Anda di halaman 1dari 147

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN

DENGAN KEJADIAN OBESITAS


PADA MAHASISWA STRATA-1
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SKRIPSI

OLEH

NAMA :SYAHYANI ULFA PUTRI


NIM :10011181320022

PROGRAM STUDI (S1) KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN KEJADIAN OBESITAS
PADA MAHASISWA STRATA-1
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Syarat Untuk Mendapatkan Gelar (S1)


Sarjana Kesehatan Masyarakat Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya

OLEH

NAMA :SYAHYANI ULFA PUTRI


NIM :10011181320022

PROGRAM STUDI (S1) KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
EPIDEMIOLOGI DAN BIOSTATISTIK
FAKULTAS KESEHATAN MASYRAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Skripsi, 26 Juli 2017

SYAHYANI ULFA PUTRI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Obesitas Pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya

xiii + 86 Halaman, 31 Tabel, 5 Gambar, 5 Lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Obesitas telah menjadi pandemi di seluruh dunia dan dinyatakan
sebagai masalah kesehatan kronis terbesar. Hasil studi pendahuluan di Universitas
Sriwijaya terhadap 156 mahasiswa, diketahui bahwa 11,5% menderita obesitas.
Proporsi obesitas terbesar yaitu 18,4% terdapat pada mahasiswa angkatan 2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian obesitas.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol berpadanan.
Sampel dalam penelitian adalah mahasiswa strata-1 angkatan 2016 dipilih
berdasarkan metode simple random sampling.
Hasil Penelitian: Terdapat enam variabel yang berhubungan dengan kejadian
obesitas yaitu frekuensi konsumsi fast food (p-value=0,024), kebiasaan makan
buah (p-value=0,012), kebiasaan makan sayur (p-value=0,04), durasi tidur malam
(p-value=0,011), aktivitas fisik (p-value=0,014), dan kondisi mental emosional
(p-value=0,02). Tidak ada hubungan pendapatan keluarga (p-value=0,473) dan
status merokok (p-value=1,000) dengan kejadian obesitas.
Kesimpulan : Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian
obesitas adalah kebiasaan makan sayur (OR=2,679). Mahasiswa diharapkan
memperbaiki asupan gizi dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayur serta
mengurangi konsumsi fast food, menjaga kualitas tidur dengan durasi tidur selama
7-9 jam per malam, serta manfaatkan waktu akhir pekan untuk melakukan
rekreasi.

Kata Kunci : Obesitas, Mahasiswa, Universitas Sriwijaya


Kepustakaan : 75 (1993-2017)

i
EPIDEMIOLOGY AND BIOSTATISTIC
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
UNIVERSITY OF SRIWIJAYA
Skripsi, 26 Juli 2017

SYAHYANI ULFA PUTRI

Associated Factors Regarding Obesity Occurrences to University of


Sriwijaya Strata-1 Students

xii + 86 Pages, 31 Tables, 5 Pictures, 5 Appendices

ABSTRACT

Background : Obesity has become a pandemic worldwide and declared as the


biggest chronic health problem. The results of preliminary study at University of
Sriwijaya to 156 students, it is known that 11.5% suffers from obesity. The largest
obesity proportion is 18,4% found in class of 2016. The purpose of this research is
to find out the factors related to obesity incidence.
Method : This study used a case-control study design. The sample of this research
are S-1 students class of 2016 chosen based on simple random sampling method.
Result : That there are six variables related to obesity occurrence that is the
frequency of fast food consumption (p-value=0,012), fruit eating habit (p-
value=0,012), vegetable eating habit (p-value=0,004), night sleep duration (p-
value=0,011), physical activities (p-value=,014) and emotional mental condition
(p-value=0,02). There are no relation of family income (p-value=0,473) and
smoking habit (p-value=1,000) to obesity incidence.
Conclusion : The most dominant variable related to obesity occurrence is
vegetable consumption habit (OR =2,679) and as the confounding are the habit of
eating fruit and physical activity. Students are expected to improve their
nutritional intake by increasing consumption of fruits and vegetables and reducing
the consumption of fast food, maintaining sleep quality with sleep duration for 7-9
hours per night, and take advantage of weekend time to do recreation.

Keywords: Obesity, Student, University of Sriwijaya


Literature: 75 (1993-2017)

ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Syahyani Ulfa Putri
NIM : 10011181320022
Tempat, tanggal lahir : Desa Aro, 14 Januari 1996
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Perum. Ratu Daha II
RT. 014 RW. 03 Kel. Teratai, Kec. Muara Bulian
Kab. Batanghari, Jambi
No. telepon : +6285366286106 / +6281532154614
Email : Syahyaniulfaputri@gmail.com

Riwayat Pendidikan :
1. SD (2001-2007) : SD Negeri 34/I Teratai, Muara Bulian, Batanghari, Jambi
2. SMP (2007-2010) : SMP Negeri 3 Batanghari, Jambi
3. SMA (2010-2013) : SMA Negeri 1 Batanghari, Jambi. Jurusan IPA
4. S1 (2013-2017) : Universitas Sriwijaya Fakultas Kesehatan Masyarakat
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan
Epidemiologi dan Biostatistik

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan atas izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Obesitas pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya”.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari adanya
kekurangan dan kelemahan yang disebabkan terbatasnya kemampuan,
pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Ucapan terima kasih penulis
ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan segala bentuk dukungan,
bantuan, bimbingan, motivasi serta doanya, sehingga memacu dan membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini:
1. Orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan moral maupun
materi selama pengerjaan proposal skripsi ini.
2. Bapak Iwan Stia Budi, S.KM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya
3. Bapak Dr. Rico Januar Sitorus, S.KM., M.Kes(Epid) selaku pembimbing
satu yang telah mendampingi, mengarahkan dan memberikan masukan
yang bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan proses bimbingan.
4. Ibu Feranita Utama, S.KM, M.Kes selaku pembimbing dua yang telah
mendampingi dan memberikan masukan yang bermanfaat bagi penulis
dalam menyelesaikan proses bimbingan.
5. Ibu Elvi Sunarsih, S.KM., M.Kes selaku penguji satu yang telah
memberikan banyak arahan serta masukan dalam menyelesaikan skripsi.
6. Ibu Yeni, S.KM., M.Kes S.KM., M.KM selaku penguji dua yang telah
memberikan banyak arahan serta masukan dalam menyelesaikan skripsi.
7. Bapak dan Ibu Dosen serta segenap staf karyawan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya atas bantuan dan ilmu pengetahuan yang
telah diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman KPMB Sumsel dan manis manja yang selalu memberikan
saran, semangat, serta pencerahan.
9. Teman-teman seangkatan FKM 2013, atas saran dan bantuannya.

vii
10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran, dan kritik yang membangun sangatlah diharapkan guna lebih
sempurnanya skripsi ini.
Indralaya, Juli 2017

Penulis

viii
ix
DAFTAR ISI

ABSRAK INDONESIA ......................................................................................... i


ABSTRAK INGGRIS ........................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME .................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................v
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian .........................................................................................5
1.2.1 Tujuan Umum ....................................................................................5
1.2.2 Tujuan Khusus ....................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................6
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................6
1.4.2 Bagi Mahasiswa ..................................................................................7
1.4.3 Bagi Universitas Sriwijaya ..................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................8
2.1 Obesitas .........................................................................................................8
2.1.1 Pengertian Obesitas .............................................................................8
2.1.2 Tipe-Tipe Obesitas ..............................................................................9
2.1.3 Etiologi Obesitas ...............................................................................11
2.1.4 Dampak Obesitas ...............................................................................12
2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Obesitas ...........................................13

x
2.2.1 Faktor Pejamu (Host) ........................................................................14
2.2.2 Faktor Agen (Agent) ..........................................................................15
2.2.3 Faktor Lingkungan (Enviroment) ......................................................17
2.3 Penilaian Status Obesitas.............................................................................18
2.3.1 Pengukuran Berat Badan ...................................................................18
2.3.2 Pengukuran Tinggi Badan .................................................................19
2.3.3 Indeks Massa Tubuh (IMT) ...............................................................19
2.4 Mahasiswa ..................................................................................................21
2.4.1 Pengertian Mahasiswa .......................................................................21
2.4.2 Pengertian Remaja.............................................................................21
2.4.3 Batasan Usia Remaja .........................................................................22
2.5 Kerangka Teori ............................................................................................23
2.6 Keabsahan Penelitian ..................................................................................25
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFENISI OPERASIONAL DAN
HIPOTESIS ..........................................................................................................29
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................29
3.2 Defenisi Operasional ...................................................................................30
3.3 Hipotesis ......................................................................................................32
BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................33
4.1 Desain Penelitian .........................................................................................33
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................34
4.2.1 Populasi .............................................................................................34
4.2.2 Sampel Penelitian ..............................................................................34
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel .............................................................37
4.3 Jenis, Cara dan Alat Pengumpul Data .........................................................38
4.3.1 Jenis Data ..........................................................................................38
4.3.2 Cara Pengumpulan Data ....................................................................39
4.3.3 Alat Pengumpulan Data ....................................................................39
4.4 Pengolahan Data ..........................................................................................40
4.5 Validasi Data ...............................................................................................41
4.6 Analisis dan Penyajian Data ........................................................................42
4.6.1 Analisis Data .....................................................................................42

xi
4.6.2 Penyajian Data ...................................................................................44

BAB V HASIL PENELITIAN ............................................................................45


5.1 Gambaran Umum Universitas Sriwijaya .....................................................45
5.1.1 Sejarah Singkat Universitas Sriwijaya ..............................................45
5.1.2 Kampus Universitas Sriwijaya ..........................................................46
5.1.3 Jumlah Mahasiswa Universitas Sriwijaya .........................................47
5.2 Ananlisis Univariat ......................................................................................47
5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden..................................................47
5.2.2 Gambaran Variabel yang Diteliti ......................................................48
5.3 Analisis Bivariat ..........................................................................................52
5.4 Analisis Multivariat .....................................................................................60
BAB VI PEMBAHASAN.....................................................................................65
6.1 Keterbatasan Penelitian ...............................................................................65
6.2 Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................................65
6.2.1 Pendapatan Keluarga ........................................................................65
6.2.2 Status Merokok ................................................................................66
6.2.3 Frekuensi Konsumsi Fast Food .......................................................68
6.2.4 Kebiasaan Makan Buah ....................................................................70
6.2.5 Kebiasaan Makan Sayur ...................................................................72
6.2.6 Durasi Tidur Malam .........................................................................74
6.2.7 Aktivitas Fisik ..................................................................................76
6.2.8 Kondisi Mental Emosional ...............................................................77
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................80
7.1 Kesimpulan ..................................................................................................80
7.2 Saran ............................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................82
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas pada Dewasa Menurut WHO ................................20
Tabel 2.2 Klasifikasi Obesitas pada Dewasa di Asia .................................................. 21
Tabel 2.3 Penelitian yang Terkait ..........................................................................25
Tabel 3.1 Definisi Operasional ..............................................................................30
Tabel 4.1 Perkiraan Besar Sampel Kasus dan Kontrol ..........................................36
Tabel 4.2 Hasil Validitas ........................................................................................41
Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas ....................................................................................42
Tabel 5.1 Jumlah Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya .47
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ......................................48
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Keluarga .......................49
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Merokok ................................49
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Fast Food .......................50
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Makan Buah ...................50
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Makan Sayur ..................51
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Durasi Tidur Malam ........................51
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik .................................52
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Mental Emosional ............52
Tabel 5.11 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Obesitas ...............53
Tabel 5.12 Hubungan Status Merokok dengan Kejadian Obesitas ........................53
Tabel 5.13 Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas ...............54
Tabel 5.14 Hubungan Kebiasaan Makan Buah dengan Kejadian Obesitas ...........55
Tabel 5.15 Hubungan Kebiasaan Makan Sayur dengan Kejadian Obesitas ..........56
Tabel 5.16 Hubungan Durasi Tidur Malam dengan Kejadian Obesitas ................57
Tabel 5.17 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas .........................58
Tabel 5.18 Hubungan Kondisi Mental Emosional dengan Kejadian Obesitas ......59
Tabel 5.19 Perubahan Nilai OR dengan Matching Jenis Kelamin.........................60
Tabel 5.20 Seleksi Bivariat ....................................................................................61
Tabel 5.21 Pemodelan Awal Multivariat ...............................................................62
Tabel 5.22 Perubahan Nilai OR Tanpa Variabel Aktivitas Fisik ...........................62
Tabel 5.23 Perubahan Nilai OR Tanpa Variabel Kebiasaan Makan Buah ............63
Tabel 5.24 Model Akhir Analisis Multivariat ........................................................63

xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Keadaan Keseimbangan Interaksi Host, Agent dan Environment .... 13
Gambar 2.2 Kerangka Teori Obesitas dimodifikasi dari : Gordon dan La Richt
(1950), Barasi (2009), Sudikno (2015), James (2005) dan Purwati
(2001) ................................................................................................. 24
Gambar 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 29
Gambar 4.1 Skema Desain Studi Kasus Kontrol .................................................. 34
Gambar 4.2 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 37

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian


Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Output SPSS
Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 5. Lembar Bimbingan

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO (World Health Organization) pada tahun 2013 menyatakan bahwa
obesitas merupakan akumulasi abnormal lemak pada tubuh yang dapat
menyebabkan risiko untuk kesehatan. Obesitas tidak hanya berdampak pada
medis, sosial maupun psikis, tetapi juga erat hubungannya dengan kelangsungan
hidup penderitanya (Misnadiarly, 2007). Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah
metode sederhana yang digunakan dalam menilai status gizi seorang individu.
IMT merupakan metode murah dan mudah untuk mengukur status gizi akan tetapi
tidak dapat mengukur lemak tubuh secara langsung (Depkes RI, 2010).
Obesitas telah dinyatakan oleh WHO (World Health Organization) sebagai
suatu masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa dan menjadi pandemi
di seluruh dunia. Kejadian obese atau overweight prevalensinya terus meningkat
pada anak dan orang dewasa, sehingga menjadi masalah di seluruh dunia karena
baik di negara maju hingga negara berkembang (Hadi, 2005). Pada tahun 2008,
terdapat sekitar 1,5 miliar orang dewasa mengalami overweight (BMI>25 kg/m2).
Dari jumlah itu terdapat kurang lebih 200 juta laki-laki dan 300 juta perempuan
yang mengalami obesitas. Tahun 1980 sampai dengan 2008 pada seluruh dunia,
prevalensi kegemukan sudah mengalami hampir dua kali lipat peningkatan. Di
seluruh dunia, pada tahun 2008, terdapat 10% pria yang mengalami kegemukan
tingkat berat dengan IMT ≥ 30 kg/m2 dan pada wanita yaitu sebesar 14%. Pada
tahun 1980, prevalensi penderita kegemukan diseluruh dunia yakni terbagi
menjadi 5% pada pria dan 8% pada wanita (WHO, 2011).
South East Asian Nutritin Surveys (SEANUTS) pada tahun 2012
mempublikasikan data hasil survei yang telah dilakukan di 4 negara meliputi
Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia. Hasil survei tersebut menyebutkan
bahwa obesitas merupakan masalah yang juga mulai muncul di negara
berkembang. Hasil tersebut sejalan dengan prevalensi penderita obesitas yang ada
di Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.

1
2

Di Indonesia, status gizi masyarakatnya dapat dilihat dari laporan Riskesdas


(Riset Kesehatan Dasar) 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013
menyatakan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia yaitu 15,4% meningkat jika
dibandingkan dengan Riskesdas 2007 11,7% dan Riskesdas 2010 10%. Pada
tahun 2013 prevalensi penduduk laki-laki dewasa yang mengalami obesitas
mengalami pengingkatan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 19,7%, pada
tahun 2007 (13,9%) dan pada tahun 2010 (7,8%). Prevalensi obesitas perempuan
dewasa (>18 tahun) pada tahun 2007 sebanyak 13,9%, meningkat pada tahun
2010 menjadi sebanyak 15,5%. Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan
dewasa (>18 tahun) meningkat dua kali lipat menjadi 32,9% (Riskesdas, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Sumatera Selatan tahun
2013 menyatakan prevalensi obesitas umum di Provinsi Sumatera Selatan adalah
sebesar 11,4% (6,6% BB lebih dan 4,8% obese). Prevalensi obesitas umum pada
laki-laki di Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah bila dibandingkan dengan
prevalensi obesitas umum perempuan. Prevalensi obesitas umum pada laki-laki di
Sumatera Selatan yaitu sebanyak 2,9% dan prevalensi obesitas umum pada
perempuan di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 6,7% (Depkes RI, 2009).
Kelebihan asupan energi dari yang dibutuhkan oleh tubuh dapat berdampak
pada terjadinya obesitas. Hal tersebut karena kelebihan asupan energi dalam tbuh
akan tersimpan dalam bentuk lemak (Soegih, 2009). Pola konsumsi fast food
dapat pula mempercepat terjadinya obesitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa
orang yang mengkonsumsi fast food secara sering atau lebih dari dua kali per
minggu memiliki perbedaan signifikan sekitar 4-5 kg berat badannya apabila
dibandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumsi fast food secara teratur
(Proverawati, 2010).
Peningkatan pendapatan terutama di perkotaan dapat berakibat pada
perubahan dalam gaya hidup termasuk salah satunya merupakan pola makan.
Tinggi karbohidrat, tinggi serat kasar dan rendah lemak merupakan pola makan
tradisional pada awalnya, namun seiring berkembangnya zaman pola makan
tersebut mulai berubah menjadi pola makan baru yang rendah karbohidrat, tinggi
serat kasar dan tinggi lemak. Perubahan pola makan tersebut berdampak pada
kualitas makanan yang bergeser ke arah pola makan tidak seimbang. Pergeseran

Universitas Sriwijaya
3

pola makan tersebut dipicu oleh semakin derasnya arus budaya asing yang masuk
ke Indonesia akibat kemajuan teknologi dan globalisasi ekonomi. Selain itu,
berkurangnya aktifitas fisik masyarakat tertentu akibat dari peningkatan ekonomi.
Pergeseran pola makan dan kurangnya aktivitas fisik tersebut dapat berdampak
meningkatnya prevalensi penduduk golongan tertentu untuk mengalami
kegemukan atau obesitas. Pola makan yang berlebihan dikaitkan pula dengan
stress atau tekanan hidup (Almatsier, 2009).
Faktor kondisi mental emosional dalam diri seseorang dapat berpengaruh
terhadap perilaku seseorang seperti stres, cemas dan takut dapat memunculkan
sikap yang berbeda-beda pada tiap individu untuk mengatasinya. Salah satu
contoh umum reaksi dari emosi adalah dengan makan (Proverawati, 2010). Hal ini
sejalan dengan penelitian Sari (2013) yang menemukan bahwa terdapat hubungan
secara signifikan antara kondisi mental emosional dengan kejadian obesitas. Hal
ini disebabkan karena seseorang yang mengalami gejala stress cenderung untuk
terus mengkomsumsi makanan dalam jumlah yang lebih banyak akibat adanya
hormon kortisol yang mengendalikan tubuh.
Aktivitas fisik yang kurang pada seseorang dapat meningkatkan prevalensi
terjadinya obesitas. Seseorang dengan aktivitas fisik kurang aktif dan dibarengi
dengan pola makan yang tinggi lemak dan rendah serat, akan cenderung untuk
mengalami obesitas (Proverawati, 2010). Hasil penelitian Kristi et al (2014) juga
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik (p=0,045 ; OR=7,154
(CI 95%: 0.809-63.299) dengan kejadian gizi lebih yaitu aktivitas fisik ringan.
Artinya mahasiswa yang melakukan aktivitas fisik ringan mempunyai resiko
untuk gizi lebih sebesar 7.154 kali dibandingkan dengan mahasiswa yang
melakukan aktivitas sedang.
Tidur memiliki pengaruh kuat terhadap kadar growth hormone. Growth
hormone akan menurun apabila seseorang tidak cukup tidur. Penurunan kadar
growth hormone bisa merangsang penyerapan glukosa oleh sel, glikogenesis dan
lipogenesis. Hal tersebut, bila terjadi secara terus-menerus dapat berdampak pada
kegemukan. Durasi tidur singkat dapat pula menyebabkan penurunan pengeluaran
energi. Penurunan pengeluaran energi saat seseorang mengalami kurang tidur
dapat dimediasi oleh kelelahan di siang hari, sehingga menyebabkan tingkat

Universitas Sriwijaya
4

aktivitas menurun. Kurang tidur dapat pula menyebabkan perubahan metabolisme


dalam tubuh sehingga pengeluaran energi menurun. Kurang tidur dalam satu
malam saja, meningkatkan resistensi insulin melalui berbagai alur metabolisme
pada subjek sehat (Donga, 2010). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gangswich (2005) yang menyatakan bahwa tidur selama 2-4 jam per malam
(OR=2,35 95% CI 1,36-4,05), 4 jam per malam (OR=1,60 95% CI 1,12-2,29), 5
jam per malam (OR= 1,27 95%CI 1,01-1,60) lebih berisiko untuk menderita
obesitas dibandingkan dengan tidur 7 jam per malam.
Penelitian yang dilakukan oleh Sudikno et al (2015) menyatakan bahwa
faktor risiko yang terkait dengan overweight dan obese salah satunya kebiasaan
merokok. Menurut kebiasan merokok, didapatkan peningkatan potensi risiko
obese pada responden yang pernah merokok (OR=1,43) dan responden yang tidak
pernah merokok (OR=1,32) dibandingkan responden yang merokok.
Kelompok umur yang paling banyak mengalami gizi lebih yaitu kelompok
remaja dan dewasa. Hal ini disebabkan karena kelompok remaja dan dewasa tidak
mengalami pertumbuhan lagi sehingga kelebihan energi dan zat gizi lain akan
disimpan sebagai timbunan lemak (Depkes, 1999). Remaja adalah individu-
individu yang rentan terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sekitar salah
satunya masalah pola makan. Masalah yang terkait dengan pola makan yaitu
kebiasaan beragam dari remaja terhadap makanan yang dikonsumsi, seperti tidak
peduli pada pemilihan jenis makanan yang memenuhi kebutuhan gizi, mengikuti
trend makan makanan fast food akibat pengaruh budaya asing, kebiasaan makan
secara berlebihan, waktu makan yang tidak teratur dan sebagainya(Moehji, 2003).
Universitas Sriwijaya adalah sebuah perguruan tinggi negeri di Sumatera
Selatan, Indonesia. Universitas Sriwijaya memiliki sepuluh fakultas dengan dua
buah kampus yaitu di Bukit Besar, Kota Palembang dan di Indralaya, Kabupaten
Ogan Ilir. Kampus Indralaya merupakan kampus utama yang menjadi pusat
adminstrasi maupun akademik. Mahasiswa baru yang diterima di Universitas
Sriwijaya setiap tahunnya diwajibkan melakukan cek kesehatan di UPT Klinik
Universitas Sriwijaya. Data hasil cek kesehatan yang terbaru adalah data
mahasiswa baru angkatan 2016.

Universitas Sriwijaya
5

Survei awal yang dilakukan oleh penulis terhadap 3.563 mahasiswa


Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya angkatan 2016 dengan mendata tinggi
badan dan berat badan berdasarkan dari hasil cek kesehatan. Hasil perhitungan
IMT, didapatkan hasil 357 mahasiswa (10%) dikategorikan obesitas (IMT ≥ 25),
sedangkan sebanyak 3.206 mahasiswa (90%) dikategorikan tidak obesitas. Selain
itu, survei awal yang juga dilakukan oleh penulis terhadap 156 mahasiswa
Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya yang terdiri dari 10 fakultas dengan
sebaran jumlah responden tiap angkatan yaitu 2013 (41), 2014 (57), 2015 (20) dan
2016 (38) dengan mendata tinggi badan dan berat badan kemudian dilakukan
perhitungan IMT, didapatkan hasil 18 mahasiswa (11,5%) obesitas (IMT ≥ 25).
Proporsi obesitas berdasarkan angkatan yaitu 2013 (9,7%), 2014 (8,7%), 2015
(10%) dan 2016 (18,4%). Proporsi obesitas terbesar yaitu 18,4% terdapat pada
angkatan 2016. Berdasarkan uraian di atas maka penulis menganggap perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang “Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Obesitas pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya”.

1.2 Rumusan Masalah


Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2013 obesitas
merupakan akumulasi tidak normal lemak pada tubuh yang dapat menyebabkan
risiko untuk kesehatan. Pada tahun 2008, terdapat 1,5 miliar orang dewasa
mengalami kelebihan berat badan (BMI>25 kg/m2). Pada tahun 2013, prevalensi
penduduk laki-laki dewasa obesitas sebesar 19,7% dan prevalensi obesitas
perempuan dewasa (>18 tahun) yaitu 32,9%. Prevalensi obesitas umum pada
Provinsi Sumatera Selatan yaitu sebesar 11,4% (6,6% BB lebih dan 4,8% obese).
Hasil studi pendahuluan di Univeritas Sriwijaya terhadap 156 mahasiswa,
didapatkan hasil 18 mahasiswa (11,5%) menderita obesitas (IMT ≥ 25). Proporsi
obesitas terbesar yaitu 18,4% terdapat pada angkatan 2016. Berdasarkan latar
belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah “Apakah Faktor – Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada Mahasiswa Strata-1 Universitas
Sriwijaya?”

Universitas Sriwijaya
6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi pendapatan keluarga, status
merokok, konsumsi fast food, kebiasaan makan buah, kebiasaan
makan sayur, durasi tidur malam, aktivitas fisik dan kondisi mental
emosional pada kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1
Universitas Sriwijaya.
2. Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
3. Untuk mengetahui hubungan antara status merokok dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
4. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi konsumsi fast food
dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas
Sriwijaya.
5. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan buah dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
6. Untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan makan sayur dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
7. Untuk mengetahui hubungan antara durasi tidur malam dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
8. Untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
9. Untuk mengetahui hubungan antara kondisi mental emosional dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
10. Untuk mengetahui faktor yang paling berhubungan dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.

Universitas Sriwijaya
7

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk
mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama belajar di bangku
perkuliahan, memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung
dalam merencanakan dan melaksanakan penelitian. Selain itu, sebagai
sarana untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan
kejadian obesitas pada kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1
Universitas Sriwijaya.
1.4.2 Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kepada mahasiswa mengenai obesitas, dampak dan
pencegahannya.
1.4.3 Bagi Universitas Sriwijaya
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan saran dalam melakukan upaya promotif dan pencegahan
terhadap masalah obesitas serta ancaman penyakit degeneratif di
Universitas Sriwijaya. Menambah referensi dalam penelitian selanjutnya
mengenai obesitas dan dapat dijadikan sebagai acuan dalam belajar bagi
mahasiswa Universitas Sriwijaya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian obesitas pada kejadian obesitas pada
mahasiswa Strata 1 Universitas Sriwijaya. Pengambilan data pada
penelitian ini akan dilaksanakan selama satu bulan dari Mei sampai dengan
Juni 2017. Penelitian ini menggunakan desain penelitian matched-case
control dengan pendekatan kuantitatif. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah pendapatan keluarga, status merokok, frekuensi
konsumsi fast food, kebiasaan makan buah, kebiasaan makan sayur, durasi
tidur malam, aktivitas fisik dan kondisi mental emosional sedangkan
variabel dependennya adalah kejadian obesitas.

