Anda di halaman 1dari 12

Laporan Praktikum

Ilmu Gulma dan Pengelolaannya

KOMPETISI GULMA

Nama : Nurul Hidayah

NIM : G11115526

Kelas :A

Kelompok :6

Asisten : Riska Fadilah

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam budidaya tanaman tidak terlepas dari masalah gulma. Sebelum tanam

selalu didahului dengan pekerjaan pembersihan lahan dari gulma, kemudian

pengolahan tanah dan selanjutnya penanaman. Gulma merugikan manusia dalam

keadaan, tempat dan waktu tertentu.Tetapi, pada prinsipnya, gulma merupakan

tumbuhan yang tidak dikehendaki tumbuh atau hidup di suatu tempat. Hal ini

disebabkan karena gulma biasanya tumbuhan tersebut dapat berkompetisi dengan

tanaman pokok yang dibudidayakan oleh manusia. Gulma dan tanaman budidaya

mengadakan kompetisi dalam rangka memenuhui kebutuhannya untuk tumbuh

dan berkembang.

Interaksi tanaman dengan gulma bersifat kompetisi. Terjadinya kompetisi

dikarenakan kedua jenis individu memiliki kebutuhan untuk hidup yang sama

pada suatu habitat. Tumbuhan membutuhkan unsur hara, air, udara, dan cahaya

matahari. Kompetisi yang terjadi di atas permukaan tanah adalah kompetisi yang

merebutkan udara dan cahaya matahari, sedangkan kompetisi di bawah

permukaan tanah memperebutkan air dan unsur hara. Apabila tanaman tersebut

kalah dalam kompetisinya dengan gulma, biasanya tumbuhnya kurang atau

terhambat pertumbuhannya, sehingga tidak mampu berproduksi dengan baik.

Pengaruh kepadatan gulma terhadap tanaman, semakin tinggi kepadatan

gulma semakin besar daya kompetitif gulma terhadap tanaman, yang ditunjukkan

semakin besar kehilangan hasilnya.


Semakin awal keberadaan gulma pada pertanaman semakin besar pula daya

kompetitif gulma terhadap tanaman. Demikian pula semakin lama keberadaan

gulma hidup bersam tanaman semakin besar daya kompetitif gulma.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum ilmu dan

pengelolaannya untuk mengetahui bagaimna persaingan atau kompetisi gulma

terhadap tanaman yang dibudidayakan.

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ilmu gulma dan teknik pengendaliannya megenai

kompetisi gulmaini ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana

persaingan antara gulma terhadap tanaman bayam, dan dampak yang ditimbulkan

gulma terhadap tanaman bayam, sehingga dapat dilakukan teknik pengendalian

gulma yang sesuai.

Kegunaan dari praktikum ini yaitu sebagai bahan referensi dan acuan bagi

mahasiswa yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai persaingan dan

pengaruh gulma terhadap tanaman.


BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gulma

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat, dan kondisi

yang tidak diinginkan manusia, gulma dapat diartikan sebagai tumbuhan yang

tidak dikehendaki manusia karena tumbuh di tempat yang tidak diinginkan dan

mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara langsung ataupun

tidak langsung. Keberadaan gulma tidak dikehendaki karena gulma mempunyai

daya kompetisi yang tinggi (ruang, air, udara, dan unsur hara) terhadap tanaman

yang dibudidayakan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan menurunkan

kualitas dan kuantitas hasil panen tanaman budidaya. Selain itu, gulma sering

menjadi inang sementara dari penyakit dan parasit tanaman dan menghambat

kelancaran aktivitas pertanian (Sukman dan Yakub, 2002).

Ditinjau dari segi ekologi gulma merupakan tumbuhan yang mudah

beradaptasi dan memiliki daya saing yang kuat dengan tanaman budidaya. Karena

gulma mempunyai sifat mudah beradaptasi dengan tempat lingkungan tumbuhnya

maka gulma memiliki beberapa sifat diantaranya mampu berkecambah dan

tumbuh pada kondisi zat hara dan air yang sedikit, dan mengalami dorman apabila

lingkungan kurang baik untuk pertumbuhannya, tumbuh dengan cepat dan

mempunyai pelipat gandaan yang relatif singkat apabila kondisi menguntungkan,

dapat mengurangi hasil tanaman budidaya dalam populasi sedikit, mampu

berbunga dan berbiji banyak, mampu tumbuh dan berkembang dengan cepat,

terutama yang berkembang biak secara vegetatif (sastroutomo, 1990).


Menurut Sastroutomo (1990), gulma memiliki definisi tertentu yang

didefinisi secara subjektif dan definisi ekologis yaitu :

1. Merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki manusia.

2. Semua tumbuhan selain tanaman budidayanya.

3. Tumbuhan yang masih belum diketahui manfaatnya.

4. Tumbuhan yang mempunyai pengaruh negatif terhadap manusia baik secara

langsung maupun tidak langsung.

5. Tumbuhan yang hidup di tempat yang tidak diinginkan.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuhnya salah tempat. Sebagai

tumbuhan, gulma selalu berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dan

berasosiasi dengan cara yang khas. Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh

pada setiap tempat yang berbeda-beda, mulai dari suatu tempat yang miskin

nutrisi sampai yang kaya akan nutrisi. Sifat inilah yang membedakan gulma

dengan tanaman yang dibudidayakan (Moenandir, 1990).

2.2 Pengaruh Guma Terhadap Tanaman (Persaingan)

Gulma terhadap pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman

budidaya. Persaingan tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi,

air, cahaya, ruang dan adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup

dengan lingkungannya baik di atas maupun di bawah tanah. Gulma terhadap

pertanaman merupakan tanaman pesaing bagi tanaman budidaya. Persaingan

tersebut bisa berupa persaingan untuk mendapatkan nutrisi, air, cahaya, ruang dan

adanya peristiwa allelopati. Gulma bersaing untuk hidup dengan lingkungannya

baik di atas maupun di bawah tanah (Moenandir, 1990).


Keberadaan gulma pada areal pertanaman budidaya dapat menimbulkan

kerugian baik dari segi kuantitas maupun kualitas produksi. Kerugian yang

ditimbulkan oleh gulma diantaranya penurunan hasil pertanian akibat persaingan

atau kompetisi dalam perolehan sumber daya (air, udara, unsur hara, dan ruang

hidup), menjadi inang hama dan penyakit, dapat menyebabkan tanaman keracunan

akibat senyawa racun yang dimiliki gulma (alelopati), menyulitkan pekerjaan

lapangan dan dalam pengolahan hasil serta dapat merusak atau menghambat

penggunaan alat pertanian. Kerugian kerugian tersebut merupakan alasan kuat

mengapa gulma harus dikendalikan (Hamid, 2010).

Keadaan suhu yang tinggi, cahaya yang melimpah, dan curah hujan yang

cukup untuk daerah tropik juga mendorong gulma untuk tumbuh subur.

Akibatnya gulma menjadi masalah dalam budidaya tanaman pangan, perkebunan,

hortikultura, perairan dan lahan non pertanian lainnya (Sukman, 1991).

Berbeda dengan hama dan penyakit tanaman, pengaruh yang diakibatkan

oleh gulma tidak terlihat secara langsung dan berjalan lambat. Namun, kebutuhan

gulma terhadap unsur hara, air, sinar matahari, udara, dan rung tumbuh, gulma

mampu berkompetensi kuat (Emanuel, 2003).

2.3 Teknik Budidaya Tanaman Bayam

Tanaman bayam merupakan tanaman sayuran yang dikenal dengan nama

ilmiah Amaranthus sp. Kata amarath dalam bahasa yunani memiliki arti

everlasting (abadi). Tanaman bayam berasal dari daerah Amerika tropik.

Tanaman bayam semula dikenal sebagai tanaman hias. Dalam perkembangan

selanjutnya, Tanaman bayam dipromosikan sebagai bahan pangan sumber protein,


terutama untuk negara-negara berkembang. Diduga tanaman bayam masuk ke

wilyaha Indonesia pada abad XIX ketika lalu lintas perdagangan orang luar negeri

masuk ke wilayah Indonesia (Handayani, 2012).

Menurut Handayani (2012), Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) dalam

sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Caryophyllales

Famili : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus L.

Species : Amaranthus sp.

Menurut Handayani (2012), Teknik Budidaya Tanaman Bayam

(Amaranthus sp.) adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Lokasi atau kebun

Bayam mempunyai daya adaptasi yang baik terhadap lingkungan tumbuh,

sehingga dapat ditanam didataran rendah sampai pegunungan (dataran tinggi)

2000 m dpl. Untuk mendapatkan hasil panen yang optimal, pemilihan kebun

bayam harus memperhatikan persyaratan pertumbuhannya, yaitu keadaan lahan

harus terbuka dan mendapat sinar matahari penuh, tanahnya subur, gembur,

banyak mengandung bahan organik dan memiliki pH 6-7, dan tidak menggenang.
2. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah untuk budidaya bayam dimulai dari :

a. Penggemburan

Bayam memerlukan tanah yang gembur dan cukup longgar untuk

memudahkan akar tanaman tumbuh dengan baik dan memudahkan pencabutan

saat panen. Oleh karena itu sebelum penanaman tanah harus digemburkan terlebih

dahulu dengan menggunakan garpu atau cangkul. Selain itu tanah dibersihkan dari

rumput atau gulma, sisa-sisa akar tanaman lain, batu-batuan dan sebagainya

sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman nantinya.

b. Pembuatan Bedengan atau Parit

Setelah penggemburan selesai, tanah dibentuk alur-alur atau bedengan.

Bedengan dibuat membujur dari utara ke selatan agar tanaman memperoleh sinar

matahari dari timur. Yang selanjutnya bedengan diberi pupuk organik, pupuk

organik sangat baik untuk tanah karena dapat memperbaiki sifat fisik tanah dan

kesuburan tanah. Kemudian diantara bedengan diberi parit, yang berguna untuk

memudahkan kegiatan panen, pemeliharaan dan pengaturan drainase.

3. Penanaman

Penanaman dilakukan melalui penaburan benih setipis mungkin dan merata

dalam alur, kemudian ditutup kembali dengan tanah dari bedengan setebal kurang

lebih 1 cm. Penanaman melalui persemaian umumnya untuk penanaman bayam

petik. Benih disemai pada persemaian, kemudian setelah tumbuh (kurang dari 10

hari) dipindahkan ke lahan, jarak tanam pada sistem ini adalan 20 cm x 20 cm.
4. Pemeliharaan

Pemeliharaan merupakan tindakan merawat tanaman yang dibudidayakan

mulai dari pemupukan, penyiraman, penyiangan, pendaringan, sampai

pengendalian terhadap hama dan penyakit. Pemeliharaan yang buruk akan

memberikan hasil yang buruk pula.

2.4 Teknik Pengendalian Gulma

1. Pengendalian dengan upaya preventif

Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat infestasi

gulma adalah pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud untuk mengurangi

pertumbuhan gulma agar usaha pengendalian dapat dikurangi (Noor, 1997).

2. Pengendalian secara mekanis / fisik

pengendalian mekanis merupakan salah satu usaha untuk menekan

pertumbuhan dari gulma dengan cara merusak bagian-bagian sehingga gulma

tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat. Pengendalian ini dapat dilakukan

dengan beberapa cara yaitu pengolahan tanah, penyiangan, pencabutan,

pembabatan, pembakaran, dan penggenangan (Noor, 1997).

3. Pengendalian Kultur Teknis

pengendalian kultur teknis merupakan cara pengendalian gulma dengan

menggunakan praktek-praktek budidaya. Penanaman jenis yang cocok untuk

suatu tanah, penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutup ruang kosong,

pemupukan yang tepat, dan pengaturan waktu tanam adalah cara yang sangat

membantu untuk mengtasi masalah gulma (Noor, 1997).


Pengendalian ini disebut juga pengendalian secara ekologis karena

menggunakan prinsip-prinsip ekologi untuk mengelola lingkungan. Pengendalian

ini dilakukan dengan cara rotasi tanaman, sistem bertanam, pengaturan jarak

tanam, pemulsaan, dan tanaman penutup tanah (Sastroutomo, 1990).

4. Pengendalian Hayati

pengendalian hayati dengan arti sempit merupakan pengendalian dengan

penggunaan musuh alami baik yang diintroduksikan maupun yang sudah ada di

suatu daerah kemudian dikelola agar penekanan terhadap populasi organisme

pengganggu yang menjadi sasaran meningkat (Sastroutomo, 1990).

5. Pengendalian Kimia

Pengendalian gulma dengan menggunakan senyawa kimia sangat diminati,

senyawa kimia yang diguankan dikenal denga nama Herbisida. Herbisida

merupakan alat yang canggih dalam pengendalian gulma, serta memberikan

keuntungan lebih dalam pemakaiannya Soerjandono (2005.)


BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum kompetisi gulma ini dilaksanakan pada hari Jumat, 15 September

2017, pukul 16:00 WITA sampai selesai di Lahan Percobaan Exfarm, Fakultas

Pertanian, Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu meteran dan cangkul,

sedangkan bahan yang digunakan yaitu tali rafia, patok, dan benih bayam.

3.3 Cara Kerja

Cara kerja dalam praktikum kompetisi gulma adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan berupa cangkul,

meteran, patok, tali rafia, dan benih tanaman bayam.

2. Membuat plot menggunakan cangkul dan digemburkan dengan luas luas

plot 1 m x 1m yang diukur menggunakan meteran.

3. Memberi batas pada setiap sudut dari plot dengan menggunakan patok

dan tali rafia.

4. Membuat lubang tanam membuat barisan sebanyak 5 baris dengan jarak

tanam 20 cm antar baris.

5. Menanam benih bayam pada tiap lubang tanam dan menutup kembali

dengan tanah.

6. Melakukan pemeliharaan setiap hari dengan cara melakukan penyiraman,

dan melakukan pengukuran tinggi dan jumlah daun setiap minggu.


DAFTAR PUSTAKA

Emanuel, Barus. 2003. Pengendalian Gulma Di Perkebunan. Yogyakarta:


Kanisius.

Handayani, Roro. 2012. Teknik Budidaya Bayam Organik (Amarathus spp)


Sebagai Jaminan Mutu dan Gizi Untuk Konsumen Di Lembah Hijau
Multifarm Dukuh Joho Lor, Triyangan, Sukoharji, Provinsi Jawa Tengah.
Surakarta: UNS.

Moenandir, jody. 1990. Pengantar Ilmu dan Pengendalian Gulma. Jakarta:


Rajawali Pers.

Noor, E. Sutisna. 1997. Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut. Proyek


Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Sastroutomo. 1990. Ekologi Gulma. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Soerjandono, Noeriwan B. 2005. Teknik pengendalian gulma dengan herbisida


persistensi rendah pada tanaman padi. Buletin Teknik Pertanian Vol. 10,
No.1.

Sukman,Yernelis dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya.


Palembang : FAPERTA UNSRI.

Sukman, Yarnelis dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta:
Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai