VARICOCELE
Disusun Oleh:
1102014154
Pembimbing:
2020
1
Infertilitas dianggap sebagai salah satu masalah utama kesehatan masyarakat,
Salah satu penyebab yang sering terjadi karena varikokel. Insiden varikokel 4,4% -
22,6% pada populasi umum.
Varikokel merupakan pelebaran pembuluh darah vena dalam pleksus
pampiniformis skrotum dan vena spermatika interna. Varikokel terjadi selama masa
pubertas dan jarang ditemui pada usia < 10 tahun.
Varikokel umumnya asimptomatik, tapi pada beberapa kasus, pasien
merasakan nyeri testis, atrofi testis atau infertilitas. Varikokel dapat memberikan
gejala tidak nyaman (uncomfortable condition) pada skrotum seperti adanya
benjolan di atas testis yang terasa nyeri. Varikokel dapat menyebabkan gangguan
spermatogenesis testis dan steroidogenesis sekitar 15-20% dari semua laki-laki dan
40% laki-laki mengalami infertile. Hal ini terjadi karena suhu intratestikular
meningkat, refluks metabolit, dan atau hipoksia testis. Varikokel menyebabkan
peningkatan insidens ketidakmatangan sperma, apoptosis dan nekrosis.
Pemeriksaan Utrasonografi merupakan pilihan pertama, non invasif, relatif
mudah dan akurat dalam mendeteksi varikokel. Pemeriksaan ultrasonografi Color
Doppler (CDUS) telah menjadi modalitas yang telah diterima secara luas dan sering
digunakan untuk mengevaluasi varikokel
Pengobatan utama untuk varikokel adalah bedah. Tindakan bedah pada
varikokel dapat dilakukan dengan cara ligasi dari vena spermatika interna dengan
berbagai teknik. Diantaranya yaitu teknik bedah terbuka, teknik laparoskopik, atau
embolisasi intravena dari vena testikularis. Tiga tindakan bedah terbuka yang
digunakan yaitu teknik retroperitoneal (Palomo), teknik subinguinal (Marmar), dan
teknik inguinal (Ivanissevich).
Teknik retroperitoneal (Palomo) merupakan penatalaksanaan pilihan
varikokel pada remaja.
2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Anatomi :
Pada pria dewasa, masing-masing testis merupakan suatu organ berbentuk
oval yang terletak didalam skrotum. Testis memproduksi sperma dan androgen
(hormon seks pria). Tiap testis pada bagian anterior dan lateral diliputi oleh
membran serosa, tunika vaginalis. Membran ini berasal dari peritoneum cavum
abdominal. Pada tunika vaginalis terdapat lapisan parietal (bagian luar) dan lapisan
visceral (bagian dalam) yang dipisahkan oleh cairan serosa. Kapsul fibrosa yang
tebal, keputihan disebut dengan tunika albuginea yang membungkus testis dan
terletak pada sebelah dalam lapisan visceral dari tunika vaginalis. Pada batas
posterior testis, tunika albuginea menebal dan berlanjut ke dalam organ sebagai
mediastinum testis.
4
2. Epidemiologi
Varikokel terdeteksi lebih sering pada populasi pria infertil dibanding pada pria
fertil. Sebagian besar varikokel terdeteksi setelah pubertas dan prevalensi pada
pria dewasa sekitar 10-15%. Pada 80-90% kasus, varikokel hanya terdapat
pada sebelah kiri; varikokel bisa bilateral hingga 20% kasus, meskipun dilatasi
sebelah kanan biasanya lebih kecil. Varikokel unilateral sebelah kanan sangat
jarang terjadi.
Varikokel pada remaja pria pernah dilaporkan sekitar 15% kasus. Varikokel
biasanya terdiagnosis pada 20-40% pria infertil. Insidensi varikokel yang
teraba diperkirakan 15% pada populasi umum pria dan 21-39% pria subfertil.
Meskipun varikokel pernah dilaporkan pada pria sebelum remaja,
varikokel jarang pada kelompok usia ini. Pada suatu penelitian oleh Oster
(1971) pada 1072 anak sekolah laki laki di Denmark, tidak ditemui adanya
varikokel pada 188 anak laki-laki yang berusia antara 6 sampai 9 tahun. Insidensi
varikokel pada anak yang lebih tua (usia 10-25 tahun), bervariasi antara 9%
sampai 25,8% dengan suatu rerata 16,3%.
Varikokel ekstratestikular merupakan kelainan yang diketahui umum
terjadi, dimana terdapat pada 15% sampai 20% pria. Varikokel intratestikular
5
sebaliknya suatu kelainan yang jarang dan sesuatu yang relatif baru dimana
dilaporkan kurang dari 2% pada pria yang menjalani sonografi testis dengan
gejala.
3. Etiologi
• Hilangnya mekanisme pompa otot atau atrofi otot kremaster, kelemahan
kongenital, proses degeneratif pleksus pampiniformis.
• Hipertensi v. renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior.
• Turbulensi dari v. supra renalis kedalam juxta v. renalis internus kiri
berlawanan dengan kedalam v. spermatika interna kiri.
• Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal v.spermatika .
• Tekanan v. spermatika interna meningkat
• Sekunder : tumor retro, trombus v. renalis, hidronefrosis.
4. Klasifikasi
Grade Temuan dari pemeriksaan fisik
Grade I Ditemukan dengan palpasi, dengan valsava
Grade II Ditemukan dengan palpasi, tanpa valsava, tidak
terlihat dari kulit skrotum
Grade III Dapat dipalpasi tanpa valsava, dapat terlihat di kulit
skrotum
5. Patofisiologi
Varikokel terjadi akibat peningkatan tekanan vena dan ketidakmampuan vena
spermatika interna. Aliran retrograde vena spermatika interna merupakan
mekanisme pada perkembangan varikokel. Varikokel ekstratestikular merupakan
suatu kelainan yang umum terjadi. Sebagian besar kasus asimptomatik atau
berhubungan dengan riwayat orchitis, infertilitas, pembengkakan skrotum dengan
nyeri. Varikokel intratestikular merupakan suatu keadaan yang jarang, ditandai oleh
dilatasi vena intratestikular. Varikokel lebih sering ditemukan pada sebelah kiri
karena beberapa alasan berikut ini:
(a) Vena testikular kiri lebih panjang;
6
(b) Vena testikular sinistra memasuki vena renal sinistra pada suatu right angle;
(c) Arteri testikular sinistra pada beberapa pria melengkung diatas vena renal
sinistra, dan menekan vena renal sinistra;
(d) Distensi colon descendens karena feses dapat mengkompresi vena testikular
sinistra.
6. Manifestasi Klinis
7
Pemeriksaan dilanjutkan dengan pasien dalam posisi supinasi, untuk
membandingkan dengan lipoma cord (penebalan, fatty cord ditemukan dalam posisi
berdiri, tapi tidak menghilang dalam posisi supinasi) dari varikokel. Palpasi dan
pengukuran testis dengan menggunakan orchidometer (untuk konsistensi dan
ukuran) dapat juga memberi gambaran kepada pemeriksa ke patologi intragonad.
Apabila disproporsi panjang testis atau volum ditemukan, indeks kecurigaan
terhadap varikokel akan meningkat. Kadangkala sulit untuk menemukan adanya
bentukan varikokel secara klinis meskipun terdapat tanda-tanda lain yang
menunjukkan adanya varikokel. Untuk itu pemeriksaan auskultasi dengan memakai
stetoskop Doppler sangat membantu, karena alat ini dapat mendeteksi adanya
peningkatan aliran darah pada pleksus pampiniformis. Varikokel yang sulit diraba
secara klinis seperti ini disebut varikokel subklinik.
8
dalam mendeteksi varikokel. Pemeriksaan ultrasonografi dan terutama Color
Doppler menjadi metode pemeriksaan paling terpecaya dan berguna dalam
mendiagnosis varikokel subklinis. Gambaran varikokel pada ultrasonografi tampak
sebagai stuktur serpiginosa predominan echo free dengan ukuran diameter lebih
dari 2 mm. Pada CTscan dapat menunjukkan gambaran vena – vena serpiginosa
berdilatasi menyangat. Pada MRI varikokel tampak sebagai suatu massa dari
dilatasi, serpiginosa pembuluh darah, biasanya berdekatan dengan caput
epididimis. Spermatic canal melebar, dan intrascrotal spermatic cord atau pleksus
pampiniformis prominen. Spermatic cord memiliki intensitas signal heterogen.
Spermatic cord memuat struktur serpiginosa dengan intensitas signal tinggi.