Universitas Sriwijaya
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas
2.1.1. Pengertian Obesitas
Obesitas merupakan suatu penumpukan lemak secara berlebih atau
tidak normal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011). Menurut
Myers (2004), seseorang yang dikategorikan obesitas jika terjadi
pembesaran atau pertambahan sel lemak pada tubuh mereka sedangkan
menurut Sumanto (2009), obesitas adalah keadaan yang tidak seimbang
antara tinggi badan dan berat badan karena jaringan lemak dalam tubuh
yang mengakibatkan kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal.
Menurut Barasi (2012), berat badan berlebih dan obesitas dapat dikatakan
sebagai akumulasi lemak tubuh secara berlebihan. Menurut Proverawati
(2010) obesitas merupakan suatu keadaan dimana kelebihan berat badan
seseorang dibandingkan dengan berat badan idealnya akibat
menumpuknya lemak dalam tubuhnya. Berdasarkan pendapat para ahli
tersebut, dapat disimpulkan bahwa obesitas adalah kelebihan lemak dalam
tubuh yang dapat mengganggu kesehatan.

2.1.2. Tipe-Tipe Obesitas


Obesitas memiliki berbagai jenis, berdasarkan gejala klinisnya
Purwati (2011) mengkategorikan obesitas sebagai berikut:
1. Obesitas Sederhana ( Simple Obesity )
Obesitas sederhana yaitu memiliki gejala berupa yang tidak disertai
adanya kelainan hormonal, kelainan mental dan kelainan fisik lainnya.
Faktor nustrisi merupakan penyebab dari obesitas jenis sederhana.
2. Obesitas Khusus
a. Sindrom Chusing (Kelainan Hormonal)
Sindrom Chusing merupakan kelainan yang terjadi akibat
kerentanan anak pada pengobatan dengan dengan hormon steroid.
b. Kelainan Somatodismorfik (Sindrom Prader-Willi, Summit dan
Carpenter, Launrence-Moon-Biedl dan Sindrom Cohen)

Universitas Sriwijaya
9

Kelainan somatodismorfik merupakan kelainan yang hampir


selalu disertai dengan adanya kelainan ortopedi dan mental
retardasi.
c. Kelainan Hipotamalus
Kelainan hipotamalus merupakan kelainan yang berdampak
pada perubahan nafsu makan sehingga terjadi obesitas, sebagai
dampak dari trauma kepala, kraniofaringioma, leukemia serebral,
dan lain-lain.
Purwati (2001) mengkategorikan beberapa tipe kegemukan
berdasarkan dari kondisi sel yaitu sebagai berikut:
1. Tipe Hiperplastik, merupakan tipe kegemukan akibat jumlah sel
yang lebih banyak dibandingkan jumlah sel normal, sedangkan
ukuran sel-selnya sesuai dengan ukuran sel normal. Tipe ini biasanya
terjadi pada masa anak-anak.
2. Tipe Hipertropik, merupakan tipe kegemukan yang terjadi akibat
ukuran sel-sel yang lebih besar dibandingkan ukuran sel normal.
Tipe hipertropik biasanya terjadi pada usia dewasa. Jika
dibandingkan dengan tipe hiperplastik, upaya dalam megurangu
berat badan pada tipe ini akan lebih mudah.
3. Tipe Gabungan (Hiperplastik dan Hipertropik), merupakan tipe
kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih banyak dari
normal dan ukuran sel yang lebih besar dibandingkan sel normal.
Tipe kegemukan ini akan berlangsung terus sampai dewasa apabila
dimulai sejak masa anak-anak. Upaya untuk menurunkan berat
badan pada tipe ini termasuk hal yang paling sulit, karena dapat
berisiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.
Berdasarkan ditribusi lemak dalam tubuh, terdapat dua kategori
(Wirakusumah, 2001), yaitu :
1. Tipe Android (Tipe Buah Apel)
Tipe android terjadi karena penumpukan lemak pada bagian
tubuh sebelah atas yakni sekitar dada, pundak, leher dan wajah yang
berlebihan. Tipe ini biasanya terjadi pada pria maupun wanita yang

Universitas Sriwijaya
10

sudah menopause. Jenis tipe ini lebih potensial dan berisiko tinggi
untuk menderita penyakit khususnya penyakit yang berhubungan
dengan metabolisme glukosa dan lemak. Hal tersebut karena lemak
yang menumpuk pada tipe ini lebih banyak terdiri dari lemak jenuh
yang mengandung sel–sel lemak besar. Usaha dalam menurunkan
berat badan dengan cara pengaturan pola dan olahraga teratur pada
tipe ini lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe ginoid.
Obesitas tipe ini banyak dijumpai pada pria, oleh karena itu tipe
obesitas ini disebut sebagai android obesity. Android obesity lebih
berhubungan dengan beberapa penyakiy seperti diabetes, hipertensi,
dan penyakit kardiovaskuler lainnya dibandingkan dengan tipe
ginoid (Sugianti, 2009).
2. Tipe Ginoid (Tipe Buah Pear)
Penimbunan lemak pada bagian bawah tubuh meliputi pinggul,
paha, pantat dan sekitar perut merupakan ciri obesitas tipe ginoid.
Tipe ini dominan terjadi pada wanita. Upaya penurunan berat badan
pada tipe ginoid lebih sukar karena lemak yang tertimbun terdiri dari
sel lemak kecil dan lembek serta lemak tak jenuh. Keuntungan dari
tipe ginoid yaitu risiko kemungkinan mengalami penyakit
degeneratif lebih kecil jika dibandingkan dengan tipe android
sehingga tipe ginoid lebih aman.
Wirakusumah (2001), berdasarkan usia timbulnya kegemukan
dikategorikan sebagai berikut :
1. Masa bayi ( Infancy Onset Obesity )
Hasil penelitian menyatakan bahwa kegemukan yang terjadi
pada bayi dengan usia enam bulan pertama ternyata lebih dari
sepertiganya akan menjadi gemuk pula pada usia dewasa. Oleh
karena itu, pada masa bayi terjadinya kegemukan perlu dihindari.
2. Masa kanak-kanak ( Chilhood Onset )
Perilaku makan yang salah dibarengi dengan kurangnya aktifitas
fisik merupakan faktor pemicu terjadinya kegemukan pada masa

Universitas Sriwijaya
11

kanak-kanak. Kelebihan lemak tersebut muncul antara usia dua


tahun sampai menginjak usia remaja ( puberty ).
3. Masa dewasa ( Adult Onset Obesity )
Kegemukan pada masa dewasa sering ditemukan dibandingkan
kegemukan pada masa kanak-kanak. Usia antara 20-30 tahun
merupakan usia yang paling sering mulai menumpuknya lemak
tubuh yang berlebihan. Pada rentang usia tersebut merupakan saat
seseorang mulai mantap dalam karirnya. Kesibukan-kesibukan
dalam karirnya menyebabkan kurangnya waktu untuk melakukan
olahrga, maka apabila kurang hat-hati kegemukan mulai mengintai
pada masa ini.

2.1.3. Etiologi Obesitas


Obesitas dapat terjadi apabila kalori yang msuk lebih besar daripada
kalori yang dikeluarkan. Berat badan dapat meningkat apabila jumlah
energi dalam bentuk makanan yang masuk ke dalam tubuh lebih besar
dibandingkan yang digunakan, dan sebagian besar energi yang berlebih itu
akan disimpan dalam bentuk lemak. Setiap 9,3 kalori berlebih dari energi
yang masuk ke dalam tubuh, kemudian disimpan dalam 1 gram lemak
(Hall, 2011).
Banyak faktor yang bisa menyebabkan individu mengalami kelebihan
berat badan atau obesitas (CDC, 2009), antara lain : (1) kesenjangan antara
asupan kalori yang berasal dari makanan dibandingkan kalori yang
dikeluarkan sebagai energi melalui aktivitas fisik; (2) lingkungan tempat
tinggal maupun tempat kerja; (3) faktor genetik; (4) faktor lainnya.
Kenaikan berat badan terjadi jika asupan energi melebihi keluaran
energi selama jangka waktu tertentu. Lingkungan tempat tinggal maupun
tempat kerja dapat pula berpengaruh terhadap kejadian obesitas karena
lingkungan merupakan salah satu faktor yang bisa mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan suatu tindakan atau
perubahan-perubahan perilaku pada setiap individu. Obesitas cenderung
diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik.

Universitas Sriwijaya
12

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh (Hall, 2011), bahwa


obesitas adalah penyakit yang multifaktor. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya obesitas meliputi faktor genetik, faktor
lingkungan, dan gaya hidup (McPhee et al, 2011).

2.1.4. Dampak Obesitas


Dampak dari obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah ortopedi
(nyeri punggung pada bagian bawah) dan masalah osteoarthritis (terutama
di daerah pergegelangan kaki, lutut dan pinggul). Permukaan tubuh
individu yang mengalami obesitas relatif lebih sempit bila dibandingkan
dengan berat badannya, akibatnya efisien sehingga akan mengeluarkan
keringat yang lebih banyak. Pada individu yang mengalami obesitas,
sering pula ditemukan oedema (pembengkkan akibat penimbunan
sejumlah cairan) di daerah tungkai maupun pergelangan kaki (Proverawati,
2010).
Obesitas sudah dilaporkan berhubungan langsung dengan mortalitas
dan penyakit kronis, seperti hipertensi, DM tipe 2, osteoarthritis, penyakit
jantung koroner, stroke, dislipidemia, penyakit kandung empedu dan
beberapa tipe kanker (endometrium, payudara, colon). Van Dam et. Al
melaporkan bahwa remaja yang ditemukan dengan Indeks Massa Tubuh
(IMT) tinggi berhubungan dengan kematian pada umur muda. Pada
penelitian yang lain dilaporkan bahwa individu yang mempunyai massa
jaringan adiposa tinggi dan aktivitas fisik yang rendah merupakan faktor
risiko untuk terjadi kematian pada wanita. Individu yang memiliki
IMT>25 diprediksi akan memiliki risiko lebih tinggi untuk terjadi
kematian, dengan mengesampingkan data tingkat aktivitas fisiknya.
Dengan kata lain, dengan aktivitas fisik yang tinggi belum tentu bisa
mencegah risiko ada overweight (Soegih dan Wiramihardja, 2009).
Obesitas telah menjadi problematika kesehatan yang cukup
mengerikan dan obesitas juga masalah kesehatan yang kurang enak
dipandang mata. Obesitas dapat membahayakan kesehatan seseorang
secara langsung. Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya beberapa
penyakit antara lain (1) Hipertensi; (2) Diabetes tipe II; (3) Serangan

Universitas Sriwijaya
13

jantung; (4) Gagal jantung; (5) Stroke; (6) Kanker (jenis kanker tertentu,
misalnya kanker usus besar atau kanker prostat); (7) Batu kandung empedu
dan kemih; (8) Gout dan Arthritis; (9) Osteoastritis; (10) Tidur apneu
(ketika sedang tidur terjadi kegagalan bernafas secara normal, sehingga
berkurangnya kadar oksigen dalam darah); (11) Sindroma Pickwickian
(wajah kemerahan, underventilasi, mengantuk) (Proverawati, 2010).

2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Obesitas


Konsep-konsep yang dapat digunakan untuk menjelaskan timbulnya
penyakit secara epidemiologis pada dasarnya beranjak dari teori lingkungan
(ekologi) seperti fenomena gordon. Fenomena tersebut menyatakan bahwa suatu
penyakit timbul karena adanya gangguan keseimbangan antara Host-Agent-
Environment (Ryadi dan Wijayanti, 2011).
Segitiga epidemiologi atau lebih sering dikenal dengan istilah trias
epidemiologi adalah suatu konsep dasar yang memberikan gambaran tentang
hubungan antara 3 faktor utama yang berperan dalam terjadinya penyakit maupun
masalah kesehatan lainnya yaitu host (tuan rumah/pejamu), agent (faktor
penyebab) dan enviroment (lingkungan) (Maryani dan Muliani, 2010). Timbulnya
penyakit berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor tersebut.
Hubungan antara host, agent dan enviroment merupakan suatu kesatuan dinamis
yang berada dalam suatu keseimbangan (equilibrium) pada seseorang yang sehat.
Jika terjadi ketidakseimbangaan antara host, agent dan enviroment, segitiga inilah
yang akan menimbulkan status sakit ( Bustan, 2006).

Universitas Sriwijaya
14

Agen Host
t

Environmen
t

Sumber : Nasry, (2008 : 29)


Gambar 2.1
Keadaan Keseimbangan Interaksi Host, Agent dan Environment

2.2.1 Faktor Pejamu ( Host )


Penjamu merupakan manusia atau makhluk hidup lain yang menjadi
tuan rumah saat terjadinya proses alamiah perkembangan penyakit
(Maryani dan Muliani, 2010). Berikut ini termasuk dalam faktor penjamu
yang berhubungan dengan kejadian obesitas yaitu :
1. Umur
Obesitas bisa terjadi pada semua golongan umur, meskipun begitu
obesitas sering dianggap sebagai gangguan kesehatan pada usia
pertengahan. Obesitas yang muncul pada masa bayi biasanya akan
diiringi dengan pertumbuhan rangka lebih cepat sehingga anak menjadi
lebih besar untuk seukuran usiarnya. Obesitas yang muncul pada masa
anak-anak akan cenderung menjadi obesitas pula pada masa dewasa.
Pada anak muda, obesitas akan sering dijumpai dalam keluarga mampu,
namun tidak menutup kemungkinan dijumpai pada keluarga miskin
walaupun akan sulit dijumpai (Misnadiarly, 2007).
2. Keadaan Mental Emosional
Ganguan mental emosional didefenisikan sebagai suatu keadaan
yang mengindikasikan seseorang mengalami suatu perubahan emosional
yang dapat berkembang menjadi keadaan patologis (Idaiani et al, 2009).
Reaksi terhadap perubahan emosional yang sering dilakukan banyak
orang adalah dengan makan. Terdapat dua pola makan tidak normal

Universitas Sriwijaya
15

yang dapat menyebabkan obesitas, meliputi makan dengan jumlah yang


sangat banyak dan makan disaat malam hari (Shils, 2006). Presepsi diri
negatif merupakan salah satu bentuk contoh dari gangguan emosi.
Gangguan emosi ini merupakan masalah serius pada wanita muda yang
menderita obesitas, dapat menimbulkan kesadaran berlebih tentang
kegemukannya sehingga muncul rasa tidak nyaman dalam berhubungan
bersosial dalam masyarakat (Proverawati, 2010).
3. Aktivitas Fisik
Almatsier (2009), mendefenisikan aktifitas fisik sebagai suatu
gerak yang dilakukan oleh otot-otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Energi dibutuhkan oleh otot selama melakukan aktivitas fisik untuk
mengantarkan zat nutrisi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
mengeluarkan zat sisa dari tubuh. Besarnya energi yang dibutuhkan
selama melakukan aktifitas fisik bergantung pada gerak otot seberapa
banyak, seberapa berat dan lama jenis kegiatan yag dilakukan.
Virgianto dan Purwaningsih (2006) mengemukakan bahwa
banyaknya energi yang tersimpan dalam bentuk lemak merupakan
dampak dari aktivitas fisik yang kurang, sehingga orang-orang yang
aktivitas fisiknya kurang akan cenderung mengalami obesitas. Hal ini
mengindikasikan bahwa tingkat aktivitas fisik dapat berkontribusi
terhadap kejadian kegemukan terutama kebiasaan duduk terlalu lama,
menonton tv terus menerus, penggunaan kompouter dan alat teknologi
lainnya yang menyebabkan kurangnya aktivitas fisik seseorang.
4. Durasi Tidur
Tidur merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari yang terbukti
berhubungan dengan pengaturan energi. Peningkatan prevalensi obesitas
pada orang dewasa terjadi sejalan dengan penurunan rata-rata durasi
tidur masyarakat. Durasi tidur yang singkat menyebabkan peningkatan
keinginan untuk makan secara berlebihan sehingga dapat terjadi
peningkatan asupan energi. Durasi tidur yang singkat dapat
menyebabkan penurunan pengeluaran energi post-prandial maupun
istirahat hingga 20 persen (Bayon, 2014).

Universitas Sriwijaya
16

2.2.2 Faktor Agen ( Agent )


Agen merupakan faktor penyebab yang berupa unsrur mati atau hidup
yang terdapat dalam jumlah berlebih atau kurang (Najmah, 2015). Agen
adalah mikroorganisme, zat kimia atau radiasi yang ada, keberadaannya
berlebihan atau faktor seperti cenderung tidak ada dalam menimbulkan
suatu penyakit (Last, 2001). Agen bisa meliputi, agen biologik (virus,
bakteri, protozoa dan lain-lain), fisika (cahaya, kelembaban), dan gizi
(lemak jenuh, kurang serat dan lain-lain) (Ryadi, 2011). Berikut ini
termasuk dalam faktor agen yang berhubungan dengan kejadian obesitas
yaitu :
1. Faktor Asupan Makan
Obesitas terjadi akibat adanya asupan energi (energy intake) yang
berlebih bila dibandingkan dengan besar energi yang diperlukan (energy
expenditure) oleh tubuh. Asupan energi yang berlebihan tersebut
kemudian akan tersimpan dalam tubuh sebagai lemak. Asupan energi
yang diperlukan bersumber dari makanan yang kita makan. Di dalam
tubuh, makanan yang dimakan akan diubah menjadi energi. Karbohidrat,
protein dan lemak merupakan zat gizi sebagai sumber energi. Apabila
asupan karbohidrat berlebih maka karbohidrat akan disimpan sebagai
glikogen dalam jumlah terbatas. Apabila protein berlebih di dalam
tubuh, sisa protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan apabila
lemak berlebih di dalam tubuh sisanya lemak akan disimpan sebagai
lemak. Kemampuan tubuh untuk menyimpan lemak tidak terbatas
(Soegih, 2009).
Asupan energi yang berlebih secara kronis dapat menimbulkan
kenaikan berat badan, berat badan lebih (over weight), dan obesitas
(Gibney, 2009). Adapun faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya
obesitas berdasarkan asupan energinya meliputi porsi makan, kuantitas,
frekuensi dan jenis makanan, kepadatan energi dari makanan, serta
kebiasaan makan (contohnya kebiasaan makan malam hari) (Soegih,
2009).

Universitas Sriwijaya
17

2. Konsumsi Fast Food


Kehadiran makanan fast food yang serba cepat sangat cocok
dengan gaya hidup seperti saat ini. Cara penyajiannya yang cepat
merupakan salah satu keunggulan dari makanan fast food. Jenis
makanan yang tergolong makanan fast food seperti fried chicke,
hamburger, kentang goreng, hotdog, pizza dan lain-lain.
The American Population Study Cardia menyatakan bahwa
terjadinya peningkatan berat badan seseorang berkaitan dengan
kebiasaan konsumsi makanan fast food. Seseorang dengan kebiasaan
kosumsi makanan fast food > 2 kali/minggu terdapat peningkatan berat
badan sebesar 4,5 kg dan peningkatan resistensi insulin sebesar 104%
apabila dibandingkan dengan seseorang dengan kebiasaan konsumsi
makanan fast food 1 kali/minggu (Stender et al, 2007).
3. Faktor Obat-Obatan
Obat-obatan merupakan salah satu sumber penyebab dari terjadinya
overweight maupun obesitas. Obat-obat tersebut diantaranya adalah
golongan steroid, antihipertensi, antidiabetik, antihistamin, protease
inhibitor (Shils, 2006). Penggunaan obat antidiabetes (insulin,
sulfonylurea, thiazolidinepines), agen psikotropik, glukokortikoid, mood
stabilizers (lithium), antidepresan (tricyclics, monoamine oxidase
inibitors, paroxetine, mirtazapine) dapat menimbulkan penambahan
berat badan. Selain itu, Insulin-secreting tumors dapat pula
menimbulkan keinginan makan berlebihan sehingga dapat menimbulkan
obesitas (Fauci et al, 2009).

2.2.3 Faktor Lingkungan ( Enviroment )

Lingkungan adalah semua faktor luar dari suatu individu yang dapat
berupa lingkungan biologis, fisik, sosial dan ekonomi ( Bustan, 2006).
Berikut ini termasuk dalam faktor lingkungan yang berhubungan dengan
kejadian obesitas yaitu :

Universitas Sriwijaya
18

1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang bisa
mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan suatu
tindakan atau perubahan-perubahan perilaku pada setiap individu.
Dapat dikatakan bahwa lingkungan sosial merupakan wadah atau
sarana dalam berinteraksi dengan orang lain dan membentuk sebuah
pribadi serta mempegaruhi tingkah laku seseorang (Angga, 2012).
2. Lingkungan Ekonomi
Status ekonomi juga menunjukkan adanya peningkatan prevalensi
overweight dan obese sejalan dengan meningkatnya kelompok kuintil
status ekonomi (Sudikno et al, 2015). Peningkatan status ekonomi
menyebabkan kenaikan dalam konsumsi garam, gula, makanan fast
food, protein hewani, minyak jenuh, dan kurangnya aktivitas fisik yang
dapat mengakibatkan peningkatan overweight maupun obese (Shayo,
2011).

2.3 Penilaian Status Obesitas


Pengukuran antropometri merupakan pengukuran terhadap komposisi
tubuh dan dimensi tubuh. Jenis pengukuran yang paling sering digunakan sebagai
metode secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu (1) Obesitas
pada semua kelompok umur; (2) Kurang Energi Protein, khususnya pada ibu
hamil dan anak-anak adalah pengukuran antropometri (Departemen Gizi dan
Kesmas UI, 2007). Langkah pertama yang dilakukan dalam penilaian status
obesitas yaitu dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan,
kemudian melakukan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) sehingga
didapatkan status obesitas.

2.3.1 Pengukuran Berat Badan


Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah
pengukuran berat badan meskipun sering terjadi kesalahan dalam
pengukuran tersebut. Berat badan mengambarkan jumlah lemak, protein,
air dan massa mineral tulang dalam tubuh (Departemen Gizi dan

Universitas Sriwijaya
19

Kesehatan Masyarakat UI, 2007). Prosedur pengukuran berat badan


menurut (Soegih dan Wiramihardja, 2009), sebagai berikut :
1. Dilakukan setelah kantung kemih dikosongkan dan sebelum
mengkonsumsi makanan.
2. Timbangan yang digunakan adalah beam balance bila memungkinkan,
tapi dapat juga digunakan timbangan digital.
3. Sebaiknya subyek menggunakan pakaian seringan mungkin, tanpa alas
kaki atau kaus kaki.
4. Timbangan harus diletakkan pada permukaan datar dan keras.
5. Sebelum penimbangan dilakukan, angka ditimbangan menunjukkan
angka 0.
6. Subyek berdiri tanpa bantuan, di tengah-tengah timbangan, berdiri
dengan kepala tegak tetapi tetap santai tidak bergerak.
7. Pembacaan dilakukan dalam kg dengan ketelitian 1 angka di belakang
koma.

2.3.2 Pengukuran Tinggi Badan


Pada prinsipnya pengukuran tinggi badan seseorang yaitu mengukur
jaringan tulang skeletal mulai dari tulang tengkorak, tulang belakang,
panggul hingga kaki (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat UI,
2007). Prosedur pengukuran tinggi badan menurut (Soegih dan
Wiramihardja, 2009), sebagai berikut :
1. Microtoise digantungkan pada dinding yang tegak lurus dan datar
setinggi 2 meter dari lantai yang datar dengan angka 0 tepat di lantai.
2. Subyek yang akan diperiksa sebaiknya menggunakan pakaian yang
ringan, dan melepaskan alas kaki atau kaus kaki.
3. Pada saat pengukuran, subyek berdiri tegak, dengan posisi kepala
menghadap lurus ke depan, kaki merapat, dan tulang belikat, pinggul,
dan bahu menempel ke dinding. Kedua lengan tergantung bebas di
samping tubuh.
4. Bagian yang dapat bergerak dari microtoise diturunkan dengan hati-
hati hingga menyentuh bagian atas kepala, dan diturunkan hingga
menekan rambut.

Universitas Sriwijaya
20

5. Lakukan pembacaan pada angkat microtoise.

2.3.3 Indeks Massa Tubuh ( IMT )


Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan suatu alat atau cara sederhana
yang berguna untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan berat badan (WHO,2011).
Keadaan obesitas dapat ditentukan dengan mengklasifikasikan status gizi
seseorang berdasarkan IMT. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan
rumus sistematis yang berhubungan dengan lemak tubuh pada orang
dewasa, yang mana dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi
dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (Arisman,2007).
Untuk mengetahui nilai IMT, digunakan rumus sebagai berikut:

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝐾𝑔)


𝐼𝑀𝑇 =
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚) × 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑚)

Klasifikasi Obesitas berdasarkan Indeks Massa Tubuh, sebagai berikut :


Tabel 2.1 Klasifikasi Obesitas pada Dewasa Menurut WHO
Classification BMI (kg/m2) Associated Health Risk

Underweight < 18,5 Low


Normal Range 18,5 – 25,9 Average
Overweight 25,0 - 29,9 Increased
Obese Class I 30,0 – 34,9 Moderately Increased
Obese Class II 35,0 – 39,9 Severely Increased
Obese Class III ≥ 40,0 Veri Severely Increased

Sumber : Soegih, 2004


World Health Organization (WHO) menetapkan bahwa nilai IMT 25-29,9
kg/m2 sebagai overweight dan nilai IMT ≥ 30 kg/m2 sebagai obesitas. Beberapa
kelompok etnik menunjukkan hasil meta-analisis yang berbeda dengan
konsentrasi lemak tubuh, usia dan gender yang sama, menunjukkan adanya
perbedaan nilai cut-off point IMT untuk obesitas untuk populasi yang berbeda

Universitas Sriwijaya
21

sehingga saat ini wilayah Asia Pasifik mengusulkan kriteria dan


menklasifikasikan obesitas secara berbeda (Tabel 2.2) (Soegih, 2004).
Batas ambang IMT terbaru untuk laki-laki dan perempuan dewasa
berdasarkan WHO tahun 2000 yang cocok untuk klasifikasi masyarakat Asia
dan digunakan untuk mengkategorikan obesitas pada penelitian ini yaitu:
Tabel 2.2 Klasifikasi Obesitas pada Dewasa di Asia
Classification BMI (kg/m2)

Underweight < 18,5


Normal Range 18,5 – 22,9
Overweight ≥ 23,0
A Risk 23,0 – 24,9
Obese I 25,0 – 29,9
Obese II ≥ 30,0

Sumber : WHO, 2000 dalam Soegih dan Wiramihardja (2009)

2.4 Mahasiswa
2.4.1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa didefinisikan sebagai seseorang yang sedang belajar di
Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, kbbi.web.id). Menurut
(Hartaji, 2012), mahasiswa merupakan seseorang yang sedang dalam
proses untuk belajar atau menimbah ilmu secara formal dengan menjalani
pendidikan pada salah satu perguruan tinggi yang meliputi universitas,
institut, akademik, politeknik, maupun sekolah tinggi.
2.4.2. Pengertian Remaja
Periode tumbuh kembang manusia salah satunya adalah masa remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
dewasa meliputi perubahan biologik, perubahan psikologis, maupun
perubahan sosial. Masa remaja umumnya akan dimulai pada usia 10-13
tahun dan akan berakhir pada usia 18-22 tahun (Notoatdmojo, 2007).
WHO menyebutkan bahwa batasan untuk usia remaja yaitu 12 sampai
dengan 24 tahun. Namun, apabila seseorang telah menikah pada usia
remaja, maka ia termasuk golongan dewasa dan bukan remaja lagi.

Universitas Sriwijaya
22

Sebaliknya, apabila seseorang masih bergantung pada orang tua (belum


mandiri) pada usia yang sudah bukan remaja lagi, maka ia dimasukkan
dalam kelompok remaja (Iqbal, 2011).

2.4.3. Batasan Usia Remaja


Remaja dapat dikategorikan menjadi dalam 3 sub fase (Monks, 2000),
yaitu :
1. Early Adolescence (Remaja Awal)
Batas usia remaja awal yaitu antara 12 sampai dengan 15 tahun.
Karakterristik remaja pada masa ini yaitu suka membandingkan diri
dengan orang lain, pengaruh teman sebaya lebih mudah dan suka
bergaul dengan teman sejenis.
2. Middle Adolescence (Remaja Tengah)
Batas usia remaja tengan yaitu antara 15 sampai dengan 17 tahun.
Karakteristik remaja pada masa remaja ini yaitu sudah mulai berteman
dengan lawan jenis, suka berdiskusi, mulai mengembangkan rencana
masa depan dan lebih nyaman dengan keadaan sendiri.
3. Remaja Akhir (late adolescence)
Batas usia masa remaja akhir yaitu antara 18 sampai dengan 21
tahun. Karakteristik remaja pada masa ini mulai yaitu ingim memisahkan
diri dari keluarga, bersifat keras namun tidak berontak, menganggap
teman sebaya tidak begitu penting adanya, lebih dekat berteman dengan
lawan jenis dan lebih fokus pada rencana karir masa depan.

Universitas Sriwijaya
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori ini merupakan adaptasi atau kolaborasi dari teori dan hasil-
hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas. Berikut
ini penjabaran dari penelitian-penelitian yang digunakan untuk kerangka teori:
1. Gordon dan La Richt (1950) mengemukakan bahwa 3 faktor utama yang
berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya yaitu host
(tuan rumah/pejamu), agent (faktor penyebab) dan enviroment (lingkungan).
2. Barasi (2009) menjelaskan bahwa faktor etiologis dari berat badan berlebih dan
obesitas yaitu riwayat keluarga, iklan/media, budaya, kondisi mental
emosional, pengaruh sesama kelompok, usia, jenis kelamin, status kawin,
pendapatan dan kebiasaan merokok.
3. Sudikno et al (2015) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan
dengan obesitas adalah umur, jenis kelamin, wilayah, status kawin, status
ekonomi, status merokok, kebiasaan makan berlemak, kebiasaan makan fast
food, kebiasaan makan roti, kebiasaan makan buah dan kebiasaan makan sayur.
4. Gangswich (2005) menjelaskan bahwa durasi tidur, aktivitas fisik, suku, dan
konsumsi alkohol berhubungan dengan kejadian obesitas.
5. Purwati (2001) menjelaskan bahwa faktor yang berhubungan dengan obesitas
yaitu hormonal, obat-obatan, genetik dan asupan gizi.

Universitas Sriwijaya
24

Pejamu :
1. Umur
2. Jenis Kelamin
3. Status Kawin
4. Status Merokok
5. Riwayat Keluarga
6. Suku
7. Aktivitas Fisik
8. Kondisi Mental Emosional
9. Durasi Tidur
10. Frekuensi Konsumsi Fast
Food
11. Kebiasaan Makan Buah
12. Kebiasaan Makan Sayur

Lingkungan :
1. Pendapatan
2. Budaya
Agen : 3. Iklan/Media
1. Obat-obatan 4. Status tempat
Obesitas
2. Asupan Gizi tinggal
5. Pengaruh
sesama
anggota
kelompok

Gambar 2.2
Kerangka Teori Obesitas dimodifikasi dari : Gordon dan La Richt (1950),
Barasi (2009), Sudikno (2015), Gangswich (2005) dan Purwati (2001)

Universitas Sriwijaya
25

2.6 Keabsahan Penelitian


Tabel 2.3 Penelitian yang Terkait
No Peneliti Judul Variabel Metode Hasil

1. Koko Hubungan Dependen : Cross Hasil penelitian


nugroho, aktivitas fisik Perubahan IMT sectional menunjukkan
Mulyadi, dan pola makan (Kurang, Normal, bahwa terdapat
Gresty Natalia dengan Lebih) hubungan antara
Maria Masi perubahan Independen : aktivitas fisik
indeks massa 1. Aktivitas fisik dengan
e-journal tubuh pada (ringan, sedang, perubahan IMT
keperawatan(e- mahasiswa berat) sedangkan tidak
kp) volume 4 semester 2 2. Pola makan terdapat
nomor 2, juli program studi (Baik, Tidak Baik) hubungan antara
2016 ilmu pola makan
keperawatan dengan
fakultas perubahan IMT.
kedokteran
2. James E. Inadequate Sleep Dependen : Cross- 1. Faktor risiko
Gangwisch, as a Risk Factor Obesitas (Obesitas, sectional terkait dengan
PhD; Dolores for Obesity: Tidak Obesitas) obesitas adalah
Malaspina, Analyses of the Independen : aktivitas fisik,
MD, MPH; NHANES I 1. Waktu tidur tiap tingkat
Bernadette malam (2-4, 5, 6, 7, pendidikan,
Boden-Albala, 8, 9, >10) etnik, konsumsi
Dr.PH; Steven 2. Aktivitas Fisik alkohol, status
B. Heymsfield, (2-low, 3, 4, 5, 6- merokok, dan
MD high) jenis kelamin
3. Tingkat 2. Responden
SLEEP, Vol. Pendidikan yang tidur
28, No. 10, (<SMA, Tamat selama < 7 jam
2005 SMA, Tamat PT), per malam lebih
Etnik (Cancasian, berisiko untuk
Non-cancasian), menderita
Status Merokok obesitas
(Iya, Tidak), Jenis dibandingkan
Kelamin (Laki- dengan
Laki, Perempuan), responden yang
Konsumsi Alkohol tidur 7 jam per
(0, >0<2, ≥2) malam.

3. Sudikno, Faktor Risiko Dependen : Cross- Faktor risiko


Hidayat Overweight Dan Status gizi sectional terkait dengan
Syarief, Cesilia Obese Pada kegemukan dan overweight dan
Meti D., Hadi Orang Dewasa status gizi obesitas obese adalah
Riyadi Di Indonesia Independen : umur 45-54
(Analisis Data 1. Karakteristik tahun, jenis
Gizi Indon Riset Kesehatan sampel; kelompok kelamin
2015, 38(2):91- Dasar 2013) umur (23-34 tahun, perempuan,
104 35-44 tahun, 45-54 wilayah
tahun, ≥ 55 tahun), perkotaan, status
jenis kelamin (laki- kawin sudah
laki, perempuan), menikah, status
wilayah ekonomi kuintil
(perdesaan, 5, kebiasaan
perkotaan), merokok,

Universitas Sriwijaya
26

pendidikan (SD, kebiasaan makan


SMP, SMA, PT), roti ≥1 kali per
Pekerjaan (Petani, hari, kebiasaan
Nelayan, Buruh, makan biskuit 1-
Pegawai Swasta, 6 kali/minggu,
Wiraswasta, PNS, kebiasaan
TNI, POLRI, Tidak makanan
bekerja), Status berlemak,
Ekonomi (Kuintil kebiasaan makan
1, 2, 3, 4, 5), buah dan
Kebiasaan kebiasaan makan
Merokok sayur.
(Merokok, Pernah
Merokok, Tidak
Pernah Merokok),
Aktivitas Fisik
(Cukup, Kurang).
2. Kebiasaan
makan berlemak
(jarang, 1-6
kali/minggu, ≥ 1
kali per hari),
makan roti (jarang,
1-6 kali/minggu, ≥
1 kali per
hari),makan biskuit
(jarang, 1-6
kali/minggu, ≥ 1
kali per hari),
makan mie instan
(jarang, 1-6
kali/minggu, ≥ 1
kali per
hari),makan buah
(jarang, 1-6
kali/minggu, ≥ 1
kali per hari),
makan sayur
(jarang, 1-6
kali/minggu, ≥ 1
kali per hari).
4. Tresa Kristi Faktor Resiko Dependen : Case 1. Mahasiswa
Damanik, Yang Kejadian gizi lebih Control yang memiliki
Evawany Y Menyebabkan (normal, lebih) orang tua dengan
Aritonang, Kejadian Gizi Independen : gizi lebih
Arifin Siregar Lebih Pada 1. Data memiliki risiko 2
Mahasiswa karakteristik kali lebih besar
Fakultas mahasiswa meliputi untuk mengalami
Kesehatan umur (18-20, 21- obesitas.
Masyarakat 23); jenis kelamin 2. Terdapat
Universitas (laki-laki, hubungan antara
Sumatera Utara perempuan); asupan zat gizi
Tahun 2014 suku(batak, jawa, dengan kejadian
melayu, lainnya); gizi lebih.
status tinggal 3. Mahasiswa
(indekos, rumah yang melakukan
orang tua, rumah aktivitas fisik
saudara), ringan memiliki

Universitas Sriwijaya
27

pendidikan risiko 7 kali


terkakhir orangtua lebih besar untuk
(<S1, ≥S1), mengalami gizi
pekerjaan orangtua lebih
(bekerja, tidak dibandingkan
bekerja). dengan
2. Status gizi mahasiswa yang
orangtua (normal, melakukan
lebih); kecukupan aktivitas fisik
protein, lemak, sedang.
karbohidrat dari
makanan (lebih,
cukup, kurang) dan
aktivitas fisik
(ringan, sedang,
berat).
5. Ratu Afrienny Faktor – Faktor Dependen: Cross Faktor-faktor
C.H, Rahayu, yang obesitas Sectional yang
Hiswani Berhubungan Independen : berhubungan
dengan Kejadian 1. Sosiodemografi dengan kejadian
Obesitas pada (umur, jenis obesitas adalah
Siswa/I Kelas kelamin, suku, umur, aktivitas
VII Dan VIII Di agama, pekerjaan fisik dan riwayat
SMP Negeri 34 orang tua) keluarga.
Medan 2. Aktivitas fisik
Tahun 2014 (ringan, sedang,
berat)
3. Status ekonomi
(tinggi, rendah)
4. Riwayat
keluarga (ada
riwayat, tidak ada
riwayat)
6. Sri Yani, Hubungan Dependen : Cross Variabel yang
Aminuddin Pengetahuan Obesitas Sectional tidak
Syam, Sri’ah Gizi Dan Pola Independen : berhubungan
Alharini Makan Dengan 1. Pengetahuan gizi dengan obesitas
Overweight Dan (baik, kurang) pengetahuan,
Obesitas Pada 2. Asupan energi asupan energi,
Mahasiswa (kurang, cukup, asupan protein,
Universitas lebih); asupan asupan
Hasanuddin protein (kurang, karbohidrat dan
Angkatan 2013 cukup, lebih); serat. Sedangkan
asupan karbohidrat variabel yang
(kurang, cukup, berhubungan
lebih); serat dengan obesitas
(kurang, cukup, asupan lemak.
lebih); asupan
lemak (kurang,
cukup, lebih)
7. Eva Faktor Risiko Dependen : Cross 1.Responden
Pasumbung Obesitas IMT ( Tidak sectional laki-laki
dan Maria berdasarkan Obesitas, Obesitas) mengalami
Magdalena Independen : obesitas lebih
Purba Indeks Massa 1. Umur (14-15 banyak
Jurnal Vokasi Tubuh dan tahun, 16-17 tahun) dibanding
Kesehatan, Lingkar 2. Jenis kelamin responden
Volume I (laki-laki, perempuan

Universitas Sriwijaya
28

Nomor 1 Pinggang perempuan) dengan nilai


Januari 2015, 3. Genetik ( orang p=0.036 yang
hlm. 1-8 Di SMA Katolik tua gemuk, orang berarti ada
Palangkaraya tua tidak gemuk) hubungan antara
jenis kelamin
dengan obesitas
berdasarkan IMT
2.Tidak ada
hubungan antara
umur dan genetik
dengan kejadian
obesitas
berdasarkan IMT
8. Debby Perbedaan Dependen : Meta- Kejadian
Endayani Durasi Tidur Kejadian Obesitas analisis obesitas menjadi
Safitri, dan Malam pada Independen : semakin tinggi
Trini Sudiarti Orang Dewasa Durasi Tidur ( < 7 pada populasi
Obesitas dan jam, 7-9 jam) dengan durasi
Penelitian Gizi Nonobesitas: tidur malam
dan Makanan, Meta-Analisis kurang dari 7
Desember Studi cross- jam.
2015 Vol. 38 sectional 2005-
(2): 121-132 2012
9. Lilis Banowati, Risiko Dependen : Case Asupan energi
Nugraheni dan Konsumsi Obesitas Remaja Control konsumsi
Niken Puruhita Westren Fast Independen : western fast food
Fod dan 1. konsumsi ≥244 kkal
M Med Indones Kebiasaan Tidak western fast food per hari dan
Vol. 45, Nomor Makan terhadap (frekuensi frekuensi
2, Tahun 2011 Obesitas Remaja konsumsi konsumsi
Studi di SMAN western fast food, western fast food
1 Cirebon asupan energi >9,2 kali/bulan
western fast food merupakan
dan faktor risiko
kontribusi energi kejadian obesitas
western fast food) pada remaja
2. kebiasaan
makan pagi.

Universitas Sriwijaya
29

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konsep


Kerangka konsep pada penelitian hakikatnya merupakan kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang ingin diukur atau diamati melalui
penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Berdasarkan
tinjauan pustaka yang sudah diuraikan sebelumnya, maka kerangka konsep
penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Pejamu :
1. Status Merokok
2. Frekuensi Konsumsi Fast
Food
3. Kebiasaan Makan Buah
4. Kebiasaan Makan Sayur
5. Durasi Tidur
6. Aktivitas Fisik
7. Kondisi Mental Emosional Kejadian Obesitas
pada Mahasiswa

Lingkungan :
1. Pendapatan Keluarga

Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas
pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya

Universitas Sriwijaya
30

3.2 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional
Skala
N
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Ukur
o
Variabel
Dependen
1 Kejadian Keadaan kelebihan Timbangan Penimbang 1. Obesitas, Ordinal
Obesitas pada berat badan yang Injak dan an dan jika IMT ≥25
Mahasiswa ditandai dengan hasil Microtoise melihat 2. Tidak
perhitungan IMT tinggi di Obesitas, jika
≥25 microtoise IMT < 25
(WHO,2000)
Variabel
Independen
2. Pendapatan Jumlah penghasilan Kuesioner Wawancara 1. ≥ 2.388.000 Ordinal
Keluarga orang tua responden (di atas UMR
dalam satu bulan Sumatera
Selatan)
2. <2.388.000
(di bawah
UMR
Sumatera
Selatan)
3. Status Merokok Riwayat merokok Kuesioner Wawancara 1. Tidak Nominal
pada responden Merokok
/Pernah
Merokok
2. Merokok
(Riskesdas,
2013)
4. Frekuensi Frekuensi responden Kuesioner Wawancara 1. Sering, jika Ordinal
Konsumsi Fast mengkonsumsi ≥3
Food makanan cepat saji kali/minggu
2. Jarang, 1-2
selama seminggu
kali/minggu/
Tidak Pernah
(Khomsan,
2006)
5 Kebiasaan Kebiasaan responden Kuesioner Wawancara 1. Jarang, Ordinal
Makan Buah makan buah selama jika< 1-3
seminggu kali/minggu
atau tidak
pernah
2. Sering, jika
4-6 kali per
minggu atau ≥
1 kali per hari
(Riskesdas,
2013)

Universitas Sriwijaya
31

Skala
N
Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Ukur
o
6 Kebiasaan Kebiasaan Kuesioner Wawancara 1. Jarang, Ordinal
Makan Sayur responden jika< 1-3
makan sayur kali/minggu
atau tidak
selama
pernah
seminggu 2. Sering, jika
4-6 kali per
minggu atau ≥
1 kali per hari
(Riskesdas,
2013)
7 Durasi Tidur Rata-rata lamanya Kuesioner Wawancara 1. < 7 jam Ordinal
Malam waktu tidur per 2. ≥ 7 jam
malam (Safitri, 2015)
8 Aktivitas Fisik Jumlah energi yang Kuesioner Wawancara 1. Ringan, Ordinal
dikeluarkan tubuh IPAQ jika METs-
per menit-nya dalam (Internation min/minggu <
satu minggu al Physical 600
Activity 2.
Questionnai Sedang/Berat,
re) jika METs-
min/minggu ≥
600
(Patterson,
2010)
9 Kondisi Mental Keadaan mental Kuesioner Wawancara 1. Terganggu,
Emosional emosional responden Self jika
dalam satu bulan Reporting menjawab iya
terakhir dari Questionma ≥6 pertanyaan
pengukuran re (SRQ) 2. Normal,
Ordinal
jika
menjawab iya
<6
pertanyaan
(Balitbangkes,
2013)

Universitas Sriwijaya
32

3.3 Hipotesis
1. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
2. Ada hubungan antara status merokok dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
3. Ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
4. Ada hubungan antara kebiasaan makan buah dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
5. Ada hubungan antara kebiasaan makan sayur dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
6. Ada hubungan antara durasi tidur malam dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
7. Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
8. Ada hubungan antara kondisi mental emosional dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya.
9. Ada variabel yang paling berhubungan atau berpengaruh terhadap
kejadian obesitas pada mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya

Universitas Sriwijaya
33

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif dengan desain studi kasus kontrol berpadanan ( matched-case
control) yaitu suatu rancangan studi epidemiologi yang mempelajari
hubungan antara paparan (faktor penelitian) dan penyakit dengan cara
membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol berdasarkan status
paparannya. Pada studi kasus-kontrol berpadanan, sekelompok kasus
(menderita efek atau penyakit) dibandingkan dengan kelompok kontrol (tidak
menderita efek atau penyakit) berdasarkan variabel yang dipadankan. Dalam
studi ini ingin diketahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar berpengaruh
terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan
pajanan faktor risiko yang diteliti dengan membandingkan kekerapan faktor
risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kekerapan pajanan pada
kelompok kontrol (Sastroasmoro dan Ismail, 2011).
Desain penelitian ini dipilih karena studi kasus-kontrol digunakan untuk
meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang. Dibandingkan
dengan desain studi analitik lainnya, desain studi kasus-kontrol juga
memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam
satu penelitian dengan biaya yang relatif lebih murah, secara teknis lebih
mudah dilakukan dan hasil dapat diperoleh dengan cepat. Kekuatan hubungan
sebab akibat desian studi kasus kontrol lebih kuat dibandingkan dengan studi
cross-sectional (Sastroasmoro dan Ismail, 2011). Dibandingkan dengan studi
kohort, pada studi kasus-kontrol waktu pelaksanaanya relatif lebih singkat
dan membutuhkan sampel yang kecil. Sedangkan bila dibandingkan dengan
studi eksperimental, studi kasus-kontrol secara etika lebih memungkinkan
untuk dilakukan (Greenberg, 1993). Skema desain studi kasus kontrol tampak
pada gambar sebagai berikut:

Universitas Sriwijaya
34

Faktor Risiko (+)


Kasus
( Mahasiswa Obesitas )
Faktor Risiko (-)

Faktor Risiko (+) Kontrol


( Mahasiswa Tidak
Obesitas )
Faktor Risiko (-)
Gambar 4.1
Skema Desain Studi Kasus Kontrol

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian


4.2.1. Populasi
Keseluruhan objek yang akan diteliti atau diselidiki adalah populasi.
Objek yang dimaksud berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-
benda lainya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi di dalam masyarakat
(Notoamodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa
Universitas Sriwijaya Provinsi Sumatera Selatan.
Isgiyanto (2009) mengatakan bahwa populasi penelitian terdiri dari
populasi target (target population) dan populasi sumber (source
population). Populasi target merupakan sasaran final penerapan hasil
penelitian. Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah semua
mahasiswa Universitas Sriwijaya. Populasi sumber pada penelitian ini
adalah semua mahasiswa Strata 1 Universitas Sriwijaya di Kampus
Indralaya Angkatan 2016.
4.2.2. Sampel Penelitian
Objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi yaitu sampl
(Notoatmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini sebagian mahasiswa
angkatan 2016 di Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya. Sampel kasus
dalam penelitian ini adalah sebagian mahasiswa angkatan 2016 di
Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya yang dalam kategori obesitas

Universitas Sriwijaya
35

(IMT≥25) berdasarkan pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi


badan) dan perhitungan IMT. Sedangkan sampel kontrol dalam penelitian
ini adalah sebagian mahasiswa angkatan 2016 di Universitas Sriwijaya
Kampus Indralaya yang dalam kategori tidak mengalami obesitas (IMT<25)
berdasarkan pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) dan
perhitungan IMT.
Kriteria inklusi yang digunakan peneliti untuk kasus dan kontrol dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Kasus
1. Mahasiswa angkatan 2016 di Universitas Sriwijaya Kampus
Indralaya
2. Telah melakukan pemeriksaan kesehatan di UPT Klinik Universitas
Sriwijaya dengan hasil perhitungan IMT dinyatakan dalam kategori
obesitas (IMT≥25) melalui pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
b. Kontrol
1. Mahasiswa angkatan 2016 di Universitas Sriwijaya Kampus
Indralaya
2. Telah melakukan pemeriksaan kesehatan di UPT Klinik Universitas
Sriwijaya dengan hasil perhitungan IMT dinyatakan dalam kategori
tidak obesitas (IMT<25) melalui pengukuran berat badan dan tinggi
badan.
Kriteria eksklusi yang digunakan peneliti untuk kasus dan kontrol
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Responden dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
diwawancarai.
2. Responden SO (Stop Out) atau telah pindah kuliah saat pelaksanaan
penelitian.
3. Responden telah menikah.
4. Responden sedang dalam pemakaian obat-obatan golongan steroid,
antihipertensi, antidiabetik, antihistamin, protease inhibitor

Universitas Sriwijaya
36

Besar sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus untuk


mengitung sampel pada studi kasus kontrol untuk uji beda 2 proporsi
(Lemeshow, 1997 dalam Sastroasmoro, 2011) dengan menggunakan
software Sample Size 2.0 (WHO, 2000) sebagai berikut :

2
{𝑍1−𝛼⁄2 √2𝑃2 (1 − 𝑃2 ) + 𝑍1−𝛽 √𝑃1 (1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 )}
𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )
Keterangan :
n = Besar sampel minimal
OR = Odds Ratio
P1 = Proporsi terpajan pada kelompok kasus
P2 = Proporsi terpajan pada kelompok kontrol
Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (digunakan
1,96 untuk α=0,05)
Z1-β = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu (digunakan
0,84 untuk β=20%)
Di bawah ini adalah tabel perkiraan besar sampel minimal masing-
masing faktor risiko dari beberapa penelitian terdahulu.

Tabel 4.1 Perkiraan Besar Sampel Kasus dan Kontrol


No. Variabel Independen P1 P2 OR n Referensi

1. Aktivitas Fisik 0,85 0,61 3,59 79 Danari et al,2013


2. Konsumsi Fast Food 0,8 0,49 4,11 51 Banowati et al, 2011
3. Pendapatan Keluarga 0,56 0,25 3,80 55 Reynaldy et al, 2013
4. Status Merokok 0,23 0,63 3,39 36 Sudikno et al , 2015
5. Kondisi Mental 0,67 0,22 2,41 24 Purnamasari et al, 2013
Emosional

Hasil perhitungan sampel di atas, diperoleh sampel terkecil 24 dan


sampel terbesar 79. Besar sampel minimal yang digunakan diambil dari nilai
terbesar masing-masing variabel yaitu 79 responden. Penentuan kasus dan
kontrol dilakukan dengan matching terhadap jenis kelamin yang sama
dengan perbandingan 1 : 1, sehingga total keseluruhan adalah 158 sampel
(79 kasus dan 79 kontrol).

Universitas Sriwijaya
37

4.2.3. Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitain ini dilakukan dengan
Probability Sampling dengan teknik sampling simple random sampling.
Penyeleksian sampel penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2.

Populasi Target Semua Mahasiswa


Universitas Sriwijaya

Semua Mahasiswa Strata 1


Universitas Sriwijaya
Populasi Sumber
Kampus Indralaya Angkatan
2016 : 4.094 Mahasiswa

Data Hasil Cek Kesehatan


Subjek Yang Mahasiswa Strata 1
Masuk Seleksi Universitas Sriwijaya
Kampus Indralaya Angkatan
2016 : 3.563 Mahasiswa

Kasus: mahasiswa obesitas (IMT≥25)


Kontrol: mahasiswa tidak obesitas
(IMT<25)

Obesitas : Tidak Obesitas :


357 Mahasiswa 3.026 Mahasiswa

Pemilihan dengan teknik sampling


Partisipan SRS, untuk kasus : 79 mahasiswa dan
Studi kontrol 79 mahasiswa dengan matching
jenis kelamin dan fakultas

Gambar 4.2
Penyeleksian Sampel Penelitian Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada
Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya

Universitas Sriwijaya
38

Pengambilan sampel untuk kasus pada penelitian ini diambil dari daftar
mahasiswa kampus indralaya angkatan 2016 yang dikategorikan obesitas
berdasarkan hasil cek kesehatan pada UPT Klinik Universitas Sriwijaya
yaitu sebanyak 357 mahasiswa. Sampel kasus yang akan diambil berjumlah
79 sampel dengan cara mengacak nomor urut menggunakan perangkat lunak
ms.excel dengan rumus =Randbetween(1;357). Mahasiswa dengan nomor
urut yang terpilih maka akan menjadi sampel kasus pada penelitian ini.
Jumlah sampel kasus yang terpilih berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki
(27) dan perempuan (52).
Pengambilan sampel untuk kontrol pada penelitian ini diambil dari
daftar mahasiswa yang dikategorikan tidak obesitas berdasarkan hasil cek
kesehatan pada UPT Klinik Universitas Sriwijaya yaitu sebanyak 3.026
mahasiswa. Sampel kontrol yang akan diambil berjumlah 79 sampel dengan
cara matching jenis kelamin. Sampel kasus akan dipadankan dengan sampel
kontrol yang memiliki jenis kelamin yang sama.
Langkah pengambilan sampel kontrol dilakukan dengan cara membuat
daftar mahasiswa yang dikategorikan tidak obesitas. Daftar mahasiswa
berdasarkan status tidak obesitas akan dilakukan pengacakan nomor urut
untuk didapatkan 79 nomor acak yang akan menjadi sampel kontrol pada
penelitian ini terdiri dari 27 nomor acak berjenis kelamin laki-laki dan 52
nomor acak berjenis kelamin perempuan. Kemudian, 79 nomor acak
tersebut akan dipadankan dengan 79 sampel pada kelompok kasus
berdasarkan jenis kelaminnya. Sehingga total sampel pada penelitian ini
adalah 158 sampel yang terbagi menjadi 54 sampel laki-laki dan 104 sampel
perempuan.

4.3 Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data


4.3.1 Jenis Data
Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :

Universitas Sriwijaya
39

A. Data Primer
Data primer pada penelitian ini yaitu data yang diperoleh dari hasil
wawancara dan pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan)
pada mahasiswa yang dalam kategori obesitas maupun yang tidak dalam
kategori obesitas di Universitas Sriwijaya Kampus Indralaya.
B. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini yaitu dari berbagai literatur dan
penelusuran dokumen serta berkas pemeriksaan kesehatan mahasiswa
Universitas Sriwijaya angkatan 2016 di UPT Klinik Universias
Sriwijaya.
4.3.2 Cara Pengumpulan Data
Adapun cara yang digunakan untuk mengumpulkan kedua jenis data
tersebut adalah sebagai berikut :
A. Data Primer
Terdapat 2 cara pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu:
a. Wawancara untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik
reponden dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
obesitas.
b. Pengukuran antropometri (berat badan dan tinggi badan) pada
mahasiswa menggunakan perhitungan IMT.
B. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh peneliti dari berbagai literatur dan
penelusuran dokumen serta berkas hasil pemeriksaan kesehatan
mahasiswa angkatan 2016 di UPT Klinik Universitas Sriwijaya
menggunakan surat pengantar dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya.
4.3.3 Alat Pengumpulan Data
Adapun alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan ada
penelitian ini adalah :
a. Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengumpulkan informasi
mengenai karakteristik responden dan faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian obesitas.

Universitas Sriwijaya
40

b. Timbangan injak untuk mengukur berat badan responden.


c. Microtoise untuk mengukur tinggi badan responden.

4.4 Pengolahan Data


Data yang telah dikumpulkan perlu diolah agar menjadi sebuah informasi.
Oleh karena itu, setelah semua data yang telah didapatkan selanjutnya akan diolah
dan dianalisis. Pada penelitian ini data yang telah didapatkan akan dikumpulkan
dan dilakukan pengolahan data dengan perangkat lunak komputer. Menurut Imron
dan Munif (2010) proses kegiatan pengolahan data dikategorikan menjadi
beberapa jenis kegiatan, sebagai berikut:
a. Pengeditan Data (Data Editing)
Pengeditan data dimaksud dengan memeriksa data hasil pengumpulan
data. Data yang diperoleh dari hasil wawancara perlu diedit dari kemungkinan
terjadinya kekeliruan dalam proses pencatatan yang dilakukan, dari pengisian
kuesioner yang kurang lengkap atau tidak konsisten, kejelasan jawaban
responden dan relevansi jawaban dan pertanyaan.
b. Pengkodean Data (Data Coding)
Tahapan selanjutnya setelah dilakukan pengeditan data adalah pengkodean
data atau data coding. Pengkodean data merupakan suatu proses mengubah
data yang berbentuk huruf ke dalam bentuk angka atau bilangan. Pengkodean
data dilakukan untuk mempermudah peneliti pada saat melakukan pemasukan
data dan menganalisis data.
c. Pemasukan Data (Entry)
Tahapan selanjutnya setelah dilakukan pengkodean data yaitu pemasukan
data atau entry. Entry merupakan suatu pross memasukkan data yang telah
dilakukan pengkodean ke dalam software komputer sehingga mempermudah
peneliti dalam melakukan analisis hasil penelitian.
d. Tabulasi Data (Tabulating)
Tahapan selanjutnya setelah dilakukan pemasukan data adalah tabulasi
data atau tabulating. Tabulating merupakan proses mengorganisir data
sedemikian rupa dengan tujuan untuk memudahkan dilakukan penjumlahan,
disusun dan disajikan dalam bentuk tabel maupun grafik.

Universitas Sriwijaya
41

4.5 Validitas Data


Validitas (Validity) digunakan untuk mengetahui apakah instrumen yang
dimaksudkan untuk mengukur sesuatu itu memang dapat mengukur secara tepat
sesuatu yang akan diukur (Indriantoro, 1999). Pengujian validitas kuesioner
dilakukan kepada 30 responden, dengan tujuan mendekati kurva normal
(Sujarweni, 2015).
Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilakukan kepada 30
mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Fattah Palembang. Validitas
dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus korelasi Pearson Product
Moment (Riyanto, 2011). Keputusan dari hasil perhitungan sebagai berikut:
a. rhitung≥rtabel pada α 5%, menunjukkan bahwa butir pertanyaan tersebut valid
b. rhitung<rtabel pada α 5%, menunjukkan bahwa butir pertanyaan tersebut tidak
valid
Nilai rtabel pada penelitian ini dengan jumlah sampel 30 responden dan
besarnya df dapat dihitung 30-2=28, pada tingkat kemaknaan 5% didapat angka
pada rtabel = 0,361. Nilai rhitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total
correlation.
Tabel 4.2 Hasil Validitas

Corrected Item-Total
Variabel Keterangan
Correlation
Kebiasaan Makan
Pertanyaan 1 0,579 Valid
Pertanyaan 2 0,451 Valid
Pertanyaan 3 0,613 Valid
Pertanyaan 4 0,604 Valid
Pertanyaan 5 0,509 Valid
Pertanyaan 6 0,487 Valid
Pertanyaan 7 0,449 Valid
Pertanyaan 8 0,460 Valid
Status Merokok
Pertanyaan 1 0,889 Valid
Pertanyaan 2 0,994 Valid
Pertanyaan 3 0,167 Tidak Valid
Pertanyaan 4 0,852 Valid
Pertanyaan 5 0,803 Valid

Universitas Sriwijaya
42

Corrected Item-Total
Variabel Keterangan
Correlation
Durasi Tidur
Pertanyaan 1 0,419 Valid
Pertanyaan 2 0,429 Valid
Pertanyaan 3 0,446 Valid
Pertanyaan 4 0,578 Valid
Hasil validitas untuk pertanyaan kebiasaan makan berdasarkan Corrected
Item-Total Correlation semua butir pertanyaan dinyatakan valid karena rhitung≥rtabel
(0,361). Hasil validitas untuk pertanyaan status merokok berdasarkan Corrected
Item-Total Correlation bahwa ada 1 pertanyaan yang dinyatakan tidak valid dari 5
pertanyaan karena rhitung<rtabel (0,361). Hasil validitas untuk pertanyaan durasi
tidur berdasarkan Corrected Item-Total Correlation semua butir pertanyaan
dinyatakan valid karena rhitung≥rtabel (0,361).
Setelah didapat hasil pengukuran validitas, selanjutnya dilakukan
pengukuran reliabilitas. Reliabilitas atau reliability berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat untuk dipercaya. Suatu uji dikatakan reliabel jika selalu
memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama namun pada
kesempatan atau waktu yang berbeda (Arifin, 1991).
Reliabilitas dilakukan menggunakan model aplha cronbach dengan
membandingkan nilai rtabel dengan nilai ralpha. Ketentuannya bila ralpha≥rtabel
(0,361) maka pertanyaan tersebut reliable dan sebaliknya (Najmah, 2011).
Tabel 4.3 Hasil Reliabilitas
Variabel Cronbach's Alpha Keterangan
Kebiasaan Makan 0,742 Reliabel
Status Merokok 0,869 Reliabel
Durasi Tidur 0,683 Reliabel
Hasil reliabilitas untuk pertanyaan kebiasaan makan, status merokok dan
durasi tidur berdasarkan Cronbach's Alpha bahwa semua item dinyatakan reliabel
karena nilai ralpha≥rtabel (0,361).

4.6 Analisis dan Penyajian Data


4.6.1 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara komputerisasi menggunakan software
statistik dan akan disajikan dalam bentuk tabel disertai dengan

Universitas Sriwijaya
43

interpretasi. Dalam penelitian ini, digunakan tiga analisis data yaitu


analisis univariat, bivariat dan multivariat. Menurut Imron dan Munif
(2010), dalam melakukan kegiatan analisis data dapat dibedakan menjadi
tiga macam cara, sebagai berikut :
A. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan dan
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Pada data numerik
digunakan nilai mean atau rata-rata, median dan standar deviasi.
Umumnya pada analisis univariat hanya akan menghasilkan distribusi
frekuensi atau presentase dari tiap variabel. Variabel independen
dalam penelitian adalah pendapatan keluarga, status merokok,
frekuensi konsumsi fast food, kebiasaan konsumsi buah, kebiasaan
konsumsi sayur, durasi tidur malam, aktivitas fisik dan kondisi mental
emosional sedangkan variabel dependen dalam penelitian adalah
kejadian obesitas (Notoadmodjo, 2012).
B. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat apakah ada hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Pada tahap ini
dilakukan pengujian terhadap hipotesis dengan uji statistik Mc Nemar
dengan tingkat kepercayaan (Confident Interval/CI) 95% dan nilai
alpha 5%. Hasil uji statistik ditentukan dengan membandingkan nilai
probabilitas (p-value) terhadap nilai alpha (α). Jika p-value ≤ 0,05
maka dinyatakan hipotesis 0 (H0) ditolak yang berarti bahwa ada
hubungan antara variabel tersebut. Sebaliknya jika p-value > 0,05
maka dinyakatan hipotesis 0 (H0) diterima yang berarti tidak
signifikan atau tidak ada hubungan antar variabel tersebut.
C. Analisis Multivariat
Analisis bivariat hanya akan menghasilkan hubungan antara dua
variabel yang bersangkutan (variabel independen dan variabel
dependen). Untuk mengetahui hubungan lebih dari satu variabel
independen dengan satu variabel dependen, harus dilanjutkan lagi

Universitas Sriwijaya
44

dengan melakukan analisis multivariat. Uji statistik yang digunakan


biasanya regresi berganda (multiple regression), untuk mengetahui
variabel independen yang lebih erat hubugannya dengan variabel
dependen (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini variabel
independen dan dependennya berskala kategorik, maka uji yang
digunakan adalah regresi logistik ganda model prediksi.
Berikut adalah langkah-langkah untuk melakukan analisis multivariat
(Hastono, 2006) :
1. Seleksi Bivariat
Tujuan dilakukan seleksi bivariat adalah untuk mendapatkan
variabel yang tepat dan memenuhi syarat untuk dilakukan analisis yang
lebih lanjut. Setiap variabel independen dianalisis dengan uji regresi
logistik sederhana. Bila hasil analisis bivariat diperoleh p-value < 0,25,
maka variabel tersebut dapat masuk ke dalam analisis multivariat.
2. Pemodelan Multivariat
Pemodelan multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda
dimana semua variabel dengan p-value < 0,25 dimasukkan ke dalam
model, kemudian satu per satu variabel independen dengan p-value >
0,05 dikeluarkan dari pemodelan. Bila diperoleh selisih OR faktor
independen antara sebelum dan sesudah variabel kovariat dikeluarkan
lebih besar dari 10%, maka variabel tersebut dinyatakan sebagai
confounding dan harus tetap berada dalam model.
3. Model Akhir
Setelah dilakukan pemodelan multivariat maka diperoleh model
akhir yang dapat diinterpretasikan.
4.6.2 Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian dilakukan melalui berbagai bentuk.
Penyajian data dalam penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel
disertai dengan teks yang berisi penjelasan atau interpretasi dari data
tersebut.

Universitas Sriwijaya
45

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Universitas Sriwijaya


5.1.1 Sejarah Singkat Universitas Sriwijaya
Gagasan untuk memiliki sebuah perguruan tinggi di Sumatera Selatan telah
ada sejak awal tahun 1950-an, yang dicetuskan dalam suatu kesempatan resepsi
perayaan hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1952, dengan berbagai
pertimbangan, ditetapkan bahwa yang pertama akan didirikan adalah fakultas
ekonomi. Pembukaan Fakultas Ekonomi secara resmi jatuh pada tanggal 31
Oktober 1953 berada di bawah Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti dalam
suatu acara yang dihadiri oleh Drg.M. Isa (Gubernur Sumatera Selatan), Mr. Hadi
(Sekretaris Jenderal Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan),
Bambang Utoyo (Panglima TT II Sriwijaya) dan Ali Gathmyr (Ketua DPRD
Sumatera Selatan).
Pembangunan perguruan tinggi di Sumatera Selatan selanjutnya diserahkan
pada Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti dengan membentuk Panitia
Penyelenggaraan Fakultas Hukum. Pada perayaan Dies Natalis IV Fakultas
Ekonomi tanggal 1 November 1957, diresmikanlah fakultas baru yaitu “Fakultas
Hukum dan Pengetahuan Masyarakat”. Pembangunan selanjutnya dibantu oleh
Penguasa Militer Teritorial II Sriwijaya yang memberikan bantuan keuangan unuk
mendirikan gedung permanen Yayasan Perguruan Tinggi Syakhyakirti yang
berada di Bukit Besar (kini Kampus Unsri Bukit). Pada tanggal 31 Oktober 1957
upacara peletakan batu pertama dilakukan.
Tokoh-tokoh masyarakat Sumatera Selatan, antara lain Kolonel Harun
Sohar (Panglima selaku Ketua peperda TT II/Sriwijaya) dan A. Bastari
(Gubernur/Kepala Daerah) dengan delegasi yang menemui Menteri PPK
(Mr.Moh. Yamin) Desember 1959 memperoleh jaminan kesediaan Pemerintah
untuk mengambil alih Perguruan Tinggi Syakyakirti menjadi suatu Universitas
Negeri. Akhrinya, berdasarkan Peraturan Pemerintah No.42 tahun 1960 tanggal
29 Oktober 1960 (Lembaga Negara Tahun 1960 No.135) ditetapkanlah

Universitas Sriwijaya
46

Universitas Sriwijaya, disingkat Unsri sebagai Universitas Negeri di Sumatera


Selatan.
Peresmiaan tanggal 3 November 1960 dalam upacara penandatanganan
piagam pendiria oleh Presiden Soekarno dengan disaksikan oleh Menteri PPK
(Mr. Priyono) dan beberapa Duta besar Negara Sahabat. Presiden (Rektor)
Universitas Sriwijaya yang pertama ditunjuk Drg. M. Isa yang diangkat dengan
Keputusan Presiden No.696/M tahun 1960 tanggal 29 Oktober 1960. Universitas
Sriwijaya pada mulanya berpusat di kampus utama Bukit Besar, Palembang. Pada
tahun 1995 Univesitas Sriwijaya mulai mengggunakan Kampus Unsri Indralaya,
Ogan Ilir sebagai kampus utama untuk kegiatan pendidikan. Peresmian kampus
Unsri Indralaya oleh Presiden soeharto dilaksanakan pada tanggal 6 Maret 1997.
Tahun 2010 di Universitas Sriwijaya memiliki sepuluh fakultas dan satu
program pascasarjana, serta terdapat lebih dari 80 program studi atau unit
pelaksaaan pendidikan yang setara program studi. Fakultas yang didirakan pada
kurun waktu 1999 sampai dengan 2008 adalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP), Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) dan Fakultas Kesehatan
Masyarakat (FKM).

5.1.2 Kampus Universitas Sriwijaya


Universitas Sriwijaya memiliki dua buah kampus utama yaitu di Bukit
Besar, Palembang dan di Indralaya, Ogan Ilir. Kampus Bukit Besar Palembang
luasnya 32,5 hektar, dimanfaatkan sebagai fasilitas pendidikan program S-0, S-2,
S-3 dan program S-1 kelas Palembang. Kampus Indralaya dengan luas 712 hektar
terletak 32 km ke arah selatan Palembang, merupakan pusat kegiatan pendidikan
untuk jenjang S-1. Di kampus Indralaya juga terdapat Perpustakaan Pusat, Kantor
Pusat Administrasi (KPA), Auditorium, Lembaga Bahasa, Lembaga Penelitian,
Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat, Pusat Komputer, Pusat Kegiatan
Kemahasiswaan, Pusat Kesehatan Komunitas, Klinik Kesehatan, Masjid, Stadion
dan sejumlah fasilitas olahraga, Asrama Mahasiswa, dan stasiun Pemadam
Kebakaran. Selain itu, Universitas Sriwijaya juga mempunyai fasilitas Kebun
Percobaan seluas 50 hektar di wilayah kecamatan Gelumbang, Muara Enim 62
kilometer di selatan kota Palembang, Kampus Fakultas Kedokteran di Komplek

Universitas Sriwijaya
47

Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang, Kampus FKIP di Jalan Srijaya


km.5,5 Palembang serta Kampus Program Pascasarjana di jalan Padang Selasa
Bukit Besar Palembang.

5.1.3 Jumlah Mahasiswa Universitas Sriwijaya


Pada tahun 2017, terdapat sebanyak 4.094 mahasiswa strata-1 Universitas
Sriwijaya Kampus Indralaya Angkatan 2016 yang terbagi ke dalam 10 fakultas.
Adapun rinciannya sebagai berikut:
Tabel 5.1 Jumlah Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya Kampus
Indralaya Angkatan 2016
No Fakultas Jumlah
1 Fakultas Ekonomi 373
2 Fakultas Hukum 253
3 Fakultas Teknik 464
4 Fakultas Kedokteran 440
5 Fakultas Pertanian 562
6 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan 575
7 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 490
8 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 513
9 Fakultas Ilmu Komputer 208
10 Fakultas Kesehatan Masyarakat 216

5.2. Analisis Univariat


Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik
responden dan variabel independen (status merokok, pendapatan keluarga,
konsumsi fast food, kebiasaan makan buah, kebiasaan makan sayur, durasi tidur
malam, aktivitas fisik dan kondisi mental emosional).

5.2.1 Gambaran Karakteristik Responden


Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi fakultas dan jenis
kelamin. Hasil penelitian pada karakteristik responden diperoleh dengan melihat
hasil cek kesehatan mahasiswa angkatan 2016 disertai dengan wawancara kepada
responden. Gambaran karakteristik responden sebagai berikut:

Universitas Sriwijaya
48

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Jenis Kelamin
Laki-Laki 27 34,2 27 34,2
Perempuan 52 65,8 52 65,8
Fakultas
Ekonomi 9 11,4 4 5,1
Hukum 6 7,6 3 3,8
Teknik 6 7,6 10 12,7
Kedokteran 3 3,8 7 8,9
Pertanian 11 13,9 8 10,1
Keguruan dan Ilmu Pendidikan 14 17,7 13 16,5
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 7 8,9 12 15,2
Matematika dan IPA 13 16,5 13 16,5
Ilmu Komputer 5 6,3 4 5,1
Kesehatan Masyarakat 5 6,3 5 6,3

Tabel 5.2 menunjukkan informasi bahwa karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pada kasus maupun kontrol
mayoritas berjenis kelamin perempuan dengan selisih 31,5% apabila
dibandingkan jenis kelamin laki-laki. Jenis kelamin responden merupakan
variabel matching dalam penelitian ini, sehingga jumlah responden berdasarkan
jenis kelamin sama antara kasus dan kontrol. Selain itu, dari tabel 5.2 diketahui
bahwa pada kelompok kasus mayoritas responden berasal dari fakultas pertanian,
fakultas keguruan dan ilmu pendidikan serta fakultas matematika dan IPA. Pada
kelompok kasus, mayoritas responden berasal dari fakultas keguruan dan ilmu
pendidikan, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik serta fakultas matematika dan
IPA.

5.2.2 Gambaran Variabel yang Diteliti


Variabel yang diteliti pada penelitian ini meliputi kejadian obesitas pada
mahasiswa, status merokok, pendapatan keluarga, konsumsi fast food, kebiasaan
makan buah, kebiasaan makan sayur, durasi tidur malam, aktivitas fisik dan
kondisi mental emosional. Hasil penelitian diperoleh dengan wawancara kepada
responden.

Universitas Sriwijaya
49

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan Keluarga


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
≥ 2.388.000 54 68,4 49 62,0
< 2.388.000 25 31,6 30 38,0
Total 79 100 79 100

Hasil analisis tabel 5.3, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa dengan pendapatan keluarga ≥ 2.388.000 memiliki selisih 36,8%
dibandingkan mahasiswa dengan pendapatan keluarga < 2.388.000, sedangkan
pada kelompok kontrol mahasiswa dengan pendapatan keluarga ≥ 2.388.000
memiliki selisih 24% dibandingkan mahasiswa dengan pendapatan keluarga <
2.388.000.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Merokok


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Tidak Merokok/Pernah
66 83,5 67 84,8
Merokok
Merokok 13 16,5 12 15,2
Total 79 100 79 100

Hasil analisis tabel 5.4, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa yang tidak merokok/pernah merokok apabila dibandingkan mahasiswa
yang merokok memiliki selisih 67%, sedangkan pada kelompok kontrol
mahasiswa yang tidak merokok/pernah merokok dibandingkan mahasiswa yang
merokok memiliki selisih 69,6%.

Universitas Sriwijaya
50

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsumsi Fast Food


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Sering (≥3 kali/minggu) 37 46,8 22 27,8
Jarang (1-2 kali/minggu atau
42 53,2 57 72,2
Tidak Pernah )
Total 79 100 79 100

Hasil analisis tabel 5.5, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food dibandingkan mahasiswa yang
jarang mengkonsumi fast food memiliki selisih 6,4% sedangkan pada kelompok
kontrol mahasiswa yang sering mengkonsumsi fast food dibandingkan mahasiswa
yang jarang mengkonsumi fast food memiliki selisih 44,4%.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Makan Buah


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Jarang (<1-3 kali/minggu
44 55,7 27 34,2
atau tidak pernah)
Sering (4-6 kali/minggu
35 44,3 52 68,5
atau ≥1 kali/hari)
Total 79 100 79 100

Hasil analisis tabel 5.6, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa yang memiliki kebiasaan jarang makan buah memiliki selisih 11,4%
apabila dibandingkan mahasiswa yang memiliki kebiasaan sering makan buah,
sedangkan pada kelompok kontrol mahasiswa yang memiliki kebiasaan sering
makan buah dibandingkan mahasiswa yang memiliki kebiasaan jarang makan
buah memiliki selisih 34,3%.

Universitas Sriwijaya
51

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Makan Sayur


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Jarang (<1-3 kali/minggu atau
40 50,6 25 31,6
tidak pernah)
Sering (4-6 kali/minggu atau
39 49,4 54 68,4
≥1 kali/hari)
Total 79 100 79 100

Hasil analisis pada tabel 5.7, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa yang memiliki kebiasaan jarang makan sayur hampir seimbang
dibandingkan mahasiswa yang memiliki kebiasaan sering makan sayur,
sedangkan pada kelompok kontrol mahasiswa yang memiliki kebiasaan sering
makan sayur dibandingkan mahasiswa yang memiliki kebiasaan jarang makan
sayur memiliki selisih 36,8%.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Durasi Tidur Malam


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
< 7 jam 55 69,6 39 49,4
≥ 7 jam 24 30,4 40 50,6
Total 79 100 79 100

Hasil analisis pada tabel 5.8, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa dengan durasi tidur malam < 7 jam dibandingkan mahasiswa dengan
durasi tidur malam ≥ 7 jam memiliki selisih 39,2%, sedangkan pada kelompok
kontrol jumlah mahasiswa dengan durasi tidur malam < 7 jam cukup berimbang
dibandingkan mahasiswa dengan durasi tidur malam ≥ 7 jam.

Universitas Sriwijaya
52

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktivitas Fisik


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Ringan (METs-min/minggu <
41 51,9 25 31,6
600)
Sedang/Berat (METs-
38 48,1 54 68,4
min/minggu ≥600)
Total 79 100 79 100

Hasil analisis dari tabel 5.9, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa dengan aktivitas fisik ringan hampir seimbang dibandingkan
mahasiswa dengan aktivitas fisik sedang/berat, sedangkan pada kelompok kontrol
mahasiswa dengan aktivitas fisik sedang/berat dibandingkan mahasiswa dengan
aktivitas fisik ringan memiliki selisih 36,8%.

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kondisi Mental Emosional


Kejadian Obesitas
Variabel Kasus Kontrol
n % n %
Terganggu 42 53,2 26 32,9
Normal 37 46,8 53 67,1
Total 79 100 79 100

Hasil analiss dari tabel 5.10, diketahui bahwa pada kelompok kasus jumlah
mahasiswa dengan kondisi mental emosional terganggu dibandingkan mahasiswa
dengan kondisi mental emosional normal memiliki selisih 6,4%, sedangkan pada
kelompok kontrol mahasiswa dengan kondisi mental emosional normal
dibandingkan mahasiswa dengan kondisi mental emosional terganggu memiliki
selisih 34,2%.

5.3. Analisis Bivariat


Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan dari analisis univariat yang
bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen. Uji yang digunakan untuk menganalisis pendapatan keluarga, status
merokok, frekuensi konsumsi fast food, kebiasaan makan buah, kebiasaan makan

Universitas Sriwijaya
53

sayur, durasi tidur malam, aktivitas fisik dan kondisi mental emosional dengan
kejadian obesitas menggunakan uji Mc Nemar.

Tabel 5.11 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kontrol
P- ORAdjusted
Kasus ≥ 2.388.000 < 2.388.000 value 95% CI
n % n %
≥ 2.388.000 36 45,6 18 22,8 1,385
0,473
< 2.388.000 13 16,4 12 15,2 (0,678-2,826)

Hasil analisis berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa proporsi pendapatan


keluarga ≥ 2.388.000 pada kelompok kasus dan kontrol yaitu sebesar 45,6%
sedangkan sedangkan proporsi pendapatan keluarga < 2.388.000 pada kelompok
kasus dan kontrol yaitu sebesar 15,2%. Pendapatan keluarga < 2.388.000 pada
kelompok kasus dan ≥ 2.388.000 pada kelompok kontrol yaitu sebesar 16,4%
sedangkan pendapatan keluarga ≥ 2.388.000 pada kelompok kasus dan <
2.388.000 pada kelompok kontrol yaitu sebesar 22,8% Hasil uji Mc Nemar
variabel pendapatan keluarga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas
Sriwijaya (p-value=0,473). Hasil 95% CI=0,678-2,826 yang melewati angka 1
juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya.

