Anda di halaman 1dari 55

1

I. PENGERTIAN PENYAKIT TANAMAN

A. Arti Penting Penyakit Tanaman

Dalam proses budidaya tanaman selain hama dan gulma ternyata


penyakit tumbuhan telah berulang kali menimbulkan kerugian besar dan
berpengaruh terhadap kehidupan, sehingga terlahirlah cabang ilmu
pengetahuan baru yaitu ilmu penyakit tumbuhan atau fitopatologi (phyton:
tumbuhan, pathos: menderita, logos: pengetahuan).
Penyakit tumbuhan telah ada sejak dahulu kala, pada fosil-fosil
tumbuhan purba diketahui adanya daun-daun yang berbercak penyakit. Pada
tahun 1.000 di Eropa timbul penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada
ribuan manusia, ternyata akibat memakan rati yang terbuat dari tepung rye
(Secale cereal) yang terserang jamur Claviceps purpurae.
Penyakit tumbuhan yang terhebat dalam sejarah dunia adalah penyakit
pada tanaman kentang hawar daun kentang yang disebabkan oleh Phytophthora
infestans. Pada tahun 1845 penyakit ini hampir menyerang semua tanaman
kentang di Eropa. Di Irlandia yang makanan pokoknya kentang timbul paceklik
yang sangat menyedihkan. Diantara tahun 1845 dan 1860 lebih kurang satu juta
rakyat Irlandia mati kelaparan (1/8 dari jumlah penduduk), sedangkan 1 juta
penduduk lainnya terpaksa menjadi emigrasi ke Amerika Serikat.
Hawar daun yang menyerang kentang juga merupakan salah satu
penyebab kalahnya Jerman dalam Perang dunia I. Ketika itu orang sudah
menggunakan bubur bordeaux yang bahan utamanya adalah sulfur. Karena
dalam perang banyak memerlukan sulfur untuk peluru dan kawat listrik maka
mereka menghiraukan untuk mengendalikan penyakit hawar daun, sehingga
terjadilah kemerosotan produksi pangan sehingga mengakibatkan kemerosotan
moral dan ketahanan fisik rakyat jerman sehingga memaksa untuk menyerah.
Pada tahun 1942 dan 1943 terjadi paceklik di Benggala (Bangladesh)
akibat terjadinya kegagalan panen padi karena terserang penyakit bercak
coklat (Helminthosporium oryzae) sehingga menyebabkan matinya 2 juta
manusia, peristiwa kelaparan tersebut dikenal dengan peristiwa “The Great
Bengal Famine”.

Di Indonesia terdapat terdapat contoh-contoh penyakit yang


menyebabkan kerugian sangat besar diantaranya :
a. Penyakit karat daun kopi yang disebabkan oleh jamur Hemileia vastatrix.
Penyakit ini menyerang tanaman kopi jenis Arabica (Coffea arabica) yang
memiliki mutu hasil tinggi, kemudian jenis ini diganti dengan kopi Liberia
tetapi tetap diserang dan akhirnya diganti lagi dengan jenis Robusta
(C.canephora) yang tahan, tetapi mutu hasil jauh dibawah Arabica.
b. Penyakit sereh pada tebu, yang menimbulkan kerugian besar terhadap
perkebunan tebu di Indonesia. Bibit yang tahan harus didatangkan dari
Periangan dan Moga (dari lereng Gunung Slamet) sehingga perlu biaya yang
mahal untuk mendatangkan.
2

c. Penyakit CVPD (Citrus vein phoem degeneration) yang menyerang hampir


seluruh tanaman jeruk di Indonesia.
d. Penyakit akar gada yang disebabkan oleh cendawan Plasmodiophora
brassicae Wor. yang menyerang tanaman kubis-kubisan di Jawa Barat dan
Jawa Tengah, ternyata bukan saja di Indonesia tetapi juga menyerang di
beberapa negara seperti : Inggris, Amerika Serikat, Asia dan Afrika dengan
tingkat kerusakan mencapai 50-100%, di Indonesia kerugian di prediksi
mencapai 2,8 milyar/musim (Rukmana, 1994).

Beberapa kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit tumbuhan terhadap


tanaman budidaya antara lain :
a. Penyakit tumbuhan akan mengurangi kuantitas hasil pertanian.
b. Penyakit tumbuhan dapat menurunkan mutu hasil pertanian.
c. Untuk mengelola (pengendalian) penyakit diperlukan biaya yang besar.
d. Penyakit tumbuhan dapat mengakibatkan kerusakan hasil-hasil tanaman
selama masa pascapanen.
e. Penyakit tumbuhan dapat menimbulkan gangguan kepada manusia atau
hewan yang memakannya.

B. Pengertian Penyakit Tumbuhan


Tumbuhan dikatakan sehat atau normal, apabila tumbuhan tersebut
dapat melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya sesuai dengan potensi
genetik terbaik yang dimilikinya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup
pembelahan, diferensiasi dan perkembangan sel yang normal, penyerapan
air dan mineral dari tanah dan mentranslokasikannya ke seluruh bagian
tumbuhan, fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke tempat-
tempat penggunaan dan penyimpanannya, metabolisme senyawa-senyawa
yang disintesis, reproduksi dan penyimpanan persediaan makanan untuk
reproduksi.
Apabila tumbuhan diganggu oleh patogen atau oleh keadaan
lingkungan tertentu dan salah satu atau lebih dari fungsi tersebut
terganggu sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal, maka
tumbuhan menjadi sakit. Penyebab utama penyakit baik berupa organisme
hidup patogenik (parasit) maupun factor lingkungan fisik (fisiopath).
Adapun mekanisme penyakit tersebut dihasilkan akan sangat bervariasi
yang tergantung pada agensia penyebabnya dan kadang-kadang juga
bervariasi dengan jenis tumbuhannya. Pada mulanya tumbuhan bereaksi
terhadap agensia penyebab penyakit pada bagian terserang. Reaksi
tersebut dapat berupa reaksi biokimia alami, yang tidak dapat dilihat.
Akan tetapi reaksinya dengan cepat menyebar dan terjadinya perubahan-
perubahan pada jaringan yang dengan sendirinya menjelma menjadi
makroskopik dan membentuk gejala penyakit.
Tumbuhan dipandang dari dua sudut pandang. Dari sudut pandang
biologi, tumbuhan adalah organisme yang melakukan kegiatan-kegiatan
fisiologis yaitu pertukaran zat, tumbuh, gerak dan pembiakan. Dipandang
dari sudut ekonomi, tumbuhan adalah penghasil bahan-bahan dan
memberikan keindahan yang berguna bagi manusia.
3

Penyakit tumbuhan, dipandang dari sudut biologi diartikan sebagai


penyimpangan dari sifat normal yang menyebabkan tumbuhan atau bagian
tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fisiologis yang biasa. Ditinjau
dari sudut ekonomi, penyakit adalah ketidakmampuan tumbuhan untuk
memberikan hasil yang cukup kualitas maupun kuantitasnya.

C. Proses timbulnya penyakit


Penyebab penyakit atau disebut dengan patogen terdiri atas jamur,
bakteri, virus dan nematoda, yang kesemuanya merupakan jasad renik,
mikroba atau mikroorganisme yang memiliki ukuran yang lebih kecil dari
pada tungau, serangga atau binatang pengerat.
Penyakit tumbuhan hanya akan terjadi jika terjadi interaksi atau
pada suatu waktu disuatu tempat terdapat :
- Tumbuhan yang rentan
- Patogen yang virulen
- Lingkungan yang sesuai
Penyakit tidak akan terjadi jika patogen yang virulen
(mempunyai kemampuan yang tinggi untuk timbulkan penyakit) bertemu
dengan bagian tumbuhan yang rentan tetapi lingkungan tidak membantu
perkembangan patogen. Patogen mengadakan interaksi dengan tumbuhan
inang. Patogen melakukan aksi, sedangkan tanaman inang mengadakan
reaksi. Lingkungan seperti kelembaban, suhu, sinar matahari dan unsur
hara tanah mempengaruhi tumbuhan inang maupun patogen. Interaksi ini
diambarkan sebagai segitiga penyakit/disease triangle.

L 1. Konsep Segitiga Gangguan


L
Menurut konsep ini bahwa gangguan terhadap
tanaman inang diakibatkan oleh interaksi antara
lingkungan (L), inang (I), dan Penyebab Gangguan (P).
Apabila ketiganya seimbang maka akan menghasilkan
I P
lingkungan yang stabil, sehingga jarang timbu gangguan.
Contoh: hutan primer.
L

2. Konsep Segiempat Gangguan


Gangguan terjadi akibat campur tangan manusia
I P (M). Dengan lingkungan, inang yang direkayasa oleh
manusia, maka keseimbangannya akan terganggu. Contoh:
lahan pertanian, hutan industri, perkebunan yang
M
lingkungannya relatif tidak stabil
4

II. PENGGOLONGAN PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN

Tanaman sakit adalah tanaman yang tidak normal atau tidak


mampu melakukan proses fisiologinya. Tanaman yang sakit pada
dasarnya dikarenakan adanya gangguan dari luar yang dikenal dengan
penyebab penyakit.

Pada umumnya penyebab penyakit dapat digolongkan menjadi dua


bagian yaitu penyebab penyakit dari golongan biotik dan penyebab
penyakit dari golongan abiotik.

Penyebab penyakit dari golongan biotik dinamakan dengan


patogen atau dari golongan makhluk hidup, yang terdiri atas
jamur/cendawan/fungi, bakteri, virus dan nematoda. Penyebab penyakit
dari golongan biotik ini bersifat menular karena merupakan makluk
hidup.

Penyebab penyakit dari golongan abiotik disebut juga penyakit


abiotik, fisiologis atau fisiogenis, yang sering disebut dengan penyakit
fisiopat. Penyakit yang dikarenakan faktor lingkungan atau fisiopat tidak
menular. Contoh penyebab penyakit karena faktor lingkungan adalah
karena faktor cuaca curah hujan, kelembaban, penyinaran (cahaya),
suhu yang tidak sesuai, dikarenakan faktor tanah diantaranya pH
rendah, difisiensi unsur hara, keracunan mineral dan dikarenakan oleh
faktor polusi.

Organisme yang menyebabkan penyakit disebut patogen. suatu


jasad saprofit yang mampu menghasilkan suatu produk, misalnya toksin
yang mampu menyebabkan penyakit pada tumbuahan. patogen
menyebabkan penyakit dengan cara :

1. mengkonsumsi isi sel tumbuhan


2. mengganggu metabolisme sel tumbuhan melalui toksin, enzim, atau
zat tumbuh
3. memblokir jaringan pembuluh

D. Gejala Penyakit Tanaman

Biasanya tumbuhan sakit akan menunjukkan gejala yang khusus.


Gejala (symptom) adalah perubahan-perubahan (bentuk dan warna) yang
ditunjukkan oleh tumbuhan itu sendiri, sebagai akibat adanya penyebab
penyakit. Seringkali penyakit tertentu tidak hanya menyebabkan timbulnya
satu gejala, tetapi rangkaian gejala yang disebut dengan síndrome. Dengan
memperhatikan gejala atau rangkaian gejala kita dengan cepat bisa
5

menentukan penyebab penyakitnya dan menentukan teknik


pencegahannya/pengendaliannya.
Seringkali beberapa macam penyakit pada tumbuhan tertentu
menunjukkan gejala yang sama, sehingga dengan memperhatikan gejala
saja kita tidak dapat mendiagnosa dengan pasti. Oleh karena itu kita juga
harus memperhatikan tanda (sign) dari penyakit. Tanda adalah semua
pengenal dari penyakit selain reaksi tumbuhan inang misalnya bentuk
tubuh buah parasit, miselium, warna spora, damar (blendok), lendir dan
sebagainya.

1. Gejala
Gejala dapat setempat atau sistemik. Gejala setempat terbatas pada
daerah tertentu seperti adanya bercak-bercak pada daun yang warnanya
berbeda dari biasanya, kanker pada batang dan sebagainya.
Gejala yang tampak berdasarkan atas perubahan yang terjadi di
dalam sel-sel. Perubahan pada sel akan menyebabkan perubahan dalam
jaringan dan alat-alat sehingga gejala dapat terjadi. Kebanyakan gejala
dapat dilihat dari luar tumbuhan, tetapi juga ada gejala dalam, yang baru
terlihat bila batang tumbuhan dipotong atau dibelah.
Gejala-gejala dapat dibagi menjadi 3 tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala nekrotik, disebabkan karena adanya kerusakan pada sel
atau bagian sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala hipoplastik, disebabkan karena terlambatnya atau
terhentinya pertumbuhan sel (underdevelopment).
c. Gejala-gejala hiperplastik, dikarenakan pertumbuhan sel yang lebih
besar dari biasa (overdevelopment).
6

Gejala-gejala nekrotis
Beberapa gejala penyakit yang tergolong ke dalam gejala nekrotis
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Beberapa gejala nekrotik
No. Gejala Keterangan Contoh
1 Hidrosis Gejala bagian tanaman tampak
kebasah-basahan
2 Klorosis Gejala berupa menguningnya Penyakit bulai jagung
bagian-bagian tanaman yang oleh
semula berwarna hijau akibat Peronosclerospora
rusaknya klorofil maydis
3 Nekrosis Gejala berupa bercak, warna dan Bercak daun kentang
bentuk bercak bermacam- oleh Phytophthora
macam tergantung jenis infestan, Spot daun
penyakitnya padi oleh Pyricularia
oryzae
4 Perforasi Gejala berupa terbentuknya Daun karet terserang
lubang-lubang karena runtuhnya Microcyclus ulei
sel-sel yang telah mati pada
bercak nekrosis
5 Busuk Gejala berupa bercak seperti Busuk basah wortel
nekrosis tetapi menyerang oleh Erwinia
jaringan yang tebal seperti akar, carotovora
umbi, buah
6 Eksudasi Gejala terjadinya pengeluaran Batang karet yang
cairan dari suatu tanaman terserang Upasia
salmonicolor akan
mengeluarkan latek
dari dalam batang.
Pengeluaran blendok
dari batang jeruk
karena jamur
Diplodia natalensis
7 Kanker Gejala kematian jaringan kulit Bidang sadapan karet
tumbuhan berkayu. Di bagian yang terserang
tepinya akan berkembang Phytophthora
jaringan kalus palmivora
8 Layu Gejala yang timbul akibat Tanaman tomat
hilangnya turgor pada daun atau terserang Fusarium
tunas akibat gangguan jaringan oxysporum
pengangkutan
9 Mati Gejala matinya ranting atau Tanaman jeruk yang
ujung cabang yang dimulai dari ujung terserang
meluas ke pangkal Colletrothricum sp.
10 Terbakar Gejala mengeringnya bagian Tanaman yang
tanaman tertentu yang mengalami keracunan
disebabkan oleh factor abiotik senyawa-senyawa
kimia beracun
7

Gejala-gejala hipoplastik
Gejala-gejala hipoplastik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Beberapa gejala hipoplastik
No Gejala Keterangan
1 Etiolasi Gejala disebabkan tanaman kurang mendapat cahaya,
sehingga menjadi pucat, tumbuh memanjang dan
mempunyai daun-daun yang sempit
2 Kerdil Gejala tanaman menjadi kerdil akibat penghambatan
pertumbuhan
3 Klorosis Gejala penghambatan pembentukan klorofil
4 Perubahan Gejala penghambatan pertumbuhan pada bagian tertentu
Simetri sehingga terjadi penyimpangan bentuk
5 Roset Gejala daun yang berdesakan membentuk suatu karangan
akibat penghambatan pertumbuhan ruas-ruas batang

Gejala-gejala hiperplastik
Gejala-gejala hipoplastik dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Beberapa gejala hiperplastik
No Gejala Keterangan Contoh
1 Erionase Gejala terrbentuknya banyak Daun Crotalaria
trikoma terrserang tungau
2 Fasiasi Gejala berubahnya bentuk dari Batang karet muda
silindris atau lurus menjadi (penyebab belum
pipih, lebar diketahui)
3 Intumesensia Gejala pembengkakan organ Daun Cassia tomentosa
tanaman akibat pemanjangan (penyebab belum
sel diketahui)
4 Kudis Gejala kenampakan sebagai Umbi kentang terserang
bercak kasar, berbatas dan agak Streptomyces scabies
menonjol, kadang pecah-pecah
6 Pembentukan Gejala pembentukan bagian- Tanaman jagung yang
alat yang bagian tertentu secara luar terserang virus kerupuk
luar biasa biasa, seperti perubahan bunga Tanaman kerupuk pada
menjadi daun kecil-kecil, daun tembakau
pembentukan anak daun yang
kecil dari sisi bawah tulang
daun
7 Prolepsis Gejala berkembangnya tunas- Cabang karet yang
tunas tidur yang berada dekat terserang Upasia
di sisi bagian yang sakit menjadi salmonicolor
tunas air
8 Sapu Gejala berkembangnya tunas Tanaman kacang tanah
ketiak yang biasanya tidur yang diserang
menjadi seberkas ranting yang mikoplasma
rapat
9 Sesidium Gejala pembengkakan setempat Daun damar terserang
pada jaringan tanaman sehingga Aecidium sp.
terbentuk bintil-bintil
8

2. Tanda (sign)
Tanda-tanda umumnya terbatas pada penyakit tumbuhan yang
terserang jamur dan bakteri. Jamur-jamur parasit tertentu membentuk
struktur-struktur di luar badan tumbuhan, khususnya yang menghasilkan
spora. Tanda tanda (sign) tersebut antara lain : miselium, karat, tepung,
lendir bakteri dan sklerotium.

