Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gulma adalaha tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki, tumbuh
pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan
tanaman budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat
keadaan morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhannya. Berdasarkan keadaan
morfologinya, dikenala gulma rerumputan (grasses), teki – tekian (sedges), dan berdaun
lebar (board leaf).
Tanaman teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) termasuk famili Theaceae
atau Terhstoremiaceae. Terdapat tiga varietas utama tanaman teh yaitu varietas
China, Assam dan Cambodia (Darmawijaya, 1985). Tanaman teh berakar
dangkal, peka terhadap fisik tanah dan cukup sulit untuk dapat menembus lapisan
tanah. Kebanyakan perdu teh memiliki akar tunggang sedalam 90-150 cm dengan
diameter sekitar 7.5 cm. Perakaran utama terkonsentrasi sampai kedalaman 25 cm
dari permukaan tanah (Setyamidjaja, 2000).
Pemeliharaan merupakan salah satu tindakan budi daya yang ikut
menentukan keberhasilan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman.
Salah satu hal yang berpengaruh dalam komponen biaya produksi adalah
masalah gulma. Gulma dapat menurunkan hasil teh karena adanya
persaingan dalam memperebutkan unsur hara, air, sinar matahari,
karbondioksida dan ruang tumbuh. Selain itu gulma dapat menjadi inang bagi
hama dan penyakit tanaman. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma antara lain
mengakibatkan penurunan produksi pucuk hingga 40 % (Pusat penelitian Teh dan
Kina Gambung, 1997). Pengendalian gulma (weed control) dapat didefenisikan
sebagai proses membatasi investasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman
dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien. Pengendalian gulma bertujuan
hanya menekan populasi gulma sampai tingkat populasi yang tidak merugikan
secara ekonomi atau tidak melampaui ambang ekonomi (economic threshold),
sehingga sama sekali tidak bertujuan menekan populasi gulma sampai nol
(Sukman dan Yakup, 2002).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah
lamamenyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang
telah berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha
mengubah salah satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan
hutan, pengolahan tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan
berhadapan dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak
diinginkan yang merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut.
Berbagai batasan (definisi) gulma bersifat temporer (sementara) bergantung
pada tempat dan waktu (objektif-subjektif).
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang dapat tumbuh baik
pada daerah 43 oLU sampai 27 oLS. Tanaman teh dapat tumbuh optimum
pada ketinggian 800-2000 m dpl. Tanaman ini juga dapat tumbuh di tempat
yang rendah setinggi permukaan laut, tetapi mutunya sangat rendah. Suhu
optimum bagi pertumbuhan tanaman teh yaitu 18-30 oC (Darmawijaya,
1985). Menurut Darmawijaya (1985) tanaman teh lebih peka tehadap
kekeringan jika dibandingkan tanaman perkebunan lainnya. Jumlah curah
hujan yang dibutuhkan lebih dari 2000 mm/tahun dengan bulan basah yang
nyata ( lebih dari 100 mm/bulan) atau dengan 1-2 kali bulan kering (kurang
dari 60 mm/bulan). Menurut Iskandar (1985) sifat fisik tanah harus
memberikan kesempatan pada akar tanaman teh untuk berkembang dan
tumbuh dengan baik, mampu menahan air, erodibilitas rendah dan infiltrasi
yang baik. Tanaman teh toleran terhadap tanah yang asam dengan pH 4.0-5.5.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual maupun secara
kimia. Pengendalian secara manual yaitu dengan cara mencabuti gulma yang
ada. Pengendalian secara kimia yaitu dengan menggunakan herbisida. Jenis
herbisida yang dapat dipakai bermacam-macam, namun pada dasarnya terdiri
dari tiga jenis yaitu herbisida pra tanam, herbisida pra tumbuh dan herbisida
pasca tumbuh (Tjitrosoedirdjo et al., 1984). Keberadaan gulma harus
dikendalikan sampai pada tingkat yang tidak merugikan. Pengendalian gulma
harus dilakukan secara intensif dengan tetap memperhatikan lingkungan,
sehingga pemilihan metode pengendalian gulma harus dilakukan lebih hati-
hati (Zaman, 1992).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Gulma

Gulma adalaha tumbuhan yang tumbuh pada areal yang tidak dikehendaki, tumbuh
pada areal pertanaman. Gulma secara langsung maupun tidak langsung merugikan tanaman
budidaya. Pengenalan suatu jenis gulma dapat dilakukan dengan melihat keadaan
morfologinya, habitatnya, dan bentuk pertumbuhannya. Berdasarkan keadaan morfologinya,
dikenala gulma rerumputan (grasses), teki – tekian (sedges), dan berdaun lebar (board leaf).