Tabel 5.12 Hubungan Status Merokok dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kontrol
Tidak
P- ORAdjusted
Kasus Merokok/Pernah Merokok
value 95% CI
Merokok
n % n %
Tidak Merokok/Pernah
61 77,2 5 6,4 0,833
Merokok 1,000
(0,254-2,731)
Merokok 6 7,6 7 8,8

Hasil analisis berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa mahasiswa yang


tidak merokok/pernah merokok pada kelompok kasus dan kontrol yaitu sebanyak

Universitas Sriwijaya
54

77,2% sedangkan mahasiswa yang merokok pada kelompok kasus dan kontrol
yaitu sebesar 8,8%. Mahasiswa yang merokok pada kelompok kasus dan tidak
merokok/pernah merokok pada kelompok kontrol yaitu sebesar 7,6% sedangkan
mahasiswa yang tidak merokok/pernah merokok pada kelompok kasus dan
merokok pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 6,4%. Hasil uji Mc Nemar
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status merokok dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya (p-value=1,000).

Tabel 5.13 Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Kejadian


Obesitas pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kontrol

Sering (≥3 Jarang (1-2 P- ORAdjusted


Kasus kali/minggu)/Tidak
kali/minggu) value 95% CI
Pernah
n % n %
Sering (≥3
10 12,7 27 34,2
kali/minggu)
2,250
Jarang (1-2 0,024
(1,140-4,441)
kali/minggu)/Tidak 12 15,2 30 37,9
Pernah

Hasil analisis berdasarkan tabel 5.13 diperoleh informasi bahwa mahasiswa


yang sering mengkonsumsi fast food pada kelompok kasus dan kontrol yaitu
12,7% sedangkan mahasiswa yang jarang mengkonsumsi fast food pada
kelompok kasus dan kontrol yaitu 37,9%. Mahasiswa yang jarang mengkonsumsi
fast food pada kelompok kasus dan sering mengkonsumsi fast food pada
kelompok kontrol yaitu 15,2% sedangkan mahasiswa yang sering mengkonsumsi
fast food pada kelompok kasus dan jarang mengkonsumsi fast food pada
kelompok kontrol yaitu 34,2%. Hasil uji Mc Nemar variabel frekuensi konsumsi
fast food menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food
dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya (p-value=0,024).
Hasil analisis diperoleh nilai OR= 2,25 dengan 95% CI: 1,140-4,441 sehingga
dapat disimpulkan bahwa setelah mengontrol kovariat (jenis kelamin) dengan cara
matching, responden yang sering konsumsi fast food mempunyai peluang risiko
lebih besar 2,25 kali untuk mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan
responden yang jarang atau tidak pernah mengkonsumsi fast food. Pada populasi

Universitas Sriwijaya
55

dengan keyakinan 95% frekuensi konsumsi fast food merupakan faktor risiko
terjadinya kejadian obesitas dengan rentang nilai CI antara 1,140-4,441 artinya
pada populasi mahasiswa yang frekuensi konsumsi fast food sering memiliki
risiko terendah sebanyak 1,140 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dan
risiko tertinggi sebanyak 4,441 kali lebih besar untuk mengalami obesitas
dibandingkan dengan mahasiswa yang jarang atau tidak pernah mengkonsumsi
fast food.

Tabel 5.14 Hubungan Kebiasaan Makan Buah dengan Kejadian Obesitas


pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kontrol
Jarang (<1-3 Sering (4-6
kali/minggu kali/minggu P– ORAdjusted
Kasus
atau tidak atau ≥1 value 95% CI
pernah) kali/hari)
n % n %
Jarang (<1-3 kali/minggu 15 19 29 36,7
atau tidak pernah) 2,417
0,012
Sering (4-6 kali/minggu (1,233-4,736)
12 15,2 23 29,1
atau ≥1 kali/hari)

Hasil analisis sesuai dengan tabel 5.14 menunjukkan bahwa mahasiswa


dengan kebiasaan makan buah jarang pada kelompok kasus maupun kontrol yaitu
sebanyak 19% sedangkan mahasiswa dengan kebiasaan makan buah sering pada
kelompok kasus maupun kontrol yaitu sebanyak 29,1%. Mahasiswa dengan
kebiasaan makan buah pada kelompok kasus sering dan jarang pada kelompok
kontrol yaitu sebanyak 15,2% sedangkan mahasiswa dengan kebiasaan makan
buah jarang pada kelompok kasus dan sering pada kontrol yaitu sebanyak 36,7%.
Hasil uji Mc Nemar menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan
buah dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya (p-
value=0,012). Hasil analisis diperoleh nilai OR= 2,417 dengan 95% CI: 1,233-
4,736 sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah mengontrol kovariat (jenis
kelamin) dengan cara matching, responden dengan kebiasaan makan buah jarang
mempunyai peluang risiko lebih besar 2,417 kali untuk mengalami kejadian
obesitas dibandingkan dengan responden dengan kebiasaan makan buah sering.
Pada populasi dengan keyakinan 95% kebiasaan makan buah merupakan faktor

Universitas Sriwijaya
56

risiko terjadinya kejadian obesitas dengan rentang nilai CI antara 1,233-4,736


artinya pada populasi mahasiswa yang kebiasaan makan buah jarang memiliki
risiko terendah sebanyak 1,233 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dan
risiko tertinggi sebanyak 4,736 kali lebih besar untuk mengalami obesitas
dibandingkan dengan mahasiswa yang kebiasaan makan buah sering.

Tabel 5.15 Hubungan Kebiasaan Makan Sayur dengan Kejadian Obesitas


pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kontrol
Jarang (<1-3 Sering (4-6
kali/minggu kali/minggu P- ORAdjusted
Kasus
atau tidak atau ≥1 value 95% CI
pernah) kali/hari)
n % n %
Jarang (<1-3 kali/minggu 9 11,4 31 39,3
atau tidak pernah) 1,938
0,04
Sering (4-6 kali/minggu (1,060-3,542)
16 20,2 23 29,1
atau ≥1 kali/hari)

Hasil analisis berdasarkan tabel 5.15 bahwa mahasiswa dengan kebiasaan


jarang makan sayur pada kelompok kasus maupun kontrol yaitu sebanyak 11,4%
sedangkan mahasiswa dengan kebiasaan sering makan sayur pada kelompok
kasus maupun kontrol yaitu sebanyak 29,1%. Mahasiswa dengan kebiasaan
sering makan sayur pada kelompok kasus dan jarang pada kelompok kontrol yaitu
sebanyak 20,2% sedangkan mahasiswa dengan kebiasaan jarang makan sayur
pada kelompok kasus dan sering pada kontrol yaitu sebanyak 39,3%. Hasil uji Mc
Nemar menunjukkan bahwa ada hubungan antara kebiasaan makan sayur dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya (p-value=0,04). Hasil
analisis diperoleh nilai OR= 1,938 dengan 95% CI: 1,060-3,542 sehingga dapat
disimpulkan bahwa setelah mengontrol kovariat (jenis kelamin) dengan cara
matching, responden dengan kebiasaan makan sayur jarang mempunyai peluang
risiko lebih besar 1,938 kali untuk mengalami kejadian obesitas dibandingkan
dengan responden dengan kebiasaan makan sayur sering. Pada populasi dengan
keyakinan 95% kebiasaan makan sayur merupakan faktor risiko terjadinya
kejadian obesitas dengan rentang nilai CI antara 1,060-3,542 artinya pada
populasi mahasiswa yang kebiasaan makan sayur jarang memiliki risiko terendah

Universitas Sriwijaya
57

sebanyak 1,060 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dan risiko tertinggi
sebanyak 3,542 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan
mahasiswa yang kebiasaan makan sayur sering.

Tabel 5.16 Hubungan Durasi Tidur Malam dengan Kejadian Obesitas pada
Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kontrol
P- ORAdjusted
Kasus < 7 jam ≥ 7 jam value 95% CI
n % n %
< 7 jam 29 36,7 26 32,9 2,600
0,011
≥ 7 jam 10 12,7 14 17,7 (1,254-5,392)

Hasil analisis statistik pada tabel 5.16 menyatakan bahwa mahasiswa


dengan durasi tidur malam < 7 jam pada kelompok kasus maupun kontrol yaitu
sebanyak 36,7% sedangkan mahasiswa dengan durasi tidur malam ≥ 7 jam pada
kelompok kasus maupun kontrol yaitu sebanyak 17,7%. Mahasiswa dengan durasi
tidur malam ≥ 7 jam pada kelompok kasus dan < 7 jam pada kelompok kontrol
yaitu sebanyak 12,7% sedangkan mahasiswa dengan durasi tidur malam < 7 jam
pada kelompok kasus dan ≥ 7 jam pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 32,9%
Hasil uji Mc Nemar menunjukkan bahwa ada hubungan antara durasi tidur malam
dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya (p-value=0,011).
Hasil analisis diperoleh nilai OR= 2,6 dengan 95% CI: 1,254-5,392sehingga dapat
disimpulkan bahwa setelah mengontrol kovariat (jenis kelamin) dengan cara
matching, responden yang durasi tidur malam < 7 jam mempunyai peluang risiko
lebih besar 2,6 kali untuk mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan
responden yang durasi tidur malam ≥ 7 jam. Pada populasi dengan keyakinan 95%
durasi tidur malam merupakan faktor risiko terjadinya kejadian obesitas dengan
rentang nilai CI antara 1,254-5,392 artinya pada populasi mahasiswa yang durasi
tidur malam < 7 jam memiliki risiko terendah sebanyak 1,254 kali lebih besar
untuk mengalami obesitas dan risiko tertinggi sebanyak 5,392 kali lebih besar
untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan mahasiswa yang durasi tidur
malam ≥ 7 jam.

Universitas Sriwijaya
58

Tabel 5.17 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kontrol
Ringan Sedang
(METs- (METs- P- ORAdjusted
Kasus
min/minggu min/minggu value 95% CI
< 600) ≥ 600)
n % n %
Ringan (METs- 14 17,7 27 34,2
min/minggu < 600) 2,455
0,014
Sedang (METs- (1,218-4,949)
11 13,9 27 34,2
min/minggu ≥ 600)

Hasil analisis sesuai dengan tabel 5.17 menunjukkan bahwa mahasiswa


dengan aktivitas fisik ringan pada kelompok kasus maupun kontrol yaitu sebanyak
17,7% sedangkan mahasiswa dengan aktivitas fisik sedang pada kelompok kasus
maupun kontrol yaitu 34,2%. Mahasiswa dengan aktivitas fisik sedang pada
kelompok kasus dan ringan pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 13,9%
sedangkan mahasiswa dengan aktivitas fisik ringan pada kelompok kasus dan
sedang pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 34,2%. Hasil uji Mc Nemar
menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa Universitas Sriwijaya (p-value=0,014). Hasil analisis diperoleh
nilai OR= 2,455 dengan 95% CI: 1,218-4,948 sehingga dapat disimpulkan bahwa
setelah mengontrol kovariat (jenis kelamin) dengan cara matching, responden
yang aktivitas fisik ringan mempunyai peluang risiko lebih besar 2,455 kali untuk
mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan responden yang aktivitas fisik
sedang. Pada populasi dengan keyakinan 95% aktivitas merupakan faktor risiko
terjadinya kejadian obesitas dengan rentang nilai CI antara 1,218-4,948 artinya
pada populasi mahasiswa yang aktivitas fisik ringan memiliki risiko terendah
sebanyak 1,218 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dan risiko tertinggi
sebanyak 4,948 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan
mahasiswa yang aktivitas fisik sedang.

Universitas Sriwijaya
59

Tabel 5.18 Hubungan Kondisi Mental Emosional dengan Kejadian Obesitas


pada Mahasiswa Universitas Sriwijaya
Kontrol
P– ORAdjusted
Kasus Terganggu Normal value 95% CI
n % n %
Terganggu 13 16,5 29 36,7 2,231
0,02
Normal 13 16,5 24 30,3 (1,160-5,286)

Hasil analisis statistik pada tabel 5.18 menyatakan bahwa mahasiswa


dengan kondisi mental emosional terganggu pada kelompok kasus maupun
kontrol yaitu sebanyak 16,5% sedangkan mahasiswa dengan kondisi mental
emosional normal pada kelompok kasus maupun kontrol yaitu sebanyak 30,3%.
Mahasiswa dengan kondisi mental emosional normal pada kelompok kasus dan
terganggu pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 16,5% sedangkan mahasiswa
dengan kondisi mental emosional terganggu pada kelompok kasus dan normal
pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 36,7%. Hasil uji Mc Nemar menunjukkan
bahwa ada hubungan antara kondisi mental emosional dengan kejadian obesitas
pada mahasiswa Universitas Sriwijaya (p-value=0,02). Hasil analisis diperoleh
nilai OR= 2,231 dengan 95% CI: 1,160-5,286 sehingga dapat disimpulkan bahwa,
setelah mengontrol kovariat (jenis kelamin) dengan cara matching, responden
dengan kondisi mental emosional terganggu mempunyai peluang risiko lebih
besar 2,231 kali untuk mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan
responden dengan kondisi mental emosional normal. Pada populasi dengan
keyakinan 95% kondisi mental emosional merupakan faktor risiko terjadinya
kejadian obesitas dengan rentang nilai CI antara 1,160-5,286 artinya pada
populasi mahasiswa yang kondisi mental emosional terganggu memiliki risiko
terendah sebanyak 1,160 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dan risiko
tertinggi sebanyak 5,286 kali lebih besar untuk mengalami obesitas dibandingkan
dengan mahasiswa yang kondisi mental emosional normal.
Matching pada kelompok kontrol merupakan salah satu cara pengendalian
faktor confounding pada perencanaan penelitian. Pada penelitian ini jenis kelamin
digunakan untuk dipadankan antara kasus dan kontrol. Untuk mengetahui apakah
variabel matching yang telah digunakan benar merupakan sebagai faktor

Universitas Sriwijaya
60

confounding maka perlu dilihat perubahan nilai OR setelah menggunakan


matching, sebagai berikut.
Tabel 5.19 Perubahan Nilai OR dengan Matching Jenis Kelamin
% Perubahan
Variabel ORAdjusted ORCrude
OR
Pendapatan Keluarga 1,385 1,322 -4,549
Status Merokok 1,200 0,909 -32,01
Frekuensi Konsumsi Fast Food 2,250 2,282 1,422
Kebiasaan Makan Buah 2,417 2,421 0,165
Kebiasaan Makan Sayur 1,938 2,215 14,293
2,600 2,350 -9,615
Durasi Tidur Malam
2,455 2,331 -5,051
Aktivitas Fisik
Kondisi Mental Emosional 2,231 2,314 3,720

Hasil analisis sesuai tabel 5.19 diketahui bahwa terdapat perubahan nilai
OR>10% pada variabel kebiasaan makan sayur dan status merokok sehingga
variabel matching yaitu jenis kelamin memang faktor perancu dalam penilaian
pengaruh kejadian obesitas pada mahasiswa Univesitas Sriwijaya.

5.4. Analisis Multivariat


Tujuan analisis multivariat dilakukan adalah untuk melihat variabel
independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel dependen.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis multivariat jenis regresi
logistic ganda model prediksi. Pemodelan ini bertujuan untuk memperoleh model
yang terdiri dari beberapa variabel independen yang dianggap baik untuk
memprediksi variabel dependen dengan cara memasukkan beberapa variabel ke
dalam satu model. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis
sebagai berikut:
A. Seleksi Bivariat
Seleksi bivariat dilakukan dengan cara memasukkan hasil analisis bivariat
antara masing-masing variabel yang diduga berhubungan dengan variabel
kejadian obesits. Analisis bivariat dapat dilakukan dengan menggunakan uji
regresi logistik sederhana. Jika hasil analisis bivariat mempunyai nilai p-value <
0,25 maka variabel tersebut dapat dimasukkan ke dalam pemodelan multivariat.

Universitas Sriwijaya
61

Jika nilai p-value > 0,25 maka variabel tersebut tidak dapat masuk pemodelan
multivariat, namun apabila secara substansi dianggap penting maka variabel
tersebut dapat diikutkan ke dalam pemodelan multivariat. Variabel-variabel yang
dapat masuk dari hasil seleksi bivariat dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut.

Tabel 5.20 Seleksi Bivariat


Variabel p-value Keterangan
Pendapatan Keluarga 0,404 Tidak Masuk
Status Merokok 0,827 Tidak Masuk
Frekuensi Konsumsi Fast Food 0,014 Masuk
Kebiasaan Makan Buah 0,016 Masuk
Kebiasaan Makan Sayur 0,007 Masuk
Durasi Tidur Malam 0,010 Masuk
Aktivitas Fisik 0,010 Masuk
Kondisi Mental Emosional 0,011 Masuk

Hasil analisis berdasarkan tabel 5.20 variabel yang masuk ke dalam analisis
multivariat yaitu konsumsi fast food, kebiasaan makan buah, kebiasaan makan
sayur, durasi tidur malam, aktivitas fisik dan kondisi mental emosional karena
nilai p-value < 0,25.
B. Pemodelan Multivariat
Pemodelan multivariat dimulai dengan melakukan analisis dengan
melakukan uji regresi logistik ganda pada seluruh variabel independen yang telah
masuk dalam pemodelan awal multivariat, kemudian memilih dan
mempertahankan variabel yang memiliki nilai p-value < 0,05 dan mengeluarkan
variabel yang memiliki nilai p-value > 0,05. Pengeluaran variabel-variabel
tersebut tidak dilakukan secara bersamaan namun dilakukan secara bertahap,
dimulai dengan variabel yang memiliki nilai p-value terbesar hingga yang terkecil
dengan memperhatikan besar perubahan nilai OR. Apabila saat satu variabel
dikeluarkan membuat perubahan nilai OR pada salah satu variabel yang ada di
dalam pemodelan kurang dari 10% maka variabel tersebut dikeluarkan dari
pemodelan. Namun apabila perubahan nilai OR pada salah satu variabel yang ada
di dalam pemodelan lebih dari 10% maka variabel tersebut dimasukkan kembali,
dan dianggap sebagai confounding. Perubahan nilai OR dapat dilakukan dengan

Universitas Sriwijaya
62

cara mengurangkan OR sesudah variabel dikeluarkan dengan nilai OR pada full


model, kemudian dibagikan dengan OR pada full model.
𝑂𝑅𝑎𝑑𝑗𝑢𝑠𝑡𝑒𝑑 − 𝑂𝑅𝑐𝑟𝑢𝑑𝑒
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑂𝑅 = × 100%
𝑂𝑅𝑐𝑟𝑢𝑑𝑒
Tabel 5.21 Pemodelan Awal Multivariat
Variabel p-value OR (95% CI)
Frekuensi Konsumsi Fast Food 0,011 2,624 (1,242 - 5.540)
Kebiasaan Makan Buah 0,068 1.964 (0,951 - 4,059)
Kebiasaan Makan Sayur 0,008 2,679 (1,291 - 5,562)
Durasi Tidur Malam 0,019 2,374 (1,155 - 4,879)
Aktivitas Fisik 0,099 1,857 (0,891 - 3,872)
Kondisi Mental Emosional 0,037 2,144 (1,291 - 5,562)

Hasil analisis pada tabel 5.21 diketahui bahwa seluruh variabel yang masuk
ke dalam model awal analisis multivariat didapatkan bahwa ada 2 variabel yang
memiliki p-value > 0,05 yaitu aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah artinya
variabel tersebut akan dikeluarkan secara bertahap dari p-value terbesar hingga
yang terkecil yakni aktivitas fisik lalu kebiasaan makan buah. Variabel yang
memiliki nilai p-value terbesar yaitu aktivitas fisik, maka dikeluarkan dari model
awal untuk pemodelan selanjutnya. Tabel 5.22 menyajikan perubahan nilai OR
setelah variabel aktivitas fisik dikeluarkan dari pemodelan.

Tabel 5.22 Perubahan Nilai OR Tanpa Variabel Aktivitas Fisik


% Perubahan
Variabel ORCrude ORAdjusted
OR
Frekuensi Konsumsi Fast Food 2,624 2,499 -4,764
Kebiasaan Makan Buah 1,964 2,250 14,562
Kebiasaan Makan Sayur 2,679 2,778 3,695
Durasi Tidur Malam 2,374 2,434 2,527
Aktivitas Fisik 1,875 - -
Kondisi Mental Emosional 2,144 2,354 9,795

Tabel 5.22 menunjukkan perubahan nilai OR setelah variabel aktivitas fisik


dikeluarkan dari pemodelan. Hasilnya diketahui bahwa terdapat perubahan
OR>10% pada variabel kebiasaan makan buah sehingga variabel aktivitas fisik
tidak jadi dikeluarkan dari pemodelan dan variabel aktivitas fisik dianggap
sebagai variabel confounding bagi variabel lainnya. Kemudian dilakukan

Universitas Sriwijaya
63

pengeluaran variabel dengan nilai p-value terbesar kedua yaitu variabel kebiasaan
makan buah. Perubahan nilai OR saat pengeluaran variabel kebiasaan makan buah
dapat dilihat pada tabel 5.23 sebagai berikut.

Tabel 5.23 Perubahan Nilai OR Tanpa Variabel Kebiasaan Makan Buah


% Perubahan
Variabel ORCrude ORAdjusted
OR
Frekuensi Konsumsi Fast Food 2,624 2,884 9,909
Kebiasaan Makan Buah 1,964 - -
Kebiasaan Makan Sayur 2,679 2,732 1,978
Durasi Tidur Malam 2,374 2,426 2,190
Aktivitas Fisik 1,857 2,162 16,424
Kondisi Mental Emosional 2,144 2,014 -6,063

Hasil analisis tabel 5.23 menunjukkan bahwa terdapat perubahan OR > 10%
pada variabel aktivitas fisik sehingga variabel kebiasaan makan buah tidak jadi
dikeluarkan dari pemodelan dan variabel kebiasaan makan buah merupakan
variabel confounding bagi variabel lainnya. Setelah variabel-variabel tersebut
dikeluarkan dan dimasukkan kembali maka diperoleh model akhir dari analisis
multivariat.

C. Model Akhir Analisis Multivariat


Tabel 5.24 Model Akhir Analisis Multivariat
Variabel p-value OR (95% CI)
Frekuensi Konsumsi Fast Food 0,011 2,624 (1,242 - 5.540)
Kebiasaan Makan Sayur 0,008 2,679 (1,291 - 5,562)
Durasi Tidur Malam 0,019 2,374 (1,155 - 4,879)
Kondisi Mental Emosional 0,037 2,144 (1,291 - 5,562)

Hasil analisis multivariat yang sudah dilakukan, diketahui bahwa variabel


yang berhubungan signifikan dengan kejadian obesitas pada mahasiswa adalah
frekuensi konsumsi fast food, kebiasaan makan sayur, durasi tidur malam dan
kondisi mental emosional. Terdapat dua variabel yang menyebabkan perubahan
nilai OR > 10% yaitu aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah. Selain itu juga,
kedua variabel ini merupakan variabel confounding untuk variabel lainnya.

Universitas Sriwijaya
64

Hasil analisis dari tabel 5.24, nilai OR untuk variabel kebiasaan makan
sayur adalah 2,679 artinya mahasiswa dengan kebiasaan jarang makan sayur lebih
berisiko 2,679 kali untuk mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan
mahasiswa dengan kebiasaan sering makan sayur setelah dikontrol dengan
variabel aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah (p-value 0,008; OR=2,679, 95%
CI: 1,291-5,562). Nilai OR untuk variabel durasi tidur adalah 2,374 artinya
mahasiswa yang durasi tidur < 7 jam lebih berisiko 2,374 kali untuk mengalami
kejadian obesitas dibandingkan dengan mahasiswa yang durasi tidur ≥ 7 jam
setelah dikontrol dengan variabel aktivitas fisik dan kebiasaan makan (p-value
0,019; OR=2,374, 95% CI: 1,155-4,879). Nilai OR untuk variabel kondisi mental
emosional adalah 2,144 artinya mahasiswa yang kondisi mental emosional
terganggu lebih berisiko 2,144 kali untuk mengalami kejadian obesitas
dibandingkan dengan mahasiswa yang kondisi mental emosional normal setelah
dikontrol dengan variabel aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah (p-value
0,019; OR=2,144, 95% CI: 1,046-4,393). Nilai OR untuk variabel frekuensi
konsumsi fast food adalah 2,624 artinya mahasiswa yang frekuensi konsumsi fast
food sering lebih berisiko 2,624 kali untuk mengalami kejadian obesitas
dibandingkan dengan mahasiswa yang frekuensi konsumsi fast food jarang setelah
dikontrol dengan variabel aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah (p-value
0,011; OR=2,624, 95% CI: 1,242-5,540).
Hasil analisis multivariat dari tabel 5.24 juga menunjukkan bahwa variabel
yang paling dominan berhubungan dengan kejadian obesitas adalah variabel
kebiasaan makan sayur. Hal ini dapat dilihat dari nilai exp(B) atau nilai OR
variabel kebiasaan makan sayur merupakan yang terbesar yaitu 2,679.

Universitas Sriwijaya
65

BAB VI
PEMBAHASAN

6.1. Keterbatasan Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain studi
matched-case control. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:
1. Bias karena seleksi subjek dikarenakan beberapa calon responden tidak
berhasil diwawancarai karena pelaksanaan penelitian berada pada waktu
libur semester genap atau semester antara sehingga terdapat beberapa
calon responden yang tidak dapat ditemui. Untuk mengatasi bias karena
seleksi subjek maka calon responden digantikan dengan calon responden
lain yang sedang berada di lingkungan Universitas Sriwijaya secara
random.
6.2. Pembahasan Hasil Penelitian
6.2.1. Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Kejadian Obesitas pada
Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Hasil penelitian pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa 68,4%
kejadian obesitas terjadi pada mahasiswa dengan pendapatan keluarga ≥
2.388.000. Selain itu berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa p-value
pada penelitian ini untuk pendapatan keluarga adalah 1,000. Artinya
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada mahasiswa.
Ninik Asri (2005) menyatakan bahwa status gizi seorang anak dapat
dipengaruhi oleh pengeluaran untuk makan yang tinggi. Pengeluaran untuk
makan yang lebih tinggi untuk memenuhi konsumsi pangan dengan
kualitas gizi yang baik, hal ini akan diiringi dengan kenaikan status
gizinya. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sajogjo (2004), yang
menyatakan bahwa pendapatan keluarga yang sebenarnya mempunyai
penghasilan cukup belum tentu mengalami status gizi lebih akan tetapi
sebagian anaknya gizi kurang. Hal ini karena cara alokasi pendapatan

Universitas Sriwijaya
66

keluarga untuk pangan terlalu sedikit dan lebih banyak diperuntukkan bagi
pemenuhan kebutuhan lainya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kartika (2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara pendapatan orangtua dengan status gizi (p-value =
1,000). Namun bertentangan dengan hasil penelitian Reynaldy (2013)
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan
keluarga dengan kejadian obesitas (p-value = 0,000) dengan OR= 3,8 yang
menunjukkan bahwa anak yang memiliki keluarga dengan pendapatan
tinggi memiliki risiko 3,8 kali lebih besar untuk mengalami obesitas
dibandingkan dengan anak yang memiliki keluarga dengan penhasilan
rendah (OR=3,8; 95% CI=1,834-,872).
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya hubungan antara
pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada mahasiswa
dikarenakan pendapatan keluarga yang kurang dari UMR dirasa masih
dapat mencukupi kebutuhan makanan keluarga sehingga status gizinya
normal. Selain itu hal lain yang dapat menyebabkan tidak adanya
hubungan antara pendapatan keluarga dengan obesitas yaitu terkait dengan
jumlah anggota keluarga dan besarnya pengeluaran yang dikeluarkan
untuk makan. Keseluruhan pendapatan keluarga biasanya tidak semua
digunakan untuk memenuhi kebutuhan makan, karena masih banyak
kebutuhan lain yang perlu dipenuhi, sehingga secara langsung pendapatan
tidak mempunyai korelasi yang nyata dengan kejadian obesitas. Hal ini
dapat disebabkan karena tidak ada kecenderungan bahwa keluarga dengan
pendapatan tinggi dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang
tinggi pula, demikian pula sebaliknya tidak ada kecenderungan bahwa
dengan pendapatan rendah alokasi digunakan untuk kebutuhan pangan
yang rendah pula. Keluarga dengan pendapatan tinggi namun jumlah
keluarga yang besar belum tentu dapat memenuhi kebutuhan makan secara
optimal begitu pula sebaliknya meskipun pendapatan keluarga kurang dari
UMR namun jumlah keluarga yang kecil bisa jadi dapat memenuhi
kebutuhan makan secara optimal.

