Anda di halaman 1dari 22

JOURNAL READING

From Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma to


Nasopharyngeal Carcinoma; A Rare Case Report of
Nasopharyngeal Mass

Alandra Rizhaqi Vastra


2018012071
Fukrapti 2018012101
Nadia Gustria 1918012055
Preceptor :
dr. Fivien Fedriani, Sp.THT-KL
2
Pendahuluan

Nasofaring dapat menjadi lokasi tumor benigna atau maligna. Keganasan yang
paling umum pada nasofaring adalah kanker nasofaring (KNF), yang berasal dari
epitel nasifaring. KNF merupakan 0.22% dari seluruh kasus tumor di Amerika Utara.
Tumor ini dapat menimbulkan keluhan berupa hilangnya pendengaran atau massa
pada leher.

KNF dapat mengganggu fungsi dari tuba eustachius sehingga dapat menyebabkan
otitis media serosa. Selain itu, karena banyaknya drianase limfatik nasofaring yang
berhubungan dengan leher, KNF dapat menyebabkan limfadenopati unilateral (44%)
dan bilateral (22%).

3
Pendahuluan

Pada KNF juga dapat terjadi obstruksi nasal dan epistaksis. Saraf kranial juga
dapat terganggu akibat penyebaran tumor.

Pasien KNF dapat menunjukkan beberapa tanda tertentu, namun dalam


beberapa kasus juga dapat menunjukkan tanda-tanda yang tidak umum yang
dapat membantu dalam penanganan pasien yang lebih baik.

Oleh karena itu, peneliti dalam jurnal ini melaporkan kasus pasien dengan
gejala nasopharyngeal angiofibroma yang ditegakkan diagnosis Kanker
Nasofaring (KNF) setelah pembedahan.

4
Laporan Kasus
Laporan Kasus

 Laki-laki usia 17 tahun dirujuk ke klinik bagian THT Rumah Sakit Hazrat
Rasoul Akam, Tehran, Iran, dengan riwayat selama beberapa bulan
mengalami obstruksi nasal bagian kiri dan episode intermittent
epistaksis, yang frekuensinya semakin meningkat.
 Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat serupa.
Pemeriksaan hidung luar menunjukkan tampilan normal. Tidak
ditemukan adanya limfadenopati servikal.

6
Laporan Kasus

 CT Scan dengan kontras dan MRI


dengan kontras (gadolinium) dilakukan
dan menunjukkan gambaran
homogenousely enhancing soft tissue
mass lesion yang memperlebar fossa
pterygopalatina dan meluas ke nasofaring
dengan pembengkokan dinding posterior
sinus maksilaris ke arah anterior.

7
Laporan Kasus
 Ditemukan invasi ke sinus sphenoid dan fosa
infratemporal kiri.
 Pasien menjalani operasi sinus endoskopi
dan ditemukan :
 Massa berbatas tegas yang melibatkan
rongga hidung kiri yang meluas ke
nasofaring di posterior dan meatus media di
anterior; dan invasi ke fossa infratemporal
kiri di lateral.
 Erosi sinus ethmoid
 Dasar tengkorak utuh dan tidak terlihat
adanya ekstensi intrakranial. 8
Laporan Kasus
 Berdasarkan gambaran klinis dan
radiologi, pada awalnya diduga sebagai
Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma
(JNA).
 Pemeriksaan histopatologi pasca operasi
endoskopi  gambaran karsinoma sel
skuamosa berdiferensiasi sedang.
 Pasien kemudian dirujuk untuk
kemoradiasi.
 Pasien dan wali resminya memberikan
persetujuan tertulis untuk publikasi kasus
9
dan gambar hasil pemeriksaan.
Discussion
Discussion
Diagnosis JNA ditegakan berdasar pada pemeriksaan klinis dan radiologis serta
pemeriksaan histologi. KNF meskipun jarang pada anak-anak tetapi memiliki
predileksi pada remaja.

 Keganasan nasofaring jarang terjadi dan ditemukan pada 1-3% dari semua keganasan pada
anak-anak. KNF hanya menyumbang 20-50% dari keganasan nasofaring pada anak.
 Jika dibandingkan dengan orang dewasa, KNF menyebabkan hampir semua kejadian
keganasan nasofaring. Sekitar 5-12% KNF terjadi sebelum usia 30.
 KNF terjadi pada anak laki-laki dua kali lebih banyak daripada anak perempuan. Anak-anak
antara 10-19 tahun adalah kelompok usia yang paling umum terkena KNF. Faktor genetik
dan lingkungan dari anak-anak tersebut berisiko terkena KNF.
 Sulit untuk meyakini KNF pada orang yang sangat muda dan itulah sebabnya diagnosis KNF
kerap terlewat atau terlambat sampai pasien memiliki KNF pada stadium lanjut.

11
Discussion

Selain terabaikannya KNF sebagai diagnosis banding, gejala yang tidak


spesifik mungkin juga menjadi alasan terlambatnya diagnosis KNF pada pasien
usia muda. Gejala KNF yang paling umum adalah massa serviks tanpa rasa
nyeri (70-90%), yang bilateral pada 50% kasus.

Meskipun pada pencitraan, KNF tampak sebagai peningkatan massa secara


heterogen yang timbul dari mukosa nasofaring dengan invasi ke struktur sekitarnya,
tetapi meluas ke fosa pterigopalatina dan memperlebar fossa tersebut, keterlibatan
ruang infratemporal dan masticator juga dapat terlihat selama progresi KNF.
Sehingga pada pencitraan, KNF dapat meniru gambaran JNA atau tumor jinak dan
ganas lainnya.
12
Discussion
Kemungkinan keganasan nasofaring harus dipertimbangkan pada anak dengan
obstruksi nasal progresif, bila gejala dan tanda menetap selama lebih dari tiga
minggu meskipun diberikan pengobatan, dan bila terdapat otitis media unilateral
dengan limfadenopati servikal.

 6% persen KNF belum teridentifikasi ketika dilakukan pemeriksaan


endoskopi.
 CT-Scan dan MRI digunakan untuk mengevaluasi KNF sebelum operasi.
 Pada CT-Scan, 82% KNF muncul di resesl dinding faring posterolateral dan
12% muncul di midline.
 Pada CT-Scan dan MRI, KNF masa kanak-kanak biasanya menunjukkan
homogenous enhancement tumor primer dengan kelenjar getah bening yang
bermetastasis. 13
Discussion
 Lesi jinak, keganasan, dan kondisi  JNA yang membentuk <1% neoplasma
inflamasi adalah diagnosis banding kepala dan leher, adalah tumor
massa nasofaring pada anak-anak. fibrovaskular jinak yang tidak umum.
 Meski awal mula kerusakan ini tidak
 Dari tumor jinak, juvenile nasopharyngeal tampak jelas, namun menurut beberapa
angiofibroma (JNA) adalah diagnosis peneliti, tampaknya kerusakan ini
banding yang paling penting. biasanya ditemukan di rongga
pterygopalatine dan menyebar melalui
 Pada kedua metode pencitraan (CT-Scan kanal sphenopalatina ke rongga hidung.
dan MRI), homogenous enhancement  Dalam penelitian sebelumnya, hanya
seperti JNA dapat dibedakan dari ditemukan laporan serupa dengan pasien
keganasan nasofaring. kami pada tahun 2003

Oleh karena itu, kasus pasien ini dilaporkan karena terdapat manifestasi,
tanda klinis, dan pencitraan yang berbeda pada karsinoma nasofaring. 14

Kesimpulan

Kesimpulan
• Pencitraan pra-operasi (preoperative imaging) dari pasien yang dicurigai
menderita Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma (JNA) perlu ditinjau secara
hati-hati untuk memastikan diagnosis yang tepat dan tatalaksana yang akurat.
• Korelasi yang akurat antara temuan klinis dan radiologis sangat diperlukan
untuk diagnosis yang tepat.

15
Critical Appraisal (PICO)
Problem – Intervention – Comparison – Outcome
Validity
Patient/Populasi/Problem Intervention / Information

“ Laki-laki usia 17 tahun dengan


riwayat beberapa bulan mengalami
obstruksi
epistaksis
nasal dan
intermitten
episode
yang
frekuensinya semakin meningkat, dan
diduga Juvenile Nasopharyngeal
Angiofibroma
Tidak ada intervensi yang dilakukan
pada laporan kasus ini. Pemeriksaan
histopatologis dilakukan dalam
penegakkan diagnosis akhir yaitu
Kanker Nasofaring (KNF)

Comparison/Control
PICO Outcome

Pada jurnal ini tidak dilakukan Diagnosis Kanker Nasofaring (KNF)


perbandingan. ditegakkan berdasar pada hasil
pemeriksaan histopatologis pasca
bedah endoskopi. Pasien selanjutnya
dirujuk untuk mendapatkan
kemoradiasi.

17
Critical Appraisal (VIA)
Validity – Importance - Applicability

❌ Berdasarkan hasil tabel tersebut,


penelitian ini dapat dikatakan valid.

❌ 19

Importance
Ya, laporan kasus ini penting karena dengan mengetahui
adanya variasi gejala dan tanda dari Kanker Nasofaring
(KNF), dan memahami pentingnya pemeriksaan klinis
yang menyeluruh dan tidak mengabaikan diagnosis
banding lain, sehingga dapat dilakukannya intervensi
yang tepat sedini mungkin pada pasien KNF khususnya
pasien usia muda.

20
“ Applicability
Ya, informasi yang disampaikan dalam laporan kasus ini dapat
diterapkan pada institusi ini karena metode pemeriksaan yang
dibutuhkan tersedia dan terjangkau yaitu pemeriksaan CT-Scan,
MRI, dan pemeriksaan histopatologi. Adanya kemiripan dari faktor
demografi pasien dalam laporan kasus yaitu di Iran yang
merupakan negara berkembang sama seperti Indonesia.

21
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai