Oleh :
M.Teddy.S
C34101062
Skripsi
RINGKASAN
M.TEDDY.S C34101062. Pembuatan Nori Secara Tradisional dari Rumput Laut
Jenis Glacilaria sp. Dibimbing oleh PIPIH SUPTIJAH dan AGOES MARDIONO
JACOEB
Glacilaria sp merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil agar-agar
yang tumbuh di Indonesia. Jenis Glacilaria sp ini banyak dibudidayakan di Indonesia
karena proses pemeliharaan yang mudah. Glacilaria sp sebagai penghasil agar,
banyak dimanfaatkan untuk pembuatan media tumbuh bakteri dan produk makanan.
Sebagai salah satu alternatif pemanfaatannya Glacilaria sp diolah menjadi produk
yang memiliki nutrisi dan nilai jual yang tinggi yaitu nori. Nori merupakan sediaan
berupa lembaran rumput laut yang dikeringkan. Bahan baku pembuatannya adalah
rumput laut merah jenis Porphyra. Porphyra tidak terdapat di Indonesia karena
Porphyra hidup pada iklim subtropis. Berkembangnya restoran Cina dan Jepang yang
menyajikan menu siap saji di Indonesia menyebabkan kebutuhan nori meningkat
yaitu sebesar 80 %. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari proses pembuatan nori secara tradisonal dengan bahan baku alternatif
yaitu rumput laut Glacilaria sp serta mengetahui karakteristik fisik dan kimia produk
yang dihasilkannya.
Penelitian dilakukan dengan metode sebagai berikut : pertama rumput laut
kering dibersihkan dari kotoran. Setelah bersih, rumput laut direndam menggunakan
larutan NaOH selama 12 jam. Selanjutnya rumput laut dibersihkan kembali dan
dilakukan penghancuran menggunakan blender, dipanaskan sampai mengeluarkan
gel, dilakukan formulasi, dicetak dan dikeringkan. Pada penelitian ini dilakukan
pengujian karateristik pada nori yang dihasilkan yaitu karateristik fisik meliputi uji
kuat tarik dan kareteristik kimia yang meliputi uji proksimat terdiri dari uji kadar air,
kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan kadar karbohidrat. Pada penelitian ini
dilakukan 5 formulasi, yaitu : P1 adalah formulasi 100 % tanpa dilakukan
penyaringan. P2 adalah formulasi 100 % bahan dengan penyaringan. P3 adalah
formulasi 10 % bahan tanpa dilakukan penyaringan dan 90 % penyaringan. P4 adalah
formulasi 30 % bahan tanpa penyaringan dan 70 % penyaringan. P5 adalah formulasi
50 % bahan tanpa penyaringan dan 50 % penyaringan.
Hasil penelitian menunjukkan rumput laut jenis Glacilaria sp dapat dijadikan
sebagai bahan baku alternatif untuk pembuatan nori. Nori yang dihasilkan dari proses
penelitian berwarna hijau muda kecoklatan. Hasil pengujian pada karateristik fisik
yaitu uji kuat tarik menunjukkan nori hasil penelitian yang memiliki kuat tarik terbaik
adalah nori dengan formulasi P4. Sedangkan hasil pengujian pada karateristik kimia
yaitu uji kadar air didapatkan hasil sebagai berikut :16,36 %, 15,90 %, 15,20 %,
15,44 %, 17,17 %. Kadar abu : 4,36 %, 7,26 %, 4,91 %, 5,23 %, 5,28 %. Kadar
lemak : 0,11 % , 0,06 % , 0,04 % , 0,11 % , 0,06 %. Kadar protein : 6,84 %, 6,07 %,
6,33 %, 6,20 %, 5,91 %. Kadar karbohidrat : 72,33 %, 70,71 %, 73,51 %, 73,03 %,
71,58 %. Dilihat dari hasil uji karateristik fisik dan kimia pada nori hasil penelitian,
nori dengan formulasi terbaik adalah nori hasil penelitian dengan formulasi P4 yaitu
30 % bahan tanpa penyaringan dan 70 % penyaringan.
