Anda di halaman 1dari 14

ISSN: 1410-0029

Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

PENINGKATAN KETAHANAN BAWANG MERAH TERHADAP PENYAKIT LAYU


FUSARIUM MELALUI INDUKSI KETAHANAN DENGAN ASAM SALISILAT
SECARA INVITRO

The Improvement of Shallot Resistance Against Fusarium Whietere Disease Trough


Induction Endurance from Salisilyc Induction Resistance from Salisilyc Acid In-vitro

Muhammad Juwanda*, Khusnul Khotimah dan Mohamad Amin


Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS), Brebes
Jl. P. Diponegoro Km 2 Pesantunan, Kec. Wanasari, Kab. Brebes, Jawa Tengah

*Alamat korespondensi: muhammad.juwanda@gmail.com

ABSTRAK
Penyakit layu fusarium atau moler adalah penyakit utama pada bawang merah yang disebabkan oleh
Fusarium oxypsporum f. sp. cepae (Foc), yaitu sejenis jamur tular tanah dan pada umumnya bersifat sistemik
sehingga sulit dikendalikan dengan fungisida. Kerugian akibat penyakit moler ini dapat mencapai 50%, bahkan
dapat menyebabkan gagal panen. Akibatnya terjadi penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Sehingga perlu
sekiranya penggunaan varietas tahan penyakit moler dan berdaya hasil tinggi. Induksi ketahanan merupakan salah
satu metode untuk mendapatkan kultivar bawang merah tahan penyakit layu fusarium. Induksi ketahanan dapat
dilakukan secara in vitro dengan agen penginduksi berupa bahan kimia seperti asam salisilat. Untuk mengetahui
respon asam salisilat dalam menginduksi ketahanan dilakukan dengan menggunakan asam fusarat sebagai bahan
penyeleksi untuk mendapat planlet tahan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat respon tunas bawang merah
kultivar Bima Brebes secara in vitro terhadap keefektifan asam salisilat berbagai konsentrasi (0 ppm, 2,5 ppm, 5
ppm, dan 7,5 ppm) dalam menginduksi ketahanan yang selanjutnya dilakukan seleksi untuk karakter ketahanan
penyakit dengan asam fusarat sebagai agen penyeleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi asams alisilat
eksogen mampu meningkatkan ketahanan planlet bawang merah yang ditunjukan dengan penurunan intensitas
serangan fusarium, menurunkan status ketahanan planlet dari rentan menjadi moderat. Konsentrasi terbaik asam
salisilat dalam menginduksi ketahanan planlet bawang merah adalah 5 ppm dan 7,5 ppm.

Kata kunci: induksi ketahanan, asam salisilat, asamf usarat, bawang merah

ABSTRACT
Fusarium whitere disesase or moler is a major disesase on shallot that is caused by Fusarium oxypsporum
f. Sp. Cepae (Foc), it is spread soil mushroom kind and generally sistemacally hence it’s dificult controled by
fungicid. Suffer caused by this moler disesase can reache 50% moreover can cause failed fiver. For that reason
it needs the use of varietes endurance of moler disesase and high productivity. Endurance induction is one of the
methods to get shallot cultivar endure fusarium whietere disease. Endurance induction can be done in vitro with
the inducing agent is chemist matter likes salisilic acid. For knowing the respon of salisilyc acid in inducing the
indurance is done by using fusarat acid as selector matter to get endurance planlet. This research is done to
recogize the respon of bud Bima cultivar shallot of Brebes in vitro againts the effectity of salisilyc acid of vareites
of concentration (0 ppm, 2.5 ppm, and 7.5 ppm) in inducing endurance then it’s done selection to get endurance
character of disease by exogen salisilyc acid able to impove shallot planlet endurance that is showen by descent
intensities of fusarium attact, descending planlet endurance status form susceptibe become moderate. The best
concentration of salisilyc acid in inducing onion planlet endurance is 5 ppm and 7.5 ppm.

Key words: induction of endurance, salsilyc acid, fusarat acid, shallot.

PENDAHULUAN Jawa masing-masing sebesar 76,09 % dan


Produksi umbi bawang merah dengan 23,91 % (Badan Pusat Statistik, 2014).
daun tahun 2012 sebanyak 964,22 ribu ton, Menurut data Badan Pusat Statistik Provinsi
dengan persentase produksi bawang merah Jawa Tengah (2013), Kabupaten Brebes
menurut wilayah Pulau Jawa dan luar Pulau menyumbang sekitar 35 % dari produksi

15
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

nasional, sementara produksi bawang unggul bawang merah yang tahan terhadap
merah di Jawa Tengahsekitar 67 % penyakit layu fusarium.Perakitan varietas
dihasilkan dari Kabupaten Brebes. Hal bawang merah dapat dilakukan sebagai
tersebut menjadikan bawang merah sebagai upaya untuk menyediakan bibit unggul.
produk unggulan daerah (PUD) Kabupaten Upaya mendapatkan varietas bawang
Brebes. Disamping agroklimat wilayah merah tahan penyalik moler tidak hanya
Brebes sangat sesuai untuk budidaya melalui program pemuliaan, namun dapat
bawang merah, juga masyarakat petani juga dilakukan dengan cara menginduksi
Brebes yang secara turun temurun ketahanan bawang merah. Induksi
membudidayakan bawang merah hingga ketahanan merupakan bentuk ketahanan
saat ini. penyakit yang diinduksi secara sistemik
Serangan hama penyakit dapat yang dipicu senyawa kimia tertentu
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil (Hoerussalam,dkk 2013). Pada tanaman
bawang merah. Salah satu penyakit utama tomat, palm, dan squash mekanisme induksi
tanaman bawang merah adalah penyakit ketahanan dapat meningkatkan aktivitas
layu fusarium atau di Brebes dikenal enzim ketahanan penyakit, dan terjadi
penyakit moler. Penyakit tersebut peningkatan status ketahanan dari rentan
disebabkan olehFusarium oxysporumf.sp. menjadi tahan (Mandal et al. 2009; Ojha et
cepae (Foc). Penyakit layu fusarium di al. 2012).Dengan demikian dapat dikatakan
beberapa sentra produksi bawang merah di bahwa metode induksi ketahanan ini cukup
Indonesia dapat menimbulkan kehilangan efektif pada beberapa tanaman.
hasil sampai 50% (Wiyatiningsih, Teknik in-vitro akan meningkatkan
2003).Penyakit ini juga dapat menimbulkan keragaman yang dapat berguna bagi
gagal panen pada tanaman bawang merah. pemuliaan tanaman. Teknik ini sudah
Penyakit layu fusarium ditandai dengan sangat berkembang dan sering
tanaman menjadi cepat layu, akar menjadi diaplikasikan untuk perbaikan karakter
busuk, tanaman terkulai seperti akan roboh, tanaman termasuk pada karakter
dan di dasar umbi lapis terlihat koloni jamur ketahanan tanaman. Variasi somaklonal
berwarna putih. dan seleksi in-vitro adalah dua teknik
Salah satu upaya untuk yang sering digunakan pada kultur
mengendalikan serangan penyakit layu in-vitro untuk perbaikan karakter
fusarium yaitu dengan menggunakan tanaman. Perakitan kultivar bawang merah
varietas tahan.Akan tetapi sejauh ini masih untuk karakter ketahanan secara
terkendala dengan ketersediaan bibit konvensional sulit dilakukan dan memakan

16
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

waktu cukup lama. Metode penginduksian Asam fusarat (5-n-butylpicolinic


ketahanan secara in vitro merupakan acid) merupakan senyawa yang bersifat
alternative untuk memperoleh kultivar toksin yang dihasilkan oleh cendawan
bawang merah tahan fusarium. Aplikasi Fusarium oxysporum yang dapat
asam salisilat sebagai salah satu agen menyebabkan penyakit pada tanaman.
penginduksi ketahanan (inducer) sudah Asam fusarat dapat merusak metabolisme
banyak dilaporkan keberhasilannya dalam pada tanaman inang sehingga air dan
menginduksi ketahanan terhadap penyakit garam-garam mineral menjadi berkurang
tertentu pada beberapa tanaman. akibatnya permiabelitas membrane sel
Asam salisilat berperan sebagai terganggu.Hal ini yang menyebabkan gejala
fitohormon yang meregulasi pertumbuhan layu pada beberapa tanaman. Selain itu,
tanaman khususnya aktivitas fisiologis asam ini juga dapat menyebabkan busuk,
seperti: fotosintesis, metabolisme nitrat klorosis pada daun muda, menghambat
yang memproduksi etilen, dan oksidasi sitokinin, serta menghambat proses
pembungaan, regulasi terhadap cekaman respirasi pada mitokondria (Sukmadjadja et
abiotik, allelopati, dan ketahanan penyakit al. 2003).
serta sebagai molekul sinyal yang berperan Asam fusarat dapat dijadikan sebagai
dalam termogenesis dan ketahanan komponen seleksi untuk sifat ketahanan
terhadap patogen (Vlot et al. 2009). terhadap penyakit pada beberapa
Akumulasi asam salisilat pada tanaman.Penggunaan asam fusarat sebagai
jaringan yang terinfeksi maupun yang tidak agen penyeleksi dalam seleksi in vitro dapat
terinfeksi merupakan sinyal bagi tanaman menghasilkan sel atau jaringan mutan yang
yang selanjutnya akan mengaktifkan gen- insensitive terhadap asam fusarat, sehingga
gen terkait ketahanan (pathogen related dapat menghasilkan galur yang tahan atau
genes; PRs) dan terjadilah mekanisme toleran terhadap infeksi pathogen. Metode
ketahanan sistemik terinduksi (Ryals et al. ini sudah banyak dilakukan antara lain pada
1994; Ryals et al. 1996; Heil and Bostock tanaman gladiol (Badriah 2001), abaka
2002). Apabila tanaman yang sudah (Damayanti 2002), vanili (Nurcahyani et al.
terinduksi system ketahanannya diinfeksi 2012), melon (Sujatmiko 2013)
oleh pathogen kedua kalinya maka tanaman menunjukkan ketahanan terhadap fusarium.
akan dapat mempertahankan dirinya Upaya peningkatan ketahanan
sehingga infeksi pathogen tidak terhadap serangan penyakit layu fusarium
berkembang ke jaringan yang lebih luas. pada tanaman bawang merah
menggunakan ketahanan terinduksi

17
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

(inducer resistance) secara in vitro belum meter), serta alat-alat tanam (botol kultur,
banyak di teliti. Oleh kerena itu, perlu pinset, scalpel, kertas alumunium foil atau
dilakukan penelitian peningkatan plastik, dan cawan petri diameter 9 cm), dan
ketahanan terhadap penyakit layu fusarium timbangan digital.
pada bawang merah sebagai upaya Penelitian ini menggunakan
menghasilkan galur-galur tahan dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
berdaya hasil tinggi. Penelitian ini satu faktor tunggal yaitu konsentrasi asam
bertujuan untuk memperoleh planlet salisilat. Perlakuan dari masing-masing
bawang merah tahan terhadap penyakit layu asam salisilat adalah sebagai berikut: a)
fusarium hasil induksi ketahanan dengan Kontrol, b) 2,5 ppm asam salisilat, c) 5 ppm
asam salisilat secara in vitro. asam salisilat, d) 7,5 ppm asam salisilat.
Masing-masing perlakuan diulang
METODE PENELITIAN sebanyak 40 kali dengan 1 tunas per botol
Penelitian ini dilaksanakan pada sehingga total tunas berjumlah 160 tunas.
bulan Juli sampai Oktober 2015.Penelitian Model matematik: Yij = µ+ αi + εij
dilaksanakan di Laboratorium Kultur Dimana :
Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan
konsentrasi asam salisilat kalus ke-i
Gadjah Mada (UGM).
pada ulangan ke-j
Bahan-bahan yang digunakan dalam µ = Nilai rata-rata umum
penelitian ini yaitu umbi bawang merah αi = Pengaruh perlakuan konsentrasi SA
varietas Bima Brebes, asam salisilat ke-i
(C7H6O3 MERCK) sintetik sebagai agen εij = Pengaruh galat dari satuan
percobaan ke-i, pada ulangan ke-
penginduksi ketahanan, asam fusarat
Data yang diperoleh selanjutnya
sintetik (SIGMA-Aldrich Co) sebagai
dilakukan analisis dengan Analisis Varian
komponen seleksi, stok media MS (unsur
(ANOVA). Apabila hasil ANOVA
hara makro dan mikro), BAP danNAA
menunjukkan perbedaan nyata pada taraf
sebagai ZPT, sukrosa sebagai sumber
nyata 95% maka untuk membandingkan
karbohidrat dan agar sebagai pemadat, dan
perbedaan antar perlakuan dilakukan uji
bahan-bahan penunjang lainnya. Alat-alat
Duncan Multiple Range Test (DMRT).
yang digunakan pada penelitian ini antara
Pelaksanaan penelitian meliputi: 1)
lain alat-alat sterilisasi (autoklaf, oven,
persiapan bahan tanam (eksplan) dan
Laminar Air Flow (LAF), dan pemanas
pembuatan medium. Sterilisasi dilakukan
Bunsen), alat-alat pembuat media (gelas
sebelum ekplan ditanam. Sterilisasi eksplan
beacker, gelas ukur gelas, pengaduk, pH

18
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

dilakukan diluar laminar (LAF) yang di ruang ber-AC selama kurang lebih 2 hari
diawali mencuci umbi bawang merah sebelum digunakan. 2) Penginduksian
dengan larutan deterjen kemudian dibilas ketahanan dengan asam salisilat. Metode
air mengalir selama 15 menit, selanjutnya penginduksian ketahanan dengan asam
direndam dengan fungisida dan bakterisida salisilat pada penelitian ini dilakukan pada
masing-masing selama selama 1 jam. 2 percobaan yang berbeda. Adapun
Eksplan yang sudah distrerilkan dibawa ke prosedur pelaksanaannya adalah sebagai
laminar (Laminar Air Flow/LAF) dan berikut: Percobaan I. a. Penanaman
selanjutnya direndam clorax 30% selama 20 Eksplan. Eksplan yang digunakan adalah
menit sebelumnya dibilas aquades steril 2-3 tunas bawang merah varietas Bima brebes
kali, kemudian kupas umbi sampai yang berada di dalam umbi lapis. Eksplan
diperoleh bagian tunas, kemudian tunas di yang sudah steril ditanam pada medium MS
rendam clorax 10% selama 10 menit dan tanpa perlakuan asam salisilat selama 1
dibilas dengan akuades steril sebanyak 2 – minggu, dan setiap botol kultur berisi 1 – 2
3 kali. Selanjutnya direndam clorax 5% eksplan. Untuk menginduksi kalus (variasi
selama 5 menit lalu dibilas 2 – 3 kali dengan somaklonal), selanjutnya eksplan
akuades steril. Media yang digunakan disubkultur ke dalam media MS + 2,5 ppm
terdiri atas stok media MS (Murashige 2,4-D + 2 ppm BA selama 4 minggu.
dan Skoog), zat pengatur tumbuh (ZPT), Pemeliharaan dilakukan di ruang inkubasi
gula sukrosa 30 g/L, dan agar 7 g/L. Tahap dengan suhu yang sudah diatur 24 – 25°C,
awal dalam membuat medium adalah penyinaran 1000 lux selama 16 jam agar
dengan melarutkan semua komponen media diperoleh pertumbuhan yang baik. b.
ke dalam akuades steril sesuai dengan Perlakuan penginduksian ketahanan dengan
konsentrasi yang sudah diformulasikan asam salisilat. Kalus yang diperoleh pada
(lampiran 3).larutan diaduk sampai percobaan sebelumnya diharapkan sudah
homogen dan diatur dengan pH 5,8 mengalami variasi somaklonal dan siap
sebelum disterilisasi. Media dipanaskan untuk diberi perlakuan asam salisilat.
sampai mendidih selanjutnya media Penginduksian ketahanan dengan asam
dituangkan dalam botol kultur masing- salisilat dilakukan dengan memindahkan
masing sebanyak 25 mL dan ditutup dengan kalus (hasil percobaan sebelumnya) ke
alumunium foil atau plastik. Media dalam dalam botol yang berisi media MS dengan
botol disterilisasi menggunakan autoklaf penambahan asam salisilat sesuai
pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama konsentrasi perlakuan (0 ppm, 15 ppm, 20
20 menit.Media didinginkan dan disimpan ppm, dan 25 ppm) selama 2 minggu. Setiap

19
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

botol berisi 1 kalus dan dilakukan 20 salisilat selama 30 menit. Penanaman


ulangan sehingga terdapat 80 dilakukan dengan meletakkan tunas pada
kalus.Pemeliharaan dilakukan di ruang botol kultur yang berisi media ½ MS padat
inkubasi dengan suhu yang sudah diatur 24 dan diinkubasi selama 2 minggu pada ruang
– 25°C, penyinaran 1000 lux selama 16 jam inkubasi dengan suhu yang diatur konstan
agar diperoleh pertumbuhan yang 24 – 25°C dengan penyinaran 1000 lux
baik.Kalus hasil penginduksian selanjutnya selama 16 jam. b. Perbanyakan tunas hasil
disubkultur pertama pada media MS tanpa induksi ketahanan dengan asam salisilat.
asam salisilat untuk pemulihanan selama 2 Tunas kultur jaringan bawang merah hasil
minggu. Selanjutnya disubkultur kedua induksi ketahanan dengan asam salisilat
pada media induksi tunas (MS + 1 ppm dilakukan subkultur untuk memperbanyak
BAP + 0,1 ppm NAA) untuk tunas baru. Tunas disubkultur pada media
menumbuhkan kalus menjadi tunas. c. MS segar yang mengandung 1 ppm BAP
Pengujian terhadap fusarium dengan asam dan 0,5 ppm NAA. Sub kultur dapat
fusarat.Seleksi dengan asam fusarat secara dilakukan beberapa kali sampai jumlah
in vitro dilakukan dengan tujuan untuk tunas yang dihasilkan sesuai dengan
mengetahui respon tunas hasil induksi kebutuhan. Pemeliharaan dilakukan di
ketahanan terhadap asam fusarat yang dalam ruang inkubasi dengan temperature
bersifat toksin. Seleksi dilakukan pada yang diatur konstan 24 – 25°C, dan
tunas hasil induksi ketahanan dengan asam penyinaran 1000 lux selama 16 jam. c.
salisilat dalam media seleksi (MS + 50 ppm Pengujian ketahanan tunas bawang merah
asam fusarat) dan mengamati gejala hasil penginduksian asam salisilat dengan
fusarium pada daun. Penanaman tunas pada asam fusarat. Tunas bawang merah hasil
media tanpa asam fusarat dilakukan sebagai penginduksian ketahanan dengan asam
pembanding(control). Percobaan II. a. salisilat selanjutnya dilakukan pengujian
Perlakuan penginduksian ketahanan tunas ketahanan dengan asam fusarat. Pengujian
bawang merah dengan perendaman asam ketahanan terhadap tunas bawang merah
salisilat. Tunas bawang merah yang sudah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
disterilkan selanjutnya direndam pada pengaruh asam salisilat dalam menginduksi
larutan asam salisilat sesuai konsentrasi ketahanan tunas bawang merah terhadap
perlakuan (2,5 ppm, 5 ppm, dan 7,5 ppm). penyakit layu fusarium. Seleksi dilakukan
Tunas yang tidak direndam dengan asam terhadap tunas-tunas bawang hasil
salisilat juga dilakukan sebagai penginduksian dengan asam salisilat untuk
pembanding.Tunas direndam dengan asam memperoleh tunas tahan. Pengujian

20
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

dilakukan secara in vitro menggunakan Perhitungan Intensitas penyakit fusarium


toksin fusarium yaitu asam fusarat.tunas ditentukan dengan rumus :
hasil perbanyakan disubkultur pada media ∑( )
IP = x 100%
baru berupa media ½ MS padat yang sudah
Keterangan:
ditambah dengan asam fusarat (50
IP = intensitas penyakit (%),
ppm).Pemeliharaan dilakukan di dalam
n = Jumlah daun dari tiap katagori
ruang inkubasi dengan temperature yang serangan,
diatur konstan 24 – 25°C, dan penyinaran v = Nilai skor tiap katagori serangan
(Tabel 1),
1000 lux selama 16 jam. 3) Pengamatan
N = Banyaknya daun yang di amati,
Hasil Induksi Ketahanan dengan Asam
V = Nilai skor serangan tertinggi
Salisilat. Pengamatan dilakukan secara
Status ketahanan terhadap penyakit
kualitatif yaitu melalui deskripsi dan foto
fusarium berdasarkan pada Tabel 2.
atau gambar. Sedangkan pengamatan
kuantitatif yaitu menghitung jumlah tunas
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang bertahan hidup, jumlah daun, dan
1. Penginduksian Ketahanan Kalus
jumlah daun bergejala. Pengaruh ketahanan dengan Asam Salisilat
setelah pengujian dengan asam fusarat Percobaan pertama dilakukan
digunakan 2 macam control, yaitu kontrol penginduksian tunas bawang merah Bima
positif (+) dan kontrol negatif (-) sebagai Brebes pada medium MS yang sudah
pembanding. Pengamatan terhadap dicampur dengan asam salisilat pada
persentase kematian dan tingkat kerusakan konsentrasi 15 ppm, 20 ppm, 25 ppm.
dilakukan pada akhir percobaan (4 minggu Penanaman tunas pada medium tanpa asam
setelah ditanam pada media salisilat dilakukan sebagai pembanding.
selektif).Persentase intensitas serangan (I) Persentase tunas hidup pada
dan intensitas penyakit tiap tanaman adalah penginduksian dengan asam salisilat pada
sebagai berkut.Persentase intensitas semua konsentrasi yang diberikan berada
serangan (I) rumpun daun tiap tanaman dibawah 10% dibandingkan dengan control
dihitung dengan rumus : yang dapat mencapai 50%. Konsentrasi
I= x 100% asam salissilat yang digunakan pada

Keterangan : percobaan ini menyebabkan kematian tunas

I = Persentase gejala pada daun tiap lebih dari 50%. Diduga penggunaan asam
tanaman, salisilat pada semua konsentrasi yang
a = Jumlah daun yang terserang, diberikan terlalu tinggi sehingga tunas
b = Jumlah daun sehat mengalami cekaman. Kondisi cekaman ini

21
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

akan menghambat proses metabolisme Respon pertumbuhan planlet bawang


tunas sehingga apabila dibiarkan tunas merah hasil penginduksi ketahanan dengan
mengalami kematian. Hal yang serupa juga asam salisilat selama 1 bulan pengamatan
dilaporkan oleh Sukma (2005) yang menunjukkan tidak terjadi pertumbuhan.
menunjukkan bahwa aplikasi asam salisilat Dapat dilihat pada variable tinggi tanaman
pada konsentrasi 20 ppm pada kultur in dan jumlah daun yang cenderung stabil
vitro tidak dapat menginduksi ketahanan (Gambar 1 dan 2).
pada tunas pisang abaka.
Tabel 1. Skoring Kategori Serangan tiap daun tanaman (Leaf Symptom Index/LSI)
Skor Gejala
0 tidak ada gejala serangan
1 0< x ≤ 20 % bagian daun yang terserang
2 20< x ≤ 40 % bagian daun yang terserang
3 40< x ≤ 60 % bagian daun yang terserang
4 60< x ≤ 80 % bagian daun yang terserang
5 80< x ≤ 100 % bagian daun yang terserang

Tabel 2. Kriteria ketahanan terhadap serangan fusarium


Intensitas serangan (%) Status ketahanan penyakit
0 Imun (I)
1 – 20 Tahan (R)
21 – 40 Moderat (MS)
41 – 70 Rentan (S)
71 – 100 Sangat rentan (VS)

