Anda di halaman 1dari 34

HAMA PENTING TANAMAN UTAMA

Kelompok 2
Heri Zuliardi
D1A013033
Yulia Sukma Fauzi
D1A013057
Ratih Puspita Dewi D1A013109

HAMA PENTING
TANAMAN KACANG HIJAU

1. Ophiomya phaseoli

Bioekologi

Disebut juga lalat bibit/lalat kacang


Memiliki tubuh kecil dan berwarna hitam mengkilap.
Metamorfosis sempurna.
Bertelur pada pagi hari. Telurnya diletakkan pada keping biji
atau pada daun pertama. Setelah telur menetas, larvanya
menggerek dan memakan keping biji atau daun sehingga
terbentuk liang. Belatung ini akan terus menggerek ke
tangkai daun dan masuk ke dalam batang sampai pangkal
akar.
Ketika matahari bersinar terik, lalat ini bersembunyi di
dalam rumput di dekat tanaman kacang hijau.

Telur O. phaseoli berwarna putih susu seperti mutiara,


berbentuk lonjong dan tembus cahaya. Lama stadium telur
berkisar antara 2-4 hari.
Di lapangan, telur mulai ditemukan pada tanaman berumur 5-7
hari. Puncak populasi telur pada keping biji terjadi pada
tanaman berumur 6 hari (Djuwarso, 1988). Menurut
Kartasapoetra

Gambar 1. Telur Ophiomyia phaseoli


Sumber: Deptan (2008)

Larva yang baru ditetaskan dari telur berwarna bening,


tetapi instar terakhir berwarna putih kekuningan. Bentuk
larva memanjang dan ramping.
Larva dan pupa O. phaseoli terletak pada jaringan kulit
batang tanaman muda

Gambar 2. Larva Ophiomyia phaseoli


Sumber: Repository USU

Pupa terbentuk di bawah epidermis kulit pada pangkal batang atau


pangkal akar.
Pupa yang terbentuk berwarna kuning kecoklatan, berukuran panjang
3 mm dengan stadia pupa berkisar antara 13-20 hari (Rusamsi, 1982).
Pada setiap batang tanaman yang diserang rata-rata terdapat 4-5 pupa.

Gambar 3. Pupa Ophiomyia phaseoli


Sumber: Repository USU

Imago merupakan lalat berukuran kerukuran kecil,


berwarna hitam mengkilat (Rusamsi 1982).
Imago betina mampu meletakkan telur sebanyak 100300 butir.

Gambar 4. Imago Ophiomyia phaseoli


Sumber: Repository USU

Gejala Serangan
Stadium hama yang menyerang tanaman kacang hijau adalah
larva. Larva menggerek atau memakan keping biji, kemudian
masuk ke bagian tangkai daun, batang, dan pangkal akar
tanaman muda.
Tanda serangan awal hama ini berupa bintik-bintik putih pada
kotiledon.
Gejala visual yang dapat diamati adalah terjadinya bercak
bercak coklat sampai hitam pada keping biji atau daun
pertama. Gejala lebih lanjut akan tampak liang gerekan pada
pada bagian tanaman yang terserang, sehingga menyebabkan
tanaman layu, daun kekuningan-kekuningan dan berguguran.
Bila serangan hama cukup berat, dapat mematikan tanaman
muda berumur 3-4 minggu.

Tanaman yang mati jika dicabut akan didapati


larva, pupa, atau kulit pupa di antara akar dan
kulit akar.
Tanaman yang terserang dan masih tetap hidup
menampakkan akar-akar adventif di bagian
terbawah dari batang.
Sejauh yang diketahui, serangannya tidak sehebat
pada tanaman kedelai. Hal ini disebabkan karena
keping biji kacang hijau yang masih muda mudah
rontok ketika diserang sehingga tidak memberi
kesempatan pada serangga tersebut untuk bertelur.

Pengendalian
Pengelolaan gulma
Mengupayakan optimalisasi musuh alami
Agromyzae dodd., Eurytoma sp., dan Cynipid.
Selain itu, dapat pula dilakukan penyemprotan
insektisida pada pagi hari, pada saat umur
tanaman 4-10 HST.

2. Etiella zinckenella (Pyralidae: Lepidoptera)

Bioekologi

Disebut juga hama penggerek polong


Menyerang pada stadia larva
Dominan ditemukan pada daerah tropis
Aktif mulai dari bulan mei-juni, umunya pada pertengahan bulan
juni.
Merupakan hama polifag
Kisaran inang selain kacang hijau, yaitu kedelai, kacang tanah
dan lain-lain
Metamorfosis sempurna
Telur diletakkan berkelompok 4-15 butir di bagian bawah daun,
kelompak bunga atau pada polong.
Telur berbentuk lonjong, saat diletakkan berwarna kemerahan,
lama-kelamaan berwarna putih mengkilap, saat akan menetas
berwarna jingga.

Setelah 3-4 hari, telur menetas dan keluar larva berwarna putih
kekuningan, kemudian berubah menjadi hijau dengan garis
merah memanjang.
Larva akan keluar mencari polong dan mulai menggerek biji.
Dalam satu polong sering dijumpai lebih dari 1 ekor larva.

Gambar 5. Larva E. zinckenella dalam


polong

Setelah mencapai instar 5, larva akan menuju ke


bawah untuk membentuk pupa di dalam tanah.
Imago berwarna keabu-abuan pada bagian tepi
sayap ada pembatas berwarna kuning muda,
rentangan sayapnya antara 24-27 mm.

Gambar 6. Imago Etiella zinckenella

Periode bertelur 4-24 hari, stadium telur berlangsung 24


hari (biasanya 3 hari), larva 16 hari, prapupa 34 hari, pupa
915 hari, dan imago 7 hari (Mangundojo 1958).

Sumber: Kementrian Pertanian dan Badan Penyuluhan dan Pengembangan


Sumber Daya Manusia Pertanian

Gejala serangan
Merusak biji dengan menggerek kulit polong muda dan
kemudian masuk serta menggerek biji.
Sebelum menggerek, larva yang baru menetas menutupi
dirinya dengan selubung putih.
Gejala serangnnya, terdapat lubang seperti bintik kecil
berwarna coklat tua pada kulit polong.
Lubang tersebut merupakan bekas jalan masuk larva ke
dalam biji.
Seringkali pada lubang bekas gerekan terdapat butir-butir
kotoran kering yang berwarna coklat muda dan terkait
benang pintal atau sisa biji terbalut benang pintal.

Pengendalian
a. Kultur Teknis
Mengatur waktu tanam yang tepat
Menanam serentak
Pengolahan tanah
Pergiliran tanaman
b. Biologi
Menggunakan musuh alami berupa
Trichogrammatoidea
bactrae
Trichogrammatidae).
c. Kimia
Penyemprotan insektisida

parasitoid telur,
(Hymenoptera:

3. Spodoptera litura (Noctuidae: Lepidoptera)

Bioekologi

Disebut juga ulat grayak


Hama pada stadia larva.
Aktif memakan daun
Serangga ini berkembang secara metamorfosis sempurna,
terdiri dari empat stadia yaitu telur, larva, pupa, dan imago.
Hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang
yang cukup luas.
Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat
pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat
kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25
500 butir) tertutup bulu seperti beludru.
Stadia telur berlangsung selama 3 hari.

Setelah 3 hari, telur menetas menjadi larva. Ulat yang


keluar dari telur berkelompok dipermukaan daun
Setelah beberapa hari, ulat mulai hidup berpencar.
Panjang tubuh ulat yang telah tumbuh penuh 50 mm.
Masa stadia larva berlangsung selama 15 30 hari.
Setelah berumur 2 minggu, ulat mulai berkepompong.
Masa pupa berlangsung didalam tanah dan dibungkus
dengan tanah.
Setelah 9-10 hari kepompong akan berubah menjadi
ngengat dewasa.
Serangga dewasa berupa ngengat abu-abu, meletakkan
telur secara berkelompok.
Imago S. litura memiliki umur yang singkat.

Gejala serangan

Gejala daun berlubang dengan ukuran tidak pasti.


Serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong
Ulat grayak aktif makan pada malam hari.
Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara
serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa bagian atas
epidermis daun, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja.
Biasanya larva berada di permukaan bawah daun

Gambar 7. Daun yang terserang S. litura

Pengendalian
a. Kultur teknis
. Mengatur waktu tanam serempak
. Mengumpulkan dan memusnahkan larva
. Mengadakan rotasi tanaman
. Sanitasi Kebun
b. Kimiawi
. Memasang perangkap ngengat Ugratas Merah
. Penyemprotan insektisida (Decis, 2,5 EC)

4. Nezara viridula (Pentatomidae: Hemiptera)

Bioekologi
Disebut juga hama
penghisap polong
Pada stadia imago berwarna
hijau polos.
Telur diletakkan
berkelompok (10-90
butir/kelompok) pada
permukaan daun.
Nimfa terdiri dari 5 instar.

Gambar 8. Daur hidup N. viridula

Gejala serangan
Serangan pada fase pertumbuhan polong dan perkembangan biji
menyebabkan polong dan biji mengempis. Polong mengering dan
gugur, biji menjadi busuk hingga berwarna hitam.
Kulit biji menjadi keriput dan adanya bercak coklat pada kulit biji.
Periode kritis tanaman terhadap serangan penghisap polong ini
adalah pada stadia pengisian biji (31-50 HST).

Gambar 9. N. viridula pada polong yang baru terisi

Nimfa dan imago


merusak polong dan
biji kedelai dengan
cara
mengisap
cairan biji.

Gambar 10. Polong keriput, mengering dan mengempis

Pengendalian
Menanam varietas unggul seperti: varietas wilis, Galunggung,
Guntur dan varietas Lokon
Pergiliran tanaman atau rotasi tanaman dengan tanaman lain yang
bukan satu famili
Penanaman serempak,
pengamatan secara intensif sebelum dilakukan pengendalian dengan
menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida akan cukup
efektif secara ekonomi jika intensitas serangan penggerek polong
lebih dari 2 % atau jika ditemukan sepasang populasi penghisap
polong dewasa atau kepik hijau dewasa pada umut 45 hari setelah
tanam.
Musuh alami menggunakan Parasitoid telur: Ooencyrtus malayensis
(Hymenoptera: Encyrtidae), Trissolcus basalis

5. Maruca testualis (Pyralidae: Lepidoptera)

Bioekologi
Disebut juga penggerek polong legum (legume pod borer),
penggerek berbintik (spotted borer), dan ngengat mung
(mung moth).
M. testulalis tersebar luas di sepanjang daerah tropis dan
subtropis. Di Indonesia, hama tersebut dilaporkan menyerang
berbagai tanaman di Sumatera dan Jawa.
M. testulalis memiliki kisaran inang yang luas, terutama
tanaman-tanaman Leguminosae.
M. testulalis menginfestasi pucuk, kuncup bunga, bunga,
batang, polong dan biji.
Kemampuan merusaknya pada berbagai tingkat pertumbuhan
tanaman merupakan penghambat utama produksi.

Fase pembungaan, saat terdapatnya kuncup bunga -- peletakan


telur.
Serangan pada tingkat tersebut menurunkan potensi tanaman
untuk membentuk bunga dan polong.
Pada bunga, larva membuat lubang masuk ke dan keluar dari
bagian-bagian bunga. Larva instar awal menggerek ke dalam
bunga muda, makan di dalamnya, dan menyebabkan gugurnya
bunga.
Larva M. testulalis tidak memakan kelopak, melainkan
cenderung menggerek ke dalam tabung mahkota.
Instar muda maupun instar lanjut memusatkan serangannya pada
bagianbagian reproduktif pada bunga. Larva mula-mula
mengkonsumsi kepala sari, tangkai sari, tangkai putik, kepala
putik dan bakal buah; sebelum keterbatasan makanan terjadi
pada komponen-komponen di dalam mahkota bunga legum.

Gejala serangan
Kerusakan bunga merupakan ciri umum serangan larva M. testulalis.
Serangga tersebut memakan bunga, kemudian polong. Kerusakan
pada polong biasanya hasil migrasi larva dari bagian-bagian bunga.
Pucuk terminal dan batang merupakan titik pusat utama yang dirusak
pada tingkat ini. Jaringan lain yang diserang adalah bagian batang
yang lunak, peduncle, biji dan daun.
Pada waktu tanaman belum berbunga, perusakan dimulai dari pucuk,
lalu ke peduncle, batang utama dan percabangan. Larva menggerek
ke dalam pucuk dan batang yang hijau. Kerusakan pada titik
pertumbuhan tersebut mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan
tanaman.
Kerusakan oleh larva instar lanjut sering mengakibatkan kematian
jaringan di atas liang gerek yang dibuat oleh larva. Kemudian
populasi akan dibangun pada bunga dan polong tanaman.

Larva muda menyukai bunga yang sudah terbuka,


dimana larva memakan ovari bunga. Bila larva
memakan ovari bunga, maka polong tidak terbentuk.
Seekor larva dapat merusak 4 - 6 bunga, sebelum
perkembangannya lengkap.
Larva instar lanjut menggerek dan memakan
jaringan polong maupun biji.
Gejala khas serangan M. testulalis adalah
terdapatnya kotoran (frass) dan penjalinan. Jaringan
yang terserang dijalin bersama, menggunakan
benang sutera yang dihasilkan oleh larva

Pengendalian
Tindakan pengendalian paling kritis adalah pada masa
pembungaan.
Penggunaan insektisida merupakan cara pengendalian
yang terbaik. Untuk mengurangi pemakaian
insektisida perlu dipelajari saat aplikasi yang tepat.
Penanaman secara tumpangsari dapat ditelaah untuk
mengurangi kerusakan.
Penggunaan varietas resisten.
Memanfaatkan musuh alami, seperti: Braunsia sp,
Microdus
sp
(Braconidae:
Hymenoptera),
Spodromantis lineola (Mantidae: Orthoptera)

Anda mungkin juga menyukai