Anda di halaman 1dari 45

HERBISIDA:

ABSORPSI, TRANSLOKASI &


MODE AKSI

Subhan Arridho, B.Agr, MP

Fakultas Pertanian
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Absorpsi
Mekanisme penyerapan oleh tumbuhan:
1. Difusi; perpindahan zat terlarut di dalam pelarut dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah.
2. Osmosis; perpindahan zat pelarut melalui selaput semi
permeabel dari berkonsentrasi rendah ke berkonsentrasi
tinggi.
3. Imbibisi; penyerapan air oleh benda padat atau agak
padat, memiliki pori-pori cukup besar.
4. Pertukaran ion; terjadi karena adanya perbedaan
muatan kation dan anion di dalam dan di luar sel.
Contoh: garam K2SO4 di dalam tanah. Ion K+ masuk
karena ditarik oleh OH- dalam akar dan ion H+ ditarik
oleh SO4- ke tanah, menghasilkan H2SO4 di tanah.
Absorpsi
Herbisida dapat masuk ke dalam tumbuhan, melalui:
1. Akar
• Akar lebih cepat menyerap herbisida polar dibanding
non-polar
• Dipengaruhi oleh faktor: pH, suhu, konsentrasi,
transpirasi, dan intersepsi
• Penyerapan cepat pada fase inisiasi (30 menit – 2 jam
pertama), fase berikutnya melambat
• Suhu rendah menurunkan penyerapan
• Lebih mudah diserap pd pH rendah (2,4D, dalapon)
• Pada konsentrasi rendah, terjadi hubungan linier.
• Transpirasi meningkat, penyerapan tinggi
Absorpsi
2. Batang
• Tergantung sifat pertumbuhan dan stadia
perkembangan tumbuhan
• Pada jaringan muda, penetrasi serupa pada daun
• Kulit kayu merupakan penghalang utama, kecuali
formulasi lipid (non polar)
• Herbisida polar penetrasi dgn melukai kulit kayu dan
suntikan
Absorpsi
3. Daun
• Penetrasi kutikula, Trikoma dan stomata
• Kutikula: lapisan bersifat lipid non selular (kitin, pektin),
membungkus sel epidermis, penjaga, mesofil dan sub
stomata.
• Dipengaruhi oleh faktor: permukaan daun, waktu, pH,
struktur kimiawi, surfaktan, kedudukan dan faktor
tumbuhan dan lingkungan.
• Hilangnya lapisan lilin oleh cahaya dpt mempermudah
masuknya herbisida
• Herbisida non polar (ester, amina) lbh mudah masuk
• Penetrasi secara difusi
Absorpsi
• Trikoma (rambut daun); sebagai perluasan sel
epidermis, terdiri dari protoplasma hidup.
• Semakin banyak trikoma, semakin berkurang retensi
herbisida
• Namun Trikoma tetap dpt menyerap herbisida
• Stomata; memiliki permeabilitas tertinggi di daun
• Herbisida dpt masuk melalui pori stomata atau melalui
sel penunjang
• Herbisida organik berbentuk minyak dgn tegangan
permukaan rendah lbh mudah masuk lewat stomata
Absorpsi
Translokasi
• Translokasi adalah perpindahan herbisida dari bawah ke
atas atau sebaliknya setelah masuk ke dalam tubuh
tumbuhan.
• Dua jalur translokasi pada tumbuhan:
o apoplastik dan,
o simplastik
Translokasi
Translokasi Apoplastik
• Apoplas merupakan susunan sel mati yg dinding selnya
dikelilingi oleh simplas. Terdiri dari dinding sel, ruang
interseluler dan jaringan xylem.
• Herbisida berpindah secara apoplastik dengan mengikuti
arus transpirasi
• Foliar-applied herbicides pathway:
Dinding sel >> plasmalemma >> ruang antarsel >>
masuk xylem (akropetal)
• Soil-applied herbicides pathway:
Rambut akar >> ruang antarsel >> dinding sel korteks
>> endodermis >> difusi melewati pita kaspari >> masuk
xylem (akropetal)
Translokasi Apoplastik
Pita kaspari – penghalang impermeabel di akar
• Terbuat dari lilin
• Fungsi mencegah dehidrasi
• Menjadi penghalang bagi herbisida untuk dapat
melintasi akar
• Herbisida harus berdifusi melewati pita tsb, atau masuk
ke dalam membran plasma (simplas)
Translokasi Apoplastik
• Secara apoplastik herbisida di tanah masuk ke dalam
akar, pindah ke batang, kemudian banyak terakumulasi di
daun dengan tingkat transpirasi tertinggi.
Translokasi Apoplastik
• Secara apoplastik, satu tetes yg aplikasikan ke daun,
akan bergerak menuju ujung dan tepi daun, kemudian
terakumulasi di tepi daun.
Translokasi simplastik
• Symplast adalah jejaring berkesinambungan dari sel-sel
hidup, penghubung protoplasma antar sel
(plasmodesmata), dan jaringan floem
• yang membawa asimilat dari lokasi produksi (daun) ke
lokasi yang membutuhkan (akar dan area meristem,
perkembangan buah, and organ penyimpanan).
• Herbisida berpindah secara simplastik mengikuti arus
pergerakan asimilat (fotosintat)
Translokasi simplastik
• Hal ini sering dihubungkan dgn pergerakan "source-to-
sink", dengan daun sebagai "source" dan titik tumbuh
apikal, tunas, akar, dan organ penyimpanan, menjadi
"sinks"
• Translokasi simplas memiliki dua arah yaitu acropetal dan
basipetal.
• Herbisida secara simplastik sebagian besar diaplikasikan
pada pasca tumbuh
• Hasil yg terlihat adalah adanya gejala luka pada titik
tumbuh baru.
Translokasi simplastik
• Secara simplastik, herbisida yg diaplikasikan pada daun
akan keluar dari daun menuju batang atas dan bawah
melalui floem ke area aktif berkembang seperti titik
tumbuh apikal, daun muda, biji dan buah, serta ujung
akar.
Mode Aksi Herbisida
• Mode aksi herbisida adalah urutan masuknya herbisida
ke dalam suatu lingkungan sehingga dpt mematikan
tumbuhan.
• Atau jumlah respon anatomis, fisiologis, dan biokimiawi
yg menyebabkan aktivitas fitotoksik dari suatu bahan
kimia.
• Target aktivitas biokimiawi utama herbisida adalah
fotosintesis (makanan), respirasi (energi), asam amino
(pertumbuhan), lipid (membran sel), pigment
(penangkapan cahaya) dan mitosis (pembelahan sel)
Pengalih elektron PS I
• Merupakan herbisida non-translokasi >> menerima
elektron dari PS I >> tercipta senyawa oksigen reaktif
(hidrogen peroksida, hidroksil radikal) yg menghancurkan
lipid membran, klorofil, dan membran sel.
• Contoh: Bipyridylium (diquat, paraquat)
• Gejala kerusakan: dapat terlihat dalam 1 hingga 2 jam
setelah aplikasi, awalnya nampak seperti dedaunan yang
direndam air, diikuti oleh nekrosis jaringan. Cuaca yang
terik dan panas mempercepat kerusakannya.
Pengalih elektron PS I
Penghambat PS II
• Mengikat protein D1 pada fotosistem II. Pengikatan
herbisida tsb menghambat transpor elektron dan
menghentikan fiksasi CO2 serta produksi energi untuk
pertumbuhan tanaman.
• Pemblokiran transpor elektron menyebabkan
pembentukan radikal bebas yang akan merusak lipid dan
protein pada membran sel.
• Contoh: Triazin, Urasil, Urea, Amida, Nitril, dll
• Gejala kerusakan: Pada gulma berdaun lebar>> klorosis
pada vein maupun intervein, nekrosis dimulai dari tepi
daun menuju tengah daun. Pada gulma rumput>> klorosis
dan nekrosis dimulai dari ujung daun menuju pangkal
daun.
Penghambat PS II
Auksin sintetik
• Merupakan zat pengatur tumbuh, target utamanya adalah
jaringan meristem dengan mengganggu pembentukan
sel. Juga dpt mengganggu sintesis protein, pembelahan
sel, stimulasi evolusi etilen. Kebanyakan digunakan pada
gulma berdaun lebar. Lebih berpengaruh pada tumbuhan
muda.
• Contoh: Asam fenoksikarboksilat (2,4D), asam benzoat
(dikamba)
• Gejala kerusakan: Daun berkerut, berbentuk tali, kerdil,
dan cacat; pembuluh daun muncul paralel daripada
menyebar, dan batang menjadi rebah, terpelintir, dan
rapuh, dengan internode yang pendek.
Auksin sintetik
Penghambat ALS (Asetolaktat Sintase)
• Memiliki spektrum pengendalian yg luas namun aman
bagi mammalia
• Menghambat kerja enzim ALS dalam mensintesis asam
amino valin, leusin dan isoleusin
• Contoh: Imidazolinon (imazapyr), Sulfonilurea
(klorsulfuron), triazolopirimidin (diklosulam)
• Gejala kerusakan: terjadi klorosis pada daun, berkerut
dan layu. Terkadang tulang daun berwarna pucat. Juga
dapat menghentikan titik tumbuh terminal dan lateral.
Batang berubah berwarna merah gelap dgn luka nekrosis
dan retakan.
Penghambat ALS (Asetolaktat Sintase)
Penghambat ALS (Asetolaktat Sintase)
Penghambat ACCase
• Umumnya diaplikasikan pasca tumbuh pada gulma
rumput, gulma daun lebar krg sensitif
• Daun >> floem >> menggganggu aktivitas meristem
• Menghambat asetyl CoA carboxylase yg berperan
sebagai katalis dalam sintesis asam lemak
• Contoh: fenilpirozolin (pinoksaden), FOPs (fenoksaprop)
dan DIMs (setoksidim)
• Gejala kerusakan: klorosis pada daun muda, daun tua
berwarna keunguan. Jaringan tumbuh berubah warna
coklat kemudian membusuk
Penghambat ACCase
Penghambat EPSP
• Menghambat enzim 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate
synthase, yg berperan dlm sintesis asam amino aromatik
(triptofan, tirosin, dan fenilalanin).
• Diserap oleh daun, ditranslokasikan ke titik tumbuh
melalui floem
• Contoh: Glysine (glifosat)
• Gejala kerusakan: terjadi penyimpangan bentuk daun,
kerdil, berkerut, klorosis intervein pada gulma annual.
Tunas pada batang mengalami kematian, namun
beberapa waktu akan pulih kembali.
Penghambat EPSP
Penghambat selulosa
• Mencegah pembelahan sel umumnya di ujung akar.
Efektif pada kecambah gulma bedaun lebar dan rumput
tertentu.
• Contoh: nitril, benzamida, alkilazin
• Gejala kerusakan: pada rumput koleoptil bengkak dan
pendek, pada daun lebar hipokotilnya bengkak. Gulma
tumbuh kerdil atau tidak tumbuh sama sekali.
Penghambat sintesis glutamin
• Merupakan herbisida pasca tumbuh yg memiliki spektrum
pengendalian yg luas
• Menghambat kerja enzim glutamine synthase dalam
merubah glutamat dan ammonia menjadi glutamin
• Meninmbulkan akumulasi ammonia pada tanaman, yg
merusak sel, dan langsung menghambat reaksi PS I dan
PS II.
• Contoh: asam fosfinat (glufosinate-ammonium)
• Gejala kerusakan: daun terbakar, penyimpangan bentuk
daun, mengerut dan nekrosis.
Penghambat sintesis glutamin
Penghambat biosintesis karetonoid
• Aktif pada gulma daun lebar, rumput tertentu.
• Menghalangi sintesis karetonoid, yg berfungsi menjaga
klorofil dari kelebihan cahaya dan foto oksidasi.
• Ada dua jalur: phytoene desaturase step (PDS), 4-
hydroxyphenyl-pyruvate-dioxygenase (HPPD)
• Contoh: piridazinon, triazol, triketon, isoksasol
• Gejala kerusakan: daun pucat, terkadang berwarna ungu
di tepi daun.
Penghambat biosintesis karetonoid
Penghambat mikrotubula
• Diaplikasikan pra tumbuh untuk mengendalikan rumput
annual dan beberapa gulma daun lebar.
• Menyerang area meristem, titik tumbuh akar dan batang
• Contoh: piridin, dinitroanilin, asam benzoat
• Gejala kerusakan: pada rumput koleoptil pendek dan
bengkak. Pada daun lebar, hipokotil membengkak.
Terkadang menyebabkan pembentukan kalus dan batang
yg rapuh di permukaan tanah.
Penghambat mikrotubula
Penghambat mikrotubula
Penghambat PPO
• PPO merupakan enzim yg menghasilkan protoporfirin IX
(PPIX) di kloroplas
• PPIX merupakan prekursor bagi klorofil dan heme (utk
transfer elektron).
• Juga menghasilkan molekul reaktif yg menghancurkan
membran sel.
• Contoh: difenileter, oksadiazol, thiadiazol
• Gejala kerusakan: gejala akan muncul setelah 1-2 jam.
Menunjukkan daun seperti tercuci, diikuti nekrosis
jaringan.
Penghambat PPO
Penghambat sintesis lipida
• Efektif pada rumput annual dan beberapa gulma daun
lebar, aplikasi pratanam dan pra tumbuh
• Masuk pada akar, hanya ditranslokasi via xylem, target
utama adalah area titik tumbuh tanaman
• Menghambat pembelahan sel dan perkembangan sel
• Contoh: thiokarbamat, benzofuran
• Gejala kerusakan: pada rumput, kegagalan keluar tunas
dari koleoptil. Pada daun lebar, kotiledon membesar,
pertumbuhan terbatas daun sejati, berwarna hijau gelap.
Akar menjadi pendek, tebal, dan rapuh.
Penghambat sintesis lipida
Penghambat respirasi
• Menghambat proses fosforilasi oksidatif, melalui jalur
transfer energi dan/atau jalur aliran elektron sepanjang
transpor elektron. Pada konsentrasi rendah terjadi
hidrolisis ATP, pada konsentrasi tinggi menghambat
sintesis ATPnya.
• Contoh: nitrofenol, halofenol, arsenat, asam fenoksi
alkanoat

Anda mungkin juga menyukai