Tabel 3. Persentase Tunas yang hidup Hasil Penginduksian dengan Asam Salisilat pada Media
Kultur
Perlakuan Persentase tunas hidup
PI SK
Kontrol 100 50,00
15 ppm asam salisilat 100 6,25
20 ppm asam salisilat 100 3,75
25 ppm asam salisilat 100 5,00

22
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

5
4,5
4
3,5 Kontrol
3
2,5 15 ppm asam
2 salisilat
1,5 20 ppm asam
1 salisilat
0,5 25 ppm asam
0 salisilat
I II III IV
Umur Planlet(MST)

Gambar 1. Grafik pertumbuhan pada variabel tinggi tanaman planlet hasil penginduksian
dengan asam salisilat

4
3,5
Jumlah daun (helai)

3
2,5 Kontrol
2
15 ppm asam salisilat
1,5
20 ppm asam salisilat
1
0,5 25 ppm asam salisilat
0
I II III IV
Umur Planlet (MST)

Gambar 2. Grafik pertumbuhan pada variable jumlah daun planlet hasil penginduksian dengan
asam salisilat

2. Penginduksian Ketahanan Kultur pangkal umbi sampai tinggi daun tertinggi


Tunas Bawang Merah dengan
planlet bawang merah. Hasil analisis varian
Perendaman Asam Salisilat
Pengukuran karakter morfologi pada menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan

planlet bawang merah hasil penginduksian jumlah daun tidak berpengaruh nyata pada

dengan asam salisilat dilakukan selama 4 semua perlakuan asam salisilat. Rerata

minggu. Variabel yang diukur meliputi tinggi tanaman berkisar antara 3,36 – 3,57

tinggi tanaman dan jumlah daun. cm, sementara rerata jumlah daun berkisar

Tinggi tanaman merupakan Variabel antara 2,57 – 4,6 helai. Hal ini menunjukkan

yang mempengaruhi pertumbuhan plalet bahwa perlakuan asam salisilat tidak

bawang merah pada kultur in vitro hasil menghambat pertumbuhan planlet bawang

penginduksian dengan asam salisilat. merah.

pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada

23
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

Tabel 4. Rerata variable tinggi tanaman dan jumlah daun hasil penginduksian dengan asam
salisilat umur 1 bulan
Tinggi tanaman Jumlah daun
Perlakuan
(cm) (helai)
tn
Kontrol (+) 3,36 2,7tn
tn
Kontrol (-) 3,42 4,6tn
2,5 ppm asam salisilat 3,51tn 3,08tn
tn
5 ppm asam salisilat 3,57 2,74tn
7,5 ppm asam salisilat 3,56tn 2,57tn
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata

Tinggi tanaman merupakan Variabel fotosintesis, sintesis etilen, dan


yang mempengaruhi pertumbuhan plalet pembungaan.
bawang merah pada kultur in vitro hasil Penginduksian ketahanan dengan
penginduksian dengan asam salisilat. perendaman asam salisilat dilakukan pada
pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada tunas steril selama 1 jam. Kemudian tunas
pangkal umbi sampai tinggi daun tertinggi dikultur pada media ½ MS selama 2 minggu
planlet bawang merah. Hasil analisis varian dan disubkultur pada media induksi tunas
menunjukkan bahwa tinggi tanaman dan untuk memperbanyak jumlah tunas hasil
jumlah daun tidak berpengaruh nyata pada penginduksian. Subkultur kedua dilakukan
semua perlakuan asam salisilat. Rerata untuk memulihkan tunas-tunas yang
tinggi tanaman berkisar antara 3,36 – 3,57 dihasilkan. Hal tersebut dilakukan agar
cm, sementara rerata jumlah daun berkisar tunas mengalami regenerasi sebelum
antara 2,57 – 4,6 helai. Hal ini menunjukkan dilakukan pengujian respon ketahanan
bahwa perlakuan asam salisilat tidak dengan asam fusarat.
menghambat pertumbuhan planlet bawang Pengamatan gejala fusarium pada
merah. kultur tunas bawang merah dilakukan setiap
Pertumbuhan yang baik pada planlet hari setelah dilakukan pengujian dengan
bawang merah hasil penginduksian dengan asam fusarat. Berdasarkan hasil
asam salisilat dikarenakan asam salisilat pengamatan menunjukkan bahwa gejala
merupakan fitohormon yang membantu mulai muncul 2 hari setelah perlakuan asam
meregulasi pertumbuhan tanaman.Menurut fusarat.Gejala klorosis muncul pada hampir
Malamy dan Klessig (1992), asam salisilat semua perlakuan penginduksian asam
berperan sebagai fitohormon yang salisilat kecuali kontrol negatif (bebas asam
meregulasi pertumbuhan tanaman fusarat). Gejala awal terlihat daun terbawah
khususnya aktivitas fisiologis seperti menguning pada ujung dan tepi daun,
kemudian daun menjadi layu dan dan

