Anda di halaman 1dari 19

METODE CAWAN AGAR UNTUK MENGHITUNG MIKROORGANISME

TANAH
(Laporan Praktikum Biologi dan Kesehatan Tanah)

Oleh
Niko Fernando
1414121172

LABORATORIUM BIOLOGI DAN KESEHATAN TANAH


JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasar ukuran tubuhnya fauna tanah dibagi menjadi 3, yaitu mikrofauna,
mesofauna, dan makrofauna. Mikrofauna berukuran 20-200 mikron, mesofauna
berkisar 200 mikron sampai dengan 1 cm, dan makrofauna >1 cm( Isnan dkk,
2014). Setiap biota tanah memiliki peranan yang berbeda, terutama karena ukuran
tubuhnya mempengaruhi perilaku makannya.
Fauna-fauna tanah melakukan metabolisme dalam kehidupannya. Setiap aktivitas
biota tanah, berkaitan dengan keberadaan bahan organik, sehingga sangat
berkaitan dengan kesuburan tanah. Cacing tanah akan mencabik-cabik seresah
sehingga akan menjadi lebih kecil, untuk dilanjutkan oleh biota lainnya. Proses
tersebut akan berjalan seterusnya hingga terjadi mineralisasi secara enzimatik oleh
mikrobiota. Dengan demikian, kesuburan tanah akan selalu terjaga.
Keberadaan mikrofauna tanah sangat penting. Hal tersebut karena
mikroorganismelah yang berperan dalam mineralisasi bahan organik. Aktivitas
tersebut membuat unsur hara tersedia bagi tanaman. Dekomposisi yang dilakukan
mikroorganisme melalui sistematika enzimatik. Bahan organik yang
didekomposisi, secara perlahan dan terus-menerus melepaskan unsur hara.
I.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut.

(1) mempelajari cara pembiakan mikroorganisme pada media buatan,


(2) mempelajari cara menghitung mikroorganisme pada cawan, dan
(3) menganalisis jumlah mikroorganisme yang terdapat pada tanah sampel.

(4) II. TINJAUAN PUSTAKA


(5)
(6)
(7) Fauna tanah merupakan salah satu komponen tanah. Kehidupan fauna tanah
sangat tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi
suatu jenis fauna tanah di suatu daerah sangat ditentukan oleh keadaan daerah
tersebut. Dengan perkataan lain keberadaan dan kepadatan populasi suatu
jenis fauna tanah di suatudaerah sangat tergantung dari faktor lingkungan,
yaitu lingkungan biotik dan lingkungan abiotik. Fauna tanah merupakan
bagian dari ekosistem tanah, oleh karenaitu dalam mempelajari ekologi fauna
tanah faktor fisika-kimia tanah selalu diukur (Suin, 1997).
(8) Berdasarkan kegiatan makannya hewan tanah itu ada yang bersifat
herbivora,dapravora, fungivora dan predator. Berdasarkan penelitian oleh
Damenerman pada 1925, ternyata hewan permukaan tanah yang paling tinggi
kepadatan populasinya adalah Hymenopetra yaitu famili Formiadae,dan
diikuti oleh Coleaptura, Oniscoidea, Myriapoda, danArachnida. Dari
hasilpenelitian Adianto di Jawa Barat dan Suharjono di Kalimantan,ternyata
hewan yang tertinggi kepadatan populasinya di lantai hutan adalah
Collembata, kemudian diikuti oleh Arachnida, Coleoptera, Hymenoptera,
dankelompok lainnya. Hewan dalam tanah yang tertinggi kepadatan
populasinya dari penelitian Adianto adalah Acarina, Collembata,
Hymenoptera, Symphyia, Diplura,dan Psocoptera (Sutedjo dkk., 1996).
(9) Di dalam tanah, masing-masing organisme mempunyai peran yang penting
dan saling berkesinambungan. Peran mereka terutama terkait dengan aliran
energi dan siklus unsur hara (Alexander, 1991). Jumlah fauna di dalam tanah
bervariasi berkisar sedikit hingga 106/gram tanah. Bersama akar tanaman,
mikrorganisme

(10)

dan fauna tanah membentuk komponen biota yang berperan penting dalam

proses biogeokimia (Wood, 1989).


(11)

Metoda yang digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme

bermacam-macam dengan tingkat ketelitian dan peruntukan yang berbeda.


Metoda pengenceran lempeng tuang, digunakan untuk mengetahui perkiraan
jumlah sel dengan anggapan satu koloni berasal dari satu sel. Enumerasi
dengan metoda ini memerlukan keterampilan dan kecerdasan yang sungguhsungguh (Nurhayati dan Pingkan, 1993).
(12)

Mikroba tanah dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada medium buatan.

Pertumbuhan suatu jenis mikroba dapat dikenali pada medium dengan substrat
khusus dan penggunaan zat penghambat. Jumlah mikroba yang tumbuh pada
medium tertentu tergambar oleh colony forming units (CFU) atau satuan
bentuk koloni. Teknik cawan pengenceran merupakan suatu cara yang biasa
digunakan untuk menghitung dan mempelajari populasi bakteri tanah yang
beragam dan perubahan kerapatan populasinya. Beberapa medium yang
banyak digunakan adalah agar ekstrak tanah (soil extract agar), trypticase soy
agar (TSA), dan nutrient agar (NA) (Hastuti, R.D., dan Ginting, R..C.B., Buku
Balittanah).
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

(22)

III. METODOLOGI PERCOBAAN


(23)
(24)

(25)

3.1 Alat dan Bahan

(26)
(27)

Peralatan yang digunakan pada praktikum ini tabung reksi, cawan petri,

autoklaf, pipet tetes, erlenmeyer, dan colony counter.


(28)

Bahan yang digunakan yaitu sampel tanah 10 g BB (7,5 g BK), aquades,

agar, Nacl, media PDA, dan media NA.


(29)
3.2 Prosedur Kerja
(30)
(31)

Prosedur kerja pada praktikum ini terdiri dari berbagai kegiatan, yaitu

sebagai berikut.
(32)
(33)

3.2.1 Pembuatan Seri Pengenceran

(34)
(35)

Prosedurnya adalah sebagai berikut.

(1) Dibuat larutan fisiologis dengan mencampurkan 8,5 g NaCl ke 1 liter aquades
dengan erlenmeyer.
(2) Diambil 90 ml larutan fidiologis tersebut.
(3) Disiapkan tabung reaksi 9 buah, dimasukkan 9 ml larutan fisiologis per
tabung reaksi.
(4) Erlenmeyer dan tabung reaksi diautoklaf selama 20 menit dengan suhu 1210
C.
(5) Didinginkan hingga suhu 42-45o C.
(6) Ditimbang 10 gram tanah sampel, dimasukkan ke erlenmeyer berisi larutan
fisiologis. Dikocok perlahan.

(7) Diambil 1 ml dan dimasukkan ke larutan fisiologis pada setiap tabung reaksi.
(8)
(9) 3.2.2 Isolasi Mikroorganisme
(10)
(11)
Prosedur kerjanya adalah sabagai berikut.
(1) Diambil 1 ml dari seri pengenceran 10-4-10-8 untuk isolasi bakteri dan seri
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

pengenceran 10-3-10-6 untuk isolasi fungi, dimasukkan ke cawan petri kosong.


Disiapkan cawan petri kosong 9 buah, dan diberi label.
Dituangkan media PDA untuk fungi, dan NA untuk bakteri secukupnya.
Ditunggu hingga media padat, setelah padat cawan petri dibalik.
Diinkubasi selama 1 minggu
Dihitung jumlah koloninya dengan colony counter.

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, diperoleh hasil yang

disajikan pada tabel-tabel berikut ini.


(18)
(19)
Jenis
Tan
ah

(26)
Tanah
Hut
an

(50)
Tanah
Ala
ngalan
g

(74)
Tanah

Tabel 1. Total perolehan populasi bakteri dan fungi per cawan


(20)
Tingkat
peng
ence
ran
(27)
10-3
(31)
10-4
(35)
10-5
(39)
10-6
(43)
10-7
(47)
10-8
(51)
10-3
(55)
10-4
(59)
10-5
(63)
10-6
(67)
10-7
(71)
10-8
(75)
10-3

(21)
Total
populasi 1 cawan
(24)
Bakteri

(25)
Fungi

(28)

(29)
38
(33)
33
(37)
39
(41)
21
(45)

(32)
39
(36)
46
(40)
32
(44)
40
(48)
42
(52)
(56)
21
(60)
52
(64)
13
(68)
14
(72)
0
(76)

(49)
(53)
100
(57)
16
(61)
27
(65)
24
(69)
(73)
(77)
37

keb
un
tana
ma
n
sem
usi
m

(98)
Tanah
terc
ema
r

(122)
Tanah
Uru
gan

(146)
Tanah
Per
keb
una
n

(79)
10-4
(83)
10-5
(87)
10-6
(91)
10-7
(95)
10-8
(99)
10-3
(103)
10-4
(107)
10-5
(111)
10-6
(115)
10-7
(119)
10-8
(123)
10-3
(127)
10-4
(131)
10-5
(135)
10-6
(139)
10-7
(143)
10-8
(147)
10-3
(151)
10-4
(155)
10-5
(159)

(80)
173
(84)
129
(88)
112
(92)
91
(96)
79
(100)
(104)
15
(108)
46
(112)
28
(116)
27
(120)
14
(124)
(128)
34
(132)
4
(136)
26
(140)
50
(144)
32
(148)
(152)
39
(156)
91
(160)

(81)
31
(85)
15
(89)
0
(93)
(97)
(101)
43
(105)
33
(109)
29
(113)
20
(117)
(121)
(125)
110
(129)
126
(133)
61
(137)
22
(141)
(145)
(149)
(153)
(157)
(161)

10-6
(163)
10-7
(167)
10-8

26
(164)
11
(168)
94

(165)
(169)

(170)
(171)
(172)

Tabel 2. Total bakteri dan fungi tiap jenis tanah


Jenis tanah

(177)
Tanah alangalang
(180)

(173)
(175)

Total populasi 1 gram


B
(176)
Fu
akteri
ngi
(178)
4.
(179)
89
224.267
8.667

(181)
(182)

4.2 Pembahasan

(183)
(184)

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa bakteri

terbanyak terdapat pada tanah kebun semusim, kemudian diikuti tanah


perkebunan. Hal tersebut memperlihatkan bahwa bakteri cenderung
Berbeda dengan bakteri, keberadaaan fungi justru pada tanah urugan,
kemudian diikuti tanah alang-alang.. Secara umum, koloni fungi terbanyak
ditemukan pada pengenceran yang terbesar. Sedangkan sebaran koloni
bakteri tidak/ kurang sesuai, karena pada pengenceran yang besar justru
koloni yang ditemukan lebih sedikit dibanding koloni pada pengenceran
tingkat rendah.
(185)

Bakteri merupakan organisme prokariotik bersel tunggal dengan

jumlah
(186)

kelompok paling banyak dan dijumpai di tiap ekosistem terestrial.

Walaupun ukurannya lebih kecil dibanding aktinomisetes dan jamur,


bakteri memiliki

(187)

kemampuan metabolik lebih beragam dan memegang peranan

penting
(188)

dalam pembentukan tanah, dekomposisi bahan organik, remediasi

tanah
(189)

tercemar, transformasi unsur hara, berintegrasi secara mutualistik

dengan tanaman, dan juga sebagai penyebab penyakit tanaman.


(190)

Untuk mengetahui jumlah mikroorganisme di dalam tanah, maka

dapat dilakukan metode agar cawan. Metode agar cawan biasa disebut juga
cawan pengenceran (dilution-plate atau dilution-count). Prinsip dasar
metode ini yaitu setiap sel mikroba yang hidup dalam suspensi tanah akan
berkembang dan membentuk suatu koloni dalam kondisi lingkungan yang
sesuai. Asumsi utama dari metode ini yaitu penyebaran contoh merata,
medium tumbuh cocok, dan tidak ada interaksi antara mikroba pada
medium.
(191)

Untuk menumbuhkan mikroba hasil pengenceran di dalam cawan

petri dapat dilakukan dengan metode sebar (spread plate count) atau
metode tuang (pour plate count). Metode tuang dilakukan dengan cara
menuang 20 ml medium steril dengan suhu kira-kira 45-500C di atas 1 ml
inokulum yang sudah dimasukkan ke dalam cawan petri steril. Selanjutnya
cawan petri tersebut digoyang berputar dengan tangan di atas permukaan
meja, lalu didinginkan hingga agar membeku. Beberapa medium yang
banyak digunakan yaitu agar ekstrak tanah (soil extract agar), trypticase
soy agar (TSA), dan nutrient agar (NA) (Hastuti dan Ginting).
(192)

Praktikum ini menggunakan metode tuang. Media PDA dan NA

dituangkan terhadap larutan tanah 1 ml, kemudian digoyang sehingga


homogen. Metode sebar dilakukan berbeda, yaitu media terlebih dahulu
dituang ke cawan petri. Setelah membeku, baru kemudian larutan tanah di

sebarkan di atas media tersebut. Dengan memperhatikan perbedaan


tersebut, maka dapat diduga bahwa metode terbaik yang dapat digunakan
yaitu metode tuang. Hal tersebut karena tanah yang juga dalam bentuk
ekstrak dapat homogen dengan media sebelum media membeku. Sehingga,
penyebaran koloni nantinya akan merata. Sedangkan metode sebar akan
memungkinkan tidak meratanya koloni yang terbentuk nantinya. Namun,
metode sebar menguntungkan dari sisi karena ekstrak tanah beraada di atas
media, sehingga mikroorganisme tak ada yang tertimbun media.

(193)

(194)

V. KESIMPULAN
(195)
(196)

(197)

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.


(1) Pembiakan mikroorganisme bakteri dengan media NA, sedangkan jamur
dengan media PDA, ekstrak tanah dituang dan dihomogenkan.
(2) Penghitungan mikroorganisme per gram pada setiap jenis tanah dilakukan
dengan cara mengalikan dengan fator pengenceran dibagi dengan berat kering
tanah.
(3) Jumlah mikroorganisme bakteri terbanyak ditanah sampel kebun tanaman
semusim, sedangkan fungi di tanah urugan.
(198)
(199)
(200)
(201)
(202)
(203)
(204)
(205)
(206)
(207)
(208)
(209)
(210)
(211)
(212)
(213)

(214)

DAFTAR PUSTAKA
(215)
(216)

(217) Alexander, M. 1991. Introduction to Soil Microbiology. Krieger Publishing


Company. Malabar, Florida. 37-48, 153-169 pp
(218) Evans, G.O. 1992. Priciples or Acarology. CAB International. Cambridge.
(219) Hanafiah, dkk. 2005. Biologi dan Kesuburan Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
(220) Handayanto dan Hairiah. 2009. Biologi Tanah (Landasan Pengelolaan
Tanah Sehat). Pustaka Adipura. Yogyakarta.
(221) Hastuti, R.D., dan Ginting, R..C.B. Enumerasi bakteri, cendawan, dan
actinimicetes. Buku Balittanah.
(222) Hassink, J. 1995. Density Fractions of Soil Macroorganic Matter and
Microbial Biomass as Predictors of C and N mineralization. Soil Biology
and Biochemistry 29, 1417-1426
(223) Johnston, D.E. 1982. Acari. In Parker, S.P. (ed.) Synopsis and Classification
of living organisms. McGraw-Hill. New York.
(224) Richards, B.N. 1989. The Microbiology of Terrestrial Ecosystems.
Longman. New York.
(225) Suin, N. M. 1997. Ekologi Fauna Tanah. Bumi Aksara. Jakarta.
(226) Sutedjo, dkk. 1996. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
(227) Wallwork, J.A. 1970. Ecology of Soil Animals. Mc Graw Flill. London.
Pp.283
(228) Wood, M. 1989. Soil Biology. Blackie and Son Ltd. London.
(229)
(230)
(231)
(232)
(233)

(234)
(235)
(236)
(237)
(238)
(239)
(240)
(241)
(242)
(243)

LAMPIRAN
(244)
(245)
(246)
(247)
(248)
(249)
(250)
(251)
(252)
(253)
(254)
(255)
(256)
(257)
(258)

(259)
(260)

PERHITUNGAN
(261)

(262)
(263)

Total Populasi (CFU) g-1 tanah kering = jumlah koloni x fp


BK tanah

(264)
(265)

Koloni bakteri

(266)

10-4 =

21 x 10.000
7,5

(267)

10-5 =

52 x 100.000
7,5

(268)

10-6 =

13 x 1000.000
7,5

(269)

10-7 =

14 x 10.000 .000
7,5

= 28.000

= 693.334

= 1.733.333

= 18.666.666

(270)
(271)

Koloni Fungi

(272)

10-3 =

100 x 1.000
7,5

= 13.333

(273)

10-4 =

16 x 10.000
7,5

= 21.333

(274)

10-5 =

27 x 100.000
7,5

(275)

10-6 =

24 x 1000.000
7,5

= 360.000

= 3.200.000

(276)
(277)

(278)

Anda mungkin juga menyukai