Skripsi
Oleh :
M. Teddy.S
C34101062
1. Judul Penelitian
2. Nama
: M.Teddy.S
3. Nomor pokok
: C34101062
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam pada Nabi
Muhammad SAW serta para sahabat dan keluarga. Skripsi ini berjudul Pembuatan
Nori Secara Tradisional dari Rumput Laut Jenis Glacilaria sp. yang telah disusun
sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan dan Ilmu
Kelautan, pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Ibu Dra. Pipih Suptijah, MBA selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan selama menyelesaikan skripsi ini.
2.
Bapak Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb, Dipl.-Biol. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama menyelesaikan skripsi
ini.
3.
Bapak Ir. Djoko Poernomo, B.Sc dan Ibu Ir. Nurjanah, MS selaku dosen penguji
yang telah memberikan bimbingan dan koreksi dalam penyelesaian skripsi
4.
Eddy Supriadi (Bapak) dan Tuti Prihatini(Ibu) atas harapan, doa, motivasi dan
kasih sayang yang tiada henti.
5.
6.
7.
8.
Seluruh THP 38 atas semangat dan persahabatannya, serta teman-teman THP 39,
40, 41.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun
demikian, penulis berharap skripsi dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.
Penulis
Penulis
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
xi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rumput Laut .......................................................................................
2.1.1 Deskripsi Glacilaria sp ...............................................................
2.1.2 Klasifikasi Glacilaria sp ............................................................
3
3
4
4
4
7
8
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat .............................................................................
10
10
10
12
12
12
12
12
13
13
15
17
17
18
18
20
21
22
23
25
25
25
27
LAMPIRAN ...................................................................................................
31
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Nori ...........................................................................................................
2. Porphyra sp ...............................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
34
1.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekspor hasil perikanan yang
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Ekspor rumput laut Indonesia dari tahun
2002-2004 telah mengalami peningkatan yang berarti dari sebesar 28.559.885 kg
pada tahun 2002 menjadi 44.847.821 kg pada tahun 2004 (BPS 2007). Secara
global, industri rumput laut menggunakan 7,5 sampai 8 juta ton rumput laut basah
per tahunnya. Gelidium sp, Gracilaria sp, Gelidiella sp dan Hypnea sp adalah
jenis-jenis rumput laut ekonomis penting. Pemanfaatan rumput laut sangat luas
dalam berbagai bidang industri diantaranya industri makanan, farmasi, kosmetik
dan pakan ternak (McHugh 2003).
Glacilaria sp merupakan salah satu jenis rumput laut ekonomis penting
Indonesia yang belum termanfaatkan secara optimal (DKP 2006). Menurut
Lahrech et al. (2005), Glacilaria sp adalah salah satu jenis rumput laut penghasil
agar-agar (agarofit), dan McHugh (2001) dalam Marinho-Soriano dan Bourret
(2003), mengemukakan bahwa kandungan agar-agar pada Glacilaria sp adalah
44 %. Di Jepang, pemanfaatan rumput laut tidak hanya berfungsi sebagai
penghasil agar-agar, melainkan dikembangkan juga menjadi asinan, sayur, salad,
wakame, kombu, dan nori. Jepang memproduksi Porphyra sebesar 600 ribu ton
per tahun, dimana 75 % dari total produksi diolah menjadi nori. Nori merupakan
makanan tradisional dari rumput laut merah yang dikonsumsi setelah dikeringkan
atau dipanggang (Kuda et al. 2004). Nori berasal dari Jepang, bahan baku
pembuatannya adalah rumput laut merah jenis Porphyra. Nori merupakan sediaan
yang memiliki nilai gizi tinggi, hal inilah yang menjadi alasan mengapa nori
banyak diproduksi dan dikonsumsi di Jepang, China dan Korea (Lahaye 1991
dalam Dawezynski et al. 2007). Produsen nori terbesar saat ini adalah negara
Jepang, China dan Korea yaitu dengan total produksi mencapai 2 milyar lembar
per tahun (DKP 2007).
Aplikasi nori dalam berbagai makanan Jepang lainnya adalah Temaki,
Gunkan, Nigiri serta biasa ditambahkan dalam kemasan senbei. Nori memiliki
karakteristik renyah seperti crackers.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan nori secara
2.
2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Rumput Laut
Rumput laut adalah tanaman laut yang termasuk ke dalam kelas makroalga
(Dawezynski et al. 2007). Rumput laut ini sebenarnya merupakan tanaman tingkat
rendah yang tidak memiliki perbedaan susunan kerangka seperti akar, batang dan
daun. Meskipun wujudnya tampak seperti ada perbedaan, tetapi sesungguhnya
merupakan bentuk thallus. Menurut McHugh (2003), rumput laut terbagi ke
dalam tiga kelompok berdasarkan pigmen yang terkandung dalam rumput laut,
yaitu Rhodophyceae (merah), Phaeophyceae (coklat) dan Chlorophyceae (hijau),
sedangkan menurut Glicksman (1983), rumput laut dikelompokkan menjadi
empat kelas berdasarkan pigmen yang dikandungnya yaitu Rhodophyceae
(merah), Cyanophyceae (hijau biru), Chlorophyceae (hijau) dan Phaeophyceae
(coklat).
Rumput laut merah dan rumput laut coklat memiliki nilai ekonomi yang
cukup tinggi karena merupakan rumput laut penghasil hidrokoloid (agar,
karagenan, alginat) yang digunakan sebagai pengental (thickening) dan pembuat
gel (gelling agent) di berbagai industri terutama industri pangan. Eucheuma,
Gracilaria dan Gelidium adalah rumput laut yang telah dimanfaatkan di Indonesia
dan merupakan jenis-jenis rumput laut ekonomis. Saat ini, sekitar 1 juta ton
rumput laut basah dipanen dan diekstrak untuk memproduksi hidrokoloid. Total
produksi hidrokoloid mencapai 55.000 ton dengan harga mencapai US$ 600 juta
(McHugh 2003).
Rumput laut memiliki manfaat yang banyak, diantaranya bermanfaat
untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol, mengobati kanker payudara dan
kanker usus besar serta edema dan tiroid, menyembuhkan pembengkakan, dapat
mengurangi mucus dan melancarkan pencernaan (www.foodsnherbs.com 2007).
2.1.1 Deskripsi Glacilaria sp.
Glacilaria sp merupakan salah satu jenis rumput laut merah (Rhodophyta)
yang memiliki sebaran geografis sangat luas (McHugh 2003). Penyebaran
pertumbuhan Glacilaria sp meliputi Asia, Amerika Selatan, Afrika dan Oceania.
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Ordo
: Gracilariales
Famili
: Gracilariaceae
Genus
: Gracilaria
Nori
Rumput laut sudah lama digunakan manusia sebagai makanan dan obat-
obatan. Jepang telah memanfaatkan rumput laut sebagai makanan istimewa sejak
abad ke-8, yaitu makanan yang disajikan untuk kaisar. Industri rumput laut negara
Jepang menjadikan rumput laut merah, hijau dan coklat sebagai komoditi yang
paling menguntungkan. Komoditas utama berbasis rumput laut di Jepang adalah
nori (Porphyra), kombu (Laminaria), wakame (Undaria), dan hijiki (Hizikia)
(Korringa 1976; McHugh 2003).
2.2.1 Definisi nori
Nori merupakan lembaran rumput laut yang dikeringkan atau dipanggang
(Korringa 1976), sedangkan menurut Giury (2006), nori adalah salah satu produk
olahan rumput laut alami yang dikeringkan dan merupakan produk olahan dari
rumput laut merah (Rhodophyta). Nori adalah sediaan berupa rumput laut yang
dikeringkan berbahan baku rumput laut merah jenis Porphyra yang dapat
ditambahkan bumbu di dalamnya seperti ajitsuke nori. Masyarakat Jepang telah
mengkonsumsi nori sejak abad ke-8. Konsumen nori tertinggi adalah negara
Jepang yaitu sebesar 75 % dari total produksi rumput laut.
Jepang, China dan Korea adalah negara penghasil nori terbesar saat ini,
ditunjukkan oleh data total hasil produksi nori mencapai 2 milyar lembar/tahun.
Rumput laut Porphyra yang biasanya digunakan adalah Porphyra yezoensis yang
disebut susabnori atau amanori, Porphyra tenera yang disebut asakusanori.
Selain rumput laut merah, ada juga nori yang berasal dari rumput laut coklat
misalnya kayamo-nori dari Scytosiphon lomentaria (Kuda et al. 2004) dan habanori dari Petalonia binghamiae yang digunakan sebagai edible (Kuda et al. 2005).
Nori disajikan pada Gambar 6.
Gambar 1. Nori
Sumber : www.foodherbs.com 2007
Nori adalah makanan yang dikonsumsi setelah dikeringkan dan
dipanggang (Kuda et al. 2004). Sebutan nori di China adalah hattai, di Korea nori
dikenal dengan sebutan kim atau gim, selain itu nori juga memiliki istilah lain
yaitu edible seaweed.
Ukuran standar satu lembar nori di Jepang berbeda-beda tergantung pada
kegunaannya, yaitu 12x10 cm2 (DKP 2006), 20x18 cm2 (Korringa 1976) dan
21x19 cm2. Warna tidak dapat dijadikan pegangan kualitas, namun lembaran nori
berkualitas tinggi umumnya berwarna hitam kehijauan, sedangkan nori
berkualitas lebih rendah berwarna hijau hingga hijau muda. Satu lembar nori
kering memiliki berat 2,5 sampai 3 g (Korringa 1976) atau 3,5 sampai 4 g (FAO
2008).
Mominori
Ajitsuke nori yang sudah diberi bumbu garam, kecap asin, gula atau mirin dan
dicabik-cabik sampai menjadi potongan berukuran kecil yang tidak seragam.
Digunakan sebagai hiasan pada makanan Jepang seperti donburi atau
chirashisushi.
Kizaminori
Yakinori yang dipotong halus-halus dengan ukuran seragam, berfungsi
sebagai hiasan seperti mominori.
Aonori
Nori berwarna hijau berbentuk serbuk kasar berukuran 2-3 mm yang
ditaburkan di atas okonomiyaki, takoyaki dan yakisoba. Berbeda dengan
bahan baku nori standar, aonori menggunakan alga hijau jenis Monostroma
dan Enteromorpha yang banyak dibudidayakan di Teluk Ise.
Nori dikemas dalam kemasan kantong plastik, botol plastik atau kaleng
kedap udara karena sifat nori yang mudah kehilangan rasa renyah dan mudah
menjadi lembab. Ajitsuke nori (okazu nori) lebih mudah menjadi lembab
dibandingkan nori biasa, oleh sebab itu ajitsuke nori biasanya dikemas dalam
bungkusan-bungkusan kecil yang hanya berisi beberapa lembar nori ukuran mini.
Walaupun kemasan nori banyak menggunakan gel silika dan bahan-bahan lain
sebagai penyerap kelembaban, nori yang sudah dibuka kemasannya sebaiknya
segera dihabiskan secepat mungkin sebelum menjadi lembab dan tidak enak.
2.3
Porphyra sp
Klasifikasi Porphyra menurut Chapman dan Chapman (1970) adalah
sebagai berikut:
Kingdom
: Protista
Divisi
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Subkelas
: Bangiophycidae
Ordo
: Bangiales
Famili
: Bangiaceae
Genus
: Porphyra
Gambar 2. Porphyra sp
10
3.
3.1
METODOLOGI
3.2
tepung agar, alat pembuatan nori imitasi serta alat untuk analisis karakteristik fisik
dan kimia nori. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan nori adalah panci
perebus, baskom, gelas ukur, pengaduk, kompor, sudip, pipet tetes, gelas piala,
gelas ukur, pipet, blander, hot plate, sudip, pelat kaca berukuran 12x10 cm2,
neraca analitik. Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk pengujian karakteristik
fisik dan kimia nori yaitu microcal meshmer, tensile strength tester,
Chromameter-Minolta CR 300, serta alat pengujian kadar air meliputi cawan
porselin, desikator dan oven.
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nori ini adalah rumput laut
merah jenis Glacilaria sp dengan umur panen 2 bulan diambil dari MarundaJakarta Utara. Bahan-bahan yang digunakan pada pembuatan nori selain rumput
laut Glacilaria sp adalah NaOH sebagai bahan untuk perendaman sebelum rumput
laut dihaluskan atau diolah.