3.2 Kenapa Gulma Itu Merugikan?

Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan. Pada


bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman. Penurunan
kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi gulma dengan tanaman
dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara, ruang tumbuh dan
udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Pertumbuhan tanaman yang terhambat akan menyebabkan hasil menurun.
Besarnya penurunan hasil tanaman tergantung pada varietas tanaman, kesuburan
tanah, jenis dan kerapatan gulma, lamanya kompetisi dan tindakan budidaya. Di
Indonesia penurunan hasil akibat gulma diperkirakan mencapai 10-20%. Gulma juga
dapat menurunkan kualitas hasil pertanian akibat tercampurnya biji-biji gulma dengan
hasil panen pada saat panen maupun akibat tercampurnya biji-biji gulma sewaktu
pengolahan hasil. Sebagai contoh, biji gulma Ambrosia sp., Brassica sp., dan
Agrostemma githag bila tercampur sewaktu pengolahan biji gandum akan
menyebabkan bau dan rasa tepung tidak enak dan tidak disukai sehingga
menyebabkan harga menurun.
Gulma juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya, seperti dalam
pengolahan tanah, penyiangan, dan pemanenan yang menyebabkan peningkatan biaya
produksi. Gulma pada saluran irigasi menghambat aliran air sehingga pemberian air
ke sawah terhambat. Gulma dapat menjadi inang bagi hama atau patogen penyakit.
Gulma harendong (Melastoma sp.) menjadi inang hama teh Helopeltis antonii, gulma
jajagoan (E. crusgalli) menjadi inang penggerek padi (Tryphoriza innotata), gulma
babadotan (Ageratum conyzoides) menjadi inang hama lalat bibit kedelai (Agromyza
sp.), gulma Eupathorium adenophorum menjadi inang penyakit pseudomozaik virus
pada tembakau Deli, gulma ceplukan (Physalis angulata) menjadi inang penyakit
virus pada kentang. Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat
menjadi parasit bagi tanaman budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga
asiatica) dapat menjadi parasit pada tanaman jagung dan padi ladang, gulma
Orobanche spp. pada padi, jagung, tebu, gandum, dan tembakau. Gulma juga dapat
menimbulkan alelopati pada tanaman yang menyebabkan penurunan pertumbuhan
tanaman.

3.3 Jenis-jenis Gulma Pada Pertanaman Teh

1. Ageratum conyzoides
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Asterales
Famili Astraceae
Genus: Ageratum
Spesies: Ageratum conyzoides L.

Tumbuhan ini merupakan herba menahun, tegak dengan ketinggian 30 -80


cm dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di mana-
mana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani. Gulma ini tumbuh pada
daerah tropis berada pada tempat yang tak tergenang air dan pada daerah subtropis
berada pada ketinggian 1-1200 m dpl. Suhu optimal untuk tumbuh 16-24 ˚C.
intensitas cahaya tinggi yang dibutuhkan gulma ini sehingga pertumbuhan direduksi
bila ternaungi. Pengendalian secara kimiawi yaitu secara umum dapat diberantas
dengan menggunakan Dalapon, Gliturat dan Paraquat tapi bila terasosiasi dengan
jagung, kacang tanah dan kedelai dapat digunakan Alachor. Penggunaan Dalapon
atau Paraquat langsung disemprotkan mengenai gulma tersebut.
2. Borreria latifolia

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Magnoliophyta
Kelas : Dicotyledonaneae
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Borreria
Spesies : Borreria latifolia
Deskripsi
Akar : memiliki akar tunggang.
Batang : batangnyaa berbentuk batang basah/herba, tegak, tanaman tahunan, biasanya
bercabang pada bagian bawah saja. Tinggi tanaman antara 15-50 cm.
Daun : daun pada tanaman ini lebar, berbentuk bulat panjang (folium oblongatum),
dengan tulang daun menyirip (penninervis).
Bunga : bunganya biseksual, aktinomorfik, terdapat pada ketiak daun, setiap ketiak
daun terdiri dari banyak bunga.
Buah : buah tanamn ini berambut ditengah-tengah bagian atas mahkota dengan 4
sepala.
Habitat : tempat hidup tanaman ini berada daerah yang cukup sinar. matahari
sepanjang pinggir jalan, pada tanah-tanah keras.
Perbanyakan : perbanyakan yang dilakukan secara generatif dengan biji.
Pengendalian : pengendalian yang dilakukan adalah diuron, pada spesies lain
digunakan piclorom.
3. Cyperus rotundus
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Sub classis : Commelinidae
Ordo : Cyperales
Familia : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Species : Cyperus rotundus
Nama ilmiah : Cyperus rotundus L.
Nama umum : Nut grass
Nama local : Teki
Familia : Cyperaceae
Deskripsi :
Akar : memiliki akar serabut.
Batang : batangnya berbentuk segitiga, padat dan licin.
Daun : daunnya berjejal pada pangkal batang membentuk roset akar dengan
pelepah daun tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita, bertulang sejajar,
tepi rata, permukaan atas berwarna hijau mengkilap dengan panjang 10-60
cm dan lebar 2-6 mm.
Bunga : bunganya berbentuk bulir dengan 3-10 bulir kecil yang mempunyai 8-25
bunga.
Buah : buah batu, kecil dan memanjang.
Habitat : tempat tumbuh tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka dan pada
ketinggian 1-1000 m dpl pada bermacam-macam tanah.
Perbanyakan : perbanyaka yang terjadi secara generatif, dengan biji dan vegetatif,
dengan rimpang (stolon).
Pengendalian : secara kimiawi dengan menggunakan herbisida 2 lb MSMA ditambah
1 lb 2,4 D ditambah 1 Pt Surfactant dalam 40 galon air dan diberikan
dalam interval 1 minggu.

3.4 Cara Pengendalian Gulma Pada Tanaman Teh Secara Umum

Jenis gulma yang tumbuh di pertanaman teh sangat beragam. Sulit


pengendaliannya bila hanya digunakan satu cara saja. Oleh karena itu perlu diketahui
dengan baik berbagai cara pengendalian gulma yang dapat dilakukan. Usaha
pengendalian yang efektif dan efisien hanya dapat diperoleh dengan menggunakan
cara pengendalian yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Pengendalian gulma
pada areal TBM dapat dilakukan secara kultur teknis, mekanis / manual dan kimia.
A. Cara Kultur Teknis
Pengendalian gulma secara kultur teknis merupakan upaya menekan
pertumbuhan dan perkembangan gulma melalui pengaturan dcara bertanam,
penanaman tanaman penutup tanah, dan atau pemberian mulsa. Pengendalian secara
kultur teknis pada pertanaman teh dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
- Penerapan seluruh teknik bercocok tanam teh secara benar dan tepat yang menjamin
laju pertumbuhan tanaman muda secara maksimal. Populasi tanaman teh yang lebih
cepat menutup tanah akan mampu menekan pertumbuhan gulma.
- Penanaman tanaman pupuk hujau seperti Theprosia sp. Dan Crotalaria sp. di antara
tanaman teh
- Pemberian mulsa berupa hasil pangkasan pupuk hijau, rumput guatemala, daun
lalang, dan sebagainya.

B. Cara Manual / Mekanis


Cara manual merupakan cara pengendalian gulma tradisional dengan
menggunakan alat – alat yang sederhana seperti cangkul, kored, garpu, sabit, dan
sebagainya. Pengendalian secara manual / mekanis pada pertanaman teh dilakukan
dengan carasebagai berikut :
- Mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman teh muda dengan tangan.
- Memotong gulna di permukaan tanah atau dibawah permukaan tanah dengan alat –
alat pertanian. Cara ini harus dilakukan dengan hati – hati agar tidak menyebabkan
kerusakan pada pangkal batang dan perakaran tanaman muda. Kerusakan akar dapat
mengakibatkan turunnya kemampuan akar untuk mengisap unsur – unsur hara dan air
serta memperbesar kemungkinan terjadinya infeksi akar.

C. Cara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia berupa racun gulma atau herbisida. Karena sifatnya yang langsung
ditujukan pada gulmanya, cara ini mempunyai beberapa keuntungan jika
dilaksanakan sesuai anjuran, memperhatian sifat gulmanya, dan juga sifat
herbisidanya.
Pengendalian secara kimia dapat dilaksanakan dengan menggunakan :
- Herbisda pra-tumbuh untuk mematikan biji – biji berbagai jenis gulma di dalam
tanah yang berpengaruh terhadap tanaman teh muda. Contoh herbisida pra-tumbuh
adalah :
Goal 2E dengan dosis 1 liter – 2 liter per ha, Sencor 70 WP dengan dosis 0,5 kg – 1
kg per ha.
- Herbisida purna tumbuh, terutama untuk pemberantasan jenis – jenis gulma tahunan
yang sulit dikendalikan dan tidak dapat diberantas dengan cara manual / mekanis,
seperti ilalang (Imperata cylindrica) dan lempuyangan (Panicum repens).
Herbisida purna tumbuh yang relatif aman terhadap tanamn teh muda adalah glifosat
yang diformulasikan dalam beberapa nama dagang herbisida deperti Roundup,
Kleenup 480 AS, Eagle 480 AS, dan Sunup 480 AS dengan dosis 1,5 – 6,0 liter per
ha. Khusus untuk memberantas jenis – jenis gulma berdaun sempit, baik gulma
semusim maupun tahunan, dapat digunakan herbisida Fusilade 25 EC dengan dosis
0,5 liter – 1,0 liter per ha.Untuk memperoleh hasil pengendalian yang baik diperlukan
2-3 kali penyemprotan dengan selang waktu 3-4 minggu pada dosis yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

Unknow 2017. Gulma Pada Perkarang Tanaman The. (Unknow


https://dokumen.tips/documents/gulma-teh.html ). Diakses pada tanggal 26 April
2019
Cristian Kana David 05 April 2018. (https://dokumen.tips/documents/bioekologi-dan-
gulma-pada-tanaman-teh.html ) . Diakses pada tanggal 26 April 2019
Unknow 27 Oktober 2017. Pengertian Gulma
(http://anekacaraini.blogspot.com/2017/10/pengertian-gulma-gulma-adalah.html )
Diakses Pada tanggal 26 April 2019

Anda mungkin juga menyukai