Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum

Ilmu Gulma dan Pengelolaannya

KOMPETISI GULMA

NAMA : A. DWIE MOCHAMMAD ABDUH

NIM : G111 15 541

KELAS :C

KELOMPOK : 23

ASISTEN : RISDAYATRI AULIA

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kompetisi diartikan sebagai perjuangan dua organisme atau lebih untuk

memperebutkan objek yang sama. Baik gulma maupun tanaman mempunyai

keperluan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal,

yaitu unsure hara, air, cahaya, bahan ruang tumbuh dan CO2. Persaingan terjadi

bila unsur-unsur penunjang pertumbuhan tersebut tidak tersedia dalam jumlah

yang cukup bagi keduanya. Persaingan antara gulma dengan tanaman adalah

persaingan interspesifik karena terjadi antar spesies tumbuhan yang berbeda,

sedangkan persaingan yang terjadi antar spesies tumbuhan yang sama merupakan

persaingan intra spesifik.

Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya pada

lahan budidaya pertanian dan dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya

sehingga berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman budidaya tersebut.

Tanaman budidaya yang tumbuh secara liar di lahan produksi yang diperuntukkan

untuk jenis tanaman lainnya juga digolongkan sebagai gulma. Kompetisi antara

gulma dan tanaman dapat berupa kompetisi antara tajuk dalam memanfaatkan

cahaya matahari dan/atau kompetisi antara sistem perakarannya dalam

memanfaatkan air dan unsur hara. Sangat sulit untuk mencegah pertumbuhan dan

perkembangan gulma pada area pembudidayaan tanaman, karena gulma memiliki

sifat-sifat, antara lain pertumbuhannya cepat, mempunyai daya saing yang kuat

dalam memperebutkan faktor-faktor kebutuhan hidupnya, mempunyai toleransi

yang besar terhadap kondisi lingkungan yang ekstrem, mempunyai daya


berkembang biak yang besar secara vegetatif dan atau generatif, alat

perkembangbiakannya mudah tersebar melalui angin, air, maupun binatang, dan

bijinya mempunyai sifat dormansi yang memungkinkannya untuk bertahan hidup

dalam kondisi yang kurang menguntungkan.

Tanaman inang merupakan tanaman lain yang menjadi tempat besembunyi,

tempat hidup dan tempat berkembangbiaknya hama dan penyakit yang dapat

membahayakan tanaman yang sedang dibudidayakan.

Berdasarkan uraian diatas mengenai gulma yang memiliki pengaruh pada

proses pertumbuhan tanaman yang di budidayakan, maka sangatlah penting

melakukan praktikum tentang kompetisi lahan untuk mengetahui pengaruh dan

teknik pengendalian gulma.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini untuk mengetahui pengaruh gulma terhadap

pertumbuhan kangkung serta untuk mangetahui teknik pengendaliannya.

Kegunaan dari praktikum ini sebagai bahan informasi bagi mahasiswa

maupun masyarakat mengenai pengaruh gulma terhadap tanaman kangkung serta

cara pengendaliannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki keberadaannya pada

lahan budidaya pertanian dan dapat berkompetisi dengan tanaman budidaya

sehingga berpotensi untuk menurunkan hasil tanaman budidaya tersebut. Gulma

merupakan vegetasi yang hidup bersama-sama dengan tanaman budidaya.

Kehadiran gulma sangat merugikan karena dapat berkompetisi dengan tanaman

budidaya dalam hal penyerapan air, hara, dan cahaya matahari. Beberapa gulma

mengeluarkan senyawa alelokimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan

perkembangan tanaman (Kavitha et al., 2012).

Gulma dapat diartikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia

karena tumbuh di tempat yang tidak diinginkan dan mempunyai pengaruh negatif

terhadap manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung. Keberadaan

gulma tidak dikehendaki karena gulma mempunyai daya kompetisi yang tinggi

(ruang, air, udara, unsur hara) terhadap tanaman yang dibudidayakan, sehingga

mengganggu pertumbuhan dan menurunkan kualitas dan kuantitas hasil panen

tanaman budidaya. Selain itu, gulma sering menjadi inang sementara dari penyakit

dan parasit tanaman dan menghambat kelancaran aktivitas pertanian. Gulma

merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi yang tidak

diinginkan manusia (Sukman dan Yakup, 2002).

