Anda di halaman 1dari 14

GULMA DAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN TEH PADA

PERKEMBANGAN TERBARU (Camellia sinensis (L.)


TUGAS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gulma dan Pengendalian
Disusun Oleh:
Riki Kurnia F.

: 1137060063

Semester/kelas

: 6/Agroteknologi B

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Gulma dapat menyebabkan kerugian pada berbagai bidang kehidupan.

Pada bidang pertanian, gulma dapat menurunkan kuantitas hasil tanaman.


Penurunan kuantitas hasil tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi gulma
dengan tanaman dalam memperebutkan air tanah, cahaya matahari, unsur hara,
ruang tumbuh dan udara yang menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat.
Gulma juga menyebabkan kesulitan dalam praktek budidaya, seperti
dalam pengolahan tanah, penyiangan, dan pemanenan yang menyebabkan
peningkatan biaya produksi. Gulma pada saluran irigasi menghambat aliran air
sehingga pemberian air ke sawah terhambat. Gulma dapat menjadi inang bagi
hama atau patogen penyakit. Gulma harendong (Melastoma sp.) menjadi inang
hama teh Helopeltis antonii, gulma jajagoan (E. crusgalli) menjadi inang
penggerek padi (Tryphoriza innotata), gulma babadotan (Ageratum conyzoides)
menjadi inang hama lalat bibit kedelai (Agromyza sp.), gulma Eupathorium
adenophorum menjadi inang penyakit pseudomozaik virus pada tembakau Deli,
gulma ceplukan (Physalis angulata) menjadi inang penyakit virus pada kentang.
Selain sebagai inang bagi hama dan penyakit, gulma juga dapat menjadi parasit
bagi tanaman budidaya. Sebagai contoh, gulma rumput setan (Striga asiatica)
dapat menjadi parasit pada tanaman jagung dan padi ladang, gulma Orobanche
spp. pada padi, jagung, tebu, gandum, dan tembakau. Gulma juga dapat
menimbulkan alelopati pada tanaman yang menyebabkan penurunan pertumbuhan

tanaman. Maka perlu mempelajari karakteristik Gulma dan cara pengendaliannya


agar dapat menurunkan laju pertumbuhan Gulma.

1.2.
1)
2)
3)
1.3.
1)

Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik tanaman Teh serta biologi tubuhnya ?
Apa saja gulma pada perkebunan Teh dan cara pengendaliannya ?
Bagaimana pengendalian gulma secara umum pada tanaman teh ?
Tujuan penelian
Untuk mengenal dan mempelajari karakteristik tanaman Teh serta biologi

tubuhnya.
2) Mempelajari dan mengetahui gulma dan cara pengendaliannya pada
perkebunan Teh.
3) Mengetahui cara pengendalian gulma secara umum pada tanaman Teh.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

Tanaman Teh

Klasifikasi :

Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan biji)

Sub divisi

: Angiospermae (tumbuhan biji terbuka)

Kelas

: Dicotyledoneae (tumbuhan biji belah)

Sub Kelas

: Dialypetalae

Ordo

: Guttiferales (Clusiales)

Familia

: Camelliaceae (Theaceae)

Genus

: Camellia

Spesies

: Camellia sinensis

Camellia sinensis berasal dari daratan Asia Selatan dan Tenggara, namun
sekarang telah dibudidayakan di seluruh dunia, baik daerah tropis maupun
subtropis. Tumbuhan ini merupakan perdu atau pohon kecil yang biasanya
dipangkas bila dibudidayakan untuk dipanen daunnya. Ia memiliki akar tunggang
yang kuat. Bunganya kuning-putih berdiameter 2,54 cm dengan 7 hingga 8 petal.
Biji Camellia sinensis serta biji Camellia oleifera dapat di
pres untuk mendapatkan minyak teh, suatu bumbu yang
agak manis sekaligus minyak masak yang berbeda dari
minyak pohon teh, suatu minyak atsiri yang dipakai untuk
tujuan kesehatan dan kecantikan dan berasal dari dedaunan
tumbuhan yang berbeda.
Daunnya memiliki panjang 415 cm dan lebar 25 cm. Daun segar
mengandung kafein sekitar 4%. Daun muda yang berwarna hijau muda lebih
disukai untuk produksi teh, daun-daun itu mempunyai rambut-rambut pendek