Universitas Sriwijaya
67

6.2.2. Hubungan Status Merokok dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kejadian obesitas pada penelitian ini lebih banyak terjadi pada
mahasiswa yang tidak pernah merokok (83,5%). Hasil analisis bivariat
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status
merokok dengan kejadian obesitas pada mahasiswa.
Pengaruh merokok terhadap status gizi seseorang dapat dijelaskan
karena rokok mengandung zat-zat yang merugikan bagi tubuh, salah
satunya adalah nikotin. Nikotin dalam rokok dapat menekan selera makan
sehingga memicu perubahan perilaku yang mendorong seseorang yang
merokok untuk mengurangi porsi makan. Proses tersebut dimulai saat
pembakaran rokok, yaitu masuknya nikotin ke sirkulasi darah sebesar 25%
dan ke otak manusia kurang lebih 15 detik. Kemudian, nikotin akan
diterima oleh reseptor asetilkolin-nikotinik untuk memacu sistem
dopaminergik pada jalur imbalan sehingga akan mengurangi selera makan.
Selain itu, merokok juga membuat makanan kurang bercita rasa bagi
beberapa perokok, yang pada akhirnya juga membuat selera makan
berkurang (Ilfandari, 2015).
Ilfandari (2015) menambahkan bahwa perokok memiliki risiko
mengalami penurunan berat badan lebih tinggi daripada bukan perokok
meskipun asupan kalorinya sama ataupun lebih tinggi. Hal tersebut karena
perokok mempunyai energi expenditur yang lebih tinggi daripada bukan
perokok yaitu sebesar 10%. Adanya penurunan konsumsi energi dan
peningkatan hasil pengeluaran energi sehingga dapat mengakibatkan
tejadinya penurunan berat badan. Oleh karena itu, berhenti merokok
biasanya akan dikaitkan dengan peningkatan berat badan seseorang.
Meskipun merokok memiliki risiko menurunkan berat badan sehingga
kurus, namun merokok jangan dijadikan cara dalam usaha penurunan berat
badan karena merokok juga dapat berdampak menimbulkan penyakit
lainnya.

Universitas Sriwijaya
68

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan


oleh Sudikno (2013). Dalam penelitian Sudikno (2013) menunjukkan
adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan prevalensi overweight
dan obese. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa responden
yang pernah merokok maupun responden yang tidak merokok cenderung
berisiko untuk overweight ataupun obese dibandingkan responden yang
merokok.
Hasil penelitian ini menunjukan tidak adanya hubungan antara status
merokok dengan kejadian obesitas pada mahasiswa dikarenakan distribusi
frekuensi status merokok yang merokok/pernah merokok pada kasus dan
tidak pernah merokok pada kontrol hampir sama dengan distribusi
frekuensi yang tidak pernah merokok pada kasus dan merokok/pernah
merokok pada kontrol. Sedangkan distribusi frekuensi yang tidak pernah
merokok pada kasus dan kontrol paling tinggi sendiri. Hal ini terjadi akibat
jumlah responden perempuan pada kasus yang lebih dominan
dibandingkan jumlah responden laki-laki, kemudian karena menggunakan
matching sehingga distribusi jumlah responden perempuan dan laki-laki
juga sama hanya dikalikan dua. Oleh karena jumlah responden perempuan
lebih mendominasi yang mayoritas tidak pernah merokok maka distribusi
frekuensi responden yang tidak pernah merokok pada kasus dan kontrol
yang paling dominan.

6.2.3. Hubungan Frekuensi Konsumsi Fast Food dengan Kejadian Obesitas


pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Frekuensi konsumsi fast food dalam penelitian ini adalah frekuensi
responden mengkonsumsi makanan cepat saji selama seminggu yang
diukur menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini, frekuensi konsumsi
fast food dibedakan menjadi dua kategori yaitu sering jika frekuensi
konsumsi fast food ≥ 3 kali/minggu dan jarang jika frekuensi konsumsi
fast food 1-2 kali/minggu atau tidak pernah.
Hasil analisis bivariat dapat diketahui mengenai hubungan antara
frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada mahasiswa

Universitas Sriwijaya
69

menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast


food dengan kejadian obesitas. Setelah dilakukan analisis secara bersama-
sama didapatkan hasil yang sama yaitu terdapat hubungan antara frekuensi
konsumsi fast food dengan kejadian obesitas. Nilai OR untuk variabel
frekuensi konsumsi fast food adalah 2,624 artinya mahasiswa yang
frekuensi konsumsi fast food sering lebih berisiko 2,624 kali untuk
mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan mahasiswa yang
frekuensi konsumsi fast food jarang setelah dikontrol dengan variabel
aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah (p-value 0,011; OR=2,624, 95%
CI: 1,242-5,540).
Pola makan konsumsi fast food dapat mempercepat terjadinya
obesitas. Penelitian membuktikan bahwa orang yang makan di restoran
fast food secara teratur atau lebih dari dua kali/minggu memiliki perbedaan
antara 4 sampai dengan 5 kilogram berat badannya bila dibandingkan
dengan orang-orang yang tidak mengkonsumsi makanan di restoran fast
food (Proverawati, 2010). Menurut hasil penelitian Fraser et al (2011),
remaja yang sering makan di restoran cepat saji maka akan mengkonsumsi
lebih banyak makanan yang tidak sehat sehingga remaja akan cenderung
memiliki IMT lebih tinggi bila dibandingkan dengan remaja yang tidak
secara teratur makan di restoran fast food.
Konsumsi fast food berhubungan dengan kejadian gizi lebih dapat
dikarenakan oleh kemungkinan ukuran dan jumlah porsi yang dimakan
berlebihan. Ukuran porsi makan yang besar menyebabkan meningkatnya
berat badan. Terdapat beberapat faktor yang terkait fast fod yaitu
kandungan gizi dalam fast food dan seberapa sering mengkonsumsi fast
food. Contohnya dalam 100 gram burger terkandung 261 kkal, french fries
342 kkal, ayam goreng pada bagian dada atau sayap 303 kkal, pizza keju
268 kkal, dan hotdog mengandung 247 kkal (Badjeber, 2009).
Jenis makanan cepat saji yang sering dikonsumsi adalah pizza, burger,
hotdog, french fries, chicken nugget dan ayam fried chicken (Suryaputra,
Nadhiroh, 2012). Pada penelitian ini jenis makanan cepat saji yang paling
sering dikonsumsi oleh mahasiswa adalah fried chicken sebanyak 43

Universitas Sriwijaya
70

responden (27,3%) dibandingkan dengan jenis makanan cepat saji lainnya.


Sedangkan jenis makanan cepat saji yang paling jarang dikonsumsi oleh
mahasiswa adalah pizza dan hamburger yaitu sebanyak 4 responden
(2,5%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Banowati (2011) yang
menyatakan bahwa responden dengan konsumsi fast food ≥ 9,2 kali/bulan
mempunyai peluang risiko sebesar 2,773 kali lebih besar untuk mengalami
kejadian obesitas dibandingkan dengan frekuensi konsumsi fast food < 9,2
kali/bulan ( p-value = 0,044; OR= 2,773; 95% CI: 1,742-48,329). Selain
itu, hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian dari Nurma
(2014) yang mengatakan bahwa ada hubungan antara pola konsumsi fast
food (berdasarkan frekuensi dan jumlah konsumsi) dengan kejadian
overweight pada remaja putri di SMA Batik 1 Surakarta (p-value = 0,00).
Frekuensi konsumsi fast food dengan kejadian obesitas memiliki
hubungan dikarenakan distribusi frekuensi konsumsi fast food yang sering
pada kasus dan jarang pada kontrol lebih besar dibandingkan dengan
frekuensi konsumsi fast food yang jarang pada kasus dan sering pada
kontrol. Kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji merupakan salah
satu pola makan yang telah berubah dari tinggi serat menjadi ke tinggi
kalori. Makanan cepat saji mengandung nilai gizi yang rendah dan kalori
yang tinggi. Hal tersebut yang menyebabkan mahasiswa mengalami status
gizi yang berlebihan. Apabila status gizi berlebihan dan tetap melakukan
kebiasaan mengkonsumsi makanan cepat saji maka dapat pula berakibat
mengalami obesitas.

6.2.4. Hubugan Kebiasaan Makan Buah dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Hasil analisis univariat dapat diketahui bahwa 55,27% kejadian
obesitas terjadi pada mahasiswa dengan kebiasaan makan buah jarang.
Selain itu berdasarkan hasil analisis bivariat dapat diketahui juga mengenai
hubungan antara frekuensi kebiasaan makan buah dengan kejadian
obesitas pada mahasiswa menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan

Universitas Sriwijaya
71

yang bermakna antara kebiasaan makan buah dengan kejadian obesitas.


Hasil analisis diperoleh nilai OR= 2,417 dengan 95% CI: 1,233-4,736
sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah mengontrol kovariat (jenis
kelamin) dengan cara matching, responden dengan kebiasaan makan buah
jarang mempunyai peluang risiko lebih besar 2,417 kali untuk mengalami
kejadian obesitas dibandingkan dengan responden dengan kebiasaan
makan buah sering.
Variabel perancu dapat diketahui dengan cara melakukan analisis
secara bersama-sama. Pada penelitian ini dilakukan analisis secara
bersama-sama. Namun, setelah dilakukan analisis secara bersama-sama
diketahui bahwa variabel kebiasaan makan buah merupakan faktor
confounding dalam penelitian ini. Faktor confounding merupakan distorsi
dalam memprediksi hubungan atau asosiasi sebenarnya tidak tampak atau
ditutupi oleh faktor lainnya (Najmah, 2015). Pengaruh faktor confounding
bisa saja memperkecil ataupun memperbesar hubungan yang sebenarnya.
Sehingga suatu variabel sebenarnya adalah faktor protektif terhadap suatu
kondisi kesehatan atau penyakit, namun hasil penelitian menunjukkan
variabel tersebut merupakan faktor risiko terhadap suatu kondisi atau
penyakit tersebut.
Buah dan sayur adalah sumber serat makanan yang paling mudah
dijumpai sehari-hari. Serat memberikan pengaruh yang cukup besar
terhadap fisiologis saluran pencernaan, karena makanan berserat sukar
untuk dicerna (Mary E, 2011). Dengan adanya serat pangan, maka proses
mengunyah makanan akan lebih lama, sehingga akan menstimulir sekresi
saliva (air liur) dan cairan lambung lebih banyak. Sekresi yang berlebihan
ini akan menyebabkan perut merasa kenyang (Muchtadi, 2001).
Serat larut (soluble fiber) yang banyak terdapat dalam buah dan sayur,
seperti pektin dan beberapa hemiselulosa mempunyai kemampuan untuk
menahan air dan dapat membentuk cairan kental dalam saluran
pencernaan. Makanan yang kaya akan serat membutuhkan waktu cerna
lebih lama di dalam lambung, kemudian serat akan menarik air dan
memberi rasa kenyang lebih lama serta mencegah untuk mengkonsumsi

Universitas Sriwijaya
72

makanan lebih banyak. Makanan dengan kandungan serat kasar yang


tinggi biasanya mengandung kalori, kadar gula dan kadar lemak yang
rendah yang dapat mengurangi risiko terjadiny obesitas.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nuraeni (2013). Dalam penelitian Nuraeni (2013) mengatakan bahwa
responden dengan frekuensi jarang konsumsi buah (<7 kali/minggu)
berisiko 2,24 kali untuk terjadinya kejadian obesitas dibandingkan dengan
responden yang sering konsumsi buah (≥7 kali/minggu) ( p-value = 0,000;
OR= 2,24; 95% CI: 1,53-3,28). Hal ini berarti bahwa semakin jarang
frekuensi konsumsi buah, maka semakin tinggi risiko untuk terjadinya
obesitas. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Neuzling, et al
(2003) di Brazil yang mengatakan bahwa dengan konsumsi buah ≥ 5
kali/minggu akan terproteksi 1,76 kali lebih besar dari terjadi overweight
dan obesitas dibandingkan dengan yang konsumsi buah < 5 kali/minggu.
Hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Amin, et al (2008) di Arab Saudi yang mengatakan bahwa
anak yang mengkonsumsi buah < 5 kali/minggu berisiko 1,6 kali untuk
mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan anak yang frekuensi
konsumsi buah 5-6 kali/minggu. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh sudikno (2015) yang mengatakan bahwa
kebiasaan makan buah jarang berisiko untuk terjadi obesitas sebesar 2,49
kali dibandingkan dengan yang makan buah setiap hari ( p-value = 0,000;
OR= 2,49; 95% CI: 2,38-2,61).
Kebiasaan makan buah berhubungan dengan kejadian obesitas karena
presentase kebiasaan makan yang jarang pada kasus dan sering pada
kontrol lebih besar apabila dibandingkan dengan kebiasaan makan buah
sering pada kasus dan jarang pada kontrol. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa penurunan kebiasaan makan buah maka akan meningkatkan risiko
terjadinya obesitas pada mahasiswa.

Universitas Sriwijaya
73

6.2.5. Hubungan Kebiasaan Makan Sayur dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kejadian obesitas pada penelitian ini lebih banyak terjadi pada
mahasiswa dengan kebiasaan sering makan sayur (64%). Berdasarkan
tabel 5.15 dapat diperoleh informasi bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan makan sayur dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa Universitas Sriwijaya dengan nilai OR setelah matching yaitu
1,938 yang berarti setelah mengontrol kovariat jenis kelamin dengan cara
matching, responden dengan kebiasaan makan sayur jarang mempunyai
kemungkinan untuk mengalami kejadian obesitas lebih besar sebanyak
1,938 kali dibandingkan dengan responden yang kebiasaan makan sayur
sering.
Hasil analisis multivariat, variabel yang paling dominan berhubungan
dengan kejadian obesitas pada mahasiswa adalah kebiasaan makan sayur
dengan OR=2,679 (1,291-5,562). Artinya mahasiswa dengan kebiasaan
jarang makan sayur lebih berisiko 2,679 kali untuk mengalami kejadian
obesitas dibandingkan dengan mahasiswa dengan kebiasaan sering makan
sayur setelah dikontrol dengan variabel aktivitas fisik dan kebiasaan
makan buah.
Sayuran adalah salah satu sumber serat makanan yang mudah
dijumpai sehari-hari. Asupan serat yang cukup dapat mencegah kejadian
obesitas. Serat dapat mengabsorbsi air, memperluas penyerapan di dalam
usus, dan memperlambat pergerakan makanan pada saluran pencernaan
sehingga menimbulkan rasa kenyang lebih lama. Selain itu, beberapa jenis
serat seperti pektin, gum, glukan dan lignin yang membentuk chitosan
mengikat asam lemak dan kolesterol sehingga tidak dapat membentuk
misel. Misel dibutuhkan untuk hasil akhir pencernaan hasil akhir
pencernaan lemak, apabila misel ini tidak terbentuk maka dapat
mengakibatkan penurunan jumlah lemak dalam tubuh (Gropper, et al,
2009).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nuraeni (2013). Dalam penelitian Nuraeni (2013) mengatakan bahwa

Universitas Sriwijaya
74

responden dengan frekuensi jarang konsumsi sayur (<7 kali/minggu)


berisiko 2,52 kali untuk terjadinya kejadian obesitas dibandingkan dengan
responden yang sering konsumsi sayur (≥7 kali/minggu) ( p-value = 0,000;
OR= 2,52; 95% CI: 1,70-3,73). Hal ini berarti bahwa semakin jarang
frekuensi konsumsi sayur, maka semakin tinggi risiko untuk terjadinya
obesitas. Hasil penelitian ini menunjukkan kesamaan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hong, et al (2010) di Kota Ho Chi Minh, Vietnam
yang mengatakan bahwa remaja yang mengkonsumsi sayur secara rutin
setiap hari dapat terhindar sebesar 2 kali lebih besar untuk mengalami
obesitas dibandingkan dengan remaja yang mengkonsumsi sayur secara
jarang. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh sudikno (2015) yang mengatakan bahwa kebiasaan makan sayur
jarang berisiko untuk terjadi obesitas sebesar 1,16 kali dibandingkan
dengan yang makan sayur setiap hari ( p-value = 0,000; OR= 1,16; 95%
CI: 1,08-1,24).
Kebiasaan makan sayur dengan kejadian obesitas memiliki hubungan
dikarenakan lebih besarnya presentase kebiasaan makan sayur jarang pada
kasus dan sering pada kontrol apabila dibandingkan dengan presentase
kebiasaan makan sayur sering pada kasus dan jarang pada kontrol. Hal
tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan jarang
mengkonsumsi sayur maka risiko untuk terjadinya obesitas semakin besar.
Peningkatan kebiasaan makan sayur yang diketahui memiliki hubungan
dengan kejadian obesitas diharapkan dapat mengurangi terjadinya obesitas
pada mahasiswa.

6.2.6. Hubungan Durasi Tidur Malam dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Hasil analisis univariat pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa kejadian
obesitas terjadi pada mahasiswa dengan durasi tidur malam < 7 jam
(69,6%). Selain itu, berdasarkan pada tabel 5.16 mengenai hubungan
antara durasi tidur malam dengan kejadian obesitas menunjukkan hasil
bahwa ada hubungan antara durasi tidur malam dengan kejadian obesitas.

Universitas Sriwijaya
75

Setelah dilakukan analisis secara bersama-sama hasilnya juga


menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara durasi tidur
malam dengan kejadian obesitas. Nilai OR untuk variabel durasi tidur
adalah 2,374 artinya mahasiswa yang durasi tidur < 7 jam lebih berisiko
2,374 kali untuk mengalami kejadian obesitas dibandingkan dengan
mahasiswa yang durasi tidur ≥ 7 jam setelah dikontrol dengan variabel
aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah (p-value 0,019; OR=2,374, 95%
CI: 1,155-4,879).
Hubungan durasi tidur yang pendek dengan terjadinya obesitas pada
orang dewasa dapat dijelaskan dengan beberapa mekanisme. Durasi tidur
yang lebih sedikit dapat menurunkan pengeluaran energi dan
meningkatkan asupan energi. Peningkatan asupan dan penurunan
pengeluaran energi karena durasi tidur malam yang singkat, berkaitan
dengan perubahan kadar berbagai hormon, salah satunya yaitu leptin.
Leptin berperan dalam pengaturan keseimbangan energi sehingga
perubahan kadar leptin dalam tubuh dapat memengaruhi asupan maupun
pengeluaran energi secara akut (Chapman, 2013).
Durasi tidur yang singkat juga dapat menyebabkan penurunan
pengeluaran energi. Penurunan pengeluaran energi saat seseorang
mengalami kurang tidur dapat dimediasi oleh kelelahan di siang hari,
sehingga menyebabkan tingkat aktivitas menurun. Kurang tidur juga dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dalam tubuh sehingga pengeluaran
energi menurun. Kurang tidur dalam satu malam saja, meningkatkan
resistensi insulin melalui berbagai alur metabolisme pada subjek sehat.
Resistensi insulin berbanding terbalik dengan efek thermal makanan.
Karena efek thermal makanan merupakan bagian dari komponen
pengeluaran energi, maka penurunan efek thermal makanan menurunkan
pengeluaran energi (Donga, et al, 2010).
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Gangwisch et al (2005) yang menyatakan bahwa tidur selama 2-4 jam per
malam (OR=2,35 95% CI 1,36-4,05), 4 jam per malam (OR=1,60 95% CI
1,12-2,29), 5 jam per malam (OR=1,27 95% CI 1,01-1,60) lebih berisiko

Universitas Sriwijaya
76

untuk menderita obesitas dibandingkan dengan tidur 7 jam per malam.


Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Safitri et al (2015) yang
menyatakan bahwa prevalensi orang yang tidur dalam durasi kurang dari 7
jam per hari pada kelompok obesitas 42 persen lebih besar daripada
prevalensi orang yang tidur dalam durasi 7 jam per hari pada kelompok
yang tidak mengalami obesitas (OR=1,42; 95% CI=1,25-1,61). Kejadian
obesitas menjadi semakin tinggi pada populasi dengan durasi tidur malam
sangat kurang.
Durasi tidur malam dengan kejadian obesitas memiliki hubungan
dikarenakan distribusi frekuensi durasi tidur malam < 7 jam pada kasus
dan ≥ 7 jam pada kontrol lebih besar apabila dibandingkan dengan
distribusi frekuensi durasi tidur malam ≥ 7 jam pada kasus dan < 7 jam
pada kontrol. Hal tersebut mengindikasikan adanya hubungan antara
durasi tidur malam yang kurang dari 7 jam dengan terjadinya obesitas pada
mahasiswa Universitas Sriwijaya. Perbaikan kualitas tidur dengan tidur
yang cukup 7-9 jam per malam yang diketahui berhubungan dengan
kejadian obesitas diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya obesitas.

6.2.7. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Mahasiswa


Strata-1 Universitas Sriwijaya
Aktivitas fisik didefenisikan sebagai gerakan yang dilakukan otot-otot
tubuh dan sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot
akan membutuhkan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen
ke seluruh tubuh dan mengeluarkan sisa-sisa tubuh. Banyaknya energi
yang dibutuhkan tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak,
berapa berat dan berapa lama pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2009).
Hasil analisis univariat pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa kejadian
obesitas mayoritas terjadi pada mahasiswa dengan aktivitas fisik ringan
(51,9%). Selain itu, berdasarkan tabel 5.16 mengenai hubungan antara
aktivitas fisik dengan kejadian obesitas menunjukkan hasil bahwa terdapat
hubungan signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas dengan
nilai OR 2,455 yang berarti setelah mengontrol kovariat jenis kelamin

Universitas Sriwijaya
77

dengan cara matching, responden dengan aktivitas fisik ringan berisiko


2,455 kali lebih besar untuk mengalami kejadian obesitas dibandingkan
dengan responden yang memiliki aktivitas fisik sedang.
Analisis pada penelitian ini dilakukan analisis secara bersama-sama
terhadap variabel yang memiliki hubungan yang bermakna secara
signifikan dan memenuhi syarat untuk diketahui variabel yang menjadi
faktor confounding. Namun, setelah dilakukan analisis secara bersama-
sama diketahui bahwa variabel aktivitas fisik merupakan faktor
confounding dalam penelitian ini.
Hidayati et al, (2010) menjelaskan salah satu faktor yang
mempengaruhi status gizi adalah aktivitas fisik. Asupan energi yang
berlebihan dan tidak diimbangi dengan pengeluaran energi yang seimbang
(dengan kurang melakukan aktivitas fisik) akan menyebabkan terjadinya
penambahan berat badan. Menurut Virgianto dan Purwaningsih, (2006)
kurangnya aktivitas fisik menyebabkan banyak energi yang tersimpan
sebagai lemak, sehingga orang-orang yang kurang melakukan aktivitas
cenderung menjadi gemuk. Hal ini menjelaskan bahwa tingkat aktivitas
fisik berkontribusi terhadap kejadian berat badan berlebih terutama
kebiasaan duduk terus-menerus, menonton televisi, penggunaan komputer
dan alat-alat berteknologi tinggi lainnya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kristi (2014)
yang mengatakan bahwa aktivitas fisik berpengaruh terhadap kejadian
obesitas. Kristi (2014) menyatakan bahwa mahasiswa yang hanya
melakukan aktivitas fisik ringan memiliki resiko 7.154 kali untuk
mengalami gizi lebih dibandingkan dengan mahasiswa yang melakukan
aktivitas sedang (p-value = 7.154; 95% CI: 0.809-63.299). Penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh lolita (2013) yang
menyatakan bahwa besarnya pengaruh aktivitas ringan terhadap obesitas
anak ditunjukkan dengan nilai OR = 3,59 (95% CI: 1,565 –8,238) yang
artinya anak yang mempunyai aktivitas fisik ringan memiliki risiko
sebesar 3 kali menjadi obes dibandingkan dengan anak yang memiliki
aktivitas sedang atau berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,004,

Universitas Sriwijaya
78

berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan


antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas.
Aktivitas fisik memiliki hubungan dengan terjadinya obesitas
dikarenakan presentase aktivitas fisik ringan pada kasus dan sedang pada
kontrol lebih besal apabila dibandingkan dengan aktivitas fisik sedang
pada kasus dan ringan pada kontrol dengan selisih mencapai 20,3%. Hal
ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik ringan berhubungan dengan
terjadinya obesitas pada mahasiswa.