Peranan MRI dalam diagnosis varikokel belum terbukti karena tidak cukupnya
jumlah pasien yang telah diperiksa dengan MRI. Venografi dapat menunjukkan
dilatasi vena testikular, dapat menunjukkan aliran retrograde bahan kontras ke arah
skrotum. Sebagian besar varikokel digambarkan sebagai primer atau idiopatik dan
diperkirakan terjadi karena kelainan perkembangan katup dan atau vena.
Pemeriksaan Penunjang
Angiografi/venografi
USG
MRI
CT Scan
Nuclear Imaging
9
Angiografi/venografi
Positif palsu/negatif
Vena testikular seringkali spasme, dan terkadang, ada opasifikasi dari vena
dengan kontras medium dapat sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi
dengan menggunakan kanul menuju vena testikular kanan.
Ultrasonografi
10
Penemuan USG pada varikokel termasuk:
Positif palsu/negatif
Kista epidermoid dan spermatokel dapat memberi gambaran seperti varikokel. Jika
meragukan, USG Doppler berwarna dapat digunakan untuk diagnosa. Varikokel
intratestikular dapat memberi gambaran seperti ektasis tubular.
11
Upper image: Longitudinal sonogram through the pampiniform plexus of the left
testis. The image shows several anechoic tubes. Lower image: The application of
color Doppler imaging in the same patient shows bidirectional flow within the
anechoic tubes.
Diagnosis Banding
Beberapa kelainan yang pada pemeriksaan ultrasonografi memberikan gambaran
mirip dengan gambaran varikokel dan menjadi diagnosis banding yaitu spermatokel
dan ektasia tubular.
Spermatokel merupakan suatu lesi kistik jinak yang berisi sperma. Spermatokel
umunya ditemukan pada kaput epididimis. Spermatokel banyak ditemukan secara
kebetulan pada saat skrining ultrasonografi pada pasien usia pertengahan sampai
usia tua. Ukuran spermatokel dapat bervariasi dari beberapa millimeter sampai
beberapa sentimeter. Sebagian besar spermatokel tidak menyebabkan gejala, dan
pasien bisa datang dengan teraba massa lunak pada bagian dalam skrotum. Pada
beberapa kasus, dapat juga terdapat rasa tak nyaman karena efek massa. Etiologi
spermatokel masih belum jelas. Sebagian besar penulis mengarahkan bahwa suatu
obstruksi duktus eferen merupakan asal mula dari kelainan ini. Ektasia tubular juga
12
dikenal sebagai transformasi kistik rete testis merupakan dilatasi rete testis sebagai
suatu akibat obliterasi parsial atau komplit duktus eferen. Ektasia tubular sering
bilateral dan asimetris, sering berhubungan dengan spermatokel. Rerata usia pada
diagnosis ialah 60 tahun dan secara umum pasien berusia lebih dari 45 tahun.
8. Penatalaksanaan
Untuk varikokel subklinis pada pria dengan faktor infertilitas tidak ada
keuntungan dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait dengan atrofi testikular
ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap hari,
harus dilakukan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi
testikular ipsilateral memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan
operasi sangat direkomendasikan pada pria golongan usia ini.
Alternatif Terapi
Untuk pria dengan infertilitas, parameter semen yang abnormal, dan varikokel
klinis, ada beberapa alternatif untuk varikokelektomi. Saat ini terdapat teknik
nonbedah termasuk percutaneous radiographic occlusion dan skleroterapi. Teknik
retrogard perkutaneus dengan menggunakan kanul vena femoralis dan memasang
balon/coil pada vena spermatika interna. Teknik ini masih berhubungan dengan
bahaya pada arteri testikular dan limfatik dikarenakan sulitnya menuju vena
13
spermatika interna. Radiographic occlusion juga meiliki komplikasi seperti migrasi
embolisasi materi menuju ke vena renalis yang mengakibatkan rusaknya ginjal dan
emboli paru, tromboflebitis, trauma arteri, dan reaksi alergi dari pemberian kontras.
Teknik Operasi7
Ligasi dari vena spermatika interna dapat dilakukan dengan berbagai teknik.
Teknik yang paling pertama dilakukan dengan memasang clamp eksternal pada
vena lewat kulit skrotum. Operasi ligasi varikokel termasuk retroperitoneal,
inguinal atau subinguinal, laparoskopik, dan microkroskopik varikokelektomi.
