Latar Belakang
Sebagai salah satu bahan penyegar yang menjadi primadona, kopi
memiliki banyak kriteria yang akan menetukan tingkat mutu dan kualitasnya.
Kualitas kopi dapat menentukan posisi dan harga jualnya di pasaran. Oleh sebab
itu, minuman nomor satu ini selalu mendapatkan tempat khusus di pasar. Kopi
berkualitas tinggi memiliki pasar di kalangan atas, dan untuk kalangan menengah
serta bawah, kualitasnya dapat disesuaikan. Masyarakat mengonsumsi kopi dalam
keadaan hasil pengolahan dengan kondisi sudah siap untuk diseduh. Kopi yang
sekarang beredar di pasaran kebanyakan kopi dengan kadar kafein yang rendah
yakni yang sudah melalui proses dekafeinasi. Hasil olahan kopi pada dasarnya
adalah kopi bubuk dan kopi instan. Kedua hasil olahan kopi tersebut harus
mengalami pengolahan lanjutan agar dapat dikonsumsi dengan wajar dan nikmat.
Pengolahan lanjutan bisa dilakukan dengan memberi bahan tambahan sehingga
menambah citarasa kopi yang dibuat. Di kalangan masyarakat, pengolahan
lanjutan kopi yang berdar antara lain kopi tubruk kopi 3in1, dan kopi aneka rasa.
Hasil dari pengolahan lanjutan tersebut harus melalui pengujian kesukaan
(hedonik) apabila ingin diterima dipasaran. Pengujian tersebut dilakukan dengan
tujuan melihat seberapa besar penerimaan masyarakat terhadap kopi yang dibuat.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hasil dari olahan kopi dan
proses pengolahan kopi secara keseluruhan mulai dari sortasi sampai menjadi kopi
instan yang siap disajikan. Mengetahui proses dekafeinasi pada kopi. Melakukan
pengukuran kesukaan (uji hedonik) pada beberapa sampel kopi.
METODOLOGI
Metode
Kopi aneka rasa dibuat dengan cara menambahakan beberapa tetes flavor
pada gula, kemudian dihomogenkan. Setelah homogen, barulah kopi instan
dimasukan dan diikuti oleh creamer. Perbandingan antara kopi instan dan
creamer adalah 1:2. Campurkan semua bahan tersebut hingga homogen, maka
jadilah kopi anekla rasa. Kopi tubruk dibuat dengan cara mencampurkan kopi
bubuk dengan gula, sedangkan kopi 3in1 dibuat dengan mencampurkan kopi
instan atau pun kopi bubuk dengan gula dan flavor.
Hasil Pengamatan
(Terlampir)
Pembahasan
Hasil Olahan Kopi
Hasil olahan kopi pada umumnya hanyalah kopi bubuk dan kopi instan.
Namun, seiring perkembangan zaman dan teknologi, hasil olahan kopi menjadi
lebih beragam diantaranya terdapat inovasi kopi celup dan kopi blending
(campuran). Kopi bubuk merupakan hasil olahan kopi yang mengalami proses
pengolahan paling sederhana. Tahapan pengolahan kopi bubuk hanya mengalami
dua tahap yaitu penyangraian dan penggilingan (Najiyati dan Danarti 1997).
Pengolahannya dilakukan dengan penghancurkan atau penumbukan kopi yang
telah mengalami penyangraian dan kemudian dikemas. Pembuatan kopi bubuk
pada dasarnya dilakukan oleh para petani, penjual pengecer, industri kecil, dan
pabrik. Proses pembuatannya pun menggunakan alat-alat yang masih sederhana
dan hasilnya dikonsumsi sendiri atau dijual bila ada pesanan.
Kopi instan adalah kopi yang mudah larut dalam air dan tidak
meninggalkan serbuk. Kemudahan dalam penyeduhan kopi instan membuat
konsumsinya meningkat di kalangan masyarakat (Varnam dan Sutherland 1994).
Rendemen yang dihasilkan kopi instan 35-50%, sedangkan kopi bubuk sekitar
15% (Siswoputranto 1992). Secara umum, pengolahan kopi instan melalui tahap
penyangraian, penggilingan, ekstraksi, dan pengeringan. Kopi instan dibuat
dengan cara mengambil ekstrak dari kopi yang telah mengalami proses
kuadrat kelompok -807, dan jumlah kuadrat galat 1326731. Sehingga diperoleh
hasil F
hitung 0,001 dan F tabel 2,69 maka F hitung < F tabel. Artinya tidak ada
perbedaan nyata terhadap warna antara kopi aneka rasa kode 608, 321, 742, dan
523. Uji hedonik dengan parameter warna dari kopi instan dengan kode 642, 456,
391, dan 845 memperlihatkan hasil faktor koreksi 1206, jumlah kuadrat total
65548, jumlah kuadrat perlakuan 39, jumlah kuadrat kelompok -874, dan jumlah
kuadrat galat 66384. Sehingga diperoleh hasil F hitung 0,012 dan F tabel 2,69
maka F hitung < F tabel. Artinya tidak ada perbedaan nyata terhadap warna antara
kopi instan kode 642, 456, 391, dan 845.
