jarak_kehamilan paritas sosial_ekonomi ibu abortus
N Valid 65 65 65 65 65 65
Missing 0 0 0 0 0 0
Frequency Table
abortus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
sosial_ekonomi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
riwayat_peny_ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
jarak_kehamilan * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
paritas * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
sosial_ekonomi * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
riwayat_peny_ibu * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
umur * abortus
Crosstab
abortus Total
abortus tidak abortus
Count 16 22 38
<20 thn atau >35 thn
% within umur 42,1% 57,9% 100,0%
umur
Count 7 20 27
20-35 thn
% within umur 25,9% 74,1% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within umur 35,4% 64,6% 100,0%
N of Valid Cases 65
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,55.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for umur (<20 thn atau >35 thn /
2,078 ,709 6,088
20-35 thn)
For cohort abortus = abortus 1,624 ,776 3,399
For cohort abortus = tidak abortus ,782 ,550 1,110
N of Valid Cases 65
Crosstab
abortus Total
abortus tidak
abortus
Count 19 16 35
<2 thn atau > 5 thn
% within jarak_kehamilan 54,3% 45,7% 100,0%
jarak_kehamilan
Count 4 26 30
2-5 thn
% within jarak_kehamilan 13,3% 86,7% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within jarak_kehamilan 35,4% 64,6% 100,0%
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,62.
b. Computed only for a 2x2 table
Lower Upper
paritas * abortus
Crosstab
abortus Total
Count 22 18 40
1 dan >3 kali
% within paritas 55,0% 45,0% 100,0%
paritas
Count 1 24 25
2-3 kali
% within paritas 4,0% 96,0% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within paritas 35,4% 64,6% 100,0%
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 17,502 1 ,000
b
Continuity Correction 15,342 1 ,000
Likelihood Ratio 21,025 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 17,232 1 ,000
N of Valid Cases 65
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
sosial_ekonomi * abortus
Crosstab
abortus Total
Count 10 26 36
<2500000
% within sosial_ekonomi 27,8% 72,2% 100,0%
sosial_ekonomi
Count 13 16 29
>2500000
% within sosial_ekonomi 44,8% 55,2% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within sosial_ekonomi 35,4% 64,6% 100,0%
Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2,042 1 ,153
b
Continuity Correction 1,364 1 ,243
Likelihood Ratio 2,041 1 ,153
Fisher's Exact Test ,195 ,121
Linear-by-Linear Association 2,011 1 ,156
N of Valid Cases 65
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,26.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
riwayat_peny_ibu * abortus
Crosstab
abortus Total
Count 6 8 14
ada
% within riwayat_peny_ibu 42,9% 57,1% 100,0%
riwayat_peny_ibu
Count 17 34 51
tidak ada
% within riwayat_peny_ibu 33,3% 66,7% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within riwayat_peny_ibu 35,4% 64,6% 100,0%
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,95.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Lower Upper
Notes
Model Information
N Percent
Included 65 100,0%
Excluded 0 0,0%
Total 65 100,0%
Dependent
abortus 65 0 1 ,65 ,482
Variable
umur 65 0 1 ,42 ,497
Iteration History
Parameter
The last evaluation of the gradient vector and Hessian matrix are displayed.
Redundant parameters are not displayed.
0 -65,000 0 0 0 0 0 1
Redundant parameters are not displayed. Their values are always zero in all iterations.
Dependent Variable: abortus
Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi
a. The full log likelihood function is displayed.
Goodness of Fita
Value df Value/df
Omnibus Testa
8,692 4 ,069
Paramete B Std. Error 95% Wald Hypothesis Test Exp(B) 95% Wald
r Confidence Interval Confidence Interval
for Exp(B)
Parameter Contrast
L1 L2 L3 L4 L5
(Intercept) 1 0 0 0 0
umur 0 1 0 0 0
jarak_kehamilan 0 0 1 0 0
paritas 0 0 0 1 0
sosial_ekonomi 0 0 0 0 1
Parameter Contrast
L1
(Intercept) 1
umur 0
jarak_kehamilan 0
paritas 0
sosial_ekonomi 0
L2
(Intercept) 0
umur 1
jarak_kehamilan 0
paritas 0
sosial_ekonomi 0
jarak_kehamilan
Parameter Contrast
L3
(Intercept) 0
umur 0
jarak_kehamilan 1
paritas 0
sosial_ekonomi 0
paritas
Parameter Contrast
L4
(Intercept) 0
umur 0
jarak_kehamilan 0
paritas 1
sosial_ekonomi 0
Parameter Contrast
L5
(Intercept) 0
umur 0
jarak_kehamilan 0
paritas 0
sosial_ekonomi 1