6.2.8. Hubungan Kondisi Mental Emosional dengan Kejadian Obesitas pada


Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya
Kejadian obesitas pada penelitian ini lebih banyak terjadi pada
mahasiswa dengan kondisi mental emosional terganggu (53,2%).
Gangguan kondisi mental emosional yang mayoritas dialami oleh
mahasiswa yang mengalami obesitas adalah sakit kepala (53,2%)
tegang,cemas atau khawatir (50,6%), mudah lelah (48,1%) serta sulit tidur
(45,6%).
Hasil analisis bivariat dapat diperoleh informasi bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kondisi mental emosional dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya. Setelah
dilakukan analisis secara bersama-sama didapatkan hasil bahwa variabel
kondisi mental emosional benar berhubungan secara signifikan dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa. Nilai OR untuk variabel kondisi mental
emosional adalah 2,144 artinya mahasiswa yang kondisi mental emosional
terganggu lebih berisiko 2,144 kali untuk mengalami kejadian obesitas
dibandingkan dengan mahasiswa yang kondisi mental emosional normal
setelah dikontrol dengan variabel aktivitas fisik dan kebiasaan makan buah
(p-value 0,019; OR=2,144, 95% CI: 1,046-4,393).
Gangguan mental emosional merupakan suatu keadaan yang
mengindikasikan individu mengalami suatu perubahan emosional yang
dapat berkembang menjadi keadaan patologis apabila terjadi secara terus
menerus. Stress merupakan akumulasi dari berbagai gejala gangguan

Universitas Sriwijaya
79

mental emosional (Idaiani, et al, 2009). Stress diketahui berhubungan


dengan kejadian obesitas karena stress dapat mempengaruhi kebiasaan
makan seseorang.
Hubungan kebiasaan makan seseorang dengan stress dipengaruhi oleh
jenis stress. Apabila seseorang mengalami stress akut, maka akan terjadi
perubahan psikologi pada orang tersebut, dimana hal ini dapat menurunkan
asupan makanannya dalam jangka pendek. Sedangkan apabila seseorang
mengalami stress kronis, maka akan menimbulkan respon pada kelenjar
pituitari untuk meningkatkan produksi kortisol (Torees dan Caryl, 2007).
Peningkatan kortisol ini dapat mempengaruhi kerja otak, dimana seseorang
yang mengalami stress akan mengirimkan stimulus ke otak dan kemudian
otak mengirimkan sinyal ke tubuh untuk meningkatkan nafsu makan
(Tchernof dan Despres, 2013). Kombinasi antara peningkatan kortisol dan
asupan makan inilah yang dapat mempengaruhi distribusi lemak dalam
tubuh seseorang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Widiantini (2014), yang
menyatakan bahwa subjek yang mengalami stres sedang berisiko 4,6 kali
lebih besar untuk mengalami obesitas daripada yang mengalami stres
ringan ( p-value = 0,001; OR= 4,65; 95% CI: 1,95-11,10). Subjek yang
mengalami stres berat berisiko 2,4 kali lebih besar untuk mengalami
obesitas dibandingkan dengan yang mengalami stres ringan ( p-value =
0,000; OR= 2,43; 95% CI: 1,60-3,69).
Kondisi mental emosional dengan kejadian obesitas memiliki
hubungan dikarenakan distribusi frekuensi kondisi mental yang terganggu
pada kasus dan normal pada kontrol lebih besar dibandingkan dengan
frekuensi kondisi mental emosional normal pada kasus dan terganggu pada
kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan kondisi mental
emosional terganggu maka dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas
pada mahasiswa Universitas Sriwijaya.

Universitas Sriwijaya
80

BAB VII
PENUTUP

3.2. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kasus kontrol mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian obesitas pada mahasiswaa strata-1 di Universitas
Sriwijaya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Presentase kejadian obesitas pada mahasiswa strata-1 di Universitas Sriwijaya
tertinggi adalah pendapatan keluarga ≥ 2.388.000 (68,4%), tidak merokok
(83,5%), jarang konsumsi fast food (53,2%), kebiasaan jarang makan buah
(55,7%), kebiasaan jarang makan sayur (50,6%), durasi tidur malam < 7 jam
(69,6%), aktivitas fisik kurang (51,9%) dan kondisi mental emosional
terganggu (53,2%).
2. Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dan status merokok dengan
kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya. Terdapat hubungan
antara frekuensi fast food (OR=2,624), kebiasaan makan sayur (OR=2,679),
durasi tidur malam (OR=2,374) dan kondisi mental emosional (OR=2,144)
dengan kejadian obesitas pada mahasiswa Universitas Sriwijaya dengan
variabel aktivitas fisik, kebiasaan makan buah sebagai confounding.
3. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian obesitas pada
mahasiswa di Universitas Sriwijaya adalah kebiasaan makan sayur (p-value
0,008; OR=2,679, 95% CI: 1,291-5,562). Diartikan bahwa mahasiswa dengan
kebiasaan jarang makan sayur lebih berisiko 2,679 kali untuk mengalami
kejadian obesitas dibandingkan dengan mahasiswa dengan kebiasaan sering
makan sayur setelah dikontrol dengan variabel aktivitas fisik dan kebiasaan
makan buah.

Universitas Sriwijaya
81

3.3. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
peneliti sampaikan antara lain:
1. Bagi Universitas Sriwijaya
Rektor diharapkan dapat membuat kebijakan penilaian status gizi bagi
mahasiswa baru Universitas Sriwijaya, karena selama ini hasil cek kesehatan
mahasiswa baru berupa berat badan dan tinggi badan tidak dimanfaatkan
sebagai deteksi dini obesitas.
2. Bagi Mahasiswa
Memperbaiki asupan gizi dengan meningkatkan konsumsi buah dan
sayur serta mengurangi konsumsi fast food, melakukan lebih banyak aktivitas
fisik dan mengurangi aktivitas bersantai, menjaga kualitas tidur dengan durasi
tidur selama 7-9 jam per malam, serta manfaatkan waktu akhir pekan untuk
melakukan rekreasi atau kegiatan yang disukai sehingga dapat mengurangi
gangguan mental emosional.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor risiko
obesitas pada mahasiswa berdasarkan variabel asupan zat gizi, karena pada
penelitian ini belum meneliti hubungan asupan zat gizi dengan kejadian
obesitas.

Universitas Sriwijaya
82

DAFTAR PUSTAKA

Afrieny, Rahayu, Hiswani. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Obesitas pada Siswa/I Kelas VII dan VIII di SMP Negeri 34
Medan 2014. [on line] dari https://journal.usu.ac.id [15 Juni 2017]
Almatsier, S. 2009. Prinsi Dasar ILMU GIZI. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Amin, Tarek TK, Ali IAS, Ayub A. Overweight and obesity and their association
with dietary habits, and sociodemographic characteristics among male
primary school children in Al-Hassa, Kingdom of Saudi Arabia. Indian J
Community Med 2008;33(3):172-81
Anonim, 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia. [on line] dari
http://www.kbbi.web.id [15 Maret 2017]
Arisman, 2007. Obesitas, Diabetes Melitus dan Dislipidemia, Buku Ajar Ilmu
Gizi. EGC, Jakarta
Badjeber, F., Kapantouw, N.H., Punuh, M. 2009. Konsumsi Fast Food Sebagai
Faktor Resiko Terjadinya Gizi Lebih Pada Siswa SDN 11
Manado.[Skripsi].Universitas SamRatulangi, Manado.
Banowati, L., Nugraheni, Puruhita, N., 2011. Risiko Konsumsi Western Fast
Food dan Kebiasaan Tidak Makan Pagi Terhadap Obesitas Remaja Studi
di SMAN 1 Cirebon. M Med Indones [on line] Volume 45, Nomor 2 dari
http://ejournal.undip.ac.id [22 April 2017]
Barasi, M. 2009. At a Glance Ilmu Gizi. Erlangga, Jakarta
Bustan, M. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta, Jakarta
Center for Disease Control and Prevention. 2009. Growth charts for the United
Stated :method and development. Departemen of Health and Human
Services, Washington
Depkes RI. 2009. Obesitas dan Kurang Aktivitas Fisik Menyumbang 30% Kanker.
[on line] Dari http://www.indonesia.go.id [16 Maret 2017]
Depkes RI. 2014. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta :
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
Dewa, I. Bakri, B. Fajar, I. 2012. Penilian Status Gizi. EGC, Jakarta
Ernawati, A. (2006). Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi
Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia
2-5 Tahun di Kabupaten Semarang Tahun 2003. Tesis. Program
pascasarjana, Universitas Diponegoro : Semarang

Universitas Sriwijaya
83

Fraser LK, Edwards KL, Cade JE, Clarke GP. 2011. Fast food, other food choices
and body mass index in teenagers in the United Kingdom (ALSPAC): a
structural equation modelling approach. Int J Obes(Lond). 35(10):1325-
1330
Gangwisch JE, Malaspina D, Boden-Albala B, and Heymsfield SB.2005.
Inadequate sleep as a risk factor for obesity: analyses of the NHANES I.
Sleep. [on line] vol 28(10): 1289-1296 Dari: http://www.journalsleep.org
[16 Maret 2017]
Gibney, M., et al. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. EGC, Jakarta
Greenberg RS DS, F.D., Elly JW, Boring JR, 1993. Case-Control Studies, In :
Medical Epidemiology.
Gropper,SS SJ., Groff, JL. 2009. Advanced Nutrition dan Human Metabolism 5th
ed.USA;Wadsworth Cengange Laerning
Hadi, Hamam. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasi terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. [online] Dalam pidato
pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada.
Idaini, S., Suhardi, Yudi, A. 2009. Analisis Gejalan Gangguan Mental Emosional
Penduduk Indonesia. Majalah Kedokteran. Vol. 59 No. 10
Imron, M., Munif, A. 2010.Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Sagung
Seto, Jakarta
Iqbal, W. 2011. Promosi Kesehatan untuk Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta
Isgiyanto, 2009. Tehnik Pengambilan Sampel. Penerbit Buku Kesehatan,
Jogjakarta
Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Kristi, T.D., Aritonang, E.Y., Siregar, A., 2014. Faktor Resiko Yang
Menyebabkan Kejadian Gizi Lebih Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Masyarakat USU Tahun 2014. Universitas Sumatera Utara [on line] Dari
http://www.jurnal.usu.ac.id [18 Maret 2017]

Lolita, AD., Mayulu, N., Onibala, F. 2013. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan
Kejadian Obesitas Pada Anak Sd Di Kota Manado. Ejournal keperawatan
Volume 1. Nomor 1. Agustus 2013. [on line] dari
https://ejournal.unsrat.ac.id [16 Juni 2017]
Maryani, L., Muliani, R. 2010. Epidemiologi Kesehatan Pendekatan Penelitian.
Edisi Pertama. Graha Ilmu, Yogyakarta
Mary, EB. 2011. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-Penyakit
untuk Perawat dan Dokter. Penerbit ANDI, Yogyakarta

Universitas Sriwijaya
84

McPhee, Stephen, Ganong, William, F. 2011. Patofisiologi Penyakit : Pengantar


Menuju Kedokteran Klinis. EGC, Jakarta

Monks, F.J. 2002. Psikologi Perkembangan : Pengantar dalam Berbagai


Bagiannya. Gajah Mada University Press, Yogyakarta

Morton, F., Hebel, R., McCarter, R. 2009. Panduan Epidemiologi dan Biostatistik
(A Study Guide to Epidemiology and Biostatistics). EGC, Jakarta
Mustofa, A., 2010. Solusi Ampuh Mengatasi Obesitas. Hanggar Kreator,
Yogyakarta

Myers, G.E. 2004. The Dynamics Of Human Communication : A Laboratory


Approach. Sixth Edition. Mc Graw Hill, New York

Najmah, 2015. Epidemiologi : Untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Raja


Grafindo Persada, Jakarta

Nasry, N. 2008. Epidemiologi. Rineka Cipta, Jakarta


Neutzling, Marilda BJ, August AC, Taddei DP, Gigante. Risk factors of obesity
among Brazilian adolescents : a case – control study risk factors of obesity
among Brazilian adolescents : a case – control study. Public Health Nutr
2003;6(8):743-9.
Notoadmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta,


Jakarta

Nugroho, K., Mulyadi, Masi, G., 2016. Hubungan aktivitas fisik dan pola makan
dengan perubahan indeks massa tubuh pada mahasiswa semester 2
program studi ilmu keperawatan fakultas kedokteran. e-journal
keperawatan(e-kp) [on line] volume 4 nomor 2 Dari
http://www.ejournal.unsrat.ac.id [16 Maret 2017]
Nuraeni, I., Hali, H., Paramanitya, Y. 2013. Perbedaan Konsumsi Buah dan Sayur
pada Anak Sekolah Dasar yang Obes dan Tidak Obes di Kota Yogyakarta
dan Kabupaten Bantul. Jurnal Gizi dan Dietik Indonesia Vol. 1 No.1 Mei
2016 81-92 [on line] dari https://ejournal.almaata.ac.id [16 Juni 2017]
Nurma, L. 2014. Hubungan Pola Konsumsi Fast Food dengan Kejadian
Overweight pada Remaja Putri di SMA Batik 1 Surakarta. [on line] dari
https://eprints.ums.ac.id [15 Juni 2017]
Pasumbung, E., Purba, M.M., 2015. Faktor Risiko Obesitas berdasarkan Indeks
Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Di SMA Katolik Palangkaraya.

Universitas Sriwijaya
85

Jurnal Vokasi Kesehatan [on line] Volume I Nomor 1 Januari 2015, hlm.
1-8 Dari http://www.ejournal.poltekkes-pontianak.ac.id [18 Maret 2017]
Proverawati, A. 2010. Obesitas dan Gangguan Perilaku Makan pada Remaja.
Nuha Medika, Yogyakarta
Pujiati, S. 2010. Prevalensi dan Faktor Risiko Obesitas Sentral pada Penduduk
Dewasa Kota dan Kabupaten Indonesia Tahun 2007. Program Pasca
Sarjana, Universitas Indonesia
Purwati, S. 2001. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Penerbit. PT.
Swadaya, Jakarta
Ryadi, S., Wijayanti, T. 2011. Dasar-Dasar Epidemiologi. Salemba Medika,
Jakarta
Safitri,D.E., Sudiarti, T., 2015. Perbedaan Durasi Tidur Malam pada Orang
Dewasa Obesitas dan Nonobesitas: Meta-Analisis Studi cross-sectional
2005-2012. Penelitian Gizi dan Makanan [on line] Vol. 38 (2): 121-132
Dari http://www.lib.ui.ac.id [18 Maret 2017]
Sastroasmoro, S., Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 2010, CV Sagung
Seto, Jakarta
Sastroasmoro, S., Ismael, S. 2011. Dasar – dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Edisi ke empat. Sagung Seto, Jakarta
Shayo GA, Mugusi FM. 2011. Prevalence of obesity and associated risk factors
among adults in Kinondoni municipal district, Dar es Salaam Tanzania.
BMC Public Health [on line] 11:365. Dari http://www.biomedcentral.com
[16 Maret 2017]
Sitorus, R. 2008. Makanan Sehat dan Bergizi. Yrama Widya, Bandung

Soegih, R., Wiramihardja, K. 2009. Obesitas Permasalahan dan Terapi Praktis.


Sagung Seto, Jakarta
Sudikno, Syarief, H., Dwiriani,C.M., Riyadi, H, 2015. Faktor Risiko Overweight
Dan Obese Pada Orang Dewasa Di Indonesia (Analisis Data Riset
Kesehatan Dasar 2013. Gizi Indonesia [on line], Vol 38(2):91-104. Dari:
http://www.ejournal.persagi.org. [16 Maret 2017]
Sugianti, E., Hardinsyah, dan Nurfi A., 2009. Faktor Risiko Obesitas Sentral
Pada Orang Dewasa Di DKI Jakarta. Gizi Indon [on line] 32(2): 105-116
dari http://www.ejournal.persagi.org [16 Maret 2017]
Sumanto, A. 2009. Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Argo Media
Pustaka, Jakarta

Suryanti, R., Syam, A., 2013. Gambaran Jenis dan Jumlah Konsumsi Fast Food
dan Soft Drink pada Mahasiswa Obesitas di Universitas Hasanudin.

Universitas Sriwijaya
86

Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Universitas Hasanudin,


Makassar

WHO. 2011. Overweight and Obesity [fact sheet on internet]. Dpartement of


Suistanble Development and Healthy Enviroments. Available from:
www.who.-int/mediacare/factsheets/f8311/3n [15 Maret 2017]
WHO. 2013. Obesity : Preventing and Managing the Global Epidemic. Report of
a WHO Consulatation. Geneva, Switzerland : World Health Organization.
[15 Maret 2017]
Widianti, W. Tafal, Z. 2013. Aktivitas Fisik, Stres dan Obesitas pada Pegawai
Negeri Sipil [on line] dari https://journal.fkm.ui.ac.id [14 Juni 2017]
Virgianto, G. Purwaningsih, 2006. Konsumsi Fast Food sebagai Risiko
Terjadinya Obesitas pada Remaja. [on line] dari http://www.m3undip.org
[16 Maret 2017]

Wirakusumah, E., 2001. Cara Aman dan Efektif Menurunkan Berat Badan.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Yani, S., Syam, A., Alhakni, S. 2013. Hubungan Pengetahuan Gizi dan Pola
Makan dengan Overweight dan Obesitas pada Mahasiswa Universitas
Hasanuddin Angkatan 2013. [on line] dari https://journal.unhas.ac.id [15
Juni 2017]

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
Lampiran 1.

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya
Lampiran 2.

Lembar Informasi Untuk Responden

Assalamualaikum Wr. Wb,

Perkenalkan saya Syahyani Ulfa Putri, mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Peminatan Epidemiologi dan Biostatistik UNSRI. Saat ini saya sedang
melakukan penelitian mengenai “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Obesitas pada Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya”. Penelitian ini merupakan
bagian dari persyaratan untuk menempuh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat yang
sedang saya tempuh di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya.

Saya mengajak saudara untuk ikut dalam penelitian ini. Penelitian ini akan dilakukan
dengan pengkuran berat badan dan tinggi badan serta wawancara. Informasi yang saudara
berikan akan saya gunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan
dengan kejadian obesitas. Saya sangat mengharapkan kesediaan saudara untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan memberikan jawaban yang sebenarnya atas
pertanyaan yang saya ajukan.

Waktu yang tersita untuk mewawancara diperkirakan sekitar 15-30 menit. Tidak ada
risiko dan efek samping dalam penelitian ini. Partisipasi saudara bersifat sukarela dan
saudara dapat memilih untuk tidak menjawab pertanyaan. Namun kami berharap saudara
dapat berpartisipasi dalam penelitian ini karena informasi yang diberikan sangat penting.
Sebagai tanda terima kasih akan diberikan imbalan sebagai penggantiaan waktu yang
tersita. Semua informasi yang diperoleh akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk penelitian ini.

Hormat Saya

Peneliti

(Syahyani Ulfa Putri)

Universitas Sriwijaya
Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya telah membaca dan memahami penjelasan dari peneliti mengenai


penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat dengan
judul “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas pada
Mahasiswa Strata-1 Universitas Sriwijaya”. Saya menyadar bahwa keikutsertaan
saya dalam penelitian ini dilakukan secara sukarela dan tidak akan merugikan
saya. Saya menyadari bahwa segala informasi pada penelitian ini adalah rahasia
dan hanya digunakan untuk tujuan penelitian. Dengan demikian saya bersedia
menjadi responden penelitian.

Indralaya, Juni 2017

Responden

Universitas Sriwijaya
Kuesioner Penelitian

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


OBESITAS PADA MAHASISWA STRATA-1 UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Tanggal wawancara

Jenis Subjek Kasus / Kontrol

Nomor Responden

Petunjuk Pengisian

Sebelum mengisi, baca dahulu perintah atau petunjuk pengisian jawaban.

Isilah kuesioner ini secara berurutan.

Jawablah dengan jujur setiap pertanyaan dalam kuesioner.

Isilah jawaban pada titik-titik yang telah disediakan dengan jelas dan menggunakan
pulpen.

Berilah tanda checklist (√) atau lingkari pilihan jawaban yang menurut anda benar.

Diisi
No Variabel / Pertanyaan Jawaban
Peneliti
I. Karakteristik Responden
1. Nama .......................
2. Fakultas .......................
3. Jurusan .......................
4. Jenis Kelamin 1. Laki – Laki
2. Perempuan
5. Pendapatan Keluarga 1. < Rp 2.388.000
2. ≥ Rp 2.388.000
II. Pengukuran Antropometri ( Diisi oleh Peneliti )
6. Berat Badan ............. kg
7. Tinggi Badan ............. cm
8. Indeks Massa Tubuh (IMT) ..............
III. Kebiasaan Makan ( Sebulan Lalu )
9. Apakah anda suka makan 1. Ya
makanan jadi/ fast food ? 2. Tidak
10. Berapa kali anda makan makanan 1. ≥ 3 kali/minggu
jadi/ fast food dalam seminggu? 2. 1-2 kali /minggu
3. Tidak Pernah
11. Apakah anda suka makan buah? 1. Ya
2. Tidak

Universitas Sriwijaya
12. Berapa kali anda makan buah 1. ≥ 1 kali/hari
dalam seminggu? 2. 4-6 kali /minggu
3. < 1-3 kali/minggu
4. Tidak Pernah

13. Jika jawaban No.12 adalah < 1-3 1. Rasanya tidak enak
kali/minggu atau tidak pernah apa 2. Tidak terbiasa dari kecil
alasannya? 3. Tidak tersedia di rumah
4 Lainya,...........................
14. Apakah anda suka makan 1. Ya
sayuran? 2. Tidak
15. Berapa kali anda makan sayuran 1. ≥ 1 kali/hari
dalam seminggu? 2. 4-6 kali /minggu
3. < 1-3 kali/minggu
4. Tidak Pernah
16. Jika jawaban No.15 < 1-3 1. Rasanya tidak enak
kali/minggu atau tidak pernah apa 2. Tidak terbiasa dari kecil
alasannya? 3. Tidak tersedia di rumah
4 Lainya,...........................
IV. Status Merokok
17. Apakah anda pernah merokok? 1. Tidak (Lanjut ke pertanyaan 22)
2. Ya
18. Apakah sampai sekarang masih 1. Ya
merokok? 2. Tidak ( Lanjut ke pertanyaan 20)
19. Selama 30 hari terakhir, berapa 1. 1 – 8 Batang ( Setengah
banyak rokok yang anda habiskan bungkus/hari )
dalam sehari? 2. ≥ 1 bungkus/ hari
20. Sejak kapan anda berhenti 1. Kurang dari 1 tahun yang lalu
merokok? 2. Lebih dari 1 tahun yang lalu
21. Alasan anda berhenti merokok? 1. Sakit
2. Dilarang orang tua/keluarga
3. Atas kesadaran sendiri
4. Lainya,..............................
V. Durasi Tidur
22.. Berapa jam rata-rata anda tidur 1. Kurang dari 7 jam
dalam sehari? 2. 7-9 jam
3. Lebih dari 9 jam
23. Pada jam berapa rata-rata anda 1. Lebih dari/sama dengan pukul 23.00
tidur malam? WIB
2. Kurang dari pukul 23.00 WIB
24. Apakah anda tertidur dengan 1. Ya
lampu dimatikan? 2. Tidak
25. Pada jam berapa rata-rata anda 1. Lebih dari/sama dengan pukul 07.00
bangun pagi? WIB
2. Kurang dari pukul 07.00

Universitas Sriwijaya
VI. Aktivitas Fisik

International Physical Activity Questionnaire Short Form ( IPAQ- SF )


Saya ingin mengetahui berbagai aktivitas fisik yang anda lakukan
sebagai bagian dari kehidupan keseharian anda. Pertanyaan berikut akan
menanyakan kepada anda tentang waktu yang akan anda habiskan untuk aktif
secara fisik selama 7 hari terakhir.
 Aktivitas Fisik Berat : mengangkat barang berat (>20kg),
menyekop/menggali, senam aerobik, bersepeda cepat, berlari, berenang
cepat, bertanding olahraga (sepak bola, voli, basket).
 Aktivitas Fisik Sedang : mengangkat benda ringan (<20 kg), bersepeda
santai, bermain tenis/badminton, menari, berkebun, melakukan perkerjaan
rumah tangga (menyapu, mengepel). Tidak termasuk berjalan.
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik berat, yang 1. Ya
dilakukan terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap 2. Tidak (Lanjut
kali melakukannya? No.4)
2. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas
fisik berat tersebut? .................hari
3. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivitas fisik berat, .................jam
berapa total waktu yang anda gunakan untuk melakukan seluruh .................menit
kegiatan tersebut?
4. Apakah anda biasa melakukan aktivitas fisik sedang, yang 1. Ya
dilakukan terus-menerus paling sedikit selama 10 menit setiap 2. Tidak (Lanjut
kali melakukannya? Pertanyaan 7)
5. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda melakukan aktivitas
fisik sedang tersebut? .................hari
6. Biasanya pada hari ketika anda melakukan aktivits fisik sedang, .................jam
berapa total waktu yang anda gunakan untuk melakukan seluruh .................menit
kegiatan tersebut?
7. Apakah anda biasa berjalan kaki yang dilakukan terus-menerus 1. Ya
paling sedikit selama 10 menit setiap kali melakukannya? 2. Tidak (Lanjut
Pertanyaan 10 )
8. Biasanya berapa hari dalam seminggu, anda berjalan kaki
selama paling sedikit 10 menit terus-menerus setiap kalinya?
.................hari
9. Biasanya dalam sehari, berapa total waktu yang anda gunakan .................jam
untuk berjalan kaki? .................menit
10. Selama 7 hari sebelumnya, berapa waktu yang anda gunakan .................jam
untuk duduk dalam sehari? .................menit

Universitas Sriwijaya
VII. Kondisi Mental Emosional
Self Reporting Quetionnare ( SRQ )

Petunjuk Pengisian
Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi tanda checklist ( √ ) pada
salah satu kolom yang paling sesuai dengan pengalaman saudara selama 1 bulan
terakhir. Tidak ada jawaban yang benar atau salah, karena itu isilah sesuai dengan
keadaan diri saudara yang sesungguhnya.
No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah anda sering menderita sakit kepala ?

2 Apakah anda tidak nafsu makan ?

3 Apakah anda sulit tidur ?

4 Apakah anda mudah takut ?

5 Apakah anda merasa tegang, cemas atau khawatir ?

6 Apakah tangan anda bergetar ?

7 Apakah pencernaan anda terganggu/buruk ?

8 Apakah anda sulit untuk berpikir jernih ?

9 Apakah anda merasa tidak bahagia ?

10 Apakah anda menangis lebih sering ?

11 Apakah anda merasa sulit untuk menikmati kegiatan sehari-hari ?

12 Apakah anda sulit untuk mengambil keputusan ?

13 Apakah pekerjaan anda sehari-hari terganggu ?


Apakah anda tidak mampu melakukan hal-hal yang bermanfaat
14
dalam hidup ?
15 Apakah anda kehilangan minat pada berbagai hal ?

16 Apakah anda merasa tidak berharga ?

17 Apakah anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup ?

18 Apakah anda merasa lelah sepanjang waktu ?

19 Apakah anda mengalami rasa tidak enak di perut ?

20 Apakah anda mudah lelah ?

Universitas Sriwijaya
VIII. Frekuensi Makan Fast Food, Buah dan Sayuran

Kuesioner Food Frequency Kualitatif

Kebiasaan makan sebulan yang lalu, berilah tanda checklist (√) pada poin yang tersedia
Frekuensi
Nama Bahan Makanan Sering Jarang / Tidak Pernah
≥1 x/hr 4-6x/mg < 1-3 x/mgg Tidak Pernah
Fast Food
Fried Chicken
Hamburger
Hotdog
Pizza
French Fries
Donuts
Spaghetti
Lainnya
Buah
Apel
Anggur
Jambu Biji
Jeruk
Salak
Rambutan
Semangka
Pepaya
Mangga
Buah Pir
Alpukat
Pisang
Lainnya
Sayuran
Bayam
Kangkung
Daun Ubi
Sawi Putih
Sawi Hijau
Kubis
Kacang Panjang
Wortel
Labu/Jipang
Nangka
Lainnya

Universitas Sriwijaya
Lampiran 3.

OUTPUT SPSS

A. ANALISIS UNIVARIAT
1. Fakultas
Fakultas * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Fakultas FE Count 9 4 13
% within Kategori Obesitas 11,4% 5,1% 8,2%
FH Count 6 3 9
% within Kategori Obesitas 7,6% 3,8% 5,7%
FT Count 6 10 16
% within Kategori Obesitas 7,6% 12,7% 10,1%
FK Count 3 7 10
% within Kategori Obesitas 3,8% 8,9% 6,3%
FISIP Count 11 8 19
% within Kategori Obesitas 13,9% 10,1% 12,0%
FKIP Count 14 13 27
% within Kategori Obesitas 17,7% 16,5% 17,1%
FP Count 7 12 19
% within Kategori Obesitas 8,9% 15,2% 12,0%
FMIPA Count 13 13 26
% within Kategori Obesitas 16,5% 16,5% 16,5%
FASILKOM Count 5 4 9
% within Kategori Obesitas 6,3% 5,1% 5,7%
FKM Count 5 5 10
% within Kategori Obesitas 6,3% 6,3% 6,3%
Total Count 79 79 158
% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

2. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Jenis Kelamin Laki-Laki Count 27 27 54
% within Kategori Obesitas 34,2% 34,2% 34,2%
Perempuan Count 52 52 104
% within Kategori Obesitas 65,8% 65,8% 65,8%
Total Count 79 79 158
% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
3. Pendapatan Keluarga
Pendapatan Keluarga * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Pendapatan Keluarga >= 2.388.000 Count 54 49 103
% within Kategori Obesitas 68,4% 62,0% 65,2%
< 2.388.000 Count 25 30 55
% within Kategori Obesitas 31,6% 38,0% 34,8%
Total Count 79 79 158
% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

4. Status Merokok
StatusMerokok * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori
Obesitas
Kasus Kontrol Total
StatusMerokokFix Tidak Merokok/Pernah Count 66 67 133
Merokok % within Kategori
83,5% 84,8% 84,2%
Obesitas
Merokok Count 13 12 25
% within Kategori
16,5% 15,2% 15,8%
Obesitas
Total Count 79 79 158
% within Kategori
100,0% 100,0% 100,0%
Obesitas

5. Frekuensi Konsumsi Fast Food


Konsumsi Fast Food * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Konsumsi Fast Food Sering Count 37 22 59
% within Kategori
46,8% 27,8% 37,3%
Obesitas
Jarang/Tidak Pernah Count 42 57 99
% within Kategori
53,2% 72,2% 62,7%
Obesitas
Total Count 79 79 158
% within Kategori
100,0% 100,0% 100,0%
Obesitas

Universitas Sriwijaya
6. Kebiasaan Makan Buah

Kebiasaan Makan Buah * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Kebiasaan Makan Jarang/Tidak Pernah Count 44 27 71
Buah % within Kategori
55,7% 34,2% 44,9%
Obesitas
Sering Count 35 52 87
% within Kategori
44,3% 65,8% 55,1%
Obesitas
Total Count 79 79 158
% within Kategori
100,0% 100,0% 100,0%
Obesitas

7. Kebiasaan Makan Sayur

Kebiasaan Makan Sayur * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Kebiasaan Makan Jarang/Tidak Pernah Count 40 25 65
Sayur % within Kategori
50,6% 31,6% 41,1%
Obesitas
Sering Count 39 54 93
% within Kategori
49,4% 68,4% 58,9%
Obesitas
Total Count 79 79 158
% within Kategori
100,0% 100,0% 100,0%
Obesitas

8. Durasi Tidur Malam

Durasi Tidur Malam * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Durasi Tidur Malam < 7 jam Count 55 39 94
% within Kategori Obesitas 69,6% 49,4% 59,5%
>= 7 jam Count 24 40 64
% within Kategori Obesitas 30,4% 50,6% 40,5%
Total Count 79 79 158
% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
9. Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Aktivitas Aktivitas Fisik Kurang Count 41 25 66
Fisik % within Kategori
51,9% 31,6% 41,8%
Obesitas
Aktivitas Fisik Count 38 54 92
Sedang/Berat % within Kategori
48,1% 68,4% 58,2%
Obesitas
Total Count 79 79 158
% within Kategori
100,0% 100,0% 100,0%
Obesitas

10. Kondisi Mental Emosional


Kondisi Mental Emosional * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas
Kasus Kontrol Total
Kondisi Mental Emosional Terganggu Count 42 26 68
% within Kategori
53,2% 32,9% 43,0%
Obesitas
Normal Count 37 53 90
% within Kategori
46,8% 67,1% 57,0%
Obesitas
Total Count 79 79 158
% within Kategori
100,0% 100,0% 100,0%
Obesitas

Sakit Kepala * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Sakit Kepala Tidak Count 37 40 77

% within Kategori Obesitas 46,8% 50,6% 48,7%

Ya Count 42 39 81

% within Kategori Obesitas 53,2% 49,4% 51,3%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Tidak nafsu makan * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Tidak nafsu makan Tidak Count 64 62 126

% within Kategori Obesitas 81,0% 78,5% 79,7%

Ya Count 15 17 32

% within Kategori Obesitas 19,0% 21,5% 20,3%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Sulit tidur * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Sulit tidur Tidak Count 43 50 93

% within Kategori Obesitas 54,4% 63,3% 58,9%

Ya Count 36 29 65

% within Kategori Obesitas 45,6% 36,7% 41,1%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Mudah takut * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Mudah takut Tidak Count 57 55 112

% within Kategori Obesitas 72,2% 69,6% 70,9%

Ya Count 22 24 46

% within Kategori Obesitas 27,8% 30,4% 29,1%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Tegang, cemas atau khawatir * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Tegang, cemas atau khawatir Tidak Count 39 48 87

% within Kategori Obesitas 49,4% 60,8% 55,1%

Ya Count 40 31 71

% within Kategori Obesitas 50,6% 39,2% 44,9%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Tangan bergetar * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Tangan bergetar Tidak Count 61 69 130

% within Kategori Obesitas 77,2% 87,3% 82,3%

Ya Count 18 10 28

% within Kategori Obesitas 22,8% 12,7% 17,7%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Pencernaan terganggu/buruk * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Pencernaan terganggu/buruk Tidak Count 55 68 123

% within Kategori Obesitas 69,6% 86,1% 77,8%

Ya Count 24 11 35

% within Kategori Obesitas 30,4% 13,9% 22,2%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Sulit untuk berpikir jernih * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Sulit untuk berpikir jernih Tidak Count 52 57 109

% within Kategori Obesitas 65,8% 72,2% 69,0%

Ya Count 27 22 49

% within Kategori Obesitas 34,2% 27,8% 31,0%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Merasa tidak bahagia * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Merasa tidak bahagia Tidak Count 64 74 138

% within Kategori Obesitas 81,0% 93,7% 87,3%

Ya Count 15 5 20

% within Kategori Obesitas 19,0% 6,3% 12,7%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Menangis lebih sering * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total


Menangis lebih sering Tidak Count 70 67 137

% within Kategori Obesitas 88,6% 84,8% 86,7%

Ya Count 9 12 21

% within Kategori Obesitas 11,4% 15,2% 13,3%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Sulit menikmati kegiatan sehari-hari * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Sulit menikmati kegiatan Tidak Count 64 59 123


sehari-hari % within Kategori Obesitas 81,0% 74,7% 77,8%

Ya Count 15 20 35

% within Kategori Obesitas 19,0% 25,3% 22,2%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Sulit mengambil keputusan * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Sulit mengambil keputusan Tidak Count 46 49 95

% within Kategori Obesitas 58,2% 62,0% 60,1%

Ya Count 33 30 63

% within Kategori Obesitas 41,8% 38,0% 39,9%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Pekerjaan sehari-hari terganggu * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Pekerjaan sehari-hari Tidak Count 62 72 134


terganggu % within Kategori Obesitas 78,5% 91,1% 84,8%

Ya Count 17 7 24
% within Kategori Obesitas 21,5% 8,9% 15,2%
Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Tidak mampu melakukan hal-hal bermanfaat dalam hidup * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Tidak mampu melakukan hal- Tidak Count 71 71 142


hal bermanfaat dalam hidup % within Kategori Obesitas 89,9% 89,9% 89,9%

Ya Count 8 8 16

% within Kategori Obesitas 10,1% 10,1% 10,1%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Kehilangan minat pada berbagai hal * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Kehilangan minat pada Tidak Count 63 60 123


berbagai hal % within Kategori Obesitas 79,7% 75,9% 77,8%

Ya Count 16 19 35

% within Kategori Obesitas 20,3% 24,1% 22,2%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Merasa tidak berharga * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total


Merasa tidak berharga Tidak Count 72 73 145

% within Kategori Obesitas 91,1% 92,4% 91,8%

Ya Count 7 6 13

% within Kategori Obesitas 8,9% 7,6% 8,2%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Pikiran untuk mengakhiri hidup * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Pikiran untuk mengakhiri Tidak Count 77 75 152


hidup % within Kategori Obesitas 97,5% 94,9% 96,2%

Ya Count 2 4 6

% within Kategori Obesitas 2,5% 5,1% 3,8%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Merasa lelah sepanjang waktu * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Merasa lelah sepanjang waktu Tidak Count 51 60 111

% within Kategori Obesitas 64,6% 75,9% 70,3%

Ya Count 28 19 47

% within Kategori Obesitas 35,4% 24,1% 29,7%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Rasa tidak enak di perut * Kategori Obesitas Crosstabulation


Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total


Rasa tidak enak di perut Tidak Count 56 66 122

% within Kategori Obesitas 70,9% 83,5% 77,2%

Ya Count 23 13 36

% within Kategori Obesitas 29,1% 16,5% 22,8%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Mudah lelah * Kategori Obesitas Crosstabulation
Kategori Obesitas

Kasus Kontrol Total

Mudah lelah Tidak Count 41 36 77

% within Kategori Obesitas 51,9% 45,6% 48,7%

Ya Count 38 43 81

% within Kategori Obesitas 48,1% 54,4% 51,3%


Total Count 79 79 158

% within Kategori Obesitas 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
B. ANALISIS BIVARIAT (MC NEMAR)
1. Pendapatan Keluarga

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

>= 2.388.000 < 2.388.000 Total

Kasus >= 2.388.000 Count 36 18 54

Expected Count 33,5 20,5 54,0

% within Kontrol 73,5% 60,0% 68,4%

< 2.388.000 Count 13 12 25

Expected Count 15,5 9,5 25,0

% within Kontrol 26,5% 40,0% 31,6%


Total Count 49 30 79

Expected Count 49,0 30,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test ,473a
N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.


2. Status Merokok

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

Tidak
merokok/pernah
Merokok Merokok Total

Kasus Tidak merokok/pernah Count 61 5 66


Merokok Expected Count 56,0 10,0 66,0

% within Kontrol 91,0% 41,7% 83,5%

Merokok Count 6 7 13

Expected Count 11,0 2,0 13,0

% within Kontrol 9,0% 58,3% 16,5%


Total Count 67 12 79

Expected Count 67,0 12,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)

McNemar Test 1,000a


N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.

3. Frekuensi Konsumsi Fast Food

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

Jarang/tidak
Sering pernah Total

Kasus Sering Count 10 27 37

Expected Count 10,3 26,7 37,0

% within Kontrol 45,5% 47,4% 46,8%

Jarang/tidak pernah Count 12 30 42

Expected Count 11,7 30,3 42,0

% within Kontrol 54,5% 52,6% 53,2%


Total Count 22 57 79

Expected Count 22,0 57,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test ,024a
N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.

Universitas Sriwijaya
4. Kebiasaan Makan Buah

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

Jarang/Tidak
Pernah Sering Total

Kasus Jarang/Tidak Pernah Count 15 29 44

Expected Count 15,0 29,0 44,0

% within Kontrol 55,6% 55,8% 55,7%

Sering Count 12 23 35

Expected Count 12,0 23,0 35,0

% within Kontrol 44,4% 44,2% 44,3%


Total Count 27 52 79

Expected Count 27,0 52,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test ,012a
N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.

5. Kebiasaan Makan Sayur

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

Jarang/Tidak
Pernah Sering Total

Kasus Jarang/Tidak Pernah Count 9 31 40

Expected Count 12,7 27,3 40,0

% within Kontrol 36,0% 57,4% 50,6%

Sering Count 16 23 39

Expected Count 12,3 26,7 39,0

% within Kontrol 64,0% 42,6% 49,4%


Total Count 25 54 79

Expected Count 25,0 54,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test ,040a
N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.

6. Durasi Tidur Malam

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

< 7 jam >= 7 jam Total

Kasus < 7 jam Count 29 26 55

Expected Count 27,2 27,8 55,0

% within Kontrol 74,4% 65,0% 69,6%

>= 7 jam Count 10 14 24

Expected Count 11,8 12,2 24,0

% within Kontrol 25,6% 35,0% 30,4%


Total Count 39 40 79

Expected Count 39,0 40,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test ,011a
N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.

Universitas Sriwijaya
7. Aktivitas Fisik

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

Aktivitas Fisik Aktivitas Fisik


Kurang Sedang Total

Kasus Aktivitas Fisik Kurang Count 14 27 41

Expected Count 13,0 28,0 41,0

% within Kontrol 56,0% 50,0% 51,9%

Aktivitas Fisik Sedang Count 11 27 38

Expected Count 12,0 26,0 38,0

% within Kontrol 44,0% 50,0% 48,1%


Total Count 25 54 79

Expected Count 25,0 54,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test ,014a
N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.

8. Kondisi Mental Emosional

Kasus * Kontrol Crosstabulation


Kontrol

Terganggu Normal Total

Kasus Terganggu Count 13 29 42

Expected Count 13,8 28,2 42,0

% within Kontrol 50,0% 54,7% 53,2%

Normal Count 13 24 37

Expected Count 12,2 24,8 37,0

% within Kontrol 50,0% 45,3% 46,8%


Total Count 26 53 79

Expected Count 26,0 53,0 79,0

% within Kontrol 100,0% 100,0% 100,0%

Universitas Sriwijaya
Chi-Square Tests
Exact Sig. (2-
Value sided)
McNemar Test ,020a
N of Valid Cases 79

a. Binomial distribution used.

Universitas Sriwijaya
C. Perhitungan ORMatching dan 95% CI (Ms.Excel)

Status Merokok
Kontrol
95% CI
Tidak ORAdjuste (OR Exp (±
Kasus Merokok
Merokok/Perna d (b/c) 1,96√(1/b +
h Merokok 1/c)))
n % N %
Tidak
Merokok/Pernah 61 91 5 58,3 0,25 2,73
Merokok 0,833
4 1
Merokok 6 9 7 41,7
Total 12 100,0 67 100,0

Pendapatan
Keluarga
Kontrol 95% CI
ORAdjuste (OR Exp (±
Kasus ≥ 2.388.000 < 2.388.000
d (b/c) 1,96√(1/b +
n % N % 1/c)))
≥ 2.388.000 36 73,5 18 60 0,67 2,82
1,385
< 2.388.000 13 26,5 12 40 8 6
Total 49 100,0 30 100,0

Frekuensi Konsumsi Fast


Food
Kontrol
95% CI
Jarang (1-2 ORAdjuste (OR Exp (±
Kasus Sering (≥3 kali/minggu)/Tida d (b/c) 1,96√(1/b +
kali/minggu) k Pernah 1/c)))
n % N %
Sering (≥3
10 45,5 27 47,4
kali/minggu)
1,14 4,44
Jarang (1-2 2,250
0 1
kali/minggu)/Tidak 12 54,5 30 52,6
Pernah
Total 22 100,0 57 100,0

Universitas Sriwijaya
Kebiasaan
Konsumsi Buah
Kontrol
Jarang (<1-3 95% CI
kali/minggu Sering (4-6 ORAdjuste (OR Exp (±
Kasus
atau tidak kali/minggu atau d (b/c) 1,96√(1/b +
pernah) ≥1 kali/hari) 1/c)))
n % N %
Jarang (<1-3
kali/minggu atau 15 55,6 29 55,8
tidak pernah) 1,23 4,73
2,417
Sering (4-6 3 6
kali/minggu atau ≥1 12 44,4 23 44,2
kali/hari)
Total 27 100,0 52 100,0

Kebiasaan
Konsumsi Sayur
Kontrol
Jarang (<1-3 95% CI
kali/minggu Sering (4-6 ORAdjuste (OR Exp (±
Kasus
atau tidak kali/minggu atau d (b/c) 1,96√(1/b +
pernah) ≥1 kali/hari) 1/c)))
n % N %
Jarang (<1-3
kali/minggu atau 9 36,0 31 57,4
tidak pernah) 1,06 3,54
1,938
Sering (4-6 0 2
kali/minggu atau ≥1 16 64,0 23 42,6
kali/hari)
Total 25 100,0 54 100,0
Durasi Tidur
Malam
Kontrol 95% CI
ORAdjuste (OR Exp (±
Kasus < 7 jam ≥ 7 jam
d (b/c) 1,96√(1/b +
n % N % 1/c)))
< 7 jam 29 74,7 26 65,0 1,25 5,39
2,600
≥ 7 jam 10 25,6 14 35,0 4 2
Total 39 100,0 40 100,0

Universitas Sriwijaya
Aktivitas Fisik
Kontrol
95% CI
Ringan (METs- Sedang (METs- ORAdjuste (OR Exp (±
Kasus min/minggu < min/minggu ≥ d (b/c) 1,96√(1/b +
600) 600) 1/c)))
n % n %
Ringan (METs- 14 56,0 27 50,0
min/minggu < 600) 1,21 4,94
2,455
8 8
Sedang (METs- 11 44,0 27 50,0
min/minggu ≥ 600)
Total 25 100,0 54 100,0

Universitas Sriwijaya
D. ANALISIS BIVARIAT (CHI SQUARE)
1. Pendapatan Keluarga

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Pendapatan


Keluarga (>= 2.388.000 / < 1,322 ,686 2,550
2.388.000)
For cohort Kategori Obesitas =
1,153 ,818 1,625
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
,872 ,636 1,195
Kontrol
N of Valid Cases 158

2. Status Merokok

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for


StatusMerokokFix (Tidak
,909 ,387 2,138
Merokok/Pernah Merokok /
Merokok)
For cohort Kategori Obesitas =
,954 ,631 1,443
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
1,049 ,675 1,632
Kontrol
N of Valid Cases 158

Universitas Sriwijaya
3. Frekuensi Konsumsi Fast Food
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Konsumsi Fast
Food (Sering / Jarang/Tidak 2,282 1,178 4,422
Pernah)
For cohort Kategori Obesitas =
1,478 1,093 2,000
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
,648 ,447 ,939
Kontrol
N of Valid Cases 158

4. Kebiasaan Makan Buah

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper


Odds Ratio for Kebiasaan
Makan Buah (Jarang/Tidak 2,421 1,273 4,605
Pernah / Sering)
For cohort Kategori Obesitas =
1,540 1,125 2,109
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
,636 ,451 ,897
Kontrol
N of Valid Cases 158

5. Kebiasaan Makan Sayur

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kebiasaan


Makan Sayur (Jarang/Tidak 2,215 1,159 4,233
Pernah / Sering)
For cohort Kategori Obesitas =
1,467 1,080 1,994
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
,662 ,466 ,943
Kontrol
N of Valid Cases 158

6. Durasi Tidur Malam

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Universitas Sriwijaya
Odds Ratio for Durasi Tidur
2,350 1,225 4,509
Malam (< 7 jam / >= 7 jam)
For cohort Kategori Obesitas =
1,560 1,089 2,235
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
,664 ,489 ,901
Kontrol
N of Valid Cases 158

7. Aktivitas Fisik

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Aktivitas Fisik


(Aktivitas Fisik Kurang / 2,331 1,219 4,454
Aktivitas Fisik Sedang)
For cohort Kategori Obesitas =
1,504 1,105 2,046
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
,645 ,453 ,919
Kontrol
N of Valid Cases 158

8. Kondisi Mental Emosional

Risk Estimate
95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for Kondisi Mental


Emosional (Terganggu / 2,314 1,215 4,409
Normal)
For cohort Kategori Obesitas =
1,502 1,102 2,048
Kasus
For cohort Kategori Obesitas =
,649 ,458 ,919
Kontrol
N of Valid Cases 158

Universitas Sriwijaya
E. ANALISIS MULTIVARIAT
1. Seleksi Bivariat

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step PendapatanKeluarga ,279 ,335 ,696 1 ,404 1,322 ,686 2,550


a
1 Constant -,377 ,479 ,619 1 ,431 ,686

a. Variable(s) entered on step 1: PendapatanKeluarga.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step StatusMerokokFix -,095 ,436 ,047 1 ,827 ,909 ,387 2,138


a
1 Constant ,110 ,530 ,043 1 ,835 1,116

a. Variable(s) entered on step 1: StatusMerokokFix.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a FastFood ,825 ,337 5,983 1 ,014 2,282 1,178 4,422

Constant -1,345 ,576 5,462 1 ,019 ,261


a. Variable(s) entered on step 1: FastFood.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 sayur ,795 ,330 5,796 1 ,016 2,215 1,159 4,233

Constant -1,265 ,552 5,265 1 ,022 ,282

a. Variable(s) entered on step 1: sayur.

Universitas Sriwijaya
Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a Buah ,884 ,328 7,269 1 ,007 2,421 1,273 4,605

Constant -1,373 ,536 6,568 1 ,010 ,253

a. Variable(s) entered on step 1: Buah.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 DurasiTidur ,855 ,332 6,610 1 ,010 2,350 1,225 4,509

Constant -1,198 ,492 5,935 1 ,015 ,302

a. Variable(s) entered on step 1: DurasiTidur.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a AktFisik ,846 ,330 6,554 1 ,010 2,331 1,219 4,454

Constant -1,341 ,550 5,945 1 ,015 ,262

a. Variable(s) entered on step 1: AktFisik.

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a KondisiMental ,839 ,329 6,507 1 ,011 2,314 1,215 4,409

Constant -1,319 ,543 5,894 1 ,015 ,268

a. Variable(s) entered on step 1: KondisiMental.

Universitas Sriwijaya
2. Full Model
Variables in the Equation
95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a sayur ,986 ,373 6,992 1 ,008 2,679 1,291 5,562

Buah ,675 ,370 3,326 1 ,068 1,964 ,951 4,059

DurasiTidur ,864 ,368 5,527 1 ,019 2,374 1,155 4,879

KondisiMental ,763 ,366 4,343 1 ,037 2,144 1,046 4,393

FastFood ,965 ,381 6,396 1 ,011 2,624 1,242 5,540

AktFisik ,619 ,375 2,729 1 ,099 1,857 ,891 3,872

Constant -7,578 1,471 26,538 1 ,000 ,001

a. Variable(s) entered on step 1: sayur, Buah, DurasiTidur, KondisiMental, FastFood, AktFisik.

3. Pemodelan Setelah Aktivitas Fisik Dikeluarkan


Variables in the Equation
95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a sayur 1,022 ,370 7,615 1 ,006 2,778 1,345 5,739

Buah ,811 ,359 5,094 1 ,024 2,250 1,113 4,551

DurasiTidur ,890 ,365 5,949 1 ,015 2,434 1,191 4,975

KondisiMental ,856 ,359 5,682 1 ,017 2,354 1,164 4,760

FastFood ,916 ,377 5,912 1 ,015 2,499 1,194 5,229

Constant -6,967 1,410 24,407 1 ,000 ,001

a. Variable(s) entered on step 1: sayur, Buah, DurasiTidur, KondisiMental, FastFood.

Universitas Sriwijaya
4. Pemodelan Setelah Aktivitas Fisik Dimasukkan Kembali

Variables in the Equation


95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 sayur ,986 ,373 6,992 1 ,008 2,679 1,291 5,562

Buah ,675 ,370 3,326 1 ,068 1,964 ,951 4,059

DurasiTidur ,864 ,368 5,527 1 ,019 2,374 1,155 4,879

KondisiMental ,763 ,366 4,343 1 ,037 2,144 1,046 4,393

FastFood ,965 ,381 6,396 1 ,011 2,624 1,242 5,540

AktFisik ,619 ,375 2,729 1 ,099 1,857 ,891 3,872

Constant -7,578 1,471 26,538 1 ,000 ,001

a. Variable(s) entered on step 1: sayur, Buah, DurasiTidur, KondisiMental, FastFood, AktFisik.

5. Pemodelan Setelah Variabel Kebiasaan Makan Buah Dikeluarkan

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a sayur 1,005 ,369 7,423 1 ,006 2,732 1,326 5,630

DurasiTidur ,886 ,364 5,933 1 ,015 2,426 1,189 4,950

KondisiMental ,700 ,359 3,807 1 ,051 2,014 ,997 4,071

FastFood 1,059 ,376 7,938 1 ,005 2,884 1,380 6,025

AktFisik ,771 ,363 4,508 1 ,034 2,162 1,061 4,405

Constant -6,888 1,389 24,577 1 ,000 ,001

a. Variable(s) entered on step 1: sayur, DurasiTidur, KondisiMental, FastFood, AktFisik.

Universitas Sriwijaya
6. Model Akhir

Variables in the Equation

95% C.I.for
EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

Step 1a sayur ,986 ,373 6,992 1 ,008 2,679 1,291 5,562

DurasiTidur ,864 ,368 5,527 1 ,019 2,374 1,155 4,879

KondisiMental ,763 ,366 4,343 1 ,037 2,144 1,046 4,393

FastFood ,965 ,381 6,396 1 ,011 2,624 1,242 5,540

AktFisik ,619 ,375 2,729 1 ,099 1,857 ,891 3,872

Buah ,675 ,370 3,326 1 ,068 1,964 ,951 4,059

Constant -7,578 1,471 26,538 1 ,000 ,001

a. Variable(s) entered on step 1: sayur, DurasiTidur, KondisiMental, FastFood, AktFisik, Buah.

Universitas Sriwijaya
Lampiran 4.

DOKUMENTASI

Pengumpulan Data Kesehatan Mahasiswa di Proses Pendataan Hasil Cek Kesehatan


UPT Klinik Unsri Mahasiswa Angkatan 2016

Hasil Cek Kesehatan Mahasiswa Unsri Wawancara dengan Responden


Angkatan 2016

Pengukuran Tinggi Badan Responden Pemberian Cinderamata kepada


Responden

Universitas Sriwijaya
Pengukuran Berat Badan Responden Timbangan Pengukur Berat Badan

Microtoise Pengukur Tinggi Badan


Wawancara dengan Responden

Universitas Sriwijaya
Lampiran 5.

Universitas Sriwijaya
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai