Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bartonellosis atau lebih dikenal sebagai CSD awalnya merupakan penyakit

yang belum diketahui penyebabnya (Soeharsono, 2002). Penyakit ini biasanya

mulai terlihat beberapa minggu setelah terkena cakaran kucing (National

Veterinary. 1999). Infeksi ini bermula dari munculnya papula di sekitar luka,

kemudian mengalami peradangan dan demam (National Veterinary. 1999).

Bakteri Bartonella berpotensi tinggi sebagai penyebab penyakit zoonosis

pada manusia (R.Lappin et al. 2010). Seperti yang diketahui bakteri Bartonella

ditularkan melalui kutu diantara hewan, ataupun lewat cakaran, dan gigitan hewan

yang terinfeksi (Oskouizadeh et al. 2010). Hal ini memungkinkan penularan ke

manusia melalui saliva dari giigitan kucing liar kemudian ke kucing rumah hingga

akhirnya menulari manusia (Oskouizadeh et al. 2010).

Penularan infeksi penyakit secara alamiah antara hewan dan manusia ini

biasa disebut sebagai zoonosis

Bartonellla sp. akan berada di dalam eritrosit dan sel endothelial setelah

menginfeksi hewan melalui cakaran, infeksi antar kutu hewan dan yang paling

penting adalah melalui gigitan (Breitschwerdt et al,. 2010). Keadaan ini


berpotensi membawa bakteri Bartonella sp. untuk terus berada dalam kumpulan

darah pada hewan inang dan non inang (Breitschwerdt et al,. 2010).

Anggota dari spesies Bartonella dikelompokkan sebagai bakteri gram negatif, yan
g memiliki tingkat adaptasi tinggi untuk dapat hidup dengan sel inangnya (Breitsc
hwerdt et al,. 2010). Beberapa mamalia telah dipastikan sebagai inang Bartonella
sp. dan biasanya merupakan penyebab intraerythrocytic bacteremia yaitu gejala k
eracunan darah dikarenakan keberadaan bakteri dalam aliran darah (Breitschwerdt
et al,. 2010). Fakta ini pentinguntuk diketahui para peternak karena dapat menjadi
penyebab meningkatnya jumlah hewan yang terinfeksi Bartonella sp. (Breitschw
erdt et al,. 2010).Kucing, anjing, dan rodent adalah jenis mamalia umum yang dap
at menyebarkan infeksi Bartonella sp.. Kucing dapat membawa bakteri Bartonella
sp. pada darah, yang biasanya ditularkan oleh kutu antar kucing. Infeksi ini dapat
menyebar ke manusia lewat cakaran, gigitan, ataupun terjadi kontak dengan seran
gan kutu yang berasal dari kucing (National Veterinary. 1999).
Mamalia lain dapat terinfeksi dikarenakan faktor lingkungan, seperti

tertular kutu dari hewan liar, hewan dari penampungan, serta hewan yang hidup di

tempat lembab dan hewan peliharaan yang sering berada di luar rumah. Umumnya

kucing yang terserang Bartonella sp. akan mengalami reaksi radang pada

beberapa jaringan tubuh (National Veterinary. 1999).

Infeksi dari bartonella ini juga dapat mengakibatkan penyakit pada

manusia seperti asymptomatic, demam, uveitis (peradangan di sekitar mata),

bacillary angiomatosis (Lamas, et al. 2007). Infeksi bakteri Bartonella ini

menyebabkan Bartonellosis atau CSD (cat scratch disease) biasanya berupa

pembengkakan pada kulit sekitar luka cakaran atau gigitan dan terkadang

menyebabkan demam (Holt et al. 1994).

Infeksi pada manusia yang berhubungan dengan spesies Bartonella sp

telah dikategorikan sebagai penyakit berbahaya (Maurin, et al. 1997). Beberapa


antimikrobia yang telah digunakan sebagai penghambat pertumbuhan bakteri

Bartonella sp. antara lain rifampin, penicillin, erythromycin, gentamicin,

ciprofloxacin, sedangkan penggunaan ceftriaxone biasanya untuk pengobatan

pada memar dan papula (Maurin, et al. 1997). Ketring et al (2003) juga

melaporkan bahwa penggunaan azithromycin-10mg/kg sebagai antibiotik dan

digunakan 1 kali sehari selama 21 hari berhasil menekan penyakit yang

diakibatkan Bartonella sp..

Selama 15 tahun terakhir kasus infeksi dari anggota genus Bartonella terus menin
gkat. Anjing, kucing dan mamalia lain telah menjadi inang bagi anggota genus Ba
rtonella sp., yang memungkinkan penularan ke manusia (Maurin, et al. 1997). Ke
beradaan Bartonella pada beberapa hewan peliharaan khususnya kucing sangat pe
nting dideteksi sejak dini. Hal ini dikarenakan kucing merupakan hewan peliharaa
n yang popular di Indonesia selain anjing. Air liur kucing juga dapat menularkan b
akteri Bartonella lewat gigitan ataupun jilatan pada luka yang dimiliki manusia. D
eteksi dini keberadaan bartonella perlu dilakukan sebagai penelitian awal di wilay
ah sapen, Yogyakarta mengenai Isolasi, Karakterisasi dan Identifikasi Bakter
i Bartonella sp. pada air liur kucing domestic ( Felis domesticus). Penelitian i
ni diharapkan bisa memberi informasi mengenai keberadaan bartonella di Yogyak
arta.
B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah :

1. Adakah keberadaan koloni bakteri Bartonella sp. yang ditemukan

menggunakan isolasi selektif pada air liur kucing rumah disekitar sapen,

Yogyakarta

2. Bagaimana karakter morfologi dari koloni bakteri Bartonella sp. yang

ditemukan di air liur kucing rumah

C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengisolasi keberadaan Bartonella sp. Dari air liur kucing rumah disekitar

wilayah sapen, Yogyakarta

2. Mengetahui karakter morfologi koloni Bartonella sp. Yang berhasil

diperoleh dari air liur kucing rumah disekitar sapen

D. Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah untuk :


1. Mejmberi informasi awal mengenai keberadaan bakteri Bartonella sp.

disekitar wilayah sapen, Yogyakrata

2. Memberi
laporan

mengenai

karakter

Bartonella

yang

berhasil

ditemukan

Anda mungkin juga menyukai