Anda di halaman 1dari 8

Analisis Produk Santan untuk Pengembangan Standar Nasional Produk Santan Indonesia

Santi Ariningsih, Reno Fitri Hasrini dan Ainun Khoiriyah

ANALISIS PRODUK SANTAN UNTUK PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL


PRODUK SANTAN INDONESIA

Analysis of Coconut Milk Products for Development of The National Standard of


Indonesian Coconut Milk Products

Santi Ariningsih, Reno Fitri Hasrini dan Ainun Khoiriyah

Balai Besar Industri Agro (BBIA), Kementerian Perindustrian


Jl. Ir. H. Juanda No. 11, Bogor 16122

E-mail: santi.ariningsih@yahoo.com

Abstrak

Perkembangan teknologi yang semakin pesat menyebabkan masyarakat mencari suatu bahan yang bersifat praktis
salah satunya yaitu pembuatan santan dalam bentuk siap pakai. Saat ini santan instan sudah banyak beredar di
pasaran di Indonesia, namun standar nasional yang ada belum mengatur diversifikasi produk santan tersebut. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik produk santan yang beredar di pasar dan menetapkan konsep
RSNI Produk santan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengkaji hasil analisis
parameter mutu produk santan serta membandingkannya dengan SNI 01-3816-1995 santan cair dan codex stan 240-
2003. Parameter mutu yang dianalisis adalah pH, kadar air, padatan total, lemak dan asam lemak bebas Hasil analisis
terhadap santan encer, santan, santan krim, santan konsentrat dan santan bubuk mempunyai kisaran nilai pH sebesar
4,70 – 5,51, kadar air santan bubuk 2,41%, padatan total sebesar 14,07 – 36,88%, lemak sebesar 10,50 – 37,03%,
asam lemak bebas 0,21 - 0,37%. Konsep RSNI Produk Santan yang diusulkan berdasarkan hasil analisis parameter
mutu produk santan dan dibandingkan dengan SNI 01-3816-1995 santan cair dan codex stan 240-2003 adalah pH
min. 5,9, kadar air maks. 5 % hanya dipersyaratkan untuk santan bubuk, padatan total untuk santan encer, santan,
santan krim dan santan konsentrat sebesar 6,6-12,6%; 12,7-25,3%; 25,4-37,3%; min. 37,4%, untuk santan bubuk tidak
ditetapkan, lemak untuk santan encer, santan, santan krim, santan konsentrat dan santan bubuk berturut-turut sebesar
5,0%; 10,0%; 20,0%; 29,0%; dan min. 30%. Asam lemak bebas untuk santan encer, santan, santan krim dan santan
konsentrat maks. 0,3 %, dan maks. 0,2% untuk santan bubuk.
Kata kunci: santan encer, santan, santan krim, santan konsentrat, santan bubuk

Abstract

Technological developments have led people to look for materials that are practical, one of which is making coconut
milk in a ready-to-use. Currently instant coconut milk has been widely circulating in the market in Indonesia, but the
existing national standards have not regulated the diversification of the coconut milk product. The aim of this study is to
understand the characteristics of coconut milk products circulating in the market and analyze it in order to develop the
concept RSNI for coconut milk products. The research method used in this study was to examine the results of the
analysis of the quality parameters of coconut milk products and compare them with SNI 01-3816-1995 liquid coconut
milk and codex stand 240-2003. The quality parameters analyzed were pH, water content, total solids, fat and free fatty
acids The results showed that light coconut milk, coconut milk, coconut cream, coconut cream concentrate, and coconut
cream powder had pH range of 4.70-5.51, water content of 2.41% for coconut cream powder, total solids of 14.07-
36.88%, fat of 10.50-37.03%, ffa of 0.21 to 0.37%. Based on the results of the analysis of coconut milk product quality
parameters and compared with SNI 01-3816-1995 liquid coconut milk and codex stand 240-2003, the concept of RSNI
for coconut milk products are minimal pH of 5,9, maximum water content of 5% is only required for coconut cream
concentrate, total solids for light coconut milk, coconut milk, coconut cream, coconut cream concentrate of 6.6-12.6%;
12.7-25.3%; 25.4-37.3%; min. 37.4%, but it is not determined for coconut cream powder, fat for light coconut milk,
coconut milk, coconut cream, coconut cream concentrate and coconut cream concentrate of 5.0%; 10.0%; 20.0%;
29.0%; min. 30%. ffa maximum for light coconut milk, coconut milk, coconut cream, and coconut cream concentrate of
0.3%, and maximum for coconut cream concentrate of. 0.2%.
Keywords: light coconut milk, coconut milk, coconut cream, coconut cream concentrate, coconut cream powder
Prosiding PPIS 2020 – Tangerang Selatan, 5 November 2020: Hal 231-238

