ABSTRAK
Penyakit layu fusarium atau moler adalah penyakit utama pada bawang merah yang disebabkan oleh
Fusarium oxypsporum f. sp. cepae (Foc), yaitu sejenis jamur tular tanah dan pada umumnya bersifat sistemik
sehingga sulit dikendalikan dengan fungisida. Kerugian akibat penyakit moler ini dapat mencapai 50%, bahkan
dapat menyebabkan gagal panen. Akibatnya terjadi penurunan kualitas dan kuantitas hasil panen. Sehingga perlu
sekiranya penggunaan varietas tahan penyakit moler dan berdaya hasil tinggi. Induksi ketahanan merupakan salah
satu metode untuk mendapatkan kultivar bawang merah tahan penyakit layu fusarium. Induksi ketahanan dapat
dilakukan secara in vitro dengan agen penginduksi berupa bahan kimia seperti asam salisilat. Untuk mengetahui
respon asam salisilat dalam menginduksi ketahanan dilakukan dengan menggunakan asam fusarat sebagai bahan
penyeleksi untuk mendapat planlet tahan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat respon tunas bawang merah
kultivar Bima Brebes secara in vitro terhadap keefektifan asam salisilat berbagai konsentrasi (0 ppm, 2,5 ppm, 5
ppm, dan 7,5 ppm) dalam menginduksi ketahanan yang selanjutnya dilakukan seleksi untuk karakter ketahanan
penyakit dengan asam fusarat sebagai agen penyeleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi asams alisilat
eksogen mampu meningkatkan ketahanan planlet bawang merah yang ditunjukan dengan penurunan intensitas
serangan fusarium, menurunkan status ketahanan planlet dari rentan menjadi moderat. Konsentrasi terbaik asam
salisilat dalam menginduksi ketahanan planlet bawang merah adalah 5 ppm dan 7,5 ppm.
Kata kunci: induksi ketahanan, asam salisilat, asamf usarat, bawang merah
ABSTRACT
Fusarium whitere disesase or moler is a major disesase on shallot that is caused by Fusarium oxypsporum
f. Sp. Cepae (Foc), it is spread soil mushroom kind and generally sistemacally hence it’s dificult controled by
fungicid. Suffer caused by this moler disesase can reache 50% moreover can cause failed fiver. For that reason
it needs the use of varietes endurance of moler disesase and high productivity. Endurance induction is one of the
methods to get shallot cultivar endure fusarium whietere disease. Endurance induction can be done in vitro with
the inducing agent is chemist matter likes salisilic acid. For knowing the respon of salisilyc acid in inducing the
indurance is done by using fusarat acid as selector matter to get endurance planlet. This research is done to
recogize the respon of bud Bima cultivar shallot of Brebes in vitro againts the effectity of salisilyc acid of vareites
of concentration (0 ppm, 2.5 ppm, and 7.5 ppm) in inducing endurance then it’s done selection to get endurance
character of disease by exogen salisilyc acid able to impove shallot planlet endurance that is showen by descent
intensities of fusarium attact, descending planlet endurance status form susceptibe become moderate. The best
concentration of salisilyc acid in inducing onion planlet endurance is 5 ppm and 7.5 ppm.
15
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
nasional, sementara produksi bawang unggul bawang merah yang tahan terhadap
merah di Jawa Tengahsekitar 67 % penyakit layu fusarium.Perakitan varietas
dihasilkan dari Kabupaten Brebes. Hal bawang merah dapat dilakukan sebagai
tersebut menjadikan bawang merah sebagai upaya untuk menyediakan bibit unggul.
produk unggulan daerah (PUD) Kabupaten Upaya mendapatkan varietas bawang
Brebes. Disamping agroklimat wilayah merah tahan penyalik moler tidak hanya
Brebes sangat sesuai untuk budidaya melalui program pemuliaan, namun dapat
bawang merah, juga masyarakat petani juga dilakukan dengan cara menginduksi
Brebes yang secara turun temurun ketahanan bawang merah. Induksi
membudidayakan bawang merah hingga ketahanan merupakan bentuk ketahanan
saat ini. penyakit yang diinduksi secara sistemik
Serangan hama penyakit dapat yang dipicu senyawa kimia tertentu
menurunkan kualitas dan kuantitas hasil (Hoerussalam,dkk 2013). Pada tanaman
bawang merah. Salah satu penyakit utama tomat, palm, dan squash mekanisme induksi
tanaman bawang merah adalah penyakit ketahanan dapat meningkatkan aktivitas
layu fusarium atau di Brebes dikenal enzim ketahanan penyakit, dan terjadi
penyakit moler. Penyakit tersebut peningkatan status ketahanan dari rentan
disebabkan olehFusarium oxysporumf.sp. menjadi tahan (Mandal et al. 2009; Ojha et
cepae (Foc). Penyakit layu fusarium di al. 2012).Dengan demikian dapat dikatakan
beberapa sentra produksi bawang merah di bahwa metode induksi ketahanan ini cukup
Indonesia dapat menimbulkan kehilangan efektif pada beberapa tanaman.
