Disusun Oleh:
NIM : 1805109010006
Dosen Pengajar
2021
BAB I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Domain : Bacteria
Phylum : Actinobacteria
Class : Actinobacteria
Ordo : Streptomycetales
Family : Streptomycetaceae
Genus : Streptomyces
Species : Streptomyces scabies
B. Morfologi
Patogen menyebar melalui air tanah, tanah yang tertiup angin, dan pada
umbi benih kentang yang terinfeksi. Ini menembus jaringan melalui lentisel, luka,
dan stomata dan, pada umbi muda, secara langsung. Umbi muda lebih rentan
terhadap infeksi daripada yang lebih tua. Setelah penetrasi patogen tampaknya
tumbuh di antara atau melalui beberapa lapisan sel, sel-sel mati, dan patogen
kemudian memperoleh makanan dari mereka. Sebagai respons terhadap infeksi,
sel-sel hidup di sekitar lesi membelah dengan cepat dan menghasilkan beberapa
lapis sel gabus yang mengisolasi patogen dan beberapa sel tumbuhan. Biasanya,
beberapa kelompok lapisan sel gabus diproduksi, dan ketika mereka didorong
keluar dan terkelupas, patogen tumbuh dan berkembang biak dalam sel-sel mati
tambahan, sehingga memungkinkan lesi keropeng besar berkembang. Kedalaman
lesi tampaknya tergantung pada varietas inang, kondisi tanah, dan invasi lesi
keropeng oleh organisme lain, termasuk serangga. Yang terakhir tampaknya
memecah lapisan gabus dan memungkinkan patogen untuk menyerang umbi
secara mendalam.
Penyakit hanya menyerang umbi, dengan gejala awal berupa bercak yang
kecil berwarna kemerah-merahan sampai kecoklat-coklatan. Bercak makin lama
makin luas serta bergabus dan sedikit menonjol. Luka berkembang dengan
beberapa tipe, baik di permukaan atau di dalam umbi, serta pembengkakan. Luka
– luka tersebut memiliki bentuk dan ukuran yang berlainan, tetapi biasanya
bundar dan berdiameter tidak lebih dari 10 mm. Luka-luka ini dapat bergabung
satu sama lain sehingga seluruh permukaan umbi retak-retak. Akar-akar serabut
dapat juga terserang.
Target racun tidak diketahui tetapi ada bukti bahwa mereka menghambat
pertumbuhan dinding sel tanaman. Mereka tidak spesifik organ atau tanaman dan
jika ditambahkan ke daun berbagai spesies menyebabkan mereka mati,
menunjukkan bahwa targetnya sangat lestari. Menambahkan thaxtomin A ke bibit
atau kultur sel tanaman yang ditangguhkan menyebabkannya meningkatkan
volume dan ujung akar bawang yang diobati dengannya tidak dapat membentuk
pelat sel yang menunjukkan bahwa hal itu mempengaruhi sintesis selulosa.
Menghambat produksi dinding sel dapat membantu S. scabies dalam menembus
sel tumbuhan, langkah kunci dalam infeksi. Fakta bahwa keropeng hanya
terbentuk di daerah jaringan yang tumbuh cepat konsisten dengan hipotesis ini.
B. Pengendalian Hayati
Perlakuan tanaman kentang dengan kompos, teh kompos atau kombinasi
keduanya secara signifikan mengurangi keparahan penyakit keropeng umbi yang
umum. Pupuk hayati berdasarkan jenis bakteri kompetitif dapat meningkatkan
hasil panen dan kualitas umbi.
C. Pengendalian Kimiawi
Selalu pertimbangkan pendekatan terpadu berupa tindakan pencegahan
bersama dengan perlakuan hayati jika tersedia. Perlakuan kimiawi terhadap
keropeng kentang sulit karena hal ini sering menyebabkan cedera tanaman.
Perlakuan benih dengan fluazinam, klorotalonil dan mankozeb menunjukkan
persentase infeksi terendah. Anjuran lain dengan Melakukan desinfeksi umbi yang
akan ditanam, misalnya dengan larutan formalin 0,5 % selama satu jam dan
pemberian belerang pada tanah-tanah yang alkalis.
Ahmadi dan Heri Giyanto. 2007. Skrining, Pembiakan, dan Induksi Sporulasi
Agens Antagonis Penyakit Kudis Kentang (Streptomyces scabies)
pada Media Altematif. Bogor Agricultural University (IPB).
Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura, 2019. Diakses pada
tanggal 10 Oktober 2021:
https://www.pertanian.go.id/home/index.php?
show=repo&fileNum=290
Hermanto, C., Sutanto, S., Jumjunidang., Edison, H. S., Danniels, J. W., O‟Neil,
W, Sinohin, V. G., Molina, A. B., Taylor, P. 2009. Incidence and
distribution of Fusarium wilt disease in Indonesia. „global
perspective on Asian Challenges International ISH‟. Promusa
sympostium, Guangzhou. China.