16
Teknik Inguinal
3. Teknik Laparoskopik
17
Indikasi dilakukan operasi:
18
Komplikasi
Perdarahan
Infeksi
Atrofi testis atau hilangnya testis
Kegagalan mengkoreksi varikokel
Apabila varikokel berhasil dikoreksi: tidak terabanya palpasi varix
setelah 6 bulan postoperasi, orchalgia, oligoastenospermia
19
20
21
22
23
Komplikasi
Hidrokel
Rekurens; dikarenakan ligasi inkomplit
Iskemia testis dan atrofi; karena trauma dari arteri testikular
5. Teknik embolisasi
24
Embolisasi
Evaluasi Pascaoperasi
25
Pasca tindakan dilakukan evaluasi keberhasilan terapi, dengan melihat
beberapa indikator antara lain:
9. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari varikokel diantaranya kenaikan temperatur testis,
jumlah sperma rendah dan infertilitas pria. Hambatan aliran darah, suatu
varikokel dapat membuat temperatur lokal terlalu tinggi, mempengaruhi
pembentukan dan motilitas sperma. Terdapat bukti yang baik dimana
lamanya varikokel menyebabkan efek merugikan yang progresif pada testis.
Chehval dan Porcell (1992) melakukan analisis semen pada 13 pria dengan
varikokel dan kemudian mengevaluasi kembali semen pria tersebut 9 sampai 96
bulan kemudian. Hasilnya menunjukkan suatu kemerosotan pada follow up
analisis semen mereka.Potensi komplikasi dari tatalaksana varikokel jarang
terjadi dan komplikasi biasanya ringan. Semua pendekatan pembedahan
varikokel berkaitan dengan suatu resiko kecil seperti infeksi luka, hidrokel,
varikokel berulang dan jarang terjadi yaitu atrofi testis. Potensi komplikasi dari
insisi inguinal karena tatalaksana varikokel mencakup mati rasa skrotal dan
nyeri berkepanjangan.
10. Prognosis
26
KESIMPULAN
Varikokel merupakan suatu kelainan dilatasi dan tortuous dari vena pada
pleksus pampiniformis. Varikokel dipertimbangkan menjadi suatu penyebab
potensial infertilitas pria. Varikokel ekstratestikular merupakan kelainan yang
umum terjadi, sebaliknya varikokel intratestikular merupakan kelainan yang jarang.
Diagnosis varikokel ditegakkan berdasarkan klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologi dan analisis semen.
Ultrasonografi dan terutama sekali Color Doppler tampil menjadi metode paling
terpercaya dan praktis untuk mendiagnosis varikokel. Diagnosis varikokel secara
tepat dan cepat sangat penting, dimana pada sebagian besar kasus dengan diagnosis
dan tatalaksana yang tepat dapat menghasilkan peningkatan kualitas semen.
Gambaran ultrasonografi varikokel terdiri dari struktur tubular, multipel,
turtuos, ukuran diameter lebih dari 2 mm yang biasanya paling baik tampak pada
superior dan / lateral testis, manuver valsava positif. Gambaran sonografi varikokel
intratestikuler yaitu struktur yang menyebar dari mediastinum testis ke parenkhim
testikuler. Sistem penilaian CDU pada diagnosis varikokel mencakup diameter
vena maksimum, pleksus / jumlah diameter vena, dan perubahan kecepatan aliran
pada manuver valsava. Sedangkan gambaran ultrasonografi spermatokel dan
27
ektasia tubular menjadi diagnosis banding gambaran varikokel. Gambaran yang
dapat dibedakan dengan varikokel diantaranya pada spermatokel berdinding tipis,
pada kaput epididimis, kadang dengan septasi, dapat hiperekhoik dan tampak solid,
USG color doppler tampak tanda ‘turun salju dan pada ektasia tubular yaitu struktur
avaskular pada mediastinum, sering bilateral dan asimetris, adanya kista
epididimal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hafid A, Abdu syukurur, dkk. 2004. Saluran Kemih dan Alat Kelamin
Lelaki. Dalam : R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong, editor. Buku Ajar Bedah.
Edisi 2. Jakarta : EGC.
2. Hillegas KB. 2005. Gangguan Sistem Reproduksi Pria. Dalam Price SA,
Wison LM.
3. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.
4. Kandell, Fouad R.2007. Male Reproduktive Dysfuntion, Pathophysiology
and Treatment. CRC Press.
5. Purnomo, Basuki, B. 2009. Kelainan Skrotum dan Isinya. Dasar-dasar
Urologi Dalam Edisi Kedua. Jakarta: Cv. Sagung Seto.
6. Wiknjosastro, Hanifa. 2008. Infertilitas. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua
Cetakan Keenam. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
28