2. HANA KUSUMA BRAHMASARI 1511105043 3. MARIA APRILIA 1511105046 4. RIZKY AMALIA RACHMAWATI 1511105049 5. ADITHIA VIRYA RAHARJA 1511105050 6. NOVIA HASANAH 1511105051 7. GUSTI PUTU ADI WIRA KUSUMA 1511105052 8. ERIKA ARY KOESNADI 1511105053
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017 Syarat Mutu Lemak dan Bubuk Kakao
I. Syarat Mutu Lemak Kakao
Berikut ini syarat mutu lemak kakao menurut SNI 3748: 2009 :
Keterangan syarat mutu :
1. Keadaan Lemak Kakao
Lemak kakao harus memiliki bau dan rasa yang khas kakao tanpa ada campuran atau kontaminasi bau dan rasa yang asing atau dari bahan lain. Apabila terdapat bau dan rasa asing akan berpengaruh pada produk akhir yang dibuat dari lemak kakao. Lemak kakao yang baik bewarna kuning atau putih kekuningan yang menandakan kemurnian lemak kakao yang baik. 2. Indeks Bias nD40 Indeks bias merupakan ukuran ketidakjenuhan lemak, seperti halnya bilangan iod. Penetapan indeks bias sangat bermanfaat untuk memperkirakan tingkat kekerasan (hardness) lemak kakao. Tingginya nilai indeks bias merupakan indikasi tingginya kadar komponen asam lemak tidak jenuh yang memberi andil pada kelembutan lemak kakao (Padilla, et al, 2000), sehingga diperlukan nilai indeks bias antara 1,456-1,459 untuk mendapatkan kelembutan lemak kakao yang baik untuk diolah lebih lanjut. 3. Titik Leleh Lemak kakao harus memiliki titik leleh pada suhu 31-35 oC agar mudah diolah lebih lanjut menjadi beberapa makanan seperti permen dan olahan coklat lain. Titik leleh lemak kakao tersebut yang sama dengan suhu tubuh akan memudahkan dalam mengkonsumsi makanan dari lemak kakao, sehingga terasa lumer di dalam mulut. 4. Asam Lemak Bebas Kadar asam lemak bebas menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam lemak (g / 100 g) dihitung berdasarkan berat molekul asam lemak penyusunnya. Untuk lemak kakao digunakan berat molekul asam oleat sebesar 282. Besarnya kadar asam lemak bebas menunjukkan tingkat kerusakan lemak karena hidrolisis atau tingkat kematangan bahan dasar saat panen. Makin tinggi kadar asam lemak bebas berarti kerusakan karena hidrolisis makin besar atau bahan dasar penghasil lemak tersebut diduga berasal dari biji muda. 5. Bilangan Penyabunan Bilangan penyabunan merupakan indikasi dari sifat gabungan asam-asam lemak pada lemak (Minifie, 1989). Nilai bilangan penyabunan di atas 200 mg KOH/g lemak menggambarkan asam lemak dengan berat molekul rendah. Sedangkan nilai bilangan penyabunan di bawah 190 mg KOH/g lemak, menggambarkan asam lemak dengan berat molekul tinggi. Lemak kakao memiliki nilai bilangan penyabunan antara 190 – 200 mg KOH/g lemak, sehingga merupakan lemak yang mengandung asam lemak dengan berat molekul sedang. Peningkatan nilai bilangan penyabunan merupakan gambaran lebih banyaknya kandungan asam lemak bebas (FFA) pada lemak kakao yang dihasilkan. 6. Bilangan Iods Bilangan iod menggambarkan ketidak jenuhan asam lemak penyusun minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat Iod dan membentuk senyawa jenuh. Banyaknya Iod yang diikat menunjukkan banyaknya ikatan rangkap. Bilangan Iod dinyatakan sebagai jumlah g Iod yang diserap oleh 100 g lemak/minyak. Bilangan iod lemak kakao menurut SNI adalah 33-42 g iod/100 g lemak. Makin tinggi bilangan Iod berarti makin banyak ikatan rangkapnya (Swern, 1982). Penetapan bilangan iod sangat bermanfaat untuk memperkirakan tingkat kekerasan (hardness) lemak kakao. Tingginya nilai bilangan iod merupakan indikasi tingginya kadar komponen asam lemak tidak jenuh yang memberi andil pada kelembutan lemak kakao. 7. Bilangan Tak Tersabunkan Nilai bahan tak tersabunkan menggambarkan jumlah bahan yang ada dalam lemak yang tidak dapat menguap pada pengeringan sampai dengan suhu 80 oC. Bahan tersebut terdiri dari: hidrokarbon, alkohol rantai panjang, sterol, kolesterol dan fitosterol (Minifie, 1989). Menurut SNI, bilangan tak tersabunkan lemak kakao maksimum 0,35 %. Bilangan tak tersabunkan juga merupakan indikasi adanya penambahan bahan-bahan asing pada lemak kakao, semakin tinggi nilai bilangan tak tersabunkan menandakan tingkat kemurnian lemak kakao yang buruk. 8. Bilangan Peroksida Peroksida merupakan senyawa antara dalam rangkaian proses ketengikan. Proses “rancidity” minyak dan lemak disebabkan oleh peristiwa oksidasi. Menurut SNI, bilangan peroksida lemak kakao maksimal 4,0 meq peroksida/kg lemak. Bila jumlah senyawa peroksida dalam lemak semakin banyak menunjukkan lemak tersebut cepat menjadi rancid/tengik (Murdijati dan Supriyanto, 1988). Dengan demikian senyawa peroksida tidak dikehendaki dalam lemak atau bila ada, maka jumlahnya harus dibatasi dalam lemak. 9. Kadar Air Kadar air lemak kakao maksimum 0,2 %. Kadar air lemak kakao sangat berpengaruh terhadap daya simpan lemak kakao, karena menjadi faktor penting pertumbuhan mikroba pembusuk. Selain itu kadar air lemak kakao yang tinggi sangat dihindari karena dapat merusak konsistensi dan menyebabkan blooming pada lemak kakao. 10. Cemaran Logam Timbal (Pb) : maks. 0,5 mg/kg Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap manusia. Timbal (Pb) dapatmasuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Sebagian kecil Pb diekskresikan melalui urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein dansebagian lainnya lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut. Kadmium (Cd) : maks. 0,5 mg/kg Kadmium digunakan dalam industri sebagai bahan dalam pembuatan baterai, pigmen, pelapisan logam dan plastik. Jadi cemaran kadmium dapat berasal dari peralatan yang digunakan pada proses pengolahan lemak kakao. Kadmium dan senyawanya bersifat karsinogen dan bersifat racun kumulatif. Sebanyak 5% kadmium diserap melalui saluran pencernaan, dan terakumulasi dalam hati dan ginjal. Timah (Sn) : maks. 40,0 mg/kg Cemaran timah biasanya berasal dari peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan lemak kakao. Kadar timah maksimal 40,0 mg/kg karena timah dalam pangan diserap oleh usus halus kurang dari 5 %, sebagian dibuang melalui urin dan keringat. namun pada dosis akut dapat menyebabkan anoreksia, ataxia dan kelemahan otot, serta pembengkakan usus halus hingga kematian oleh karena itu kadar timah dalam lemak kakao tidak boleh lebih dari 40,0 mg/kg. 11. Cemaran arsen (As) : maks. 0,1 mg/kg Arsen biasanya terdapat pada pestisida yang digunakan pada saat pra panen. Konsentrasi arsen anorganik 300 µg/kg - 30.000 µg/kg dalam makanan atau minuman menyebabkan iritasi perut dan usus disertai dengan gejala mual, muntah dan diare. Jadi kandungan cemaran arsen dalam bahan pangan salah satunya lemak kakao yang diijinkan maksimal 0,1 mg/kg. II. Syarat Mutu Bubuk Kakao Berikut ini syarat mutu bubuk kakao menurut SNI 3747: 2013 :
Keterangan syarat mutu :
1. Keadaan bubuk kakao Bubuk kakao harus memiliki warna, bau, dan rasa yang khas kakao tanpa ada campuran atau kontaminasi warna, bau, dan rasa yang asing atau dari bahan lain. Apabila terdapat warna, bau, dan rasa asing akan berpengaruh pada produk akhir yang dibuat dari bubuk kakao. 2. Kehalusan Bubuk kakao yang lolos ayakan mesh 200 minimal harus 99,5 % (b/b), apabila kurang dari itu maka tingkat kehalusan bubuk kakao dianggap sedikit kasar / kasar dimana hal tersebut dapat mempengaruhi mutu akhir produk olahannya. Pada industri es krim dan pembuatan makanan seperti pudding, bubuk kakao kasar dapat menghasilkan spot-spot hitam yang terlihat jelas. Sedangkan penggunaan bubuk kakao yang kasar pada susu coklat dapat menimbulkan sedimentasi yang tidak diinginkan. 3. Kulit (shell) dihitung dari bahan kering bebas lemak Kulit (shell) pada bubuk kakao maks. 1,75% (b/b), apabila lebih dari itu maka akan berpengaruh pada tingkat kehalusan bubuk kakao yang mana akan berpengaruh juga pada produk olahannya. Dalam industri susu, persentase partikel-partikel kulit pada bubuk kakao tidak boleh terlalu tinggi, untuk mencegah partikel tersebut menyebabkan kerusakan pada peralatan ataupun mempercepat homogenizer menjadi aus. 4. Kadar air Kadar air yang diperbolehkan dalam bubuk kakao yaitu maksimal 5,0 % (b/b), apabila lebih dari itu maka akan berpengaruh pada mutu kakao dimana kakao akan mudah ditumbuhi kapang dan khamir sehingga memperpendek umur simpan dari bubuk kakao. Selain itu apabila kadar airmya tinggi maka bubuk kakao akan mudah menggumpal. 5. Kadar lemak Kadar lemak pada bubuk kakao berpengaruh terhadap warna dari bubuk coklat. Bubuk coklat dengan kadar lemak yang lebih tinggi biasanya memiliki warna yang lebih gelap dan flavor yang lebih ringan. Kadar lemak dalam bubuk kakao juga penting dalam hal nomenklatur, yaitu apakah produk akhir dapat dianggap sebagai ‘cokelat’ atau tidak. Di banyak negara, istilah ‘cokelat’ digunakan bagi produk yang memiliki persentase lemak kakao setidaknya 20% di dalam bubuk kakao. 6. Cemaran logam Timbal (Pb) : maks. 1,0mg/kg Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian khusus karena sifatnya yang toksik (beracun) terhadap manusia. Timbal (Pb) dapatmasuk ke dalam tubuh melalui konsumsi makanan, minuman, udara, air, serta debu yang tercemar Pb. Logam Pb tidak dibutuhkan oleh tubuh manusia sehingga bila makanan atau minuman tercemar Pb dikonsumsi, maka tubuh akan mengeluarkannya. Sebagian kecil Pb diekskresikan melalui urin atau feses karena sebagian terikat oleh protein dansebagian lainnya lagi terakumulasi dalam ginjal, hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut. Kadmium (Cd) : maks. 1,0 mg/kg Kadmium digunakan dalam industri sebagai bahan dalam pembuatan baterai, pigmen, pelapisan logam dan plastik. Jadi cemaran kadmium dapat berasal dari peralatan yang digunakan pada proses pengolahan bubuk kakao. Kadmium dan senyawanya bersifat karsinogen dan bersifat racun kumulatif. Sebanyak 5% kadmium diserap melalui saluran pencernaan, dan terakumulasi dalam hati dan ginjal. Timah (Sn) : maks. 40,0 mg/kg Cemaran timah biasanya berasal dari peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan bubuk kakao. Kadar timah maksimal 40,0 mg/kg karena timah dalam pangan diserap oleh usus halus kurang dari 5 %, sebagian dibuang melalui urin dan keringat. namun pada dosis akut dapat menyebabkan anoreksia, ataxia dan kelemahan otot, serta pembengkakan usus halus hingga kematian oleh karena itu kadar timah dalam bubuk kakao tidak boleh lebih dari 40,0 mg/kg Merkuri (Hg) : maks. 0,03mg/kg Merkuri biasanya terdapat pada air yang digunakan dalam proses pengolahan kakao. merkuri yang telah masuk ke dalam darah dapat dengan cepat menyebar ke organ tubuh lainnya termasuk otak dan ginjal. Karena efeknya yang sangat berbahaya bagi tubuh maka kadar merkuri dalam bubuk kakao maksimal hanya 0,03mg/kg. Cemaran arsen (As) : maks. 1,0 mg/kg Arsen biasanya terdapat pada pestisida yang digunakan pada saat pra panen. Konsentrasi arsen anorganik 300 µg/kg - 30.000 µg/kg dalam makanan atau minuman menyebabkan iritasi perut dan usus disertai dengan gejala mual, muntah dan diare. Jadi kandungan cemaran arsen dalam bahan pangan salah satunya bubuk kakao yang diijinkan maksimal 1,0 mg/kg. 8. Cemaran mikroba Angka Lempeng Total Prinsip dari angka lempeng total adalah menghitung pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofil setelah sampel makanan ditanam pada lempeng media yang sesuai dengan cara tuang kemudian dieramkan selama 24-48 jam pada suhu 35-37°C (Joko Wibowo Ristanto, 1989). Angka lempeng total bubuk kakao maksimal 5 x 103 koloni/g. Jadi semakin kecil angka lempeng total ini maka semakin baik kualitas bubuk kakao. Cemaran mikroba ( Eschericha coli) Pada SNI batas dari cemaran mikroba E.coli adalah < 3 APM/g. Jika lebih dari batas yang telah ditetapkan jika terkonsumsi dapat menyebabkan infeksi saluran urin, meningitis, dan diare. Tetapi E. coli dapat diatasi dengan cara penyimpanan dan pengolahan yang baik. Cemaran Mikroba ( Salmonella ) Telah ditetapkan standar cemaran Salmonella pada SNI kakao bubuk adalah negative/25g, yang berarti tidak boleh ada cemaran Salmonella pada bubuk kakao. Hal tersebut dikarenakan Salmonella dapat menyebabkan demam tifus. Tetapi bakteri Salmonella tidak dapat tumbuh pada suasana kering seperti kakao bubuk. Kapang Pada standar yang telah ditentukan pada SNI bubuk kakao yaitu maksimal 50 koloni/g. Jika pada penyimpanan tidak baik makan pertumbuhan kapang akan cepat karena sifat kapang yang aerob (membutuhkan oksigen). Jika kakao bubuk sudah ditumbuhi kapang dan menghasilkan spora maka tidak dapat dikonsumsi lagi. Karena spora pada kapang bersifat racun. Terdapat dua golongan keracunan pada kapang yaitu infeksi oleh kapang ( mikosis ) dan keracunan karena menelan hasil metabolisme beracun (toksin) dari kaoang (mikotoksikosis). Khamir Pada kakao bubuk telah ditentukan jumlah cemaran khamir yang terdapat pada kakao bubuk yaitu maksimal 50 koloni/g. Hampir sama dengan kapang khamir bersifat aerob. Tetapi persyaratan kelembaban khamir relative rendah disbanding oleh kapang. Dan beberapa stain menghasilkan okratoksi jika pada kopi dan coklat. DAFTAR PUSTAKA Rafael Remit Rinaldi. 2011. Sifat-sifat Fisik Asam Lemak Biji Kakao Lindak Dan Mulia Pada Berbagai Variasi Lama Pengukusan. ISSN No. 2087-6939 Vol. I No. 01-Januari 2011. Fakultas Pertanian Universitas Qualit. Lukman Junaidi. Pengaruh Perlakuan Suhu Ekstraksi Terhadap Karakteristik Mutu Lemak Kakao. Balai Besar Industri Agro. Jl. Ir. H. Juanda 11 Bogor. 16122. SNI 3747:2013. Kakao Bubuk. SNI 3748:2009. Lemak Kakao.