Anda di halaman 1dari 47

SKENARIO 3

HASIL RISKESDAS 2013

Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes
Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai
berikut: Prevalensi pendek secara nasional pada kelompok umur 5-12 tahun adalah 30,7%
(12.3% sangat pendek dan 18.4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta
(14.9%) dan tertinggi di Papua (34.5%). Prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12
tahun adalah 11.2% terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus. Prevalensi gemuk pada anak
umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18.8%, terdiri dari gemuk 10.8% dan sangat gemuk
(obesitas) 8.8%. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8.7%) dan tertinggi di
DKI Jakarta (30.1%).
RISKESDAS 2013 juga meneliti tentang masalah kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia
subur (WUS) dan wanita hamil yang berumur 15-49 tahun, berdasarkan indikator Lingkar
Lengan Atas (LiLA). Untuk menggambarkan adanya risiko (KEK) dalam kaitannya dengan
kesehatan reproduksi pada wanita hamil dan WUS digunakan ambang batas nilai rerata LILA
,23.5 cm. Prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15-49 tahun, secara nasional sebanyak
24.2%. Prevalensi risiko KEK terendah di Bali (10.1%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(45.5%). Prevalensi risiko KEK wanita usia subur (tidak hamil) sebanyak 20.8%. Prevalensi
terendah di Bali (14%) dan prevalensi tertinggi di Nusa Tenggara Timur (46.5%).
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena
perilaku yang kurang baik dan cendrung menyebabkan kegemukan pada anak adalah
membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan
makanan “junk food” yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mandiri adalah wajib.
KATA SULIT
1). RISKESDAS : riset yang dilakukan oleh KEMENKES RI untuk mengetahui kesehatan dasar
masyarakat.
2). PHBS : Sekumpulan perilaku yang dipraktekkan secara sadar yang menjadikan seseorang
mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan.
3). BALITBANGKES : sebuah badan penelitian dan perkembangan di bidang kesehatan.

PERTANYAAN
1). Apa saja isi dari RISKESDAS?
Kasus, pemeriksaan, cara pemeriksaan, populasi, penelitian, data, hasil.
2). Apa saja faktor-faktor kekurangan gizi dan PHBS?
Faktor ekonomi, kurang pengetahuan gizi yang baik, diet yang berlebihan.
3). Apa hubungannya pola asuh keluarga dengan status gizi dan PHBS?
Bila pengetahuan ibu baik terhadap anak , baik pula kedepannya dan sebaliknya.
4). Bagaimana pola makan dan pola asuh semestinya diperlukan pada anak?
Makanan yang 4 sehat 5 sempurna, jangan terlalu dikekang perilakunya (dimanjakan).
5). Apa saja contoh-contoh PHBS?
Cuci tangan yang baik dan benar, pemberian ASI pada anak, status gizi ibu dan anak,
penggunaan air bersih.
6). Apa saja kriteria makanan tambahan pada anak kurang gizi dan lebih gizi?
Tentukan IMT, beri makanan sesuai dengan kebutuhan, kalo kelebihan BB nya dikurangin.
7). Bagaimana menjalankan PHBS menurut pandangan islam?
Menjalankan dengan baik, karena kebersihan sebagian dari iman.
8). Apa penyebab KEK pada wanita hamil?
Nafsu makan yang menurun  asupan protein, zat besi, mineral yang rendah
9). Apa saja manfaat dari PHBS?
Mencegah penyakit, obesitas, mencipatakan gaya hidup yang sehat.
HIPOTESIS
Faktor ekonomi dan pengetahuan yang rendah dapat mempengaruhi PHBS, status wanita usia
subur, wanita hamil dan anak. Pada wanita hamil penyebab KEK adalah nafsu makan yang
menurun  asupan protein, zat besi, mineral yang rendah. Untuk memperbaiki status gizi dapat
dilakukan langkah-langkah yaitu tentukan IMT, beri makanan sesuai dengan kebutuhan,
kemudian makanan yang 4 sehat 5 sempurna, jangan terlalu dikekang perilakunya (dimanjakan).
Contoh-contoh dari PHBS yaitu cuci tangan yang baik dan benar, pemberian ASI pada anak,
status gizi ibu dan anak, penggunaan air bersih. Dan manfaatnya adalah mencegah penyakit,
obesitas, mencipatakan gaya hidup yang sehat. Untuk mengetahui kesehatan dasar masyarakat
dilakukan RISKESDAS dengan cara kasus, pemeriksaan, cara pemeriksaan, populasi, penelitian,
data dan hasil. Dalam pandangan islam PHBS harus dijalanan dengan baik karena kebersihan
sebagian dari iman.
SASARAN BELAJAR

LI.1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG GIZI KURANG DAN GIZI


LEBIH PADA ANAK

LI.2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PENILAIAN STATUS GIZI


ANAK DAN IBU HAMIL

LI.3 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PHBS PADA ANAK,


KELUARGA DAN INSTITUSI PENDIDIKAN.

LI.4 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN GAYA HIDUP ANAK YANG


MENJELASKAN PERILAKU TIDAK SEHAT

LO.5 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PHBS MENURUT PEDOMAN


ISLAM
LI 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Gizi kurang dan lebih pada Anak

Akibat Gizi Kurang pada Proses Tubuh:

Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
gangguan pada proses-proses sebagai berikut :

1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga otot-
otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga
dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai
kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan
produktivitas kerja menurun.
3. Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang,
sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal
ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang.
Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis.
a. Klasifikasi
1. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
Kelompok KEP yaitu kurang energi protein. Ada 3 jenis: kwasiorkor, marasmik, dan
marasmik kwashiorkor
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral
a. Anemi kekurangan zat besi
b. Defisiensi vitamin A
c. Penyakit gondok endemic
d. Penyakit defisiensi lainnya seperti beri-beri, pellagra, scurvy, rickets
3. Menurut derajat tingkatan keadaan gizi
a. Gizi lebih
b. Gizi baik
c. Gizi kurang
d. Gizi buruk
4. Menurut sebab terjadinya malnutrisi
a. Primary malnutrition
Terjadi karena makanan yg dimakan (intake) tidak cukup / berlebihan
b. Secondary malnutrition
Terjadi meskipun makanan yg dimakan sudah cukup untuk kebutuhannya karena sebab
lain, misal karena kebutuhan meningkat, gangguan absorbsi

 Kurang Energi Protein (KEP)/Protein Energi Malnutrition (PEM)/Protein Calori


Malnutrition (PCM)

1. Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
2. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki)
3. Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis
(marginal malnutrition)
4. Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
5. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas
Penyebab

. Masukan makanan atau kuantitas dan kualitas rendah


. Gangguan sistem pencernaan atau penyerapan makanan
. Pengetahuan yang kurang tentang gizi
. Konsep klasik diet cukup energi tetapi kurang pprotein menyebabkan kwashiorkor
. Diet kurang energi walaupun zat gizi esensial seimbang menyebabkan marasmus
. Kwashiorkor terjadi pada hygiene yang buruk , yang terjadi pada penduduk desa yang
mempunyai kebiasaan memberikan makanan tambahan tepung dan tidak cukup
mendapatkan ASI
. Terjadi karena kemiskinan sehingga timul malnutrisi dan infeksi
Gejala klinis KEP ringan

. Pertumbuhan mengurang atau berhenti


. BB berkurang, terhenti bahkan turun
. Ukuran lingkar lengan menurun
. Maturasi tulang terlambat
. Rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun
. Tebal lipat kulit normal atau menurun
. Aktivitas dan perhatian kurang
. Kelainan kulit dan rambut jarang ditemukan
Pembagian

a. Marasmus dengan tanda-tanda :


 Anak sangat kurus
 Wajah seperti orang tua.
 Perut cekung
 Kulit keriput, jaringan lemak sangat sedikit
b. Kwashiorkor
Edema diseluruh tubuh, terutama pada wajah membulat dan sembab, rambut kusam,
mudah dicabut.
c. Gabungan marasmus dan kwashiorkor disebut marasmic kwashiorkor pada KMS ada
juga istilah BGM adalah keadaan dimana letak berat badan balita berada dibawah
garis merah bada KMS Balita BGM belum tentu gizi buruk tetapi kalau status gizi
buruk balita pasti BGM. (Abdur, 2008)
 Kelompok kekurangan vitamin/mineral
Anemia Defisiensi Zat Besi
Kelompok sasaran prioritas
• Ibu hamil dan menyusui
• Balita
• Anak usia sekolah
• Tenaga kerja wanita
• Wanita usia subur

Pengaruh defisiensi Fe, terutama melalui kondisi gangguan fungsi hemoglobin.


