Anda di halaman 1dari 5

MEKANISME TERJADINYA EVAPORASI

Syarat Terjadinya Evaporasi


Sebelum mempelajari tentang bagaiman proses evaporasi berlangsung terlebih dahulu
harus diketahui syarat terjadinya evaporasi, yaitu :
1. Energi
Energi berperan sebagai pengendali utama pada proses evaporasi, tanpa adanya energi
evaporasi tak akan bisa berlangsung. Energi untuk evaporasi disebut juga panas latent
penguapan (latent heat of vapouration) dikenal dengan lambang E .
o E = besarnya E yg diperlukan utk merubah 1 g zat cair gas/uap
o E 1 g air

= 586 kal

o E 1 mm air = 54 55 gkal/ cm2


o E berasal dr :

Energi terdiri dari 2, yaitu:


ERM = energi primer
ATM/ energi adveksi (energi sekunder)
Berasal dari proses pergerakan udara karena adanya perbedaan suhu di udara dengan
suhu di permukaan yang mengalami evaporasi.

2. Diffusi
Proses pengangkutan uap air dari permukaan yang mengalami evaporasi ke atmosfir
diatasnya. Diffusi berlangsung dari tempat yg bertekanan uap besar menuju tempat yanh
bertekanan uap kecil .
3. Turbulensi
Proses pergerakan udara yang tidak beraturan. Proses ini berhubungan dengan kekasaran
permukan.Tanpa adanya ketiga syarat di atas, evaporasi tidak akan berlangsung.
Proses
Panas, yaitu energi, harus hadir untuk terjadinya penguapan. Ini adalah energi yang
memecah ikatan molekul air yang bergabung. Hal ini menjelaskan mengapa air menguap
dengan mudah saat mencapai titik didih daripada titik beku, tingkat penguapan sangat lambat.
Penguapan terjadi ketika tingkat penguapan lebih tinggi dari tingkat penguapan. Ketika
tingkat penguapan dan tingkat penguapan ini sama, saturasi terjadi. Tingkat kelembaban di
udara biasanya pada 100% selama saturasi. Kondensasi, yang merupakan kebalikan dari
penguapan, terjadi ketika jumlah udara yang jenuh didinginkan di luar titik embun. Titik
embun mengacu pada suhu di mana udara didinginkan di bawah tekanan terus menerus
sehingga menjadi jenuh penuh dengan air. Sebagai soal fakta penguapan ekstrak panas dari
atmosfer. Itu menjelaskan efek pendinginan yaitu penguapan air dari kulit pada tubuh
manusia.
Keseimbangan Energy
Untuk mengukur keseimbangan energy evaporasi yang terjadi dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus:
-

Permukaan basah : Rn = A + S + e

Permukaan kering : Rn = A + S

Keterangan:
Rn = radiasi neto
A/H = panas terasa = energi utka memanasi udara
S

= energi yg disimpan pd permukaan

= energi utk ev.

Jika jumlah Rn meningkat, maka nilai E meningkat. Makin banyak air yang berubah
semakin banyak pula gas/uap yang dihasilkan. Hal ini akan bersamaan dengan bertambahnya
energi yang tersimpan dalam uap air.
E ini tidak mempengaruhi suhu, karena E akan tetap berstatus sebagai E selama
dalam fase uap. Bila uap airtelah menjadi air, maka E akan memanas dan terasa. Bila tdk
ada air (pada permukaan kering), semua permukaan langsung terasa panas. Bila uap air di
udara banyak maka suhu menurun, karena sebagian Energi digunakan utk Evaporasi, (A + S)
berkurang. Sebagai imbangan dari proses Evapotranspirasi, uap air di udara sebagian akan
mengalami perubahan bentuk dari uap atau gas ke bentuk cair kembali. Proses ini disebut
kondensasi.
Kondensasi akan menghasilkan panas. Kondensasi membuat uap air di udara akan
berkurang. Penguapan yang terpacu pd siang hari dan kondensasi yg berlangsung pd malam
hari berlangsung terus menerus selama 24 jam. Nantinya konsentrasi uap air di udara akan
berfluktuasi terus dari waktu ke waktu.
Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi
Proses perubahan bentuk dari air menjadi uap air terjadi baik pada evaporasi maupun
evapotranspirasi. Penguapan dipengaruhi oleh kondisi klimatologi, yang meliputi : radiasi
matahari, temperatur udara, kelembaban udara, dan kecepatan angin. Untuk memperkirakan
besarnya penguapan yang terjadi diperlukan data-data tersebut. Beberapa instansi seperti
BMKG, Dinas Pengairan, dan Dinas Pertanian secara rutin melakukan pengukuran data
klimatologi.
1. Radiasi Matahari
Pada setiap perubahan bentuk zat; dari es menjadi air (pencairan), dari zat cair menjadi
gas (penguapan) dan dari es lengsung menjadi uap air (penyubliman) diperlukan panas laten
(laten heat). Panas laten untuk penguapan berasal dari radiasi matahari dan tanah. Radiasi
matahari merupakan sumber utama panas dan mempengaruhi jumlah evaporasi di atas
permukaan bumi, yang tergantung letak pada garis lintang dan musim.
Radiasi matahari di suatu lokasi bervariasi sepanjang tahun, yang tergantung pada letak
lokasi (garis lintang) dan deklinasi matahari. Pada bulan Desember kedudukan matahari
berada paling jauh di selatan, sementara pada bulan Juni kedudukan matahari berada palng
jauh di utara. daerah yang berada di belahan bumi selatan menerima radiasi maksimum
matahari pada bulan Desember, sementara radiasi terkecil pada bulan Juni, begitu pula

sebaliknya. Radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi juga dipengaruhi oleh
penutupan awan. Penutupan oleh awan dinyatakan dalam persentase dari lama penyinaran
matahari nyata terhadap lama penyinaran matahari yang mungkin terjadi.
2. Temperatur
Temperatur udara pada permukaan evaporasi sangat berpengaruh terhadap evaporasi.
Semakin tinggi temperatur semakin besar kemampuan udara untuk menyerap uap air. Selain
itu semakin tinggi temperatur, energi kinetik molekul air meningkat sehingga molekul air
semakin banyak yang berpindah ke lapis udara di atasnya dalam bentuk uap air. Oleh karena
itu di daerah beriklim tropis jumlah evaorasi lebih tinggi, di banding dengan daerah di kutub
(daerah beriklim dingin). Untuk variasi harian dan bulanan temperatur udara di Indonesia
relatif kecil.
3. Kelembaban Udara
Pada saat terjadi penguapan, tekanan udara pada lapisan udara tepat di atas permukaan air
lebih rendah di banding tekanan pada permukaan air. Perbedaan tekanan tersebut
menyebabkan terjadinya penguapan. Pada waktu penguapan terjadi, uap air bergabung
dengan udara di atas permukaan air, sehingga udara mengandung uap air.
Udara lembab merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Apabila jumlah uap air
yang masuk ke udara semakin banyak, tekanan uapnya juga semakin tinggi. Akibatnya
perbedaan tekanan uap semakin kecil, yang menyebabkan berkurangnya laju penguapan.
Apabila udara di atas permukaan air sudah jenuh uap air tekanan udara telah mencapai
tekanan uap jenuh, di mana pada saat itu penguapan terhenti. Kelembaban udara dinyatakan
dengan kelembaban relatif.
Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan perairan laut cukup luas,
mempunyai kelembaban udara tinggi. Kelembaban udara tergantung pada musim, di mana
nilainya tinggi pada musim penghujan dan berkurang pada musim kemarau. Di daerah pesisir
kelembaban udara akan lebih tinggi daripada di daerah pedalaman.
4. Kecepatan Angin
Penguapan yang terjadi menyebabkan udara di atas permukaan evaporasi menjadi lebih
lembab, sampai akhirnya udara menjadi jenuh terhadap uap air dan proses evaporasi terhenti.
Agar proses penguapan dapat berjalan terus lapisan udara yang telah jenuh tersebut harus
diganti dengan udara kering. Penggantian tersebut dapat terjadi apabila ada angin. Oleh

karena itu kecepatan angin merupakan faktor penting dalam evaporasi. Di daerah terbuka dan
banyak angin, penguapan akan lebih besar daripada di daerah yang terlindung dan udara
diam.
Untuk di negara Indonesia, kecepatan angin relatif rendah. Pada musim penghujan angin
dominan berasal dari barat laut yang membawa banyak uap air, sementara pada musim
kemarau angin berasal dari tenggara yang kering.

Anda mungkin juga menyukai