2.2 Pengaruh Gulma Terhadap Tanaman


Kompetisi adalah interaksi antar individu yang muncul akibat kesamaan

kebutuhan akan sumber daya yang bersifat terbatas, sehingga membatasi


kemampuan bertahan (survival), pertumbuhan dan reproduksi individu, atau

dalam artian bahwa kompetisi merupakan interaksi antar individu yang berakibat

pada pengurangan kemampuan hidup mereka. Kompetisi dapat terjadi antar

individu (intraspesifik) dan antar individu pada satu spesies yang sama atau

interspesifik. Kompetisi dapat didefenisikan sebagai salah satu bentuk interaksi

antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia

terbatas pada lahan dan waktu sama yang menimbulkan dampak negatif terhadap

pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih. Sumber daya alam

tersebut, contohnya air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Naughhton,1973).

Bila terdapat dua spesies bergantung pada sumber tertentu dalam

lingkungannya, maka mereka saling bersaing untuk mendapatkan sumber tersebut

contohnya kompetisi antara gulma dengan tanaman budidaya. Yang paling sering

terjadi sumber yang diperebutkan adalah makanan, tetapi dapat pula hal-hal

seperti tempat berlindung, sumber air dan tempat yang disinari matahari. Semua

persyaratan ekologis suatu spesies merupakan relung ekologi spesies tersebut.

Tumbuhan juga selalu bersaing dengan tumbuhan lain untuk mendapatkan cahaya

matahari, tanah, air dan mineral. Untuk mendapatkannya terdapat banyak adaptasi

khusus yang dipakai oleh tumbuhan untuk mengurangi persaingan antar spesies

(Kimball, 1999).

Kehadiran gulma pada pertanaman akan menimbulkan kompetisi yang sangat

serius dalam mendapatkan air, hara, cahaya matahari dan tempat tumbuh,

dampaknya hasil tanaman tidak mampu menunjukkan potensi yang sebenarnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa besarnya pengaruh kompetisi dengan gulma
sangat ditentukan oleh lokasi atau kesuburan tanah, tanaman budidaya, jenis

gulma, tingkat kelembaban tanah, tingkat pengelolaan lahan, pupuk, stadia

tanaman, dan tingkat populasi gulmanya (Madkar dkk., 1986).

2.3 Teknik Budidaya Kangkung


Kangkung darat (Ipomoea reptana Poir) tergolong sayur yang sangat populer,

karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water

convovulus, Water spinach dan kangkung darat. Bagian tanaman kangkung yang

paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-

mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi,

mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat

besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan.

a. Benih/Bibit

Menurut Nazarudin (1998), menyebutkan kangkung darat diperbanyak dengan

biji, benih yang dibutuhkan untuk penanaman kangkung darat ialah 10kg/ha.

Biasanya untuk keperluan benih disisakan pertanaman kangkung darat sampai

berbuah.

b. Penanaman

Tanaman kangkung darat sebaiknya ditanam di musim penghujan. Ini di sebabkan

olehkebutuhan air pada kangkung tinggi, apalagi jika kangkung di tanam di lahan

kering. Tanah yang hendak ditanami kangkung darat sebaiknya diolah terlebih

dahulu, misal di cangkul sedalam 30 cm. Tambahkan pupuk kandang, lalu dibuat

bedengan dengan lebar 90-120cm yang panjangnya disesuaikan dengan kondisi di

lahan dan jarak antara antar bedengan ialah 30 cm (Nazarudin,1998).


c. Pemeliharaan

Menurut Suhaeni (2008), menyebutkan pada kangkungdarat perlu dilakukan

pemeliharaan yang lebih spesifik dibanding kangkung air, seperti pengairan

kangkung darat harus diperhatikan karena jika kekurangan air hujan maka pada

tanaman harus dilakukan penyiraman, hal ini baik dilakukan untuk peningkatan

produksi kangkung, selain itu juga harus dilakukan penyiangan pada rumput

rumput pengganggu tanaman.

d. Pemupukan

Bagi tanaman kangkung darat terdiri dari pupuk dasar yaitu pupuk kandang, yang

diberikan seminggu sebelum tanam (setelah selesai pembuatan bedengan). Selain

itu juga diberikan pupuk urea 200 kg/ha, seminggu setelah tanam, kemudian 2

minggu setelah tanam, TSP 200 kg/ha dan KCL 10 kg/ha, untuk pupuk buatan

biasa diberikan dengan cara guratan atau tugal (Suhaeni,2008).

e. Hama Penyakit

Menurut Nazarudin (1998), tanaman kangkung tidak teralu banyak musuhnya,

sekalipun terserang biasanya tidak parah, paling hanya sedikit sekali yang rusak.

Hama yang biasa mengganggu tanaman kangkung darat antara lain, ulat groyak

(Spodoptera litura) atau kutu daun (Myzus prsiceae), dengan gejala serangan daun

berlubang atau pinggirnya tidak merata akibat gigitan ulat sedangkan kangkung

yang diserang kutu daun akan menunjukkan pertumbuhan kerdil dan daun

melengkung. Dan untuk pengendalian dapat digunakan insektisida ambush 2

EC/Chmbush 50 EC dengan dosis 1-2 ml/air.


f. Panen

Kangkung darat bisa dipanen dengan cara memetik atau mencabut seluruh bagian

tanaman termasuk akar. Sistem pencabutan seluruh bagian dapat dilakukan saat

panjang tanaman sekitar 15-20 cm atau ketika tanaman sudah berumur 40 hari

setelah tanam (Nazarudin, 1998).

2.4 Teknik Pengendalian Gulma


Secara tradisional petani mengendalikan gulma dengan teknik pengolahan

tanah konvensional dan penyiangan dengan tangan. Pengolahan tanah

konvensional dilakukan dengan membajak, menyisir dan meratakan

tanah,menggunakan tenaga ternak dan mesin. Untuk menghemat biaya, pada

pertanaman kedua petani tidak mengolah tanah. Sebagian petani bahkan tidak

mengolah tanah sama sekali. Lahan disiapkan dengan mematikan gulma

menggunakan herbisida. Herbisida memiliki efektivitas yang beragam. Herbisida

berbahan aktif glifosat, paraquat, dan 2,4-D banyak digunakan petani, sehingga

banyak formulasi yang menggunakan bahan aktif tersebut. Glifosat yang

disemprotkan ke daun efektif mengendalikan gulma rumputan tahunan dan gulma

berdaun lebar tahunan, gulma rumput setahun, dan gulma berdaun lebar. Senyawa

glifosat sangat mobil, ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman ketika diaplikasi

pada daun, dan cepat terurai dalam tanah. Gejala keracunan berkembang lambat

dan terlihat 1-3 minggu setelah aplikasi (Klingman et al. 1975)

Pengendalian secara Terpadu Kepedulian terhadap lingkungan melahirkan

sistem pengelolaan terpadu gulma yang meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mempelajari interaksi

antara tanaman dan gulma, terutama kemampuan persaingan relatif dari tanaman
selama berbagai fase perkembangan gulma. Pengelolaan gulma harus dipadukan

dengan aspek budi daya, termasuk pengolahan tanah, pergiliran tanaman, dan

pengendalian gulma itu sendiri. Pengelolaan gulma terpadu merupakan konsep

yang mengutamakan pengendalian secara alami dengan menciptakan keadaan

lingkungan yang tidak menguntungkan bagi perkembangan gulma dan

meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma. Ada beberapa hal yang perlu

mendapat perhatian dalam pengendalian secara terpadu: (1) pengendalian gulma

secara langsung dilakukan dengan cara fisik, kimia, dan biologi, dan secara tidak

langsung melalui peningkatan daya saing tanaman melalui perbaikan teknik budi

daya, (2) memadukan cara-cara pengendalian tersebut, dan (3) analisis ekonomi

praktek pengendalian gulma (Rizal 2004).


BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum dilaksanakan di Lahan Percobaan Ex farm, Fakultas Pertanian,

Universitas Hasanuddin, Makassar. Pembuatan plot dilaksanakan pada hari jumat,

15 September 2017 pukul 16.00- selesai. Penanaman Tanaman Budidaya

(Kangkung) pada hari Sabtu, 16 september 2017 pukul 17.00-selesai.

3.2 Alat dan Bahan

Pada Praktikum Kompetisi Gulma, alat yang digunakan yaitu cangkul,

meteran, ember, penggaris dan alat tulis menulis. Adapun bahan yang digunakan

yaitu tali, patok, benih kangkung dan air.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Plot Pengamatan

Adapun prosedur kerja dari praktikum Pembuatan Plot Pengamatan adalah

sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Mengukur panjang dan lebar plot yang akan dibuat dengan ukuran 1m x1m.

3. Menancapkan patok pada ke empat sisi plot lalu memasang tali pada patok

tersebut.

4. Membersihkan gulma dan kotoran lain dari dalam plot.

5. Merapikan plot agar dapat dijadikan bedengan untuk menanam tanaman

budidaya yang akan diamati pertumbuhannya.


3.3.2 Penanaman Tanaman Kangkung

Adapun prosedur kerja dari praktikum Penanaman kangkung adalah

sebagaiberikut :

1. Menyiapkan Alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Menjenuhkan plot dengan air sebelum ditanami.

3. Membuat 6 larikan atau baris tanam pada plot.

4. Menaburkan benih bayam pada baris tanam kemudian ditutup kembali dengan

tanah.

5. Menyiram tanaman secara rutin.

6. Mengamati tinggi dan jumlah daun setiap pecan dengan mengambil 5 sampel

tanaman dalam satu baris.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Hasil Pembahasan
a. Parameter yang diamati (tanpa gulma)
Rata – rata pengamatan (MST)
Pengamatan Rata-rata
I II III IV
TT 0,5 5,6 16,5 20,8 11,1
JD 2 5 4 7 7
BK 10,7
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.

b. Parameter yang diamati (bergulma)


Rata – rata pengamatan (MST)
Pengamatan Rata-rata
I II III IV
TT 1,5 3,6 15,8 27,6 12,3
JD 2 5 5 6 5
BK - - - - 7,2
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2017.
4.2 Pembahasan

Dari hasil parameter yang diamati petakan tanpa gulma adalah tinggi tanaman

(TT) pada rata – rata pengamatan minggu pertama 0,5 cm, pengamatan kedua 5,6

cm, pengamatan ketiga 16,5 cm , pengamatan keempat 20,8 cm, dan memiliki

rata-rata keseluruhannya 11,1 cm. Kemudian pada jumlah daun (JD) rata-rata

pengamatan minggu pertama pertama 2 daun, pengamatan kedua 5 daun, ,

pengamatan minggu ketiga 4 daun, pengamatan keempat 7 daun, dan rata-rata

keseluruhan adalah 7. Sedangkan BK (berat kering ) tanaman kangkungnya

sebanyak 10,7.

Pada petakan yang bergulma didapatkan hasil tinggi tanaman (TT) pada rata

– rata pengamatan minggu pertama 1,5 cm, pengamatan kedua 3,6 cm,

pengamatan ketiga 15,8 cm , pengamatan keempat 27,6 cm, dan memiliki rata-

rata keseluruhannya 12,3 cm. Kemudian pada jumlah daun (JD) rata-rata
pengamatan minggu pertama pertama 2 daun, pengamatan kedua 5 daun, ,

pengamatan minggu ketiga 5 daun, pengamatan keempat 6 daun, dan rata-rata

keseluruhan adalah 5. Sedangkan rata-rata BK (berat kering ) sebesar 7,2 g.

Dari hasil kami ini menunjukan bahwa tanaman bergulma lebih bagus

pertumbuhannya di bandingkan yang tanpa gulma. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sastroutomo (2013), periode gulma merupakan ukuran daya kompetisi

relatif pada tanaman budidaya, Pada umumnya sebagian besar gulma semusim

mempunyai daya kompetisi yang rendah dibandingkan dengan tanaman panganya.

Perbedaan lama antara kedua periode yaitu periode bebas gulma dan periode

toleransi terhadap gulma punya implikasi yang sangat penting dalam memilih

cara-cara pengendlian gulmanya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yaitu

pemupukan dan pemberian air yang teratur memungkinkan kebutuhan unsur hara

antara tanaman budidaya dan gulma tercukupi sehingga tidak terjadi kompetisi

antara gulma dan tanaman budidayanya.


BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah adanya persaingan gulma dapat

mengurangi kemampuan tanaman untuk berproduksi dan meghambat

pertumbuhan tanaman. Persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman yang

kita usahakan di dalam menyerap unsur-unsur hara dan air dari dalam tanah, dan

penerimaan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, menimbulkan kerugian-

kerugian dalam produksi baik kualitas dan kuantitas.

5.2 Saran
Saran pada praktikum ini adalah pada saat menanam tanaman kangkung, benih

yang ditanam tidak terlalu dalam dan terlalu banyak pada satu baris karena akan

menghambat tanaman kangkung untuk tumbuh.


DAFTAR PUSTAKA

Kavitha, D., J. Prabhakaran, K. Arumugam. 2012. Phytotoxic effect of purple

nutsedge (Cyperus rotundus L.) on germination and growth of finger

millet (Eleusine coracana Gaertn.). IJRPBS. 3:615-619

Kimball. 1999. Biologi Jilid 3. Erlangga, Jakarta

Klingman, G.C., F.M. Ashton and L.J. Noordhoff. 1975. Weed Science:Principles

and Practices. John Wiley & Sons, New York, 431p.

Madkar, O.R., T. Kuntohartono, S. Mangoensoekardjo. 1986. Masalah Gulma dan

Pengendalian. HIGI. Bogor.

Naughhton.1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. UGM Press.Yogyakarta

Nazarudin, 1998.Budi Daya dan Pengturan Panen Sayuran Dataran Rendah. PT

Penebar Swadaya. Jakarta.

Rizal, A. 2004. Penentuan kehilangan hasil tanaman akibat gulma. Dalam: S.

Tjitrosemito, A.S. Tjitrosoedirdjo, dan I. Mawardi (Eds.) Prosiding

Konferensi Nasional XVI Himpunan Ilmu Gulma Indonesia, Bogor, 15-

17 Juli 2003. 2: 105-118.

Suheini, N. 2008.Petunjuk Praktis Bercocok Tanam Sayuran Daun. Bina Muda

Cipta Kreasi. Jakarta..

Sukman,Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.

Palembang : FAPERTA UNSRI.


LAMPIRAN
a. Tanpa Gulma

Pengamatan Minggu Pertama

Baris 1 T.T J.D Baris 2 T.T J.D


Tanaman 1 0,8 2 Tanaman 1 0,2 2
Tanaman 2 0,4 2 Tanaman 2 0,3 2
Tanaman 3 0,5 2 Tanaman 3 0,5 2
Tanaman 4 0,3 2 Tanaman 4 0,4 2
Tanaman 5 0,2 2 Tanaman 5 0,2 2

Baris 3 T.T J.D


Baris 4 T.T J.D
Tanaman 1 0,5 2
Tanaman 1 0,3 2
Tanaman 2 0,5 2
Tanaman 2 0,4 2
Tanaman 3 1 2
Tanaman 3 0,5 2
Tanaman 4 0,3 2
Tanaman 4 0,3 2
Tanaman 5 0,4 2
Tanaman 5 0,4 2

Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D


Tanaman 1 0,5 2 Tanaman 1 0,2 2
Tanaman 2 0,3 2 Tanaman 2 0,3 2
Tanaman 3 0,4 2 Tanaman 3 0,3 2
Tanaman 4 0,5 2 Tanaman 4 0,4 2
Tanaman 5 0,2 2 Tanaman 5 0,3 2
Pengamatan Minggu kedua

Baris 1 T.T J.D Baris 2 T.T J.D


Tanaman 1 4 5 Tanaman 1 4 5
Tanaman 2 3,5 4 Tanaman 2 4 5
Tanaman 3 3,9 5 Tanaman 3 5,8 5
Tanaman 4 3 4 Tanaman 4 7,4 5
Tanaman 5 2,4 4 Tanaman 5 5,4 5

Baris 3 T.T J.D


Baris 4 T.T J.D
Tanaman 1 5,5 5
Tanaman 1 3,3 3
Tanaman 2 6,3 5
Tanaman 2 3,8 4
Tanaman 3 6,1 6
Tanaman 3 4,4 4
Tanaman 4 5,9 5
Tanaman 4 4,4 6
Tanaman 5 7 6
Tanaman 5 5,5 6
Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D
Tanaman 1 3,4 4 Tanaman 1 3 5
Tanaman 2 6,3 6 Tanaman 2 3,5 4
Tanaman 3 4 4 Tanaman 3 4,5 5
Tanaman 4 3,5 4 Tanaman 4 2,3 4
Tanaman 5 6 6 Tanaman 5 4 5

Pengamatan Minggu Ketiga

Baris 1 T.T J.D Baris 2 T.T J.D


Tanaman 1 11 6 Tanaman 1 17 4
Tanaman 2 12 5 Tanaman 2 18 4
Tanaman 3 18 4 Tanaman 3 17 5
Tanaman 4 11 4 Tanaman 4 17 5
Tanaman 5 10 4 Tanaman 5 18 5

Baris 3 T.T J.D


Baris 4 T.T J.D
Tanaman 1 17 3
Tanaman 1 19 5
Tanaman 2 17 5
Tanaman 2 18 5
Tanaman 3 18 5
Tanaman 3 18 3
Tanaman 4 18 3
Tanaman 4 18 4
Tanaman 5 17 4
Tanaman 5 19 4

Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D


Tanaman 1 15 4 Tanaman 1 12 5
Tanaman 2 16 4 Tanaman 2 12 4
Tanaman 3 15 5 Tanaman 3 12 4
Tanaman 4 15 4 Tanaman 4 12 4
Tanaman 5 16 4 Tanaman 5 13 5

Pengamatan Minggu Keempat

Baris 1 T.T J.D Baris 2 T.T J.D


Tanaman 1 15 7 Tanaman 1 21 8
Tanaman 2 17 7 Tanaman 2 24 8
Tanaman 3 22 8 Tanaman 3 21 7
Tanaman 4 16 6 Tanaman 4 21 7
Tanaman 5 15 7 Tanaman 5 22 8
Baris 3 T.T J.D Baris 4 T.T J.D
Tanaman 1 21 6 Tanaman 1 23 7
Tanaman 2 21 7 Tanaman 2 21 6
Tanaman 3 23 7 Tanaman 3 21 7
Tanaman 4 23 6 Tanaman 4 21 7
Tanaman 5 21 5 Tanaman 5 22 7

Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D


Tanaman 1 19 7 Tanaman 1 16 6
Tanaman 2 20 6 Tanaman 2 16 5
Tanaman 3 19 7 Tanaman 3 18 6
Tanaman 4 19 7 Tanaman 4 18 6
Tanaman 5 20 7 Tanaman 5 17 5

b. Gulma

Pengamatan Minggu Pertama

Baris 1 T.T J.D Baris 2 T.T J.D


Tanaman 1 1,2 2 Tanaman 1 1 2
Tanaman 2 1 2 Tanaman 2 1 2
Tanaman 3 1,3 2 Tanaman 3 1,5 2
Tanaman 4 1,2 2 Tanaman 4 1,8 2
Tanaman 5 1 2 Tanaman 5 1 2

Baris 3 T.T J.D Baris 4 T.T J.D


Tanaman 1 1,7 2 Tanaman 1 1,8 2
Tanaman 2 2 2 Tanaman 2 1,8 2
Tanaman 3 1,4 2 Tanaman 3 1 2
Tanaman 4 1,4 2 Tanaman 4 1,3 2
Tanaman 5 1,4 2 Tanaman 5 1,5 2
Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D
Tanaman 1 2 2 Tanaman 1 1 2
Tanaman 2 1,9 2 Tanaman 2 1 2
Tanaman 3 2 2 Tanaman 3 1,1 2
Tanaman 4 1,6 2 Tanaman 4 1,1 2
Tanaman 5 1,8 2 Tanaman 5 1,3 2
Pengamatan Minggu Kedua
Baris 2 T.T J.D
Baris 1 T.T J.D
Tanaman 1 3 5
Tanaman 1 2,5 5
Tanaman 2 3 6
Tanaman 2 3 5
Tanaman 3 3,5 4
Tanaman 3 4 6
Tanaman 4 2,5 5
Tanaman 4 3,5 5
Tanaman 5 1 5
Tanaman 5 4,5 6
Baris 3 T.T J.D
Baris 4 T.T J.D
Tanaman 1 2,5 6
Tanaman 1 2,5 4
Tanaman 2 2 5
Tanaman 2 2,5 4
Tanaman 3 3,5 5
Tanaman 3 2,2 5
Tanaman 4 4 4
Tanaman 4 2,5 5
Tanaman 5 2,5 4
Tanaman 5 2,2 5

Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D


Tanaman 1 2,5 5 Tanaman 1 2,3 4
Tanaman 2 2,3 9 Tanaman 2 1,5 3
Tanaman 3 3 4 Tanaman 3 1,3 3
Tanaman 4 3 6 Tanaman 4 1,3 4
Tanaman 5 2,6 4 Tanaman 5 1,3 3
Pengamatan Minggu Ketiga
Baris 1 T.T J.D Baris 2 T.T J.D
Tanaman 1 9,5 6 Tanaman 1 13 5
Tanaman 2 14 5 Tanaman 2 15 6
Tanaman 3 13 5 Tanaman 3 6 4
Tanaman 4 7 6 Tanaman 4 9 5
Tanaman 5 10,5 5 Tanaman 5 8 6

Baris 3 T.T J.D


Baris 4 T.T J.D
Tanaman 1 17,5 6
Tanaman 1 25,5 4
Tanaman 2 19 5
Tanaman 2 20,2 6
Tanaman 3 24,5 5
Tanaman 3 20,8 6
Tanaman 4 23 8
Tanaman 4 21 5
Tanaman 5 9 4
Tanaman 5 19,2 5

Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D


Tanaman 1 18,7 5 Tanaman 1 12 5
Tanaman 2 17,5 5 Tanaman 2 14 5
Tanaman 3 16 5 Tanaman 3 10 4
Tanaman 4 24 6 Tanaman 4 12,9 5
Tanaman 5 21 5 Tanaman 5 4,8 3
Pengamatan Minggu Keempat
Baris 1 T.T J.D Baris 2 T.T J.D
Tanaman 1 33 6 Tanaman 1 26 9
Tanaman 2 20 7 Tanaman 2 30 6
Tanaman 3 32 6 Tanaman 3 30,4 6
Tanaman 4 28,5 7 Tanaman 4 14 5
Tanaman 5 32 6 Tanaman 5 27,5 6

Baris 3 T.T J.D


Baris 4 T.T J.D
Tanaman 1 30,5 6
Tanaman 1 33 6
Tanaman 2 28 6
Tanaman 2 32 6
Tanaman 3 33 5
Tanaman 3 28 6
Tanaman 4 23 5
Tanaman 4 34,5 6
Tanaman 5 21,5 6
Tanaman 5 28,5 9

Baris 5 T.T J.D Baris 6 T.T J.D


Tanaman 1 28 6 Tanaman 1 16 7
Tanaman 2 30 7 Tanaman 2 16 6
Tanaman 3 30 7 Tanaman 3 18 6
Tanaman 4 28,5 6 Tanaman 4 16,5 5
Tanaman 5 31 6 Tanaman 5 20 6
C. Berat kering bergulma

Baris Tanaman Ke- Berat Kering (g)


1 11,5
2 8,2
3 9,3
4 8,4

5 5,8

6 4,0

Anda mungkin juga menyukai