hasil sampai 50% (Wiyatiningsih, Teknik in-vitro akan meningkatkan
2003).Penyakit ini juga dapat menimbulkan keragaman yang dapat berguna bagi
gagal panen pada tanaman bawang merah. pemuliaan tanaman. Teknik ini sudah
Penyakit layu fusarium ditandai dengan sangat berkembang dan sering
tanaman menjadi cepat layu, akar menjadi diaplikasikan untuk perbaikan karakter
busuk, tanaman terkulai seperti akan roboh, tanaman termasuk pada karakter
dan di dasar umbi lapis terlihat koloni jamur ketahanan tanaman. Variasi somaklonal
berwarna putih. dan seleksi in-vitro adalah dua teknik
Salah satu upaya untuk yang sering digunakan pada kultur
mengendalikan serangan penyakit layu in-vitro untuk perbaikan karakter
fusarium yaitu dengan menggunakan tanaman. Perakitan kultivar bawang merah
varietas tahan.Akan tetapi sejauh ini masih untuk karakter ketahanan secara
terkendala dengan ketersediaan bibit konvensional sulit dilakukan dan memakan
16
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
17
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
(inducer resistance) secara in vitro belum meter), serta alat-alat tanam (botol kultur,
banyak di teliti. Oleh kerena itu, perlu pinset, scalpel, kertas alumunium foil atau
dilakukan penelitian peningkatan plastik, dan cawan petri diameter 9 cm), dan
ketahanan terhadap penyakit layu fusarium timbangan digital.
pada bawang merah sebagai upaya Penelitian ini menggunakan
menghasilkan galur-galur tahan dan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
berdaya hasil tinggi. Penelitian ini satu faktor tunggal yaitu konsentrasi asam
bertujuan untuk memperoleh planlet salisilat. Perlakuan dari masing-masing
bawang merah tahan terhadap penyakit layu asam salisilat adalah sebagai berikut: a)
fusarium hasil induksi ketahanan dengan Kontrol, b) 2,5 ppm asam salisilat, c) 5 ppm
asam salisilat secara in vitro. asam salisilat, d) 7,5 ppm asam salisilat.
Masing-masing perlakuan diulang
METODE PENELITIAN sebanyak 40 kali dengan 1 tunas per botol
Penelitian ini dilaksanakan pada sehingga total tunas berjumlah 160 tunas.
bulan Juli sampai Oktober 2015.Penelitian Model matematik: Yij = µ+ αi + εij
dilaksanakan di Laboratorium Kultur Dimana :
Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Yij = Nilai pengamatan pada perlakuan
konsentrasi asam salisilat kalus ke-i
Gadjah Mada (UGM).
pada ulangan ke-j
Bahan-bahan yang digunakan dalam µ = Nilai rata-rata umum
penelitian ini yaitu umbi bawang merah αi = Pengaruh perlakuan konsentrasi SA
varietas Bima Brebes, asam salisilat ke-i
(C7H6O3 MERCK) sintetik sebagai agen εij = Pengaruh galat dari satuan
percobaan ke-i, pada ulangan ke-
penginduksi ketahanan, asam fusarat
Data yang diperoleh selanjutnya
sintetik (SIGMA-Aldrich Co) sebagai
dilakukan analisis dengan Analisis Varian
komponen seleksi, stok media MS (unsur
(ANOVA). Apabila hasil ANOVA
hara makro dan mikro), BAP danNAA
menunjukkan perbedaan nyata pada taraf
sebagai ZPT, sukrosa sebagai sumber
nyata 95% maka untuk membandingkan
karbohidrat dan agar sebagai pemadat, dan
perbedaan antar perlakuan dilakukan uji
bahan-bahan penunjang lainnya. Alat-alat
Duncan Multiple Range Test (DMRT).
