Anda di halaman 1dari 95

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

ABORTUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA


KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2017

TESIS

Oleh

AGUSTINA
157032047

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ABORTUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA
KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2017

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.K.M)
dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan Reproduksi
pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

Agustina
157032047/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Judul Tesis : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Abortus Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga
Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017
Nama Mahasiswa : Agustina
Nomor Induk Mahasiswa : 157032047
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui
Komisi Pembimbing :

(Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes) (dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D )
Ketua Anggota

Ketua Program Studi S2 Dekan

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si)

Tanggal Lulus : 05 Februari 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Telah diuji
Pada Tanggal : 05 Februari 2018

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes


Anggota : 1. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D
2. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K)
3. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


PERNYATAAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
ABORTUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA
KABUPATEN ACEH UTARA
TAHUN 2017

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Februari 2018

Agustina
157032047/IKM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup di


luar kandungan dengan batasan kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin
kurang dari 500 gram. Sebesar 20% dari komplikasi kehamilan, 4,7% disebabkan
oleh abortus. Komplikasi abortus berupa perdarahan atau infeksi, dapat menyebabkan
kematian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian abortus di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga
Kabupaten Aceh Utara.
Jenis penelitian ini bersifat survei analitik dengan desain cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang berobat ataupun
memeriksakan kehamilannya di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga dari
Januari – September 2017 sebanyak 106 orang. Sampel adalah ibu hamil dengan
umur kehamilan 0 – 6 bulan yang masih berisiko terhadap abortus yang datang
berobat ataupun memeriksakan kehamilannya pada Januari – September 2017 ke
puskesmas Simpang Tiga sebanyak 65 orang. Data diperoleh dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Tahapan analisis meliputi univariat, bivariat dengan Chi
Square dan pada multivariat menggunakan Regresi Poisson.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama terdapat hubungan
antara jarak kehamilan dan paritas dengan kejadian abortus. Hasil analisis regresi
Poisson menunjukkan faktor yang memiliki hubungan paling dominan dengan
kejadian abortus yaitu paritas (RP = 10,751; 95% IK 2,221-193,511; p = 0,021) yang
berarti bahwa ibu hamil dengan paritas 1 atau > 3 akan meningkatkan risiko kejadian
abortus 10,751 kali dibandingkan dengan paritas 2 – 3 kali.
Untuk mencegah terjadinya abortus disarankan agar ibu dengan paritas 1 atau
> 3 kali melakukan asuhan obstetri yang adekuat, wajib mengikuti kelas ibu hamil
selama proses kehamilannya untuk mencegah terjadinya komplikasi kehamilan
khususnya abortus.

Kata kunci : Abortus, Ibu Hamil, Paritas, Jarak Kehamilan, KB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT

Abortion is the end of a pregnancy before the fetus can live outside the
womb, with pregnancy limitation of less than 20 weeks and fetal weight of less than
500 grams. About 20% of pregnancy complications, 4.7% were caused by abortion.
Complications of abortion which is bleeding or infection, can cause death.The
purpose of this research is to understand the factors associated with abortion in the
working area of Simpang Tiga health center, North Aceh District.
This type of research was analytic survey with cross sectional design. The
population in this study is all pregnant women who came for medication or checking
their pregnancy in the working area of Simpang Tiga Public Health Center from
January - September 2017 as many 106 women.Thesamples were pregnant women
with gestational age 0 – 6 months which still risk against abortion who came for the
medication or checking their pregnancy in January – September 2017 to working
area Simpang Tiga as many as 65 women. The data were obtained by interviewing
using a questionnaire. Stages of analysis included univariate, bivariate with Chi
Square and multivariate using Poisson regression.
The results showed simultaneously that was a relationship between
pregnancy interval and parity with abortion. Poisson regression analysis results
indicated factors that have the most dominant relationship with abortion was parity
(PR = 10.751; 95% CI 2,221-193,511; p = 0,021) which meant that pregnant women
with parity 1 or > 3 times would increase the risk of abortion 10.751 times compared
to parity 2 – 3 times.
To prevent the occurrence of abortion it is recommended that mothers with
parity 1 or > 3 times do adequate obstetric care, must follow the class of pregnant
women during the process pregnancy to prevent complications of pregnancy
especially abortion.

Keywords: abortion, pregnant women, parity, pregnancy interval, family planning

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan

Karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Faktor-

faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Abortus di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat

Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini penulis mendapat bantuan, dukungan dan bimbingan

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku pejabat Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M, Ph.D selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M, MBA, MEc, PhD. selaku sekretaris Program Studi S2

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dengan

penuh perhatian, kesabaran, dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan

dan petunjuk hingga selesainya tesis ini.

6. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D, selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dan perhatian serta dorongan moril dalam membimbing

penulis menyelesaikan tesis ini.

7. Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc, Sp.OG(K), selaku selaku tim pembanding yang

telah bersedia menguji menjadikan tesis ini menjadi lebih baik lagi.

8. Prof. Drs. Heru Santosa, M.S,Ph.D, selaku tim pembanding yang telah bersedia

menguji dan memberikan masukan guna penyempurnaan tesis ini.

9. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu

pengetahuan yang sangat bermanfaat selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Munarianto, S.K.M., selaku Kepala Kepala Puskesmas Simpang Tiga Aceh Utara

dan jajaran yang telah membantu memberi izin penelitian.

11. Suami ku tercinta Fitriadi dan anak-anakku tercinta M. Ardani Fitra dan Azzarra

terima kasih atas waktu, kesempatan, dukungan dan semangatnya sehingga

mama dapat menyelesaikan pendidikan ini.

12. Orang Tua Tersayang M. Yusuf dan Ibunda Syamsiah, dan adikku yang telah

memberikan doa dan dukungan moril selama menjalani pendidikan ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13. Kepada sahabat-sahabat seperjuangan di S2 FKM Seluruh teman-teman satu

angkatan 2015, Khususnya Kespro-A yang telah menyumbangkan masukan,

saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis juga menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan untuk itu

kritik dan saran yang mendukung sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis

menyerahkan semua kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya semoga tesis

penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Februari 2018


Penulis

Agustina
157032047/IKM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP

Agustina, lahir di Kandang pada tanggal 10 Agustus 1979, anak pertama dari

4 bersaudara dari pasangan bapak M. Yusuf Usman dan ibu Syamsiah, yang saat ini

bertempat tinggal di Dusun Ujung Kulam, Putoh-Sa Kecamatan Pante Bidari

Kabupaten Aceh Timur.

Pendidikan formal peneliti, dimulai dari pendidikan Sekolah Dasar Negeri 02

Kandang ditamatkan tahun 1991, pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Cunda ditamatkan tahun 1994, sekolah SPK Pemda Lhokseumawe ditamatkan tahun

1997, PPB-A Pemda Lhokseumawe ditamatkan tahun 1998, Program D-III

Kebidanan AKKES Pemda Lhokseumawe ditamatkan tahun 2011, Diploma D- IV di

STIKes Darussalam Lhokseumawe ditamatkan tahun 2014.

Tahun 1998 – 2010 bekerja di Puskesmas Buket Hagu, pada tahun 2010

sampai sekarang bekerja di Puskesmas Simpang Tiga. Peneliti mengikuti pendidikan

lanjutan di program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakaat minat studi kesehatan

reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara tahun 2015

hingga saat ini.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ......................................................................................................... i
ABTRACT .......................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1


1.2 Permasalahan ............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6

2.1 Definisi Abortus .......................................................................... 6


2.1.1 Patofisiologi........................................................................ 7
2.1.2 Anatomi Uterus .................................................................. 9
2.2 Klasifikasi Abortus ....................................................................... 11
2.3 Etiologi ......................................................................................... 14
2.3.1 Faktor Janin .......................................................................... 14
2.3.2 Paritas ................................................................................... 15
2.3.3 Umur Ibu............................................................................... 16
2.3.4 Jarak Kehamilan ................................................................... 17
2.3.5 Aktivitas Fisik....................................................................... 18
2.3.6 Riwayat Penyakit Ibu............................................................ 20
2.3.7 Antenatal Care...................................................................... 21
2.3.8 Penggunaan Kontrasepsi....................................................... 22
2.3.9 Sosial Ekonomi ..................................................................... 24
2.4 Landasan Teori ............................................................................ 25
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................ 25
2.6 Hipotesis ...................................................................................... 26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3. METODE PENELITIAN .............................................................. 27

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 27


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 27
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 27
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................ 27
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................... 27
3.3.1 Populasi .............................................................................. 27
3.3.2 Sampel ................................................................................ 27
3.3.3 Cara Pengambilan Sampel .................................................. 28
3.4 Definisi Operasional .................................................................... 29
3.5 Metode Pengumpulan Data ........................................................ 30
3.5.1 Data Primer ........................................................................ 30
3.5.2 Data Sekunder .................................................................... 30
3.6 Pengolahan Data ......................................................................... 30
3.7 Analisis Data .............................................................................. 32
3.7.1 Analisis Univariat ............................................................... 31
3.7.2 Analisis Bivariat ................................................................. 31
3.7.3 Analisis Multivariat ............................................................ 32

BAB 4 HASIL PENELITIAN ................................................................... 34

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................... 34


4.2 Analisis Univariat....................................................................... 36
4.2.1 Karakteristik Ibu .............................................................. 37
4.3 Analisis Bivariat ....................................................................... 39
4.3.1 Hubungan Umur Ibu, Jarak Kehamilan, Paritas, Sosial
Ekonomi dan Riwayat Penyakit Ibu dengan Kejadian
Abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga .... 39
4.4 Analisis Multivariat .................................................................... 41

BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................. 43

5.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Abortus .............................. 43


5.2 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Abortus ............ 44
5.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus ............................ 46
5.4 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Abortus .............. 47
5.5 Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Kejadian Abortus..... 48
5.6 Implikasi Penelitian ................................................................... 49
5.7 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 52

6.1 Kesimpulan ............................................................................... 52


6.2 Saran ........................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 54

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR TABEL

No Judul Halaman
2.1 Kategori Aktivitas Fisik Berdasarkan Jenis Kegiatan ............................... 20

2.2 Rangkaian Penilaian Klinik dan Penanganan Kehamilan ......................... 23

3.1 Definisi Operasional .................................................................................. 29

4.1 Tenaga Kesehatan dan Unit Pelayanan Kesehatan di Puskesmas


Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara ....................................................... 35

4.2 Jumlah PUS, WUS, Bumil, Bayi, Balita, KK dan Jumlah Penduduk
Tahun 2016 di Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara ............ 36

4.3 Distribusi Kejadian Abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang


Tiga ............................................................................................................ 37

4.3.1 Distribusi Usia Kehamilan Abortus di Wilayah Kerja Puskesmas


Simpang Tiga ............................................................................................. 37

4.4 Distribusi Faktor Maternal di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang


Tiga ............................................................................................................ 38

4.5 Distribusi Faktor Eksternal di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang


Tiga ............................................................................................................ 38

4.6 Hubungan Umur Ibu, Jarak Kehamilan, Paritas, Sosial Ekonomi dan
Riwayat Penyakit Ibu dengan Kejadian Abortus di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga ........................................................................ 39

4.7 Hasil Uji Regresi Poisson Untuk Identifikasi Variabel yang Masuk
Dalam Model ............................................................................................. 42

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1 Kerangka Teori ........................................................................................... 25

2.2 Kerangka Konsep ........................................................................................ 25

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Penjelasan Penelitian.................................................................................... 56

2 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden (Informed Consent) ................. 57

3 Kuesioner Penelitian .................................................................................... 58

4 Surat permohonan Izin Survei Penelitian .................................................... 60

5 Surat Balasan Izin Survei Penelitian di Puskesmas Simpang Tiga

Kecamatan Langkahan Kabupaten Aceh Utara ........................................... 61

6 Surat Permohonan Izin Penelitian di Puskesmas Simpang Tiga

Kecamatan Langkahan Kabupaten Aceh Utara ........................................... 62

7 Surat Balasan Izin Penelitian di Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan

Langkahan Kabupaten Aceh Utara .............................................................. 63

8 SK Pembimbing ........................................................................................... 64

9 Master Tabel ................................................................................................ 65

10 Analisis Univariat ........................................................................................ 67

11 Analisis Bivariat........................................................................................... 69

12 Analisis Multivariat...................................................................................... 76

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISTILAH

AKI : Angka Kematian Ibu

ANC : Ante Natal Care

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

HDK : Hipertensi Dalam Kehamilan

KEK : Kurang Energi Kronik

KEP : Kurang Energi Protein

USG : Ultra Sono Grafi

WHO : World Health Organization

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan sistem

pelayanan kesehatan suatu Negara. Angka Kematian Ibu (AKI) adalah indikator di

bidang kesehatan obstetrik. Sekitar 800 wanita meninggal setiap harinya dengan

penyebab yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Hampir seluruh kematian

maternal terjadi di negara berkembang dengan tingkat mortalitas yang lebih tinggi di

area pendesaan dan komunitas miskin dan berpendidikan rendah (WHO, 2012).

Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah berakhirnya

suatu kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan dengan batasan

kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram. Janin

mungkin hidup di luar kandungan kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau

umur kehamilan ≥ 28 minggu. Ada juga yang mengambil sebagai batas berat anak

yang lebih dari 500 gram (Rochmawati, 2013).

World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216 kematian

ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi dan persalinan tahun 2015.

Jumlah total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia.

MMR di negara berkembang mencapai 239/100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih

tinggi dibandingkan negara maju. Negara berkembang menyumbang sekitar 90% atau

302.000 dari seluruh total kematian ibu yang diperkirakan terjadi pada tahun 2015.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Kejadian abortus tertinggi terjadi di Greenland tahun 2016 sebanyak 63% per 1.000

kehamilan, di Rusia 40% per 1.000 kehamilan dan di Kuba 40% per 1.000 kehamilan

yang disebabkan dengan berbagai alasan. Kejadian abortus di dunia terjadi kurang

lebih 20 juta kasus tahun.

Penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah pendarahan,

infeksi dan eklamsia. Namun sebenarnya abortus juga merupakan salah satu

penyebab kematian ibu. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya abortus

diantaranya umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan, status gizi, penyakit ibu dan

infeksi (Kurniasih dan Modjo, 2013).

Umur memengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20 tahun

dan diatas 35 tahun. Kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran

dapat terjadi pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat reproduksi belum

matang dan belum siap untuk hamil, kehamilan menjadi sangat berisiko tinggi pada

wanita yang mempunyai paritas ≥4 kali (Rochmawati, 2013).

Selain itu mengetahui riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu penting

untuk mengetahui risiko–risiko kehamilan sekarang dan yang akan datang. Bila ibu

melahirkan 4 anak atau lebih maka perlu diwaspadai adanya gangguan diantaranya

terjadi abortus (Kurniasih dan Modjo, 2013).

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah

tingkat sosial ekonomi adalah daya beli keluarga atau besar kecilnya pendapatan

keluarga, sehingga dengan kekurangan tersebut dapat menimbulkan berbagai macam

masalah kesehatan pada ibu hamil khususnya antara lain bebagai penyakit infeksi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyakit kronis, kekurangan nutrisi (KEK dan KEP) dapat menyebabkan abortus.

Untuk mengetahui besar kecilnya pendapatan keluarga, dilihat berdasarkan UMR

Aceh Tahun 2017 yang telah ditentukan (Kurniasih dan Modjo, 2013).

Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2015) penyebab kematian ibu terbesar

yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet.

Sebesar 20% dari komplikasi kehamilan 4,7% disebabkan oleh abortus. Sementara

itu, laporan 2013 dari Australian Corsortium For In Country Indonesian Studies

menunjukkan bahwa hasil penelitian di 10 kota besar (Jakarta, Surabaya, Bandung,

Medan, Semarang, Makassar, Palembang, Pekan baru, Malang dan Yogyakarta) dan 6

Provinsi di Indonesia (Papua Barat 6,9%, Kalimantan 6,3%, Sulawesi Selatan 6,1%,

Banten 5,7%, Maluku 5,6% dan NAD 4,6%) (Pranata dan Sadewo, 2012).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh Utara pada tahun 2014, angka

kematian Ibu melahirkan di Aceh Utara berada di posisi tertinggi se-Aceh, akan

tetapi, angka itu turun pada tahun 2015 hanya berjumlah 11 kasus, dan meningkat

kembali pada tahun 2016 berjumlah 22 orang. Umumnya prevalensi abortus sekitar

12% dari semua tanda klinis kehamilan yang dikendali, tapi secara empiris estimasi

dan prevalensi masih bervariasi dari yang terendah 2-3% sampai yang tertinggi

sebesar 30%. Target proporsi kejadian abortus pada ibu hamil yaitu 15% (Dinkes

Aceh Utara, 2016).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Aceh Utara pada tahun 2016, Puskesmas

Simpang Tiga merupakan puskesmas dengan jumlah kejadian abortus terbanyak pada

usia reproduksi sehat dibandingkan dengan Puskesmas lain. Berdasarkan survei awal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada Desember tahun 2016 yang dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Simpang

Tiga didapatkan jumlah ibu hamil sebanyak 106 orang, yang mengalami abortus

sebanyak 32,1% (34 orang) dan yang tidak abortus sebanyak 67,9% (72 orang). Pada

usia reproduksi sehat (20–35 tahun) 20,5% (7 orang), pada usia <20 tahun dan >35

tahun 11,7% (4 orang), ibu hamil yang mengalami abortus dengan jumlah paritas dua

atau tiga kali14,7% (5 orang), ibu hamil yang mengalami abortus dengan jumlah

paritas 1 dan >3 kali 11,7% (4 orang), ibu hamil yang mengalami abortus dengan

jarak kehamilan sebelumnya >2 tahun 17,6% (6 orang), ibu hamil yang mengalami

abortus dengan jarak kehamilan sebelumnya <2 tahun 11,7% (4 orang) dan 11,7% (4

orang) ibu hamil yang abortus lainnya karena penyakit ibu. Namun kenyataannya

yang banyak kejadian abortus adalah pada usia yang aman untuk hamil dan

melahirkan, yaitu usia 20-35 tahun.

Survei awal menggambarkan tingginya kasus abortus di wilayah kerja

Puskesmas Simpang Tiga. Sehingga penelitian ini mencoba untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan kejadian Abortus di wilayah kerja Puskesmas

Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang bahwa banyak faktor (umur ibu, jarak

kehamilan, paritas, sosial ekonomi dan riwayat penyakit ibu) yang dapat

menyebabkan kejadian abortus. Yang menjadi permasalahan adalah faktor-faktor apa

saja yang berhubungan dengan kejadian Abortus di wilayah kerja Puskesmas

Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan (umur ibu, jarak

kehamilan, paritas, sosial ekonomi, dan riwayat penyakit ibu) dengan kejadian

abortus di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun

2017.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan masukan pada puskesmas diharapkan dapat dijadikan tambahan

wacana serta menjadi salah satu acuan dalam membuat perencanaan upaya

meningkatkan kesehatan ibu dalam penanganan abortus.

2. Dapat memberikan manfaat untuk memperkaya keilmuan dalam bidang

kesehatan reproduksi dan pengembangan pengetahuan tentang faktor ibu yang

memengaruhi kejadian abortus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus

Abortus adalah terhentinya kehamilan sebelum minggu ke 20 (dihitung dari

hari pertama menstruasi terakhir). Definisi lain menyebutkan abortus adalah

pengeluaran hasil konsepsi dengan berat < 500 gram (Nugroho, 2012).

Abortus adalah terhentinya proses kehamilan yang sedang berlangsung sebelum

mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500 gram. Abortus juga

merupakan berakhirnya suatu kehamilan sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau

kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandung (Rochmawati, 2013).

Sedangkan menurut Sujiyatini dkk (2009) bahwa aborsi (bahasa latin : abortus)

adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum

mencapai 20/22/28 minggu (berbeda tiap literatur) dan beratnya kurang dari 500 gr.

Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus

buatan dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas

sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan

disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan

karena indikasi medik disebut abortus terapeutik.

Abortus atau keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat

bertahan hidup, yaitu sebelum kehamilan berusia 22 minggu atau berat janin belum

mencapai 500 gram. Abortus biasanya ditandai dengan terjadinya pendarahan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


wanita yang sedang hamil, dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui

bahwa abortus dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yang pertama adalah abortus karena

kegagalan perkembangan janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong

kehamilan yang kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian

janin, dimana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung

atau pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan (Rukiyah dkk, 2013).

2.1.1 Patofisiologi

Abortus biasanya disertai dengan perdarahan di dalam desidua basalis dan

perubahan nekrotik di dalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat

pendarahan. Ovum yang terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin menjadi

benda asing di dalam uterus sehingga merangsang kontraksi uterus dan

mengakibatkan pengeluaran janin (Sujiyatini dkk, 2009).

Perubahan patologi dimulai dari pendarahan pada desidua basalis yang

menyebabkan nekrosis dari jaringan di sekitarnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh

janin akan terlepas dari dinding rahim. Keadaan ini merupakan benda asing bagi

rahim sehingga merangsang kontraksi rahim untuk terjadi ekspulsi. Bila ketuban

pecah terlihat janin maserasi bercampur air ketuban. Sering kali fetus tak tampak dan

ini disebut “blighted ovum” (Rade, 2009).

Sedangkan menurut Rukiyah dkk (2013) bahwa pada awal abortus terjadi

pendarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang menyebabkan hasil

konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


uterus berkonsentrasi untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada

kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta

mendalam sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan

8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak

dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak pendarahan daripada plasenta.

Pendarahan tidak banyak jika plasenta dan lengkap. Peristiwa ini menyerupai

persalinan dalam bentuk miniatur.

Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada

kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk

yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin lahir-mati atau dilahirkan hidup.

Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, Maka ia dapat

diliputi oleh lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini

menjadi molakarnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisanya terjadi

organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola

tuberose, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma

antara amnion dan khorion (Rahmani, 2014).

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses

modifikasi janin mengering dan arena cairan amion menjadi kurang oleh sebab

diserap. Janin menjadi agak gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut

janin menjadi tipis seperti kertas pigmen perkamen. Kemungkinan lain pada janin

mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak

menjadi lembek, perut membesar karena cairan dan seluruh janin berwarna kemerah-

merahan (Rukiyah dkk, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.1.2 Anatomi Uterus

Uterus adalah organ yang terdiri atas suatu badan (korpus) yang terletak di atas

penyempitan rongga uterus (orifisium internum uteri), dan suatu struktur silindris di

bawah yaitu serviks, yang terletak di bawah orifisium internumuteri. Uterus adalah

organ yang memiliki otot yang kuat dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 4 cm dan

ketebalan 2,5 cm. Bagian korpus atau badan hampir seluruhnya berbentuk datar pada

permukaan anterior, dan terdiri dari bagian yang cembung pada bagian posterior.

Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri (rongga rahim). Pada

bagian atas korpus terdapat bagian berbentuk bulat yang melintang diatas tuba uterine

disebut fundus. Serviks berada pada bagian yang lebih bawah, dan dipisahkan dengan

korpus oleh ismus. Serviks uteri dibagi atas (1) pars vaginalis uteri yang dinamakan

porsio, (2) pars supravaginalis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina

(Rahmani, 2014).

Uterus sebenarnya terapung-rapung dalam rongga pelvis, tetapi terfiksasi

dengan baik oleh jaringan ikat dan ligament yang menyokongnya. Ligamen yang

memfiksasi uterus adalah sebagai berikut :

1. Ligamentum cardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang terpenting yang mencegah supaya uterus tidak turun.

Terdiri atas jaringan ikat tebal yang berjalan dari serviks dan puncak vagina kearah

lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah antara lain

vena dan arteria uterine.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak. Berjalan

dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah ossakrum kiri dan kanan.

3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang menahan uterus dalam antefleksi. Berjalan dari sudut

fundus uteri kiri dan kanan kearah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan

kadang-kadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri cepat, karena uterus

berkontraksi kuat dan ligamentum royundum menjadi kencang serta mengadakan

tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan pun teraba kencang dan terasa sakit

bila dipegang.

4. Ligamentum Latum kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang meliputi tuba. Berjalan dari uterus ke lateral. Tidak

banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian

peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai

lipatan. Di bagian dorsal ligamentum ini ditemukan indung telur (ovarium

sinistrum et dekstrum). Untuk memfiksasi uterus, ligamentum latum ini tidak

banyak artinya.

5. Ligamentum infundibulo – pelvikum kiri dan kanan

Yakni ligamentum yang menahan tuba Falloppii. Berjalan dari arah infumdibulum

ke dinding pelvis. Didalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe,

arteria dan vena ovarika. Disamping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada

sudut kiri dan kanan belakang fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kanan yang menahan ovarium. Ligamentum ovarii proprium ini embriologis

berasal dari gubernakulum (Rahmani, 2014).

Secara histologis uterus terdiri atas tiga lapisan :

1. Endometrium atau selaput lendir yang melapisi bagian dalam.

2. Miometrium, lapisan tebal otot polos.

3. Perimetrium, peritoneum yang melapisi dinding sebelah luar. Endometrium terdiri

atas selepitel kubis, kelenjar-kelenjar dan jaringan dengan banyak pembuluh darah

yang berkelok.

Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan mempunyai arti penting dalam

siklus haid pada seorang wanita dalam masa reproduksi. Dalam masa haid

endometrium sebagian besar dilepaskan kemudian tumbuh lagi dalam masa

proliferasi dan selanjutnya dalam masa sekrotorik. Lapisan otot polos di sebelah

dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara lapisan

itu terdapat lapisan otot oblik berbentuk anyaman, lapisan ini paling penting pada

persalinan karena sesudah plasenta lahir, kontraksi kuat dan menjepit pembuluh

darah. Uterus ini sebenarnya mengapung dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat

dan ligamentum yang menyokongnya untuk terfiksasi dengan baik (Rahmani, 2014).

2.2 Klasifikasi Abortus

1. Abortus provokatus abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan

maupun alat-alat. Abortus ini dibagi lagi menjadi : (Nugroho, 2012).

a. Abortus medisinalis (therapeutic abortion)

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan

dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


b. Abortus Kriminalis

Adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal

atau tidak berdasarkan indikasi medis.

2. Abortus terapeutik adalah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.

Pertimbangan demi menyelamatkan nyawa ibu dilakukan oleh minimal 3 dokter

spesialis yaitu spesialis Kebidanan dan Kandungan, spesialis penyakit dalam, dan

spesialis jiwa. Bila perlu dapat ditambah pertimbangan oleh tokoh agama terkait.

3. Abortus Spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa adanya

tindakan apapun. Berdasarkan gambaran kliniknya, dibagi menjadi berikut

(Rahmani, 2014)

a. Abortus Imminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,

ditandai pendarahan pervaginaan, ostium uteri masih tertutup dan hasil

konsepsi masih baik dalam kandungan.

b. Abortus Insipiens

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah

mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih

dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.

c. Abortus inkompletus

Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang

tertinggal. Batasan ini juga masih terpancang pada usia kehamilan kurang

dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


d. Abortus kompletus

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada kehamilan kurang

dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.

e. Missed Abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam

kandungan sebelum kehamilan 20 minggu namun keseluruhan hasil konsepsi

itu tertahan dalam uterus selama 6 minggu atau lebih.

f. Abortus habitualis

Merupakan abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.

Penderita abortus ini pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil

kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus secara

berturut-turut. Abortus habitualis disebabkan oleh adanya kelainan yang

menetap yang paling mungkin adalah kelainan genetik, kelainan anatomis

saluran reproduksi, kelainan hormonal, infeksi, kelainan faktor imunologis

atau penyakit sistemik.

g. Abortus infeksiosus, abortus septik

Adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia. Abortus septic ialah

abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran darah tubuh atau

peritoneum (septicemia atau peritonitis). Kejadian ini merupakan salah satu

komplikasi tindakan abortus yang paling sering terjadi apabila bila dilakukan

kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


h. Kehamilan anembrionik (Blighted Ovum)

Merupakan kehamilan patologi dimana mudigah tidak terbentuk sejak awal

walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Disamping mudigah, kantong

kuning telur juga tidak ikut terbentuk. Kelainan ini merupakan suatu kelainan

kehamilan yang baru terdeteksi setelah berkembangnya ultrasonografi.

2.3 Etiologi

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus antara lain : (Rukiyah dkk, 2013).

2.3.1 Faktor janin

Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan genetik, dan ini terjadi pada

50-60% kasus keguguran, faktor kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus

adalah gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin dan plasenta. Kelainan tersebut

biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni kelainan telur, telur

kosong, kerusakan embrio, atau kelainan kromosom. Embrio dengan kelainan lokal,

abnormalitas pembentukan plasenta.

Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip embrio.

Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama yang merupakan kelainan

sitogenetik. Kelainan tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi awal kehamilan,

kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan oleh

kejadian sporadis misalnya non disjuction meiosis atau poliploidi dari fertilitas

abnormal (Kurniasih dan Modjo, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.2 Paritas

Paritas merupakan jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu

hidup di luar rahim. Paritas menggambarkan jumlah persalinan yang telah dialami

seorang ibu baik lahir hidup maupun lahir mati. Lebih dari 80% abortus terjadi pada

12 minggu usia kehamilan, dan sekurangnya separuh disebabkan oleh kelainan

kromosom. Risiko terjadinya abortus spontan meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah paritas, sama atau seiring dengan usia maternal dan paternal

(Pariani dkk, 2012).

Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan

pendarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3

biasanya paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1

dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.

Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat

ditangani dengan asuhan obstetric lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi

dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada

paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Andriza, 2013).

Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi

terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan

rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan

pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin

akan berkurang dibanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat

menyebabkan kematian pada bayi (Rochmawati, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.3.3 Umur Ibu

Risiko terjadinya abortus spontan meningkat bersamaan dengan peningkatan

jumlah paritas, usia, dan jarak persalinan dengan kehamilan berikutnya. Abortus

meningkat sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar

26% pada usia lebih dari 40 tahun (Junita dan Asmah, 2013).

Faktor umur dianggap mampu memengaruhi sikap permisif terhadap aborsi.

Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang menyatakan bahwa usia memiliki

hubungan positif pada sikap terhadap aborsi. Penduduk yang berada pada kelompok

usia 30-49 tahun cenderung lebih permisif terhadap aborsi daripada penduduk yang

berada pada kelompok umur 18-29 tahun (Permana, 2011).

Umur memengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20 tahun dan

diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan keguguran

dapat terjadi pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat reproduksi belum

matang dan belum siap untuk hamil. Kehamilan maternal pada wanita hamil dan

melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada

kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian maternal meningkat

kembali sesudah usia 30-35 tahun (Rochmawati, 2013).

Frekuensi abortus bertambah dari 12 % pada wanita 20 tahun menjadi 26%

pada wanita diatas 40 tahun. Penyebab keguguran yang lain adalah kelainan

sitogenetik. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan

oleh kejadian sporadic misalnya nondijunction meiosis atau poliploidi dari fertilisasi

abnormal (Pariani dkk, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Wanita hamil pada umur muda (<20 tahun) dari segi biologis perkembangan

alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi fsikis belum matang

dalam menghadapi tuntutan beban moril dan emosional dan dari segi medis sering

mendapat gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-

otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami

kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi

antenatal diantaranya abortus (Rochmawati, 2013).

2.3.4 Jarak Kehamilan

Jarak adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat,

kehamilan adalah dimulainya pembuahan sel telur oleh sperma sampai dengan

lahirnya janin dihitung dari hari pertama haid terakhir (BKKBN, 2013). Jadi, jarak

kehamilan adalah ruang sela antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan

berikutnya.

Jarak kehamilan yang baik adalah jarak persalinan terakhir dengan awal

kehamilan sekarang lebih dari 2 tahun. Bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan

kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai

kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau pendarahan

(Sarminah, 2012).

Perhitungan jarak kehamilan dilakukan pada pasien multiparitas, berdasarkan

laporan WHO 2006 tentang teknik konsultasi terhadap jarak kehamilan bahwa jarak

kehamilan yang baik adalah antara 2-5 tahun. Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


atau lebih dari lima tahun akan meningkatkan risiko kelainan luaran maternal dan

perinatal.

Kehamilan sebelum 2 tahun sering mengalami komplikasi dalam kehamilan.

Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu

masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang

tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi bagi ibu antara lain : pendarahan setelah bayi

lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur/lahir belum cukup bulan

sebelum 37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah <2500 gram (Rochmawati,2013).

Jarak yang baik antara kehamilan yang lalu dengan kehamilan berikutnya

adalah antara 2-5 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu lama akan meningkatkan

terjadinya abortus dan sebaliknya jarak yang terlalu dekat akan meningkatkan juga

kejadian abortus (Fajria, 2012).

Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun keadaan

rahim dan kondisi ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan tersebut

perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik,

mengalami pendarahan atau persalinan dengan penyulit.

2.3.5 Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot rangka yang

dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga yang meliputi : pekerjaan, waktu

senggang, dan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan,

sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila dilakukan secara

teratur (Rahmawati, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pekerjaan berat yang dilakukan oleh ibu hamil sehingga ibu mesti

mengeluarkan tenaga ekstra untuk melakukan pekerjaan tersebut atau dengan adanya

adanya emansipasi wanita pada zaman sekarang ini, maka kondisi wanita atau ibu

yang bekerja banyak kita jumpai di bidang apa saja. Kondisi ini juga terjadi pada ibu

hamil yang bekerja. Di Indonesia belum ada Undang-undang yang mengatur ibu

hamil untuk tidak bekerja atau mendapatkan cuti selama hamil, sehingga kondisi ini

dapat memicu angka kejadian abortus pada ibu hamil yang bekerja pada bidang

pekerjaan yang membutuhkan tenaga atau fisik yang stabil (Fajria, 2012).

Jenis pekerjaan yang sebaiknya dihindari ketika hamil, misalnya para wanita

yang bekerja sebagai petani, buruh pabrik, ahli di laboratorium, kru maskapai

penerbangan, polisi lalu lintas, juru masak, bahkan pekerjaan sebagai karyawan atau

sekretaris seringkali memiliki risiko apabila yang bersangkutan harus duduk selama

berjam-jam. Selain itu stress juga berbahaya bagi kehamilan, karena bisa

melemahkan kondisi fisik dan mengganggu perkembangan janin (Kurniasih dkk,

2013).

Hubungan antara pekerjaan dengan angka kejadian abortus berkaitan satu

dengan yang lain. Hal ini disebabkan dengan pekerjaan dan pendapatan rendah

berkaitan dengan tingkat abortus yang tinggi, dikarenakan pengawasan selama

kehamilan yang rendah karena terkendala biaya perobatan. Tingkat sosial ekonomi

yang rendah berkaitan dengan tingkat stress yang tinggi.

Aktivitas fisik menurut Recommended Dietary Allowances (RDA) tahun 1989

dibedakan dalam beberapa kategori, diantaranya : (Rahmawati, 2009)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 2.1 Kategori aktivitas fisik berdasarkan jenis kegiatan

Kategori Aktivitas Kegiatan


Istirahat Tidur, berbaring, atau bersandar
Sangat ringan Duduk dan berdiri, melukis, menyetir mobil, pekerja laboratorium,
mengetik, menyapu, menyetrika, memasak, bermain kartu, bermain
alat musik
yang berhubungan dengan restoran, membersihkan rumah,
mengasuh anak, glof, memancing, tenis meja
Sedang Berjalan dengan kecepatan 3,5-4 mph, mencabut rumput dan
mencangkul, menangis dengan keras, bersepeda, ski, tenis, menari
Berat Berjalan mendaki, menebang pohon, menggali tanah, basket, panjat
tebing, sepak bola

2.3.6 Sosial Ekonomi

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah

tingkat sosial ekonomi, yaitu daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk

membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan

keluarga, harga bahan makanan dan tingkat pengelolaan sumber lahan dan

pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat

memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

(Pariani, 2012).

Umumnya pengetahuan tentang abortus illegal pada masyarakat yang

memiliki ekonomi menengah keatas umumnya lebih rendah bila dibandingkan

dengan kelompok ekonomi lainnya. Masyarakat yang mempunyai uang, sehingga

lebih mudah mendapatkan informasi pelayanan abortus dari petugas yang terlatih

sehingga kecil kemungkinan mereka mengalami komplikasi atau meninggal

(Sugiharti, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dua puluh tujuh persen kejadian abortus terjadi pada pasien dibawah garis

kemiskinan. Ketidakmampuan wanita dari sudut ekonomi sebagai pemicu terjadi

abortus kriminalis atau legal abortion. Hal ini juga dikaitkan dengan terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada terjadinya perceraian (Sugiharti,

2011).

2.3.7 Riwayat Penyakit Ibu

Berbagai penyakit infeksi, penyakit kronis, kelainan endokrin, kekurangan

nutrisi, deformitas uterus maupun serviks, trauma emosional maupun fisik dapat

menyebabkan abortus (Kurniasih dkk, 2013).

1. Infeksi

Beberapa infeksi kronis menyebabkan atau dicurigai menyebabkan abortus yaitu

Listeria monocytogen diketahui dapat menyebabkan kehamilan anembrionik.

Demikian juga Toksoplasma Gondii, Ureaplasma urealitikum, Mikosplasma

hominis dapat menyebabkan abortus.

2. Penyakit-penyakit kronis yang melemahkan

Penyakit-penyakit yang menimbulkan panas tinggi dapat juga menyebabkan

abortus seperti malaria, pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis influenza,

dan asma tidak diketahui apakah kematian janin disebabkan oleh kuman atau

oleh toksin yang dilepaskan.

3. Kelainan Endokrin

Penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal apabila tidak berhasil

dikendalikan dengan baik dapat meningkatkan kejadian abortus, seperti penyakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


diabetes mellitus, hipertensi, tirotoksitosis, defisiensi korpus luteum dan

hipotiroidi.

4. Nutrisi

Malnutrisi yang berat merupakan predisposisi meningkatnya kemungkinan

abortus. Sebagian besar mikronutrien dilaporkan mempunyai nilai dalam

mengurangi risiko terjadinya abortus spontan. Akan tetapi bukti yang kuat untuk

menyokong pendapat tersebut masih sangat lemah.

2.3.8 Antenatal Care

Antenatal care adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung

kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal, ibu hamil

sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia

merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan dan asuhan antenatal.

Frekuensi Antenatal care (Sarminah, 2012).

1. 1 kali pada trimester pertama (umur kehamilan 1 sampai 3 bulan).

2. 1 kali pada trimester kedua (umur kehamilan 4 sampai 6 bulan)

3. 2 kali pada trimester ketiga (umur kehamilan 7 sampai 9 bulan)

Adapun jadwal kunjungan ulang yaitu sebagai berikut :

1. Kunjungan I (16 minggu) untuk penapisan dan pengobatan anemia, perencanaan

persalinan dan pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

2. Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu) untuk pengenalan

komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya, penapisan pre-eklamsia,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, mengulang perencanaan

persalinan.

3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir, sama seperti kegiatan kunjungan II dan

III mengenali adanya kelainan letak dan presentasi. Memantapkan rencana

persalinan dan mengenali tanda-tanda persalinan.

Tabel 2.2 Ringkasan Penilaian Klinik dan Penanganan Kehamilan

Penilaian antenatal Kunjungan Kunjungan II Kunjungan Kunjungan


I III IV
Riwayat kehamilan √ √ √ √
Riwayat kebidanan √
Riwayat kesehatan √
Riwayat sosial √
Pemeriksaan keseluruhan √ Jika ada Jika ada Jika ada
(umum) indikasi indikasi indikasi
Pemeriksaan kebidanan (luar) √ √ √ √
Pemeriksaan kebidanan (dalam) √ Jika ada Jika ada Jika ada
indikasi indikasi indikasi
Pemeriksaan laboratorium √ Jika ada Jika ada Jika ada
indikasi indikasi indikasi
Penanganan
Pemberian Tetanus Toxoid TT1 (0,5 TT1 (0,5 cc)
cc)

Pemberian tablet tambah darah 90 hari


Konseling umum √ Memperkuat Memperkuat Memperkuat
Konseling khusus Jika ada Jika ada Jika ada Jika ada
indikasi indikasi indikasi indikasi
Perencanaan persalinan √ √
Perencanaan penanganan
√ √ √ √
komplikasi
Sumber : Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002

2.3.9 Penggunaan Kontrasepsi

Hubungan konseptual antara abortus dan KB sudah jelas dan mendasar yaitu

kontrasepsi yang efektif merupakan cara paling manjur untuk mencegah kehamilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


yang tidak diinginkan. Meskipun demikian, semua metode kontrasepsi sewaktu-

waktu mungkin gagal, bahkan pasangan yang menggunakan metode kontrasepsi yang

efektif pun dapat dihadapkan pada kehamilan yang tidak diinginkan. Dengan tidak

adanya dukungan kontrasepsi yang aman, wanita akan terus terpaksa menggunakan

cara yang tidak aman untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan.

Setiap pasangan suami istri yang sudah tidak mau menambah anak lagi karena

kesulitan biaya hidup. Namun tidak mau memasang kontrasepsi, atau dapat juga

karena kontrasepsi yang gagal, atau ingin konsentrasi pada pekerjaan untuk

menunjang kehidupan ekonomi keluarga (Utarini, 2005).

2.4 Landasan Teori

Faktor Maternal

1. Faktor janin
2. Paritas
3. Umur ibu
4. Jarak kehamilan
5. Aktivitas fisik Kejadian Abortus
6. Riwayat kesehatan ibu

Faktor Eksternal

7. Antenatal Care
8. Sosial Ekonomi
9. Penggunaan Kontrasepsi

Gambar 2.1 Kerangka Teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Faktor Maternal

1. Umur
2. Jarak kehamilan
3. Paritas
4. Riwayat kesehatan ibu
Kejadian Abortus

Faktor Eksternal

5. Sosial Ekonomi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis

Ada hubungan umur ibu, jarak kehamilan, paritas, riwayat penyakit ibu dan

sosial ekonomi dengan kejadian abortus di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan desain penelitian

cross sectional study, dimana pengumpulan data dilakukan satu kali pada variabel

independen dan satu kali pada variabel dependen secara bersamaan dan pada satu

waktu melalui wawancara menggunakan kuesioner (Muhammad, 2015).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten

Aceh Utara sebanyak 12 desa.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret 2017 – Februari 2018

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang datang berobat

ataupun memeriksakan kehamilannya di wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga

Januari-September 2017 sebanyak 106 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah ibu hamil dengan umur kehamilan 0 – 6 bulan yang masih

berisiko terhadap abortus yang datang berobat ataupun memeriksakan kehamilannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pada Januari – September 2017 ke puskesmas Simpang Tiga. Besarnya sampel

diambil dalam penelitian ini menggunakan rumus besar sampel data kategori satu

populasi (Lemeshow, 1997)

Keterangan :

n = Besar sampel minimal yang diperlukan

α = Taraf kemaknaan 5%

Z 1-α/2 = Nilai distribusi baku normal (tabel Z) pada α 5% = 1,96

Z 1-β = Nilai distribusi baku normal (tabel Z) pada β 10% = 1,28

= proporsi kasus abortus pada ibu hamil = 0,321 (survei awal)

Q0 = 1- 0,321 = 0,679

= perkiraan proporsi kasus abortus ibu hamil yang diharapkan = 0,15

(Dinkes Kabupaten Aceh Utara)

Maka,

n = 64,3 = 65 sampel

3.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara sengaja dan

telah sesuai dengan semua persyaratan sampel yang akan diperlukan. Artinya setiap

subjek yang diambil dari populasi dipilih dengan sengaja berdasarkan tujuan dan

pertimbangan tertentu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.4 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1 Abortus Keadaan dimana Wawancara 0 = Tidak ada Nominal
berakhirnya (Kuesioner) riwayat
kehamilan ibu, baik Abortus
yang pernah maupun 1 = Ada riwayat
yang sedang hamil Abortus
yang mempunyai
riwayat abortus.
Sebelum janin dapat
hidup di luar
kandungan dengan
kehamilan kurang
dari 20 minggu dan
berat janin kurang
dari 500 gram
2 Umur Usia ibu hamil pada Wawancara 0 = Tidak berisiko Ordinal
saat hamil sekarang (Kuesioner) (20–35 tahun)
dan pada saat 1= Berisiko (<20
mengalami abortus tahun, atau >35
tahun)
3 Jarak Ruang sela antara Wawancara 0 = Tidak berisiko Ordinal
Kehamilan kehamilan yang lalu (Kuesioner) (2-5 tahun)
dengan kehamilan 1 = Berisiko (<2
sekarang. tahun, atau >5
tahun)
4 Paritas Jumlah persalinan Wawancara 0 = Tidak berisiko Ordinal
ibu baik yang lahir (Kuesioner) ( Melahirkan 2-
hidup maupun yang 3 kali)
mati 1 = Berisiko
(melahirkan 1
dan>3 kali)
5 Sosial Kondisi pendapatan Wawancara 0 = ≥ UMR Rp. Ordinal
Ekonomi ekonomi keluarga (Kuesioner) 2.500.000
responden yang 1= < UMR Rp.
dihasilkan perbulan 2.500.000
6 Riwayat Riwayat penyakit Wawancara 0 = Tidak ada Nominal
penyakit yang pernah diderita (Kuesioner) 1 = Ada
ibu oleh ibu sebelum dan
selama hamil,
infeksi/ malnutrisi/
penyakit kronis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3.5 Metode Pengumpulan data

3.5.1 Data Primer

Data primer meliputi data ibu hamil tentang umur, pendidikan, jarak

kehamilan, paritas, riwayat penyakit ibu, dan sosial ekonomi dengan kejadian abortus

yang diperoleh dengan mengadakan wawancara langsung kepada sampel dengan

menggunakan kuesioner.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dari catatan

PWS-KIA di Puskesmas Simpang Tiga Kecamatan Langkahan Kabupaten Aceh

Utara.

3.6 Pengolahan Data

Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan cara komputerisasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut : (Muhammad, 2015)

a. Collecting

Proses mengumpulkan subjek yang akan diteliti, dengan cara yang sistematis

sehingga memungkinkan seseorang dapat menjawab pertanyaan dari kuesioner pada

penelitian yang akan dilakukan.

b. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data

memberikan hasil yang valid dan reliabel dan terhindar dari bias.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


c. Coding

Pada langkah ini penulisan dilakukan dengan pemberian kode pada variabel-

variabel yang di teliti, misalnya nama responden di ubah menjadi nomor 1,2,3 dan

seterusnya.

d. Entering

Data entri, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di masukkan ke dalam program komputer.

e. Data processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan di olah

sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.

3.7 Analisis Data

Tahapan analisis yang dilakukan yaitu : analisis univariat, analisis bivariat

dan analisis multivariat.

3.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan pada masing-masing variabel, yaitu variabel

dependen (kejadian abortus) dan variabel independen (umur, jarak kehamilan, paritas,

riwayat penyakit ibu dan sosial ekonomi), untuk mendapatkan gambaran distribusi

frekuensi atau besarnya proporsi menurut berbagai karakteristik variabel yang diteliti.

3.7.2 Analisis Bivariat

Setelah diketahui gambaran masing-masing variabel pada penelitian ini, maka

dilanjutkan dengan analisis bivariat, untuk mengetahui hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Pada analisis bivariat yang digunakan adalah uji chi-square yaitu merupakan

analisis untuk mengetahui hubungan variabel independen, dengan variabel dependen

dengan menggunakan α = 0,05 (derajat kepercayaan 95%), dengan kriteria :

a. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

b. Ho diterima jika p ≥ α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Sedangkan analisis risiko dengan melihat nilai Ratio Prevalens (RP). Besar

kecilnya RP akan menunjukkan besarnya risiko antara 2 variabel dengan ketentuan :

a. Bila nilai RP <1 maka faktor risiko merupakan faktor protektif yang bersifat

menghambat terjadinya efek atau mengurangi terjadinya efek.

b. Bila nial RP =1 maka faktor risiko tidak ada hubungannya terhadap kejadian

penyakit (efek) atau bersifat netral.

c. Bila nilai RP >1 maka faktor risiko benar-benar merupakan faktor risiko untuk

timbulnya penyakit (efek).

3.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui hubungan secara bersama-

sama variabel independen dengan variabel dependen, dan variabel independen yang

paling besar hubungannya dengan variabel dependen dengan menggunakan uji regresi

Poisson menggunakan metode Enter. Analisis multivariat adalah teknik yang

digunakan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dependen secara bersama-sama. Adapun variabel yang masuk ke dalam analisis

multivariat adalah variabel-variabel yang menunjukkan nilai p<0,25 pada analisis

bivariat. Bila p>0,25 kalau secara biologis dianggap penting, maka variabel tersebut

tetap dimasukkan ke dalam analisis multivariat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 4
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Puskesmas Simpang Tiga merupakan satu dari 26 Puskesmas di Kabupaten

Aceh Utara, terletak di Kecamatan Simpang Tiga. Puskesmas Simpang Tiga

merupakan salah satu Puskesmas dengan kriteria rawat jalan. Kecamatan Simpang

Tiga wilayah utara berbatasan dengan Kecamatan Lhoksukon, wilayah selatan

berbatasan dengan Kecamatan Pantee Bidari, wilayah timur berbatasan dengan

Kecamatan Tanah Jambo Aye dan wilayah barat berbatasan dengan Lhoknibong

(Aceh Utara, 2016).

Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga terdiri atas 12 desa diantaranya Cot

bada, Alue dua, Kampong blang, Bantayan, Paya Tukai, Krueng Lingka, Pante Gaki

Balee, Simpang Tiga, Matang Teungoh, Matang Keutapang, Matang Rubek dan

Leubok Manee. Adapun luas wilayah adalah 195,25 km² terdiri atas tanah pesawahan,

daratan, dan lahan pertanian lainnya, dengan jumlah penduduk 4.396 jiwa dengan

jumlah Kartu Keluarga (KK) sebanyak 1.086 KK. Etnis di wilayah kerja Puskesmas

Simpang Tiga adalah Aceh dan Jawa dan seluruh penduduk beragama Islam (100%).

