Anda di halaman 1dari 4

Deskripsi Hewan Invertebrata

Udang air asin (Artemia salina)

1.1 Latar Belakang


Artemia salina merupakan salah satu zooplankton di perairan yang berfungsi
sebagai pakan alami bagi larva udang dan ikan. Artemia memiliki nutrisi lengkap
sehingga sesuai bagi makanan larva ikan dan larva udang. Artemia termasuk dalam
kelompok udang-udangan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui deskripsi dari
Udang air asin (Artemia salina) baik secara morfologi, anatomi, fisiologi, dan
klasifikasi dari hewan ini.

1.3 Pembahasan
Klasifikasi
Kingdom               : Animalia
Sub Kingdom        : Invertebrata
Filum                  : Crustacea
Kelas                    : Branchiopoda
Ordo                      : Anostraca
Famili                    : Artemiidae
Genus                    : Artemia
Spesies                  : Artemia salina

Artemia salina merupakan salah satu hewan invertebrata dan termasuk dalam
udang-udangan yang ukurannya kecil. Artemia dewasa memiliki ukuran tubuh
mencapai 1 cm, hampir sama dengan ukuran jambre (Mysidanceae). Habitat dari
hewan ini adalah pada perairan yang mempunyai kadar garam tinggi sekali, dimana
hanya beberapa jenis bakteri dan alga yang dapat hidup di kawasan ini. Pada kadar
garam yang tinggi artemia dapat menghasilkan kista yaitu telur yag diseliputi dengan
selubung yang kuat untuk melindungi embryo dari perubahan lingkungan yang
merugikan. Kista ini dapat mengapung di air pada kadar garam yang tinggi,
selanjutnya kista dapat dikumpulkan, di bersihkan, dikalengkan dan selanjutnya kista
ini dapat dijual. Kista yang akan digunakan sebagai makanan hidup, dpat direndam
dalam air laut dan akan menetas menjadi naupilus. Naupilus inilah yang akan
menjadi makanan larva udang atau larva ikan (Panggabean, 1984: 57).
Artemia dewasa memiliki ukuran tubuh panjang 8-10 cm, tubuhnya
memanjang dan mempunyai mata yang bertangkai di kedua sisi kepalanya, memiliki
antena yan berfungsi sebagai sensor, saluran pencernaanya secara linear, memiliki 11
pasang kaki renang (torakopoda) yang fungsional di bagian dada. Pada tahap dewasa
ini terjadi peningkatan panjang 20 kali dan peningkatan berat 500 kali dibandingkan
dengan ukuran naupilusnya. Pada artemia jantan, antena yang kedua mengalami
perkembangan semakin besar dan nantinya berfungsi dalam perkawinan. Antena
yang membesar ini akan memegang artemia betina. Artemia jantan memiliki
sepasang alat kelamin di bagian depan dari pangkal ekornya, sedangkan Artemia
betina memiliki uterus yang menonjol yang berada tepat di ujung terakhir kaki
renang (Wibowo, 2013: 15).
Artemia berkembang biak dengan cara ovivipar atau ovipar, tergantung
kondisnya yang mendukung. Cara reproduksi ovovivipar dan ovipar ini dapat
dilakukan oleh semua jenis Artemia, dan khusus pada artemia betina dapat terjadi
pertukaran secara ovovivipar ke ovipar dan sebaliknya. Cara reproduksi ovovivipar
yaitu sel telur berkembang dalam dua saluran ovarium di abdomen Artemia betina.
Setelah ovarium matang dan berbentuk bulat dan bergerak melalui saluran ovarium
menuju ke uterus untuk dibuahi. Dalam kondisi yang ekstrim, misalnay salinitas air
tinggi (150-200 ppt), kandungan oksigen air rendah atau suhu tinggi Artemia
melakukan reproduksi secara ovipar, yaitu dengan cara sel telur di dalam tubuh induk
artemia berkembang hingga tahap grastula saja dan akan dilindungi atau dibungkus
oleh cangkang yang berwarna orange hingga coklat tua yang keras yang mengandung
hematin, lipoprotein, dan kitin. Telur yang bercangkang cokelat yang keras ini
kemudian dikeluarkan dalam bentuk telur atau yang kita kenal sebagai kista Artemia
(Wibowo, 2013: 10-11).
Artemia mempunyai nama lokal yang bermacam-macam : brine shrimp
(Inggris), brineworm (Belanda), saltzierchen dan fezzanwurum (Jerman), Verme de
sale (Italia, Spanyol), Sofereg (Rusia), bahar el dud (Arab) dan Iain-lain nama.
Biasanya dijual dalam kaleng dengan berat bermacam-macam : 365 g, satu pond
(453 g), bahkan ada yang seberat 5 kg. Dihasilkan oleh beberapa negara dan biasanya
namanya disesuaikan dengan daerah dimana dihasilkan, seperti San Fransisco Bay,
Great Salt Lake (Amerika Serikat), Macau (Brasilia), Buenos Aires (Argentina),
Laval duc (Perancis), Tientsin (RRC), Chaplin Lake (Kanada), Salinera Espanola,
San Fernando, Ibiza (Spanyol) dan masih banyak lagi (Panggabean, 1984: 57).
Hersapto (2017: 32-34) Artemia merupakan hewan air yang memperoleh
makanannya dengan cara menyaring segala jenis makanan baik itu benda mati, benda
lunak, dan benda keras. Ukuran partikel makanannya berkisar kurang dari 50 m.
Salah satu yang menjadi makanan Artemia adalah plankton dan bungkil kelapa yang
juga sebagai makanan untuk plankton yang dimakan oleh Artemia. Jenis-jenis
plankton yang disukai oleh artemia seperti Oscillatoria, Naviculata, Pleurosigma,
Isochrysis, Coscinodiscus, Nitzshia, dan Surela.
Apabila makanan lebih besar dari ukuran itu, makanan tidak akan tertelan
karena Artemia mengambil makanan dengan jalan menelannya bulat–bulat. Makanan
yang akan ditelan itu dikumpulkan dulu ke depan mulut dengan menggerak gerakkan
kakinya. Gerakan kaki dilakukan terusmenerus hingga makanan akan terus bergerak
masuk ke dalam mulutnya. Selain untuk mengambil makanan, kakinya berfungsi
sebagai alat untuk bergerak dan bernafas (Surya, 2018 : 151).
Nuralifah (2019: 4) mengatakan bahwa larva Artemia yang sudah berumur
48 jam sudah menpunyai mulut dan sistem pencernaannya sudah terbentuk secara
sempuran sehingga hal itu meningkatkan ketahanan tubuh dari larva Artemia ini dari
suatu zat atau senyawa-senyawa yang dapat mengancam hidupnya.
1.4 Daftar Pustaka
Hersapto, H., dkk. 2017. Penelitian Pemanfaatan Bungkil Kelapa Dalam Budidaya
Artemia Salina Di Tambak. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 3:1, 29- 35.

Panggabean, M. G. L. 1984. Teknik penetasan dan pemanenan Artemia salina.


Oseana. Jakarta: 9:2, 1-4.

Wibowo, S., dkk. 2013. Artemia Untuk Pakan Ikan dan Udang. Penebar Swadaya
Grup.
Nuralifah, N., dkk. 2019. Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Krim Anti Jerawat
Ekstrak Etanol Terpurifikasi Daun Sirih (Piper Betle L.) Dengan Basis
Vanishing Cream Terhadap Propionibacterium Acne. Pharmauho, 4:2, 30-25.
Surya, A. 2018. Toksitas Ekstrak Metanol Kulit Jengkol (Pithecellobium Jiringa)
dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test terhadap Larva Udang (Artemia
Salina). Jurnal Rekayasa Sistem Industri, 3:2, 149-153.

Anda mungkin juga menyukai