Merupakan alat transportasi O2 yang diperlukan pada banyak reaksi metabolik tubuh.
Pada anak sekolah telah ditunjukkan adanya korelasi erat antara kadar hemoglobin dan
kesanggupan anak untuk belajar. Dikatakan bahwa pada kondisi anemia, daya konsentrasi
dalam belajar menurun.Defisiensi Fe dapat didiagnosisi berdasarkan data klinik dan data
laboratorik yang ditunjang oleh data konsumsi pangan.
- Gambaran klinik memperlihatkan kondisi anemia : Muka penderita terlihat pucat, juga
selaput lendir kelopk mata, bibir, dan kuku. Penderita terlihat dan merasa bandannya
lemah, kurang bergairah, dan cpeat merasa lelah, serta sering menunjukkan sesak napas.
- Data laboratorik memperlihatkan : kadar hemoglobin menurun di bawah 11%, bahkan
pada yang berat penurunan hemoglobin ini dapat mencapai tingkat di bawah 10% atau
lebih rendah lagi, sampai di bawah 4%.
- Data konsumsi mungkin memperlihatkan hidangan yang kurng mengandung daging atau
bahan makanan hewani lain, dan juga kurang sayur serta daun yang berwarna hijau.
Penanganan
• Pemberian Komunikasi,informasi dan edukasi (KIE) serta suplemen tambahan pada ibu
hamil maupun menyusui
• Pembekalan KIE kepada kader dan orang tua serta pemberian suplemen dalam bentuk
multivitamin kepada balita
• Pembekalan KIE kepada guru dan kepala sekolah agar lebih memperhatikan keadaan
anak usia sekolah serta pemeberian suplemen tambahan kepada anak sekolah
• Pembekalan KIE pada perusahaan dan tenaga kerja serta pemberian suplemen kepada
tenaga kerja wanita
• Pemberian KIE dan suplemen dalam bentuk pil KB kepada wanita usia subur (WUS)

DEFISIENSI VITAMIN A
Penyebab
• Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
• Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan
memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
• MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
• Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP
dll)
• Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar
tiroid
• Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)
Tanda dan gejala
• Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
• Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
Upaya pemerintah
• Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
• Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
• Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan
februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU)
• Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU),
hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU)
• Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia
6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan
sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai
usia
• Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)

GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN YODIUM (GAKY)


• Adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kekurangan
yodium secara terus menerus dalam waktu yang lama.
• Merupakna masalah dunia
• Terjadi pada kawasan pegunungan dan perbukitan yang tanahnya tidak cukup
mengandung yodium
• Defisiensi yang berlangsung lama akan mengganggu fungsi kelenjar tiroid yang secara
perlahan menyebabkan pembesaran kelenjar gondok
Dampak
• Pembesaran kelenjar gondok
• Hipotiroid
• Kretinisme
• Kegagalan reproduksi
• Kematian
Defisiensi pada janin
• Dampak dari kekurangan yodium pada ibu
• Meningkatkan insiden lahir mati, aborsi, cacat lahir
• Terjadi kretinisme endemis
• Jenis syaraf (kemunduran mental, bisu-tuli, diplegia spatik)
• Miksedema (memperlihatkan gejala hipotiroid dan dwarfisme)
Defisiensi pada BBL
• Penting untuk perkembangan otak yang normal
• Terjadi penurunan kognitif dan kinerja motorik pada anak usia 10-12 tahun pada mereka
yang dilahirkan dari wanita yang mengalami defisiensi yodium
Defisiensi pada anak
• Puncak kejadian pada masa remaja
• Prevalensi wanita lebih tinggi dari laki-laki
• Terjadi gangguan kinerja belajar dan nilai kecerdasan
Klasifikasi tingkat pembesaran kelenjar menurut WHO (1990)
• Tingkat 0 : tidak ada pembesaran kelenjar
• Tingkat IA : kelenjar gondok membesar 2-4x ukuran normal, hanya dapat diketahui
dengan palpasi, pembesaran tidak terlihat pada posisi tengadah maksimal
• Tingkat IB : hanya terlihat pada posisi tengadah maksimal
• Tingkat II : terlihat pada posisi kepala normal dan dapat dilihat dari jarak ± 5 meter
• Tingkat III : terlihat nyata dari jarak jauh
Sasaran
• Ibu hamil
• WUS
Dosis dan kelompok sasaran pemberian kapsul yodium
• Bayi < 1tahun : 100 mg
• Balita 1-5 tahun : 200 mg
• Wanita 6-35 tahun : 400 mg
• Ibu hamil (bumil) : 200 mg
• Ibu meneteki (buteki) : 200 mg
• Pria 6-20 tahun : 400 mg

GAKY tidak berhubungan dengan tingkat sosek melainkan dengan geografis


Spektrum gangguan akibat kekurangan yodium
• Fetus : abortus, lahir mati, kematian perinatal, kematian bayi, kretinisme nervosa (bisu
tuli, defisiensi mental, mata juling), cacat bawaan, kretinisme miksedema, kerusakan
psikomotor
• Neonatus : gangguan psikomotor, hipotiroid neonatal, gondok neonatus
• Anak dan remaja : gondok, hipotiroid juvenile, gangguan fungsi mental (IQ rendah),
gangguan perkembangan
• Dewasa : gondok, hipotiroid, gangguan fungsi mental, hipertiroid diimbas oleh yodium
Sumber makanan beryodium yaitu makanan dari laut seperti ikan, rumput laut dan sea food.
Sedangkan penghambat penyerapan yodium (goitrogenik) seperti kol, sawi, ubi kayu, ubi jalar,
rebung, buncis, makanan yang panas, pedas dan rempah-rempah.
Pencegahan/penanggulangan
• Fortifikasi : garam
Suplementasi : tablet, injeksi lipiodol, kapsul minyak beryodium

Penatalaksanaan Gizi Buruk


1. Rumah Tangga
 Ibu membawa anak untuk ditimbang di posyandu secara teratur setiap bulan untuk
mengetahui pertumbuhan berat badannya.
 Ibu memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0-4 bulan
 Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun.
 Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak sesuai anjuran
pemberian makanan.
 Ibu segera memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila balita mengalami sakit
atau

2. Posyandu
 Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil
penimbangan pada KMS.
 Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan
PMT Penyuluhan.
 Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali
(“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
 Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.

3. Pusat Pemulihan Gizi (PPG)


PPG merupakan suatu tempat pelayanan gizi kepada masyarakat yang ada di desa dan dapat
dikembangkan dari posyandu. Pelayanan gizi di PPG difokuskan pada pemberian makanan
tambahan pemulihan bagi balita KEP. Penanganan PPG dilakukan oleh kelompok orang tua
balita (5-9 balita) yang dibantu oleh kader untuk menyelenggarakan PMT Pemulihan anak
balita. Layanan yang dapat diberikan adalah:
 Balita KEP berat/gizi buruk yang tidak menderita penyakit penyerta lain dapat dilayani di
PPG.
 Kader memberikan penyuluhan gizi/kesehatan serta melakukan demonstrasi cara
menyiapkan makanan untuk anak KEP berat/gizi buruk.
 Kader menimbang berat badan anak setiap 2 minggu sekali untuk memantau perubahan
berat badan dan mencatat keadaan kesehatannya.
 Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning atau di bawah garis merah (BGM)
pada KMS, kader memberikan PMT Pemulihan.
 Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan diberikan setiap hari.
 Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada KMS teruskan pemberian
PMT pemulihan sampai 90 hari.
 Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berada di pita warna hijau pada KMS
kader merujuk anak ke puskesmas untuk mencari kemungkinan penyebab lain.
 Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada KMS, kader menganjurkan
pada ibu untuk mengikuti pelayanan di posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan
anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan.

4. Puskesmas
 Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah
kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.
 Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS.
 Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan
kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan.
 Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median WHO-
NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat
badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG.
 Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk evaluasi
mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit
untuk mencari penyebab lain.
 Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda kegawatdaruratan
segera dirujuk ke rumah sakit umum
 Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa
komplikasi
 Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di
pojok gizi buruk).
 Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu.
 Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu sekali.
 Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk.
 Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan kemajuan
asupan makanan

Gizi lebih (OBESITAS)

• adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
• Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
• Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak
selalu identik dengan obesitas.
BB >>> tidak selalu obesitas

Penyebab

• Perilaku makan yang berhubungan dengan faktor keluarga dan lingkungan


• Aktifitas fisik yang rendah
• Gangguan psikologis (bisa sebagai sebab atau akibat)
• Laju pertumbuhan yang sangat cepat
• Genetik atau faktor keturunan
• Gangguan hormon
Gejala

• Terlihat sangat gemuk


• Lebih tinggi dari anak normal seumur
• Dagu ganda
• Buah dada seolah-olah berkembang
• Perut menggantung
• Penis terlihat kecil
Terdapat 2 golongan obesitas

• Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
• Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas

• Gangguan respon imunitas seluler


• Penurunan aktivitas bakterisida
• Kadar besi dan seng rendah
Penatalaksanaan

• Menurunkan BB sangat drastis dapat menghentikan pertumbuhannya. Pada obesitas


sedang, adakalanya penderita tidak memakan terlalu banyak, namun aktifitasnya kurang,
sehingga latihan fisik yang intensif menjadi pilihan utama
• Pada obesitas berat selain latihan fisik juga memerlukan terapi diet. Jumalh energi
dikurangi, dan tubuh mengambil kekurangan dari jaringan lemak tanpa mengurangi
pertumbuhan, dimana diet harus tetap mengandung zat gizi esensial.
• Kurangi asupan energi, akan tetapi vitamin dan nutrisi lain harus cukup, yaitu dengan
mengubah perilaku makan
• Mengatasi gangguan psikologis
• Meningkatkan aktivitas fisik
• Membatasi pemakaian obat-obatan yang untuk mengurangi nafsu makan
• Bila terdapat komplikasi, yaitu sesak nafas atau sampai tidak dapat berjalan, rujuk ke
rumah sakit
• Konsultasi (psikologi anak atau bagian endokrin)

LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Penilaian status gizi anak dan ibu hamil
Status Gizi Anak :
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).