PENUTUP
Simpulan
Hasil olahan kopi pada dasarnya adalah kopi bubuk dan kopi instan.
Namun, semakin majunya teknologi banyak varian baru dari hasil olahan kopi
antara lain kopi celup dan kopi campuran (blending). Kopi bubuk merupakan
produk hasil olahan kopi paling sederhana. Kopi instan merupakan produk hasil
olahan kopi yang tidak meninggalkan serbuk saat diseduh atau dilarutkan dalam
air karena kelarutannya tinggi. Kopi celup merupakan hasil pengolahanlanjut dari
kopi instan yang berbentuk seperi halnya teh celup. Kopi celup memungkinkan
konsumemn mengonsumsi kopi tanpa harus khawatir dengan serbuk sisa yang
biasa dihasilkan kopi bubuk apabila diseduh. Kopi campuran merupakan produk
olahan kopi yang diberi bahan tambahan lain seperti jagung untuk meningkatkan
citarasa.
Proses pengolahan kopi cara basah yang penting yakni penyangraian
(roasting), penggilingan (grinding), ekstraksi, dan aromatisasi. Penyangraian
bertujuan untuk menurunkan kadar air, menghasilkan warna, dan menimbulkan
aroma pada kopi. Penggilingan dilakukan dengan tujuan mengecilkan ukuran kopi
sehingga aroma dan rasa pada kopi semakin kuat saat diseduh karena semua
bahan atau komponen yang ada pada kopi ikut larut dalam air. Ekstraksi kopi
dilakukan untuk menghasilkan kopi instan dengan tujuan mengurangi kadar
kafein pada kopi namun tetap menjaga aroma dan rasa kopi. Proses ekstraksi juga
melibatkan pengeringan yang mengakibatkan aroma kopi berkurang, maka
diperlukan proses aromatisasi untuk mengembalikan aroma pada kopi. Untuk
menghilangkan kandungan kafein pada kopi juga dapat dilakukan dengan proses
dekafeinasi. Dekafeinasi merupakan proses pengurangan kadar kafein dengan
menggunakan metilen klorida.
Perolehan data yang didapat dari uji yang dilakukan terhadap kopi yaitu
uji hedonic pada kopi tubruk, kopi instan, dan kopi aroma semua data
menunjukkan tidak ada beda nyata. Tidak ada beda nyata itu terlihat pada semua
parameter yaitu aroma, rasa, dan warna. Beda nyata terlihat ketika F hitung > F
tabel dan sebaliknya. Hasil dari kopi tubruk untuk parameter rasa F hitung 0,0155
dan F tabel 2,689. Hasil dari kopi aroma rasa terhadap parameter rasa F hitung
0,008 dan F tabel 2,69. Hasil dari kopi instan terhadap parameter rasa F hitung
0,028 dan F tabel 2,69. Hasil dari kopi tubruk terhadap parameter aroma F hitung
0,0255 dan F tabel 2,69. Hasil dari kopi aroma rasa terhadap parameter aroma F
hitung 0,0082 dan F tabel 2,69. Hasil dari kopi instan terhadap parameter aroma F
hitung 0,002 dan F tabel 2,69. Hasil dari kopi tubruk terhadap parameter warna F
hitung 0,003 dan F tabel 4,02. Hasil dari kopi aroma rasa terhadap parameter
warna F hitung 0,001 dan F tabel 2,69. Hasil dari kopi instan terhadap parameter
warna F hitung 0,012 dan F tabel 2,69.
Saran
Proses penyangraian kopi lebih dioptimalkan agar mendapatkan produk
olahan kopi yang lebih baik. Selain itu, formulasi pembuatan produk olahan kopi
sebaiknya hasil racikan mahasiswa untuk melatih mahasiswa dalam menciptakan
produk baru.
DAFTAR PUSTAKA
Belitz HD dan Grosch W. 1987. Food Chemistry. Berlin (DE): Heidelberg.
Charley H dan Weaver C. 1998. Coffea, Tea, Chocolate and Cocoa Foods. New
Jersey (USA): Ascientific Approach Merrice an Imprint of Prentice Hall,
Clarke RJ dan Macrae R. 1985. Coffee Technology (Volume 2). New York (US):
Elsevier Applied Science.
Najiyati S dan Danarti. 1997. Kopi Budidaya dan Penanganan Lepas Panen.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Ridwansyah. 2003. Pengolahan Kopi. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Siswoputranto PS. 1992. Kopi Internasional dan Nasional. Yogyakarta(ID):
Kanisius.
Varnam AH dan Sutherland JP. 1994. Beverages (Technology, Chemistry and
Microbiology). London (UK): Chapman and Hall.
LAMPIRAN