Fakultas Teknik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Makanan adalah hasil dari proses pengolahan suatu bahan pangan yang dapat diperoleh dari hasil pertanian, perkebunan, perikanan dan adanya teknologi. Dalam kehidupan sehari-hari pangan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia. Seiring dengan perkembangan teknologi, produk pangan pun mengalami perkembangan, antara lain dari segi teknik pengolahan, pengawetan, pengemasan dan distribusinya. Kebanyakan produk pangan yang ada di pasaran telah dikemas sedemikian rupa sehingga mempermudah konsumen untuk mengenali serta membawanya. Secara umum, kemasan pangan merupakan bahan yang digunakan untuk mewadahi dan/atau membungkus pangan baik yang bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan pangan (Juwita, 2012). Selain untuk mewadahi atau membungkus pangan, kemasan pangan juga memiliki berbagai fungsi lain, salah satunya untuk menjaga pangan tetap bersih serta mencegah terjadinya kontaminasi atau kerusakan. Sehingga pengemesan ini dapat ditujukan untuk mengemas produk pangan hasil dari survey produk dan ide produk sebelumnya. 1.2 TUJUAN 1. Menentukan kemasan yang sesuai dengan produk pangan hasil dari survey pasar dan ide produk yang dihasilkan. 2. Menganalisa kemasan yang digunakan. 3. Membuat desain kemasan untuk produk pangan yang dihasilkan. 4. Menganalisa ketentuan label pangan terhadap produk yang dihasilkan. 1.3 MANFAAT 1. Mahasiswa dapat menentukan kemasan yang sesuai dengan produk pangan hasil dari survey pasar dan ide produk yang dihasilkan. 2. Mahasiswa dapat menganalisa kemasan yang digunakan. 3. Mahasiswa dapat membuat desain kemasan untuk produk pangan yang dihasilkan. 4. Mahasiswa dapat menganalisa ketentuan label pangan terhadap produk yang dihasilkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DASAR TEORI KEMASAN Packaging merupakan upaya manusia untuk mengumpulkan sesuatu yang berantakan kedalam satu wadah serta melindunginya dari gangguan cuaca (Widiatmoko dalam Dwi Arum, 2013). Kemasan (package) merupakan struktur yang telah direncanakan untuk mengemas bahan pangan baik dalam keadaan segar atau setelah mengalami pengolahan (Marlen, 2008). Kemasan adalah elemen dari lingkungan produk yang untuknya pemasar menanamkan uang lebih dari $50 miliar pertahun. Ada empat sasaran pengemasan yang dipertimbangkan, yaitu: - Kemasan harus melindungi produk di sepanjang perjalanannya melalui saluran distribusi hingga mencapai sasarannya. - Kemasan harus ekonomis dan tidak menambah biaya yang tidak dibutuhkan pada produk. - Kemasan harus memungkinkan konsumen menyimpan dan menggunakannya dengan mudah. - Kemasan secara efektif dapat digunakan untuk mempromosikan produk kepada konsumen (Peter dan Olson dalam Danang Sunyoto, 2013). Peranan pengemasan dalam pengawetan pangan adalah (Marlen, 2008): 1. Mempertahankan bahan dalam keadaan higienis 2. Mengurangi terbuangnya bahan selama distribusi 3. Mempertahankan gizi produk yang dikemas 4. Sebagai alat penakar, media informasi dan seekaligus sebagai sarana promosi Peranan ini dapat diperjelas dengan berfungsinya suatu kemasan dalam: melindungi bahan pangan dari kerusakan-kerusakan dan penguraian dan dapat mempermudah dalam pengangkutan/transportasi. Pemberian label dan dekorasi pada bagian luar kemasan memberikan kegunaan yang berarti bagi kemasan, yaitu untuk: a. Mengidentifikasi isi, jenis, dan jumlahnya b. Mengidentifikasi merek pembuatnya dan kualitas produk c. Menambah daya tarik konsumen untuk membeli d. Sebagai petunjuk bagi pembeli bagaimana seharusnya menggunakan produk yang bersangkutan (Marlen, 2008). Kemasan memberi perlindungan terhadap produk yang dikemas selama pengapalan, distribusi, penyimpanan dan pemasaran sehingga dapat diangkut ke tempat-tempat yang jauh dan disimpan untuk jangka waktu yang lama. Perlindungan diberikan terhadap: - Kerusakan kimia meliputi: a. Interaksi antara produk dan wadahnya b. Permeabilitas gas dan cairan/air c. Menguapnya cairan dan aroma - Kerusakan mikrobiologi biasanya diikuti oleh kerusakan kimia - Kerusakan fisik sering disebabkan oleh kesalahan penumpukan, akibat hentakan, goncangan, suhu, cahaya, dan gangguan dari serangga dan tikus. - Iklim sekitar, terutama temperatur dan kelembaban (Marlen, 2008). 2.2 ANALISA KEMASAN PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) (Nugraheni, 2018): 1. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe. 2. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya. 3. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas. 2.3 DESAIN KEMASAN Desain merupakan seluruh proses pemikiran dan perasaan yang akan menghasilkan sesuatu dengan menggabungkan fakta, konstruksi, fungsi dan estetik untuk memenuhi kebutuhan manusia. Desain adalah konsep pemecahan masalah rupa, warna, bahan, teknik, biaya, kegunaan dan pemakaian yang diungkapkan dalam gambar dan bentuk (Nugraheni, 2018). Penampilan baik dari kemasan dapat meningkatkan penjualan dari produk yang dikemas. Promosi dari produk sangat erat kaitannya dengan perilaku saingan dan perilaku konsumen. Banyak metode promosi yang dapat dilakukan seperti promosi melalui media massa, papan di jalanan, dan ini terutama dilakukan apabila produsen ingin memperkenalkan produk barunya. Setelah produk tersebut dikenal oleh konsumen, maka pengemasan produk memegang peranan yang penting (Nugraheni, 2018). Saat ini fungsi kemasan tidak hanya sebagai wadah untuk produk, tetapi sudah bergeser menjadi alat pemasaran. Pasar swalayan dan supermarket juga sudah berkembang dengan pesat, sehigga disain grafis pada kemasan produk juga semakin berkembang. Hal ini disebabkan karena pada pasar swalayan, kemasan dapat berfungsi sebagai wiraniaga diam yang dapat menjual suatu produk, dan perbedaan dalam bentuk dan dekorasi kemasan berpengaruh besar terhadap penjualan. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan desain kemasan adalah (Nugraheni, 2018): 1. Mampu menarik calon pembeli 2. Menampilkan produk yang siap jual 3. Informatif dan komunikatif 4. Menciptakan rasa butuh terhadap produk Unsur-unsur atau bahasa disain grafis yaitu bahasa visual atau bahasa symbol yang diungkapkan melalui bentuk, ilustrasi-ilustrasi, warna dan huruf (Nugraheni, 2018). 2.4 LABELING Label disebut juga etiket adalah tulisan, tag, gambar atau deskripsi lain yang tertulis, dicetak, distensil, diukir, dihias, atau dicantumkan dengan jalan apapun, pada wadah atau pengemas. Etiket tersebut harus cukup besar agar dapat menampung semua keterangan yang diperlukan mengenai produk dan tidak boleh mudah lepas, luntur atau lekang karena air, gosokan atau pengaruh sinar matahari (Nugraheni, 2018). Berdasarkan Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 yang dimaksud dengan label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Pada Bab IV Pasal 30-35 dari Undang- Undang ini diatur hal-hal yang berkaitan dengan pelabelan dan periklanan bahan pangan. Tujuan pelabelan pada kemasan adalah (Nugraheni, 2018): 1. Memberi informasi tentang isi produk yang diberi label tanpa harus membuka kemasan. 2. Sebagai sarana komunikasi antara produsen dan konsumen tentang hal-hal dari produk yang perlu diketahui oleh konsumen, terutama yang kasat mata atau yang tidak diketahui secara fisik. 3. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh fungsi produk yang optimum. 4. Sarana periklanan bagi konsumen. 5. Memberi rasa aman bagi konsumen. Informasi yang diberikan pada label tidak boleh menyesatkan konsumen. Pada label kemasan, khususnya untuk makanan dan minuman, sekurang- kurangnya dicantumkan hal-hal berikut (Undang-Undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan) (Nugraheni, 2018): a. Nama produk Disamping nama bahan pangannya, nama dagang juga dapat dicantumkan. Produk dalam negeri ditulis dalam bahasa Indonesia, dan dapat ditambahkan dalam bahasa Inggris bila perlu. Produk dari luar negeri boleh dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. b. Daftar bahan yang digunakan Ingradien penyusun produk termasuk bahan tambahan makanan yang digunakan harus dicantumkan secara lengkap. Urutannya dimulai dari yang terbanyak, kecuali untuk vitamin dan mineral. c. Berat bersih atau isi bersih Berat bersih dinyatakan dalam satuan metrik. Untuk makanan padat dinyatakan dengan satuan berat, sedangkan makanan cair dengan satuan volume. Untuk makanan semi padat atau kental dinyatakan dalam satuan volume atau berat. Untuk makanan padat dalam cairan dinyatakan dalam bobot tuntas. d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan ke dalam wilayah Indonesia Label harus mencantumkan nama dan alamat pabrik pembuat/ pengepak/importir. Untuk makanan impor harus dilengkapi dengan kode negara asal. Nama jalan tidak perlu dicantumkan apabila sudah tercantum dalam buku telepon. e. Keterangan tentang halal Pencantuman tulisan halal diatur oleh keputusan bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Agama Mo. 427/MENKES/SKB/VIII/1985. Makanan halal adalah makanan yang tidak mengandung unsur atau bahan yang terlarang/haram dan atau yang diolah menurut hukumhukum agama Islam. Produsen yang mencantumkan tulisan halal pada label/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap halalnya makanan tersebut bagi pemeluk agama Islam. Saat ini kehalalan suatu produk harus melalui suatu prosedur pengujian yang dilakukan oleh tim akreditasi oleh LP POM MUI, badan POM dan Departemen Agama. f. Tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa. Umur simpan produk pangan biasa dituliskan sebagai: - Best before date: produk masih dalam kondisi baik dan masih dapat dikonsumsi beberapa saat setelah tanggal yang tercantum terlewati. - Use by date: produk tidak dapat dikonsumsi, karena berbahaya bagi kesehatan manusia (produk yang sangat mudah rusak oleh mikroba) setelah tanggal yang tercantum terlewati. BAB III PEMBAHASAN 3.1 ANALISA KEMASAN 3.1.1 Nugget Tenggiri Daun Kelor a. Kemasan Primer Kemasan primer yang digunakan adalah kotak plastik jenis PP (polypropylene). Menurut Nugraheni (2018) angka 5 (PP/polypropylene) memiliki kakteristik lebih kuat, transparan yang tidak jernih atau berawan, ringan dengan daya tembus uap yang rendah, memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengilap. PP adalah jenis bahan plastik terbaik dan aman, terutama sebagai tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol susu untuk bayi, serta wadah plastik yang bisa dipanaskan dalam microwave. Seharusnya ikan yang sudah diolah kemasannya sama dengan pengemas daging masak/olah, yaitu biasa dikemas dengan plastik kedap gas dan uap air seperti PE/PVDC/PA atau PE/PET Sedangkan ikan beku dikemas dalam plastik HDPE atau LDPE (Nugraheni, 2018). Namun, karena tidak memiliki alat vacum, jadi menggunakan kotak plastik jenis PP (polypropylene). Menurut Nugraheni (2018) karakteristik kemasn plastik dari bahan polypropylene adalah transparan yang tidak jernih atau berawan tapi tembus cahaya, serta tahan terhadap bahan kimia, panas dan minyak.
Gambar 1. Kemasan Primer Makanan
b. Kemasan Sekunder Kemasan sekunder yang digunakan adalah plastik biasa. Kemasan ini digunakan untuk melapisi atau membungkus produk setelah kemasan primer. Penggunaan kemasan plastik ini disebabkan karena kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas (Nugraheni, 2018).
Gambar 2. Kemasan Sekunder Makanan
c. Kemasan Tersier Produk “Nugget Tenggiri Daun Kelor” ini tidak menggunakan kemasan tersier, karena pemasaran dan penjualan hanya dalam wilayah Kota Sumenep, sehingga tidak dibutuhkan kemasan tersier karena juga tidak melakukan pengangkutan atau distribusi produk dalam skala besar. 3.1.2 Lemon Peras Madu Kelengkeng a. Kemasan Primer Kemasan primer yang digunakan adalah botol plastik jenis PET (polyethylene terephthalate). Menurut Nugraheni (2018) angka 1 (PET/polyethylene terephthalate). Plastik jenis ini berwarna jernih atau transparan, dan banyak dipakai untuk botol air mineral, jus, dan hampir semua botol minuman ringan lain. Botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya sekali pakai. Dengan kata lain tidak disarankan dipakai berulang-ulang. Hal itu disebabkan beberapa hal, pertama, desain leher yang sempit pada botol membuatnya sulit dibersihkan. Sehingga bakteri dari tangan dan mulut dapat tumbuh di dalam botol. Kedua, bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air hangat atau panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (yang dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
Gambar 3. Kemasan Primer Minuman
b. Kemasan Sekunder Sama halnya dengan “Nugget Tenggiri Daun Kelor”, kemasan sekunder yang digunakan pada produk minuman ini adalah plastik biasa. Kemasan ini digunakan untuk melapisi atau membungkus produk setelah kemasan primer. Penggunaan kemasan plastik ini disebabkan karena kelebihan dari kemasan plastik yaitu ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan bersifat termoplastis (heat seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah. Kelemahan dari plastik karena adanya zat monomer dan molekul kecil dari plastik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan yang dikemas (Nugraheni, 2018).
Gambar 4. Kemasan Sekunder Minuman
c. Kemasan Tersier Produk “Lemon Peras Madu Kelengkeng” ini tidak menggunakan kemasan tersier, karena pemasaran dan penjualan hanya dalam wilayah Kota Sumenep, sehingga tidak dibutuhkan kemasan tersier karena juga tidak melakukan pengangkutan atau distribusi produk dalam skala besar. 3.2 DESAIN KEMASAN 3.2.1 Nugget Telor Daun Kelor
Gambar 5. Desain Kemasan Makanan
Warna kemasan merupakan hal pertama yang dilihat konsumen (eye catching) dan mungkin mempunyai pengaruh yang terbesar untuk menarik konsumen. Pengaruh utama dari warna adalah menciptakan reaksi psikologis dan fisiologis tertentu, yang dapat digunakan sebagai daya tarik dari disain kemasan. Sehubungan dengan kesan fisilogis atau psikologis maka ada dua golongan warna yang dikenal, yaitu (Nugraheni, 2018): 1. Warna panas (merah, jingga, kuning), dihubungkan dengan sifat spontan, meriah, terbuka, bergerak dan menggelisahkan), warna panas disebut extroverted colour. 2. Warna dingin (hijau, biru dan ungu), dihubungkan dengan sifat tertutup, sejuk, santai, penuh pertimbangan, sehingga disebut introverted colour. Kesan psikologis dan fisilogis dari masing-masing warna antara lain adalah: - Biru: dingin, martabat tinggi - Merah: berani, semangat, panas - Purple: keemasan, kekayaan - Oranye: kehangatan, enerjik - Hijau: alami, tenang - Putih: suci, bersih - Kuning: kehangatan - Coklat: manis, bermanfaat - Pink: lembut, kewanitaan Warna pada kemasan yaitu hijau dan putih, warna hijau dipilih karena menurut Nugraheni (2018) salah satunya memiliki arti alami yang melambangkan bahwa produk terbuat dari bahan-bahan alami, sedangkan putih memiliki arti bersih yang melambangkan bahwa produk merupakan produk yang aman dan bersih dalam hal pengolahan dan yang lainnya. Keterangan yang tertera pada kemasan yaitu nama produk, logo atau merek produk, klaim produk, komposisi, volume atau berat produk, tanggal pengemasan, tanggal umur simpan, nama dan alamat produsen serta contact person. 3.2.2 Lemon Peras Madu Kelengkeng
Gambar 6. Desain Kemasan Minuman
Warna pada kemasan yaitu kombinasi antara kuning dan coklat. Menuru Nugraheni (2018) warna kemasan dapat menunjukkan karakteristik produk yang dikemasnya, warna juga berhubungan erat dengan rasa makanan. Kuning memiliki arti asam, sedangkan coklat memiliki arti manis, sehingga cocok dengan rasa produk yaitu asam manis. Rasa asam berasal dari lemon segar, sedangkan rasa manis berasal dari madu dan kelengkeng. Keterangan yang tertera pada kemasan yaitu nama produk, logo atau merek produk, klaim produk, komposisi, volume atau berat produk, tanggal pengemasan, tanggal umur simpan, nama dan alamat produsen serta contact person. BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN 1. Kemasan primer yang digunakan pada Nugget Telor adalah kotak plastik jenis PP (polypropylene). Sedangkan kemasan primer yang digunakan pada minuman Lemper Maleng adalah botol plastik jenis PET (polyethylene terephthalate). Keduanya menggunakan plastik biasa tanpa desain kemasan untuk kemasan sekundernya, sedangkan pada kemasan tersier keduanya tidak menggunakannya, karena pemasaran dan penjualan hanya dalam wilayah Kota Sumenep sehingga pengangkutan barang hanya dalam skala kecil. 2. Karakteristik dari kemasan plastik jenis PP adalah lebih kuat, transparan yang tidak jernih atau berawan, ringan dengan daya tembus uap yang rendah, memiliki ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap. Sedangkan karakteristik kemasan plastic jenis PET adalah berwarna jernih atau transparan, dan banyak dipakai untuk botol air mineral, jus, dan hampir semua botol minuman ringan lain. Botol dengan bahan ini direkomendasikan hanya sekali pakai. 3. Keterangan yang tertera pada kemasan yaitu nama produk, logo atau merek produk, klaim produk, komposisi, volume atau berat produk, tanggal pengemasan, tanggal umur simpan, nama dan alamat produsen serta contact person. DAFTAR PUSTAKA Danang, S. (2013). Metodologi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT Refika Aditama Anggota Ikapi. Juwita, C. 2012. Kajian Karakteristik Edible film Berbasis Pati Ganyong (Canna edulis Kerr) yang Ditambah Plasticizer Sorbitol. Skripsi media.unpad.ac.id/thesis/240210/2008/240210080125_c_9740.pdf (diakses tanggal 29 Maret 2021) Marlen, H.S. 2008. Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan 2. Bandung: Widya Padjajaran. Nugraheni, M. 2018. Kemasan Pangan. Yogyakarta: Plantaxia. Sri Lestari, Dwi Arum, (2013). Redesign Kemasan Produk Makanan Ringan “Aneka Gorengan Super 2R”. Semarang: Tugas Akhir Universitas Negeri Semarang, hal 16-20. LAMPIRAN Kemasan primer Pengaplikasian desain Pengaplikasian deain makanan kemasan (samping) kemasan (atas)
Kemasan primer Pengaplikasian desain Kemasan sekunder