3.3
Prosedur Penelitian
Penelitian ini diawali dengan Rumput laut Glacilaria kering dibersihkan
dari kotoran-kotoran yang menempel. Setelah itu direndam dalam air bersih dan
NaOH sebanyak 1 gram yang bertujuan untuk melunakkan jaringan rumput laut
agar memudahkan pada saat proses ekstraksi. Air yang digunakan yaitu sebanyak
20 kali berat rumput laut, perendaman ini dilakukan selama 12 jam. Setelah itu,
rumput laut dicuci kembali dengan air. Proses selanjutnya yaitu penghancuran
rumput laut menggunakan blender. Setelah halus, rumput laut dipanaskan didalam
11
dibuat
Glacilaria sp
Pencucian
Pencucian
Penghancuran
Pemanasan/Perebusan *
Penyaringan
Tanpa Penyaringan *
Formulasi *
(100 % tanpa disaring, 100 % saring, 10 %, 30 %, 50 %
Pencetakan
Penjemuran/Pengeringan
Nori
Gambar 3. Diagram alir pembuatan nori tradisional ; * = modifikasi
(Freile-Pelegrin et al. 2007 modifikasi)
12
3.4
3.4.1 Kekuatan tarik (American Society for Testing and Material (ASTM)
1989)
% kadar abu =
13
Total Nitrogen(%) =
mltitranNHClxfxx14
x100%
Bobot Sampel
14
% kadar air =
B-C
x100%
B-A
15
4.
4.1
Pembentukan Nori
Pada penelitian ini terbukti rumput laut jenis Glacilaria sp. Dapat
dijadikan sebagai bahan baku alternatif pembuatan nori. Hal ini dapat terlihat dari
pembentukan nori hasil penelitian yang menyerupai nori komersil. Nori yang
terbentuk dilihat dari bentukan fisiknya yang meliputi warna, ukuran dan tekstur.
Nori yang dihasilkan dari hasil penelitian berwarna hijau muda kecoklatan dengan
tekstur yang berbeda-beda pada masing-masing formula. Berikut Tabel hasil
pembentukan nori yang dihasilkan dari penelitian :
Formulasi
Warna
Tekstur
P2 (100 % penyaringan)
P3 (10 % : 90 %)
P4 (30 % : 70 %)
Menyatu
mendekati
nori
P5 (50 % : 50 %)
16
Ukuran nori hasil penelitian adalah 12x10 cm2, sedangkan nori komersil
memiliki beragam ukuran sesuai kebutuhannya, misalnya saja ajitsuke nori yang
digunakan sebagai kontrol pada penelitian ini memiliki ukuran 9x3 cm2. Ajitsuke
nori memiliki ukuran yang mini karena nori ini digunakan pada saat sarapan pagi
atau dapat dimakan langsung begitu saja. Berat nori imitasi adalah 2 g, hal ini
menunjukkan bahwa berat nori imitasi telah sesuai dengan berat standar nori
Jepang yaitu 2-3 g (Korringa 1976).
Rasa nori komersil yaitu asin dan tercium bau rumput laut, rasa yang
dihasilkan pada nori berasal dari tiga asam amino yang terdapat dalam rumput
laut Porphyra yaitu alanin, asam glutamat, dan glisin. Nori hasil penelitian yang
dihasilkan tidak memiliki rasa karena tidak ditambahkan bumbu-bumbu
didalamnya. Nori komersil dan nori hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.
17
4.2
30,45
30
24,60
25
20
15
8,87
10
5
10,60
P1
P2
P3
P4
P5
Kontrol
Perlakuan
Gambar 5. Histogram kuat tarik nori hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan nori dengan formulasi tanpa penyaringan
memiliki kuat tarik elongasi sebesar 0 %, sedangkan kuat tarik elongasi yang
mendekati kontrol atau nori komersil adalah nori dengan formulasi 30 % yaitu
sebesar 24,60 %
18
4.3
meliputi uji proksimat antara lain : uji kadar air, uji kadar abu, uji kadar lemat, uji
kadar protein dan uji kadar karbohidrat.
19
bahan, karena air terikat sulit dihilangkan dengan pemanasan pada suhu 105 0C
dan tidak semua air bebas dapat teruapkan karena air tersebut harus berdifusi dari
bagian-bagian dalam melalui komponen-komponen padat yang terlarut Nilai
kadar air nori hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.
25
20
16,36
15,90
15,20
15,44
P1
P2
P3
P4
17,17
16,09
P5
Kontrol
15
10
5
0
perlakuan
Gambar 6. Histogram kadar air nori hasil penelitian
Kadar air merupakan karakteristik yang sangat mempengaruhi bahan
pangan, karena kandungan air ini mempengaruhi penampakan, tekstur, dan
citarasa makanan. Kadar air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran
dan daya awet bahan makanan tersebut. Pengaruh formulasi memberikan hasil
yang berbeda-beda terhadap kadar air pada nori hasil penelitian. Kadar air
tertinggi terdapat pada nori hasil penelitian dengan formulasi P5 sebesar 17,17 %.
Agar memiliki sifat higroskopis yang tinggi, hal tersebut mengakibatkan
struktur molekul dapat saling berikatan kuat yang berarti bahwa kandungan air
akan bertambah dan menyebabkan kelembaban. Agar juga merupakan larutan gel
dimana seluruh strukturnya hanya terdiri dari jaringan molekul polimer yang
dibentuk oleh ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen ini dapat menyimpan air dalam
jumlah cukup besar dan air dapat bergerak bebas di luar makroretikulum (FreilePelegrin et al. 2007).
Agar memiliki jumlah gugus hidroksil (OH-) yang sangat besar, maka
kemampuan menyerap air sangat besar. Terjadinya peningkatan kekentalan
larutan disebabkan oleh air yang berada diluar granula dan bebas bergerak
sebelum larutan dipanaskan, kini sudah berada dalam molekul-molekul agar dan
tidak dapat bergerak dengan bebas (Winarno 1997). Air yang terikat dalam ikatan
hidrogen berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi tepung agar yang
20
7,26
4,91
4,36
5,23
5,28
5,12
P4
P5
Kontrol
1
0
P1
P2
P3
perlakuan
Gambar 7. Histogram kadar abu nori hasil penelitian
Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar abu yang relatif stabil pada
semua komposisi. Namun nilai kadar abu yang mendekati kontrol atau nori
komersi adalah nilai kadar abu pada formulasi P4 sebesar 5,20 %dengan
komposisi 30 % percampuran antara bahan yang disaring dengan yang tidak
disaring. Kadar abu tertinggi terdapat pada nori hasil penelitian dengan formulasi
P2 yaitu sebesar 7,20 %
21
0,11
0,10
0,10
0,1
0,06
0,1
0,06
0,04
0,0
P1
P2
P3
P4
P5
Kontrol
perlakuan
22
ini dapat terlihat dari hasil pengujian terhadap sampel nori hasil penelitian yang
menunjukkan kadar lemak pada masing-masing perlakuan kurang dari 1 %
tersusun
dari
asam
amino
proteinogenik.
Melalui
mekanisme
6,84
P1
6,07
6,33
6,20
5,91
6,15
P2
P3
P4
P5
Kontrol
Perlakuan
23
Dari hasil pengujian terhadap nori hasil penelitian terlihat kadar protein
pada masing-masing perlakuan relatif stabil meskipun sebelumnya dilakukan
proses pemanasan yang dapat berpengaruh pada kandungan protein pada
makanan. Pada hasil pengujian rata-rata nilai kadar protein berada pada nilai 6 %.
Hal ini menunjukkan kadar protein pada nori tidak terlalu besar dibandingkan
kadar air dan karbohidrat.
24
pengujian kadar karbohidrat pada nori hasil penelitian dihitung by different. Nilai
kadar karbohidrat nori hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
72,33
70,71
P2
P1
73,51
P3
73,03
P4
71,58
72,54
P5
Kontrol
Perlakuan
25
5.
5.1
Kesimpulan
Rumput laut merah jenis Glacilaria sp dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku alternatif dalam pembuatan nori. Nori yang terbentuk dilihat dari bentukan
fisiknya yang meliputi warna, ukuran dan tekstur. Nori yang dihasilkan dari hasil
penelitian berwarna hijau muda kecoklatan dengan tekstur yang berbeda-beda
pada masing-masing formula. Tekstur dan warna terbaik yang dihasilkan nori
hasil penelitian adalah pada formula P4 dimana tekstur menyatu dan berwarna
hijau muda kecoklatan.
Hasil uji karateristik fisik yaitu uji kuat tarik menunjukkan nilai kuat tarik
terbaik adalah nori dengan formulasi P4 sebesar 24,60 %. Sedangkan hasil uji
pada karateristik kimia yaitu uji kadar air didapatkan nilai sebagai berikut:16,36
%, 15,90 %, 15,20 %, 15,44 %, 17,17 %. Kadar abu: 4,36 %, 7,26 %, 4,91 %,
5,23 %, 5,28 %. Kadar lemak : 0,11 % , 0,06 % , 0,04 % , 0,11 % , 0,06 %. Kadar
protein : 6,84 %, 6,07 %, 6,33 %, 6,20 %, 5,91 %. Kadar karbohidrat : 72,33 %,
70,71 %, 73,51 %, 73,03 %, 71,58 %. Dilihat dari hasil uji karateristik fisik dan
kimia pada nori hasil penelitian, nori dengan formulasi terbaik adalah nori hasil
penelitian dengan formulasi P4 yaitu campuran 30 % bahan tanpa penyaringan
dengan 70 % penyaringan.
5.2
Saran
1.
2.
3.
26
4.
27
DAFTAR PUSTAKA
American Society for Testing and Material (ASTM). 1989. Standard methods
for oxygen gas transmission rate of materials. Philadelphia. ASTM
Book of Standart D3985-81
Anggraeni SD.2002. Pengaruh konsentrasi sorbitol terhadap mutu edible film
dari rumput laut (Glacilaria sp.) untuk pelapis permen [skripsi].
Bogor:Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Angka SL. 2000. Bioteknologi hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya
Pesisir Laut, Institut Pertanian Bogor. 149 hal.
Arasaki S, Arasaki T. 1983. Low calorie, high nutrition vegetables from the
sea. Tokyo: Japan Publications, Inc.
Armaedy. 1992. Pengaruh Konsentrasi asam dan lama perendaman terhadap
rendemen dan mutu agar Glacilaria verrucosa [skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Armisen R. 1995. Worldwide use and importance of Glacilaria. J. Appl Phycol.
7:231-243
Atmaja WS, Sulistijo. 1983. Beberapa aspek vegetasi dan habitat tumbuhan laut
bentik di Pulau-pulau Seribu. Jakarta: Pusat Penelitian Pengembangan
Oseabologi-LIPI.
Association of Official
28
2007.
Rumput
laut
.Dinas
http://www.dkp.gov.id[Januari 2007]
Kelautan
dan
Perikanan.
http://www.rawfood.com/products/0373.html
[10
29
30
31
32
Wakame
Kombu
Nori
33
Hot plate
Blender
34
Nori kontrol
35
No
1
Sampel
P1 Tidak disaring
rata-rata
P2 Saring
rata-rata
P3 10%
rata-rata
P4 30%
rata-rata
P5 50%
rata-rata
Air (%)
16.5211
16.1980
16.3596
Abu
(%)
4.4291
4.2970
4.3631
Lemak (%)
0.1135
0.0984
0.1060
Protein (%)
6.8067
6.8734
6.8401
*Karbohidrat
(%)
72.1296
72.5332
72.3314
15.8330
15.9691
15.9011
7.7239
6.7992
7.2616
0.0361
0.0786
0.0574
5.8676
6.2729
6.0703
70.5394
70.8802
70.7098
16.1185
14.2857
15.2021
4.6329
5.1880
4.9105
0.0195
0.0679
0.0437
6.1214
6.5386
6.3300
73.1077
73.9198
73.5138
14.9138
15.9652
15.4395
5.2786
5.1858
5.2322
0.1066
0.0880
0.0973
6.0653
6.3369
6.2011
73.6357
72.4241
73.0299
16.2758
18.0629
17.1694
5.1697
5.3854
5.2776
0.0391
0.0780
0.0586
5.9732
5.8551
5.9142
72.5422
70.6186
71.5804
No
P1
P2
P3
P4
P5
Air (%)
16.3596
15.9011
15.2021
15.4395
17.1694
Abu (%)
4.3631
7.2616
4.9105
5.2322
5.2776
Lemak
(%)
0.1060
0.0574
0.0437
0.0973
0.0586
Protein
(%)
6.8401
6.0703
6.3300
6.2011
5.9142
*Karbohidrat
(%)
72.1296
70.7098
73.5138
73.0299
71.5804
36
Sampel
P1 Tidak
disaring
P2 Saring
P3 10%
P4 30%
P5 50%
Newton
Kgf
Panjang (cm)
Elongasi
(%)
0
3.7
4.7
3.8
8.3
9.7
4.7
6.3
10.0
4.8
0
0
0.3775
0.4796
0.3878
0.8469
0.9898
0.4796
0.6429
1.0204
0.4898
0
0
5.60
5.34
5.39
5.74
5.50
5.35
6.20
6.33
6.16
0
0
12.0
6.8
7.8
14.8
10.0
7.0
24.0
26.6
23.2
0