putih di bagian bawah daun. Daun tua berwarna lebih gelap. Daun dengan umur
yang berbeda menghasilkan kualitas teh yang berbeda-beda, karena komposisi
kimianya yang berbeda. Biasanya, pucuk dan dua hingga tiga daun pertama
dipanen untuk permrosesan. Pemetikan dengan tangan ini diulang setiap dua
minggu.
Guna meningkatkan kompetisi di pasar dunia, banyak perkebunan
berusaha menurunkan biaya produksi di lapangan, salah satunya dengan menekan
biaya pengelolaan gulma. Kehadiran gulma dapat mengubah komposisi mikroba
dan jamur simbiosis mutualisme bagi perakaran (Kremer dan Li, 2003; Hart dan
Trevors, 2005), menurunkan kesesuaian lahan (Vatovec et al., 2005) dan
menurunkan mutu teh jika ikut terolah. Suprianto (1997) mengindentifikasi gulma
Commelina nudiflora L. dan Clidemia hirta (L.) D. Don sering terangkut pemetik
karena memiliki morfologi daun mirip daun teh.
Hingga saat ini, pengelolaan gulma ditentukan berdasarkan referensi
umum dan jarang didasarkan pada data pengamatan spesifik. Gulma yang lebih
kompleks ditemui pada areal pangkasan karena selain dipengaruhi oleh faktor
pergeseran dominansi, juga ada penambahan gulma dari simpanan biji gulma
dalam tanah (seed bank).
2.2.

Gulma dan Pengendalian Gulma


Pengendalian gulna di perkebunan teh merupakan salah satu kegiatan rutin

yang sangat penting dalam pemeliharaan tanaman teh. Populasi gulma yang
tumbuh tidak terkendali, akan merugikan tanaman teh karena terjadinya

persaingan di dalam memperoleh unsur hara, air, cahaya matahari, dan ruang
tumbuh. Jenis jeis gulma tertentu diduga pula mengeluarkan senyawa racun
allelopati (suatu keadaan di mana tanaman/bahan tanaman mengeluarkan eksudat
kimia yang dapat menekan pertumbuhan tanam-an lainnya.) yang membahayakan
tanaman teh.
Gulma akan menimbulkan masalah besar terutama pada areal tanaman teh
muda atau pada areal tanaman teh produktif yang baru dipangkas. Hal ini
disebabkan sebagian besar permukaan tanah terbuka dan secara langsung
mendapatkan sinar matahari, sehingga perkecambahan maupun laju pertumbuhan
berbagai jenis gulma berlangsung sangat cepat.
Pengendalian gulma pada pertanaman teh bertujuan untuk menekan
serendah mungkin kerugian yang ditimbulkan akibat gulma, sehingga diperoleh
laju pertumbuhan tanaman teh dan produksi pucuk yang maksimal.
Diperkebunan teh dikenal gulma yang berbeda beda jenisnya untuk
setiap perkebunan. Jenis jenis gulma yang banyak dijumpai adalah : Ageratum
conyzoides (wedusan, babadotan), Borreria latifolia, Cyperus rotundus (teki),
Eleusin indica, Emilia sonchifolia (jonge, jawirowo), Polygonum nepalense (jukut
haseum), Oxalis sp. (calingsing, semangi gunung), Euphatorium riparium
(teklan), Panicum repens (jajahean, lempuyangan, balungan), Imperata cylindrica
(eurih, alang alang) dan sebagainya.
Gulma utama pada tanaman teh :
1. Ageratum conyzoides

Klasifikasi
Kingdom

: Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi

: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Asteridae

Ordo

: Asterales

Famili

: Asteraceae

Genus

: Ageratum

Spesies

: Ageratum conyzoides L.

Tumbuhan ini merupakan herba menahun, tegak dengan ketinggian 30 - 80


cm dan mempunyai daya adaptasi yang tinggi, sehingga mudah tumbuh di manamana dan sering menjadi gulma yang merugikan para petani.
Gulma ini tumbuh pada daerah tropis berada pada tempat yang tak
tergenang air dan pada daerah subtropis berada pada ketinggian 1-1200 m dpl.
Suhu optimal untuk tumbuh 16-24 C. intensitas cahaya tinggi yang dibutuhkan
gulma ini sehingga pertumbuhan direduksi bila ternaungi.

Pengendalian secara kimiawi yaitu secara umum dapat diberantas dengan


menggunakan Dalapon, Gliturat dan Paraquat tapi bila terasosiasi dengan jagung,
kacang tanah dan kedelai dapat digunakan Alachor. Penggunaan Dalapon atau
Paraquat langsung disemprotkan mengenai gulma tersebut.
2. Borreria latifolia

Nama ilmiah

: Borreria laevis ( Lank ) Griseb

Nama umum

: Button weed

Nama local

: Kutumpang

Familia

: Rubiaceae

Deskripsi
Akar

: memiliki akar tunggang.

Batang

: batangnyaa berbentuk batang basah/herba, tegak, tanaman


tahunan, biasanya bercabang pada bagian bawah saja. Tinggi
tanaman antara 15-50 cm.

Daun

: daun pada tanaman ini lebar, berbentuk bulat panjang (folium


oblongatum), dengan tulang daun menyirip (penninervis).

Bunga

: bunganya biseksual, aktinomorfik, terdapat pada ketiak daun,


setiap ketiak daun terdiri dari banyak bunga.

Buah

: buah tanamn ini berambut ditengah-tengah bagian atas mahkota


dengan 4 sepala.

Habitat

: tempat hidup tanaman ini berada daerah yang cukup sinar.


matahari sepanjang pinggir jalan, pada tanah-tanah keras.

Perbanyakan : perbanyakan yang dilakukan secara generatif dengan biji.


Pengendalian : pengendalian yang dilakukan adalah diuron, pada spesies lain
digunakan piclorom.
Diuron adalah herbisida pratumbuh yaitu herbisida yang digunakan pada saat
gulma belum tumbuh. Herbisida jenis ini bekerja dengan cara mematikan biji-biji

gulma yang akan berkecambah. Agar dapat merata keseluruh gulma sasaran,
herbisida pratumbuh memerlukan proses pengolahan tanah yang baik dan tekstur
tanah yang gembur.
3. Cyperus rotundus
Klasifikasi :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

Classis

: Liliopsida

Sub classis

: Commelinidae

Ordo

: Cyperales

Familia

: Cyperaceae

Genus

: Cyperus

Species

: Cyperus rotundus

Nama ilmiah

: Cyperus rotundus L.

Nama umum

: Nut grass

Nama local

: Teki

Familia

: Cyperaceae

Deskripsi :
Akar

: memiliki akar serabut.

Batang

: batangnya berbentuk segitiga, padat dan licin.

Daun

: daunnya berjejal pada pangkal batang membentuk roset akar


dengan pelepah daun tertutup tanah, helaian daun berbentuk pita,
bertulang sejajar, tepi rata, permukaan atas berwarna hijau
mengkilap dengan panjang 10-60 cm dan lebar 2-6 mm.

Bunga

: bunganya berbentuk bulir dengan 3-10 bulir kecil yang


mempunyai 8-25 bunga.

Buah

: buah batu, kecil dan memanjang.

Habitat

: tempat tumbuh tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka


dan pada ketinggian 1-1000 m dpl pada bermacam-macam
tanah.

Perbanyakan

: perbanyaka yang terjadi secara generatif, dengan biji dan


vegetatif, dengan rimpang (stolon).

Pengendalian

: secara kimiawi dengan menggunakan herbisida 2 lb MSMA


ditambah 1 lb 2,4 D ditambah 1 Pt Surfactant dalam 40 galon
air dan diberikan dalam interval 1 minggu.

2.3.

Cara Pengendalian Gulma Pada Tanaman Teh Secara Umum

Jenis gulma yang tumbuh di pertanaman teh sangat beragam. Sulit


pengendaliannya bila hanya digunakan satu cara saja. Oleh karena itu perlu
diketahui dengan baik berbagai cara pengendalian gulma yang dapat dilakukan.
Usaha pengendalian yang efektif dan efisien hanya dapat diperoleh dengan
menggunakan cara pengendalian yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Pengendalian gulma pada areal TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) dapat
dilakukan secara kultur teknis, mekanis / manual dan kimia.
A. Cara Kultur Teknis
Pengendalian gulma secara kultur teknis merupakan upaya menekan
pertumbuhan dan perkembangan gulma melalui pengaturan cara bertanam,
penanaman tanaman penutup tanah, dan atau pemberian mulsa.
Pengendalian secara kultur teknis pada pertanaman teh dilaksanakan
dengan cara sebagai berikut :
-

Penerapan seluruh teknik bercocok tanam teh secara benar dan tepat yang
menjamin laju pertumbuhan tanaman muda secara maksimal. Populasi
tanaman teh yang lebih cepat menutup tanah akan mampu menekan

pertumbuhan gulma.
Penanaman tanaman pupuk hijau seperti Theprosia sp. Dan Crotalaria sp.

di antara tanaman teh


Pemberian mulsa berupa hasil pangkasan pupuk hijau, rumput guatemala,
daun lalang, dan sebagainya.

B. Cara Manual / Mekanis

Cara manual merupakan cara pengendalian gulma tradisional dengan


menggunakan alat alat yang sederhana seperti cangkul, kored, garpu, sabit,
dan sebagainya.
Pengendalian secara manual / mekanis pada pertanaman teh dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
-

Mencabut gulma yang tumbuh disekitar tanaman teh muda dengan tangan.
Memotong gulna di permukaan tanah atau dibawah permukaan tanah
dengan alat alat pertanian. Cara ini harus dilakukan dengan hati hati
agar tidak menyebabkan kerusakan pada pangkal batang dan perakaran
tanaman muda. Kerusakan akar dapat mengakibatkan turunnya kemampuan
akar untuk mengisap unsur-unsur hara dan air serta memperbesar
kemungkinan terjadinya infeksi akar.

C. Cara Kimia
Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan bahan
kimia berupa racun gulma atau herbisida. Karena sifatnya yang langsung
ditujukan pada gulmanya, cara ini mempunyai beberapa keuntungan jika
dilaksanakan sesuai anjuran, memperhatian sifat gulmanya, dan juga sifat
herbisidanya.
Pengendalian secara kimia dapat dilaksanakan dengan menggunakan :
-

Herbisda pra-tumbuh untuk mematikan biji biji berbagai jenis gulma di


dalam tanah yang berpengaruh terhadap tanaman teh muda. Contoh
herbisida pra-tumbuh adalah : Goal 2E dengan dosis 1 liter 2 liter per ha,
Sencor 70 WP dengan dosis 0,5 kg 1 kg per ha.

Herbisida purna tumbuh, terutama untuk pemberantasan jenis jenis gulma


tahunan yang sulit dikendalikan dan tidak dapat diberantas dengan cara
manual / mekanis, seperti ilalang (Imperata cylindrica) dan lempuyangan
(Panicum repens).
Herbisida purna tumbuh yang relatif aman terhadap tanamn teh muda
adalah glifosat yang diformulasikan dalam beberapa nama dagang herbisida
deperti Roundup, Kleenup 480 AS, Eagle 480 AS, dan Sunup 480 AS
dengan dosis 1,5 6,0 liter per ha.
Khusus untuk memberantas jenis jenis gulma berdaun sempit, baik gulma
semusim maupun tahunan, dapat digunakan herbisida Fusilade 25 EC
dengan dosis 0,5 liter 1,0 liter per ha.
Untuk memperoleh hasil pengendalian yang baik diperlukan 2-3 kali
penyemprotan dengan selang waktu 3-4 minggu pada dosis yang sama.

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan

Hingga saat ini, pengelolaan gulma ditentukan berdasarkan referensi


umum dan jarang didasarkan pada data pengamatan spesifik. Gulma yang lebih
kompleks ditemui pada areal pangkasan karena selain dipengaruhi oleh faktor
pergeseran dominansi, juga ada penambahan gulma dari simpanan biji gulma
dalam tanah (seed bank).
Kerugian akibat gulma pada tanaman teh, adalah (1) menghambat laju
pertumbuhan tanaman teh muda, periode TBM lebih lama hingga dua tahun lebih,
(2) menurunkan produksi pucuk hingga 40%, (3) meningkatkan biaya
pengendalian hama dan penyakit misalnya Commmelina benghalensis inang bagi
helopeltis, (4) menurunkan kapasitas kerja pemetikan dan pemeliharaan rutin
lainnya, serta (5) menurunkan kualitas pucuk. Gulma yang paling tinggi pada
perkebuna Teh ialah Ageratum conyzoides dan Commelina benghalensis.
Pengendalian

dapat

dilakukan

dengan

Kultur

Teknis,

dengan

cara

mekanis/Manual, dan cara kimiawi. Tetapi hingga saat ini masih efektif dengan
aplikasi penyemprotan herbisida dengan volume semprot 400-600 l/ha dengan
mempertimbangkan terlebih dahulu faktor cuaca.

DAFTAR PUSTAKA
K.G.Prematilake. 2003, Weed Management in Tea. Ratnapura, Sri Lanka:
Agronomy Division, TeaResearch Institute, Ratnapura, Sri Lanka.

Anda mungkin juga menyukai