Mata pencaharian di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga sebagian besar di bidang

sektor pertanian, perkebunan dan perdagangan. Mayoritas ibu berpendidikan terakhir

SMA, dengan umur ibu rata-rata 20-45 tahun (Aceh Utara, 2016).

Tenaga kesehatan di Puskesmas Simpang Tiga dan unit pelayanan kesehatan

membantu memperluas jangkauan Puskesmas dengan melaksanakan kegiatan-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kegiatan yang dilakukan Puskesmas dalam ruang lingkup keIKl yang tersebar di

wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Tenaga Kesehatan dan Unit Pelayanan Kesehatan di Puskesmas


Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara

No Kategori Jumlah
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Simpang Tiga
1. Dokter Umum 1
2. Dokter Gigi 0
3. Bidan 29
4. Perawat 26
5. Perawat Gigi 0
6. Farmasi 1
7. Gizi 0
8. Kesehatan Lingkungan 0
9. Kesehatan Masyarakat 3
Unit Pelayanan Kesehatan
1. Puskesmas Pembantu (Pustu) 1
2. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) 13
3. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 1
4. Pondok Bersalin Desa (Polindes) 5
5. Pos Pelayanan Terpadu (Posbindu) 5
6. Poskestren 1
Sumber : Puskesmas Simpang Tiga, 2016

Puskesmas Simpang Tiga bekerja sama dengan RSUD yang ada di Kabupaten

Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe, mayoritas rujukan di lakukan ke RSUD

tersebut. Untuk mendukung terlaksananya operasional pelayanan kesehatan di

Puskesmas Simpang Tiga diperlukan adanya persediaan alat kesehatan dan tenaga

yang bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing, persediaan alat dan tenaga

masih banyak kekurangannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.2 Jumlah PUS, WUS, Bumil, Bayi, Balita, KK dan Jumlah Penduduk
Tahun 2016 di Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara

Bayi Balita
No Nama desa PUS WUS BUMIL Jiwa
0-11 Bln 1-5 Thn
1 Alue Dua 54 70 8 7 31 320
2 Bantayan 45 58 6 6 26 264
3 Cot Bada 40 51 6 5 23 235
4 Kp. Blang 42 54 6 5 24 247
5 Krueng Lingka 79 102 11 10 45 465
6 Leubok Mane 87 112 12 11 50 514
7 Mtg Keutapang 36 47 5 5 21 213
8 Matang Rubek 62 80 9 8 36 365
9 Mtg Teungoh 51 66 7 7 29 302
10 Paya Tukai 56 72 8 7 32 331
Pante Gaki
11 70 90 10 9 40 411
Bale
12 Simpang Tiga 124 160 18 16 71 729
Sumber : Puskesmas Simpang Tiga, 2016

Puskesmas Simpang Tiga mayoritas balita menderita penyakit demam yaitu


45% dan diare 26% setiap tahunnya, sedangkan status gizi balita mayoritas berstatus
gizi baik (68%) dan gizi kurang atau BGM (25%) setiap tahunnya. Hal tersebut dapat
dikarenakan keadaan lingkungan yang kurang bersih, pengetahuan keluarga kurang
dan rendahnya pemantauan atau partisipasi masyarakat terhadap kegiatan posyandu
untuk memantau pertumbuhannya anak setiap bulan. Oleh karena itu, setiap program
kesehatan yang ada di Puskesmas dapat dimanfaatkan sebaik mungkin melalui
kegiatan penyuluhan ke desa-desa.

4.2 Analisis Univariat


Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran distribusi atau
besarnya proporsi variabel-variabel yang diteliti dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4.2.1 Karakteristik Ibu

Data karakteristik ibu di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Distribusi Kejadian Abortus di Wilayah Kerja Puskesmas


Simpang Tiga

Kejadian Abortus n %
Kejadian Abortus
Abortus 23 35,4
Tidak abortus 42 64,6
Total 65 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 65 ibu hamil yang di teliti

sebanyak 23 orang (35,4%) mengalami kejadian abortus. Sedangkan 42 orang

(64,6%) tidak ada abortus.

Tabel 4.3.1 Distribusi Usia Kehamilan Abortus di Wilayah Kerja Puskesmas


Simpang Tiga

Usia Kehamilan n %
6 Minggu 3 13,0
8 Minggu 5 21,7
10 Minggu 4 17,3
12 Minggu 3 13,0
14 Minggu 1 4,3
16 Minggu 2 8,6
18 Minggu 2 8,6
20 Minggu 2 8,6
22 Minggu 1 4,3
Total 23 100,0

Berdasarkan Tabel 4.3.1 usia kehamilan 6 minggu 3 ibu yang mengalami

kejadian abortus, usia kehamilan 8 minggu 5 ibu yang mengalami kejadian abortus,

pada usia kehamilan 10 minggu 4 ibu yang yang mengalami kejadian abortus, usia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kehamilan 12 minggu 3 ibu yang mengalami kejadian abortus, pada usia kehamilan

14 minggu 1 ibu yang mengalami kejadian abortus, usia kehamilan 16 minggu 2 ibu

yang mengalami kejadian abortus, pada usia kehamilan 18 minggu 2 ibu yang

mengalami kejadian abortus, usia kehamilan 20 minggu 2 ibu mengalami kejadian

abortus dan pada usia kehamilan 22 minggu 1 ibu mengalami kejadian abortus.

Tabel 4.4 Distribusi Faktor Maternal di Wilayah Kerja


Puskesmas Simpang Tiga

Faktor Maternal n %
Umur Ibu (tahun)
<20 atau >35 38 58,5
20 - 35 27 41,5
Jarak Kehamilan (tahun)
<2 atau >5 35 53,8
2–5 30 46,2
Paritas
1 dan >3 kali 40 61,5
2 – 3 kali 25 38,5
Riwayat Penyakit Ibu
Ada 14 21,5
Tidak ada 51 78,5

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa umur ibu hamil lebih banyak pada umur

reproduksi sehat yaitu <20 atau >35 tahun sebanyak 38 orang (58,5%), jarak

kehamilan ibu mayoritas <2 atau > 5 tahun sebanyak 35 orang (53,8%), paritas lebih

banyak 1 dan >3 kali yaitu 40 orang (61,5%) sedangkan riwayat penyakit ibu

mayoritas tidak ada sebanyak 51 orang (78,5%).

Tabel 4.5 Distribusi Faktor Eksternal di Wilayah Kerja


Puskesmas Simpang Tiga

Faktor Eksternal n %
Sosial Ekonomi (Rp.)
<2.500.000 29 44,6
≥2.500.000 36 55,4
Total 65 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA



Berdasarkan Tabel 4.5 diketahui bahwa pendapatan keluarga mayoritas

Rp. 2.500.000 yaitu sebanyak 36 orang (55,4%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Hubungan Faktor Maternal (umur ibu, jarak kehamilan, paritas, riwayat
penyakit ibu) dan faktor eksternal yaitu sosial ekonomi dengan kejadian
Abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga

Analisis bivariat bertujuan untuk mencari hubungan variabel independen

dengan dependen. Pengujian analisis bivariat dilakukan dengan uji chi-square.

Analisis ini dikatakan bermakna bila hasil analisis menunjukkan adanya hubungan

yang bermakna p < 0,05. Rekapitulasi hasil uji chi-square hubungan umur ibu, jarak

kehamilan, paritas, sosial ekonomi dan riwayat penyakit ibu dengan kejadian abortus

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.6 Hubungan umur ibu, jarak kehamilan, paritas, sosial ekonomi dan
riwayat penyakit ibu dengan kejadian Abortus di Wilayah Kerja
Puskesmas Simpang Tiga
Variabel Independen Kejadian Abortus RP p-value
Abortus Tidak (95% IK)
Abortus
n % n %

Umur (tahun)
<20 atau >35 16 42,1 22 57,9 1,62 0,200
20-35 7 25,9 20 74,1 0,776-3,399
Jarak Kehamilan (tahun)
<2 atau >5
2-5 19 54,3 16 45,7 4,07 < 0,001
4 13,3 26 86,7 1,556-10.651
Paritas
1 atau >3 kali 22 55,0 18 45,0 13,75 < 0,001
2-3 kali 1 4,0 24 96,0 1,975-95,751
Sosial Ekonomi (Rp.)
<2.500.000 13 44,8 16 55,2 1,64 0,195
≥2.500.000 10 27,8 26 72,2 0,831-3,134
Riwayat Penyakit Ibu
Ada 6 42,9 8 57,1 1,28 0,540
Tidak ada 17 33,3 34 66,7 0,627-2,638

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari 38 ibu yang berumur <20 atau >35 tahun

yang mengalami kejadian abortus sebanyak 16 orang (42,1%) yang tidak mengalami

abortus 22 orang (57,90%). Dari 27 orang umur 20 - 35 tahun yang mengalami

abortus 7 orang (25,9%) dan 20 orang (74,1%) yang tidak mengalami kejadian

abortus. Hasil analisis bivariat menggunakan Chi-square menunjukkan bahwa nilai p-

value > 0,200 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan

kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara

Tahun 2017.

Berdasarkan Tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa dari 35 orang ibu yang

jarak kehamilan <2 atau >5 tahun yang mengalami kejadian abortus sebanyak 19

orang ibu (54,3%) dan yang tidak mengalami abortus 16 orang ibu (45,7%). Dari 30

orang ibu dengan jarak kehamilan 2 -5 tahun yang mengalami kejadian abortus 4

orang ibu (13,3%) dan 26 orang ibu (86,7%) yang tidak mengalami kejadian abortus.

Hasil analisis bivariat menggunakan Chi-square menunjukkan bahwa nilai p-value <

0,001 artinya ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian

abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun

2017.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 40 orang ibu yang paritas 1 atau >3

kali mengalami kejadian abortus sebanyak 22 orang (55,0%) dan yang tidak

mengalami kejadian abortus 18 orang (45,02%). Dari 25 orang ibu dengan paritas 2 -

3 kali yang mengalami kejadian abortus 1 orang (4,0%) dan 24 orang (96,0%) yang

tidak mengalami kejadian abortus. Hasil analisis bivariat menggunakan Chi-square

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


menunjukkan bahwa nilai p-value < 0,001 artinya ada hubungan yang signifikan

antara paritas dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga

Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 29 orang yang sosial


ekonominya <2.500.000 yang mengalami kejadian abortus sebanyak 13 orang
(44,8%) dan yang tidak mengalami kejadian abortus 16 orang (55,2%). Dan 36 orang
yang sosial ekonominya≥2.500.000 yang mengalami kejadian abortus 10 orang
(27,8%) dan 26 orang (72,2%) yang tidak mengalami kejadian abortus. Hasil analisis
bivariat menggunakan Chi-square menunjukkan bahwa nilai p-value < 0,195 artinya
tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dengan kejadian abortus di
Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa dari 14 orang ibu yang ada riwayat

penyakit yang mengalami kejadian abortus sebanyak 6 orang (42,9%) dan yang tidak

mengalami kejadian abortus 8 orang (57,1%). Dari 51 orang yang tidak ada riwayat

penyakit yang mengalami kejadian abortus 17 orang (33,3%) dan 34 orang (66,7%)

yang tidak mengalami kejadian abortus. Hasil analisis bivariat menggunakan Chi-

square menunjukkan bahwa nilai p-value > 0,540 artinya tidak ada ada hubungan

yang signifikan antara riwayat penyakit ibu dengan kejadian abortus di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Tiga Kabupaten Aceh Utara Tahun 2017.

4.4 Analisis Multivariat

Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model yang terbaik dalam

menentukan variabel dominan yang berpengaruh terhadap kejadian abortus. Dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pemodelan ini semua variabel yang memiliki nilai p<0,25 pada analisis bivariat akan

dimasukkan ke dalam uji regresi Poisson.

Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel independen yang

mendapatkan nilai p<0,25 adalah jarak kehamilan dan paritas. Tahap selanjutnya

variabel jarak kehamilan dan paritas dimasukkan sebagai kandidat untuk dilakukan

analisis multivariat. Hasil analisis multivariat dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Poisson dengan Metode Enter

RP Sig.
Parameter
B (95% IK)

(Intercept) -4,165 0,016 0,001


0,001-0,094
Umur 0,454 1,575 0,317
0,671-4,101
Jarak_kehamilan 0,972 2,644 0,082
0,976-9,235
Paritas 2,375 10,751 0,021
2,221-193,511
Sosial_ekonomi 0,333 1,395 0,434
0,609-3,294

Berdasarkan hasil uji regresi Poisson pada Tabel 4.7 menunjukkan bahwa

paritas mempunyai hubungan yang paling dominan dengan kejadian abortus pada

ibu hamil dengan nilai RP = 10,751; 95% IK = 2,221-193,511 dan nilai p-value

0, 021. Yang berarti bahwa ibu hamil dengan paritas 1 atau > 3 akan meningkatkan

risiko kejadian abortus 10,751 kali.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Hubungan Umur dengan Kejadian Abortus

Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa umur

20-35 tahun yang mengalami abortus sebanyak 7 orang (25,9%), sedangkan umur

<20 atau >35 tahun yang mengalami abortus sebanyak 16 orang (42,1%).

Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p > 0,200, berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus.

Hal tersebut tidak sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Rochmawati

(2013) bahwa umur memengaruhi angka kejadian abortus yaitu pada usia bawah 20

tahun dan diatas 35 tahun, kurun waktu reproduksi sehat adalah 20-30 tahun dan

keguguran dapat terjadi pada usia muda karena pada usia muda/remaja alat

reproduksi belum matang dan belum siap untuk hamil. Kehamilan maternal pada

wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih

tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Kematian

maternal meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

Frekuensi abortus bertambah dari 12 % pada wanita 20 tahun menjadi 26%

pada wanita diatas 40 tahun. Penyebab keguguran yang lain adalah kelainan

sitogenetik. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang disebabkan

oleh kejadian sporadic misalnya nondijunction meiosis atau poliploidi dari fertilisasi

abnormal (Pariani dkk, 2012).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Junita (2013) diketahui bahwa dari

54 orang umur >35 tahun yang mengalami abortus 53 orang (98,0%) dan 49 orang

umur 20 – 35 tahun yang mengalami abortus 42 orang (86,0%), hasil analisis uji chi-

square didapatkan p-value 0,032 artinya ada hubungan umur dengan kejadian

abortus.

Faktor umur dianggap mampu memengaruhi sikap permisif terhadap aborsi.

Hal ini telah dibuktikan oleh penelitian yang menyatakan bahwa usia memiliki

hubungan positif pada sikap terhadap aborsi. Penduduk yang berada pada kelompok

usia 30-49 tahun cenderung lebih permisif terhadap aborsi daripada penduduk yang

berada pada kelompok umur 18-29 tahun (Permana, 2011).

Wanita hamil pada umur muda (<20 tahun) dari segi biologis perkembangan

alat-alat reproduksinya belum sepenuhnya optimal. Dari segi psikis belum matang

dalam menghadapi tuntutan beban moril dan emosional dan dari segi medis sering

mendapat gangguan. Sedangkan pada usia lebih dari 45 tahun, elastisitas dari otot-

otot panggul dan sekitarnya serta alat-alat reproduksi pada umumnya mengalami

kemunduran, juga wanita pada usia ini besar kemungkinan mengalami komplikasi

antenatal diantaranya abortus (Rochmawati, 2013).

5.2 Hubungan Jarak Kehamilan dengan Kejadian Abortus

Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa jarak

kehamilan 2-5 tahun yang mengalami abortus sebanyak 4 orang (13,3%), sedangkan

jarak kehamilan <2 atau >5 tahun yang mengalami abortus sebanyak 19 orang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(54,3%) lebih banyak terjadi abortus pada ibu yang mempunyai jarak kehamilan 6

tahun. Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p < 0,001 berarti ada

hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian abortus.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa jarak yang baik antara

kehamilan yang lalu dengan kehamilan berikutnya adalah antara 2-5 tahun. Jarak

kehamilan yang terlalu lama akan meningkatkan terjadinya abortus dan sebaliknya

jarak yang terlalu dekat akan meningkatkan juga kejadian abortus (Fajria, 2012).

Kehamilan sebelum 2 tahun sering mengalami komplikasi dalam kehamilan.

Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu

masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang

tuanya. Bahaya yang mungkin terjadi bagi ibu antara lain : pendarahan setelah bayi

lahir karena kondisi ibu masih lemah, bayi prematur/lahir belum cukup bulan

sebelum 37 minggu, bayi dengan berat lahir rendah <2500 gram (Rochmawati,2013).

Jarak kehamilan yang baik adalah jarak persalinan terakhir dengan awal

kehamilan sekarang lebih dari 2 tahun, bila jarak terlalu dekat, maka rahim dan

kesehatan ibu belum pulih dengan baik, pada keadaan ini perlu diwaspadai

kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama atau pendarahan

(Sarminah, 2012).

Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun keadaan

rahim dan kondisi ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam keadaan tersebut

perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik,

mengalami pendarahan atau persalinan dengan penyulit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5.3 Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus

Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa

paritas 2-3 kali yang mengalami abortus sebanyak 1 orang (4,0%), sedangkan paritas

1 atau >3 kali yang mengalami abortus sebanyak 22 orang (55,0%) mayoritas pada

paritas >4 kali. Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p < 0,001

berarti ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian abortus.

Hasil uji regresi Poisson variabel paritas diperoleh p 0,021, berarti ada

hubungan paritas dengan kejadian abortus. Dilihat dari RP = 10,751 paritas bertanda

positif yang berarti, setiap 1 atau 3 kali paritas akan meningkatkan risiko kejadian

abortus sebesar 10,751 kali.

Bayi yang dilahirkan oleh ibu dengan paritas tinggi mempunyai risiko tinggi

terhadap terjadinya abortus sebab kehamilan yang berulang-ulang menyebabkan

rahim tidak sehat. Dalam hal ini kehamilan yang berulang menimbulkan kerusakan

pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi sirkulasi nutrisi ke janin

akan berkurang dibanding pada kehamilan sebelumnya, keadaan ini dapat

menyebabkan kematian pada bayi (Rochmawati, 2013).

Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin dan

pendarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3

biasanya paritas yang paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1

dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.

Lebih tinggi paritas lebih tinggi kematian maternal. Risiko pada paritas 1 dapat

ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dapat dikurangi atau dicegah dengan keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada

paritas tinggi adalah tidak direncanakan (Andriza, 2013).

5.4 Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Abortus

Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa sosial

ekonomi ≥ Rp. 2.500.000 yan g mengalami abortus sebanyak 10 orang (27,8%),

sedangkan sosial ekonomi < Rp. 2.500.000 yang mengalami abortus sebanyak 13

orang (44,8%). Berdasarkan analisis menggunakan uji Chi-square nilai p < 0,195

berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dengan kejadian

abortus.

Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah

tingkat sosial ekonomi, yaitu daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk

membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan

keluarga, harga bahan makanan dan tingkat pengelolaan sumber lahan dan

pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar kurang dapat

memenuhi kebutuhan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi

(Pariani, 2012).

Dua puluh tujuh persen kejadian abortus terjadi pada pasien dibawah garis

kemiskinan. Ketidakmampuan wanita dari sudut ekonomi sebagai pemicu terjadi

abortus kriminalis atau legal abortion. Hal ini juga dikaitkan dengan terjadinya

kekerasan dalam rumah tangga yang berujung pada terjadinya perceraian (Sugiharti,

2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Umumnya pengetahuan tentang abortus illegal pada masyarakat yang

memiliki ekonomi menengah keatas umumnya lebih rendah bila dibandingkan

dengan kelompok ekonomi lainnya. Masyarakat yang mempunyai uang, sehingga

lebih mudah mendapatkan informasi pelayanan abortus dari petugas yang terlatih

sehingga kecil kemungkinan mereka mengalami komplikasi atau meninggal

(Sugiharti, 2011).

5.5 Hubungan Riwayat Penyakit Ibu dengan Kejadian Abortus

Hasil penelitian tentang kejadian abortus pada ibu hamil diperoleh bahwa yang

tidak ada riwayat penyakit yang mengalami abortus sebanyak 17 orang (33,3,0%),

sedangkan yang ada riwayat penyakit mengalami abortus sebanyak 6 orang (42,9%)

kejadian abortus lebih banyak pada ibu yang mengalami anemia. Berdasarkan

analisis menggunakan uji Chi-square nilai p >0,540 berarti tidak ada hubungan yang

signifikan antara penyakit riwayat ibu dengan kejadian abortus.

Berbagai penyakit infeksi, penyakit kronis, kelainan endokrin, kekurangan

nutrisi, alkohol, tembakau, deformitas uterus ataupun serviks, kesamaan dan

ketidaksamaan immunologik kedua orang tua dan trauma emosional maupun fisik

dapat menyebabkan abortus, meskipun bukti korelasi tersebut tidak selalu

meyakinkan (Kurniasih dkk, 2013).

Beberapa infeksi kronis menyebabkan atau dicurigai menyebabkan abortus

yaitu Listeria monocytogen diketahui dapat menyebabkan kehamilan anembrionik.

Demikian juga Toksoplasma Gondii, Ureaplasma urealitikum, Mikosplasma hominis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dapat menyebabkan abortus. Penyakit-penyakit yang menimbulkan panas tinggi dapat

juga menyebabkan abortus seperti malaria, pneumonia, tifus abdominalis,

pielonefritis influenza, dan asma tidak diketahui apakah kematian janin disebabkan

oleh kuman atau oleh toksin yang dilepaskan.

Penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal apabila tidak berhasil

dikendalikan dengan baik dapat meningkatkan kejadian abortus, seperti penyakit

diabetes mellitus, hipertensi, tirotoksitosis, defisiensi korpus luteum dan hipotiroidi.

Malnutrisi yang berat merupakan predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.

Sebagian besar mikronutrien dilaporkan mempunyai nilai dalam mengurangi risiko

terjadinya abortus spontan. Akan tetapi bukti yang kuat untuk mendukung pendapat

tersebut masih sangat lemah.

5.6 Implikasi Penelitian

Penelitian ini memberikan implikasi kepada beberapa pihak yaitu masyarakat

Wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga terutama ibu-ibu hamil, Dinas Kesehatan

Kabupaten sebagai pemantau kesehatan masyarakat di Kabupaten Aceh Utara.

Penyebab utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah pendarahan,

infeksi dan eklamsia. Namun sebenarnya abortus juga merupakan salah satu

penyebab kematian ibu. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya abortus

diantaranya umur, pendidikan, paritas, jarak kehamilan, status gizi, penyakit ibu dan

infeksi. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan jarak kehamilan dan paritas

dengan kejadian abortus, dan paritas merupakan faktor yang paling dominan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


dibandingkan dengan jarak kehamilan. Hal ini mengandung implikasi agar ibu

dapat melakukan Asuhan Obstetri yang adekuat, agar kehamilannya dapat terjaga

untuk menghindari komplikasi selama masa kehamilan dan mengikuti program KB.

Puskesmas Simpang Tiga merupakan puskesmas dengan jumlah ibu hamil

berisiko yang tinggi dibanding dengan puskesmas lainnya yang ada di Kabupaten

Aceh Utara maka penelitian ini memberikan implikasi kepada masyarakat terutama

ibu-ibu hami di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga, agar dapat memberikan

edukasi yang cukup terhadap semua ibu hamil tentang hal-hal yang dapat dilakukan

untuk mengurangi risiko terjadinya abortus, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara

dan pihak terkait lainnya harus memberikan perhatian bagi ibu-ibu hamil dalam

selama masa kehamilannya.

5.7 Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan pada penelitian ini antara lain :

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian masih tergolong sedikit yang hanya

berjumlah 65 orang ibu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Simpang Tiga

Kabupaten Aceh Utara. Upaya meminimalisirnya dengan cara pemilihan sampel

yang memiliki faktor-faktor yang berhubungan dengan penelitian.

2. Desain Penelitian Cross Sectional membutuhkan subyek penelitian yang relatif

besar atau banyak, dengan asumsi variabel bebas yang berpengaruh cukup

banyak. Kurang dapat menggambarkan proses perkembangan penyakit secara

tepat. Faktor-faktor risiko tidak dapat diukur secara akurat dan akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


mempengaruhi hasil penelitian. Nilai prognosanya atau prekdisinya (daya ramal)

lemah atau kurang tepat. Untuk meminimalisirnya harus dilakukan pemilihan

kuesioner yang benar-benar mempunyai hubungan dengan faktor yang akan

diteliti.

3. Adanya keterbatasan instrument penelitian yaitu terkadang jawaban yang

diberikan oleh sampel tidak menunjukkan keadaan sesungguhnya dan

pemahaman sampel yang bias terhadap instrumen. Upaya meminimalisir dengan

melakukan pengelompokan terhadap pertanyaan kuesioner agar responden dapat

fokus dalam menjawab pertanyaan.

4. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga

sehingga tidak dapat menggambarkan populasi Indonesia yang memiliki variasi

luas dalam budaya, tradisi, geografi dan kualitas sumber daya tenaga

kesehatannya. Penelitian ini juga tidak dapat mewakili kejadian abortus pada

daerah pedesaan dengan perkotaan. Upaya meminimalisirnya adalah dengan

membuat perbandingan dengan puskesmas lain yang memiliki karakteristik

budaya dan letak geografis yang hampir sama, di samping itu hasil penelitian ini

dapat dijadikan rujukan sebagai pembanding bagi penelitian lainnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

6.1.1 Ada hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan ibu dengan kejadian

abortus. Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian abortus.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan kejadian abortus.

Tidak ada hubungan yang signifikan antara sosial ekonomi dengan kejadian

abortus. Tidak ada hubungan yang signifikan antara riwayat penyakit ibu

dengan kejadian abortus.

6.1.2 Berdasarkan hasil analisis regresi Poisson variabel paritas dengan nilai RP =

10,751;95% IK 2,221-193,511, bertanda positif yang berarti, setiap 1 atau 3 kali

paritas akan meningkatkan risiko kejadian abortus sebesar 10,751 kali.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, dapat disimpulkan

beberapa saran diantaranya :

1. Mengatur jarak kehamilan yang aman yaitu lebih dari 2 tahun dari kehamilan

sebelumnya untuk dapat mengurangi risiko abortus dengan mengikuti program

Keluarga Berencana (KB).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2. Bagi ibu hamil terutama yang mempunyai paritas 1 dan < 3 agar melakukan

asuhan obstetri yang adekuat, wajib mengikuti kelas ibu hamil selama proses

kehamilannya untuk mencegah terjadinya komplikasi kehamilan.

3. Melakukan pemeriksaan ANC secara teratur pada tenaga kesehatan yang

berwenang/bidan/dokter spesialis kandungan.

4. Perlu dilakukan konseling kepada ibu hamil, mengenai paritas, jarak kehamilan

dan faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan gangguan dalam

kehamilan khususnya abortus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Andriza, 2013. Hubungan Umur dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus
Inkomplit di Rumah Sakit Muhammadiyah. Palembang. Jurnal Harapan
Bangsa 1(1) : 81-84

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2013. Aktifkan kembali


kampanye “Dua anak cukup” dan 4 “cukup”.

Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Aceh
Utara 2016. Lhokseumawe.

Fajria, L. 2012. Analisis Faktor resiko kejadian abortus di RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Skripsi. Program Sarjana Keperawatan Universitas Andalas. Padang

Handayani, P., Fitria P, A, dan Cahyaningrum. 2014. Hubungan umur ibu hamil
dengan kejadian abortus di RSUD Ambarawa. Jurnal Keperawatan Soedirman
1 (10) : 1

Junita, E dan Asmah. 2013. Hubungan Umur Ibu Hamil dengan Kejadian Abortus di
RSUD Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal 1 (2) : 67-72.

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Ditjen Kesehatan Masyarakat.

Kemenkes RI. Pusat Data dan Informasi.2013. Situasi dan Analisis Gizi. Diakses
tanggal 03 Februari
2017http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/
infodatin/infodatingizipdf

Kurniasih, N dan Modjo, R. 2013. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Abortus Pada Pekerja Wanita di PT X Kabupaten Sumedang. Jawa Barat.
Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Lemeshow, S., Hosmer., D.W., Klar, J dan Lwanga, S.K. 1997. Besar Sampel Dalam
Penelitian Kesehatan. Ahli bahasa Dibyo Pramono, SU, MDSc. Yogyakarta :
UGM

Marge, K., Judith, T dan Jill, G. 2005 Kesehatan Wanita : Sebuah Perspektif Global.
Penerjemah Utarini, A. dan Anwar, M.

Muhammad I. 2015. Panduan penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan


Menggunakan Metode Ilmiah. Cita Pustaka Media Perintis : Bandung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Nugroho, T. 2012. Patologi kebidanan. Nuha Medika. Yogyakarta

Pariani, N, L, D., Wahyuni, S dan Riswantina, S. 2012. Faktor resiko yang


berhubungan dengan kejadian abortus spontan di RSUD Ungaran Kabupaten
Semarang. Skripsi. STIKes Ngudi Waluyo Ungaran.

Permana, W. 2011. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap permisif terhadap aborsi


pada remaja tidak kawin usia 15-24 tahun. Tesis. Program Pascasarjana
Universitas Indonesia. Depok

Pranata, S dan FX Sri Sadewo. 2012. Kejadian keguguran, kehamilan tidak


direncanakan dan pengguguran di Indonesia. Jurnal Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan 15 (2) : 182-183

Rade, J, N. 2009. Hubungan antara kejadian abortus dengan usia ibu hamil di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi. Program Sarjana Kedokteran Universitas
Sebelas Maret. Surakarta

Rahmani, S, L. 2014. Faktor-faktor resiko kejadian abortus di RS Prikasih Jakarta


Selatan. Skripsi. Program Sarjana Kedokteran Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah. Jakarta

Rahmawati, N. 2009. Aktivitas fisik, konsumsi makanan cepat saji (fustfood) dan
keterpaparan media serta faktor-faktor lain yang berhubungan dengan
kejadian obesitas pada siswa SD Islam Al-Azhar Jakarta Selatan. Skripsi :
Program Sarjana Kesehatan Masyarakat UI. Depok.

Rochmawati, P, N. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi abortus di RSU Pusat


Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Skripsi. Program Sarjana Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah, Surakarta.

Rukiyah, A, Y, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi kebidanan). CV Trans Info


Media. Jakarta

Sarminah. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan antenatal care


di Provinsi Papua, Analisis Data Sekunder Riskesdas 2010. Skripsi. Program
Sarjana Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok

Sugiharti, R, K. 2011. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus di


Rsia Amanah Sumpiuh kelurahan Kebokura Kecamatan Sumpiuh. Skripsi.
Program DIV Kebidanan UNS. Banyumas

Sujiyatini, dkk. 2009. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika. Yogyakarta

WHO, 2012. Infant & Maternal Mortality. World Health Organization

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


WHO. 2006. Retrospective analysis of neonates and stillbirths. Ministry of health
brickdam.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Master Tabel
Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Abortus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Tiga

N Parita Abortu
o Umur Jarak Kehamilan s Sosial Ekonomi Riwayat Peny.Ibu s
1 0 1 0 0 0 1
2 1 1 1 0 1 1
3 0 0 0 0 0 0
4 1 0 1 0 1 1
5 0 0 0 1 0 0
6 0 1 1 1 1 1
7 1 0 0 1 1 0
8 0 1 1 1 1 1
9 1 0 0 1 1 0
10 0 1 1 1 1 1
11 1 0 0 1 0 1
12 0 0 0 0 1 0
13 1 0 0 0 1 1
14 0 1 0 0 1 0
15 1 1 1 0 1 1
16 0 1 1 1 1 1
17 1 0 0 0 1 1
18 1 0 0 1 1 0
19 0 0 0 0 1 0
20 1 1 0 1 1 1
21 0 0 0 0 1 0
22 0 0 0 1 1 1
23 0 0 0 1 1 1
24 0 1 0 1 0 1
25 0 1 1 1 1 1
26 1 0 0 1 1 0
27 0 1 0 1 1 1
28 1 0 0 0 1 1
29 0 0 0 1 0 0
30 0 1 0 0 1 1
31 1 0 1 1 1 1
32 1 0 0 0 1 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33 0 0 0 1 1 1
34 1 1 1 1 1 1
35 0 0 1 1 1 1
36 0 0 0 1 1 0
37 1 1 0 0 1 1
38 0 0 0 0 1 0
39 0 1 1 1 1 1
40 0 0 0 0 1 0
41 0 1 1 1 1 1
42 1 1 1 0 0 1
43 1 1 0 1 1 1
44 0 0 0 0 1 0
45 1 1 1 1 0 1
46 0 0 1 0 1 1
47 1 1 0 1 1 1
48 0 0 0 1 1 0
49 1 1 1 1 1 1
50 0 0 1 0 1 1
51 0 1 0 1 1 1
52 0 0 0 0 1 0
53 0 1 0 1 1 0
54 1 0 1 0 1 1
55 0 0 1 1 0 1
56 0 1 0 1 0 0
57 1 1 0 0 0 0
58 1 1 1 0 1 1
59 1 0 0 1 1 1
60 0 1 1 0 1 1
61 0 1 0 1 0 1
62 0 0 1 0 0 1
63 1 0 0 0 0 0
64 0 0 1 0 1 0
65 1 1 1 1 1 1

keteranga
n:
Umur : Jarak Kehamilan : Paritas :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1 : 20-35 Tahun 1 : 2-5 tahun 1 : 2-3 kali
0 : <20 thn atau >35 thn 0 : <2thn atau >5 thn 0 : 1 dan >3 kali

Sosial Ekonomi : Riwayat Peny.ibu : Abortus :


1 : ≥2500000 1 : tidak ada 1 : tidak abortus
0: 0:
2500000 ada 0 : abortus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 10

ANALISIS UNIVARIAT

Frequencies

Statistics

riwayat_peny_
umur jarak_kehamilan paritas sosial_ekonomi ibu abortus

N Valid 65 65 65 65 65 65

Missing 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

abortus

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak abortus 42 64,6 64,6 64,6

abortus 23 35,4 35,4 100,0

Total 65 100,0 100,0

umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20-35 thn 27 41,5 41,5 41,5

<20 thn atau >35 thn 38 58,5 58,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


jarak_kehamilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2-5 thn 30 46,2 46,2 46,2

<2thn atau >5thn 35 53,8 53,8 100,0

Total 65 100,0 100,0

paritas

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 2-3 kali 25 38,5 38,5 38,5

1 dan >3 kali 40 61,5 61,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

sosial_ekonomi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid >2500000 36 55,4 55,4 55,4

<2500000 29 44,6 44,6 100,0

Total 65 100,0 100,0

riwayat_peny_ibu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak ada 51 78,5 78,5 78,5

ada 14 21,5 21,5 100,0

Total 65 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 11
ANALISIS BIVARIAT

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
umur * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
jarak_kehamilan * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
paritas * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
sosial_ekonomi * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%
riwayat_peny_ibu * abortus 65 100,0% 0 0,0% 65 100,0%

umur * abortus

Crosstab
abortus Total
abortus tidak abortus
Count 16 22 38
<20 thn atau >35 thn
% within umur 42,1% 57,9% 100,0%
umur
Count 7 20 27
20-35 thn
% within umur 25,9% 74,1% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within umur 35,4% 64,6% 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Tests
Value df Asymp. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Sig. (2- sided) sided)
sided)

Pearson Chi-Square 1,807a 1 ,179

Continuity Correctionb 1,169 1 ,280

Likelihood Ratio 1,842 1 ,175

Fisher's Exact Test ,200 ,140

Linear-by-Linear Association 1,779 1 ,182

N of Valid Cases 65

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,55.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for umur (<20 thn atau >35 thn /
2,078 ,709 6,088
20-35 thn)
For cohort abortus = abortus 1,624 ,776 3,399
For cohort abortus = tidak abortus ,782 ,550 1,110

N of Valid Cases 65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


jarak_kehamilan * abortus

Crosstab

abortus Total

abortus tidak
abortus

Count 19 16 35
<2 thn atau > 5 thn
% within jarak_kehamilan 54,3% 45,7% 100,0%
jarak_kehamilan
Count 4 26 30
2-5 thn
% within jarak_kehamilan 13,3% 86,7% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within jarak_kehamilan 35,4% 64,6% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


(2-sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 11,849a 1 ,001


b
Continuity Correction 10,126 1 ,001
Likelihood Ratio 12,650 1 ,000
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear Association 11,667 1 ,001
N of Valid Cases 65

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,62.
b. Computed only for a 2x2 table

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for jarak_kehamilan (<2 thn


7,719 2,222 26,811
atau > 5 thn / 2-5 thn)
For cohort abortus = abortus 4,071 1,556 10,651
For cohort abortus = tidak abortus ,527 ,358 ,777
N of Valid Cases 65

paritas * abortus

Crosstab

abortus Total

abortus tidak abortus

Count 22 18 40
1 dan >3 kali
% within paritas 55,0% 45,0% 100,0%
paritas
Count 1 24 25
2-3 kali
% within paritas 4,0% 96,0% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within paritas 35,4% 64,6% 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 17,502 1 ,000
b
Continuity Correction 15,342 1 ,000
Likelihood Ratio 21,025 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear Association 17,232 1 ,000
N of Valid Cases 65
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,85.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for paritas (1 dan


29,333 3,610 238,376
>3 kali / 2-3 kali)
For cohort abortus = abortus 13,750 1,975 95,751
For cohort abortus = tidak
,469 ,330 ,666
abortus
N of Valid Cases 65

sosial_ekonomi * abortus

Crosstab

abortus Total

abortus tidak abortus

Count 10 26 36
<2500000
% within sosial_ekonomi 27,8% 72,2% 100,0%
sosial_ekonomi
Count 13 16 29
>2500000
% within sosial_ekonomi 44,8% 55,2% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within sosial_ekonomi 35,4% 64,6% 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2,042 1 ,153
b
Continuity Correction 1,364 1 ,243
Likelihood Ratio 2,041 1 ,153
Fisher's Exact Test ,195 ,121
Linear-by-Linear Association 2,011 1 ,156
N of Valid Cases 65

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,26.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for


sosial_ekonomi (<2500000 / ,473 ,168 1,330
>2500000)
For cohort abortus = abortus ,620 ,319 1,203
For cohort abortus = tidak
1,309 ,890 1,925
abortus
N of Valid Cases 65

riwayat_peny_ibu * abortus
Crosstab

abortus Total

abortus tidak abortus

Count 6 8 14
ada
% within riwayat_peny_ibu 42,9% 57,1% 100,0%
riwayat_peny_ibu
Count 17 34 51
tidak ada
% within riwayat_peny_ibu 33,3% 66,7% 100,0%
Count 23 42 65
Total
% within riwayat_peny_ibu 35,4% 64,6% 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


(2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,436 1 ,509
b
Continuity Correction ,119 1 ,730
Likelihood Ratio ,427 1 ,513
Fisher's Exact Test ,540 ,360
Linear-by-Linear Association ,429 1 ,512
N of Valid Cases 65

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,95.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for


riwayat_peny_ibu (ada / tidak 1,500 ,448 5,020
ada)
For cohort abortus = abortus 1,286 ,627 2,638
For cohort abortus = tidak
,857 ,523 1,404
abortus
N of Valid Cases 65

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Generalized Linear Models

Notes

Output Created 23-JAN-2018 07:52:59


Comments
C:\Users\Administrator\Docume
Data nts\data view analisis
multivariat poison 3.sav
Active Dataset DataSet1
Input
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 65
User-defined missing values for
factor, subject and within-
Definition of Missing
subject variables are treated as
Missing Value Handling missing.
Statistics are based on cases
Cases Used with valid data for all variables
in the model.
Weight Handling not applicable

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


GENLIN abortus WITH umur
jarak_kehamilan paritas
sosial_ekonomi
/MODEL umur
jarak_kehamilan paritas
sosial_ekonomi
INTERCEPT=YES
DISTRIBUTION=POISSON
LINK=LOG
/CRITERIA
METHOD=FISHER(1)
SCALE=1 COVB=MODEL
MAXITERATIONS=100
MAXSTEPHALVING=5
Syntax PCONVERGE=1E-
006(ABSOLUTE)
SINGULAR=1E-012
ANALYSISTYPE=3(LR)
CILEVEL=95 CITYPE=WALD
LIKELIHOOD=FULL
/MISSING
CLASSMISSING=EXCLUDE
/PRINT CPS DESCRIPTIVES
MODELINFO FIT SUMMARY
SOLUTION
(EXPONENTIATED) COVB
CORB LMATRIX GEF
HISTORY(1)
/SAVE STDPEARSONRESID.
Processor Time 00:00:00,73
Resources
Elapsed Time 00:00:00,81
Variables Created or Modified Standardized Pearson Residual StdPearsonResidual_1

Model Information

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Dependent Variable abortus
Probability Distribution Poisson
Link Function Log

Case Processing Summary

N Percent

Included 65 100,0%
Excluded 0 0,0%
Total 65 100,0%

Continuous Variable Information

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Dependent
abortus 65 0 1 ,65 ,482
Variable
umur 65 0 1 ,42 ,497

jarak_kehamilan 65 0 1 ,46 ,502


Covariate
paritas 65 0 1 ,38 ,490

sosial_ekonomi 65 0 1 ,55 ,501

Iteration History

Iteration Update Number of Log Parameter


b
Type Step- Likelihood (Intercept) umur jarak_keh paritas sosial_eko (Scale
halvings amilan nomi )

0 Initial 0 -65,000 ,000000 ,000000 ,000000 ,000000 ,000000 1


1 Scoring 0 -56,839 -,764844 ,143452 ,261660 ,427183 ,119786 1
2 Newton 0 -56,010 -1,111497 ,209127 ,383954 ,601021 ,184193 1
3 Newton 0 -55,996 -1,163793 ,218070 ,402922 ,625300 ,194318 1
4 Newton 0 -55,996 -1,164810 ,218226 ,403313 ,625751 ,194515 1
a
5 Newton 0 -55,996 -1,164811 ,218226 ,403313 ,625751 ,194515 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Redundant parameters are not displayed. Their values are always zero in all iterations.
Dependent Variable: abortus
Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi
a. All convergence criteria are satisfied.
b. The full log likelihood function is displayed.

Gradient Vector and Hessian Matrix

Parameter

(Intercept) umur jarak_kehamilan paritas sosial_ekonomi

Gradient Vector ,000 ,000 ,000 ,000 ,000


(Intercept) -42,000 -20,000 -26,000 -24,000 -26,000

umur -20,000 -20,000 -12,899 -11,953 -11,103


Hessian
jarak_kehamilan -26,000 -12,899 -26,000 -17,917 -18,220
Matrix
paritas -24,000 -11,953 -17,917 -24,000 -14,999

sosial_ekonomi -26,000 -11,103 -18,220 -14,999 -26,000

The last evaluation of the gradient vector and Hessian matrix are displayed.
Redundant parameters are not displayed.

Iteration History for Type III Model Effects

Effect Iteratio Log Likelihooda Parameter


n (Intercept) umur jarak_keha paritas sosial_ek (Scale
milan onomi )

0 -65,000 0 0 0 0 0 1

1 -62,250 0 ,071 ,131 ,209 ,060 1


(Intercept)
2 -62,234 0 ,068 ,125 ,192 ,059 1

3 -62,234 0 ,068 ,125 ,192 ,059 1


0 -65,000 0 0 0 0 0 1
1 -57,040 -,354 0 ,134 ,211 ,055 1
umur 2 -56,251 -,510 0 ,200 ,298 ,079 1
3 -56,238 -,534 0 ,211 ,310 ,081 1
4 -56,238 -,534 0 ,211 ,310 ,081 1
jarak_kehamil 0 -65,000 0 0 0 0 0 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


an 1 -57,436 -,354 ,076 0 ,246 ,088 1
2 -56,712 -,502 ,115 0 ,352 ,136 1
3 -56,701 -,523 ,121 0 ,367 ,143 1
4 -56,701 -,523 ,121 0 ,367 ,143 1
0 -65,000 0 0 0 0 0 1
1 -58,424 -,354 ,077 ,193 0 ,050 1
paritas 2 -57,853 -,481 ,116 ,288 0 ,080 1
3 -57,845 -,497 ,121 ,301 0 ,084 1
4 -57,845 -,498 ,121 ,301 0 ,085 1
0 -65,000 0 0 0 0 0 1
1 -56,979 -,354 ,067 ,145 ,206 0 1
sosial_ekono
2 -56,186 -,511 ,093 ,215 ,290 0 1
mi
3 -56,173 -,535 ,095 ,226 ,302 0 1
4 -56,173 -,535 ,095 ,226 ,302 0 1
0 -65,000 0 0 0 0 0 1

1 -56,839 -,765 ,143 ,262 ,427 ,120 1

2 -56,010 -1,111 ,209 ,384 ,601 ,184 1


(Full Model)
3 -55,996 -1,164 ,218 ,403 ,625 ,194 1

4 -55,996 -1,165 ,218 ,403 ,626 ,195 1

5 -55,996 -1,165 ,218 ,403 ,626 ,195 1

Redundant parameters are not displayed. Their values are always zero in all iterations.
Dependent Variable: abortus
Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi
a. The full log likelihood function is displayed.

Goodness of Fita

Value df Value/df

Deviance 27,992 60 ,467


Scaled Deviance 27,992 60
Pearson Chi-Square 21,516 60 ,359
Scaled Pearson Chi-Square 21,516 60
b
Log Likelihood -55,996
Akaike's Information Criterion
121,992
(AIC)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Finite Sample Corrected AIC
123,009
(AICC)
Bayesian Information Criterion
132,864
(BIC)
Consistent AIC (CAIC) 137,864

Dependent Variable: abortus


Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi
a. Information criteria are in small-is-better form.
b. The full log likelihood function is displayed and used in computing
information criteria.

Omnibus Testa

Likelihood Ratio df Sig.


Chi-Square

8,692 4 ,069

Dependent Variable: abortus


Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan,
paritas, sosial_ekonomi
a. Compares the fitted model against the
intercept-only model.

Tests of Model Effects

Source Type III

Likelihood Ratio df Sig.


Chi-Square

(Intercept) 12,476 1 ,000


umur ,485 1 ,486
jarak_kehamilan 1,410 1 ,235
paritas 3,699 1 ,054
sosial_ekonomi ,354 1 ,552

Dependent Variable: abortus


Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Parameter Estimates

Paramete B Std. Error 95% Wald Hypothesis Test Exp(B) 95% Wald
r Confidence Interval Confidence Interval
for Exp(B)

Lower Upper Wald df Sig. Lower Upper


Chi-
Square
(Intercept) -1,165 ,3605 -1,871 -,458 10,439 1 ,001 ,312 ,154 ,632
umur ,218 ,3126 -,394 ,831 ,487 1 ,485 1,244 ,674 2,295
jarak_keh
,403 ,3426 -,268 1,075 1,385 1 ,239 1,497 ,765 2,930
amilan
paritas ,626 ,3278 -,017 1,268 3,643 1 ,056 1,870 ,983 3,555
sosial_ek
,195 ,3290 -,450 ,839 ,350 1 ,554 1,215 ,637 2,315
onomi
(Scale) 1a

Dependent Variable: abortus


Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi
a. Fixed at the displayed value.

Covariances of Parameter Estimates

(Intercept) umur jarak_kehamilan paritas sosial_ekonomi

(Intercept) ,12997 -,04911 -,03383 -,04215 -,06098


umur -,04911 ,09769 -,00722 -,00303 ,01420
jarak_kehamilan -,03383 -,00722 ,11741 -,03421 -,02563
paritas -,04215 -,00303 -,03421 ,10748 ,00541
sosial_ekonomi -,06098 ,01420 -,02563 ,00541 ,10822

Dependent Variable: abortus


Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Correlations of Parameter Estimates

(Intercept) umur jarak_kehamilan paritas sosial_ekonomi

(Intercept) 1,000 -,436 -,274 -,357 -,514


umur -,436 1,000 -,067 -,030 ,138
jarak_kehamilan -,274 -,067 1,000 -,305 -,227
paritas -,357 -,030 -,305 1,000 ,050
sosial_ekonomi -,514 ,138 -,227 ,050 1,000

Dependent Variable: abortus


Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi

General Estimable Function

Parameter Contrast

L1 L2 L3 L4 L5

(Intercept) 1 0 0 0 0
umur 0 1 0 0 0
jarak_kehamilan 0 0 1 0 0
paritas 0 0 0 1 0
sosial_ekonomi 0 0 0 0 1

Dependent Variable: abortus


Model: (Intercept), umur, jarak_kehamilan, paritas, sosial_ekonomi

Type III Estimable Functions


(Intercept)

Parameter Contrast

L1

(Intercept) 1
umur 0
jarak_kehamilan 0
paritas 0
sosial_ekonomi 0

The default display of this matrix is the


transpose of the corresponding L matrix.
umur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Parameter Contrast

L2

(Intercept) 0
umur 1
jarak_kehamilan 0
paritas 0
sosial_ekonomi 0

The default display of this matrix is the


transpose of the corresponding L matrix.

jarak_kehamilan

Parameter Contrast

L3

(Intercept) 0
umur 0
jarak_kehamilan 1
paritas 0
sosial_ekonomi 0

The default display of this matrix is the transpose of


the corresponding L matrix.

paritas

Parameter Contrast

L4

(Intercept) 0
umur 0
jarak_kehamilan 0
paritas 1
sosial_ekonomi 0

The default display of this matrix is the


transpose of the corresponding L matrix.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


sosial_ekonomi

Parameter Contrast

L5

(Intercept) 0
umur 0
jarak_kehamilan 0
paritas 0
sosial_ekonomi 1

The default display of this matrix is the


transpose of the corresponding L matrix.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai