Oleh
Kelompok 5
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN
Kangkung merupakan salah satu sayuran yang telah dikenal dan dibudidayakan
secara luas di Indonesia, atau bahkan diseluruh dunia. Tanaman kangkung sangat
mudah dikenali, dengan ciri berupa perdu yang tumbuh tegak, batangnya tebal
berserat dan sukulen. Kangkung merupakan tanaman semusim dan berumur
pendek. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma,
Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung disebut
juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Kangkung selain
memiliki rasa yang enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi,
mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat
besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan (Sutarno, 1996).
Survei mengenai penanganan pascapanen pada petani, kami lakukan di Desa Jati
Mulyo, Lampung Selatan. Proses pascapanen yang dilakukan oleh petani, yaitu:
1. Panen kangkung dilakukan pada tanaman yang telah berumur 30 hari, dengan
cara mencabut kangkung. Setelah di cabut, akar kangkung dibersihkan dengan
cara dicuci menggunakan air dan kangkung diletakkan pada tempat yang
teduh..
2. Setelah itu, kangkung diikat dengan menggunakan tali. Dalam satu ikatan tali
terdapat 20-40 batang kangkung. Selanjutnya kangkung di kumpulkan dan
digulung dengan menggunakan karung dan dijual pada pengepul atau pedagang
pasar. Harga jual kangkung ditingkat petani masih sangat bervariasi antara Rp
500,00-Rp 2.000,00.
3. Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah kegiatan pemenuhan terhadap
tindakan grading yang mempunyai tujuan untuk memberikan nilai lebih atau
harga lebih tinggi untuk kualitas yang lebih baik. Standar yang digunakan
untuk pemilahan/ kriteria dari masing-masing kualitas tergantung dari
permintaan pasar. Standardisasi merupakan ketentuan mengenai kualitas atau
kondisi komoditas berikut kemasannya yang dibuat untuk kelancaran
pemasaran. Oleh karena itu dapat dimulai dengan membiasakan bekerja dengan
menetapkan kriteria mutu yang akan diacu guna memenuhi kebutuhan pasarnya
(Bambang, 2002).
Dapat dilihat secara jelas bahwa perbedaan perilaku konsumen dan tempat
pemasaran menentukan harga jual bagi suatu produk. Semakin nyaman tempat
pemasarannya, maka akan semakin tinggi harga produk tersebut.
III. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Cahyono, Ir. 2002. Teknik Budidaya dan Analisa Usahatani Kangkung.
Penerbit Kanisius. Yogyakarta.