PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Kopi merupakan minuman yang terkenal di Indonesia tetapi juga terkenal di
seluruh dunia. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki bentuk bubuk maupun
seduhan yang memiliki aroma yang khas yang tidak dimiliki oleh bahan lainnya.
Belakangan ini kopi banyak dikonsumsi sebagai obat-obatan. Akan tetapi jika
mengkonsumsi kopi secara berlebihan dapat meningkatkan asam lambung,
menyebabkan ketegangan. Oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi kopi
sehingga aman dikonsumsi untuk masyarakat yang alergi kafein (Mulato, 2001).
Produk olahan kopi hilir terdiri dari kopi bubuk, kopi instan, kopi herbal,
dekafeinasi kopi dan lain-lain. Adanya produk hilir ini dapat meningkatkan
tingkat konsumsi kopi penduduk Indonesia yang masih tergolong rendah. Proses
pengolahan kopi instan (kopi tanpa ampas) meliputi kopi bubuk, pelarutan air
panas, penyaringan, pemanasan, kristalisasi, pengadukan, pendinginan, pengecilan
ukuran dan pengayakan. Pada pembuatan kopi minim kafein tahapannya meliputi
biji kopi, perebusan, pengeringan, penyangraian, pengecilan ukuran, dan
pengayakan.
Pengurangan kadar kafein (dekafeinasi) dalam kopi perlu dilakukan sampai
batas aman konsumsi kafein yaitu pada dosis 100-200 mg per hari. Sehingga kopi
hanya dapat dikonsumsi pada ambang batas aman konsumsi kafein yaitu 2 sampai
4 gelas per hari. Penurunan kadar kafein kopi dapat dilakukan dengan melakukan
proses dekafeinasi.
Dalam pengkonsumsiannya, agar kopi tersebut lebih mudah untuk dibuat
maka diperlukan produk kopi yang sudah dalam bentuk instan sehingga
masyarakat yang ingin meminumnya dapat membuat kopi dengan waktu yang
singkat, sehingga praktikum ini dilakukan untuk mengamati proses pembuatan
kopi instan (kopi tanpa ampas) dan kopi minim kafein (kopi dekafeinasi) dan
mengetahui segala proses-proses yang berpengaruh sehingga dapat dibandingkan
dengan kopi instan yang biasanya terjual dipasaran.
1.2.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara pembuatan kopi rendah kafein dan kopi instan atau
kopi tanpa ampas
2. Untuk mengetahui pengaruh proses pembuatan terhadap produk kopi rendah
kafein dan kopi instan tanpa ampas yang dihasilkan
Kopi merupakan sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan biji
tanaman kopi. Kopi digolongkan ke dalam famili Rubiaceae dengan genus Coffea.
Secara umum kopi hanya memiliki dua spesies yaitu Coffea arabica dan Coffea
robusta (Saputra E, 2008). Kopi digolongkan sebagai minuman psikostimulant
yang akan menyebabkan orang tetap terjaga, mengurangi kelelahan dan
memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi (Bhara L.A.M, 2009).
2.2. Jenis-Jenis Kopi
Dalam dunia perdagangan, dikenal beberapa kopi tetapi yang sering
dibudidayakan hanya kopi Robusta, Arabika dan Liberika. Penggolongan kopi
biasanya didasarkan pada spesiesnya, kecuali Robusta. Kopi Robusta bukan
merupakan nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa
spesies kopi terutama Coffea canephora (Najiyati dan Danarti, 1997).
2.2.1. Kopi Robusta
Jenis-jenis kopi Robusta adalah Quilou, Uganda dan Canephora (Najiyati
dan Danarti, 1997). Kopi Robusta digolongkan lebih rendah mutu citarasanya
dibandingkan dengan citarasa kopi Arabika. Hampir seluruh produksi kopi
Robusta di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan untuk mendapatkan rasa
lugas tidak boleh mengandung rasa-rasa asam dari hasil fermentasi. Kopi Robusta
memiliki kelebihan yaitu kekentalan lebih dan warna yang kuat (Siswoputranto,
1992).
2.2.2. Kopi Arabika
Kopi Arabika adalah kopi yang paling baik mutu cita rasanya, tandatandanya adalah biji picak dan daun hijau tua dan berombak-ombak (Botanical,
2010). Jenis-jenis kopi yang termasuk dalam golongan Arabika adalah Abesinia,
Pasumah, Marago dan Congensis (Najiyati dan Danarti, 1997)
Kopi instan merupakan kopi yang bersifat mudah larut dengan air (soluble)
tanpa meninggalkan serbuk. Pengolahan kopi instan yang esensial berupa
produksi ekstrak kopi melalui tahap proses penyangraian (roasting). Kopi sangrai
yang masih melalui tahapan: ekstraksi, penggilingan (grinding), drying
(pengeringan) dan pengemasan. Kopi yang telah digiling, diekstrak dengan
menggunakan tekanan tertentu dan alat pengekstrak. Ekstraksi bertujuan untuk
memisahkan kopi dari ampasnya. Proses drying bertujuan untuk menambah daya
larut kopi terhadap air, sehingga kopi instan tidak meninggalkan endapan saat
diseduh dengan air (Ridwansyah, 2002). Kopi instan mempunyai kandungan
kafein sebesar 69-98 mg per sachet kopi dalam 150 ml air (Dollemore D. dan
Mark Giuliucci, 2001).
Pengolahan kopi instan (soluble coffee) sangat bergantung dari proses
sebelumnya. Pada tahap penggilingan biji-biji kopi yang berbeda ukuran,
partikelnya harus disesuaikan untuk menjamin efisiensi ekstrak. Hasil
penggilingan yang terlalu halus akan menggangu perjalanan cairan kopi pada
kolom ekstraksi, karena itu hasil penggilingan yang agak kasar dan seragam lebih
diinginkan (Ridwansyah, 2003).
Adapun standart mutu kopi instan pada tabel .1 dibawah ini yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1. Standart Mutu Kopi Instan
Komponen
Keadaan (bau dan rasa)
Kadar Air (maks)
Kadar Abu (maks)
Kealkalian dar abu (ml NaOH/100 g)
Kafein
Jumlah Gula (maks)
Padatan tidak larut air (maks)
Cemaran Logam:
Timbal (Pb) (maks)
Tembaga (Cu) (maks)
Arsen (As) (maks)
Mikrobiologi :
Kapang (maks)
Bakteri
(Sumber : Tobing, 2009)
Standart Mutu
Normal
4,5%
7-14%
80-140 ml
2-8,5
10%
0,25%
2 mg/kg
30 mg/kg
1 mg/kg
50 koloni/ gram
<300 koloni/gram
kemampuannya dalam melarutkan kafein sangat terbatas pada suhu rendah. Jika
digunakan suhu pelarut air yang tinggi pelarutan senyawa-senyawa pembentuk
cita rasa dan flavor dalam biji kopi tidak dapat dihindari (Mulato, 2004). Beberapa
keuntungan dengan menggunakan pelarut air yaitu :
1. rata-rata hasil ekstraksi cukup tinggi
2. kafein yang diperoleh lebih murni
3. penggunaan panas lebih rendah (Mulanto et al (2006))
2.4.
Kafein
Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit
yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan. Kafein
merupakan senyawa alkaloid yang bersifat merangsang. Kafein banyak memiliki
manfaat dan telah banyak digunakan dalam bidang obat-obatan dalam dunia
medis. Kafein dapat dibuat dari ekstrak kopi, teh dan cokelat. Kafein berfungsi
untuk merangsang aktivitas susunan saraf dan meningkatkan kerja jantung
sehingga jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan akan bersifat racun dengan
menghambat mekanisme susunan saraf manusia (Hodgson dan Levi, 1987).
Terlalu banyak kafeina dapat menyebabkan peracunan (intoksikasi) kafeina (yaitu
mabuk akibat kafeina).
Antara gejala penyakit ini ialah keresahan, kerisauan, insomnia, keriangan,
muka merah, kerap kencing (diuresis), dan masalah gastrointestial. Kafein
berbentuk kristal panjang, berwarna putih seperti sutra dan rasanya pahit. Di dalam
biji kopi kafein berfungsi sebagai unsur rasa dan aroma.
Wajan
Sutil
Neraca analitik
Piring
Wadah plastik
Sendok
Kompor
Mortal dan Alu
9. Gelas ukur
10. Ayakan 40 mesh
11. Blender
12. Saringan
13. Alat pengukus
14. Oven
15. Loyang
16. Panci
17. Kain saring
3.1.2. Bahan
1. Kopi bubuk Robusta
2. Kopi bubuk Arabika
3. Biji Kopi Robusta
4. Biji Kopi Arabika
5. Kopi instan arabika tanpa ampas komersil
6. Kopi instan robusta tanpa ampas komersil
7. Kopi arabika minim kafein komersil
8. Kopi robusta minim kafein komersil
9. Air
10. Gula
3.2. Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1. Pembuatan Kopi Instan (Kopi Tanpa Ampas)
200 gram kopi bubuk robusta dan arabika
Air
Pemanasan
Ampas
100 gram biji kopi robusta dan arabika (KA 12 13%) (1:5)
Pengamata
n
Kopi Arabika
Kopi
Arabika
Komersial
Robusta
(572)
(931)
(197)
200
200
294,78
207,98
t= 11 detik
t= 10 detik
t= 5 detik
t= 13 detik
24 putaran
7
19 putaran
7,5
12 putaran
6,5
27 putaran
7,5
Kopi
Kopi Arabika
Kopi
Arabika
Komersial
Robusta
(572)
(931)
(197)
52
52
65
56
73
69
57
65
44
45
47
45
Berat Awal
(gram)
Berat Akhir
(gram)
Daya Larut
Derajat Brix
Kopi
Kopi
Robusta
Komersial
(254)
Pengamatan
Warna
Aroma
Rasa
Keseluruhan
Kopi
Robusta
Komersial
(254)
82
84
69
76
Kopi Arabika
60 menit
30 menit
100,13
100,03
81,71
86,78
14,56 detik;
22,08 detik;
Kopi Robusta
60 menit
30 menit
100,07
100,08
81,7
81,17
22,06 detik; 13,09 detik;
11 putaran
3
23 putaran
3
22 putaran
2,5
10 putaran
2,5
Warna
Aroma
Rasa
Kesukaan Keseluruhan
A, 30'
A, 60'
R, 60'
R, 30'
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
Kopi Arabika
200
294,78
73,695%
Kopi Robusta
200
207, 98
51,995%
Kopi Arabika
60 menit
30 menit
100,13
100,03
81,71
86,78
81,60%
86,75%
Kopi Robusta
60 menit
30 menit
100,07
100,08
81,7
81,17
81,64%
81,11%
4.2. Pembahasan
4.2.1. Kopi Instan Tanpa Ampas
1. Rendemen
Hasil pengukuran nilai rendemen kopi dapat dilihat pada Gambar 1.
Rendemen
80
70
60
50
jumlah rendemen (%) 40
30
20
10
0
kopi arabika
kopi robusta
Derajat Brix
7.6
7.4
7.2
7
6.8
6.6
6.4
derajat brix 6.2
6
3. Daya larut
Hasil praktikum didapatkan bahwa pada daya larut kopi Arabika
menghasilkan waktu praktikum lebih lama dibandingkan dengan kopi yang
ada di pasaran. Proses aglomerasi dan proses pengecilan ukuran
mempengaruhi daya larut suatu kopi. Menurut Fang Chu (2012), aglomerasi
akan membasahi permukaan butiran kopi dengan uap, air ataupun minyak.
Aglomerasi merupakan proses pembesaran ukuran pada bahan awal yang
berupa serbuk halus kemudian saling bergabung satu sama lain sehingga
akan menghasilkan struktur agregat berpori yang berukuran jauh lebih besar
daripada bahan awal. Kelarutan kopi bubuk dapat dilihat dari keterbasahan,
kemampuan tenggelam dan penyebaran, sehingga setelah proses aglomerasi,
porositas bahan yang dihasilkan lebih tinggi dan mudah cepat larut dalam
air (Jinapong et.al, 2008).
4. Warna
Konsep warna secara organoleptik merupakan fenomena psikologik
yang merupakan hasil respon mata manusia terhadap rangsangan sinar
visible light pada panjang 380 770 nm (Soekarno, 1985). Nilai rata-rata
hasil uji oraganoleptik terhadap warna berkisar antara 2,2 sampai dengan
4,1. Hasil uji organoleptik terhadap warna kopi arabika P, arabika, Robusta
P, Robusta dapat dilihat pada gambar 1.
Warna
90
80
70
60
Total
50
40
30
20
10
0
Arabika P
Arabika
Robusta P
Robusta
Aroma
90
80
70
60
Total
50
40
30
20
10
0
Arabika P
Arabika
Robusta P
Robusta
ditemukan pada minuman seduh yang lain. Berikut adalah skor rata-rata
uji organoleptik terhadap rasa kopi dapat dilihat pada Gambar 6.
Rasa
80
70
60
50
Total
40
30
20
10
0
Arabika P
Arabika
Robusta P
Robusta
Keseluruhan
80
70
60
50
Total
40
30
20
10
0
Arabika P
Arabika
Robusta P
Robusta
Rendemen
88
86
84
82
Rendemen Kopi Minim Kafein
80
78
lebih baik. Selain itu, pada proses dekafeinasi, kelarutan kafein dalam air
dapat dipengaruhi oleh waktu dekafeinasi dan rasio antara biji kopi dan
pelarut yang digunakan. Makin rendah kandungan kafein dalam biji kopi,
maka kecepatan pelarutan kafein akan menurun karena posisi molekul
kafein terletak makin jauh dari permukaan biji kopi. Pengaruh energi panas
dapat menyebabkan ikatan tersebut terputus dan semakin lama akan
semakin banyak terbentuk kafein bebas sehingga mudah terlarut. Jumlah
senyawa kafein yang dapat diekstrak dari biji kopi tergantung pada lama
proses, suhu dan konsentrasi pelarut (Mulato et al., 2004)
3. Derajat Brix
Hasil praktikum Derajat Brix dapat diketahui bahwa kelarutan
dihasilkan pada kopi minim kafein Arabika dan Robusta pada Gambar 10.
Derajat Brix
3.1
3
2.9
2.8
2.7
2.6
2.5
2.4
2.3
2.2
4. Warna
Konsep warna secara organoleptik merupakan fenomena psikologik
yang merupakan hasil respon mata manusia terhadap rangsangan sinar
visible light pada panjang 380 770 nm (Soekarno, 1985). Nilai rata-rata
hasil uji organoleptik jenis kopi arabika dan robusta dengan perebusan 30
menit adalah 3 sedangkan pada uji organoleptik kopi arabika dan robusta
dengan perebusan 60 menit adalah 4. Hasil uji organoleptik terhadap warna
kopi arabika 60, arabika 30, Robusta 60, Robusta 30 dapat dilihat pada
gambar 11.
Warna
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
warna kopi minim kafein
1
0.5
0
5. Aroma
Aroma merupakan salah satu faktor penting bagi konsumen dalam
memilih produk makanan dan minuman yang disukai. Kriteria aroma kopi
diterapkan untuk menentukan aspek mutu melalui kesan ordo (bau) yang
diakibatkan oleh senyawa-senyawa yang timbul dari suatu bahan makanan
dan minuman. Nilai rata-rata hasil uji organoleptik aroma pada kopi arabika
30 dan 60 adalah 3 dan 4. Pada kopi robusta perebusan 60 dan 30 adalah
3 dan 3. Hasil uji organoleptik terhadap aroma kopi arabika 60, arabika 30,
Robusta 60, Robusta 30 dapat dilihat pada gambar 12.
Aroma
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Dengan adanya hal tersebut maka aroma yang terbentuk akibat hidrolisa
asam ketika proses penyangraian akan semakin tinggi.
6. Rasa
Rasa merupakan suatu kesan yang diterima melalui syaraf indera
pengecapan di lidah, sebagai hasil dari hadirnya senyawa-senyawa yang
larut dalam air. Kopi memiliki citarasa yang khas yang tidak dapat
ditemukan pada minuman seduh yang lain. Berikut adalah skor rata-rata
nilai uji organoleptik terhadap rasa kopi arabika 30, arabika 60, robusta
60 dan robusta 30, dapat dilihat pada Gambar 13.
Rasa
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Keseluruhan
Kesukaan keseluruhan Kopi Minim K afein
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembuatan kopi instan (kopi tanpa ampas) meliputi tahapan
penimbangan kopi bubuk arabika dan robusta, setelah itu plearutan dengan
air panas, penyaringan, pemanasan, kristalisasi, pengadukan hingga
mengental, pendinginan dan pengadukan, pengecilan ukuran, pengayakan
dan terakhir produk kopi tanpa ampas.
2. Proses pembuatan kopi minim kafein (water decaffeination) meliputi
tahapan
penimbahan
biji
kopi
arabika
dan
robusta,
perebusan,
DAFTAR PUSTAKA
Bhara L. A. M. 2009. Pengaruh Pemberian Kopi Dosis Bertingkat Per Oral 30
Hari terhadap Gambaran Histology Hepar Tikus Wistar.
Semarang.Universitas Diponegoro, Fakultas Kedokteran.
Botanical, 2008. Coffea Canephora. http://info@ico.org/botanical.asp.
Damanik, J.E. 2010. Studi Pengaruh Konsentrasi Margarin dan Lama
Penyangraian Terhadap Mutu Kopi Instan Secara Mikroenkapsulasi.
Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara
Dollemore D. dan Mark Giuliucci, 2001. Pengaruh Kopi terhadap Asam Urat.
Penerjemah : Alex Tri Kantjono Widodo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Fang Chu, Y. 2012. Coffee Emerging Health Effects and Disease Prevention. New
Delhi, India.
Hodgson, E., and Levi, 1987. Modern Toxicology. Elseiver Science Publishing
Co. Inc, New York.
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Rendemen =
berat akhir
x 100
berat awal
Rendemen=
294,78
x 100 =73,695
400
Rendemen=
207,98
x 100 =51,995
400
Rendemen=
81,71
x 100 =81,60
100,13
Rendemen=
86,78
x 100 =86,75
100,03
Rendemen=
81,7
x 100 =81,64
100,07
Rendemen=
81,17
x 100 =81,11
100,08
Dokumentasi
a. Kopi Tanpa Ampas
Pengecilanukuran
Pengayakandenganayakan 40 mesh
PenimbanganBiji Kopi
Pengecilan ukuran
Pengayakan