yang digunakan pada penelitian ini antara
Pelaksanaan penelitian meliputi: 1)
lain alat-alat sterilisasi (autoklaf, oven,
persiapan bahan tanam (eksplan) dan
Laminar Air Flow (LAF), dan pemanas
pembuatan medium. Sterilisasi dilakukan
Bunsen), alat-alat pembuat media (gelas
sebelum ekplan ditanam. Sterilisasi eksplan
beacker, gelas ukur gelas, pengaduk, pH
18
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
dilakukan diluar laminar (LAF) yang di ruang ber-AC selama kurang lebih 2 hari
diawali mencuci umbi bawang merah sebelum digunakan. 2) Penginduksian
dengan larutan deterjen kemudian dibilas ketahanan dengan asam salisilat. Metode
air mengalir selama 15 menit, selanjutnya penginduksian ketahanan dengan asam
direndam dengan fungisida dan bakterisida salisilat pada penelitian ini dilakukan pada
masing-masing selama selama 1 jam. 2 percobaan yang berbeda. Adapun
Eksplan yang sudah distrerilkan dibawa ke prosedur pelaksanaannya adalah sebagai
laminar (Laminar Air Flow/LAF) dan berikut: Percobaan I. a. Penanaman
selanjutnya direndam clorax 30% selama 20 Eksplan. Eksplan yang digunakan adalah
menit sebelumnya dibilas aquades steril 2-3 tunas bawang merah varietas Bima brebes
kali, kemudian kupas umbi sampai yang berada di dalam umbi lapis. Eksplan
diperoleh bagian tunas, kemudian tunas di yang sudah steril ditanam pada medium MS
rendam clorax 10% selama 10 menit dan tanpa perlakuan asam salisilat selama 1
dibilas dengan akuades steril sebanyak 2 – minggu, dan setiap botol kultur berisi 1 – 2
3 kali. Selanjutnya direndam clorax 5% eksplan. Untuk menginduksi kalus (variasi
selama 5 menit lalu dibilas 2 – 3 kali dengan somaklonal), selanjutnya eksplan
akuades steril. Media yang digunakan disubkultur ke dalam media MS + 2,5 ppm
terdiri atas stok media MS (Murashige 2,4-D + 2 ppm BA selama 4 minggu.
dan Skoog), zat pengatur tumbuh (ZPT), Pemeliharaan dilakukan di ruang inkubasi
gula sukrosa 30 g/L, dan agar 7 g/L. Tahap dengan suhu yang sudah diatur 24 – 25°C,
awal dalam membuat medium adalah penyinaran 1000 lux selama 16 jam agar
dengan melarutkan semua komponen media diperoleh pertumbuhan yang baik. b.
ke dalam akuades steril sesuai dengan Perlakuan penginduksian ketahanan dengan
konsentrasi yang sudah diformulasikan asam salisilat. Kalus yang diperoleh pada
(lampiran 3).larutan diaduk sampai percobaan sebelumnya diharapkan sudah
homogen dan diatur dengan pH 5,8 mengalami variasi somaklonal dan siap
sebelum disterilisasi. Media dipanaskan untuk diberi perlakuan asam salisilat.
sampai mendidih selanjutnya media Penginduksian ketahanan dengan asam
dituangkan dalam botol kultur masing- salisilat dilakukan dengan memindahkan
masing sebanyak 25 mL dan ditutup dengan kalus (hasil percobaan sebelumnya) ke
alumunium foil atau plastik. Media dalam dalam botol yang berisi media MS dengan
botol disterilisasi menggunakan autoklaf penambahan asam salisilat sesuai
pada suhu 121°C dan tekanan 15 psi selama konsentrasi perlakuan (0 ppm, 15 ppm, 20
20 menit.Media didinginkan dan disimpan ppm, dan 25 ppm) selama 2 minggu. Setiap
19
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
20
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
I = Persentase gejala pada daun tiap lebih dari 50%. Diduga penggunaan asam
tanaman, salisilat pada semua konsentrasi yang
a = Jumlah daun yang terserang, diberikan terlalu tinggi sehingga tunas
b = Jumlah daun sehat mengalami cekaman. Kondisi cekaman ini
21
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
Tabel 3. Persentase Tunas yang hidup Hasil Penginduksian dengan Asam Salisilat pada Media
Kultur
Perlakuan Persentase tunas hidup
PI SK
Kontrol 100 50,00
15 ppm asam salisilat 100 6,25
20 ppm asam salisilat 100 3,75
25 ppm asam salisilat 100 5,00
22
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
5
4,5
4
3,5 Kontrol
3
2,5 15 ppm asam
2 salisilat
1,5 20 ppm asam
1 salisilat
0,5 25 ppm asam
0 salisilat
I II III IV
Umur Planlet(MST)
Gambar 1. Grafik pertumbuhan pada variabel tinggi tanaman planlet hasil penginduksian
dengan asam salisilat
4
3,5
Jumlah daun (helai)
3
2,5 Kontrol
2
15 ppm asam salisilat
1,5
20 ppm asam salisilat
1
0,5 25 ppm asam salisilat
0
I II III IV
Umur Planlet (MST)
Gambar 2. Grafik pertumbuhan pada variable jumlah daun planlet hasil penginduksian dengan
asam salisilat
planlet bawang merah hasil penginduksian jumlah daun tidak berpengaruh nyata pada
dengan asam salisilat dilakukan selama 4 semua perlakuan asam salisilat. Rerata
minggu. Variabel yang diukur meliputi tinggi tanaman berkisar antara 3,36 – 3,57
tinggi tanaman dan jumlah daun. cm, sementara rerata jumlah daun berkisar
Tinggi tanaman merupakan Variabel antara 2,57 – 4,6 helai. Hal ini menunjukkan
bawang merah pada kultur in vitro hasil menghambat pertumbuhan planlet bawang
23
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
Tabel 4. Rerata variable tinggi tanaman dan jumlah daun hasil penginduksian dengan asam
salisilat umur 1 bulan
Tinggi tanaman Jumlah daun
Perlakuan
(cm) (helai)
tn
Kontrol (+) 3,36 2,7tn
tn
Kontrol (-) 3,42 4,6tn
2,5 ppm asam salisilat 3,51tn 3,08tn
tn
5 ppm asam salisilat 3,57 2,74tn
7,5 ppm asam salisilat 3,56tn 2,57tn
Keterangan : tn = tidak berpengaruh nyata
24
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
Tabel 6. Status ketahanan planlet bawang merah varietas Bima Brebes hasil penginduksin
ketahanan dengan asam salisilat
Gambar 3. Gejala layu hasil uji ketahanan dengan asam fusarat pada kultur in vitro umur 5 hari
setelah pengujian.
25
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
Perhitungan skala intensitas penyakit zat kimia secara sistemik dalam jaringan
(IP) digunakan untuk menentukan status tanaman (Agrios 2005).
ketahanan planlet bawang merah hasil Asam fusarat bersifat toksin bagi
penginduksian dengan asam salisilat dari pathogen dan dapat dijadikan sebagai
masing-masing perlakuan. Tabel 6 komponen seleksi untuk karakter ketahanan
menunjukkan status ketahanan planlet terhadap fusarium. Penggunaan asam
bawang merah hasil penginduksian dengan fusarat sebagai komponen seleksi secara in
asam salisilat pada kultur in vitro. vitro dapat menghasilkan sel atau jaringan
Perhitungan intensitas penyakit ini mutan yang insensitive terhadap asam
dilakukan pada hari ke-5 setelah diuji fusarat, sehingga planlet yang tahan
dengan asam fusarat. Apabila dikaitkan fusarium (Badriah, 2001; Nur Cahyani
dengan skala intensitas penyakit (IP) maka 2012; Sujatmiko, 2013).
penginduksian asam salisilat konsentrasi 5 Asam fusarat dapat merusak
ppm dan 7,5 ppm adalah konsentrasi terbaik metabolism tanaman sehingga air dan
karena dapat menurunkan kriteria garam-garam mineral di dalam jaringan
ketahanan planlet dari rentan menjadi tanaman akan hilang akibatnya
moderat. Keberhasilan penginduksian permiabelitas membren sel terganggu.
ketahanan terhadap penyakit dengan bahan Sehingga akan nampak gejala layu pada
kimia seperti asam salisilat dipengaruhi tanaman. Terdapat respon yang berbeda-
oleh beberapa faktor diantaranya adanya beda tiap planlet bawang merah hasil
sifat inkompatibel antara bahan kimia induksi ketahanan dengan asam salisilat
dengan tanaman yang meliputi dosis yang setelah pengujian dengan asam
sesuai, metode penginduksian, dan adanya fusarat.seperti yang sudah dijelaskan
periode waktu antara perlakuan induksi sebelumnya bahwa asam salisilat mampu
dengan inokulasi. Penginduksian akan lebih menguatkan dinding sel sehingga apabila
efektif apabila diberikan pada dosis rendah asam salisilat eksogen masuk ke dalam
dan dilakukan secara berulang (Ojha and tanaman maka akan mampu mengurangi
Chatterjee, 2012; Faradilla, 2011; Mandal gejala layu dan klorosis.
et al., 2009). Ketahanan terinduksi akan
KESIMPULAN
berhasil apabila ada periode waktu antara
Berdasarkan hasil penelitian yang
perlakuan penginduksian dengan inokulasi.
diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa:
Periode waktu tersbut dibutuhkan tanaman
1. Aplikasi asam salisilat pada konsentrasi
untuk mensintesis dan memindahkan zat-
2,5 ppm, 5 ppm, dan 7,5 ppm sebagai
26
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
27
ISSN: 1410-0029
Agrin Vol. 20, No. 1, April 2016
28