1. Gejala
Gejala dapat setempat atau sistemik. Gejala setempat terbatas pada
daerah tertentu seperti adanya bercak-bercak pada daun yang warnanya
berbeda dari biasanya, kanker pada batang dan sebagainya.
Gejala yang tampak berdasarkan atas perubahan yang terjadi di
dalam sel-sel. Perubahan pada sel akan menyebabkan perubahan dalam
jaringan dan alat-alat sehingga gejala dapat terjadi. Kebanyakan gejala
dapat dilihat dari luar tumbuhan, tetapi juga ada gejala dalam, yang baru
terlihat bila batang tumbuhan dipotong atau dibelah.
Gejala-gejala dapat dibagi menjadi 3 tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala nekrotik, disebabkan karena adanya kerusakan pada sel
atau bagian sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala hipoplastik, disebabkan karena terlambatnya atau
terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala hiperplastik, dikarenakan pertumbuhan sel yang lebih
besar dari biasa (overdevelopment).
6
Gejala-gejala nekrotis
Beberapa gejala penyakit yang tergolong ke dalam gejala nekrotis
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa gejala nekrotik
No. Gejala Keterangan Contoh
1 Hidrosis Gejala bagian tanaman tampak
kebasah-basahan
2 Klorosis Gejala berupa menguningnya Penyakit bulai jagung
bagian-bagian tanaman yang oleh
semula berwarna hijau akibat Peronosclerospora
rusaknya klorofil maydis
3 Nekrosis Gejala berupa bercak, warna dan Bercak daun kentang
bentuk bercak bermacam- oleh Phytophthora
macam tergantung jenis infestan, Spot daun
penyakitnya padi oleh Pyricularia
oryzae
4 Perforasi Gejala berupa terbentuknya Daun karet terserang
lubang-lubang karena runtuhnya Microcyclus ulei
sel-sel yang telah mati pada
bercak nekrosis
5 Busuk Gejala berupa bercak seperti Busuk basah wortel
nekrosis tetapi menyerang oleh Erwinia
jaringan yang tebal seperti akar, carotovora
umbi, buah
6 Eksudasi Gejala terjadinya pengeluaran Batang karet yang
cairan dari suatu tanaman terserang Upasia
salmonicolor akan
mengeluarkan latek
dari dalam batang.
Pengeluaran blendok
dari batang jeruk
karena jamur
Diplodia natalensis
7 Kanker Gejala kematian jaringan kulit Bidang sadapan karet
tumbuhan berkayu. Di bagian yang terserang
tepinya akan berkembang Phytophthora
jaringan kalus palmivora
8 Layu Gejala yang timbul akibat Tanaman tomat
hilangnya turgor pada daun atau terserang Fusarium
tunas akibat gangguan jaringan oxysporum
pengangkutan
9 Mati Gejala matinya ranting atau Tanaman jeruk yang
ujung cabang yang dimulai dari ujung terserang
meluas ke pangkal Colletrothricum sp.
10 Terbakar Gejala mengeringnya bagian Tanaman yang
tanaman tertentu yang mengalami keracunan
disebabkan oleh factor abiotik senyawa-senyawa
kimia beracun
7
Gejala-gejala hipoplastik
Gejala-gejala hipoplastik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa gejala hipoplastik
No Gejala Keterangan
1 Etiolasi Gejala disebabkan tanaman kurang mendapat cahaya,
sehingga menjadi pucat, tumbuh memanjang dan
mempunyai daun-daun yang sempit
2 Kerdil Gejala tanaman menjadi kerdil akibat penghambatan
pertumbuhan
3 Klorosis Gejala penghambatan pembentukan klorofil
4 Perubahan Gejala penghambatan pertumbuhan pada bagian tertentu
Simetri sehingga terjadi penyimpangan bentuk
5 Roset Gejala daun yang berdesakan membentuk suatu karangan
akibat penghambatan pertumbuhan ruas-ruas batang
Gejala-gejala hiperplastik
Gejala-gejala hipoplastik dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa gejala hiperplastik
No Gejala Keterangan Contoh
1 Erionase Gejala terrbentuknya banyak Daun Crotalaria
trikoma terrserang tungau
2 Fasiasi Gejala berubahnya bentuk dari Batang karet muda
silindris atau lurus menjadi (penyebab belum
pipih, lebar diketahui)
3 Intumesensia Gejala pembengkakan organ Daun Cassia tomentosa
tanaman akibat pemanjangan (penyebab belum
sel diketahui)
4 Kudis Gejala kenampakan sebagai Umbi kentang terserang
bercak kasar, berbatas dan agak Streptomyces scabies
menonjol, kadang pecah-pecah
6 Pembentukan Gejala pembentukan bagian- Tanaman jagung yang
alat yang bagian tertentu secara luar terserang virus kerupuk
luar biasa biasa, seperti perubahan bunga Tanaman kerupuk pada
menjadi daun kecil-kecil, daun tembakau
pembentukan anak daun yang
kecil dari sisi bawah tulang
daun
7 Prolepsis Gejala berkembangnya tunas- Cabang karet yang
tunas tidur yang berada dekat terserang Upasia
di sisi bagian yang sakit menjadi salmonicolor
tunas air
8 Sapu Gejala berkembangnya tunas Tanaman kacang tanah
ketiak yang biasanya tidur yang diserang
menjadi seberkas ranting yang mikoplasma
rapat
9 Sesidium Gejala pembengkakan setempat Daun damar terserang
pada jaringan tanaman sehingga Aecidium sp.
terbentuk bintil-bintil
8
2. Tanda (sign)
Tanda-tanda umumnya terbatas pada penyakit tumbuhan yang
terserang jamur dan bakteri. Jamur-jamur parasit tertentu membentuk
struktur-struktur di luar badan tumbuhan, khususnya yang menghasilkan
spora. Tanda tanda (sign) tersebut antara lain : miselium, karat, tepung,
lendir bakteri dan sklerotium.
1. Inokulasi
Adalah terjadinya kontak antara inokulum patogen dengan tanaman.
Inikulum patogen adalah patogen atau bagian-bagiannya dari patogen yang
dapat menginfeksi tanaman yang terbawa oleh angin datau dengan cara-
cara lain, sehingga terjadi kontak dengan tanaman.
Contoh inokulum patogen antara lain :
- Pada cendawan, inokulumnya berupa spora, skelerotium atau bagian-
bagian dari miselium.
- Pada bakteri, mikoplasma dan virus inikulumnya merupakan individu
masing-masing, sedangkan ada nematoda inokulumnya adalah nematoda
dewasa, larva dan telur.
Inokulum biasanya terdapat pada sisa-sisa bagian tanaman yang
jatuh ke tanah tempat tanaman tumbuh. Inokulum dapat dijumpai di lahan
yang terbawa melalui benih, melalui pemindahan tanaman, umbi, akar,
stek dan cangkokan atau bahan lain.
9
2. Pra penetrasi
Patogen sebelum melakukan penetrasi terlebih dahulu akan
melakukan persiapan-persiapan sehingga inokulum tersebut akan bisa
masuk/penetrasi ke dalam bagian tanaman.
- Pada cendawan, pada spora pertama-tama harus berkecambah, dengan
demikian ia membutuhkan suhu yang sesuai dan kelembaban yang tinggi.
Keadaan yang sesuai ini harus berlangsung hingga patogen mampu
melakukan penetrasi, bila lingkungan tidak mendukung, maka ia akan
kering dan mati. Pada cendawan spora harus berkecambah dan
membentuk tabung kecambah (germ tube) yang merupakan bagian dari
miselium yang dapat melakukan penetrasi masuk ke dalam tanaman
inang. Selain tabung kecambah spora yang membentuk organ houstoria
juga dapat menembus jaringan tanaman inang. Perkecambahan spora
dirangsang oleh nutrisi yang dikeluarkan oleh akar tanaman (gula dan
asam amino), juga oleh eksudat akar.
- Pada nematoda, telur-telur nematoda akan menetas bila suhu dan
kelembaban mendukung. Setelah menetas larva akan bergerak dan
segera dan mencari atau masuk kedalam bagian tanaman dan menjalani
pergantian fase instar berikutnya sampai menjadi dewasa. Penetasan
telur nematoda ini juga dirangsang oleh gula dan asam amino yang
dikeluarkan oleh akar tanaman yang bersifat sebagai pemikat
(anttractant).
3. Penetrasi
Penetrasi adalah proses masuknya patogen ke dalam bagian tanaman.
Penetrasi patogen ke dalam tanaman inang melalui penetasi langsung,
masuk melalui lubang-lubang alami atau melalui luka-luka.
Cendawan ada yang hanya bisa memasuki tanaman dengan satu cara
ataupun cendawan lain dapat melakukan penetrasi dengan berbagai cara.
Bakteri melakukan penetrasi tidak dapat dengan langsung tetapi melalui
luka dan lubang yang alami. Sedangkan virus dan mikoplasma masuk
melalui luka-luka yang dibuat oleh vektor, luka oleh alat pertanian.
Sedangkan nematoda melakukan penetrasi secara langsung kadang-kala
melalui lubang alami.
4. Infeksi
Infeksi adalah proses yang terjadi setelah patogen mengadakan
kontak dengan sel-sel yang rentan atau jaringan tanaman inang untuk
memperoleh nutrisi darinya. Selama infeksi patogen akan tumbuh dan
berkembangbiak diantara jaringan-jaringan tanaman, menyerang dan
mengkolonisasi sebagian besar tanaman.
Berhasilnya infeksi ditunjukkan dengan adanya gejala berupa
perubahan warna, salah bentuk atau nekrosa pada tanaman, contohnya :
gejala dapat muncul setelah 2-4 hari setelah terjadinya inokulasi, seperti
terjadi pada penyakit virus pada tanaman rempah-rempah.
11
5. Kolonisasi patogen
Patogen yang sudah berada di dalam jaringan tanaman, menghisap
nutrisi dari jaringan tanaman. Patogen sudah membentuk kelompok/koloni
pada bagian tanaman yang terserang.
6. Penyebaran patogen
a. Melalui angin
Spora cendawan dan biji tumbuhan parasit tingkat tinggi umumnya
disebarkan melalui angin. Contohnya spora pada cendawan biji karet
mampu menyebar dengan jauh, bakteri penyebab fire blight pada apel
dan pear membentuk benang-benang kering dan mengandung eksudat,
bila patah mudah diterbangkan oleh angin.
b. Melalui serangga, tungau dan nematoda
Searngga (kutu daun, aphid) dan wereng daun (leaf hopper) merupakan
serangga penular virus yang penting. Beberapa nematoda dan tungau
dapat menularkan virus, juga dapat membawa bakteri dan spora ketika
mereka berpindah.
`
A. Pendahuluan
Sejak lama orang telah mengenal jamur karena sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, istilah jamur berasal dari Kata Yunani Mykes yang
berarti jamur payung karena bentuknya yang menyerupai Payung.
Sejak ditemukan alat pembesar (Mikroskop) ternyata banyak
mikroorganisme yang memiliki sifat seperti jamur sehingga studi tengang
jamur berkembang pesat, dan orang yang banyak berjasa dalam bidang ini
adalah Pier Antonio Micheli ahli botani bangsa italia yang menerbitkan
bukunya Nova Plantarum Genera Pada Tahun 1729.
Selanjutnya digunakan nama jamur untuk mencakup semua bentuk
yang kecil mampun yang besar yang biasanya disebut kapang, kulat,
cendawan dan lainnya.
Dalam hubungannya dengan kehidupan manusia dijumpai jamur yang
merugikan dan jamur yang menguntungkan. Beberapa jamur yang merugikan
tanaman, bahan makanan dan merugikan di dalam penyimpanan antara lain :
1. Merusak bahan makanan dan minuman contohnya Aspergillus,
Penicillium.
2. Merusak kayu bangunan contohnya Poly porales.
3. Merusak bahan yang di simpan dalam gudang contohnya Rhizopus,
Aspergillus.
4. Menyebabkan penyakit kulit pada manusia contohnya Dermatophyton,
Candida albicans.
5. Menyebabkan penyakit pada hewan contohnya Aspergillus.
6. Menyebabkan penyakit pada tumbuhan contohnya Phytopthora,
Fusarium.
7. Menyebabkan keracunan jika dikonsumsi contohnya Coprinus, Panaolus.
Beberapa jamur yang menguntungkan dalam dunia pertanian dan
industri pangan diantaranya :
1. Digunakan dalam industri makanan (fermentasi) contohnya Rhizopus,
Mucor.