1. PENDAHULUAN dilakukan pembuatan santan dalam bentuk siap


pakai, antara lain dibuat menjadi santan instan
Tanaman kelapa (Cocos nucifera) merupakan (Anggrahini, 1999). Di pasaran, tersedia santan
salah satu tanaman industri yang potensial dan instan atau siap saji dalam kemasan (kaleng, tetra
memiliki peranan penting baik dari segi nutrisi pak), santan beku serta santan bubuk. Santan
maupun segi ekonomi di Indonesia (Efendi, 2011). bubuk merupakan produk instan yang langsung
Banyaknya tanaman kelapa di Indonesia, digunakan atau dilarutkan dengan air sesuai
dimanfaatkan masyarakat salah satunya yaitu dengan kebutuhan (Prasetio, 2014).
menggunakan tanaman kelapa sebagai bahan Santan instan mempunyai masa simpan atau
baku pembuatan santan. Umumnya santan kadaluarsa lebih kurang selama 1 tahun.
diperoleh dengan mengekstrak buah kelapa yang Penggunaannya relatif mudah karena tinggal
telah diparut dengan atau tanpa penambahan air ditambahkan air panas (hangat) serta kualitasnya
sehingga menghasilkan cairan berwarna putih dapat diterima konsumen, walaupun tidak sebaik
(Wulandari, 2017). Santan kelapa dikategorikan kualitas santan yang dipersiapkan dalam rumah
sebagai emulsi minyak dalam air (Cahya & tangga dari kelapa segar (Soekopitojo, 2010).
Susanto, 2014). Santan merupakan bahan Saat ini santan instan sudah sangat banyak
makanan yang cepat rusak dan berbau tengik beredar di pasaran di Indonesia, namun standar
dalam beberapa jam (Palungkun, 2005), hal ini nasional yang ada belum mengatur diversifikasi
dikarenakan santan mempunyai kandungan air, produk santan yang beredar di pasaran. Oleh
lemak dan protein yang cukup tinggi (Srihari, et al., karena itu, untuk mendukung perkembangan dan
2010). diversifikasi produk santan yang beredar di
Santan kelapa merupakan bahan pangan pasaran, perlu disusun konsep RSNI Produk
yang digunakan oleh hampir semua rumah tangga santan. Parameter yang dijadikan syarat mutu
dan beberapa industri pangan. Kegunaan santan adalah pH, kadar air, padatan total, lemak dan
untuk berbagai kebutuhan dalam bidang pangan asam lemak bebas. Tujuan dari penelitian ini adalah
makin bertambah seiring dengan bertambahnya untuk mengetahui karakteristik produk santan yang
jumlah penduduk di Indonesia. Pemanfaatan beredar di pasar dan menetapkan konsep SNI
santan pada umumnya adalah untuk bahan Produk santan.
campuran masak dan pembuatan kue (Sukasih
dkk., 2009). 2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam masakan Indonesia, dikenal santan
kental dan santan encer yang dibedakan 2.1 Santan kelapa
berdasarkan kandungan airnya. Santan kental Sebagian produksi kelapa dikonsumsi dalam
biasanya digunakan untuk masakan Padang seperti bentuk segar, terutama dalam bentuk santan.
rendang misalnya, atau untuk kue-kue dan dessert. Santan merupakan cairan berwarna putih yang
Sedangkan santan encer biasanya untuk sayur diekstrak dari daging kelapa parut dengan cara
berkuah seperti sayur lodeh dan soto. pengepresan mekanis, dengan atau tanpa
Perubahan trend dalam mengonsumsi santan penambahan sejumlah air (Balasubramaniam dan
kelapa saat ini terjadi karena perubahan pola pikir Sihotang, 1979). Santan kelapa mempunyai kadar
masyarakat. Mengonsumsi santan kelapa yang air 86,41%, kadar lemak 10,22%, kadar protein
dibuat langsung dari buah kelapa sekarang ini 1,96% dan kadar karbohidrat 1,08% yang
dirasakan kurang efisien, karena pemerasan dikategorikan sebagai emulsi minyak dalam air
santan kelapa dengan cara tradisional atau dengan (Djatmiko, 1983). Lemak pada santan kelapa
tangan memerlukan banyak waktu dan tenaga. merupakan lemak dengan kelompok asam lemak
Santan kelapa yang dihasilkan pun memiliki jangka jenuh rantai medium (medium chain saturated fatty
waktu penyimpanan yang singkat atau mudah acids), yaitu asam laurat (C12:0) yang merupakan
rusak. Hal ini yang mendasari produk santan kelapa asam lemak utama dalam lemak kelapa serta asam
kemasan menjadi pilihan yang tepat (Tunjungsari, kaprat (C10:0), asam lemak lain dalam lemak
Haryono & Lestari, 2015). kelapa (Raghavendra dan Raghavarao, 2010).
Perkembangan teknologi yang semakin pesat Santan distabilisasi secara alamiah oleh
menyebabkan kecenderungan masyarakat mencari protein (globulin dan albumin) dan fosfolipida
sesuatu bahan yang bersifat praktis, mudah (Tangsuphoom & Coupland 2009). Dalam industri
penyediaan dan penggunaannya, serta mempunyai pangan, peran santan sangat penting baik sebagai
daya simpan yang lama. Oleh karena itu, telah

232
Analisis Produk Santan untuk Pengembangan Standar Nasional Produk Santan Indonesia
Santi Ariningsih, Reno Fitri Hasrini dan Ainun Khoiriyah

sumber gizi, penambahan aroma, cita rasa, flavour butiran emulsi sehingga butiran-butiran emulsi tidak
dan perbaikan tekstur bahan pangan hasil olahan. saling bercampur dan dapat terdispersi dengan
Santan merupakan emulsi minyak dalam air baik. Lapisan pelindung dari lipoprotein akan
dengan ukuran partikel rata-rata sebesar 0,001 mm menyebabkan emulsi minyak dalam air menjadi
(Rosario dan Punzalan, 1977), sedangkan menurut stabil (Chen and Dickinson, 1998). Santan kelapa
Hegenmaier (1980), diameter globula lemak santan secara alami mengandung protein yang berfungsi
berukuran antara 0,01 - 0,02 mm dan berwarna sebagai emulsifier alami (Narataruksa et al., 2010).
putih susu. Seperti halnya dengan semua Tetapi protein yang dikandung oleh santan amat
makroemulsi, emulsi santan relatif tidak stabil sedikit jika dibandingkan minyak yang harus
karena ukuran partikelnya relatif besar (lebih dari 1 ditutupinya, oleh karena itu sistem emulsi santan
mikron). Santan yang didiamkan beberapa saat (5- sulit menjadi stabil. kekurangan protein santan
10 jam) akan memisah menjadi dua fase, yaitu fase dapat ditambahkan bahan lain sehingga emulsi
kaya air (skim) pada bagian bawah dan fase kaya lebih stabil (Djatmiko,1980).
minyak (krim) pada bagian atas (Soekopitojo,
2010). 2.3 Santan bubuk
Santan segar mudah mengalami perubahan Santan bubuk dibuat dari santan yang sudah
bila tidak diawetkan. Oleh karena itu, saat ini telah diuapkan dan dikeringkan dengan suhu tinggi
dikembangkan pengolahannya menjadi santan dengan alat yang disebut dengan spray dryer,
pasta dan santan konsentrat yang berdaya simpan sehingga dihasilkan bubuk yang mudah larut jika
lebih lama. Balasubramaniam (1976) menyatakan terkena air. Spray dryer mengeringkan setiap
bahwa galaktomanan, fosfolipida dan protein dapat molekul air yang disemprotkan dan dipaparkan
berfungsi sebagai emulsifier (pemantap emulsi) dengan udara kering dan panas, sehingga molekul
pada santan. Sedangkan fosfolipida di samping air terbawa oleh udara dan padatan santan berupa
sebagai emulsifier, ternyata dapat menyebabkan bubuk jatuh ke dasar spray dryer. Santan bubuk
perubahan warna menjadi putih kecoklatan akibat merupakan olahan santan yang kadar airnya
oksidasi asam lemak tak jenuh. Santan pasta atau rendah karena adanya proses pengeringan dalam
krim kelapa adalah produk yang siap untuk pembuatannya, sehingga santan bubuk umur
dicampur pada pengolahan makanan-makanan simpannya lebih panjang bila dibandingkan dengan
tertentu. Bagi masyarakat perkotaan menggunakan santan yang berbentuk cair. Sebelum digunakan
krim kelapa merupakan cara yang sangat praktis. bubuk santan dilarutkan dengan air hingga
mendapatkan kekentalan yang diinginkan.
2.2 Emulsi santan Sifatnya mudah larut dalam air hangat.
Emulsi adalah suatu dispersi atau suspensi Umumnya, santan bubuk dibungkus dalam
suatu cairan dalam cairan yang lain, dimana kemasan alumunium. Santan bubuk memiliki
molekul-molekul kedua cairan tersebut tidak saling kelebihan yang lebih tahan lama jika dibandingkan
terbaur tetapi saling antagonistik (Winarno, 1992). dengan santan cair dikarenakan apabila tidak habis
Fase yang terdispersi disebut fase diskontinu atau sekali pakai maka dapat disimpan rapat dan
globula-globula sedangkan cairan pendispersi yang digunakan kembali (Kusumah, 2017).
mengelilingi globula-globula disebut fase kontinu
atau fase eksternal (Tranggono, dkk., 1989). 3. METODE PENELITIAN
Ada dua macam emulsi yaitu minyak dalam
air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Emulsi 3.1 Bahan
(M/A) terbentuk bila minyak merupakan fase yang Bahan yang digunakan adalah santan encer,
terdispersi dan air menjadi fase pendispersi, santan, santan krim, santan konsentrat dan santan
sedangkan emulsi (A/M) adalah sebaliknya. Faktor bubuk masing-masing berjumlah 5 sampel. Bahan-
yang berpengaruh terhadap kedua tipe tersebut bahan analisis seperti amonium hidroksida
adalah tipe emulsifier yang digunakan, proporsi (NH4OH) pekat, indikator fenolftalein 0,5 %, etil
kedua fase dan pembuatan emulsi (Brennan, 1976). alkohol 95 %, etil eter, petroleum eter. etanol 95%,
Santan adalah contoh emulsi minyak dalam air kalium hidroksida (KOH. Alat-alat analisis seperti
(Ranken and Kill, 1993). neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg, oven,
Santan memiliki sistem emulsi minyak dalam desikator, pemanas listrik, penangas air, cawan,
air yang distabilkan oleh protein yang terabsorbsi labu ektraksi (labu lemak Mojonnier), pipet
pada lapisan antara minyak dan air. Protein volumetric 25 mL, buret 10 mL, erlenmeyer 250 mL.
bersama lemak membentuk senyawa lipoprotein
yang menjadi lapisan pelindung pada butiran-

233
Prosiding PPIS 2020 – Tangerang Selatan, 5 November 2020: Hal 231-238

3.2 Metode Analisis 4.1 pH


Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus –
November 2019. Pengujian mutu dilakukan di Nilai pH santan encer, santan, santan krim, santan
Laboratorium Pengujian Balai Besar Industri Agro. konsentrat dan santan bubuk dapat dilihat pada
Parameter mutu yang dianalisis adalah pH, kadar Tabel 1 yaitu 4,7 ± 0,38; 4,86 ± 0,38; 5,45 ± 0,71;
air, total padatan, lemak dan asam lemak bebas. 5,51 ± 0,65; 5,29 ± 0,42. Data ini masih di bawah
Metode pH mengacu pada SNI ISO 1842, Produk syarat mutu pH pada Codex Stan 240-2003 yaitu
buah dan sayur – Penentuan pH. Kadar air min. 5,9. Namun konsep RSNI Produk santan
mengacu ISO 5537, Dried milk – Determination of mengusulkan mengikuti Codex sebagai standar
moisture content. Padatan total mengacu ke ISO internasional yaitu min. 5,9 (Tabel 2).
6731, Milk, Cream and Evaporated Milk – Nilai pH pada sampel santan kemasan yang
Determination of Total Solid Content (Reference beredar di pasaran cenderung dibawah syarat mutu
method). Lemak sesuai AOAC Official Method pH pada Codex stan. Rendahnya pH tersebut dapat
932.06 Fat in Milk Powder. Asam lemak bebas diakibatkan oleh aktivitas mikroorganisme yang
mengikuti metode AOCS Official Method Ca 5a-40, tumbuh cepat pada lingkungan yang sesuai dimana
Free Fatty Acids. mikroorganisme tersebut mengubah karbohidrat
dan turunannya menjadi alkohol dan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN karbondioksida sehingga memicu produksi asam
(Kailaku et al. 2012). Selain dipengaruhi oleh
Parameter mutu yang dianalisis untuk sampel aktivitas mikroba dalam santan, nilai pH juga
produk santan adalah pH, kadar air, padatan total, dipengaruhi oleh kandungan asam lemak bebas
lemak dan asam lemak bebas. Hasil analisis akan yang terdapat dalam santan.
dibandingkan dengan konsep RSNI Produk Santan, Nilai pH berkaitan dengan nilai asam dan nilai
SNI 01-3816-1995 Santan cair dan Codex Stan basa produk. Semakin kecil nilai pH maka semakin
240-2003 Standard for Aqueous Coconut Products asam produk, sebaliknya semakin tinggi nilai pH
Coconut Milk and Coconut Cream maka semakin basa produk. Santan bermutu baik
memiliki nilai pH netral. Jika nilai pH santan rendah,
dapat menjadi indikasi adanya kontaminasi
mikroba.

Tabel 1 Hasil uji analisa santan encer, santan, santan krim, santan konsentrat, dan santan bubuk

No Parameter Santan encer Santan Santan krim Santan Santan


konsentrat bubuk
1. pH 4,70 ± 0,38 4,86 ± 0,38 5,45 ± 0,71 5,51 ± 0,65 5,29 ± 0,42
2. Kadar air (%) TD 2,41 ± 0,32
3. Padatan total (%) 14,07 ± 1,17 24,33 ± 2,50 32,05 ± 2,43 36,88 ± 1,56 TD
4. Lemak (%) 10,50 ± 1,23 18,03 ± 1,80 23,20 ± 1,29 25,58 ± 0,57 37,03 ± 8,36
5. Asam lemak bebas (%) 0,33 ± 0,04 0,36 ± 0,05 0,37 ± 0,07 0,36 ± 0,10 0,21 ± 0,10
Keterangan: Rerata ± standar deviasi
TD = tidak dipersyaratkan

Tabel 2 Konsep RSNI Produk santan, SNI 01-3816-1995 santan cair dan codex stan 240-2003
No Parameter Konsep RSNI Produk santan SNI 01- Codex stan 240-2003
3816-1995
Santan Santan Santan Santan Santan Santan Light Coco Coco Coco
encer krim konsentrat bubuk cair coco nut nut nut
nut milk cream cream
milk conce
ntrate
1. pH Min 5,9 - 5,9 5,9 5,9 5,9
2. Kadar air TD Maks. Maks. 50 93,4 87,3 74,6 62,6
(%) 5
3. Padatan 6,6- 12,7- 25,4- Min. 37,4 TD - 6,6- 12,7- 25,4- Min.
total (%) 12,6 25,3 37,3 12,6 25,3 37,3 37,4
4. Lemak 5,0 10,0 20,0 29,0 Min. 30 Min. 30 5, 0 10,0 20,0 29,0
(%)

234
Analisis Produk Santan untuk Pengembangan Standar Nasional Produk Santan Indonesia
Santi Ariningsih, Reno Fitri Hasrini dan Ainun Khoiriyah

No Parameter Konsep RSNI Produk santan SNI 01- Codex stan 240-2003
3816-1995
Santan Santan Santan Santan Santan Santan Light Coco Coco Coco
encer krim konsentrat bubuk cair coco nut nut nut
nut milk cream cream
milk conce
ntrate
5. Asam Maks. 0,3 Maks. - - - - -
lemak 0,2
bebas (%)

Keterangan: TD = tidak dipersyaratkan

4.2 Kadar air produk santan padatan total yang ditentukan


Hasil analisa kadar air pada sampel santan mengikuti standar padatan total pada Codex stan.
bubuk yang beredar di pasar yaitu 2,41 ± 0,32. Selama pemanasan, kadar air dalam santan
Analisa kadar air dipersyaratkan hanya pada santan menguap sehingga menyebabkan padatan total
bubuk, karena kadar air merupakan salah satu menjadi meningkat. Selain itu menurut Anon (1984)
penentu apakah suatu produk dalam bentuk bubuk dalam Prihatini (2008) komponen utama
tahan lama disimpan atau tidak. Selain itu, kadar air karbohidrat dalam santan adalah sukrosa dan pati.
juga berpengaruh pada penampakan dan Pemanasan dapat menyebabkan terserapnya air ke
kecepatan larut bubuk dalam air (Srihari, et al., dalam granula pati. Jumlah gugus hidroksil yang
2010). Kisaran hasil analisa kadar air pada sampel besar pada pati menyebabkan air yang pada
santan bubuk tersebut hampir sama dengan syarat awalnya berada di luar granula dan bebas bergerak
kadar air dalam susu bubuk yaitu antara 2 – 4%. terserap ke dalam granula pati dan tidak bergerak
Kadar air santan bubuk yang rendah akan membuat bebas lagi.
santan memiliki kestabilan fisik dan kimiawi yang
baik bila disimpan dalam jangka waktu yang lama 4.4 Lemak
Kadar air dalam santan menunjukkan jumlah Hasil analisis lemak santan encer, santan,
air yang terdapat dalam santan. Kadar air santan krim, santan konsentrat dan santan bubuk
merupakan salah satu penentu keawetan suatu sebesar 10,50 ± 1,23 %; 18,03 ± 1,80 %; 23,20 ±
produk. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan air 1,29 %; 25,58 ± 0,57 %; 37,03 ± 8,36 % dapat dilihat
yang terdapat dalam produk untuk dapat digunakan pada Tabel 1. Nilai lemak pada santan encer,
oleh mikroorganisme. Kadar air santan kelapa santan dan santan krim lebih tinggi jika
bubuk yang rendah menjamin waktu simpan yang dibandingkan dengan syarat mutu lemak pada
lebih panjang dibandingkan codex stan yaitu sebesar 5,0%, 10,0% dan 20,0%.
dengan produk yang berkadar air tinggi. Sementara pada santan konsentrat, nilai lemak
Menurut Ketaren (1986) terdapatnya lebih rendah dibandingkan dengan syarat mutu
sejumlah air dalam minyak atau lemak dapat pada codex stan yaitu sebesar 29,0%. Namun pada
mengakibatkan terjadinya reaksi hidrolisis. yang konsep RSNI Produk santan mengusulkan lemak
menghasilkan asam lemak bebas (FFA). Asam mengikuti standar mutu lemak pada codex stan.
lemak, dihasilkan melalui reaksi hidrolisis yang Kadar lemak santan pada dasarnya
dapat disebabkan oleh sejumlah air, enzim ataupun dipengaruhi oleh daging buah kelapa itu sendiri.
aktivitas mikroorganisme. Semakin tinggi kadar air Semakin tua buah kelapa, semakin tinggi pula
dalam lemak, kemungkinan besar kadar asam kadar lemak yang terkandung di dalam buah.
lemak juga tinggi. Lemak merupakan salah satu komponen penting
dalam santan. Lemak yang terdapat dalam santan
4.3 Padatan total akan mempengaruhi parameter mutu santan
Padatan total pada santan encer, santan, lainnya seperti bilangan peroksida dan asam lemak
santan krim, dan santan konsentrat dapat dilihat bebas. Lemak pada santan merupakan lemak
pada Tabel 1 yaitu sebesar 14,07 ± 1,17%; 24,33 ± jenuh, namun dengan rantai medium (Raghavendra
2,50%; 32,05 ± 2,43%; 36,88 ± 1,56%, sedangkan dan Raghavarao, 2010). Lemak merupakan
untuk santan bubuk tidak dipersyaratkan. Data ini komponen santan yang membentuk emulsi. Kadar
masuk ke syarat mutu padatan total pada Codex lemak yang tinggi menyebabkan jumlah globula
stan 240-2003 yaitu 6,6-12,6%; 12,7-25,3%; 25,4- lemak semakin banyak, sehingga akan membentuk
37,3%; Min. 37,4%, sehingga untuk konsep RSNI

235
Prosiding PPIS 2020 – Tangerang Selatan, 5 November 2020: Hal 231-238

system emulsi minyak dalam air yang stabil krim dan santan konsentrat maks. 0,3 %, dan maks.
(Budianta, Harijono & Murtini, 2000). 0,2% untuk santan bubuk.

4.5 Asam lemak bebas UCAPAN TERIMA KASIH


Hasil analisis asam lemak bebas santan
encer, santan, santan krim, santan konsentrat dan Penulis mengucapkan terimakasih kepada Sub
santan bubuk sebesar 0,33 ± 0,04 %; 0,36 ± 0,05 Direktorat Industri Pengolahan Hasil Perkebunan,
%; 0,37 ± 0,07 %; 0,36 ± 0,10 %; 0,21 ± 0,10 % Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan
dapat dilihat pada Tabel 1. Untuk konsep RSNI Perikanan, Direktorat Jenderal Industri Agro,
Produk santan mengusulkan kadar asam lemak Kementerian Perindustrian yang telah mendanai
bebas maks. 0,3% untuk santan encer, santan, analisis produk santan ini. Tidak lupa penulis
santan krim dan santan konsentrat. Sementara mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ir.
untuk santan bubuk ditetapkan sebesar 0,2%. Hal Nurwidiani dan Ibu Ning Ima Arie Wardayanie,
ini mempertimbangkan bahwa dalam proses S.TP, MPharm.Sc atas bimbingannya dalam
pembuatan santan yang menggunakan panas penyusunan SNI Produk santan ini.
otomatis akan menaikkan kadar asam lemak bebas
pada produk. Kenaikan asam lemak bebas DAFTAR PUSTAKA
disebabkan oleh adanya proses hidrolisis lemak
yang kemudian terurai menjadi asam lemak dan Anggrahini, S. (1999). Pengaruh penambahan
gliserol (Sukasih et al., 2009). CMC dan kuning telur terhadap karakteristik
Asam lemak bebas merupakan salah satu santan instan. Prosiding seminar nasional
parameter mutu minyak dan lemak. Menurut Marina pangan. PAU UGM. Yogyakarta.
et al., (2008), asam lemak bebas merupakan hasil Anon. (1984). Coconut cream, raw. NDB no. 12115,
hidrolisis lemak yang akan menimbulkan bau tengik Nutrition Data Base. University of Minnesota,
pada santan. Hidrolisis ini dipacu oleh lipase yang USA.
secara alamiah ada pada bagian jaringan yang AOAC Official Method 932.06, Fat in Milk Powder.
mengandung minyak atau lemak (Song et al., Final Action.
2005). Aktivitas lipase dipengaruhi oleh berbagai AOCS. (2016). AOCS Official Method Ca 5a-40,
faktor antara lain adalah suhu. Free fatty acids in Official Methods and
Recommended Practices of the AOCS 7th
5. KESIMPULAN Edition, Urbana, Illinois.
Balasubramaniam, K. (1976).Polysaccharides of
Produk santan yang terdiri dari santan encer, the kernel of maturity and mature coconuts.
santan, santan krim, santan konsentrat dan santan Journal of Food Science. 41: 1.370-1.371.
bubuk mempunyai kisaran nilai pH sebesar 4,70– Balasubramaniam, K. & K. Sihotang. (1979).
5,51, kadar air santan bubuk 2,41%, padatan total Studies of coconut protein and its enzyme
sebesar 14,07–36,88%, kadar lemak sebesar activities. Journal of Food Science. 44(1): 62-65.
10,50–37,03%, dan kadar asam lemak bebas 0,21- Brennan, J. G., Butters, J. R., Cowell, N. D., & Lilly,
0,37%. Sedangkan SNI 3816-1995 Santan cair A. E. V. (1976). Food engineering
hanya mempunyai syarat mutu kadar air maks. 50% operations (No. Ed. 2). Applied Science
dan lemak min. 30%. Syarat mutu pH santan encer, Publishers Ltd.
santan, santan krim santan kosentrat dan santan Budianta, T. D. W., & Harijono, M. (2012). Pengaruh
bubuk belum memenuhi Codex dengan syarat mutu Penambahan Kuning Telur Dan
pH min. 5,9, sementara untuk syarat mutu yang lain, Maltodekstrin Terhadap Kemampuan
yaitu kadar air maks. 5 % hanya dipersyaratkan Pelarutan Kembali Dan Sifat Organoleptik
untuk santan bubuk, padatan total mengikuti Santan Bubuk Kelapa (Cocos nucifera
standar Codex stan 240-2003 untuk santan encer, L.). Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi, 1(2).
santan, santan krim dan santan konsentrat sebesar Cahya, F. & Susanto, W.H. (2014). Pengaruh pohon
6,6-12,6%; 12,7-25,3%; 25,4-37,3%; min. 37,4%, pasca sadap dan kematangan buah kelapa
untuk santan bubuk tidak ditetapkan, kadar lemak terhadap sifat fisik, kimia, organoleptik pasta
untuk santan encer, santan, santan krim, santan santan. Jurnal Pangan dan Agroindustri.
konsentrat dan santan bubuk berturut-turut sebesar 2(4): 249-258.
5,0%; 10,0%; 20,0%; 29,0%; min. 30%. Kadar asam Chen, J., & Dickinson, E. (1998). Viscoelastic
lemak bebas untuk santan encer, santan, santan properties of heat‐set whey protein emulsion
gels. Journal of Texture Studies, 29(3), 285-

236
Analisis Produk Santan untuk Pengembangan Standar Nasional Produk Santan Indonesia
Santi Ariningsih, Reno Fitri Hasrini dan Ainun Khoiriyah

304.CODEX. (2003). Codex standard for Prihatini, R.I. (2008). Analisa kecukupan panas
aqueous coconut products. Journal of Codex pada proses pasteurisasi santan. Fakultas
Stan. 240:1-4. Teknologi Pertanian IPB. Bogor.
Dewan Standar Nasional Indonesia. SNI-1-3816- Raghavendra, S. N., & Raghavarao, K. S. M. S.
1995. (1995). Santan cair. (2010). Effect of different treatments for the
Djatmiko, B. (1980). Pengolahan kelapa. Jurusan destabilization of coconut milk
Teknologi Industri. Fakultas Teknologi emulsion. Journal of food engineering, 97(3),
Pangan IPB. Bogor. 341-347.
Djatmiko, B. (1983). Pengolahan kelapa I. Jurusan Ranken & Kill. (1993). Food Industry’s Manual.
Teknologi Industri FATETA, IPB. Bogor. Kapitan Szabo Pub. USA.
Efendi, R. (2011). Kombinasi pemberian natrium Del Rosario, R. R., & Punzalan, G. C. (1977).
bisulfit (NaHSO3) dan pengurangan santan Quality control of coconut milk processing:
dalam pembuatan kelapa parut kering. emulsion stability studies. Philippine journal
SAGU. 10(1), 35-41. of coconut studies.
Hegenmaier, R. (1980). Coconut aqueous Soekopitojo, Soenar. (2010). Fungsionalitas
processing. University of San Carlos. Cebu santan. http://Pasta santan/index1.htm.
City. Philipina. Diakses tanggal 8 September 2020.
ISO 5537:2004, Dried Milk – Determination of Song, J. K., Han, J. J., & Rhee, J. S. (2005).
moisture content. Phospholipases: occurrence and production
ISO 6731:2010, Milk, cream and evaporated milk – in microorganisms, assay for high-throughput
Determination of total solid content screening, and gene discovery from natural
(Reference method). and man-made diversity. Journal of the
Kailaku, S.I., T. Hidayat & D.A Setiabudy. (2012). American Oil Chemists' Society, 82(10), 691-
Pengaruh kondisi homogenisasi terhadap 705.
karakteristik fisik dan mutu santan selama Srihari, E., FSri Lingganingrum, F., Hervita, R., &
penyimpanan. Jurnal Litri. 18(1): 31-39. Wijaya S, H. (2010). Pengaruh penambahan
Ketaren S. (1986). Pengantar teknologi minyak dan maltodekstrin pada pembuatan santan
lemak pangan. Jakarta: UI-Press. kelapa bubuk.
Kusumah, G.R.B. (2017). Pengaruh formula dan Sukasih, E., Prabawati, S., Hidayat, T., &
perbandingan bumbu serbuk dengan santan Rahayuningsih, M. (2009). Optimasi
serbuk terhadap karakteristik bumbu gulai kecukupan panas pada pasteurisasi santan
serbuk dengan metode foam-mat drying. dan pengaruhnya terhadap mutu santan
Program Studi Teknologi Pangan. Fakultas yang dihasilkan. J Pascapanen, 6(1), 34-42.
Teknik. Universitas Pasundan. Bandung. Tangsuphoom, N., & Coupland, J. N. (2009). Effect
Marina, A.M., Y.B.C. Man, S.A.H. Nazimah, & Amin. of surface-active stabilizers on the surface
(2008). Monitoring the Adulteration of Virgin properties of coconut milk emulsions. Food
Coconut Oil by Selected Vegetable Oils Hydrocolloids, 23(7), 1801-1809.
Using Differential Scanning Calorimetry. Tranggono. (1989). Bahan Tambahan Pangan.
Journal of Food Lipids 16: 50–61. PAU Pangan dan Gizi. UGM. Yogyakarta
Narataruksa, P., Pichitvittayakarn, W., Heggs, P. J., Tunjungsari, M., Haryono, D., & Lestari, D. A. H.
& Tia, S. (2010). Fouling behavior of coconut (2015). Kepuasan dan loyalitas konsumen
milk at pasteurization temperatures. Applied ibu rumah tangga dalam mengonsumsi
thermal engineering, 30(11-12), 1387-1395. santan Sun Kara di Kota Bandar
Palungkun, R. (2005). Aneka Produk Olahan Lampung. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 3(3).
Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta. Winarno, F.G. (2002). Kimia pangan dan gizi.
Prasetio, A. (2014). Pengaruh santan segar dan PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
santan instan terhadap mutu organoleptik Wulandari, N., Lestari, I., & Alfiani, N. (2017).
dan fisik rendang daging, Jurusan Teknologi Peningkatan Umur Simpan Produk Santan
Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Kelapa dengan Aplikasi Bahan Tambahan
Universitas Jember, Pangan dan Teknik Pasteurisasi. Jurnal
Mutu Pangan (Indonesian Journal of Food
Quality), 4(1), 30-37.

237
Prosiding PPIS 2020 – Tangerang Selatan, 5 November 2020: Hal 231-238

238

Anda mungkin juga menyukai