3. Hukum Postulat Koch


Menurut hukum Postulat Koch dijelaskan bahwa mikroorganisme
dikatakan sebagai penyebab penyakit bila memenuhi kriteria berikut :
a. mikroorganisme penyebab penyakit selalu berasosiasi dengan gejala
penyakit yang bersangkutan,
b. mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat diisolasi pada media
buatan secar murni,
c. mikroorganisme penyebab penyakit hasil isolasi harus dapat
menimbulkan gejala yang sama dengan gejala penyakitnya, apabila
diinokulasikan, dan
b. mikroorganisme penyebab penyakit harus dapat direisolasi dari gejala
yang timbul hasil lnokulasi.

E. Perkembangan Patogen di dalam Tanaman

Pada setiap penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen (menular)


ada rangkaian kejadian yang merupakan siklus perkembangan penyakit dan
patogen yang berlangsung secara terus menerus.
Peristiwa-peristiwa penting didalam siklus penyakit adalah sebagai
berikut : inokulasi, penetrasi, infeksi, kolonisasi, pertumbuhan dan
perkembangan patogen, dan penyebaran patogen.

1. Inokulasi
Adalah terjadinya kontak antara inokulum patogen dengan tanaman.
Inikulum patogen adalah patogen atau bagian-bagiannya dari patogen yang
dapat menginfeksi tanaman yang terbawa oleh angin datau dengan cara-
cara lain, sehingga terjadi kontak dengan tanaman.
Contoh inokulum patogen antara lain :
- Pada cendawan, inokulumnya berupa spora, skelerotium atau bagian-
bagian dari miselium.
- Pada bakteri, mikoplasma dan virus inikulumnya merupakan individu
masing-masing, sedangkan ada nematoda inokulumnya adalah nematoda
dewasa, larva dan telur.
Inokulum biasanya terdapat pada sisa-sisa bagian tanaman yang
jatuh ke tanah tempat tanaman tumbuh. Inokulum dapat dijumpai di lahan
yang terbawa melalui benih, melalui pemindahan tanaman, umbi, akar,
stek dan cangkokan atau bahan lain.
9

Cendawan, bakteri dan nematoda dapat memproduksi inokulum


pada permukaan tanaman ketika jaringan-jaringan yang terinfeksi pecah
sehingga inokulum akan berhamburan. Virus, mikoplasma dan bakteri
menghasilkan inokulum di dalam tanaman. Inokulum seperti ini tidak
pernah mencapai permukaan tanaman, karena patogen-patogen tidak
dapat menyebar dari satu tanaman ke tanaman lainnya tanpa bantuan dari
vektor.

2. Pra penetrasi
Patogen sebelum melakukan penetrasi terlebih dahulu akan
melakukan persiapan-persiapan sehingga inokulum tersebut akan bisa
masuk/penetrasi ke dalam bagian tanaman.
- Pada cendawan, pada spora pertama-tama harus berkecambah, dengan
demikian ia membutuhkan suhu yang sesuai dan kelembaban yang tinggi.
Keadaan yang sesuai ini harus berlangsung hingga patogen mampu
melakukan penetrasi, bila lingkungan tidak mendukung, maka ia akan
kering dan mati. Pada cendawan spora harus berkecambah dan
membentuk tabung kecambah (germ tube) yang merupakan bagian dari
miselium yang dapat melakukan penetrasi masuk ke dalam tanaman
inang. Selain tabung kecambah spora yang membentuk organ houstoria
juga dapat menembus jaringan tanaman inang. Perkecambahan spora
dirangsang oleh nutrisi yang dikeluarkan oleh akar tanaman (gula dan
asam amino), juga oleh eksudat akar.
- Pada nematoda, telur-telur nematoda akan menetas bila suhu dan
kelembaban mendukung. Setelah menetas larva akan bergerak dan
segera dan mencari atau masuk kedalam bagian tanaman dan menjalani
pergantian fase instar berikutnya sampai menjadi dewasa. Penetasan
telur nematoda ini juga dirangsang oleh gula dan asam amino yang
dikeluarkan oleh akar tanaman yang bersifat sebagai pemikat
(anttractant).

3. Penetrasi
Penetrasi adalah proses masuknya patogen ke dalam bagian tanaman.
Penetrasi patogen ke dalam tanaman inang melalui penetasi langsung,
masuk melalui lubang-lubang alami atau melalui luka-luka.
Cendawan ada yang hanya bisa memasuki tanaman dengan satu cara
ataupun cendawan lain dapat melakukan penetrasi dengan berbagai cara.
Bakteri melakukan penetrasi tidak dapat dengan langsung tetapi melalui
luka dan lubang yang alami. Sedangkan virus dan mikoplasma masuk
melalui luka-luka yang dibuat oleh vektor, luka oleh alat pertanian.
Sedangkan nematoda melakukan penetrasi secara langsung kadang-kala
melalui lubang alami.

a. Penetrasi langsung melalui permukaan tanaman yang utuh


Penetrasi langsung melalui permukaan tanaman yang utuh
dilakukan oleh cendawan dan nematoda. Cendawan melakukan
penetrasi langsung ke permukaaan tanaman menggunakan hifa infeksi
atau appressorium. Hipa infeksi ini dibentuk diantara pada ujung tempat
10

terjadinya kontak antara tabung kecambah atau miselium dengan


tanaman. Hifa ini tumbuh ke permukaan tanaman, menghisap kutikula
dan dinding sel dengan gerakan mekanis dan melunakkan sel dengan
bantuan enzim.
Pada nematoda, penetrasi dilakukan dengan gerakan maju dan
mundur stilet, sehingga akan membentuk lubang kecil pada dinding sel
dan pada akhirnya dapat memasukkan seluruh tubuhnya ke dalam
tanaman.
b. Penetrasi melalui luka-luka
Penetrasi melalui luka daat dilakukan oleh semua cendawan,
bakteri, virus. Bakteri dan cendawan yang masuk melalui luka,
berkecambah atau berkembangbiak didalam cairan pada luka yang segar
atau didalam lapisan air hujan atau embun yang ada pada luka. Secara
bertahap patogen menyerang sel-sel tanaman yang berdekatan secara
langsung dengan menggunakan haustoria, ia dapat mengeluarkan enzim
dan racun yang dapat membunuh dan melunakkan sel-sel yang ada
disekitarnya.
c. Penetrasi melalui lubang-lubang alami pada tanaman
Lubang alami yang ada pada tanaman antara lain yaitu : stomata,
hidotoda, nektartoda dan lentisel.
Stomata berjumlah banyak, berada pada bagian bawah daun,
terbuka pada siang hari dan tertutup pada malam hari. Bakteri yang
berada dalam lapisan air dapat mudah berenang melalui stomata dan
dapat memperbanyak diri dan mulai menginfeksi. Cendawan mampu
masuk ke dalam stomata dalam keadaan terbuka maupun tertutup.
Hidotoda adalah pori-pori yang tetap terbuka dan berada pada
ujung daun, biasanya pagi hari akan mengeluarkan air yang mengandung
nutrisi. Bakteri mampu masuk melalui pori-pori, sedangkan cendawan
mampu masuk melalui dasar bunga-bunga melalui nectartoda (lubang
pada dasar bunga tempat nektar keluar).
Lentisel adalah lubang-lubang yang terdapat pada buah, batang
dan umbi akar yang berisikan sel-sel penghubung yang bebas yang
membuat udara dapat lewat. Hampir semua patogen masuk melalui
lentisel.

4. Infeksi
Infeksi adalah proses yang terjadi setelah patogen mengadakan
kontak dengan sel-sel yang rentan atau jaringan tanaman inang untuk
memperoleh nutrisi darinya. Selama infeksi patogen akan tumbuh dan
berkembangbiak diantara jaringan-jaringan tanaman, menyerang dan
mengkolonisasi sebagian besar tanaman.
Berhasilnya infeksi ditunjukkan dengan adanya gejala berupa
perubahan warna, salah bentuk atau nekrosa pada tanaman, contohnya :
gejala dapat muncul setelah 2-4 hari setelah terjadinya inokulasi, seperti
terjadi pada penyakit virus pada tanaman rempah-rempah.
11

Jarak interval waktu antara inokulasi dan munculnya gejala disebut


dengan periode inkubasi. Lama inkubasi berbagai jenis penyakit berbeda-
beda tergantung dari patogen dan inang, fase perkembangan tanaman
inang, dan suhu disekitar tanaman infeksi.
Selama infeksi patogen memperoleh nutrisi dari sel-sel yang hidup
ada yang harus tanpa membunuh, ada yang dengan membunuh dan
memanfaatkan isi sel ketika patogen menyerang dan ada juga yang
membunuh dan merusak jaringan disekitarnya. Pada waktu menginfeksi
patogen mengeluarkan zat-zat seperti enzim, racun dan ZPT dalam tubuh
inang yang mampu mempengaruhi struktur sel dan fisiologi sel. Ada
tanaman inang yang mampu bertahan dengan memberikan reaksi dengan
gejala yang berbeda-beda.

5. Kolonisasi patogen
Patogen yang sudah berada di dalam jaringan tanaman, menghisap
nutrisi dari jaringan tanaman. Patogen sudah membentuk kelompok/koloni
pada bagian tanaman yang terserang.

6. Penyebaran patogen
a. Melalui angin
Spora cendawan dan biji tumbuhan parasit tingkat tinggi umumnya
disebarkan melalui angin. Contohnya spora pada cendawan biji karet
mampu menyebar dengan jauh, bakteri penyebab fire blight pada apel
dan pear membentuk benang-benang kering dan mengandung eksudat,
bila patah mudah diterbangkan oleh angin.
b. Melalui serangga, tungau dan nematoda
Searngga (kutu daun, aphid) dan wereng daun (leaf hopper) merupakan
serangga penular virus yang penting. Beberapa nematoda dan tungau
dapat menularkan virus, juga dapat membawa bakteri dan spora ketika
mereka berpindah.

7. Cara bertahan patogen tanpa tanaman inang


Golongan jamur beberapa patogen dapat bertahan hidup meskipun
tidak ditemukan tanaman inang.
1. Soil inhabitant
Mikroorganisme yang mampu bertahan hidup di dalam tanah sebagai
sapropit yang tak terbatas waktu. Contoh : Phytium, Fusarium,
Rhizoctonia dan Plasmodiophora brassicae Wor.
2. Soil transients
Parasit yang hidup didalam tanah sebagai sapropit yang mampu
bertahan di dalam tanah untuk jangka waktu yang pendek dengan
membentuk spora keras. Contoh patogen antara lain : Erwinia dan
Xanthomonas campestris.
Sedangkan untuk patogen jenis bakteri sangat sulit bertahan bila
jumlahnya sedikit dan berdiri sendri di dalam tanah. Mampu bertahan lama
apabila massa bertahan dalam bentuk lendir.
12

Virus hanya bisa bertahan pada jaringan tanaman yang hidup.


Biasanya bertahan di dalam akar, organ-organ vegetatif dan pada alat-alat
pertanian.
Nematoda dapat bertahan dalam bentuk telur di dalam tanah,
sedangkan yang dewasa bisa bertahan di dalam akar dan sisa-sisa
tanaman. Larva bisa dorman di dalam benih, biji dan umbi.
13

III. PENYEBAB PENYAKIT GOLONGAN JAMUR

`
A. Pendahuluan
Sejak lama orang telah mengenal jamur karena sering dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, istilah jamur berasal dari Kata Yunani Mykes yang
berarti jamur payung karena bentuknya yang menyerupai Payung.
Sejak ditemukan alat pembesar (Mikroskop) ternyata banyak
mikroorganisme yang memiliki sifat seperti jamur sehingga studi tengang
jamur berkembang pesat, dan orang yang banyak berjasa dalam bidang ini
adalah Pier Antonio Micheli ahli botani bangsa italia yang menerbitkan
bukunya Nova Plantarum Genera Pada Tahun 1729.
Selanjutnya digunakan nama jamur untuk mencakup semua bentuk
yang kecil mampun yang besar yang biasanya disebut kapang, kulat,
cendawan dan lainnya.
Dalam hubungannya dengan kehidupan manusia dijumpai jamur yang
merugikan dan jamur yang menguntungkan. Beberapa jamur yang merugikan
tanaman, bahan makanan dan merugikan di dalam penyimpanan antara lain :
1. Merusak bahan makanan dan minuman contohnya Aspergillus,
Penicillium.
2. Merusak kayu bangunan contohnya Poly porales.
3. Merusak bahan yang di simpan dalam gudang contohnya Rhizopus,
Aspergillus.
4. Menyebabkan penyakit kulit pada manusia contohnya Dermatophyton,
Candida albicans.
5. Menyebabkan penyakit pada hewan contohnya Aspergillus.
6. Menyebabkan penyakit pada tumbuhan contohnya Phytopthora,
Fusarium.
7. Menyebabkan keracunan jika dikonsumsi contohnya Coprinus, Panaolus.
Beberapa jamur yang menguntungkan dalam dunia pertanian dan
industri pangan diantaranya :
1. Digunakan dalam industri makanan (fermentasi) contohnya Rhizopus,
Mucor.
2. Digunakan dalam industri farmasi contohnya Penicillium notatum.
3. Digunakan dalam bidang pertanian contohnya Mikorhiza, Beauveria,
Metarhizium.
4. Dikonsumsi sebagai bahan makanan contohnya Volvariella Voluaceae
(jamur merang), Pleurotus ostreatus (jamur tiram).

B. Morfologi
Jamur merupakan organisme hidup yang memiliki inti sejati, tidak
memiliki chlorophyl, berkembang dengan cara kawin (seksual) dan aseksual
dengan membentuk spora, dan yang struktur somatiknya berbentuk benang,
bercabang-cabang dan mempunyai dinding sel yang mengandung selulose atau
khitin atau kedua-duanya dan substansi lain yang berupa polysakarida.
14

Tubuh buah jamur berupa tallus artinya tidak ada akar, batang dan
daun, umumnya berbentuk benang yang basa disebut hifa, sedang kumpulan
hifa disebut miselium yang dapat berdeferensiasi menjadi tubuh buah dan
dapat menghasilkan alat perkembangbiakan seksual.
Dalam mempelajari jamur banyak di jumpai istilah diantaranya :
1. Hifa adalah tubuh vegetatif jamur yang berfungsi untuk menyerap
makanan, berbentuk seperti tabung/benang halus, bersekat atau tidak
bersekat, biasanya bercabang-cabang dan berdiding sel.
2. Rhizoid adalah cabang hifa pendek yang letak, bentuk dan fungsinya
seperti akar untuk penyerapan dan melekatkan tubuh buah jamur pada
substrat. Tetapi tidak semua jamur mempunyai Rhizoid, contoh jamur
yang mempunyai Rhizoid adalah Rhizopus.
3. Rhizomorf adalah alat untuk mempertahankan diri yang bentuknya seperti
akar yang berasal dari berkas hifa yang sejajar yang kemudian
membentuk dinding tebal. Rhizomorf dapat melekat pada akar tanaman
atau dapat bebas menjalar sehingga mencapai akar tanaman lain.
4. Houstoria adalah cabang hifa yang masuk ke dalam sel inang dan berfungsi
untuk menyerap makanan dari sel inang tersebut.
5. Tubuh buah adalah bagian dari tubuh jamur yang membentuk dan
mendukung sel-sel perkembang biakan.
6. Spora adalah alat pembiak pada jamur yang dapat terbentuk secara
seksual atau aseksual.
7. Sporangiofor adalah hifa jamur yang bercabang-cabang yang pada
ujungnya di bentuk Sporongium.
8. Sporongium adalah alat perkembangbiakan jamur yang membentuk spora
secara aseksual di dalamnya.
9. Sklerotium adalah alat untuk mempertahankan diri yang berasal dari
pemadatan hifa atau miselium sehingga sel-selnya menjadi pendek dan
membesar.
10. Klamidospora berasal dari Kata Chlamys (selimut) dan sporos (biji)
artinya yang berselimut atau berdinding tebal yang terbentuk karena
membulatnya bagian hifa tertentu dan berfungsi sebagai struktur tahan
terhadap keadaan (kondisi) yang kurang baik.

C. Perkembangbiakan Jamur
Pada jamur terdapat perkembang biakan secara vegetatif (aseksual)
dan generatif (seksual) sebagai berikut :
1. Aseksual
Yaitu perkembangbiakan jamur melalui :
a. Fragmentasi miselium yakni pemotongan miselium karena semua
bagian hyfa/miselium mempunyai kamampuan untuk tumbuh. Cara ini
banyak digunakan pada praktek isolasi.
15

b. Pembentukan tunas, cara ini banyak terdapat pada yeast/khamir yang


umumnya bersel satu.
c. Pembelahan sel, cara perkembangbiakan ini juga banyak terdapat pada
yeast.
Pembentukan spora aseksual :
a. Pada jamur phycomycetes perkembangbiakan aseksual dengan
sporangiospora yang dibentuk didalam sporangium. Sedang pada
Phycomycetes tingkat rendah sproangiospora tidak berdinding dan
dapat bergerak bebas dengan flagellum disebut zoospora.
b. Pada jamur tingkat tinggi perkembangbiakan aseksual dengan
konidium yaitu sporangium yang hanya membentuk satu
sporangiospora yang dinding sporanya berlekatan dengan
sporangium sehingga sporangium berfungsi sebagai satu spora.

2. Seksual
a. Perkembangbiakan seksual pada phycomycetes tingkat rendah
berlangsung dengan persatuan dua gamet yang sama besar dan sama
bentuknya disebut dengan isogamet dan hasilnya adalah sporangium
istirahat yang diploid, persatuan dua isogamet disebut isogami.
Pada Phycomycetes yang lebih tinggi gametnya tidak sama besar
disebut heterogamet dan dibentuk dalam heterogametangium.
Gametangium yang kecil (jantan) disebut antheredium dengan
gametnya disebut antherozoid, gametangium yang besar (betina)
disebut ooganium dengan gametnya disebut oosfir, jika kedua gamet
tersebut mengadakan persatuan menghasilkan oospora yang diploid.
Jamur yang membentuk oospora digolongkan dalam oomycetes.
Pada oomycetes tingkat tinggi misalnya mucorales, perkembangan
seksual dengan persatuan gametangium yang sama besar dan bentuknya
menghasilkan spora yang disebut zygospora, jamur yang membentuk
zygospora digolongkan dalam zygomycetes.
b. Perkembangbiakan seksual pada Ascomicetes berlangsung dengan
pembentukan Ascospora yang bersifat haploid sebagai hasil dari proses
plasmogami, Kariogami dan Meiosis.
c. Perkembangbiakan Seksual pada Basidiomycetes dengan pembentukan
Basidiospora yang bersifat haploid sebagai hasil dari proses plasmogami,
Kariogami dan meiosis.
d. Perkembangbiakan seksual pada fungi inferfecti (Deuteromycetes).
Belum ada karena fungi inperfecti merupakan klas buatan maksudnya
klas ini menampung jamur-jamur yang belum diketahui stadium
seksualnya, jika kemudian diketahui stadium seksualnya jamur tersebut
dipindahkan ke dalam Ascomycetes atau Basidiomicetes.

D. Klasifikasi Jamur
Klasifikasi merupakan cara penggolongan jamur berdasar ciri-ciri yang
dimiliki/ditemukan untuk mempermudah dalam mempelajari, sehingga
klasifikasi berkembang terus sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
dijumpai banyak klasifikasi.
16

Dalam tata nama jamur devisio diakhiri dengan mycota, sub divisio
dengan ycotina, klas dengan mycetes, sub klas dengan mycetidal, ordo
dengan ales dan familia dengan aceal.
Jamur digolongakan berdasarkan tingkatannya yaitu jamur tingkat
rendah dan jamur tingkat tinggi sebagai berikut :
Divisio : Mycota
Sub Divisio : Myxomycotina
Kelas : Myxomycetes
Sub Divisio : Eumyceotina
Kelas : Chytridiomycetes
Kelas : Hypochytridiomycetes
Kelas : Oomycetes
Kelas : Plasmodiophoromycetes
Kelas : Zygomycetes
Kelas : Trichomycetes
Kelas : Ascomycetes
Kelas : Deuteromycetes (fungi imperfecti)
Kelas : Basidiomycetes
Sub Divisio Eumycotina memiliki banyak anggotanya sehingga untuk
menyederhanakan di bagi menjadi empat kelas yaitu Phycomycetes,
ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes.
1. Phycomycetes
Jamur yang termasuk dalam golongan Phycomycetes sangat
heterogen terutama dilihat dari letak dan jumlah flagelumnya.
Hifa tidak bersekat kecuali pada mucoroles hifa yang tua dan akan
membentuk Sporangium hifanya bersekat padat dari tepi ke tepi.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi mesilium
dan pembentukan sporongiospora, sedng perkembangbiakan seksual
dengan sara pembentukan Oospora atau Zigospora.
2. Basidiomycetes
Jamur yang termasuk dalam golongan basidiomycetes hifanya
seluler, dan dapat bersekat dan berpori (skat dolipori), sekatnya
mengelembung seperti tong dan pada ujungnya terdapat parentesom.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi mesilium
dan pembentukan konidium, sedangsecara seksual dengan pembentukan
Basidiospora, dan terdapat hubungan ketam pada pembelahan mitosis.
3. Ascomycetes
Jamur yang termasuk dalam golongan ascomycetes hifanya
selular, hifa bersekat dan pada bagian tengah terdapat pori tetapi tidak
mengelembung sehingga disebut sekat berpori.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi miselium,
pembentukan tunas, pembelahan sel dan pembentukan konidium,
sedang secara seksual dengan pembentukan askospora.
4. Deuteromycetes
Jamur yang termasuk golongan deuteromycetes hifanya seluler,
hifa bersekat dan sekatnya dapat berbentuk sekat berpori atau sekat
dolipori.
Perkembangbiakan aseksual dengan cara fragmentasi meselium,
pembentukan konidium atau selerotium, sedang perkembangbiakan
secara seksual belum ditemukan.
17

E. Penyakit-penyakit Tanaman yang disebabkan oleh Jamur

1. Penyakit akar gada


Patogen adalah jamur Plasmodiophora brassicae Wor. Di
kelompokkan sebagai jamur lendir, spora bisa bergerak, zoospora
mempunyai 2 flagel. Bersifat soil inhabitan (10 tahun/lebih).
Menyerang tanaman crusicerae, akar yang terinfeksi akan
mengadakan reaksi dg. Pembelahan dan pembesaran sel dan akar menjadi
bengkak. Akar jadi rusak jaringan pengangkutan hara dan air terganggu,
tanaman menjadi layu, kerdil.
Penularan : air irigasi, alat-alat pertanian, tanah yang terbawa, dan
bibit. Jamur ini tidak dapat menyentuh biji sehingga tdk ditularkan lewat
biji.
Faktor pendukung perkembangan : suhu udara 24-30 C, tanah yang
lembab dan basah, pH lebih rendah dari 7. Penanaman tanaman cruciferae
terus-menerus dapat meningkatkan populasi cendawan ini.
Pengendalian : Peningkatan pH tanah, perlakuan tanah dengan
fungisida, agens hayati (Trichoderma sp., trap crop dan decoy crop).

2. Penyakit Bulai Jagung


Patogen adalah Perenosclerospora maydis, patogen ini hanya mampu
bertahan di dalam jaringan tanaman inang, tidak mampu bertahan di dalam
tanah, gulma tanaman inang belum diketahui, jamur terbawa melalui biji
tanaman sakit dan varietas rentan.
Kerugian akibat serangan panyakit ini mencapai 90%. Gejala yang
ditimbulkan bersifat sistemik (menyeluruh) gejala sistemik terjadi bila
daunyang terinfeksi mencapai titik tumbuh.
Penyakit menyerang tanaman muda dan tua. Tanaman muda biasanya
tidak menghasilkan buah, bila menginfeksi tanaman yang berbuah (tangkai
panjang, kelobot tdak menutup dan biji sedikit).
18

Bila jamur menginfeksi pertama kali tidak dapat mencapai titik


tumbuh maka, gejala hanya dapat timbul pada daun-daun yang bersangkutan
(klorosis) yg disebut gejala lokal.
Menyerang di dataran rendah, banyak pada musim penghujan,
perkecambahan ada hubungannya dengan kelembaban, yg berkaitan dengan
keadaan air.
Pemupukan N tinggi membuat rentan, pupuk kalium meningkatkan
ketahanan. Benih yang disimpan lama membuat potensi terserang tinggi
dibanding benih yang baru, tanaman umur lebih 3 minggu lebih tahan .
Pengendalian : Penanaman varietas tahan (Pioner 2, CPI 1, Arjuna,
Bromo, Abimanyu), Penanaman awal sbl atau mendekati musim penghujan.,
sanitasi (mencabut tanaman yang terserang) dan perlakuan benih
(metalaksin/Ridomil 35 SD)

3. Penyakit gosong bengkak jagung (Corn smut)

Penyebab cendawan Ustilago maydis (DC) gejala serangan dimulai


dari masuknya cendawan ini ke dalam biji pada tongkol sehingga terjadi
pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan
inimenyebabkan pembungkus rusak dan spora tersebar.
19

Pengendalian dapat dilakukan dengan : mengatur kelembaban,


memotong bagian tanaman dan dibakar, benih yang akan ditanam dicampur
Trichoderma sp.

4. Penyakit karat daun jagung


Patogennya adalah Puccinia sorghi dan Puccinia polysora, patogen
bertahan di dalam jaringan tanaman yang terserang, tidak mampu bertahan
di dalam sapropit maupun dalam biji tanaman yang terserang. Bertahan
didalam jaringan tanaman yang terserang dan pada gulma (Euchlaena
mexicana). Penyebaran dilakukan oleh angin dalam jarak yang jauh, spora
dapat hidup dalam kondisi kering.
Menyebabkan daun menjadi kasar, pada serangan tinggi menyebabkan
daun menjadi kering (Puccinia polysora), sedangkan serangan patogen
Puccinia sorghi menyebabkan daun menjadi coklat atau coklat tua.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan : Berkembang baik pada
daerah basah tropik, suhu 27-28, Di daerah pegunungan berkembang baik
pada suhu rendah.
20

5. Penyakit layu pada tanaman cabai


Patogennya adalah Fusarium osisporum yang disebabkan oleh
cendawan, sedang yg disebabkan bakteri Psoudomonas solanacearum.
Kerugian yang ditimbulkan cukup besar intensitas kerusakan 16,7% di Jawa
Barat.
Gejala : awal tulang daun pucat (atas), daun menggulung, karena
merunduk tangkai daun, layu semua. Kadang-2 daun menguning (bawah), tan
kerdil, tan sakit (pangkal batangnya) akan terlihat cincin coklat pada berkas
pembuluh. Tan muda kematian terjadi mendadak karena pangkal batang
rusak.
Fusarium sp. Bertahan lama dlm tanah (soil inhabitant)/jamur tanah,
bertahan dalam tanah dg membentuk klamidospora. Mampu bertahan 10
tahun dalam tanah tanpa inang.
Jamur mengadakan infeksi melalui akar, melalui luka, atau lentisel
pada akar dan menjalar hingga jaringan pembuluh.
Mengapa terjadi kelayuan : Jamur dalam pembuluh kayu menghambat
aliran air, toksin; menghasilkan polipetida (likomarasmin), mengganggu
membran plasma sel
Faktor pengaruhi perkembangan : Lebih potensial dataran rendah,
suhu tanah 21-33 C, kelembaban tinggi, banyak N miskin K.
Pengendalian : Variatas tahan (cabai rawit, tomat ohoi MR 9),
Fungisida (pencelupan akar bibit benomil), Perlakuan tanah (sterilisasi
tanah) , Mengendalikan nematoda puru akar (agens predisposisi)
21

6. Penyakit patek/antraknose pada cabai


Penyakit patek (antraknosa) pada cabai diakibatkan oleh cendawan
Colletotrichum capsici Sydow dan Colletotrichum gloeosporioides. Penyakit
patek banyak mendatangkan kerugian bagi para petani karena telah
menghancurkan hasil panen hingga 20-90 % terutama pada saat musim
penghujan. Cendawan penyebab penyakit ini akan berkembang dengan
sangat pesat jika kelembaban udara cukup tinggi yaitu lebih dari 80 rH
dengan suhu 320C.
Gejala serangan penyakit patek pada cabe yaitu : Busuk buah
(berwarna kuning-coklat seperti terkena sengatan matahari) dan diikuti oleh
busuk basah yang terkadang ada jelaganya berwarna hitam. Sedangkan pada
biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi
kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah.
Pada tanaman dewasa dapat menimbulkan mati pucuk, infeksi lanjut
ke bagian lebih bawah yaitu daun dan batang yang akan menimbulkan busuk
kering warna cokelat kehitam-hitaman.
22

IV. PENYEBAB PENYAKIT DARI GOLONGAN BAKTERI

A. Pendahuluan

Bakteri merupakan mikroorganisme yang hanya dapat dilihat dengan


bantuan mikroskop dengan perbesaran lebih diatas 1.000 kali. Sekitar 1.600
SM bakteri telah diketahui, sebgian besar merupakan saprophytik dan
beberapa diantaranya menguntungkan bagi manusia karena merupakan
dekomposer bahan organik, dan limbah pertanian atau rumah tangga
lainnya.
Beberapa spesies merupakan penyakit pada manusia, seperti TBC,
pneumonia, typus dan dll, serta beberapa diantaranya menyebabkan
penyakit pada binatang, seperti anthrax, brucellosis, serta masih banyak lagi
yang lain.
Sekitar 100 spesies merupakan patogen pada tanaman. Bakteri
patogenik pada tanaman ada yang bersifat fakultatif saprophytik dan dapat
ditumbuhkan pada media biakan. Bakteri berbentuk batang, spiral atau
filamentous. Beberapa bakteri mempunyai flagela, sehingga mereka dapat
berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara aktif, dan bagi yang tidak
mempunyai flagela bergerak secara pasiv.