Penilaian

a. Status Gizi Anak


Penilaian status gizi secara tidak Iangsung menurut Supariasa, IDN (2001) dapat dilakukan
dengan:
Survey Konsumsi Makanan
Survey konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat dan gizi yang dikonsumsi.
Kesalahan dalam survey makanan bisa disebabkan oleh perkiraan yang tidak tepat dalam
menentukan jumlah makanan yang dikonsumsi balita, kecenderungan untuk mengurangi
makanan yang banyak dikonsumsi dan menambah makanan yang sedikit dikonsumsi ( The
Flat Slope Syndrome ), membesar-besarkan konsumsi makanan yang bernilai sosial tinggi,
keinginan melaporkan konsumsi vitamin dan mineral tambahan kesalahan dalam mencatat
(food record).

Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya
yang berhubungan dengan gizi.

Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Jadi untuk indeks BB/U adalah


= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk

Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai status
gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat
badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan
status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi adalah gabungan dua
parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter
yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan
Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).
Empat indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB, dan LILA/U
yang merupakan indeks dari tiga parameter berat badan, tinggi badan dan umur. Ketiga
parameter memiliki informasi yang berbeda satu sama lain dalam menilai status gizi.

1. Berat Badan menurut Umur (BB/U)


Berat badan merupakan ukuran pertumbuhan massa jaringan. Massa jaringan memiliki
sifat sensitif, artinya cepat berubah. Perubahan yang terjadi pada lingkunan akan terlihat
langsung pada massa jaringan. Misalnya seorang anak mekan lebih dari biasanya dalam 2
atau 3 hari akan terlihat langsung penambahan berat badannya. Atau sebaiknya apabila
terjadi penyakit (misalnya diare) maka berat badan akan langsung turun drastis. Penggunaan
berat badan untuk menilai status gizi menggambarkan kondisi saat ini (dekat dengan waktu
pengukuran). Keadaan kurang gizi yang diukur dengan berat badan bersifat akut.
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan berat badan menurut umur,
juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut
:

 Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar
Harvard.
 Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-80
% standar Harvard.
 Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang
dari standar Harvard.

2. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)


Tinggi badan adalah salah satu ukuran pertumbuhan linier. Pertumbuhan liner (tulang
rangka) memiliki sifat pertumbuhannya lambat, tidak mudah berubah, dan seburuk keadaan
ukuran adalah tetap, tidak turun. Tinggi badan menggambarkan kondisi masa lalu.
Gangguan pertumbuhan linier bersifat kronis.
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur,
juga menggunakan modifikasi standar Harvard dengan klasifikasinya adalah sebagai berikut
:

 Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari
80% standar Harvard.
 Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara
70,1-80 % dari standar Harvard.
 Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70%
standar Harvard.

3. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)


Indeks BB/TB lebih menggambarkan komposisi tubuh oleh karena tidak dipengaruhi
oleh umur. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks ini disebut status kegemukan yaitu :
sangat kurus, kurus, normal dan gemuk (Depkes, 2000). Sifat masalah gizi dengan indeks
BB/TB adalah akut dan kronis.
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan itu diperoleh dengan mengkombinasikan
berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar Harvard juga. Klasifikasinya adalah
sebagai berikut :

 Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90%
dari standar Harvard.
 Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90 %
dari standar Harvard.
 Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari
standar Harvard.
4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering
dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :

 Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.
 Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 %
standar Wolanski.
 Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Wolanski.

Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes,
2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada tabel 3.
Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal
Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah
Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah
Normal Normal Normal Normal
Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi
Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal
Obese Tinggi Rendah Tinggi
Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber: Depkes RI, 2004
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah
seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan
umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes,
2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam
bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias
Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini
pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan
akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan
langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
b. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan.
Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Apabila status
gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat
badan lahir rendah (BBLR).
Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia
pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Dengan kata
lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur kadar Hb (Lubis, 2007)
 Macam – Macam Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
1. Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
2. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan
adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
3. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi.
Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian
tubuh lainnya.
4. Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).

 Penilaian Status Gizi Pada Ibu Hamil


a. Berat Badan
Berat badan sebelum hamil dan perubahan berat badan selama kehamilan
berlangsung merupakan parameter klinik yang penting untuk memprediksikan berat
badan lahir rendah bayi. Wanita dengan berat badan rendah sebelum hamil atau
kenaikan berat badan rendah sebelum hamil atau kenaikan berat badan tidak cukup
banyak pada saat hamil cenderung melahirkan bayi BBLR.
Kenaikan berat badan selama kehamilan sangat mempengaruhi massa pertumbuhan
janin dalam kandungan. Pada ibu hamil yang status gizi jelek sebelum hamil maka
kenaikan berat badan pada saat hamil akan berpengaruh terhadap berat bayi lahir (
Lubis,2007)
Kenaikan tersebut meliputi kenaikan komponen janin yaitu pertumbuhan janin,
plasenta dan cairan amnion. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus bertujuan
memantau pertumbuhan janin (Amiruddin, 2007). Pada akhir kehamilan kenaikan
berat hendaknya 12,5-18 kg untuk ibu yang kurus. Sementara untuk yang memiliki
berat ideal cukup10-12 kg sedangkan untuk ibu yang tergolong gemuk cukup naik <
10 kg (Kasdu, 2007).
Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal
orang dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body
Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT mempakan alat yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal
memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebih panjang.
Antropometri berasal dari kata anthropos dan logos (bahasa Yunani), yang berarti tubuh
manusia dan ilmu. Artinya PSG dengan metode antropometri adalah menjadikan ukuran tubuh
manusia sebagai alat menentukan status gizi manusia. Konsep dasar yang harus dipahami dalam
menggunakan antropometri adalah konsep pertumbuhan.
Selain menggunakan konsep dasar pertumbuhan status gizi dapat ditentukan dengan :
Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB) dan Lingkar lengan atas. Untuk orang dewasa lebih
cocok menggunakan indeks perbandingan berat badan (kg) dengan tinggi badan (m) kwadrat,
yaitu (BB/TB2). Pengukuran status gizi dengan indeks BB/TB merupakan indikator yang baik
untuk menilai status gizi saat ini selain itu BB/TB juga merupakan indeks yang independent
terhadap umur (Supariasa, 2001: 58).

1. Indeks berat badan per tinggi badan (BB/TB)


Cara pengukuran status gizi berdasarkan indeks BB/TB dengan menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT), karena IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan
(Supariasa, 2001).
Klasifikasi Kategori IMT menurut CDC

2. LILA
Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan selama
hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu
hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA biasanya
dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya
kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I
sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA
lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri berat badan selama kehamilan
merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan volume darah ibu
serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu
selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu, janin, atau keduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai
lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibu
hamil daripada berat badan.

Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai
berikut :

1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.
2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan timbangan, dan mudah dibawa kemana-
mana. Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau
meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada
posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri,
jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan
untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan
karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada
lengan kanan.

b. Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar 12-
16 g per 100 mlsedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml.
Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah Hb.
Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi
anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada
ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Konsekuensi
dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko melahirkan bayi BBLR
Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya
plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah (haemodillution).
Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan
pada kehamilan 28 minggu
1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut:


1. Penyebab langsung
Yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Penyebab gizi
kurang tidak hanya disebabkan makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit.Anak yang
mendapat makanan yang baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita
kurang gizi.Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh
akan melemah dan mudah terserang penyakit.Kenyataannya baik makanan maupun penyakit
secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung


Yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan
dan kesehatan lingkungan.Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik
mutunya.Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
baik fisik, mental, dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan adalah
tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh seluruh
keluarga.

Faktor External
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
5. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).

Faktor Internal
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).

LI 3. Memahami dan Menjelaskan tentang PHBS


a. Definisi
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).

b. Tujuan PHBS
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta
meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.

c. Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS
yaitu:

1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan


mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek
attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice).
Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga serta kelompok masyarakat.
Bilamana sasaran sudah pindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala
oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang sering kali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses
pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat
(community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau dihimpun dalam suatu
kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini
pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan
yang didukungnya.

2. Bina Suasana (Social Support)


Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk
mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah,
orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan
masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk
mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para
individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan
dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok, dan pendekatan
masyarakat umum.

3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy)


Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen
dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa
brupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan
pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat
informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan yang lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu “kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai penyandang dana non
pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi
jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung
tahapan-tahapan yaitu: a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut
mengatasi masalah, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu
alternatif pemecahan masalah, dan e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan.
Tatanan PHBS
Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat
umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.
I. PHBS di Rumah Tangga
PHBS di rumah tangga adalah upaya untuk memperdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS di rumah tangga di
lakukan untuk mencapai rumah tangga Ber-PHBS. Rumah tangga Ber-PHBS adalah
rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di rumah tangga yaitu :
1. persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan
2. memberi bayi ASI ekslusif
3. menimbang balita setiap bulan
4. menggunakan air bersih
5. mencuci tangan dengan air brsih dan sabun
6. menggunakan jamban sehat
7. memberantas jentik di rumah sekali seminggu
8. makan buah dan sayur setiap hari
9. melakukan aktifitas fisik setiap hari
10. tidak merokok di dalam rumah.

