240210160096
7B
Tabel 2. Karakteristik Pasta Pati pada Pati Singkong Alami dan Termodifikasi
Karakteristik Pasta Pati
Tgel
Sampel VPP
(°C) VP (cP) VPD (cP) VB (cP) VS (cP)
(cP)
Pati Singkong
72.26 3353 2784 2975 595 191
Alami
Pati Singkong
78.23 366 318 467 48 139
HMT
Pati Singkong
72.93 2913 2623 3404 290 781
ANN
Pati Singkong
68.47 1767 1096 1995 671 899
MHT
Keterangan: Tgel = suhu gelatinisasi; VP = viskositas puncak (peak viscosity); VPP
= viskositas pasta panas (hold viscosity); VPD = viskositas pasta dingin (final
viscosity); VB = viskositas breakdown; VS = viskositas setback
breakdown pada pati modifikasi MHT bisa jadi dipengaruhi karena modifikasi MHT
menyebabkan meningkatnya kandungan amilosa pada pati singkong. Menurut
Bamforth (2005) Semakin tinggi kadar amilosa maka viskositas breakdown akan
semakin tinggi. Viskositas breakdown mengindikasikan seberapa mudah struktur
granula pati pecah atau retak (Varavinit dkk., 2003). Menurut Singh dkk. (2011),
viskositas breakdown menunjukkan kestabilan granula pati saat pemanasan dan
pengadukan berlanjut. Tingginya nilai viskositas breakdown tidak diharapkan terjadi
selama tahap pengolahan karena adanya kekentalan yang tidak merata dan
menyebabkan pasta pati menjadi sangat lengket ketika diaduk (Eliason dkk., 2004).
Diketahui pula bahwa dengan adanya proses modifikasi dapat menyebabkan
kenaikan viskositas setback. Hal ini terjadi pada semua tipe modifikasi, baik MHT,
HMT, atau annealing. Peningkatan nilai viskositas setback ANN dan MHT dapat
disebabkan oleh oleh oleh jumlah amilosa yang terlepas, ukuran granula, rigiditas,
dan granula mengembang yang tidak terfragmentasi (Zavareze, dkk., 2010).
Kandungan amilosa yang cukup tinggi memiliki kontribusi yang besar terhadap
kecenderungan terjadinya retrogradasi pasta pati selama fase pendinginan (Lehmann
dkk., 2003). Menurut Bamforth dkk. (2005), semakin tinggi kadar amilosa maka
viskositas setback akan semakin tinggi. Viskositas setback pasta menunjukkan
kecenderungan retrogradasi yang terjadi pada molekul amilosa karena amilosa lebih
mudah terpapar oleh air dan mudah mengalami rekristalisasi dibandingkan
amilopektin. Menurut Eliasson (2004) nilai retrogradasi juga dipengaruhi adanya
komponen minor (lemak, protein, abu, dan serat). Setback merupakan indikator
tekstur produk akhir dan terkait dengan sineresis selama siklus beku-cair (Batey,
2007). Viskositas setback menunjukkan kemampuan suatu cairan untuk
meretrogradasi atau memulihkan terpisahnya ikatan-ikatan amilosa sehingga mampu
bergabung dan membentuk kembali jaring-jaring hingga mengendap setelah
terjadinya penurunan suhu.
Muhammad Rijal Senjaya
240210160096
7B
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Terjadi penurunan nilai swelling volume setelah dimodifikasi secara HMT
dan MHT, tetapi terjadi kenaikan nilai setelah dimodifikasi secara annealing.
2. Modifikasi pati dapat meningkatkan kelarutan pati setelah dilakukan
pemanasan.
3. Modifikasi pati menyebabkan kenaikan gelatinisasi, kecuali pada modifikasi
MHT.
4. Modifikasi pati menyebabkan penurunan viskositas puncak, baik modifikasi
secara MHT, HMT, maupun annealing.
5. Pada viskositas pasta panas, nilai pada pati termodifikasi cenderung turun,
dengan penurunan tertinggi terjadi pada modifikasi HMT. Begitu pula pada
viskositas pasta dingin, tetapi terjadi peningkatan nilai pada modifikasi secara
annealing.
6. Hampir semua perlakuan modifikasi mampu menurunkan viskositas
breakdown, kecuali pada modifikasi secara MHT
7. Proses modifikasi dapat menyebabkan kenaikan viskositas setback pada
seluruh tipe modifikasi.
5.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum ke depannya yaitu:
1. Supaya percobaan dilakukan terhadap komoditas yang berbeda sehingga
diketahui perbedaan pati antar komoditas tertentu, baik yang sudah
dimodifikasi, maupun kondisi natural.
2. Supaya parameter pengujian fungsional tidak terbatas hanya pada swelling
volume dan kelarutannya saja, tetapi bisa dilakukan pengukuran terhadap
freeze thaw stability dan lain sebagainya.
Muhammad Rijal Senjaya
240210160096
7B
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, L., Blazek, J., Salman, H., & Tang, M. C. 2009. Form and Functionality
of Starch. Food Hydrocolloid, 23, 1527-1534.
Deetae, P., Shobsngob. S., Varanyanond, W., Chinachoti, P., Navikul, O., Vavarinit,
S.2008. Preparation, Pasting Properties and Freeze Thaw Stability Of Dual
Modified Crosslink-Phosphorylated Rice Starch. Carbohyd Poly ,73: 351-
358.
Eliasson, C dan Ann. 2004. Starch In Food (Structure, Fuction and Applications).
Woodhead Publishing Limited, Cambridge England
Kartikasari, S.N., Puspita S., Achmad S. 2016. Karakterisasi Sifat Kimia, Profil
Amilografi (RVA) dan Morfologi Granula (SEM) Pati Singkong
Termodifikasi Secara Biologi.
Lehmann, J., J.P. Silva Jr., C. Steiner, T. Nehls, W. Zech and B. Glaser. 2003.
Nutrient Availability and Leaching In An Archaeological Anthrosol and A
Ferralsol Of The Central Amazon Basin: Fertilizer, Manure and Charcoal
Amendments. Plant and Soil 249: 343–357.
Lewandowicz, G., Fornal, J., & Walkowski, A. 1997. Effect of Microwave Radiation
on Physico-Chemical Properties and Structure of Potato and Tapioca
Starches. Carbohyd. Polym., 34, 213-220.
Zavareze, E. R., Storck, C. R., de Castro, L. A., Schirmer, M. A., & Dias, A. R.
2010. Effect of Heat-Moisture Treatment on Rice Starch of Varying Amylose
Content. Food Chemistry, 121, 358–365.