2. Digunakan dalam industri farmasi contohnya Penicillium notatum.
3. Digunakan dalam bidang pertanian contohnya Mikorhiza, Beauveria,
Metarhizium.
4. Dikonsumsi sebagai bahan makanan contohnya Volvariella Voluaceae
(jamur merang), Pleurotus ostreatus (jamur tiram).
B. Morfologi
Jamur merupakan organisme hidup yang memiliki inti sejati, tidak
memiliki chlorophyl, berkembang dengan cara kawin (seksual) dan aseksual
dengan membentuk spora, dan yang struktur somatiknya berbentuk benang,
bercabang-cabang dan mempunyai dinding sel yang mengandung selulose atau
khitin atau kedua-duanya dan substansi lain yang berupa polysakarida.
14
Tubuh buah jamur berupa tallus artinya tidak ada akar, batang dan
daun, umumnya berbentuk benang yang basa disebut hifa, sedang kumpulan
hifa disebut miselium yang dapat berdeferensiasi menjadi tubuh buah dan
dapat menghasilkan alat perkembangbiakan seksual.
Dalam mempelajari jamur banyak di jumpai istilah diantaranya :
1. Hifa adalah tubuh vegetatif jamur yang berfungsi untuk menyerap
makanan, berbentuk seperti tabung/benang halus, bersekat atau tidak
bersekat, biasanya bercabang-cabang dan berdiding sel.
2. Rhizoid adalah cabang hifa pendek yang letak, bentuk dan fungsinya
seperti akar untuk penyerapan dan melekatkan tubuh buah jamur pada
substrat. Tetapi tidak semua jamur mempunyai Rhizoid, contoh jamur
yang mempunyai Rhizoid adalah Rhizopus.
3. Rhizomorf adalah alat untuk mempertahankan diri yang bentuknya seperti
akar yang berasal dari berkas hifa yang sejajar yang kemudian
membentuk dinding tebal. Rhizomorf dapat melekat pada akar tanaman
atau dapat bebas menjalar sehingga mencapai akar tanaman lain.
4. Houstoria adalah cabang hifa yang masuk ke dalam sel inang dan berfungsi
untuk menyerap makanan dari sel inang tersebut.
5. Tubuh buah adalah bagian dari tubuh jamur yang membentuk dan
mendukung sel-sel perkembang biakan.
6. Spora adalah alat pembiak pada jamur yang dapat terbentuk secara
seksual atau aseksual.
7. Sporangiofor adalah hifa jamur yang bercabang-cabang yang pada
ujungnya di bentuk Sporongium.
8. Sporongium adalah alat perkembangbiakan jamur yang membentuk spora
secara aseksual di dalamnya.
9. Sklerotium adalah alat untuk mempertahankan diri yang berasal dari
pemadatan hifa atau miselium sehingga sel-selnya menjadi pendek dan
membesar.
10. Klamidospora berasal dari Kata Chlamys (selimut) dan sporos (biji)
artinya yang berselimut atau berdinding tebal yang terbentuk karena
membulatnya bagian hifa tertentu dan berfungsi sebagai struktur tahan
terhadap keadaan (kondisi) yang kurang baik.
C. Perkembangbiakan Jamur
Pada jamur terdapat perkembang biakan secara vegetatif (aseksual)
dan generatif (seksual) sebagai berikut :
1. Aseksual
Yaitu perkembangbiakan jamur melalui :
a. Fragmentasi miselium yakni pemotongan miselium karena semua
bagian hyfa/miselium mempunyai kamampuan untuk tumbuh. Cara ini
banyak digunakan pada praktek isolasi.
15
2. Seksual
a. Perkembangbiakan seksual pada phycomycetes tingkat rendah
berlangsung dengan persatuan dua gamet yang sama besar dan sama
bentuknya disebut dengan isogamet dan hasilnya adalah sporangium
istirahat yang diploid, persatuan dua isogamet disebut isogami.
Pada Phycomycetes yang lebih tinggi gametnya tidak sama besar
disebut heterogamet dan dibentuk dalam heterogametangium.
Gametangium yang kecil (jantan) disebut antheredium dengan
gametnya disebut antherozoid, gametangium yang besar (betina)
disebut ooganium dengan gametnya disebut oosfir, jika kedua gamet
tersebut mengadakan persatuan menghasilkan oospora yang diploid.
Jamur yang membentuk oospora digolongkan dalam oomycetes.
Pada oomycetes tingkat tinggi misalnya mucorales, perkembangan
seksual dengan persatuan gametangium yang sama besar dan bentuknya
menghasilkan spora yang disebut zygospora, jamur yang membentuk
zygospora digolongkan dalam zygomycetes.
b. Perkembangbiakan seksual pada Ascomicetes berlangsung dengan
pembentukan Ascospora yang bersifat haploid sebagai hasil dari proses
plasmogami, Kariogami dan Meiosis.
c. Perkembangbiakan Seksual pada Basidiomycetes dengan pembentukan
Basidiospora yang bersifat haploid sebagai hasil dari proses plasmogami,
Kariogami dan meiosis.
d. Perkembangbiakan seksual pada fungi inferfecti (Deuteromycetes).
Belum ada karena fungi inperfecti merupakan klas buatan maksudnya
klas ini menampung jamur-jamur yang belum diketahui stadium
seksualnya, jika kemudian diketahui stadium seksualnya jamur tersebut
dipindahkan ke dalam Ascomycetes atau Basidiomicetes.
D. Klasifikasi Jamur
Klasifikasi merupakan cara penggolongan jamur berdasar ciri-ciri yang
dimiliki/ditemukan untuk mempermudah dalam mempelajari, sehingga
klasifikasi berkembang terus sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
dijumpai banyak klasifikasi.
16
Dalam tata nama jamur devisio diakhiri dengan mycota, sub divisio
dengan ycotina, klas dengan mycetes, sub klas dengan mycetidal, ordo
dengan ales dan familia dengan aceal.
Jamur digolongakan berdasarkan tingkatannya yaitu jamur tingkat
rendah dan jamur tingkat tinggi sebagai berikut :
Divisio : Mycota
Sub Divisio : Myxomycotina
Kelas : Myxomycetes
Sub Divisio : Eumyceotina
Kelas : Chytridiomycetes
Kelas : Hypochytridiomycetes
Kelas : Oomycetes
Kelas : Plasmodiophoromycetes
Kelas : Zygomycetes
Kelas : Trichomycetes
Kelas : Ascomycetes
Kelas : Deuteromycetes (fungi imperfecti)
Kelas : Basidiomycetes
Sub Divisio Eumycotina memiliki banyak anggotanya sehingga untuk
menyederhanakan di bagi menjadi empat kelas yaitu Phycomycetes,
ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
1. Phycomycetes
Jamur yang termasuk dalam golongan Phycomycetes sangat
heterogen terutama dilihat dari letak dan jumlah flagelumnya.
Hifa tidak bersekat kecuali pada mucoroles hifa yang tua dan akan
membentuk Sporangium hifanya bersekat padat dari tepi ke tepi.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi mesilium
dan pembentukan sporongiospora, sedng perkembangbiakan seksual
dengan sara pembentukan Oospora atau Zigospora.
2. Basidiomycetes
Jamur yang termasuk dalam golongan basidiomycetes hifanya
seluler, dan dapat bersekat dan berpori (skat dolipori), sekatnya
mengelembung seperti tong dan pada ujungnya terdapat parentesom.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi mesilium
dan pembentukan konidium, sedangsecara seksual dengan pembentukan
Basidiospora, dan terdapat hubungan ketam pada pembelahan mitosis.
3. Ascomycetes
Jamur yang termasuk dalam golongan ascomycetes hifanya
selular, hifa bersekat dan pada bagian tengah terdapat pori tetapi tidak
mengelembung sehingga disebut sekat berpori.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi miselium,
pembentukan tunas, pembelahan sel dan pembentukan konidium,
sedang secara seksual dengan pembentukan askospora.
4. Deuteromycetes
Jamur yang termasuk golongan deuteromycetes hifanya seluler,
hifa bersekat dan sekatnya dapat berbentuk sekat berpori atau sekat
dolipori.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi meselium,
pembentukan konidium atau selerotium, sedang perkembangbiakan
secara seksual belum ditemukan.
17
A. Pendahuluan
2. Reproduksi
Bakteri memperbanyak diri dengan cara pembelahan sel secara biner,
artinya satu bakteri membelah jadi dua, dua menjadi empat dan
seterusnya, sehingga dalam satu hari satu bakteri dapat membelah
menjadi 1 juta bakteri. Tentu saja hal ini akan sangat tergantung dari
makanan yang tersedia, suhu dan faktor lingkungan lainnya. Kecepatan
berbiaknya inilah yang memberi keuntungan bagi manusia sebagai
dekomposer sampah, seingga dunia tidak diselimuti sampah, tetapi juga
merupakan faktor yang membahayakan kaitanya dengan bakteri patogenik
tumbuhan.
4. Klassifikasi
Klassifikasi bakteri di dalam sistem tatanaman tumbuhan adalah
sebagai berikut:
KINGDOM : PROCARYOTAE
BACTERIA: Mempunyai sel membran dan dinding sel
1) Divisi : GRACILICUTES : Bakteri gram negative
Klass : PROTEOBAKTERIA – bakteri ber sel tunggal
- Familia : Enterobacteriaceae, Genus : Erwinia, penyebab penyakit
fire blight pada pear dan apel, Stewart wilt corn dan soft rot
fleshy vegetable
- Famili : Pseudomonadaceae Genus : Acidovorax, penyebab leaf spot
pada jagung, anggrek dan semangka. Pseudomonas, penyebab
sejumlah bercak daun, blght, vascular wilt, soft rots, canker dan galls
24
5. Identifikasi
Karateristik umum dari bakteri penyebab penyaikit tanaman adalah
sebagai berikut :
a. Agrobacterium.
Merupakan bakteri berbentuk batang, dengan ukuran 0,8; 1,5-3 µm.
Mempunyai 1-4 flagella. Jika hanya satu flagella berada di bagian lateral
dan polar. Jika ditumbuhkan pada media karbihydrat, akan membentuk
slime polysacharida yang melimpah. Koloninya tidak berwarna, biasanya
halus. Bakteri ini hidupnua di daerah perakaran rhizosphere dan soil
inhabitan.
b. Clavibacter (Corynebacterium)
Bakteri berbentuk lurus atau lonjong, berukuran : 0,5-0,9;1,5-4 µm.
Bakteri ini umumnya tidak mempunyai flagella, walaupun ada diantaranya
yang berflagella satu atau dua folar flagella. Termasuk bakteri gram
positive.
c. Erwinia.
Bakteri berbentuk lurus, dengan ukuran 0,5-1,0;1,0-3,0 µm.
Mempunyai flegalla, sehingga bakteri mampu bergerak secara aktif.
Bakteri patogenik bersiat fakultatif anaerob. Beberapa Erwinia tidak
memproduksi enzym pectat dan menyebabkan penyakit nekrotik atau
layu. Erwinia yang mempunyai enzym pektolitik akan menyebabkan busuk
pada akar tanaman.
d. Pseudomonas.
Bakteri berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-1; 1,5-4 µm,
mempunyai flagella.Beberapa spesies merupakan soil inhabitant, dapat
hidup di aiar tawar atau di lingkungan air laut. Beberapa spesies dapat
menginfeksi hewan atau manusia. Bakteri Pseudomonas yang patogenik
bersifat ada yang bersifat fluoresence (mis. P. Syringae) serin disebut
dengan fluorescent pseudomonas, sementara yang non-fluorescent (mis.
Ps solanacearum), sering disebut nonfluorescent pseudomonas.
e. Xanthomonas
Bakteri berukuran 0,4-1,0 ; 1,2-3 µm. Mampu bergerak karena
mempunyai polar flagella. Pada media agar biasanya koloninya berwarna
kuning, dan pertumbuhannya lambat. Semua spesies merupakan patogen
tanaman dan sering ditemukan berasosiasi dengan tanaman atau material
tanaman.
f. Streptomyces
Bakteri berbentuk silinder, dengan diameter 0,5-2 µm. Aerial hifa
yang sudah matang membentuk rantai spora. Pada media nutrisi
koloninya berukuran diameter 1-10 mm, dengan permukaan yan halus,
tetapi kemudian akan berubah menjadi granular, atau bertepung. Bakteri
ini merupakan bakteri gram positif, beberapa diantaranya membentuk
antibiotik yang aktif membunuh bakteri, jamur, alga dan protozoa atau
jaringan tumor .
26
g. Xylella
Merupakan bakteri gram negatif, berbentuk benang panjang pada
media buatan. Koloninya kecil halus dengan batas pinggir yang tidak
jelas. Bakteri ini hanya dapat tumbuh pada media khusus. Tidak
mempunyai flagela, aerobik dan non-figment.
f. Luka api pada Pear dan Apple (Fire Blight of Pear and Blight)
Penyebab : Erwinia amylovor. Sebaran : menyerang hampir di
seluruh areal pertanaman apel dan pear. Gejala : Bunga yang terinfeksi
menjadi layu (water soaked), kemudian jatuh, menjalar ke daun, dan
batang pada tangkai yang sama. Batng daun menjadi berwarna coklat
kehitaman dan menjadi layu. Apabila menyerang buah, buah sebelum
matang sudah berguguran.
A. Pendahuluan
Kebanyakan orang menganggap bahwa penyakit tumbuhan yang selalu
bertambah dan belum diketahui pasti penyebabnya kemungkinan berasal
dari virus.
Meskipun virus telah diketahui sebagai penyebab penyakit (patogen)
tumbuhan, namun hingga kini masih banyak misteri yang belum terungkap.
Virus sangat berbeda dengan mikroorganisme parasit, tidak hanya
dalam bentuk dan ukurannya tetapi juga cara menginfeksi,
perkembangbiakan, penyebaran, translokasi dalam tumbuhan inang,
gejala, sifat fisik dan susunan kimianya.
Selain itu, virus tidak dapat disebut sebagai organisme hidup karena
tidak dapat melakukan metabolisme, tetapi juga bukan benda mati karena
virus dapat berkembangbiak (memperbanyak diri).
Dalam tumbuhan liar mampun tanaman budidaya virus sering sukar
diketahui, beberapa virus dapat menginfeksi inang tanpa menimbulkan
gejala yang jelas, sedang virus lain kadang menghasilkan/menunjukan
gejala seperti kelainan fisiologi (karena defisiensi unsur hara) atau deviasi
genetik.
Disamping sebagai patogen tanaman, virus juga dapat berasosiasi
dengan keadaan lingkungan seperti serangga, nematoda, jamur yang
mungkin berfungsi sebagai penyebar (vektor) atau tumbuhan liar yang
bertindak sebagai sumber infeksi.
B. Bentuk Virus
Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan (filter)
bakteri, sehingga untuk melihat virus diperlukan peralatan mikroskop
elektron.
Telah disebutkan bahwa virus bukan mikroorganisme, tetapi
merupakan suatu paket kecil dari satu tipe informasi genetik RNA
(Ribonucleic Acid = asam Ribonukleat) atau DNA (Deoxyribonucleic Acid =
asam Dioksiribonukleat) dalam satu untai atau beberapa segmen. Kapsid
secara bersama-sama atau terpisah dan diselubungi satu tipe atau lebih
mantel protein, dan kadang dengan satu mantel tambahan (envelope) dan
beberapa konstituen lain.
Beberapa bentuk partikel virus seperti bulat (isometrik), batang (Rod
Shaped) baksillus (baccilliform) dan bentuk seperti benang (flexuous).
Pada umumnya Virus dinyatakan dalam satuan ukuran nano meter,
Virus isometrik dengan Ukuran Relatif diameter antara 17-70 nm, Virus
Bacilliform berukuran panjang sampai 300 nm dan lebar 95 nm, Virus
bentuk batang berukurang panjang 114-215 nm dan lebar 23 nm, sedang
Virus bentuk benang berukuran panjang 2.000 nm dan lebar 10 nm.
31
D. Klasifikasi Virus
Pengelompokan virus terutama masih didasarkan pada
bentuk/morfologi partikel dan ukuran, tetapi kreteria selanjutnya adalah
kondisi apakah nukleokapsid telanjang atau tersalut, jumlah tipe virion,
fragmen genom, tipe serta untaian asam nukleat DNA atau RNA.
Karakteristik dari kelompok Virus secara garis besar telah di
tetapkan oleh International Committee On Taxonomy of Virus (ICTV). Oleh
karena terlalu banyak dari segi jumlah mampun pengelompokan, maka
hanya disajikan beberapa Virus tanaman penting saja.
E. Virus Dengan Bentuk Partikel Bulat (isometrik)
1. Kelompok cucumoVirus
Nama kelompok berasal dari kata cucumber mosaic, Virus
menular melalui cairan perasan tanaman sakit, melalui Vektor aphid
dan melalui benih. Contoh : Cucumber Mosaik Virus (CMV)
2. Kelompok luteroVirus
Nama kelompok berasal dari kata luteus yang berarti kuning,
karena adanya gejala warna kuning pada tanaman sakit. Virus menular
melalui Vektor aphid dan tidak dapat menular melalui cairan perasan
tanaman sakit. Contoh : Idonesian Soybean Dwarf Virus.
3. Kelompok MachloVirus
Nama kelompok berasar dari kata Maize Chlorotic dwarf, Virus
menular melalui wereng daun (leaf hoppers) dan tidak dapat
ditularkan melalui cairan perasan tanaman sakit. Contoh : Rice tungro
Virus.
G. Infeksi Virus
Infeksi virus tumbuhan berlangsung melalui perantara luka kecil,
terutama melalui cucukan serangga bertipe alat mulut pencucuk dan
penghisap. Infeksi virus dikelompokkan menjadi infeksi sistemik dan infeksi
lokal.
1. Infeksi sistemik
Hampir semua tumbuhan yang terserang virus secara alami di
lapangan, menunjukkan virus terdapat pada seluruh tumbuhan. Infeksi
demikian disebut infeksi sistemik dan gejala yang terbentuk juga disebut
gejala sistemik.
Virus yang banyak menimbulkan kerugian umumnya memperlihatkan
gejala sistemik, tetapi ada juga yang penyebarannya agak terbatas dan
disebut infeksi sistemik tidak penuh. Banyak virus menunjukkan infeksi
sistemik pada jenis tumbuhan/inang tertentu dengan tidak menimbulkan
gejala yang dapat dilihat secara makroskopis, virus demikian disebut virus
laten dan tumbuhan/inangnya berfungsi sebagai pembawa yang tidak
menunjukan gejala.
Infeksi virus ada yang cepat menunjukan gejala yang berat dan
kemudian tumbuhan mati. Tetapi ada kalanya tumbuhan yang terinfeksi
setelah menunjukkan gejala kemudian pada bagian-bagian yang tumbuh
baru gejalanya bekurang atau hilang tumbuhan terlihat sembuh sebagian
atau sembuh sama sekali.
2. Infeksi lokal
33
H. Gejala Penyakit
Tanaman yang terinfeksi virus dapat menunjukkan gejala, tetapi
secara fundamental berbeda dengan gejala yang ditimbulkan oleh
mikroorganisme parasit yang bersifat patogenik yang mempunyak kegiatan
lokal pada bagian yang terinfeksi dan diikuti pertumbuhan seperti miselia,
sporulosi atau lainnya.
Gejala yg terlihat pada tumbuhan terserang virus merupakan hasil
metabolisme inang yang di kacaukan oleh virus yang reaksinya sangat
tergantung pada kondisi fisiologis, sehingga sangat variabel seperti gejala
difisiensi unsur hara, kelebihan hormon atau deviasi genetik.
Gejala-gejala yang terlihat pada tumbuhan terserang virus dapat
dikelompokan menjadi gejala luar, gejala dalam dan adanya perubahan
metabolisme pada tumbuhan.
1. Gejala luar
Hampir semua penyakit yang disebabkan virus mengakibatkan
berkurangnya hasil total dan memperpendek hidup tanaman.
Pada umumnya pertumbuhan terhambat di sertai kelainan-
kelainanpada organ daun, bunga, buah, batang dan akar. Berdasarkan
gejala luar yang tampak penyakit virus tumbuhan dibedakan menjadi
beberapa kelompok.
a. Penyakit mosaik
Dicirikan adanya bercak-bercak hijau muda, kuning atau putih
tercampur warna hijau daun. Pada tumbuhanyang menunjukan gejala
mosaik biasanya proses pembungaan masih dapat berlangsung.
b. Penyakit bercak bercincin
Dicirikan adanya lingkaran-lingkaran clorose atau nekrose pada daun dan
kadang pada buah atau batang. Kadang gejala dapat hilang/tidak
terlihat meskipun virus penyebab masih trdapat dalam tumbuhan inang.
c. Penyakit nekroses
Dicirikan oleh matinya sel atau jaringan pada organ tumbuhan yang
terserang.
d. Penyakit roset
Dicirikan oleh memendeknya internodia sehingga terjadi penyimpangan
bentuk organ dan tumbuhan tampak merana.
e. Clorosis
Dicirikan adanya perubahan warna yang menyeluruh, pada umumnya
terjadi pada daun menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan
dan tidak menunjukan adanya bercak.
34
2. Gejala dalam
Gejala dalam pada tumbuhan yang terserang virus dapat
dikelompokan menjadi dua bagian.
a. Kerusakan sel.
Kerusakan sel atau modifikasi jaringan sel-sel atau isi sel seperti
cloroplas menjadi lebih kecil dan pucat, atau adanya bagian yang
nekrose pada floem.
b. Pembentukan inclusion bodies
Pembentukan benda-benda di dalam sel yang berlainan dengan
benda-benda yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan sehat. Benda-benda
yang terbentuk di sebut inclusion bodies yang terdapat dalam
sitoplasma, nucleus atau nukleolus.
Inclusion bodies dapat dilihat dengan mikroskop biasa dan gejala ini
merupakan gejala spesifik pada tumbuhan yang terserang virus.
Inclusion bodies dapat berbentuk kristal, benda omorf berbentuk bulat
atau seperti amuba, jika inclusion bodies tersebut diambil dan
digunakan sebagai inokulum maka dapat menimbulkan infeksi karena di
dalamnya terdapat partikel virus.
I. Penularan virus
5. Melalui serangga
bulir-bulir, dan bobot bulir lebih rendah dari pada bulir tanaman sehat
sehingga mengakibatkan hasil yang rendah.
b. Penyebab penyakit
Tungro di sebabkan oleh virus yang mempunyai dua macam zarah.
Yaitu berbentuk bola (isometrik atau polyhedral) dan bentuk batang
(bacilliform). Virus tungro terutama di tularkan oleh wereng hijau.
2. Kerdil rumput
a. Gejala
Tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan anakan
yang banyak (berlebihan) sehingga tampak seperti rumput.
Daun tanaman padi menjadi sempit, pendek-pendek, kaku,
berwarna hijau pucat dan kadang-kadang terdapat bercak karat.
Tanaman yang terinfeksi biasanya dapat hidup sampai fase
pemasakan tetapi tidak dapat membentuk malai.
b. Penyebab penyakit
Penyebab penyakit kerdil rumput pada padi belum dapat
dikatakan dengan pasti, di duga penyebabnya adalah virus. Penyakit
kerdil rumput padi ditularkan oleh wereng coklat.
b. Penyebab penyakit
Penyakit di sebabkan oleh virus mosaik pepaya (papaya mosaic
virus), virus mudah ditularkan secara mekanis dengan menggosokan sap
tanaman sakit pada tanaman sakit.
38
A. Pendahuluan
Tumbuhan membutuhkan beberapa unsur mineral untuk pertumbuhan
yang normal. Beberapa unsur, seperti nitrogen, posfor, kalium, magnesium
dan sulfur dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut unsur
makro, sedangkan yang lain seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga,
molibdenum dan klorin dalam jumlah kecil yang disebut unsur mikro. Jenis
gejala yang dihasilkan oleh defisiensi hara tertentu terutama tergantung
pada fungsi unsur tersebut di dalam tumbuhan. Fungsi-fungsi tersebut
mungkin menghambat atau mengganggu apabila unsur-unsur tersebut
terbatas.
Gejala tertentu biasanya sama pada defisiensi beberap unsur, tetapi
ciri-ciri diagnostik lain biasanya berhubungan dengan defisiensi unsur
tertentu. Gejala yang ditimbulkan tumbuhan sebagai akibat defisiensi hara
adalah sebagai berikut :
Gejala defisiensi Cu
Defisiensi Cu telah diketahui se bagai penyebab midcrown chloro sis
(MCC) dan mungkin berperan dalam timbulnya gejala tersebut yang
disebut peat yellows
Jaringan klorosis berwarna hijau pucat sampai kuning keputih pu tihan,
dijumpai di tengah anak da un pada daun termuda yang telah membuka.
Jaringan serat pada anak daun tetap berwarna hijau ka rena mampu
40
A. Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC,
kebanyakanjenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC.
Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada
tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan
lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah
muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin
sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah yang
sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan sebagainya.
1. Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas
kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk
pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu
minimum. Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan
pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya,
kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan
kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam
kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari
pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis
bawang dan umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas
maka suhu jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari
langsung mungkin jauh lebih tinggi disbanding dengan jaringan buah dari
sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebut menghasilkan
perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya
jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk. Suhu
tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan
penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart pada
kentang.
2. Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar
dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan
berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik
meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun
upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain,
dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting sukulen
sebagian pepohohonan. Kerusakan yang terjadi bervariasi tergantung
pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut
berlangsung. Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular
utama yang lebih meluas yang berselang-selang pada umbi akan
menghasilkan nekrosis seperti jaring. Tingkat kerusakan yang lebih
umum, sebagian besar umbi menjadi rusak, menghasilkan nekrosis yang
disebut blotch-type (tipe bisul).
43
B. Pengaruh Kelembaban
1. Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah
C. Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang
berdagingdi lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu
tinggi, atau padapenyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang
besar sekali. Contoh darikasus ini adalah berkembangnya penyakit yang
disebut blackheart pada kentang,yang dalam suhu cukup tinggi merangsang
pernapasan dan reaksi enzimatik yangabnormal pada umbi kentang. Suplai
(penyediaan) oksigen sel pada bagian dalamumbi tidak mencukupi untuk
mendukung peningkatan pernapasan, dan sel tersebut mati karena
kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi dan
kurang oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel. Reaksi
44
D. Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan
mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian
menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan,
dan gugurnya daun bungasecara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan
etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila
tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila
ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang
terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang
berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai
intensitas cahaya tinggi.
E. Polutan Udara
Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada
tumbuhan berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau
debu jugamempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen,
amoniak, klorin dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh
buruknya melewati daerah tertentu. Seringkali tumbuhan atau hasil
tumbuhan yang disimpan dalam gudang dengan ventilasi yang tidak baik
dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan oleh tumbuhan itu sendiri (etilen)
atau dari kebocoran sistem pendingin (amoniak). Beberapa kerusakan yang
disebabkan oleh polutan udara sebagai berikut :
- Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun
terlihatkeputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun
nampak seperti hangus.
- Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil,
menyebabkantumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal
dan senesen secaraprematur.
- Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi
menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi menyebabkan
keputihan pada jaringan antar tulang daun.
45
A. Pengertian
Pengendalian penyakit tanaman secara fisika adalah metode
pengendalian penyakit tanaman dengan memanfaatkan dan memodifikasi
unsur fisika sedemikian rupa sehingga membuat habitat patogen tidak
cocok untuk berkembangbiakan bahkan bisa mengakibatkan patogen
menjadi mati.
2. Pemanasan tanah
Pemanasan tanah dilakukan untuk membunuh bakteri, jamur dan
telur nematoda yang sudah mengontaminasi di dalam tanah. Jamur
parasit yang bersifat soil in habitan dan transiens, bertahan dalam
bentuk spora dorman akan mati.
Sebagai contoh untuk mencegah infeksi bakteri psedoumonas
solanacearum yang menyerang pembibitan tembakau di Deli Serdang,
dilakukan pemanasan tanah pesemaian dengan uap panas di dalam
ketel-ketel uap yang berjalan diatas rel. Tanah pesemaian dipanaskan
pada suhu 95 c sehingga bisa membunuh bakteri tersebut.
3. Pemanasan dengan terik matahari
Pemanasan tanah dengan menggunakan sinar matahari yang
dikenal dengan solar energi sering disebut dengan solarisasi.
Pemanasan ini bertujuan untuk mematikan patogen yang berupa
jamur, bakteri dan nematoda yang terbawa melalui tanah.
Solarisasi dilakukan pada lahan atau tanah-tanah yang akan
ditanami dengan jalan menutup dengan plastik transparan dengan
waktu tertentu tergantung intensitas radiasi.
4. Pemanasan kompos
Pemanasan kompos dilakukan untuk membunuh beberapa patogen
yang bersifat parasit didalam kompos. Pemanasan kompos ini biasanya
dilakukan dengan jalan memanasi kompos dengan uap panas yang
49
dialirkan melalui ketel uap hingga mencapai suhu 55-60 c selama 12-16
jam. Pekerjaan ini sering dinamakan dengan pasteurisasi.
Beberapa contoh adalah memanaskan kompos yang akan digunakan
untuk media pertumbuhan jamur merang, cendawan parasit yang
terbunuh misalnya Sclerotium, pemanasan kompos yang akan
digunakan sebagai media pembibitan tembakau dapat mematikan
Phytophora penyebab penyakit lanas pada tembakau.
5. Pemanasan benih
Ada beberapa patogen yang terbawa didalam benih, biji, umbi dan
stek, maka perlu usaha untuk membebaskan benih dri patogen dengan
jalan pemanasan dengan menggunakan air panas yang sering disebut
dengan perlakuan air panas (hot water treatment) dan perlakuan
dengan pemberian uap panas (hot air treatment).
Beberapa contoh patogen yang dapat dikendalikan diantaranya
Drechslera oryzae penyebab bercak coklat pada padi yang bertahan di
dalam bii dapat dimatikan dengan jalan merendam biji dalam air
hangat denga suhu 55 c selama 5 menit, kemudian direndam dalam air
dingin selama 24 jam. Benih kubis dapat dibebaskan dari patogen
Alternaria brassicae penyebab bercak daun dan Xanthomonas
campestris penyebab busuk hitam dengan perlakuan air panas suhu 50
c selama 30 menit.
6. Pemanasan buah-buahan
Buah-buahan ketika masih mentah dan masih dipohon berpotensi
untuk terjadinya kontak dengan inokulum patogen, tetapi patogen
belum melakukan penetrasi. Penertasi dan infeksi baru terjadi ketika
buah sudah matang, dietik atau sudah berada di dalamenyimpanan
sehingga memudahkan buah menjadi busuk. Untuk itu perlu dilakukan
penanganan dengan menggunakan fungisida dengan memadukan air
panas.
Beberapa contoh yang sering dilakukan antara lain untuk
mencegah busuk pada buah pepaya karena Rhizopus stolonifer, sehabis
dipetik buah pepaya direndam dalam air dengan suhu 49 c selama 20
menit, untuk mencegah busuk buah mangga karena Colletotrichum
gloeosporiodes sebelum dikotak buah mangga direndam dalam air
hangat dengan suhu 55 c selama 5 menit.
50
A. Pengertian
Menurut Garret (1965) menyatakan bahwa pengendalian biologis
adalah meliputi usaha manusia untuk mengurangi intensitas suatu penyakit
tumbuhan dengan memakai bantuan satu atau lebih jasad hidup.
B. Macam pengendalian penyakit tanaman secara biologis
1. Antagonisme
Yaitu suatu keadaan yang menyebabkan tertekannya aktivitas suatu
jasad (organisme), jika dua jasad atau lebih berada di tempat yang
berdekatan. Beberapa contoh agens hayati yang bersifat antagonis antara
lain adalah : Gliocladium sp, Trichoderma viride, T. harzianum dan T.
koningii yang dapat menekan pertumbuhan jamur yang bersifat
parasitisme/merugikan tanaman. Penggunaan Gliogladium dan Trichoderma
sudah lama digunakan untuk mengendalikan beberapa penyakit tanaman
diantaranya Layu Fusarium, jamur akar putih (Rigidoporus microporus),
penyakit akar gada pada kubis dan penyakit Rhizoctonia.
4. Tanaman campuran
Di daerah tertentu tanaman labu air (Lagenaria siceraria) ditanam
secara bersama-sama dengan tanaman bawang daun. Ternyata tanaman
labu ini tahan terhadap ganggunan cendawan Fusarium oxysporum. Hal
tersebut dikarenakan pada perakaran bawang daun berkembang bakteri
psedomonas gladioli. Oleh karena itu saat ini tengah dicoba bagaimana
53
reaksi dari bawang daun untuk mengendalikan layu Fusarium pada tanaman
tomat dan tanaman cabai.
5. Pengimbasan ketahanan
Pengimbasan ketahanan sering juga disebut sebagai imunisasi bagi
tanaman, sehingga tanaman akan tahan terhadap serangan patogen
tertentu. Sebagai contoh tanaman tembakau yang terinfeksi blue mold
(peronospora tabcina) pada waktu masih kecil dan mampu bertahan dalam
beberapa hari, akan membuat tanaman yang terserang itu tahan terhadap
serangan blue mold hingga dewasa bahkan hingga panen. Contoh lain
tanaman kopi arabika yang disemprot dengan suspensi bakteri Bacilus
thuringensis, Xanthomonas campestris menjadi tahan terhadap serangan
karat daun (Hemilea vastatrix).
Dewasa ini ketahanan tersebut dapat dipindahan pada keturunan
tanaman yang diinokulasikan beberapa patogen melalui proses
penyambungan dan kultur jaringan.
6. Proteksi silang
Pada penyakit yang diakibatkan oleh virus, biasanya dilakukan
pencegahan dengan proteksi silang atau yang dikenal dengan premunisasi.
Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah ternyata akan
menjadi tahan terhadap strain virus yang kuat. Pembuatan strain virus yang
lemah dilakukan dengan melakukan pamanasan dan pendinginan secara in
vivo atau dengan penggunaan asam nitrat. Tanaman yang mengandung
strain virus yang lemah tadi diperbanyak secara vegetatif antara lain
dengan kultur jaringan.
54
A. Pengertian
Pengendalian penyakit tanaman secara kimiawi adalah pengendalian
penyakit tanaman dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan
dengan pestisida. Untuk menggendalian penyakit tanaman yang disebabkan
oleh jamur digunakan fungisida, yang disebabkan oleh bakteri digunakan
bakterisida dan yang disebabkan oleh nematoda digunakan nematisida.
B. Fungisida
Fungisida berasal dari kata fungus = jamur dan caedo = membunuh.
Kebanyakan fungisida yang dipakai bersifat protektan atau fungisida kontak
yaitu untuk melindungi tumbuhan agar patogen mati sebelum mengadakan
infeksi. Disamping itu ada juga fungisida yang bersifat sistemik yaitu
fungisida yang dapat membunuh patogen yang sudah berada di dalam tubuh
tanaman.
Fungisida dapat bersifat fungisidal, fungistatik dan genestatik.
Fungisida yang bersifat fungisidal berarti bahwa dapat membunuh jamur,
fungisida bersifat fungistatik berarti tidak membunuh jamur tetapi hanya
menghambat pertumbuhan. Sedangkan fungisida yang bersifat genestatik
adalah fungisida yang bekerja dengan mencegah sporulasi.
Fungisida yang baik memiliki ciri-ciri antara lain : meracuni patogen
sasaran, tidak meracuni tumbuhan, tidak meracuni ternak, manusia, ikan
dan sebangsanya, tidak meracuni tanah dan lingkungannya, termasuk jasad
renik, murah dan mudah didapat, tidak mudah terbakar, dapat disimpan
lama tanpa menurun mutunya, tidak merusak alat-alat, mudah disiapkan
dan mudah dipakai, dapat merata dan melekat kuat pada permukaan badan
tumbuhan, aktif dalam waktu yang tidak terlalu lama, agar tidak banyak
menimbulkan residu pada hasil pertanian.
Formulasi adalah proses pembuatan fungisida dari bahan aktif yang
dicampur dengan bahan lain, sehingga terbentuk bahan atau formulasi yang
siap digunakan. Tujuan formulasi adalah untuk membuat bahan aktif tetap
stbil dan tahan untuk disimpan, diangkut, dan dapat dijual dengan harga
murah sehingga dapat dipakai oleh tanaman dengan harga yang ekonomis.
Fungisida yang tersedia didalam perdagangan biasanya terdiri atas bahan
aktif dan bahan lain sebagai pembawa.
Fungisida di jual dengan berbagai bentuk, WP = wettable powder
artinya fungisida yang berbentuk tepung, dalam penggunaannya harus
dibasahi dengan air, EC = emulsifiable concentrate, bentuk cairan, dalam
prakteknya harus diencerkan dulu dengan air, D = dust berbentuk tepung
yang dihembuskan, G = granuler, berbentuk butiran.
Agar fungisida yang disemprotkan dapat menutupi bagian-bagian
tanaman secara merata maka biasanya fungisida dicampur dengan bahan
lain yang dinamakan perata (spreader), biaanya terbuat dari sabun dengan
kadar 1% dapat juga digantikan dengan buah lerak (Sapindus rarak). Agar
55