Manfaat Rumah Tangga Ber-PHBS


Bagi Rumah Tangga :
 Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.
 Anak tumbuh sehat dan cerdas.
 Anggota keluarga giat bekerja.
 Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

Bagi Masyarakat:
 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
 Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
 Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.

Peran kaderdalam mewujudkan Rumah Tangga Ber-PHBS?

 Melakukan pendataan rumah tangga yang ada di wilayahnya dengan menggunakan


Kartu PHBS atau Pencatatan PHBS di Rumah Tangga pada buku kader.
 Melakukan pendekatan kepada kepala desa/lurah dan tokoh masyarakat untuk
memperolah dukungan dalam pembinaan PHBS di Rumah Tangga.
 Sosialisasi PHBS di Rumah Tangga ke seluruh rumah tangga yang ada di
desa/kelurahan melalui kelompok damawisma.
 Memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS melalui penyuluhan
perorangan, penyuluhan kelompok, penyuluhan massa dan pergerakan masyarakat.
 Mengembangkan kegiatan-kegiatan ang mendukung terwujudnya Rumah Tangga
Ber-PHBS.
 Memantau kemajuan pencapaian Rumah Tangga Ber-PHBS di wilayahnya setiap
tahun melalui pencatatan PHBS di Rumah Tangga.

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan


Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (bidan, dokter, dan tenaga para
medis lainnya)
Mengapa setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan?
 Tenaga kesehatan merupakan orang yang sudah ahli dalam membantu persalinan,
sehingga keselamatan ibu dan bayi lebih terjamin.
 Apabila terdapat kelainan dapat diketahui dan segera ditolong atau dirujuk ke
puskesmas atau rumah sakit.
 Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan perlatan yang
aman,bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan
lainnya.

Apa ada peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?

 Melakukan pendataan jumlah seluruh ibu hamil di wilayah kerjanya dengan


memberi tanda seperti menempelkan stiker.
 Menganjurkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di bidang/ dokter.
 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,
misalnya melalui penyuluhan kelompok di posyandu, arisan, pengajian, dan
kunjungan rumah.
 Bersama tokoh masyarakat setempat berupaya untuk menggerakan masyarakat
dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung keselamatan ibu dan bayi seperti dana
sosial bersalin, tabungan ibu bersalin, ambulans desa, calondonor darah, warga dan
suami siap Antar jaga, dan sebagainya.
 Menganjurkan ibu dan bayinya untuk memeriksakan kesehatan ke bidan/dokter
selama masa nifas (40 hari setelah melahirkan) sedikitnya tiga kali pada hari
minggu pertama, ketiga, dam keenam setelah melahirkan.
 Menganjurkan ibu ikut keluarga berencana setelah melahirkan.
 Menganjurkan ibu memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja sampai bayi berumur 6
bulan (ASI Eklusif).

2. Memberi bayi ASI Eklusif


Adalah bayi usia 0-6 hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau
minuman lain.
Apa saja keunggulan ASI?
 Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
fisik serta kecerdasan.
 Mengandung zat kekebalan.
 Melindungi bayi dari alergi.
 Aman dan terjamin kebersihan, karena langsung disusukan kepada bayi dalam
keadaan segar.
 Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan dapat diberikan kapan saja
dan di mana saja.
 Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernapasan bayi.

Apa manfaat memberikan ASI?


Bagi ibu:
 Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
 Mengurangi pendarahan setelah persalinan.
 Mampercepat pemulihan kesehatan ibu.
 Menunda kehamilan berikutnya.
 Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
 Lebih praktis karena ASI lebih mudah di berikan pada saat bayi membutuhkan.

Bagi bayi:
 Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
 Bayi tidak sering sakit.

Bagi keluarga:
 praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
 Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus
air dan perlengkapannya.

Bagaimana cara menjaga mutu dan jumlah produksi ASI?


Apa yang perlu diperhatikan untuk membantu keberhasilan pemberian ASI
Eklusif?
Dukungan suami, orang tua, ibu mertua, dan keluarga lainnya sangat diperlukan agar
upaya pemberian ASI Eklusif selama enam bulan bias berhasil.

Apa peran kader untuk mendukung keberhasilan pemberian ASI Eklusif?


 Mendata jumlah seluruh ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi baru lahir yang ada di
wilayah kerjanya.
 Menberikan penyuluhan kepada ibu hamil, dan ibu menyusui diposyandu. Tentang
pentingnya memberikan ASI Eklusif.
 Melakukan kunjungan ruma kepada ibu nifas yang tidak dating ke posyandu dan
menganjurkan agar ritin memeriksakan kesehatan bayinya serta mempersiapkan diri
untuk memberikan ASI Eklusif.

3. Menimbang balita setiap bulan


Mengapa balita perlu di timbang setiap bulan? Penimbangan balita di maksudkan
untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan.
Kapan dan di mana penimbangan balita di lakukan? Penimbangan balita di lakukan
setiap bulan mulai dari umur 1 tahun sampai 5 tahun diposyandu.
Bagaimana mengetahui pertumbuhan dan perkembangan balita? Setelah balita
ditimbang di buku KIA (kesehatan ibu dan anak)
atau kartu menuju sehat (KMS) maka akan terlihat berat badannya naik atau tidak naik
(lihat perkembangannya)
Apa tanda-tanda balita gizi kurang?
Apa tanda-tanda balita gizi buruk?
Apa manfaat penimbangan balita setiap bulan di posyandu?
 Untuk mengetahui apakah balita tumbuh sehat.
 Untuk mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan balita.
 Untuk mengetahui balita yang sakit, (demam/batuk/diare).
 Berat badan dua bulan berturut-turut tidak naik, balita yang berat badannya BGM
(Bawah Garis Merah) dan dicurigai Gizi buruk sehingga dapat segera di rujuk ke
puskesmas.
 Untuk mengetahui kelengkapan Imunisasi.
 Untuk mendapatkan penyuluhan gizi.
Apa peran kader agar masyarakatMau menimbang balita setiap
bulanDiposyandu?
 Mendata jumlah seluruh balita yang ada di wilayah kerjanya.
 Memantau jumlah kunjungan ibu yang dating balitanya diposyandu.
 Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya penimbangan balita, misalnya penyuluhan
kelompok diposyandu, arisan, pengajian, kunjungan rumah dan penyuluhan massa
(pengeras suara di mesjid, pengumuman kelurahan, poster, slebaran dll)
 Melakukan kunjungan rumah kepada ibu yang tidak dating keposyandu membawa
balitanya dan menganjurkan agar rutin menimbang balitanya di poyandu.
 Mengadakan kegiatan-kegiatan yang menarik perhatian dan mendorong
masyarakat sepeti: lomba balita sehat, lomba memasak makanan balita sehat,
kegiatan makan bersama untuk balita dan sebagainya.

4. Menggunakan air bersih


Mengapa kita harus menggunakan air bersih? Air adalah kebutuhan dasar yang
dipergunakan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan
lantai, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian, dan sebagainya, Agar kita tidak terkena
penyakit atau terhindar sakit.

Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra
kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba)

Bagaimana menjaga kebersihan sumber air bersih?


 Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit
10 meter.
 Sumber mata air harus dilindungi dari pencemaran.
 Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya atidak
rusak seperti lantai sumur tidak boleh retak, bibir sumur harus diplester dan sumur
sebaiknya diberi penutup.
 Harus dijaga kebersihannya seperti tidak ada bercak-bercak kotoran, tidak berlumut
pada lantai/lantai dinding sumur. Ember/gayung pengambil air harus tetap bersih dan
diletakan di lantai (ember/gayung digantung di tiang sumur).
Apa peran kader dalam menggerakanmasyarakat untuk menggunakan air bersih?
 Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki ketersediaan air
bersih dirumahnya.
 Melakukan pendataan rumah tangga yang sulit mendapatkan air bersih.
 Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah tangga yang
sulit untuk mendapatkan air bersih.
 Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
memberi kemudahan kepada masyarakat untuk mendapatkan air bersih di lingkungan
tempat tinggalnya.
 Mengadakan arisan warga untuk membangun sumur gali atau sumur pompa secara
bergilir.
 Membentuk kelompok pemakai air pompa (POKMAIR) untuk memelihara sumber
air bersih yang dipakai secara bersama, bagi daerah sulit air.
 Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan air
bersih.
 Memanfaatkan setiap kesempatan didesa/kelurahan untuk memberkan penyuluhan
tentang pentingnya menggunakan air bersih, misalnya melalui penyuluhan kelompok
diposyandu, prtemuan Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kunjungan rumah dan lain-lain.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Mengapa harus mencuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun?
 Air yang tidak bersih banyak mengandung kuman dan bakteri penyebab penyakit.
Bila digunakan, kuman berpindah ke tangan. Pada saat makan, kuman dengan cepat
masuk ke dalam tubuh, yang bisa menimbulkan penyakit.
 Sabun dapat membersihkan kotoran dan membunuh kuman, karena tanpa sabun
kotoran dan kuman masih tertinggal di tangan.

Apa peran kaderDalam membina perilaku cuci tangan


 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang pentingnya perilaku cuci tangan, misalnya penyuluhan kelompok
diposyandu, arisan, pengajian, pertemuan kelompok Dasa Wisma, dan kunjungan
rumah.
 Mengadakan kegiatan gerakan cuci tangan bersama untuk menarik perhatian
masyarakat, misalnya pada peringaan hari-hari besar kesehatan atau ulang tahun
kemerdekaan.

6. Menggunakan jamban sehat


Apa itu jamban? Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan
kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa
(cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk
membersihkanya.
Apa saja jenis jamban yang digunakan?
Jamban cemplung : Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang
berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalam tanah dan mengendapkan kotoran kedasar
lubang. Untuk jamban cemplung diharuskan ada penutup agar tidak berbau.
Jamban tangki septik/leher angsa : Adalah jamban berbentuk leher angsa yang
penampungannya berupa tangki septik kedap air yang befungsi sebagai wadah proses
penguraian/dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi dengan resapan.
Bagaimana memilih jenis jamban?
Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.
Jamban tangki septik/leher angsa digunakan untuk:
a. Daerah yang cukup air
b. Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan “multiple latrine” yaitu
satu lubang penampungan tinja/tangki septik digunakan oleh beberapa jamban (satu
lubang dapat menampung kotoran/tinja dari 3-5 jamban)

 Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja hendaknya ditinggikan


kurang lebih 60 cm dari permukaan air pasang.
Siapa yang diharapkan menggunakan jamban? Setiap anggota rumah tangga harus
menggunakan jamban untuk buang air besar/buang air kecil.
Mengapa harus menggunakan jamban?
 Menjaga lingkungan bersih, sehat, dan tidak berbau.
 Tidak mencemari sumber air yang ada disekitarnya.
 Tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular
penyakit Diare, Kolera Disentri,Typus, kecacingan, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit, dan keracunan.
Apa saja syarat jamban sehat?
 Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang
penampungan minimal 10 meter)
 Tidak berbau.
 Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.
 Tidak mencemari tanah sekitarnya.
 mudah dibersihkan dan aman digunakan.
 Dilengkapi dinding dan atap pelindung.
 Penerangan dan ventilasi yang cukup.
 Lantai kedap air dan luas ruangan memadai.
 Tersedia air, sabun, dan alat pembersih.
Bagaimana cara memelihara jamban sehat?
Apa peran kader dalam membina masyarakatUntuk memiliki dan menggunakan
jamban sehat?
 Melakukan pendataan rumah tangga yang sudah dan belum memiliki serta
menggunakan jamban dirumahnnya.
 Melaporkan kepada pemerintah desa/kelurahan tentang jumlah rumah rumah tangga
yang belum memiliki jamban sehat.
 Bersama pemerintah desa/kelurahan dan tokoh masyarakat setempat berupaya untuk
menggerakan masyarakat untuk memiliki jamban.
 Mengadakan arisan warga untuk membangun jamban sehat secara bergilir.
 Menggalang dunia usaha setempat untuk member bantuan dalam penyediaan jamban
sehat.
 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberi penyuluhan
tentang pentingnya memiliki dan menggunakan jamban sehat, misalnya melalui
penyuluhan kelompok di posyandu, pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan,
pengajian, pertemuan desa/kelurahan, kumjungan rumah dan lain-lain.
 Meminta bantuan petugas Puskesmas setempat untuk memberikan bimbingan teknis
tentang cara-cara membuat jamban sehat yang sesuai dengan situasi dan kodisi
daerah setempat.
7. Memberantas jentik dirumah sekali seminggu
Mengapa harus memberantas jentik di rumah?
Apa itu rumah bebas jentik? Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah
dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk.
Apa itu pemeriksaan jentik berkala (PJB)? Adalah pemeriksaan tempat-tempat
perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada didalam rumah
seperti bak mandi/WC, vas bunga, tatakan kulkas, dll dan diluar rumah seperti talang air,
alas pot kembang, ketiak daun, lubang pohon, pagar bambu, dll yang dilakukan secara
teratur sekali dalam seminggu.
Siapa yang melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala?
Apa yang pelu dilakukan agar Rumah Bebas Jentik?
Lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M plus (Menguras,
Menutup, Mengubur, plus Menghindari gigitan nyamuk).
Apa manfaat Rumah Bebas Jentik?
Bagaimana cara Pemeriksaan Jentik Berkala?
 Mengunjungi setiap rumah tangga yang ada di wilayah kerja untuk memeriksa
tempat yang sering menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk/tempat penampungan
air di dalam dan di luar rumah serta memberikan penyuluhan tentang PSN kepada
anggota rumah tangga.
 Menggunakan senter untuk melihat keberadaan jentik.
 Jika ditemukan jentik, anggota rumah tangga diminta untuk ikut.
Menyaksikan/melihat jentik, kemudian langsung dilanjutkan dengan PSN kepada
anggota rumah tangga
 Mencatat hasil pemeriksaan jentik pada Kartu Jentik Rumah (kartu yang ditinggalkan
di rumah) dan pada formulir pelaporan ke puskesmas.
Apa peran kader dalam membina rumah tanggaAgar menciptakan Rumah Bebas
Jentik?
 Memanfaatkan setiap kesempatan di desa/kelurahan untuk memberikan penyuluhan
tentang PSN dan PJB, misalnya melalui penyuluhan kelompok diposyandu,
pertemuan kelompok Dasa Wisma, arisan, pengajian, pertemuan desa/kelurahan,
kunjungan rumah dan melalui media cetak (poster, slebaran, spanduk).
 Bersama pemerintah desa/kelurahan tokoh masyarakat setempat menggerakan
masyarakat untuk melakukan PSN dan PJB.
 Melakukan pemeriksaan jentik berkala secara teratur setiap minggu dan mencatat
angka jentik yang ditemukan pada Kartu Jentik Rumah.
 Mengumpulkan data angka bebas jentik dari setiap rumah tangga yang ada di
wilayah kerja dan melaporkan secara rutin kepada puskesmas terdekat untuk
mendapat tindak lanjut penanganan bila terjadi masalah/kasus.
 Menginformasikan angka jentik yang ditemukan kepada setiap rumah tangga yang
dikunjungi sekaligus memberikan penyuluhan agar tetap melaksanakan
pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dan menegur secara baik apabila masih
terdapat jentik nyamuk.
8. Makan sayur dan buah setiap hari
Siapa yang diharapkan makan sayur dan buah? Setiap anggota rumah tangga
mengkonsunsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari.
Mengapa kita harus makan sayuran dan buah? Makan sayur dan buah setiap hari
sangat penting, karena: Mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan
dan pemeliharaan tubuh, Mengandung serat yang tinggi.
Apa manfaat vitamin yang ada di dalam sayur dan buah?
Apa manfaat serat yang ada di dalam sayur dan buah?
Manfaat makanan berserat, yaitu:
Berapa banyak sayur dan buah dalam sehari harus kita makan?
Sayur harus dimakan 2 porsi setiap hari, dengan ukuran satu porsi sama dengan satu
mangkuk sayuran segar atau setengah mangkuk sayuran matang. Sebaiknya sayuran
dimakan segar atau dikukus, karena jika direbus cenderung melarutkan vitamin dan
mineral.
Buah-buahan harus dimakan 2-3 kali sehari. Contohnya, setiap kali makan setengah
mangkuk buah yang diiris, satu gelas jus atau satu buah jeruk, apel, jambu biji atau
pisang. Makanlah berbagai macam buah karena akan memperkaya variasi zat gizi yang
terkandung dalam buah.
Sayur dan buah seperti apa yang bagus kita makan?
Bagaimana mengolah sayur dan buah dengan tidak merusak atau mengurangi
kandungan gizinya?
Bagaimana peran keluarga untuk menanamkan Kebiasaan makan sayur dan buah?
 Memanfaatkan pekarangan dengan menanam sayur dan buah.
 Menyediakan sayur dan buah setiap hari di rumah dengan harga terjangkau.
 Perkenalan sejak dini kepada anak kebiasaan makan sayur dan buah pagi, siang, dan
malem
 Memanfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya
makan sayur dan buah.

9. melakukan aktifitas fisik setiap hari


Siapa yang diharapkan melakukan aktivitas fisik? Adalah anggota keluarga
melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari.
Apa itu aktivitas fisik? Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik,
mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
Apa jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan?
Berapa lama seseorang perlu melakukan aktivitas fisik setiap hari?
Bagaimana cara melakukan aktifitas yang benar ?
Apa keuntungan melakukan aktivitas fisik secara teratur ?
Apa peran keluarga dan kader untuk mendorong anggota keluarga melakukan
aktivitas fisik setiap hari ?
 Manfaatkan setiap kesempatan di rumah untuk mengingatkan tentang pentingnya
melakukan akytivitas fisik.
 Bersama anggota keluarga sering melakukan kegiatan fisik secara bersama, misalnya
kalan pagi bersama, membersihkan rumah secara bersama-sama, dll.
 Ada pembagian tugas untuk membersihkan rumah atau melaksanakan pekerjaan di
rumah.
 Kader mendorong lingkungan tempat tinggal untuk menyediakan fasilitas olahraga dan
tempat bermain untuk anak.
 Kader memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan aktivitas fisik.