B. Karateristik Bakteri Patogen Tanaman


1. Morfologi
Beberapa bakteri patogen tanaman berbentuk batang, kecuali
Streptomyces, yang berbentuk filamentous. Pada media biakan, panjang
bakteri berkisar antara 0,6-3,5 mikron, sementara kondisi temperatur
yang tinggi bisa lebih panjang lagi.
Diding sel bakteri dari beberapa spesies berupa envelope, tipis,
terdiri dari material difuse, yang disebut dengan slime layer. Tetapi jika
dindingnya tebal, biasanya disebut dengan capsule.
Beberapa bakteri patogenik tumbuhan mempunyai flagela, baik
tunggal maupun multi, sehingga bakteri tersebut dapat bergerak secara
aktif dalam menginfeksi tanaman inang, sementara yang lainnya ada
yang tidak berflagella sehingga bergeraknya secara pasiv.
Secara individual bakteri berwarna hyaline, kuning keputih-putihan
apabila dilihat di bawah mikroskop compound dan sangat sulit untuk
diditeksi secara detial.
Koloni bakteri dapat mengambarkan jenis/spesies bakteri tersebut,
karena warna, dan bentuk koloni bakteri berbeda antara satu spesies
dengan spesies yang lainnya. Kebanyakan koloni bakteri berwarna abu-
abu, tetapi juga beberapa diantaranya berwarna kmuning, bahkan ada
koloni bakteri yang fluorescent.
Di dalam sel bakteri terdapat protoplast, yang terdiri atas cytoplasma
atau membrane protoplasma yang mempunyai selektifitas membrane
flelsibel untuk keluar masuknya berbagai jenis substansi dari dan ke luar
sel. Cytoplasma yang merupakan senyawa kompleks dari protein, lipid,
23

karbohidrat, berbagai jenis senyawa organik, mineral dan air. Di dalam


material inti terdapat khromosom penyusun DNA. Khromosome DNA
membawa material genetik dari bakteri, tersebar di dalam sitoplasma.
Kadang-kadang beberapa bakteri mengandung material genetik yang lain,
yang disebut plasmid.

2. Reproduksi
Bakteri memperbanyak diri dengan cara pembelahan sel secara biner,
artinya satu bakteri membelah jadi dua, dua menjadi empat dan
seterusnya, sehingga dalam satu hari satu bakteri dapat membelah
menjadi 1 juta bakteri. Tentu saja hal ini akan sangat tergantung dari
makanan yang tersedia, suhu dan faktor lingkungan lainnya. Kecepatan
berbiaknya inilah yang memberi keuntungan bagi manusia sebagai
dekomposer sampah, seingga dunia tidak diselimuti sampah, tetapi juga
merupakan faktor yang membahayakan kaitanya dengan bakteri patogenik
tumbuhan.

3. Ekologi dan penyebaran


Kebanyakan bakteri patogenik tumbuhan berkembang pada tanaman
inang sebagai parasit, sebagai epifit pada permukaan tanaman dan
sebagai saprofit pada sisa-sisa tanaman.
Penyebaraan bakteri patogen tanaman dari tanaman satu ke tanaman
lainnya melalui air, serangga, binatang dan manusia. Beberapa bakteri
yang mempunyai flagela dapat bergerak sendiri walaupun dalam jarak
yang sangat pendek.
Hujan dapat memidahkan bakteri dari satu tanaman ke tanaman lain
atau dari satu tempat ke tempat lain, dan dari lahan tinggi ke lahan yang
rendah.
Serangga tidak hanya membawa bakteri ke tanaman, dalam beberapa
kasus ada bakteri tanaman yang bertahan di dalam tubuh serangga.
Burung, kelinci, dan binatang lainnya dapat membawa bakteri di dalam
tubunya. Manusia dapat menjadi agen penyebar bakteri baik secara lokal
melalui tanga, alat pertanian, cara bercocok tanam dan juga berperan
dalam penyebaran yang sangat jauh melalui alat-alat transportasi.

4. Klassifikasi
Klassifikasi bakteri di dalam sistem tatanaman tumbuhan adalah
sebagai berikut:
KINGDOM : PROCARYOTAE
BACTERIA: Mempunyai sel membran dan dinding sel
1) Divisi : GRACILICUTES : Bakteri gram negative
Klass : PROTEOBAKTERIA – bakteri ber sel tunggal
- Familia : Enterobacteriaceae, Genus : Erwinia, penyebab penyakit
fire blight pada pear dan apel, Stewart wilt corn dan soft rot
fleshy vegetable
- Famili : Pseudomonadaceae Genus : Acidovorax, penyebab leaf spot
pada jagung, anggrek dan semangka. Pseudomonas, penyebab
sejumlah bercak daun, blght, vascular wilt, soft rots, canker dan galls
24

Rhizobacter , penyebab gall bakteri pada carrot, Rhizomonas,


penyebab corky root rot pada lettuce Xanthomonas, penyebab
sejumlah bercak pada daun, bercak pada buah, dan blight pada
tanaman annual dan perennial, penyebab nekrosis dan kanker pada
anggur.
- Famili :Rhizobiaceae, Genus : - Agrobacterium, penyebab penyakit
crown gall, Rhizombium, penyebab bintil akar pada legum
- Famili : - belum ada namanya, Genus : Xylella, penyebab leaf
scorch dan dieback pada pohon-pohonan dan pinus.

2. Divisi : FIRMICUTES : bakteri gram positif


Klass : FIRMIBACTERIA – Bakteri sel tunggal
Genus : - Bacillus, penyebab penyakit busuk pada ubi, biji, kecambah,
dan white strip pada gandum, Clostridium, penyebab busuk pada akar,
ubi dan daun.
Klass : THALLOBACTERIA – branching bacteria
Genus : - Arthobacter, penyebab bacterial blight pada holly
- Clavibacter, penyebab layu pada alfalfa, potato dan tomato
- Curtobacterium, penyebab layu pada bean dan tanaman lain.
- Rhodococus, penyebab fasciation pada pea
- Streptomycer, umumnya menyebabkan scab pada potato

- MOLLICUTES (Mikoplasma like organism (MLO), hanya mempunyai


membrane sel dan tidak mempunyai dinding sel
Divisi : Tenericutes
Klass : Mollicutes
Famili : Spiroplasmataceae
Genus : Spiroplasma, penyebab corn stunt, citrus stubborn disease
Famili : belum diketahui
Genus : belum diidentifikasi, diketahui sepagai phytoplasma sebagai
penyebab sejumlah kekuningan, proliferation dan decline disese pada
tanaman tahunan.
25

5. Identifikasi
Karateristik umum dari bakteri penyebab penyaikit tanaman adalah
sebagai berikut :
a. Agrobacterium.
Merupakan bakteri berbentuk batang, dengan ukuran 0,8; 1,5-3 µm.
Mempunyai 1-4 flagella. Jika hanya satu flagella berada di bagian lateral
dan polar. Jika ditumbuhkan pada media karbihydrat, akan membentuk
slime polysacharida yang melimpah. Koloninya tidak berwarna, biasanya
halus. Bakteri ini hidupnua di daerah perakaran rhizosphere dan soil
inhabitan.

b. Clavibacter (Corynebacterium)
Bakteri berbentuk lurus atau lonjong, berukuran : 0,5-0,9;1,5-4 µm.
Bakteri ini umumnya tidak mempunyai flagella, walaupun ada diantaranya
yang berflagella satu atau dua folar flagella. Termasuk bakteri gram
positive.

c. Erwinia.
Bakteri berbentuk lurus, dengan ukuran 0,5-1,0;1,0-3,0 µm.
Mempunyai flegalla, sehingga bakteri mampu bergerak secara aktif.
Bakteri patogenik bersiat fakultatif anaerob. Beberapa Erwinia tidak
memproduksi enzym pectat dan menyebabkan penyakit nekrotik atau
layu. Erwinia yang mempunyai enzym pektolitik akan menyebabkan busuk
pada akar tanaman.

d. Pseudomonas.
Bakteri berbentuk batang, dengan ukuran 0,5-1; 1,5-4 µm,
mempunyai flagella.Beberapa spesies merupakan soil inhabitant, dapat
hidup di aiar tawar atau di lingkungan air laut. Beberapa spesies dapat
menginfeksi hewan atau manusia. Bakteri Pseudomonas yang patogenik
bersifat ada yang bersifat fluoresence (mis. P. Syringae) serin disebut
dengan fluorescent pseudomonas, sementara yang non-fluorescent (mis.
Ps solanacearum), sering disebut nonfluorescent pseudomonas.

e. Xanthomonas
Bakteri berukuran 0,4-1,0 ; 1,2-3 µm. Mampu bergerak karena
mempunyai polar flagella. Pada media agar biasanya koloninya berwarna
kuning, dan pertumbuhannya lambat. Semua spesies merupakan patogen
tanaman dan sering ditemukan berasosiasi dengan tanaman atau material
tanaman.

f. Streptomyces
Bakteri berbentuk silinder, dengan diameter 0,5-2 µm. Aerial hifa
yang sudah matang membentuk rantai spora. Pada media nutrisi
koloninya berukuran diameter 1-10 mm, dengan permukaan yan halus,
tetapi kemudian akan berubah menjadi granular, atau bertepung. Bakteri
ini merupakan bakteri gram positif, beberapa diantaranya membentuk
antibiotik yang aktif membunuh bakteri, jamur, alga dan protozoa atau
jaringan tumor .
26

g. Xylella
Merupakan bakteri gram negatif, berbentuk benang panjang pada
media buatan. Koloninya kecil halus dengan batas pinggir yang tidak
jelas. Bakteri ini hanya dapat tumbuh pada media khusus. Tidak
mempunyai flagela, aerobik dan non-figment.

6. Gejala Penyakit Bakteri Pada Tanaman

Bakteri patogen tanaman dapat menimbulkan berbagai gejala


penyakit, sama halnya dengan jamur patogen. Seperti bercak daun, busuk
akar atau buah, layu, pertumbuhan yang tidak terkendali, scab (bisul), dan
kanker serta kerusakan pada organ penyimpanan makanan. Beberapa tipe
gejala dapat disebabkan oleh bakteri patogen dari beberapa genera dan
beberapa genus, dan beberapa genus dapat menyebabkan perbedaan tipe
gejala penyakit.

a. Bakteri penyebab penyakit spot (bercak) dan blight


Gejala umum dari bakteri patogen, yaitu adanaya berbagai ukuran
bercak pada daun, batang, bunga maupun buah. Dalam beberapa kasus,
bercak berkembang dengan cepat, sehingga menimbulkan kerusakan dan
kematian tanaman (blight).

b. Luka api (wildfire) pada tembakau


Penyebab : Pseudomonas syringae pv.tabaci. Sebaran: terdapat di
seluruh area penaman tembakau, bakteri menyerang tambaka di
pembibitan sampai di lapangan. Gejala awal tampak bercak pada
permukaan daun tembakau di pembibitan mapupun di lapangan. Bercak
bercak dengan diameter 0,5-1,0 cm, berwarna kuning, pusat bercak
berwarna coklat yang makin lama makin berkembang. Bercak
berkembang dengan cepat dan akhirnya meluas ke seluruh daun
.
c. Bacterial Blight pada Bean (buncis)
Penyebab : Xanthomonas campestris pv. Phaseoli,Pseudomonas
syringae pv. Phaseolicola dan P. Syrinage pv. Syringae. Ketiga bakteri
ini Sebaran : Ketiga bakteri terdapat di seluruh area tanaman buncis
dan menimbulkan gejala yang sama. Gejala awal nampak pada
permukaan sisi daun bagian bawah berupa spot (bercak) basah (water
soaked). Kemidian bercak meluas, bergabung satu sama lain (coalesce),
dan akhirnya menjadi nekrotik. Bakteri dapat masuk ke dalam jaringan
pengangkut pada daun maupun batang. Pada batang akan menimbulkan
bercak basah yang berisi masa bakteri pada gejala yang akut tanaman
menjadi layu dan mati.
27

d. Bercak daun tidak beraturan (angular) pada Cucumber (mentimun).


Penyebab : Pseudomonas syringae pv. Lachrymans. Sebaran:
Tersebar hampir di seluruh area tanaman mentimun dan sebangsanya.
Gejala awal berupa bercak kecil pada permukaan daun dan kemudian
membesar, tidak beraturan, sekitar bercak mengalami water soak area.
Pada gejala yang lanjut daun mati dan berjatuhan. Pada buah
memperlihatkan bercak kecil, melingkar, tidak beraturan.
e. Bakteri penyebab penyakit layu (Bacterial vascular wilt)
Penyakit layu bakteri menyerang tanaman herba, seperti beberapa
jenis sayuran, tanaman hias, dan beberpa jenis tanaman tropika lainnya.

f. Luka api pada Pear dan Apple (Fire Blight of Pear and Blight)
Penyebab : Erwinia amylovor. Sebaran : menyerang hampir di
seluruh areal pertanaman apel dan pear. Gejala : Bunga yang terinfeksi
menjadi layu (water soaked), kemudian jatuh, menjalar ke daun, dan
batang pada tangkai yang sama. Batng daun menjadi berwarna coklat
kehitaman dan menjadi layu. Apabila menyerang buah, buah sebelum
matang sudah berguguran.

g. Ring Rot pada Kentang (Potato)


Penyebab : Clavibacter michignensa subsp. Sepedonicum. Sebaran
: Amerika Utara dan Eropa. Gejala : Tanaman yang terinfeksi tidak
memperlihatkan gejala di atas permukaan tanah, sampai seluruh bagian
tanaman tersebut terinfeksi. Gejala dimulai dari batang, dan
berkembang pada ubi dan menyebar ke saluran pengangkut. Apabila
batang, dipotong terlihar bercak kuning melingkar, dan berair (ooze)
yang barisi masa bakteri.

h. Penyakit layu pada solanaceae dan penyakit Moko pada pisang


Penyebab : Pseudomonas solenecearum. Sebaran Hampir di
seluruh pertanaman soleneceae di wilayah tropik. Gejala Tanaman
solanaceae yang terserang bakteri menunjukkan gejala layu dan mati
dengan mendadak. Infeksi pada tanaman muda sangat cepat. Pada
taman yang sudah tua, daun-daun yang tua nampak layu di bagian
pinggir dan kemudian menyebar sampai akhirnya menjadi layu permanen
dan tanaman menjadi mati. Apabila batang tanaman dipotong, jaringan
pembuluh akan berwarna coklat, berlendir (ooze) yang berisi eksudat
bakteri.

i. Busuk akar pada kubis-kubisan (Black Rot of Crucifers)


Penyebab : Xanthomonas campestris pv. Campestris. Sebaran
Penyakit menyebar hampir di seluruh dunia. Gejala Bakteri ini
menyerang hampir seluruh keluarga kubis-kubisan dan menyebabkan
kerugian yang tidak sedikit. Gejala awal biasanya terjadi pada tepian
daun berwarna chlorotik, berbentu V, pada perkembangan selanjutnya
chlorotik menyebar ke seluruh daun dan tulang daun dan pada gejala
lanjut daun menjadi berwarna coklat kehitaman dan kemudian
membusuk.
28

j. Bakteri penyebab busuk basah (Bacterial soft rots)


Beberapa bekteri penyebab busuk basah antara lain dari keluarga
Erwinia, seperti busuk basah pada buah, sayuran, dan tanaman hias,
yang disebabkan oleh bakteri E. Carotovora pv. Carotovora dan busuk
hitam pada kentang (blackleg of potato) (E. Carotovora pv.atroseptica);
Pseudomonas, juga menyebabkan busuk basah pada buah dan sayur
seperti Pseudomonas fluoresence, busuk basah pada kentang dan
bawang merah.; Bacillus, menyebabkan busuk pada kentang, daun
tembakau pada tempat penyimpanan, benih tomat dan soybean;
Clostridium, juga menyebabkan busuk basah pada kentang dan daun
tembakau di dalam penyimpanan.

k. Bakteri busuk basah pada sayuran


Penyebab : Erwinia carotovora pv. Carotovora dan Pseudomonas
fluorescens. Sebaran : Hampir di seluruh areal pertanaman sayuran
seperti kentang, wortel, tomat, bawang-bawangan dan tanaman hias.
Gejala busuk basah dimulai dari luka kecil basah dan dalam pada ubi,
daun atau batang, yang sangat cepat membesar. Area sekitar luka
menjadi lembek dan hancur. Sayuran kubis-kubisandan bawang-
bawangan, apabila terinfeksi bakteri penyebab busuk basah akan
mengeluarkan bau yang tidak sedap. Apabila bakteri ini menyerang di
lapangan, secara perlahan-lahan batang akan layu, dan kemudian mati.
Apabila bagian tanaman terinfeksi terbawa ke dalam gudang
penyimpanan akan menyebabkan pembusukan yang sangat cepat.

l. Bakteri penyebab kanker pada tanaman


Beberapa penyakit kanker pada tanaman, disebabkan oleh bakteri,
antara lain : Pseudomonas, (Pseudomonas pv. Syringae dan Ps. Syringae
pv. Morsprunorum) penyebab penyakit kanker pada apple, pear dan
buah-buahan yang lain; Xanthomonas (X. Axonopodis, formerly X.
Campestris pv. citri) merupakan bakteri penyebab kanker pada tanaman
jeruk.

m. Kanker bakteri dan gummosis pada jeruk


Penyakit kanker dan gummosis merupakan salah satu penyakit
penting pada tanaman jeruk. Penyebab : Pseudomonas syringae pv.
syringae dan beberapa spesialis Ps. Syringae pv. morsprunorum. Sebaran
Hampir di selruh area yang menjadi pusat pertanaman jeruk. Gejala
: Salah satu gejala penting dari penyakit yaitu adanya kanker dan
gummosis pada batang tanaman jeruk. Daerah sekitar kanker biasanya
berwarna coklat, kanker berkembang ke atas, ke bawah maupun ke
samping. Dalam beberapa waktu, cabang yang terkena kanker akan
mati.
29

n. Kanker pada tanaman jeruk


Penyakit kanker pada tanaman jeruk merupakan salah satu
penyakit penting di perkebunan jeruk. Penyakit ini menyebabkan luka
nekrotik pada buah, daun dan ranting. Tanaman jeruk yang terserang
penyakit ini menyebabkan kehilangan hasil secara kuantitas maupun
kualitas. Penyebab : Xanthomonas axonopodis (formerly X.campestris
pv.citri) Sebaran : Jepang, dan Asia Tenggara, kemudian menyebar ke
lain tempat kecuali Eropa. Gejala Bakteri menginfeksi tanaman jeruk
melalui stomata, atau luka akibat gigitan serangga atau cara bercocok
tanam. Luka kecil yang terjadi pada buah, daun atau ranting berwarna
bercak hijau, lambat laun menjadi putih kecoklatan dengan pusatnya
berwarna cokelat. Di sekitar bercak terdapat hallo berwarna kuning.
Ukuran bercak makin lama makin besar sampai mencapai diameter lebih
dari 1 cm atau seluruh buah dan ranting. Apabila infeksinya pada buah,
buah menjadi berbisul-bisul dengan bentuk yang tidak beraturan.
30

I. PENYEBAB PENYAKIT DARI GOLONGAN VIRUS

A. Pendahuluan
Kebanyakan orang menganggap bahwa penyakit tumbuhan yang selalu
bertambah dan belum diketahui pasti penyebabnya kemungkinan berasal
dari virus.
Meskipun virus telah diketahui sebagai penyebab penyakit (patogen)
tumbuhan, namun hingga kini masih banyak misteri yang belum terungkap.
Virus sangat berbeda dengan mikroorganisme parasit, tidak hanya
dalam bentuk dan ukurannya tetapi juga cara menginfeksi,
perkembangbiakan, penyebaran, translokasi dalam tumbuhan inang,
gejala, sifat fisik dan susunan kimianya.
Selain itu, virus tidak dapat disebut sebagai organisme hidup karena
tidak dapat melakukan metabolisme, tetapi juga bukan benda mati karena
virus dapat berkembangbiak (memperbanyak diri).
Dalam tumbuhan liar mampun tanaman budidaya virus sering sukar
diketahui, beberapa virus dapat menginfeksi inang tanpa menimbulkan
gejala yang jelas, sedang virus lain kadang menghasilkan/menunjukan
gejala seperti kelainan fisiologi (karena defisiensi unsur hara) atau deviasi
genetik.
Disamping sebagai patogen tanaman, virus juga dapat berasosiasi
dengan keadaan lingkungan seperti serangga, nematoda, jamur yang
mungkin berfungsi sebagai penyebar (vektor) atau tumbuhan liar yang
bertindak sebagai sumber infeksi.

B. Bentuk Virus
Virus ukurannya sangat kecil dan dapat melalui saringan (filter)
bakteri, sehingga untuk melihat virus diperlukan peralatan mikroskop
elektron.
Telah disebutkan bahwa virus bukan mikroorganisme, tetapi
merupakan suatu paket kecil dari satu tipe informasi genetik RNA
(Ribonucleic Acid = asam Ribonukleat) atau DNA (Deoxyribonucleic Acid =
asam Dioksiribonukleat) dalam satu untai atau beberapa segmen. Kapsid
secara bersama-sama atau terpisah dan diselubungi satu tipe atau lebih
mantel protein, dan kadang dengan satu mantel tambahan (envelope) dan
beberapa konstituen lain.
Beberapa bentuk partikel virus seperti bulat (isometrik), batang (Rod
Shaped) baksillus (baccilliform) dan bentuk seperti benang (flexuous).
Pada umumnya Virus dinyatakan dalam satuan ukuran nano meter,
Virus isometrik dengan Ukuran Relatif diameter antara 17-70 nm, Virus
Bacilliform berukuran panjang sampai 300 nm dan lebar 95 nm, Virus
bentuk batang berukurang panjang 114-215 nm dan lebar 23 nm, sedang
Virus bentuk benang berukuran panjang 2.000 nm dan lebar 10 nm.
31

C. Perkembang Biakan Virus


Virus dapat berkembangbiak (memperbanyak diri) hanya dalam sel-
sel hidup, dan tidak dapat berkembangbiak dengan cara membelah diri atau
membentuk alat-alat Reproduksi seperti spora atau konidia, tetapi Virus
menimbulkan perubahan-perubahan metabolisme dalam sel inangnya
sehingga terbentuk partikel Virus-Virus baru.
Di dalam sel organisme hidup memiliki inti sel yang berperan
sebagai pengatur, menjadi pembawa utama informasi genetik untuk di
rekam di dalam urutan nukleotida asam Deoksiribonukleat (DNA) dari
Kromatin, Informasi di transkripsikan dari untaian helik ganda DNA ke asam-
asam Rebonukleat (m RNA) kurir yang diterjemahkan ke dalam protein pada
Ribosom dengan bantuan transpor RNA (t RNA), yang menempatkan asam-
asam amino asli kedalam posisi yang tepat sesuai dengan yang di isyaratkan
informasi genetik. Protein berfungsi sebagai unsur penyusun atau sebagai
enzim yang mengkatalisis reaksi kimia yang khusus di dalam organisme.
Partikel-pertikel Virus yang baru dapat di deteksi beberapa jam
setelah infeksi, segera setelah itu partikel Virus berakumulai di dalam sel
hidup yang terinfeksi.

D. Klasifikasi Virus
Pengelompokan virus terutama masih didasarkan pada
bentuk/morfologi partikel dan ukuran, tetapi kreteria selanjutnya adalah
kondisi apakah nukleokapsid telanjang atau tersalut, jumlah tipe virion,
fragmen genom, tipe serta untaian asam nukleat DNA atau RNA.
Karakteristik dari kelompok Virus secara garis besar telah di
tetapkan oleh International Committee On Taxonomy of Virus (ICTV). Oleh
karena terlalu banyak dari segi jumlah mampun pengelompokan, maka
hanya disajikan beberapa Virus tanaman penting saja.
E. Virus Dengan Bentuk Partikel Bulat (isometrik)
1. Kelompok cucumoVirus
Nama kelompok berasal dari kata cucumber mosaic, Virus
menular melalui cairan perasan tanaman sakit, melalui Vektor aphid
dan melalui benih. Contoh : Cucumber Mosaik Virus (CMV)
2. Kelompok luteroVirus
Nama kelompok berasal dari kata luteus yang berarti kuning,
karena adanya gejala warna kuning pada tanaman sakit. Virus menular
melalui Vektor aphid dan tidak dapat menular melalui cairan perasan
tanaman sakit. Contoh : Idonesian Soybean Dwarf Virus.
3. Kelompok MachloVirus
Nama kelompok berasar dari kata Maize Chlorotic dwarf, Virus
menular melalui wereng daun (leaf hoppers) dan tidak dapat
ditularkan melalui cairan perasan tanaman sakit. Contoh : Rice tungro
Virus.

F. Virus Dengan Bentuk Partikel Batang (Rod shaped/flexuous)


1. Kelompok closteroVirus
32

Nama kelompok berasal dari kata kloster yang berarti benang,


Virus menular melalui vektor aphid. contoh : citrus tristeza Virus
2. Kelompok Potex Virus
Nama kelompok berasal dari kata potato X Virus menular melalui
cairan perasan, dan memiliki banyak inang. Contoh : Potato Virus X
(PVX)
3. Kelompok Poty Virus
Kelompok Virus ini menular melalui vektor aphid, cairan perasan
dan melalui benih. Contoh : Soybean Mosaic Virus (SMV)
4. Kelompok TenuiVirus
Nama kelompok berasal dari tenuis yang berarti tipis, Virus
menular melalui Wereng delphacidae, dan memiliki inang terbatas
contoh : Rice Grassy Stunt Virus (RGSV)
5. Kelompok Tobamo Virus
Virus berbetuk batang berukuran panjang 300 nm dan lebar 18
nm, Virus menular melalui cairan perasan tanaman sakit dan melalui
benih, dan mempunyai banyak inang. Contoh Tobacco Mosaic Virus
(TMV)
6. Kelompok RhabdoVirus
kelompok Virus ini ditularkanmelalui vektor Aphid dan wereng
daun. Contoh : Potato Yellow Dwarf Virus (PYDV)
7. Kelompok ReoVirus
Virus menular melalui vektor wereng coklat Nilaparvata lugens
pada tanaman padi. Contoh : Rice Ragged Stund Virus (RRSV)

G. Infeksi Virus
Infeksi virus tumbuhan berlangsung melalui perantara luka kecil,
terutama melalui cucukan serangga bertipe alat mulut pencucuk dan
penghisap. Infeksi virus dikelompokkan menjadi infeksi sistemik dan infeksi
lokal.
1. Infeksi sistemik
Hampir semua tumbuhan yang terserang virus secara alami di
lapangan, menunjukkan virus terdapat pada seluruh tumbuhan. Infeksi
demikian disebut infeksi sistemik dan gejala yang terbentuk juga disebut
gejala sistemik.
Virus yang banyak menimbulkan kerugian umumnya memperlihatkan
gejala sistemik, tetapi ada juga yang penyebarannya agak terbatas dan
disebut infeksi sistemik tidak penuh. Banyak virus menunjukkan infeksi
sistemik pada jenis tumbuhan/inang tertentu dengan tidak menimbulkan
gejala yang dapat dilihat secara makroskopis, virus demikian disebut virus
laten dan tumbuhan/inangnya berfungsi sebagai pembawa yang tidak
menunjukan gejala.
Infeksi virus ada yang cepat menunjukan gejala yang berat dan
kemudian tumbuhan mati. Tetapi ada kalanya tumbuhan yang terinfeksi
setelah menunjukkan gejala kemudian pada bagian-bagian yang tumbuh
baru gejalanya bekurang atau hilang tumbuhan terlihat sembuh sebagian
atau sembuh sama sekali.
2. Infeksi lokal
33

Pada banyak tumbuhan yang di inokulasi secara. Buatan dan juga


beberapa yang terinfeksi secara alami, virus dapat menimbulkan lesio
nekrose atau klorosa, hanya pada tempat dimana inokulum di inokulasikan.
Infeksi demikian disebut infeksi lokal dan gejalanya disebut gejala
lokal, dan bagian yang tidak di inokulasi tidak memperlihatkan gejala.

H. Gejala Penyakit
Tanaman yang terinfeksi virus dapat menunjukkan gejala, tetapi
secara fundamental berbeda dengan gejala yang ditimbulkan oleh
mikroorganisme parasit yang bersifat patogenik yang mempunyak kegiatan
lokal pada bagian yang terinfeksi dan diikuti pertumbuhan seperti miselia,
sporulosi atau lainnya.
Gejala yg terlihat pada tumbuhan terserang virus merupakan hasil
metabolisme inang yang di kacaukan oleh virus yang reaksinya sangat
tergantung pada kondisi fisiologis, sehingga sangat variabel seperti gejala
difisiensi unsur hara, kelebihan hormon atau deviasi genetik.
Gejala-gejala yang terlihat pada tumbuhan terserang virus dapat
dikelompokan menjadi gejala luar, gejala dalam dan adanya perubahan
metabolisme pada tumbuhan.

1. Gejala luar
Hampir semua penyakit yang disebabkan virus mengakibatkan
berkurangnya hasil total dan memperpendek hidup tanaman.
Pada umumnya pertumbuhan terhambat di sertai kelainan-
kelainanpada organ daun, bunga, buah, batang dan akar. Berdasarkan
gejala luar yang tampak penyakit virus tumbuhan dibedakan menjadi
beberapa kelompok.

a. Penyakit mosaik
Dicirikan adanya bercak-bercak hijau muda, kuning atau putih
tercampur warna hijau daun. Pada tumbuhanyang menunjukan gejala
mosaik biasanya proses pembungaan masih dapat berlangsung.
b. Penyakit bercak bercincin
Dicirikan adanya lingkaran-lingkaran clorose atau nekrose pada daun dan
kadang pada buah atau batang. Kadang gejala dapat hilang/tidak
terlihat meskipun virus penyebab masih trdapat dalam tumbuhan inang.
c. Penyakit nekroses
Dicirikan oleh matinya sel atau jaringan pada organ tumbuhan yang
terserang.
d. Penyakit roset
Dicirikan oleh memendeknya internodia sehingga terjadi penyimpangan
bentuk organ dan tumbuhan tampak merana.

e. Clorosis
Dicirikan adanya perubahan warna yang menyeluruh, pada umumnya
terjadi pada daun menjadi kekuning-kuningan atau kemerah-merahan
dan tidak menunjukan adanya bercak.
34

f. Malformasi (perubahan bentuk)


Dicirikan ada pertumbuhan abnormal yang luar biasa dari jaringan-
jaringan tertentu, sehingga menimbulkan kelainan pada organ tumbuhan
seperti terbentuknya cecidia atau macam kelainan bentuk lainnya.

2. Gejala dalam
Gejala dalam pada tumbuhan yang terserang virus dapat
dikelompokan menjadi dua bagian.
a. Kerusakan sel.
Kerusakan sel atau modifikasi jaringan sel-sel atau isi sel seperti
cloroplas menjadi lebih kecil dan pucat, atau adanya bagian yang
nekrose pada floem.
b. Pembentukan inclusion bodies
Pembentukan benda-benda di dalam sel yang berlainan dengan
benda-benda yang terdapat dalam sel-sel tumbuhan sehat. Benda-benda
yang terbentuk di sebut inclusion bodies yang terdapat dalam
sitoplasma, nucleus atau nukleolus.
Inclusion bodies dapat dilihat dengan mikroskop biasa dan gejala ini
merupakan gejala spesifik pada tumbuhan yang terserang virus.
Inclusion bodies dapat berbentuk kristal, benda omorf berbentuk bulat
atau seperti amuba, jika inclusion bodies tersebut diambil dan
digunakan sebagai inokulum maka dapat menimbulkan infeksi karena di
dalamnya terdapat partikel virus.

3. Perubahan metabolisme pada tumbuhan inang


Berbeda dengan jamur atau bakteri, virus tidak mengeluarkan
enzim, toksin atau zat-zat lainnya yang berhubungan dengan patogenitas,
tetapi dapat menimbulkan bermacam-macam efek pada tumbuhan, karena
infeksi virus maka aktivitas enzim dari tumbuhan dapat menjadi berubah,
misalnya aktivitas polifenol oksidase, dehidrogenase dan ribonuklease
menjadi meningkat. Pati atau karbohidrat dapat terbentuk lebih banyak di
daun.

I. Penularan virus

Virus penyebab penyakti pada tumbuhan dapat menular melalui


beberapa cara.
1. Penularan secara mekanis
Virus tumbuhan dapat menular dengan cara pemindahan cairan
tumbuhan sakit ke tumbuhan sehat, dengan cara menggosok daun atau
injeksi.
Kerusakan sel daun karena gosokan harus sekecil mungkin, sebab
kalau sel rusak atau mati maka virus tidak dapat berkembang. Pelukaan
yang halus dapat diperoleh dengan penambahan serbuk karborundum
sebelum dilakukan penularan virus.
2. Penularan melalui penyambungan
35

Penyambungan merupakan persatuan antara potongan tanaman


sakit terinfeksi virus dengan jaringan tanaman sehat yang akan
menghasilkan penularan.
Demikian pula pada okulasi satu tunas yang latent dengan sebagian
kulit di sekitarnya, yang diselipkan di bawah kulit batang bawah yang
sebelumnya telah dibuat irisan.
Penularan dengan cara penyambungan dimaksudkan untuk
mengadakan hubungan kambium, dan cara demikian akan berhasil pada
tanaman yang memiliki kekerabatan dekat.

3. Penularan dengan tali putri


Virus tumbuhan dapat ditularkan melalui tali putri (cuscuta), yakni
tumbuhan parasit yang tidak memiliki klorofil dengan bentuk batang
langsing, membelit dan menghasilkan houstoria yang masuk kedalam berkas
pengangkutan tumbuhan inang sehingga membentuk jembatan alami antara
tumbuhan yang sakit dengan yang sehat.

4. Melalui biji dan sebuksari

Beberapa jenis virus dapat menular melalui biji misalnya bean


mosaic virus, tetapi tidak semua biji yang dihasilkan oleh tanaman sakit
mengandung virus.
Penularan melalui serbuksari dapat berakibat terjadinya biji yang
terinfeksi pada tumbuhan induk yang sehat, tetapi biasanya sebuksari yang
terinfeksi oleh virus mempunyai daya hidup yang kurang dibanding
serbuksari yang bebas virus.

5. Melalui serangga

Serangga yang menularkan virus seperti vektor, penularan banyak


dilakukan serangga bertipe alat mulut pencucuk penghisap. Dalam
penularan terdapat hubungan antara vektor dengan virus, selanjutnya virus
yang ditularkan melalui serangga di bedakan menjadi persisten dan non
persisten.
Virus nonpersisten adalah virus yang sesudah terhisap oleh vektor
dari tanaman sakit, segera atau dalam waktu yang pendek dapat ditularkan
ketanaman sehat, dan vektor segera kehilangan daya infeksinya.
Virus persisten adalah virus yang di dalam badan serangga, mula-
mula harus mengalami periode latent (inkubasi sirkulasi sebelum dapat
ditularkan ke tanaman sehat. Lama periode latent dapat dalam waktu
pedek atau lama, bahkan virus persisten dalam badan vektor dapat
merupakan bentuk yang aktif untuk selama masa hidupnya.

6. Penularan virus yang soil borne

Virus-virus yang soil borne merupakan virus yang menyebar secara


alamiah didalam tanah ke tumbuhan.
Banyak bukti menunjukkan bahwa beberapa virus yang soil borne
terdapat bebas dalam tanah dan dipindahkan ke akar tanaman secara
langsung atau dengan cara mekanis.
36

Nematoda ektoparasit jenis Longidorus dan Xiphinema menularkan


nepovirus polyhedral seperti grapevine fanleaf virus, kemudian
Trichodoridae menularkan tobravirus pea early browing dan tobacco rattle
yang berbentuk batang.
Selanjutnya jamur Chytrid (Suku Olidiaceae) mampu menularkan
tobacco necrosis virus dan cucumber necrosis virus, juga plasmodiophorid
(suku Plasmodiophoraceae) merupakan vektor soil borne wheat mosaic virus
dan beberapa virus padi-padian

J. Beberapa Penyakit Yang Disebabkan Virus

A. Pada Tanaman Kedelai.


1. Virus mosaik kedelai
a. Gejala
Tanaman kedelai yang terinfeksi daunnya megecil dan
menyempit, selanjutnya tepi daun melengkung ke dalam, warna
menjadi hijau tua, mengkerut dan rapuh.
Tanaman yang terinfeksi menghasilkan sedikit polong dan
bentuknya tidak normal, sebagian biji menjadi bercak coklat tergantung
varietas kedelai dan waktu infeksi.
b. Penyebab penyakit
Penyakit disebabkan oleh virus mosaik kedelai(Soybean mosaic
virus) . virus ditularkan oleh Aphis glycines secara non persisten, selain
itu juga dapat ditularkan melalui cairan daun dan melalui biji.

2. Virus kerdil kedelai


a. Gejala
Tanaman kedelai yang terinfeksi virus memperlihatkan gejala
mosaik ringan pada daun. Pada beberapa varietas gejala tersebut
menghilang dan daun-daunnya berubah menjadi kecil sehingga tanaman
menjadi pendek dan gemuk.
Tanaman yang terinfeksi menghasilkan sedikit polong dan kecil-
kecil, sedang biji juga agak kecil dan bercak-bercak coklat.
b. Penyebab penyakit
Penyakit disebabkan oleh virus kerdil kedelai (Soybean Stunt
Virus), Virus dapat menular melalui biji dan oleh Apis glycine dan Aphis
craccivora secara non persisten, selain itu juga dapat ditularkan secara
mekanis.

B. Pada tanaman padi


1. Tungro
a. Gejala
Tanaman yang terinfeksi tumbuh kerdil dengan sedikit anakan,
daun mengalami perubahan warna dari hijau menjadi menguning sampai
kuning coklat dan dimulai dari ujung daun, terutama pada daun muda.
Tanaman yang terinfeksi biasanya hidup sampai fase pemasakan,
pembungaan yang terlambat dapat tertundanya panen mengakibatkan,
malai menjadi kedil, steril dan tidak sempurna. Bercak coklat menutupi
37

bulir-bulir, dan bobot bulir lebih rendah dari pada bulir tanaman sehat
sehingga mengakibatkan hasil yang rendah.

b. Penyebab penyakit
Tungro di sebabkan oleh virus yang mempunyai dua macam zarah.
Yaitu berbentuk bola (isometrik atau polyhedral) dan bentuk batang
(bacilliform). Virus tungro terutama di tularkan oleh wereng hijau.
2. Kerdil rumput
a. Gejala
Tanaman yang terinfeksi berat akan menjadi kerdil dengan anakan
yang banyak (berlebihan) sehingga tampak seperti rumput.
Daun tanaman padi menjadi sempit, pendek-pendek, kaku,
berwarna hijau pucat dan kadang-kadang terdapat bercak karat.
Tanaman yang terinfeksi biasanya dapat hidup sampai fase
pemasakan tetapi tidak dapat membentuk malai.
b. Penyebab penyakit
Penyebab penyakit kerdil rumput pada padi belum dapat
dikatakan dengan pasti, di duga penyebabnya adalah virus. Penyakit
kerdil rumput padi ditularkan oleh wereng coklat.

C. Pada Tanaman Pepaya


1. Bercak cincin
a. Gejala
Penyakit bercak cincin sering disebut sebagai penyakit musaik dan
sering ditemukan pada tanaman pepaya di pulau jawa.
Pada daun terlihat gejala belang dan bentuk daun kadang berubah
menjadi sangan sempit. Sedang pada buah terbentuk bercak-bercak
bercincin. Tangkai daun lebih pendek, tanaman terhambat
pertumbuhannya dan berbuah sedikit.
b. Penyebab penyakit
Penyakit disebabkan oleh virus bercak cincin pepaya (papaya
ringspot virus), Virus dapat menular melalui vektor kutu daun secara non
persisten dan secara mekanis dengan menggosokan sap tanaman sakit.

2. Virus mosaik pepaya


a. gejala
pada daun menunjukkan gejala mosaik mula-mula daun tampak
menjadi kasar, pada sisi bawah daun mempunyai garis tipis, tidak teratur,
berwarna hijau tua, yang terdapat sepanjang tulang daun yang membatasi
bagian helaian daun yang berwarna kuning atau hijau muda.
Daun-daun muda terhambat pertumbuhannya, klorotis, dengan
warna hijau tua. Sepanjang tulang daun (veinbanding).
Pada tanaman yang terinfeksi berat, daun-daun cepat rontok
sehingga tajuk hanya terdiri dari sekumpulan daun kecil.

b. Penyebab penyakit
Penyakit di sebabkan oleh virus mosaik pepaya (papaya mosaic
virus), virus mudah ditularkan secara mekanis dengan menggosokan sap
tanaman sakit pada tanaman sakit.
38

II. PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN KARENA KEKURANGAN UNSUR HARA


PADA TANAMAN PERKEBUNAN

A. Pendahuluan
Tumbuhan membutuhkan beberapa unsur mineral untuk pertumbuhan
yang normal. Beberapa unsur, seperti nitrogen, posfor, kalium, magnesium
dan sulfur dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar yang disebut unsur
makro, sedangkan yang lain seperti besi, boron, mangan, seng, tembaga,
molibdenum dan klorin dalam jumlah kecil yang disebut unsur mikro. Jenis
gejala yang dihasilkan oleh defisiensi hara tertentu terutama tergantung
pada fungsi unsur tersebut di dalam tumbuhan. Fungsi-fungsi tersebut
mungkin menghambat atau mengganggu apabila unsur-unsur tersebut
terbatas.
Gejala tertentu biasanya sama pada defisiensi beberap unsur, tetapi
ciri-ciri diagnostik lain biasanya berhubungan dengan defisiensi unsur
tertentu. Gejala yang ditimbulkan tumbuhan sebagai akibat defisiensi hara
adalah sebagai berikut :

1. Defisiensi Unsur Nitrogen (N)


Gejala defisiensi N adalah : Daun-daun tua berwarna hijau pucat
kekuning-kuningan, Kecepatan produksi daun (pelepah/ tahun) menurun,
anak daun berukuran sempit dan menggulung ke arah lidi (yang akhirnya
dapat berwarna kuning jika nitrogen sangat kurang), berkurangnya
kecepatan tumbuh, terhambatnya pertumbuhan tanaman dan bagian atas
tajuk yang terlihat rata.

Gambar 3. Tanaman kerdil karena


kekurangan unsur P

Gambar 2. Kekurangan unsur N


2. Defisiensi Phosphor (P)

Gejala defisiensi P adalah sebagai berikut :


 Tanaman akan tumbuh kerdil de ngan pelepah yang pendek dan batang
berbentuk meruncing.
39

 secara umum tanaman akan tanggap terhadap pupuk P jika jumlah P


tersedia dalam tanah <15 mg/kg.

3. Defisiensi Kalium (K)

Gejala defisiensi K adalah sebagi berikut :


 Defisiensi K dikenal dengan orange spotting, diffused mid crown
yellowing dan white stripe.
 Gejala tersebut terjadi pada tanah masam berpasir dan tanah gambut,
khususnya pada musim ke marau panjang.
 Gejala yang berat, daun tua tiba-tiba kering dan mati, ‘White stripe’
mungkin disebabkan oleh ketidakseimbangan hara yang mencakup
kelebihan N dan kekurangan K serta B,
 Defisiensi K mula-mula muncul pada daun tua, karena K diangkut dari
daun tua ke daun-daun muda. Awalnya muncul bercak-bercak kecil segi
empat, kemudian ber ubah menjadi kuning terang se jalan dengan
bersatunya bercak, bercak ini membentuk jaringan. Bercak-bercak
tersebut tembus ca haya jika dihadapkan dengan sumber cahaya yang
terang.
 Bercak-bercak tersebut sering membusuk dan mungkin menjadi tempat
infeksi patogen sekunder sebelum daun mengering,
 Kekurangan K dapat berasosiasi dengan vascular wilt desease,
cercospora leaf spot dan Ganoderma serta beberapa penyakit fisiologi
yang menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan produksi tanaman.

4. Defesiensi Magnesium (Mg)

Gejala defisiensi Mg adalah sebagai berikut :


 Gejala awal tanaman tampak berwarna hijau kekuningan pada ujung daun
tua khususnya yang terkena sinar matahari. Daun yang baru terbentuk
umumnya tidak menunjukkan gejala defisiensi.
 Pada defisiensi yang berat daun menjadi kuning kecoklatan yang terang
dan mungkin menjadi ke ring jika defisiensi semakin berat.
 Bagian daun yang mengalami klo rosis dapat terinfeksi oleh jamur (misal
pestalotiopsis gracillis) yang menyebabkan timbulnya ber cak ungu pada
tengah dan ujung daun.
 Tiadanya klorosis pada bagian daun yang terlindung dari sinar matahari
langsung merupakan ciri yang jelas dari difisiensi Mg.

5. Defisiensi Tembaga (Cu)

Gejala defisiensi Cu
 Defisiensi Cu telah diketahui se bagai penyebab midcrown chloro sis
(MCC) dan mungkin berperan dalam timbulnya gejala tersebut yang
disebut peat yellows
 Jaringan klorosis berwarna hijau pucat sampai kuning keputih pu tihan,
dijumpai di tengah anak da un pada daun termuda yang telah membuka.
Jaringan serat pada anak daun tetap berwarna hijau ka rena mampu
40

menghasilkan klorofil yang lebih banyak dibanding dengan jaringan yang


mengalami klorosis.
 Bercak kuning berkembang di antara jaringan klorosis. Inilah sebagai asal
timbulnya istilah peat yellows.
 Pada kasus-kasus yang berat daun yang terpengaruh defisiensi menjadi
pendek dan mungkin akan berwarna kuning pucat. Daun mengering dan
mati.

6. Defisiensi Boron (B)

Gejala defisiensi B antara lain :


 Gejala utama meliputi daun ikan, daun pancing, daun kerdil dan daun
sirip ikan.
 Seluruh defisiensi dicirikan oleh daun yang tidak normal khu susnya pada
ujung daun. Namun demikian daun yang menunjukkan gejala defisiensi B
juga rapuh dan berwarna hijau gelap.
 Tanda awal dari defisiensi B nampak pada bagian atas daun yang rata
akibat daun yang baru memendek.

Gambar 2. Kekurangan unsur K Gambar 3. Kekurangan unsur Mg

Gambar 4. Kekurangan unsur Mg Gambar 5. Kekurangan unsur cu


berat
41

Gambar 6. Kekurangan unsur boror Gambar 7. Kekurangan unsur cu


yang berat
42

VII. PENYEBAB PENYAKIT KARENA FAKTOR LINGKUNGAN

A. Pengaruh Suhu
Tumbuhan umumnya tumbuh pada kisaran suhu 1 sampai 40 OC,
kebanyakanjenis tumbuhan tumbuh sangat baik antara 15 dan 30 OC.
Tumbuhan berbeda kemampuan bertahannya terhadap suhu ekstrim pada
tingkat prtumbuhan yang berbeda. Misalnya, tumbuhan yang lebih tua, dan
lebih keras akan lebih tahan terhadap suhu rendah dibanding kecambah
muda. Jaringan atau organ berbeda dari tumbuhan yang sama mungkin
sangat bervariasi kesensitifannya (kepekaannya) terhadap suhu rendah yang
sama. Tunas jauh lebih sensitif (peka) dibanding daun dan sebagainya.
1. Pengaruh Suhu Tinggi
Pada umunya tumbuhan lebih cepat rusak dan lebih cepat meluas
kerusakannya apabila suhu lebih tinggi dari suhu maksimum untuk
pertumbuhannya dibanding apabila suhu lebih rendah dari suhu
minimum. Pengaruh suhu tinggi pada pertumbuhan berhubungan dengan
pengaruh faktor lingkungan yang lain, terutama kelebihan cahaya,
kekeringan, kekurangan oksigen, atau angin kencang bersamaan dengan
kelembaban relatif yang rendah. Suhu tinggi biasanya berperan dalam
kerusakan sunsclad yang tampak pada bagian terkena sinar matahari
pada buah berdaging dan sayuran, seperti cabe, apel, tomat, umbi lapis
bawang dan umbi kentang. Hari dengan sinar matahari terik dan panas
maka suhu jaringan buah yang terdapat di bawah sinar matahari
langsung mungkin jauh lebih tinggi disbanding dengan jaringan buah dari
sisi yang terlindung dan dikelilingi udara. Hal tersebut menghasilkan
perubahan warna, kelihatan basah berair, melepuh, dan keringnya
jaringan di bawah kulit, yang menyebabkan permukaan buah lekuk. Suhu
tinggi juga terlibat dalam kekacauan air biji (water core) pada apel dan
penurunan oksigen yang menyebabkan terjadinya blacheart pada
kentang.
2. Pengaruh Suhu Rendah
Kerusakan tumbuhan yang disebabkan oleh suhu rendah lebih besar
dibanding dengan suhu tinggi. Suhu di bawah tiitik beku menyebabkan
berbagai kerusakan terhadap tumbuhan. Kerusakan tersebut meliputi
kerusakan yang disebabkan oleh late frost (embun upas) terhadap titik
meristematik muda atau keseluruhan bagian tumbuhan herba, embun
upas yang membunuh tunas pada persik, cherry, dan pepohonan lain,
dan membunuh bunga, buah muda dan kadangkadang ranting sukulen
sebagian pepohohonan. Kerusakan yang terjadi bervariasi tergantung
pada tingkat penurunan suhu dan lama suhu rendah tersebut
berlangsung. Kerusakan awal hanya mempengaruhi jaringan vaskular
utama yang lebih meluas yang berselang-selang pada umbi akan
menghasilkan nekrosis seperti jaring. Tingkat kerusakan yang lebih
umum, sebagian besar umbi menjadi rusak, menghasilkan nekrosis yang
disebut blotch-type (tipe bisul).
43

B. Pengaruh Kelembaban
1. Pengaruh Kelembaban Tanah Rendah

Gangguan kelembaban di dalam tanah mungkin bertanggung jawab


terhadap lebih banyaknya tumbuhan yang tumbuh jelek dan menjadi
tidak produktif sepanjang musim. Kekurangan air mungkin juga terjadi
secara lokal pada jenis tanah tertentu, kemiringan tertentu atau lapisan
tanah yang tipis yang dibawahnya terdapat batu atau pasir. Tumbuhan
yang menderita karena kekurangan kelembaban tanah biasanya tetap
kerdil, hijau pucat sampai kuning terang, mempunyai daun, bunga dan
buah sedikit, kecil dan jarang, dan jika kekeringan berlanjut tumbuhan
layu dan mati. Walaupun tumbuhan setahun jauh lebih rentan terhadap
periode pendek kekurangan air, tetapi tumbuhan dan pepohonan juga
dapat rusak dengan periode kering yang berlangsung lama dan
menghasilkan pertumbuhan yang lambat, daun menjadi kecil dan
hangus, ranting pendek, dieback, defoliasi (pengguguran daun) dan
akhirnya layu dan mati. Tumbuhan yang lemah karena kekeringan juga
lebih rentan terhadap serangan patogen dan serangga tertentu.

2. Pengaruh Kelembaban Tanah Tinggi


Akbat kelebihan kelembaban tanah yang disebabkan banjir atau
drainaseyang jelek, bulu-bulu akar tumbuhan membusuk, mungkin
karena menurunnyasuplai oksigen ke akar. Kekurangan oksigen
menyebabkan sel-sel akar mengalamistres, sesak napas dan kolapsi.
Keadaan basah, an-aerob menguntungkanpertumbuhan mikroorganisme
an-aerob, yang selama proses hidupnya membentuksubstansi seperti
nitrit, yang beracun bagi tumbuhan. Disamping itu, sel-sel akaryang
dirusak secara langsung oleh kekurangan oksigen akan
kehilanganpermeabilitas selektifnya dan dapat memberi peluang
terambilnya zat-zat besi ataubahan-bahan beracun lain oleh
tumbuhan.Drainase yang jelek menyebabkan tumbuhan tidak vigor,
seringkali menyebabkan layu dan daun berwarna hijau pucat atau hijau
kekuningan. Banjirselama musim tanam dapat menyebabkan kelayuan
tetap dan kematian tumbuhan semusim sukulen dalam dua sampai tiga
hari. Pepohonan yang dapatmati karena tergenang air, tetapi biasanya
muncul kerusakan lebih lambat yaituselama beberapa minggu jika akar
tergenang terus-menerus.

C. Kekurangan Oksigen
Tingkat oksigen rendah yang terjadi pada pusat buah atau sayuran yang
berdagingdi lapangan, terutama selama periode pernapasan cepat pada suhu
tinggi, atau padapenyimpanan produk tersebut di dalam tumpukan yang
besar sekali. Contoh darikasus ini adalah berkembangnya penyakit yang
disebut blackheart pada kentang,yang dalam suhu cukup tinggi merangsang
pernapasan dan reaksi enzimatik yangabnormal pada umbi kentang. Suplai
(penyediaan) oksigen sel pada bagian dalamumbi tidak mencukupi untuk
mendukung peningkatan pernapasan, dan sel tersebut mati karena
kekurangan oksidasi. Reaksi enzimatik yang diaktivasi oleh suhu tinggi dan
kurang oksidasi berjalan sebelum, selama dan sesudah kematian sel. Reaksi
44

tersebut secara abnormal mengoksidasi penyusun tumbuhan yang normal


menjadi pigmen melanin hitam. Pigmen tersebut menyebar ke sekitar
jaringan umbi dan akhirnya menjadikan umbi tampak hitam.

D. Cahaya
Kekurangan cahaya memperlambat pembentukan klorofil dan
mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian
menyebabkan daun berwarna hijau pucat, pertumbuhan seperti kumparan,
dan gugurnya daun bungasecara prematur. Keadaan tersebut dikenal dengan
etiolasi. Tumbuhan teretiolasi didapatkan di lapangan hanya apabila
tumbuhan tersebut ditanam dengan jarak yang terlalu dekat atau apabila
ditanam di bawah pohon atau benda lain. Kelebihan cahaya agak jarang
terjadi di alam dan jarang merusak tumbuhan. Banyak kerusakan yang
berhubungan dengan cahaya mungkin akibat suhu tinggi yang menyertai
intensitas cahaya tinggi.

E. Polutan Udara
Hampir semua polutan udara yang menyebabkan kerusakan pada
tumbuhan berbentuk gas, tetapi beberapa bahan yang berupa partikel atau
debu jugamempengaruhi vegetasi. Beberapa gas kontaminan seperti etilen,
amoniak, klorin dan kadang-kadang uap air raksa, menyebarkan pengaruh
buruknya melewati daerah tertentu. Seringkali tumbuhan atau hasil
tumbuhan yang disimpan dalam gudang dengan ventilasi yang tidak baik
dipengaruhi oleh polutan yang dihasilkan oleh tumbuhan itu sendiri (etilen)
atau dari kebocoran sistem pendingin (amoniak). Beberapa kerusakan yang
disebabkan oleh polutan udara sebagai berikut :
- Klorin (Cl2) yang berasal dari kilang minyak, menyebabkan daun
terlihatkeputihan, terjadinya nekrosis antar tulang daun, tepi daun
nampak seperti hangus.
- Etilen (CH2CH2) yang berasal dari gas buangan automobil,
menyebabkantumbuhan tetap kerdil, daun berkembang secara abnormal
dan senesen secaraprematur.
- Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari asap pabrik, pada konsentrasi
menyebabkan klorosis umum dan pada konsentrasi tinggi menyebabkan
keputihan pada jaringan antar tulang daun.
45

VIII. PRINSIP PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN

Dalam pengendalian penyakit tanaman, lebih dianjurkan untuk


mencegah daripada mengobatinya, karena jika tanaman sudah terserang
patogen (penyebab penyakit), maka penanggulangannya akan menjadi sulit,
biaya dan tenaga untuk mencegah lebih murah dibandingkan dengan
mengobati.
Pada stadium pra-infeksi perkembangan penyakit tanaman sukar
diikuti, karena patogen umumnya menpunyai ukuran mikroskopis yang sulit
dilihat dengan mata biasa, sedangkan yang dapat kita lihat adalah gejalanya,
yang merupakan tanda bahwa patogen sudah masuk ke dalam jaringan
tanaman, jika penanggulangannya dilakukan pada tahapan ini maka sudah
dianggap terlambat.

A. Difinisi pengendalian penyakit tanaman


Pengendalian penyakit didifinisikan sebagai upaya untuk mencegah
penyebaran penyakit dibawah tingkat yang secara ekonomi tidak merugikan
dengan melakukan tujuh prinsif pengendalian yaitu : ekslusi, eradikasi,
terapi, peningkatan ketahahanan tanaman, proteksi dan penghindaran.

B. Prinsif pengendalian penyakit tanaman


1. Eksklusi adalah pencegahan penyebaran patogen ke dalam wilayah yang
belum pernah terinfeksi. Patogen yang disebarluaskan oleh angin tidak
dapat dicegah melalui eksklusi, yang bisa dicegah hanyalah patogen
yang disebarluaskan melalui bahan tanaman. Eksklusi dapat dilakukan
dengan berbagai cara :
a. Karantina dan pengawasan
Bertujuan untuk mencegah masuk dan menyebarnya OPT dari
suatu negara atau pulau ke negara/pulau lain.
b. Evasi
yaitu membuat tanaman pada suatu waktu dapat tumbuh baik
disuatu areal tertentu dalam keadaan bebas dari penyakit. Untuk
mewujudkan evasi dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya : menggunakan benih sehat bermutu, pemilihan lokasi
yang tepat, jaak tanam yang tepat, pengendalian serangga vektor
dan penyiangan gulma.
c. Penggunaan bahan tanaman yang bebas patogen

2. Eradicasi adalah upaya untuk mengurangi inokulum patogen dari


tanaman. Eradikasi adalah menghilangkan patogen dari tempatnya
berada, misalnya pada tanah, permukaan atau bagaian tanaman, alat,
tempat penyimpanan dan sebagainya. Upaya ini dilakukan untuk
mencegah penyebaran yang lebih luas caranya dengan melakukan
pemusnahan tanaman yang terkena penyakit. Eradikasi dapat dilakukan
terhadap tanaman inang, baik perantara ataupun inang alternatif atau
inang pengganti. Eradicasi dapat dilakukan dengan berbagai cara
diantaranya :
46

a. Cara budidaya (kultur teknis) dapat dilakukan dengan :


- Eradikasi tanaman inang, misalnya tersebarnya patogen disuatu
areal baru, maka tanaman yang tertular harus dimusnahkan.
- Rotasi tanaman, mengusahakan tanaman yang tidak satu famili
sehingga beberapa waktu patogen dapat diputus siklus hidupnya.
- Pengolahan tanah dan pembajakan
- Sanitasi lingkungan (pencabutan, pengguntingan, pemangkasan
daun, cabang atau bagian tanaman yang terinfeksi patogen,
pembakaran atau dengan mencuci peralatan/sterilisasi
permukaan.
b. Cara fisik, yaitu dengan pengaturan faktor iklim, beberapa teknik
yang dilakukan :
- Perlakuan suhu panas dilakukan pada sterilisasi tanah, perlakuan
air panas pada benih, umbi, bibit tanaman, pada penyimpanan
organ tanaman juga seringkali diberikan udara panas.
- Pengeringan, biasanya dilakukan untuk mengurangi kadar air biji-
bijian
- Pembekuan, digunakan untuk menyimpan produksi tanaman yang
bersifat lunak seperti sayuran, buah-buahan.
- Radiasi, digunakan radiasi sinar ultraviolet, digunakan untuk
untuk hasil produksi tanaman yang beersifat komersial.
c. Cara kimia, yaitu dengan menggunakan bahan kimia, beberapa
teknik yang dilakukan :
- Perlakuan fumigasi tanah, digunakan untuk tanah yang akan
ditanami tanaman yang nilai ekonomisnya tinggi seperti stawberi
dan tembakau, digunakan untuk mengendalikan nematoda,
cendawan yang hidup di tanah
- Penggunaan nematisida, digunakan untuk mengendalikan
nematisida
- Disenfeksi gudang, biasanya digunakan untuk membunuh patogen
yang menempel di dinding atau lantai gudang (sterilisasi
permukaan), digunakan larutan formadehy/formalin padat.

d. Cara biologi, merupakan upaya pengerusakan sebagaian atau


seluruh patogen dengan menggunakan mikroorganisme lain yang
sersifat antagonis, dapat juga dengan menggunakan tanaman
perangkap, tanaman penolak atau decoy crop.
- Penggunaan Trichoderma sp. Karena mampu mengeluarkan racun
viridin dan gliotoksin.
- Penggunaan tanaman perangkap yang mampu menghasilkan
eksudat akar, merangsang penetasan telur tetapi bukan tanaman
inang seperti Crotalaria.
- Penggunaan tanaman decoy crop seperti Tagetes/kenikir sayur,
asperagus dan marigold yang mampu menghasilkan racun bagi
nematoda.
47

3. Peningkatan ketahanan tanaman


Tanaman tidak mempunyai sistem produksi antibodi seperti
manusia atau binatang, tidak dapat mendapatkan ketahanan dari
imunisasi dengan vaksinasi. Beberapa cara meningkatkan ketahanan
pada tanaman :
a. Proteksi silang yaitu memperlakukan tanaman dengan patogen
tertentu pada tanaman yang peka, misalnya untuk virus, dilakukan
dengan memberikan strain virus yang lemah dari beberapa tanaman.
Contoh tanaman tomat yang di ineksi lemah dari strain virus TMV
b. Induced resistence yaitu resisten dari patogen dapat diperoleh
setelah diinfeksi oleh patogen tertentu tanaman akan tahan terhadap
serangan patogen lain.
c. Budidaya tanaman sehat atau peningktan kondisi pertumbuhan
tanaman, dilakukan dengan cara : pemupukan yang berimbang,
pengaturan drainase dan aerasi, jarak tanam yana berimbang,
penyiangan gulma serta penggunaan varietas yang resistant.

4. Proteksi adalah perlindungan terhadap tanaman inang yang rentan dapat


dilakukan dengan :
a. Cara biologis, dilakukan dengan cara :
- Pemberian patogen yang bersifat antagonis misalnya tanaman
terserang Fusarium oxysporum, pada daerah perakaran di
inokulasikan dengan Trichoderma sp.
- Perlakuan benih, bibit dan pemangkasan dengan menggunakan
Agrobacterium radiobacter untuk mencegah serangan
Agrobacterium tumefaciens yang menyebabkan penyait Crown
gell.
b. Cara kimia, dilakukan dengan cara :
- Dengan penggunaan fungisida dan bakterisida

5. Terapi adalah pengobatan terhadap penyakit yang telah berada pada


tanaman inang. Terapi dapat dilakukan dengan menggunakan panas dan
cara kimiawi.

6. Penghindaran adalah pencegahan inokulasi terhadap tanaman inang


dengan membuat lingkungan yang tidak cocok untuk produksi dan
penyebaran inokulum.
48

X. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN SECARA FISIKA

A. Pengertian
Pengendalian penyakit tanaman secara fisika adalah metode
pengendalian penyakit tanaman dengan memanfaatkan dan memodifikasi
unsur fisika sedemikian rupa sehingga membuat habitat patogen tidak
cocok untuk berkembangbiakan bahkan bisa mengakibatkan patogen
menjadi mati.

B. Beberapa Teknik Pengendalian


1. Pembakaran
Pembakaran dilakukan pada tanaman yang terserang patogen,
tanaman yang terserang dicabut, agar tidak menyebar patogen (bakteri
dan spora jamur) kemudian dibakar.
Pembakaran tidak begitu dianjurkan pada tanaman yang terserang
virus, tanaman jagung yang terserang bulai, dan cabang mangga yang
terserang jamur upas. Hal ini dilakukan karena patogen tidak mampu
hidup pada tanaman lain kecuali didalam tanaman inang.

2. Pemanasan tanah
Pemanasan tanah dilakukan untuk membunuh bakteri, jamur dan
telur nematoda yang sudah mengontaminasi di dalam tanah. Jamur
parasit yang bersifat soil in habitan dan transiens, bertahan dalam
bentuk spora dorman akan mati.
Sebagai contoh untuk mencegah infeksi bakteri psedoumonas
solanacearum yang menyerang pembibitan tembakau di Deli Serdang,
dilakukan pemanasan tanah pesemaian dengan uap panas di dalam
ketel-ketel uap yang berjalan diatas rel. Tanah pesemaian dipanaskan
pada suhu 95 c sehingga bisa membunuh bakteri tersebut.
3. Pemanasan dengan terik matahari
Pemanasan tanah dengan menggunakan sinar matahari yang
dikenal dengan solar energi sering disebut dengan solarisasi.
Pemanasan ini bertujuan untuk mematikan patogen yang berupa
jamur, bakteri dan nematoda yang terbawa melalui tanah.
Solarisasi dilakukan pada lahan atau tanah-tanah yang akan
ditanami dengan jalan menutup dengan plastik transparan dengan
waktu tertentu tergantung intensitas radiasi.
4. Pemanasan kompos
Pemanasan kompos dilakukan untuk membunuh beberapa patogen
yang bersifat parasit didalam kompos. Pemanasan kompos ini biasanya
dilakukan dengan jalan memanasi kompos dengan uap panas yang
49

dialirkan melalui ketel uap hingga mencapai suhu 55-60 c selama 12-16
jam. Pekerjaan ini sering dinamakan dengan pasteurisasi.
Beberapa contoh adalah memanaskan kompos yang akan digunakan
untuk media pertumbuhan jamur merang, cendawan parasit yang
terbunuh misalnya Sclerotium, pemanasan kompos yang akan
digunakan sebagai media pembibitan tembakau dapat mematikan
Phytophora penyebab penyakit lanas pada tembakau.

5. Pemanasan benih
Ada beberapa patogen yang terbawa didalam benih, biji, umbi dan
stek, maka perlu usaha untuk membebaskan benih dri patogen dengan
jalan pemanasan dengan menggunakan air panas yang sering disebut
dengan perlakuan air panas (hot water treatment) dan perlakuan
dengan pemberian uap panas (hot air treatment).
Beberapa contoh patogen yang dapat dikendalikan diantaranya
Drechslera oryzae penyebab bercak coklat pada padi yang bertahan di
dalam bii dapat dimatikan dengan jalan merendam biji dalam air
hangat denga suhu 55 c selama 5 menit, kemudian direndam dalam air
dingin selama 24 jam. Benih kubis dapat dibebaskan dari patogen
Alternaria brassicae penyebab bercak daun dan Xanthomonas
campestris penyebab busuk hitam dengan perlakuan air panas suhu 50
c selama 30 menit.

6. Pemanasan buah-buahan
Buah-buahan ketika masih mentah dan masih dipohon berpotensi
untuk terjadinya kontak dengan inokulum patogen, tetapi patogen
belum melakukan penetrasi. Penertasi dan infeksi baru terjadi ketika
buah sudah matang, dietik atau sudah berada di dalamenyimpanan
sehingga memudahkan buah menjadi busuk. Untuk itu perlu dilakukan
penanganan dengan menggunakan fungisida dengan memadukan air
panas.
Beberapa contoh yang sering dilakukan antara lain untuk
mencegah busuk pada buah pepaya karena Rhizopus stolonifer, sehabis
dipetik buah pepaya direndam dalam air dengan suhu 49 c selama 20
menit, untuk mencegah busuk buah mangga karena Colletotrichum
gloeosporiodes sebelum dikotak buah mangga direndam dalam air
hangat dengan suhu 55 c selama 5 menit.
50

IX. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN SECARA KULTUR TEKNIS

Beberapa teknik pengendalian penyakit tanaman yang dilakukan


dengan menggunakan metode kultur teknis antara lain :
1. Pemakaian tanah yang sehat
Tanah yang sehat adalah tanah yang tidak mengndung bibit
penyakit. Pemakaian tanah yang sehat bertujuan untuk menghindari
penyakit-penyakit bawaan tanah (soil borne), terutama jamur-jamur
parasit yang bersifat soil in habitan, yang mampu bertahan didalam
tanah dengan membentuk spora rehat selama 10 tahun tanpa
ditemukan tanaman inangnya.
Tanah yang sehat dapat ditemukan pada :
a. Tanah yang masih baru, yaitu tanah yang belum pernah
diusahakan (bekas alang-alang, tanah pasang surut, bekas hutan).
b. Tanah yang senantiasa dilakukan pergiliran tanaman (rotasi
tanam).
c. Sanitasi (menghilangkan sumber infeksi), yang dilakukan dengan
cara-cara :
1) Menghilangkan sisa-sisa tumbuhan yang sakit. Penghilangan
sisa-sisa tumbuhan biasanya dilakukan dengan cara melakuan
pembakaran terhadap akar-akar yang besar, akar-akar yang
kecil dibiarkan dalam waktu tertentu supaya membusuk.
2) Mencegah penggunaan kompos atau pupuk kandang yang
mengandung bibit penyakit.
2. Pemakaian bibit yang sehat
3. Pemeliharaan tanaman untuk mencegah penyakit
a. Pemilihan tempat
b. Menyiapkan tanah
c. Peningkatan kesuburan tanah
d. Penanaman benih diawal musim penghujan
e. Penggunaan jarak tanam yang tidak terlalu rapat
f. Penanaman yang tidak terlalu dalam
g. Pendangiran/pembumbunan yang tidak melukai akar
h. Pemungutan hasil yang benar
51

4. Menghilangi tumbuhan atau bagian tumbuhan yang tidak disenangi


a. Mengatur gulma dan tanaman pembantu
b. Membongkar taanaman inang lain
c. Membinasakan tanaman yang sakit
d. Menghilangi bagian-bagian tanaman yang sakit
52

XI. PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN SECARA BIOLOGIS

A. Pengertian
Menurut Garret (1965) menyatakan bahwa pengendalian biologis
adalah meliputi usaha manusia untuk mengurangi intensitas suatu penyakit
tumbuhan dengan memakai bantuan satu atau lebih jasad hidup.
B. Macam pengendalian penyakit tanaman secara biologis
1. Antagonisme
Yaitu suatu keadaan yang menyebabkan tertekannya aktivitas suatu
jasad (organisme), jika dua jasad atau lebih berada di tempat yang
berdekatan. Beberapa contoh agens hayati yang bersifat antagonis antara
lain adalah : Gliocladium sp, Trichoderma viride, T. harzianum dan T.
koningii yang dapat menekan pertumbuhan jamur yang bersifat
parasitisme/merugikan tanaman. Penggunaan Gliogladium dan Trichoderma
sudah lama digunakan untuk mengendalikan beberapa penyakit tanaman
diantaranya Layu Fusarium, jamur akar putih (Rigidoporus microporus),
penyakit akar gada pada kubis dan penyakit Rhizoctonia.

2. Penanaman tanaman penutup tanah (LCC)


Penanaman tanaman penutup tanah dari golongan tanaman kacang-
kacangan atau yang dikenal dengan LCC. Penanaman tanaman LCC akan
membuat/merangsang perkecambahan spora jamur yang dorman, begitu
juga telur nematoda akan semakin cepat untuk menetas, tetapi tanaman
LCC ini bukanlah tanaman inang bagi jamur parasitik dan nematoda
sehingga jamur dan nematoda yang sudah aktif akan mati/berkurang
karena tidak menemukan makanannya.

3. Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)


Adanya jasad renik yang hidup di rhizosper ada yang bersifat
menguntungkan bagi tanaman, ada juga jasad renik yang merugikan bagi
tanaman. Jasad renik yang menguntungkan dikembangkan dengan media
tertentu, ada yang dapat menyuburkan tanaman adapula yang membuat
jasad renik yang bersifat patogenik pagi tanaman tertekan
pertumbuhannya.

4. Tanaman campuran
Di daerah tertentu tanaman labu air (Lagenaria siceraria) ditanam
secara bersama-sama dengan tanaman bawang daun. Ternyata tanaman
labu ini tahan terhadap ganggunan cendawan Fusarium oxysporum. Hal
tersebut dikarenakan pada perakaran bawang daun berkembang bakteri
psedomonas gladioli. Oleh karena itu saat ini tengah dicoba bagaimana
53

reaksi dari bawang daun untuk mengendalikan layu Fusarium pada tanaman
tomat dan tanaman cabai.

5. Pengimbasan ketahanan
Pengimbasan ketahanan sering juga disebut sebagai imunisasi bagi
tanaman, sehingga tanaman akan tahan terhadap serangan patogen
tertentu. Sebagai contoh tanaman tembakau yang terinfeksi blue mold
(peronospora tabcina) pada waktu masih kecil dan mampu bertahan dalam
beberapa hari, akan membuat tanaman yang terserang itu tahan terhadap
serangan blue mold hingga dewasa bahkan hingga panen. Contoh lain
tanaman kopi arabika yang disemprot dengan suspensi bakteri Bacilus
thuringensis, Xanthomonas campestris menjadi tahan terhadap serangan
karat daun (Hemilea vastatrix).
Dewasa ini ketahanan tersebut dapat dipindahan pada keturunan
tanaman yang diinokulasikan beberapa patogen melalui proses
penyambungan dan kultur jaringan.

6. Proteksi silang
Pada penyakit yang diakibatkan oleh virus, biasanya dilakukan
pencegahan dengan proteksi silang atau yang dikenal dengan premunisasi.
Tanaman yang diinokulasi dengan strain virus yang lemah ternyata akan
menjadi tahan terhadap strain virus yang kuat. Pembuatan strain virus yang
lemah dilakukan dengan melakukan pamanasan dan pendinginan secara in
vivo atau dengan penggunaan asam nitrat. Tanaman yang mengandung
strain virus yang lemah tadi diperbanyak secara vegetatif antara lain
dengan kultur jaringan.
54

PENGENDALIAN PENYAKIT TANAMAN SECARA KIMIAWI

A. Pengertian
Pengendalian penyakit tanaman secara kimiawi adalah pengendalian
penyakit tanaman dengan menggunakan bahan kimia yang dinamakan
dengan pestisida. Untuk menggendalian penyakit tanaman yang disebabkan
oleh jamur digunakan fungisida, yang disebabkan oleh bakteri digunakan
bakterisida dan yang disebabkan oleh nematoda digunakan nematisida.

B. Fungisida
Fungisida berasal dari kata fungus = jamur dan caedo = membunuh.
Kebanyakan fungisida yang dipakai bersifat protektan atau fungisida kontak
yaitu untuk melindungi tumbuhan agar patogen mati sebelum mengadakan
infeksi. Disamping itu ada juga fungisida yang bersifat sistemik yaitu
fungisida yang dapat membunuh patogen yang sudah berada di dalam tubuh
tanaman.
Fungisida dapat bersifat fungisidal, fungistatik dan genestatik.
Fungisida yang bersifat fungisidal berarti bahwa dapat membunuh jamur,
fungisida bersifat fungistatik berarti tidak membunuh jamur tetapi hanya
menghambat pertumbuhan. Sedangkan fungisida yang bersifat genestatik
adalah fungisida yang bekerja dengan mencegah sporulasi.
Fungisida yang baik memiliki ciri-ciri antara lain : meracuni patogen
sasaran, tidak meracuni tumbuhan, tidak meracuni ternak, manusia, ikan
dan sebangsanya, tidak meracuni tanah dan lingkungannya, termasuk jasad
renik, murah dan mudah didapat, tidak mudah terbakar, dapat disimpan
lama tanpa menurun mutunya, tidak merusak alat-alat, mudah disiapkan
dan mudah dipakai, dapat merata dan melekat kuat pada permukaan badan
tumbuhan, aktif dalam waktu yang tidak terlalu lama, agar tidak banyak
menimbulkan residu pada hasil pertanian.
Formulasi adalah proses pembuatan fungisida dari bahan aktif yang
dicampur dengan bahan lain, sehingga terbentuk bahan atau formulasi yang
siap digunakan. Tujuan formulasi adalah untuk membuat bahan aktif tetap
stbil dan tahan untuk disimpan, diangkut, dan dapat dijual dengan harga
murah sehingga dapat dipakai oleh tanaman dengan harga yang ekonomis.
Fungisida yang tersedia didalam perdagangan biasanya terdiri atas bahan
aktif dan bahan lain sebagai pembawa.
Fungisida di jual dengan berbagai bentuk, WP = wettable powder
artinya fungisida yang berbentuk tepung, dalam penggunaannya harus
dibasahi dengan air, EC = emulsifiable concentrate, bentuk cairan, dalam
prakteknya harus diencerkan dulu dengan air, D = dust berbentuk tepung
yang dihembuskan, G = granuler, berbentuk butiran.
Agar fungisida yang disemprotkan dapat menutupi bagian-bagian
tanaman secara merata maka biasanya fungisida dicampur dengan bahan
lain yang dinamakan perata (spreader), biaanya terbuat dari sabun dengan
kadar 1% dapat juga digantikan dengan buah lerak (Sapindus rarak). Agar
55

fungisida yang disemprotkan benar-benar lekat pada permukaan tanaman,


apalagi pada saat musim hujan, maka pestisida juga perlu ditambah dengan
perekat (sticer). Perekat ini biasanya terbuat dari lemak. Penggunaan
perekat juga bisa digantikan dengan penambahan minyak kelapa atau
minyak biji kapas.

Penggolongan fungisida berdasarkan bahan aktif dari fungisida :


1. Fungisida tembaga
2. Fungisida belerang yang terbagi menjadi 2 yaitu senyawa belerang an
organik dan belerang organik
3. Fungisida kinon
4. Fungisida senyawa aromatik
5. Fungisida senyawa heterosiklik
6. Fungisida sistemik, berbahan : asilalanin, benzimidazol, oksatiin,
morfolin, fasfat organik, pirimidin, trizol.
7. Fungisida sistemik lainnya : kloroneb dengan merek dagang demosan,
etazol dengan merek dagang terrazol, prokloraz dengan merek dagang
sportak dan propamokarb dengan merek dagang previcur.

Anda mungkin juga menyukai