24
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

akhirnya mati.Gejala layu muncul sebagai yang mengalami gangguan metabolisme


akibat respon asam fusarat terhadap daun terutama pada membran sel.
Tabel 5. Persentase tunas yang hidup hasil penginduksian ketahanan dengan asam salisilat umur
5 hari setelah pengujian (HSP) dengan asam fusarat
Persentase tunas hidup
Perlakuan
PS SK PFA
Kontrol (+) 100 100 100
Kontrol (-) 100 100 100
2,5 ppm asam salisilat 100 100 100
5 ppm asam salisilat 100 86 100
7,5 asam salisilat 100 100 100
Keterangan: PS = penginduksian ketahanan dengan asam salisilat(SA), SK= periode subkultur
pada media bebas SA, PFA= pengujian pengaruh SA pada medium yang
mengandung asam fusarat.

Tabel 6. Status ketahanan planlet bawang merah varietas Bima Brebes hasil penginduksin
ketahanan dengan asam salisilat

Perlakuan Intensitas penyakit (%) Kriteria Ketahanan


Kontrol (-) 0,00 Imun
Kontrol (+) 51,25 Rentan
2,5 ppm asam salisilat 38,82 Moderat
5 ppm asam salisilat 27,50 Moderat
7,5 ppm asam salisilat 28,19 Moderat
Keterangan: Penentuan status ketahanan dilakukan umur 5 hari setelah pengujian(HSP) dengan
asam fusarat

Gambar 3. Gejala layu hasil uji ketahanan dengan asam fusarat pada kultur in vitro umur 5 hari
setelah pengujian.

25
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

Perhitungan skala intensitas penyakit zat kimia secara sistemik dalam jaringan
(IP) digunakan untuk menentukan status tanaman (Agrios 2005).
ketahanan planlet bawang merah hasil Asam fusarat bersifat toksin bagi
penginduksian dengan asam salisilat dari pathogen dan dapat dijadikan sebagai
masing-masing perlakuan. Tabel 6 komponen seleksi untuk karakter ketahanan
menunjukkan status ketahanan planlet terhadap fusarium. Penggunaan asam
bawang merah hasil penginduksian dengan fusarat sebagai komponen seleksi secara in
asam salisilat pada kultur in vitro. vitro dapat menghasilkan sel atau jaringan
Perhitungan intensitas penyakit ini mutan yang insensitive terhadap asam
dilakukan pada hari ke-5 setelah diuji fusarat, sehingga planlet yang tahan
dengan asam fusarat. Apabila dikaitkan fusarium (Badriah, 2001; Nur Cahyani
dengan skala intensitas penyakit (IP) maka 2012; Sujatmiko, 2013).
penginduksian asam salisilat konsentrasi 5 Asam fusarat dapat merusak
ppm dan 7,5 ppm adalah konsentrasi terbaik metabolism tanaman sehingga air dan
karena dapat menurunkan kriteria garam-garam mineral di dalam jaringan
ketahanan planlet dari rentan menjadi tanaman akan hilang akibatnya
moderat. Keberhasilan penginduksian permiabelitas membren sel terganggu.
ketahanan terhadap penyakit dengan bahan Sehingga akan nampak gejala layu pada
kimia seperti asam salisilat dipengaruhi tanaman. Terdapat respon yang berbeda-
oleh beberapa faktor diantaranya adanya beda tiap planlet bawang merah hasil
sifat inkompatibel antara bahan kimia induksi ketahanan dengan asam salisilat
dengan tanaman yang meliputi dosis yang setelah pengujian dengan asam
sesuai, metode penginduksian, dan adanya fusarat.seperti yang sudah dijelaskan
periode waktu antara perlakuan induksi sebelumnya bahwa asam salisilat mampu
dengan inokulasi. Penginduksian akan lebih menguatkan dinding sel sehingga apabila
efektif apabila diberikan pada dosis rendah asam salisilat eksogen masuk ke dalam
dan dilakukan secara berulang (Ojha and tanaman maka akan mampu mengurangi
Chatterjee, 2012; Faradilla, 2011; Mandal gejala layu dan klorosis.
et al., 2009). Ketahanan terinduksi akan
KESIMPULAN
berhasil apabila ada periode waktu antara
Berdasarkan hasil penelitian yang
perlakuan penginduksian dengan inokulasi.
diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
Periode waktu tersbut dibutuhkan tanaman
1. Aplikasi asam salisilat pada konsentrasi
untuk mensintesis dan memindahkan zat-
2,5 ppm, 5 ppm, dan 7,5 ppm sebagai

26
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

penginduksi ketahanan terhadap planlet Pascasarjana. Institut Pertanian


Bogor.
bawang merah pada kultur in vitro tidak
Faradilla.2011. Induksi Ketahanan terhadap
menghambat pertumbuhan tinggi penyakit Layu Fusarium pada Pisang
tanaman dan jumlah daun. Abaka dengan Asam Salisilat dan
Asam Fusarat. Tesis. Program Studi
2. Hasil pengujian dengan asam fusarat Ilmu Pemuliaan Tanaman, Fakultas
menunjukkan bahwa aplikasi asam Pertanian. Universitas Gadjah Mada
salisilat eksogen (2,5 ppm, 5 ppm, dan Heil M., and Bostock R. M. 2002. Induced
Systemic Resistance (ISR) against
7,5 ppm ) sebagai bahan penginduksi pathogen in the context induced plant
ketahanan tunas bawang merah secara defences. J. Annual of Botany. 89:503
– 512
in vitro mampu meningkatkan
Hoerussalam, A. Purwantoro, dan A.
ketahanan terhadap fusarium. Khaeruni. 2013. Induksi Ketahanan
3. Konsentrasi 5 ppm dan 7,5 ppm adalah Tanaman Jagung (Zea mays. L)
Terhadap Penyakit Bulai Melalui
konsentrasi terbaik dalam menurunkan Seed Treatment Serta Pewarisannya
status ketahanan planlet bawang merah Pada Generasi S1. Ilmu Pertanian
16(2) : 42 – 59.
dari rentan menjadi moderat
Mandal S. Mallick N, and Mitra A. 2009.
Salicylic acid-induced resistance to
DAFTAR PUSTAKA Fusarium oxysporum f.sp.lycopersici
in tomato.J. Plant Phyology and
Agrios, G.N. 2005. Plant Pathology. Biochestyi 47: 642 – 649
Fiveth edition. Academic Press, San
Diego. USA Nurcahyani E, Sumardi I, Hadisutrisno B,
dan Suharyanto E. 2012. Penekanan
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa perkembangan penyakit busuk batang
Tengah. 2013. Berita resmi statistik vanili (fusarium oxysporum f.sp.
provinsi Jawa Tengah. vanillae) melalui seleksi asam fusarat
http://jateng.bps.go.id/offrel/brs_hort secara in vitro. J. HPT Tropika
i_1308_33.pdf. di akses 24 Januari 12(1):12 – 22
2015.
Ojha S and Chatterjee N. 2012. Induction of
Badan Pusat Statistik. 2014. Luas panen, resistance in tomato plants against
produksi, dan produktivitas bawang Fusarium oxysporum f.sp. lycopersici
merah tahun 2009-2013. mediated through salicylic acid and
http://www.bps.go.id/tab_sub/. di trichoderma harzianum. Journal of
akses 20 desember 2014. Plant Protection Research. 52(2):
Badriah, DS. 2001. Uji Resistensi Kultivar 220 – 225
Gladiol Introduksi terhadap Fusarium Ryals JA, Uknes S, and Ward E. 1994.
oxysporum secara In Vitro dan In Systemic Acquired Resistance. Plant
Vivo. Tesis. Program Pascasarjana. Physiology, 104: 1109 – 1112
Institut Pertanian Bogor.
Ryals J, Neuenschwander U, Willits M,
Damayanti F. 2002. Seleksi In Vitro untuk Molina A, Steiner HY, Hunt M.1996.
Ketahanan terhadap Penyakit Layu Systemic acquired resistance. Plant
Fusarium pada Tanaman Abaka Cell, 8: 1809–1819.
(Musa Textilis Nee). Tesis. Program

27
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016

Sujatmiko B. 2013. Induksi Ketahanan terhadap F. oxysporum. Prosiding


Tanaman Melon (Cucumis melo L.) Seminar Hasil Penelitian Rintisan
terhadap Layu Fusarium melalui dan Bioteknologi Tanaman. Balai
Irradiasi Sinar Gamma secara In vitro. penelitian Bioteknologi dan
Tesis . Program Studi Ilmu Pemuliaan Sumberdaya Genetik Pertanian,
Tanaman, Fakultas Pertanian. Bogor.
Universitas Gadjah Mada. Vlot A.C, Dempsey D.A, and Klessig D.F.
Sukma D. 2005. Induksi Resistensi 2009.Salicylic acid, a multifaceted
terhadap asam fusarat pada tunas hormone to combat disease. Ann. Rev.
pisang tanduk in vitro menggunakan Phytopathol. 47: 177-206.
asam salisilat dan mikroba endofitik. Wiyatiningsih S., 2003. Kajian Asosiasi
Seminar Hasil-Hasil Penelitian tahun Phytophthora sp. dan Fusarium
2004 – 2005 LPPM IPB. Bogor. 13p oxysporum f. sp. cepae Penyebab
Sukmadjaja D, Mariska I, Lestari EG, Penyakit Moler pada Bawang Merah.
Tombe M dan Kosmiatin M. 2003. Mapeta, 5:1 – 6
Pengujian planlet abaka hasil seleksi

28

Anda mungkin juga menyukai