10. Tidak merokok di dalam rumah


Siapa yang di harapkan tidak merokok di dalam rumah ? Setiap anggota keluarga
tidak boleh merokok di dalam rumah.
Mengapa harus tidak merokok ?
Apa itu dengan perokok aktif dan perokok pasif?
Apa bahaya perokok aktif dan perokok pasif?
Bagaimana cara berhenti merokok? Ada 3 cara untuk berhenti merokok, yaitu
Berhenti Seketika, Menunda, dan Mengurang. Hal yang paling utama adalah niat dan
tekad yang bulat untuk melaksanakan cara tersebut:
Seketika : Cara ini merupakan upaya yang paling berhasil. Bagi perokok berat, mungkin
perlu bantuan tenaga kesehatan untuk mengatasi efek ketagihan karena rokok
mengandung zat Adiktif.
Menunda : Perokok dapat menunda menghisap rokok pertama 2 jam setiap hari
sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut.
Mengurangi : Jomlah rokok yang diisap setiap hari dikurangi secara berangsur-angsur
dengan jumlah yang sama sampa 0 batang pada hari ke 7 atau yang ditetapkan.
Apa peran keluarga dan kader untuk menciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok?
 Memberikan penyuluhan tentang pentingnya perilaku tidak merokok kepada seluruh
anggota keluarga.
 Menggalang kesepakatan keluarga umtuk mwnciptakan Rumah Tanpa Asap Rokok.
 Menegur anggoata rumah tangga yang merokok di dalam rumah.
 Tidak memberi dukungan kepada orang yang merokok dalam bentuk apapun, antara lain
dengan tidak memberikan uang untuk membeli rokok,tidak memberikan kesempatan
siapa pun untuk merokok di dalam rumah, tidak menyediakan asbak.
 Tidak menyuruh anaknya membelikan rokok untuknya.
 Orang tua bisa menjadi panutan dalam perilaku tidak merokok.
 Melarang anak tidak merokok bukan karena alasan ekonomi, tetapi justru karena alas an
kesehatan.
Cegah penyakit dengan Berhenti Merokok?

II. PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah)


Pengertian PHBS di Sekolah
PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan
masyarakatlingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan
berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga
merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan
masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Tujuan PHBS di Sekolah
Tujuan Umum:Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat.

Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.

Manfaat PHBS di Sekolah


Manfaat bagi siswa:
a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit
b. Meningkatkan semangat belajar
c. Meningkatkan produktivitas belajar
d. Menurunkan angka absensi karena sakit

Manfaat bagi warga sekolah:


a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian
target dan tujuan
b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua
c. Meningkatnya citra sekolah yang positif

Manfaat bagi sekolah:


a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah
b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah

Manfaat bagi masyarakat


a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat
b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah
Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota
a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang baik
b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di
sekolah

Sasaran PHBS di Sekolah


a. Siswa Peserta Didik
b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan
Orangtua Siswa)
c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)
Indikator PHBS di Sekolah
A. Memelihara Rambut Agar Bersih dan Rapih
Mencuci rambut secara teratur dan menyisirnya sehingga terlihat rapih. Rambut yang
bersih adalah rambut yang tidak kusam, tidak berbau, dan tidak berkutu. Memeriksa
kebersihan dan kerapihan rambut dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

B. Memakai Pakaian Bersih dan Rapih


Memakai baju yang tidak ada kotorannya, tidak berbau, dan rapih. Pakaian yang bersih
dan rapih diperoleh dengan mencuci baju setelah dipakai dan dirapikan dengan
disetrika. Memeriksa baju yang dipakai dapat dilakukan oleh dokter kecil/kader
kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

C. Memelihara Kuku Agar Selalu Pendek dan Bersih


Memotong kuku sebatas ujung jari tangan secara teratur dan membersihkannya
sehingga tidak hitam/kotor. Memeriksa kuku secra rutin dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

D. Memakai Sepatu Bersih dan Rapih


Memakai sepatu yang tidak ada kotoran menempel pada sepatu, rapih misalnya
ditalikan bagi sepatu yang bertali. Sepatu bersih diperoleh bila sepatu dibersihkan setiap
kali sepatu kotor. Memeriksa sepatu yang dipakai siswa dapat dilakukan oleh dokter
kecil/kader kesehatan/guru UKS minimal seminggu sekali.

E. Berolahraga Teratur dan Terukur


Siswa/Guru/Masyarakat sekolah lainnya melakukan olahraga/aktivitas fisik secara
teratur minimal tiga kali seminggu selang sehari. Olahraga teratur dapat memelihara
kesehatan fisik dan mental serta meningkatkan kebugaran tubuh sehingga tubuh tetap
sehat dan tidak mudah jatuh sakit. Olahraga dapat dilakukan di halaman secara
bersama-sama, di ruangan olahraga khusus (bila tersedia), dan juga di ruangan kerja
bagi guru/ karayawan sekolah berupa senam ringan dikala istirahat sejenak dari
kesibukan kerja. Sekolah diharapkan membuat jadwal teratur untuk berolahraga
bersama serta menyediakan alat/sarana untuk berolahraga.

F. Tidak Merokok di Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah tidak merokok di lingkungan sekolah. Merokok
berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam
satu batang rokok yang diisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya
diantaranya: Nikotin (menyebabkan ketagihan dan kerusakan jantung serta pembuluh
darah); Tar (menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan kanker) dan CO (menyebabkan
berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati).
Tidak merokok di sekolah dapat menghindarkan anak sekolah/guru/masyarkat sekolah
dari kemungkinan terkena penyakit-penyakit tersebut diatas. Sekolah diharapkan
membuat peraturan dilarang merokok di lingkungan sekolah. Siswa/guru/masyarakat
sekolah bisa saling mengawasi diantara mereka untuk tidak merokok di lingkungan
sekolah dan diharapkan mengembangkan kawasan tanpa rokok/kawasan bebas asap
rokok.

G. Tidak Menggunakan NAPZA


Anak sekolah/guru/masyarkat sekolah tidak menggunakan NAPZA (Narkotika
Psikotropika Zat Adiktif). Penggunaan NAPZA membahayakan kesehatan fisik maupun
psikis pemakainya.

H. Memberantas Jentik Nyamuk


Upaya untuk memberantas jentik di lingkungan sekolah yang dibuktikan dengan tidak
ditemukan jentik nyamuk pada: tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong
air, vas bunga, pot bunga/alas pot bunga, wadah pembuangan air dispenser, wadah
pembuangan air kulkas, dan barang-barang bekas/tempat yang bisa menampung air
yang ada di sekolah. Memberantas jentik di lingkungan sekolah dilakukan dengan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui kegiatan: menguras dan menutup tempat-
tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, dan menghindari gigitan
nyamuk. Dengan lingkungan bebas jentik diharapkan dapat mencegah terkena penyakit
akibat gigitan nyamuk seperti demam berdarah, cikungunya, malaria, dan kaki gajah.
Sekolah diharapkan dapat membuat pengaturan untuk melaksanakan PSN minimal satu
minggu sekali.

I. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan jamban/WC/kakus leher angsa
dengan tangki septic atau lubang penampungan kotoran sebagai pembuangan akhir saat
buang air besar dan buang air kecil. Menggunakan jamban yang bersih setiap buang air
kecil ataupun buang air besar dapat menjaga lingkungan di sekitar sekolah menjadi
bersih, sehat, dan tidak berbau. Disamping itu tidak mencemari sumber air yang ada
disekitar lingkungan sekolah serta menghindari datangnya lalat atau serangga yang
dapat menularkan penyakit seperti: diare, disentri, tipus, kecacingan, dan penyakit
lainnya. Sekolah diharapkan menyediakan jamban yang memenuhi syarat kesehatan
dalam jumlah yang cukup untuk seluruh siswa serta terpisah antara siswa laki-laki dan
perempuan. Perbandingan jamban dengan pemakai adalah 1:30 untuk laki-laki dan 1:20
untuk perempuan.

J. Menggunakan Air Bersih


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah menggunakan air bersih untuk kebutuhan
sehari-hari di lingkungan sekolah. Sekolah diharapkan menyediakan sumber air yang
bisa berasal dari air sumur terlindung, air pompa, mata air terlindung, penampungan air
hujan, air ledeng, dan air dalam kemasan (sumber air berasal dari smur pompa, sumur,
mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau
limbah/WC). Air diharapkan tersedia dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan dan
tersedia setiap saat.

K. Mencuci Tangan dengan Air Mengalir dan Memakai Sabun


Sekolah/guru/masyarakat sekolah selalu mencuci tangan sebelum makan, sesudah
buang air besar/sesudah buang air kecil, sesudah beraktivitas, dan atau setiap kali tangan
kotor dengan memakai sabun dan air bersih yang mengalir. Air bersih yang mengalir
akan membuang kuman-kuman yang ada pada tangan yang kotor, sedangkan sabun
selain membersihkan kotoran juga dapat membunuh kuman yang ada di tangan.
Diharapkan tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman serta dapat mencegah
terjadinya penularan penyakit seperti: diare, disentri, kolera, tipus, kecacingan, penyakit
kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan flu burung.

L. Membuang Sampah ke Tempat Sampah yang Terpilah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah membuang sampah ke tempat sampah yang
tersedia. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-
organik, dan sampah bahan berbahaya. Sampah selain kotor dan tidak sedap dipandang
juga mengandung berbagai kuman penyakit. Membiasakan membuang sampah pada
tempat sampah yang tersedia akan sangat membantu anak sekolah/guru/masyarakat
sekolah terhindar dari berbagai kuman penyakit.

M. Mengkonsumsi Jajanan Sehat dari Kantin Sekolah


Anak sekolah/guru/masyarakat sekolah mengkonsumsi jajanan sehat dari kantin/warung
sekolah atau bekal yang dibawa dari rumah. Sebaiknya sekolah menyediakan warung
sekolah sehat dengan makanan yang mengandung gizi seimbang dan bervariasi,
sehingga membuat tubuh sehat dan kuat, angka absensi anak sekolah menurun, dan
proses belajar berjalan dengan baik.

N. Menimbang Berat Badan dan Mengukur Tinggi Badan Setiap Bulan


Siswa ditimbang berat badan dan diukur tinggi badan setiap bulan agar diketahui tingkat
pertumbuhannya. Hasil penimbangan dan pengukuran dibandingkan dengan standar
berat badan dan tinggi badan sehingga diketahui apakah pertumbuhan siswa normal atau
tidak normal.

Keterkaitan PHBS dengan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah)


Usaha Kesehatan Sekolah adalah upaya untuk membina dan mengembangkan
kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan
pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan
dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Usaha
Kesehatan Sekolah adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-
sekolah dengan anak didik beserta lingkungan hidupnya sebagai sasaran utama sehingga
akan membentuk perilaku hidup sehat dan menghasilkan derajat kesehatan yang optimal.
(Effendy, 1998).
Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan
dan perestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta derajat kesehatan peserta didik sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
indonesia seutuhnya. Usaha Kesehatan Sekolah juga bertujuan untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat dan meningkatkan derajat kesehatan peserta didik yang mencakup: a)
menurunkan angka kesakitan anak sekolah, b) meningkatkan kesehatan peserta didik baik
fisik, mental, maupun sosial, c) agar peserta didik mempunyai pengetahuan, sikap, dan
keterampilan untuk melaksanakan prinsip-prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif
dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, d) meningkatkan cakupan pelayanan
kesehatan terhadap anak sekolah, e) meningkatkan daya tangkal dan daya hayat terhadap
pengaruh buruk narkotika, rokok, alkohol, dan obat berbahaya lainnya.
Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik,
dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat sedini mungkin melalui pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal
dengan istilah tiga program pokok (trias) UKS yakni: pendidikan kesehatan (Health
Education in School), pelayanan kesehatan (School Health Service), dan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Dengan demikian dengan adanya fasilitas Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) akan sangat menunjang terwujudnya perilaku hidup bersih dan sehat di
sekolah.

Keterkaitan PHBS dengan Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Keperawatan sekolah adalah keperawatan yang difokuskan kepada anak di
tatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga
maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan. Perawatan kesehatan sekolah
mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu,
kelompok, dan masyarakat sekolah. Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah
satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan
kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan, dan suasana sekolah yang
sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkungannya dan
sasaran penunjang adalah guru dan kader (Roni, 2010).
Perawat sekolah merupakan salah satu dari beberapa orang yang ditempatkan
untuk memberikan arahan terhadap program kesehatan sekolah terkoordinasi. Perawat
dapat berperan sebagai manajer, konsultan, pendidik, pelaksana maupun peneliti di
bidang keperawatan dengan area khusus sekolah. Perawat dapat melaksanakan skrining
kesehatan, memberikan pelayanan dasar untuk luka dan keluhan minor dengan
memberikan pengobatan sederhana, memantau status imunisasi siswa dan keluarganya
dan aktif juga dalam mengidentifikasikan anak-anak yang mempunyai masalah
kesehatan. Perawat perlu memahami peraturan yang ada menyangkut anak usia sekolah
seperti memberikan libur kepada siswa karena adanya penyakit menular, kutu, kudis, dan
parasit lain. Dalam melaksanakan perannya sebagai konsultan terutama untuk para guru,
perawat dapat memberikan informasi tentang pentingnya memberikan pengajaran
kesehatan di kelas, pengembangan kurikulum yang terkait dengan kesehatan, serta cara-
cara penanganan kesehatan yang bersifat khusus dan kecacatan (Sumijatun, 2005).
The National Association of School Nurses (NASN) menyatakan ada tiga peran
perawat komunitas di sekolah yaitu:
1. Peran klinik (Generalist Clinical Role)
 Perawat komunitas dalam peran klinik akan memberikan pelayanan,konseling,
pendidikan kesehatan kepada siswa dan keluarga. Pelayanan ini diintegrasikan dengan
program sekolah.
 Pearawat klinik bekerja di sekolah yang memberikan pelayanan selama jam sekolah.
Perawat membaur dengan fungsional sehari-hari komunitas sekolah.
 Mengindentifikasi siswa, keluarga, dan guru dari resiko gangguan kesehatan (case
finding), mengembangkan dan implementasi intervensi yang sesuai dengan kebutuhan
kesehatan dan menyusun kebijakan dan program yang sesuai untuk memecahkan
permasalahan baik yang aktual maupun potensial.

2. Peran Perawatan Primer (Primary Role)


Perawat komunitas melaksanakan teknik tindakan keperawatan sesuai prosedur. Selain
itu dalam melaksanakan perannya berkoordinasi dengan petugas kesehatan yang lain.
Beberapa item yang menjadi perhatian dalam peran ini antara lain: kesehatan fisik,
kesehatan emosional, kebiasaan (makan, merokok), perhatian sosial (lingkungan rumah,
kemiskinan).

3. Peran Manajemen (Management Role)


 Mengembangkan, koordinasi, dan evaluasi program kesehatan sekolah
 Mengembangkan dan implementasi kebijakan dan prosedur kesehatan sekolah
 Manajemen kasus pada siswa dan keluarga dengan kebutuhan kesehatan yang
khusus
 Supervisi dan evaluasi pada tenaga kesehatan yang lain dan mendukung personal

III. PHBS di tempat-tempat umum


Adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-
tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS serta berperan
aktif dalam mewujudkan tempat-tempat umum yang ber-PHBS.
Melalui penerapan PHBS di tempat umum ini, diharapkan masyarakat yang berada di
tempat-tempat umum akan terjaga kesehatannya dan tidak tertular atau menularkan
penyakit.
Syarat tempat umum yang ber-PHBS yaitu :
 Menggunakan air bersih
 Menggunakan jamban
 Membuang sampah pada tempatnya
 Tidak merokok
 Tidak meludah sembarangan
 Memberantas jentik nyamuk
 Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
 Menutup makanan dan minuman

IV. PHBS di tempat kerja


Merupakan upaya memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu
mempraktikkan PHBS serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat.
Penerapan PHBS di tempat kerja diperlukan untuk menjaga, memelihara dan
mempertahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif.
Manfaat PHBS di tempat kerja diantaranya masyarakat di sekitar tempat kerja
menjadi lebih sehat dan tidak mudah sakit, serta lingkungan di sekitar tempat kerja
menjadi lebih bersih, indah, dan sehat.
Syarat tempat umum yang sehat yaitu :
 Mengkonsumsi makanan bergizi
 Melakukan aktivitas fisik setiap hari
 Tidak merokok di tempat kerja
 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
 Menggunakan air bersih
 Memberantas jentik di tempat kerja
 Menggunakan jamban
 Membuang sampah pada tempatnya

V. PHBS di institusi kesehatan


Institusi kesehatan adalah sarana yang diselenggarakan oleh pemerintah/swasta atau
perorangan yang digunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
seperti rumah sakit, puskesmas, dan klinik swasta.
PHBS di institusi kesehatan merupakan upaya untuk memberdayakan pasien,
masyarakat pengunjung, dan petugas agar tahu, mampu, dan mampu mempraktikkan
hidup perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan intitusi
kesehatan ber-PHBS.
PHBS di Institusi Kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk
mencegah penularan penyakit, infeksi nosokomial dan mewujudkan Institusi Kesehatan
yang sehat. Syarat institusi sehat yaitu :
 Menggunakan air bersih
 Mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan sabun
 Menggunakan jamban
 Membuang sampah pada tempatnya
 Tidak merokok di Institusi Kesehatan
 Tidak meludah sembarangan
 Memberantas jentik nyamuk

LI. 4 Memahami dan Menjelaskan gaya hidup anak yang menjelaskan perilaku tidak sehat
1. Melewatkan sarapan
Melewatkan sarapan telah lama diketahui menghambat perkembangan dan kemampuan belajar
seorang anak. Sebab tanpa sarapan yang penting itu, kadar gula darah anak akan tetap rendah
sehingga menyebabkan kelelahan, kelesuan, kurangnya konsentrasi di kelas, mudah tersinggung,
performa kerja yang buruk dan peningkatan kecenderungan untuk melakukan kesalahan saat
mengerjakan tugas atau tes. Tak sarapan juga telah lama dikaitkan dengan obesitas pada anak-
anak karena remaja dan anak-anak yang tidak melakukannya akan cenderung mengonsumsi
makanan tak sehat seperti makanan cepat saji, keripik, permen dan cokelat dalam rangka
meningkatkan energi mereka.
Solusi: Meski setiap pagi, rumah akan selalu dipenuhi dengan kepanikan sebelum berangkat
beraktivitas, penting untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk sarapan singkat. Tak perlu
dengan menu yang lengkap, cukup kombinasikan protein dan karbohidrat (seperti sereal berserat
tinggi dan susu rendah lemak; atau roti gandum panggang dan telur rebus). Jangan lupa juga
tambahkan buah.
2. Kurang makan buah dan sayur
Buah-buahan dan sayur-sayuran sarat dengan nutrisi super. Berbagai studi telah menunjukkan
bagaimana besarnya manfaat mengonsumsi sedikitnya lima porsi buah dan sayur sehari dapat
menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit jantung, stroke hingga beberapa jenis
kanker.
Solusi: Mengonsumsi lima porsi buah dan sayur dalam sehari sebenarnya tidaklah sulit:
sempatkan makan dua buah di pagi hari, lalu makan salad atau sup sayur saat makan siang (bisa
juga dengan menambahkan cemilan seperti cocktail tomat, wortel atau mentimun pada kotak
makan siang anak) dan konsumsi dua jenis sayuran untuk makan malam.
Selain itu, dorong anak untuk lebih banyak makan buah dan sayuran dengan selalu menyiapkan
buah-buahan dan sayuran segar di lemari es. Lebih dari itu, biasakan nyemil buah atau sayuran di
depan anak, dengan begitu cepat atau lambat anak akan menirunya.
3. Tidak rutin berolahraga
Padahal olahraga rutin banyak sekali manfaatnya, mulai dari meningkatkan kesehatan tulang,
otot dan sendi; menambah energi dan daya konsentrasi; mendorong sistem kekebalan tubuh;
memperbaiki kualitas tidur dan menurunkan risiko sejumlah penyakit serius akibat gaya hidup
seperti diabetes.
Bahkan untuk anak-anak, manfaat olahraga jauh lebih kentara karena aktivitas fisik ini dapat
meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh, mempertajam daya pikir, membangun harga diri
sekaligus kepercayaan diri serta mengurangi tingkat kecemasan dan stres.
Solusi: Meski orang dewasa direkomendasikan untuk berolahraga sedikitnya 30 menit perharinya
tapi anak-anak justru harus didorong untuk berolahraga selama 60 menit perhari. Tak perlu
melakukan satu jenis latihan fisik selama durasi itu karena orangtua bisa mengajari anak untuk
mengkombinasikan sejumlah latihan fisik, misalnya jalan kaki selama 30 menit, bersepeda 10
menit dan 20 menit bermain seperti lompat tali atau berkejaran dengan anjing.
Anda juga bisa mengarahkannya agar fisiknya lebih aktif dengan mendorongnya berpartisipasi
dalam olahraga, kelas tari atau bela diri. Bisa juga dengan mengajak mereka melakukan aktivitas
bersama seperti mengajak anjing jalan-jalan, menyapu dedaunan yang berjatuhan di taman
rumah atau membersihkan karpet. Beri contoh pada anak dengan aktif berolahraga atau
melakukan kegiatan fisik dan luangkan waktu untuk family outing seperti bersepeda atau
mendaki gunung bersama.
4. Kurang tidur
Kurang tidur mungkin terdengar sepele tapi hal ini telah lama diketahui menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan. Bahkan kurang tidur kronis dapat menimbulkan konsekuensi negatif untuk
seumur hidup.
Pasalnya, ketika tidur tubuh memperoleh kesempatan untuk memulihkan dirinya sendiri setelah
seharian beraktivitas. Lagipula jam tidur yang cukup dapat membantu Anda mempertajam daya
pikir sekaligus melawan infeksi.
Tak hanya itu, kurang tidur juga mempengaruhi stok energi, mood, kebiasaan makan,
kemampuan memecahkan masalah (problem-solving skill) serta kemampuan belajar, termasuk
mencegah tubuh memulihkan diri dari cedera. Apalagi bagi anak-anak tidur itu begitu penting
karena aktivitas ini membantu mereka tumbuh, berkembang dan berfungsi secara optimal.
Bahkan sejumlah studi telah mengaitkan antara kurang tidur dengan obesitas, gangguan
pemusatan pikiran, diabetes hingga penyakit jantung paa anak-anak.
Solusi: Tanamkan rutinitas tidur yang teratur pada anak. Salah satunya dengan membatasi waktu
anak untuk menonton televisi atau bermain game di malam hari serta memastikan anak
berangkat tidur di jam yang sama setiap malamnya dalam lingkungan rumah yang nyaman, aman
dan tenang.
Namun seberapa besar kebutuhan tidur anak bergantung pada usia dan kadar aktivitasnya,
biasanya berkisar antara 9-12 tahun. Untuk mengetahui apakah anak Anda mendapatkan jam
tidur yang cukup atau tidak, cobalah amati apakah di pagi hari anak Anda bisa bangun sendiri
atau tidak. Jika iya, itu tandanya ia mendapatkan jam tidur yang memadai. Jika harus
dibangunkan, biasakan si anak untuk tidur lebih cepat.
5. Malas mencuci tangan
Lini pertama pertahanan Anda terhadap berbagai kuman dan penyakit terdapat pada kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun dan air. Tapi sayangnya banyak orang yang enggan melakukannya
atau tak melakukannya dengan benar.
Padahal kuman dan penyakit yang masuk ke dalam tubuh karena malas mencuci tangan bisa
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan mulai dari flu biasa hingga penyakit parasit seperti
E. coli, Giardia dan Salmonella yang dapat menyebabkan sakit serius.
Solusi: Ajari anak untuk rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum makan,
setelah memakai toilet, setelah memegang hewan peliharaan, sebelum dan setelah menyentuh
makanan mentah, setelah batuk, bersin atau melecit. Namun yang terpenting adalah berikan
aturan yang sama untuk diri Anda sendiri.
Berikut ini adalah beberapa cara sederhana tentang apa yang harus orang tua ajarkan kepada
anak-anak tentang gaya hidup sehat.
1. Anda tidak dapat memiliki kesehatan yang baik tanpa gizi yang baik.
2. Makan buah-buahan dan sayuran mentah sebanyak mungkin.
3. Makan beberapa jenis protein setiap kali makan. (Makan daging yang cukup dan makan lebih
banyak ikan)
4. Makanlah dalam porsi kecil setiap hari dengan gizi seimbang.
5. Minum air putih yang cukup setiap hari.
6. Istirahat yang cukup.
7. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya olahraga teratur.
8. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya suplemen.
9. Ajarkan anak-anak Anda bagaimana menghindari stres dan bagaimana menghadapinya ketika
hal itu tidak dapat dihindari.
10. Ajarkan anak-anak Anda bahaya dari gula, lemak, dan kafein.

LI 5. Memahami dan Menjelaskan tentang PHBS menurut Pedoman Islam


Tubuh: Islam memerintahkan mandi bagi umatnya karena 23 alasan dimana 7 alasan
merupakan mandi wajib dan 16 alasan lainnya bersifat sunah.
Tangan: Nabi Muhammad SAW bersabda: “Cucilah kedua tanganmu sebelum dan sesudah
makan “, dan ” Cucilah kedua tanganmu setelah bangun tidur. Tidak seorang pun tahu
dimana tangannya berada di saat tidur.”
Islam memerintahkan kita untuk mengenakan pakaian yang bersih dan rapi.
Makanan dan minuman: Lindungilah makanan dari debu dan serangga, Rasulullah SAW
sersabda: “Tutuplah bejana air dan tempat minummu ”
Rumah: “Bersihkanlah rumah dan halaman rumahmu” sebagaimana dianjurkan untuk
menjaga kebersihan dan keamanan jalan: “Menyingkirkan duri dari jalan adalah ibadah.”
Perlindungan sumber air, misalnya sumur, sungai dan pantai. Rasulullah melarang umatnya
buang kotoran di tempat-tempat sembarangan.
Dalam kitab suci Al-qur’an banyak ayat yang menganjurkan unntuk bersuci. Allah
berfirman:

َ‫روثِيَابَك‬ َ َ‫ف‬
َ ‫ط ِ ِّه‬
“Dan pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang yang
mermbersikan diri”. ( QS. Al baqarah:222 ).
Rasulullah saw bersabda:

‫اإل ْسالَم‬ َّ ‫ْف إِلَّ ال َجنَّةَ يَدْخل لَ فَإِنَّه فَت َ َن‬


ِ ‫ظف ْوا ن َِظيْف‬ َ ‫النَّ ِظي‬

“Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang bersih”. (Al-Hadis)
Daftar Pusataka

Abunain Djumadias. 1990. Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi. Puslitbang Gizi
Bogor.
Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI
Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius.
http://fk.uns.ac.id/static/file/Gizi.pdf
http://stbm-indonesia.org/wp/wp-content/uploads/2009/12/Materi-Dakwah-Sanitasi-untuk-
Sanitasi-Total-Berbasis-Masyarakat.pdf
Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei.
Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai