Bedasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang dilaksanakan oleh Balitbangkes
Kementerian Kesehatan RI didapatkan beberapa hasil terkait dengan status gizi anak sebagai
berikut: Prevalensi pendek secara nasional pada kelompok umur 5-12 tahun adalah 30,7%
(12.3% sangat pendek dan 18.4% pendek). Prevalensi sangat pendek terendah di DI Yogyakarta
(14.9%) dan tertinggi di Papua (34.5%). Prevalensi kurus (menurut IMT/U) pada anak umur 5-12
tahun adalah 11.2% terdiri dari 4,0% sangat kurus dan 7,2% kurus. Prevalensi gemuk pada anak
umur 5-12 tahun masih tinggi yaitu 18.8%, terdiri dari gemuk 10.8% dan sangat gemuk
(obesitas) 8.8%. Prevalensi gemuk terendah di Nusa Tenggara Timur (8.7%) dan tertinggi di
DKI Jakarta (30.1%).
RISKESDAS 2013 juga meneliti tentang masalah kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia
subur (WUS) dan wanita hamil yang berumur 15-49 tahun, berdasarkan indikator Lingkar
Lengan Atas (LiLA). Untuk menggambarkan adanya risiko (KEK) dalam kaitannya dengan
kesehatan reproduksi pada wanita hamil dan WUS digunakan ambang batas nilai rerata LILA
,23.5 cm. Prevalensi risiko KEK wanita hamil umur 15-49 tahun, secara nasional sebanyak
24.2%. Prevalensi risiko KEK terendah di Bali (10.1%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(45.5%). Prevalensi risiko KEK wanita usia subur (tidak hamil) sebanyak 20.8%. Prevalensi
terendah di Bali (14%) dan prevalensi tertinggi di Nusa Tenggara Timur (46.5%).
Status Gizi anak tidak saja dipengaruhi pola makan tetapi juga pola asuh keluarga serta perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga dan anak. Dua keadaan tersebut disebabkan karena
perilaku yang kurang baik dan cendrung menyebabkan kegemukan pada anak adalah
membiarkan anak duduk berjam-jam menonton TV, kurang berolah raga, dan sering makan
makanan “junk food” yang tinggi lemak, kalori, garam, rendah serat.
Dalam pandangan Islam, menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga melakukan
pemberdayaan masyarakat agar masyarakat dapat mandiri adalah wajib.
KATA SULIT
1). RISKESDAS : riset yang dilakukan oleh KEMENKES RI untuk mengetahui kesehatan dasar
masyarakat.
2). PHBS : Sekumpulan perilaku yang dipraktekkan secara sadar yang menjadikan seseorang
mandiri di bidang kesehatan dan berperan aktif mewujudkan kesehatan.
3). BALITBANGKES : sebuah badan penelitian dan perkembangan di bidang kesehatan.
PERTANYAAN
1). Apa saja isi dari RISKESDAS?
Kasus, pemeriksaan, cara pemeriksaan, populasi, penelitian, data, hasil.
2). Apa saja faktor-faktor kekurangan gizi dan PHBS?
Faktor ekonomi, kurang pengetahuan gizi yang baik, diet yang berlebihan.
3). Apa hubungannya pola asuh keluarga dengan status gizi dan PHBS?
Bila pengetahuan ibu baik terhadap anak , baik pula kedepannya dan sebaliknya.
4). Bagaimana pola makan dan pola asuh semestinya diperlukan pada anak?
Makanan yang 4 sehat 5 sempurna, jangan terlalu dikekang perilakunya (dimanjakan).
5). Apa saja contoh-contoh PHBS?
Cuci tangan yang baik dan benar, pemberian ASI pada anak, status gizi ibu dan anak,
penggunaan air bersih.
6). Apa saja kriteria makanan tambahan pada anak kurang gizi dan lebih gizi?
Tentukan IMT, beri makanan sesuai dengan kebutuhan, kalo kelebihan BB nya dikurangin.
7). Bagaimana menjalankan PHBS menurut pandangan islam?
Menjalankan dengan baik, karena kebersihan sebagian dari iman.
8). Apa penyebab KEK pada wanita hamil?
Nafsu makan yang menurun asupan protein, zat besi, mineral yang rendah
9). Apa saja manfaat dari PHBS?
Mencegah penyakit, obesitas, mencipatakan gaya hidup yang sehat.
HIPOTESIS
Faktor ekonomi dan pengetahuan yang rendah dapat mempengaruhi PHBS, status wanita usia
subur, wanita hamil dan anak. Pada wanita hamil penyebab KEK adalah nafsu makan yang
menurun asupan protein, zat besi, mineral yang rendah. Untuk memperbaiki status gizi dapat
dilakukan langkah-langkah yaitu tentukan IMT, beri makanan sesuai dengan kebutuhan,
kemudian makanan yang 4 sehat 5 sempurna, jangan terlalu dikekang perilakunya (dimanjakan).
Contoh-contoh dari PHBS yaitu cuci tangan yang baik dan benar, pemberian ASI pada anak,
status gizi ibu dan anak, penggunaan air bersih. Dan manfaatnya adalah mencegah penyakit,
obesitas, mencipatakan gaya hidup yang sehat. Untuk mengetahui kesehatan dasar masyarakat
dilakukan RISKESDAS dengan cara kasus, pemeriksaan, cara pemeriksaan, populasi, penelitian,
data dan hasil. Dalam pandangan islam PHBS harus dijalanan dengan baik karena kebersihan
sebagian dari iman.
SASARAN BELAJAR
Akibat kurang gizi terhadap proses tubuh bergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang.
Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan
gangguan pada proses-proses sebagai berikut :
1. Pertumbuhan
Anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya. Protein sebagai zat pembakar, sehingga otot-
otot menjadi lembek dan rambut mudah rontok. Kekurangan karbohidrat dan zat lemak juga
dapat menyebabkan tubuh menjadi lesu, kurang bergairah untuk melakukan berbagai
kegiatan dan kondisi tubuh yang demikian tentunya akan banyak menimbulkan kerugian.
2. Produksi Tenaga
Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk
bergerak, bekerja, dan melakukan aktivitas. Orang menjadi malas merasa lemah, dan
produktivitas kerja menurun.
3. Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun. Sistem imunitas dan antibodi berkurang,
sehingga orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal
ini dapat membawa kematian.
4. Struktur dan Fungsi Otak
Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan
demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai benuk maksmal pada usia dua tahun.
Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
5. Perilaku
Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gzi menunjukkan perilaku tidak tenang.
Mereka mudah tersinggung, cengang, dan apatis.
a. Klasifikasi
1. Malnutrisi jenis bahan yang kurang
Kelompok KEP yaitu kurang energi protein. Ada 3 jenis: kwasiorkor, marasmik, dan
marasmik kwashiorkor
2. Kelompok kekurangan vitamin/mineral
a. Anemi kekurangan zat besi
b. Defisiensi vitamin A
c. Penyakit gondok endemic
d. Penyakit defisiensi lainnya seperti beri-beri, pellagra, scurvy, rickets
3. Menurut derajat tingkatan keadaan gizi
a. Gizi lebih
b. Gizi baik
c. Gizi kurang
d. Gizi buruk
4. Menurut sebab terjadinya malnutrisi
a. Primary malnutrition
Terjadi karena makanan yg dimakan (intake) tidak cukup / berlebihan
b. Secondary malnutrition
Terjadi meskipun makanan yg dimakan sudah cukup untuk kebutuhannya karena sebab
lain, misal karena kebutuhan meningkat, gangguan absorbsi
1. Adalah penyakit gizi akibat defisiensi energi dalam jangka waktu yang cukup lama.
2. Prevalensi tinggi terjadi pada balita, ibu hamil (bumil) dan ibu menyusui/meneteki (buteki)
3. Pada derajat ringan pertumbuhan kurang, tetapi kelainan biokimiawi dan gejala klinis
(marginal malnutrition)
4. Derajat berat adalah tipe kwashiorkor dan tipe marasmus atau tiep marasmik-kwashiorkor
5. Terdapat gangguan pertumbuhan, muncul gejala klinis dan kelainan biokimiawi yang khas
Penyebab
DEFISIENSI VITAMIN A
Penyebab
• Intake makanan yang mengandung vitamin A kurang atau rendah
• Rendahnya konsumsi vitamin A dan pro vitamin A pada bumil sampai melahirkan akan
memberikan kadar vitamin A yang rendah pada ASI
• MP-ASI yang kurang mencukupi kebutuhan vitamin A
• Gangguan absorbsi vitamin A atau pro vitamin A (penyakit pankreas, diare kronik, KEP
dll)
• Gangguan konversi pro vitamin A menjadi vitamin A pada gangguan fungsi kelenjar
tiroid
• Kerusakan hati (kwashiorkor, hepatitis kronik)
Tanda dan gejala
• Rabun senja-kelainan mata, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea
• Kadar vitamin A dalam plasma <20ug/dl
Upaya pemerintah
• Penyuluhan agar meningkatkan konsumsi vitamin A dan pro vitamin A
• Fortifikasi (susu, MSG, tepung terigu, mie instan)
• Distribusi kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita 1-5 tahun (200.000 IU pada bulan
februari dan agustus), ibu nifas (200.000 IU), anak usia 6-12 bulan (100.000 IU)
• Kejadian tertentu, ditemukan buta senja, bercak bitot. Dosis saat ditemukan (200.000 IU),
hari berikutnya (200.000 IU) dan 4 minggu berikutnya (200.000 IU)
• Bila ditemukan xeroptalmia. Dosis saat ditemukan :jika usia >12 bulan 200.000 IU, usia
6-12 bulan 100.000 IU, usia < 6 bulan 50.000 IU, dosis pada hari berikutnya diberikan
sesuai usia demikian pula pada 1-4 minggu kemudian dosis yang diberikan juga sesuai
usia
• Pasien campak, balita (200.000 IU), bayi (100.000 IU)
2. Posyandu
Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu serta mencatat hasil
penimbangan pada KMS.
Bagi balita dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi seimbang dan
PMT Penyuluhan.
Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat badan tidak naik 3 kali
(“3T”) dan berat badan di bawah garis merah (BGM).
Kader merujuk balita ke puskesmas bila ditemukan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.
4. Puskesmas
Puskesmas menerima rujukan KEP Berat/gizi buruk dari posyandu dalam wilayah
kerjanya serta pasien pulang dari rawat inap di rumah sakit.
Menyeleksi kasus dengan cara menimbang ulang dan dicek dengan Tabel BB/U Baku
Median WHO-NCHS.
Apabila ternyata berat badan anak berada di bawah garis merah (BGM) dianjurkan
kembali ke PPG/posyandu untuk mendapatkan PMT pemulihan.
Apabila anak dengan KEP berat/gizi buruk (BB < 60% Tabel BB/U Baku Median WHO-
NCHS) tanpa disertai komplikasi, anak dapat dirawat jalan di puskesmas sampai berat
badan nya mulai naik 0,5 Kg selama 2 minggu dan mendapat PMT-P dari PPG.
Apabila setelah 2 minggu berat badannya tidak naik, lakukan pemeriksaan untuk evaluasi
mengenai asupan makanan dan kemungkinan penyakit penyerta, rujuk ke rumah sakit
untuk mencari penyebab lain.
Anak KEP berat/gizi buruk dengan komplikasi serta ada tanda-tanda kegawatdaruratan
segera dirujuk ke rumah sakit umum
Tindakan yang dapat dilakukan di puskesmas pada anak KEP berat/gizi buruk tanpa
komplikasi
Memberikan penyuluhan gizi dan konseling diet KEP berat/ gizi buruk (dilakukan di
pojok gizi buruk).
Melakukan pemeriksaan fisik dan pengobatan minimal 1 kali per minggu.
Melakukan evaluasi pertumbuhan berat badan balita gizi buruk setiap dua minggu sekali.
Melakukan peragaan cara menyiapkan makanan untuk KEP berat/ gizi buruk.
Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang perkembangan berat badan dan kemajuan
asupan makanan
• adalah penyakit gizi yang disebabkan kelebihan kalori dan ditandai dengan akumulasi
jaringan lemak secara berlebihan diseluruh tubuh.
• Merupakan keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh
• Gizi lebih (over weight) dimana berat badan melebihi berat badan rata-rata, namun tidak
selalu identik dengan obesitas.
BB >>> tidak selalu obesitas
Penyebab
• Regulatory obesity, yaitu gangguan primer pada pusat pengatur masukan makanan
• Obesitas metabolik, yaitu kelainan metabolisme lemak dan karbohidrat
Resiko/dampak obesitas
LI 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Penilaian status gizi anak dan ibu hamil
Status Gizi Anak :
Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga didefinisikan sebagai
status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Penilaian
Statistik Vital
Yaitu dengan menganalisis data beberapa statistik kesebatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian karena penyebab tertentu dan data lainnya
yang berhubungan dengan gizi.
Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi antara beberapa faktor fisik,
biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dan
keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai
Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang
bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan
menggunakan rumus :
Semua bagian tubuh (keseluruhan atau parsial) dapat digunakan untuk menilai status
gizi, namun menurut WHO (1983) hanya tiga parameter saja yang dianggap valid; berat
badan, tinggi badan, dan lingkaran lengan atas. Satu ukuran tubuh sebagai dasar menentukan
status gizi disebut parameter. Menurut WHO (1990) indeks status gizi adalah gabungan dua
parameter antropometri yang digunakan untuk menilai status gizi. Sehingga dari parameter
yang valid tersebut dapat dinilai empat indeks; Berat Badan menurut Umur (BB/U), Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan
Lingkaran Lengan Atas menurut Umur (LILA/U).
Empat indeks yang akan dibahas berikut ini adalah BB/U, TB/U, BB/TB, dan LILA/U
yang merupakan indeks dari tiga parameter berat badan, tinggi badan dan umur. Ketiga
parameter memiliki informasi yang berbeda satu sama lain dalam menilai status gizi.
Gizi baik adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari 89% standar
Harvard.
Gizi kurang adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umur berada diantara 60,1-80
% standar Harvard.
Gizi buruk adalah apabila berat badan bayi / anak menurut umurnya 60% atau kurang
dari standar Harvard.
Gizi baik yakni apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya lebih dari
80% standar Harvard.
Gizi kurang, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya berada diantara
70,1-80 % dari standar Harvard.
Gizi buruk, apabila panjang / tinggi badan bayi / anak menurut umurnya kurang dari 70%
standar Harvard.
Gizi baik, apabila berat badan bayi / anak menurut panjang / tingginya lebih dari 90%
dari standar Harvard.
Gizi kurang, bila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya berada diantara 70,1-90 %
dari standar Harvard.
Gizi buruk apabila berat bayi / anak menurut panjang / tingginya 70% atau kurang dari
standar Harvard.
4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LILA/U)
Klasifikasi pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas yang sering
dipergunakan adalah mengacu kepada standar Wolanski. Klasifikasinya sebagai berikut :
Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar Wolanski.
Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,1-85 %
standar Wolanski.
Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar
Wolanski.
Dan juga status gizi diinterpretasikan berdasarkan tiga indeks antropomteri, (Depkes,
2004). Dan dikategorikan seperti yang ditunjukan pada tabel 3.
Tabel 3 Kategori Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
Indeks yang digunakan
Interpretasi
BB/U TB/U BB/TB
Normal, dulu kurang gizi Rendah Rendah Normal
Sekarang kurang ++ Rendah Tinggi Rendah
Sekarang kurang + Rendah Normal Rendah
Normal Normal Normal Normal
Sekarang kurang Normal Tinggi Rendah
Sekarang lebih, dulu kurang Normal Rendah Tinggi
Tinggi, normal Tinggi Tinggi Normal
Obese Tinggi Rendah Tinggi
Sekarang lebih, belum obese Tinggi Normal Tinggi
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber: Depkes RI, 2004
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah
satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam
pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang
dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut :
a. Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan
menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi
badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.
Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah
seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan
cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan
umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes,
2004).
b. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan,
termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena
penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam
bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat
perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya
memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya
memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias
Abunain, 1990).
c. Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan
kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu
terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau
juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan
tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini
pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan
akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan
status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks
BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi
pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam
menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan
dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 %
menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan
langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
Indeks yang Batas
No Sebutan Status Gizi
dipakai Pengelompokan
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
b. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan.
Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Apabila status
gizi ibu buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan menyebabkan berat
badan lahir rendah (BBLR).
Di samping itu, akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia
pada bayi baru lahir, bayi lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Dengan kata
lain kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan
selama hamil.
Ada beberapa cara yang digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil antara lain
memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur kadar Hb (Lubis, 2007)
Macam – Macam Cara Penilaian Status Gizi Ibu Hamil
1. Secara Klinis
Penilaian status gizi secara klinis sangat penting sebagai langkah pertama untuk
mengetahui keadaan gizi penduduk. Karena hasil penilaian dapat memberikan
gambaran masalah gizi yang nyata. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti
kulit, mata, rambut dan mukosa oral.
2. Secara Biokimia
Penilaian status gizi secara biokimia adalah pemeriksaan specimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh
yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh
seperti hati dan otot. Salah satu ukuran yang sangat sederhana dan sering digunakan
adalah pemeriksaan haemoglobin sebagai indeks dari anemia.
3. Secara Biofisik
Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk melihat tanda dan gejala kurang gizi.
Pemeriksaan dengan memperhatikan rambut, mata, lidah, tegangan otot dan bagian
tubuh lainnya.
4. Secara antropometri
Secara umum, antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian secara
antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan komposisi dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi.Antropometri digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi (Supariasa dkk, 2001).
2. LILA
Calon ibu harus sehat dan fit untuk hamil. Tentu saja, pertambahan berat badan selama
hamil harus dipantau cermat. Cara lain yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu
hamil adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA). Pengukuran LILA biasanya
dilakukan pada wanita usia subur (15-45 tahun) dan ibu hamil untuk memprediksi adanya
kekurangan energi dan protein yang bersifat kronis atau sudah terjadi dalam waktu lama.
Ukuran LILA berkaitan erat dengan berat badan ibu selama hamil mulai trimester I
sampai trimester III. Kelebihannya jika dibandingkan dengan ukuran berat badan, ukuran LILA
lebih menggambarkan keadaan atau status gizi ibu hamil sendiri berat badan selama kehamilan
merupakan berat badan komulatif antara pertambahan berat organ tubuh dan volume darah ibu
serta berat janin yang dikandungnya. Kita tidak tahu pasti apakah pertambahan berat badan ibu
selama hamil itu berasal dari pertambahan berat badan ibu, janin, atau keduanya.
Selain itu, pembengkakan (oedema) yang biasa dialami ibu hamil, jarang mengenai
lengan atas. Ini juga yang menyebabkan pengkuran LILA lebih baik untuk menilai status gizi ibu
hamil daripada berat badan.
Setelah melalui penelitian khusus untuk perempuan Indonesia, diperoleh standar LILA sebagai
berikut :
1. Jika LILA kurang dari 23,5 cm: status gizi ibu hamil kurang, misalnya kemungkinan
mengalami KEK (Kurang Energi Kronis) atau anemia kronis, dan beresiko lebih tinggi
melahirkan bayi BBLR.
2. Jika LILA sama atau lebih dari 23,5 cm: berarti status gizi ibu hamil baik, dan resiko
melahirkan bayi BBLR lebih rendah.
Apalagi, alat yang digunakan lebih ringan dibandingkan timbangan, dan mudah dibawa kemana-
mana. Pengukuran LILA dilakukan dengan melingkarkan pita LILA sepanjang 33 cm, atau
meteran kain dengan ketelitian 1 desimal (0,1 cm). Saat dilakukan pengukuran, ibu hamil pada
posisi berdiri dan dilakukan pada titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku lengan kiri,
jika ibu hamil yang bersangkutan tidak kidal.
Sebaliknya jika dia kidal, pengukuran dilakukan pada lengan kanan. Hal ini dilakukan
untuk memperkecil bias yang terjadi, karena adanya pembesaran otot akibat aktivitas, bukan
karena penimbunan lemak. Demikian juga jika lengan kiri lumpuh, pengukuran dilakukan pada
lengan kanan.
b. Haemoglobin (Hb)
Hemoglobin (Hb) adalah komponen darah yg bertugas mengangkut oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh. Untuk level normalnya untuk wanita sekitar 12-
16 g per 100 mlsedang untuk pria sekitar 14-18 g per 100 ml.
Pengukuran Hb pada saat kehamilan biasanya menunjukkan penurunan jumlah Hb.
Haemoglobin merupakan parameter yang digunakan untuk menetapkan prevalensi
anemia. Anemia merupakan masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada
ibu hamil. Kurang lebih 50 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia. Konsekuensi
dari anemia pada ibu hamil adalah tingginya risiko melahirkan bayi BBLR
Salah satu penyebab penurunan Hb pada ibu hamil disebabkan oleh bertambahnya
plasma darah, yg merupakan proses pengenceran darah (haemodillution).
Pengukuran kadar haemoglobin dilakukan sebelum usia kehamilan 20 minggu dan
pada kehamilan 28 minggu
1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Faktor External
1. Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi keluarga, yang
hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga tersebut (Santoso, 1999).
2. Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua
atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi yang baik (Suliha, 2001).
3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan
keluarganya. Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 1991).
4. Budaya
5. Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku dan kebiasaan
(Soetjiningsih, 1998).
Faktor Internal
1. Usia
Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang dimiliki orang tua dalam
pemberian nutrisi anak balita (Nursalam, 2001).
2. Kondisi Fisik
Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan yang lanjut usia, semuanya
memerlukan pangan khusus karena status kesehatan mereka yang buruk. Bayi dan anak-anak
yang kesehatannya buruk, adalah sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat
gizi digunakan untuk pertumbuhan cepat (Suhardjo, et, all, 1986).
3. Infeksi
Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurunnya nafsu makan atau menimbulkan
kesulitan menelan dan mencerna makanan (Suhardjo, et, all, 1986).
b. Tujuan PHBS
Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta
meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan
derajat kesehatan yang optimal.
c. Strategi PHBS
Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS
yaitu:
Bagi Masyarakat:
Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah –masalah kesehatan.
Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat
(UKBM) seperti Posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan jamban, ambulans desa
dan lain-lain.
Apa ada peran kader dalam membina rumah tangga agar melakukan persalinan
oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan?
Bagi bayi:
Bayi lebih sehat, lincah dan tidak cengeng.
Bayi tidak sering sakit.
Bagi keluarga:
praktis dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan
perlengkapannya.
Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu formula misalnya merebus
air dan perlengkapannya.
Apa syarat-syarat air bersih itu? Air bersih secara fisik dapat dibedakan melalui indra
kita, antara lain (dapat dilihat, dirasa, dicium, dan diraba)
Tujuan Khusus:
a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah.
b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan
sekolah ber PHBS di sekolah.
c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.
LI. 4 Memahami dan Menjelaskan gaya hidup anak yang menjelaskan perilaku tidak sehat
1. Melewatkan sarapan
Melewatkan sarapan telah lama diketahui menghambat perkembangan dan kemampuan belajar
seorang anak. Sebab tanpa sarapan yang penting itu, kadar gula darah anak akan tetap rendah
sehingga menyebabkan kelelahan, kelesuan, kurangnya konsentrasi di kelas, mudah tersinggung,
performa kerja yang buruk dan peningkatan kecenderungan untuk melakukan kesalahan saat
mengerjakan tugas atau tes. Tak sarapan juga telah lama dikaitkan dengan obesitas pada anak-
anak karena remaja dan anak-anak yang tidak melakukannya akan cenderung mengonsumsi
makanan tak sehat seperti makanan cepat saji, keripik, permen dan cokelat dalam rangka
meningkatkan energi mereka.
Solusi: Meski setiap pagi, rumah akan selalu dipenuhi dengan kepanikan sebelum berangkat
beraktivitas, penting untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk sarapan singkat. Tak perlu
dengan menu yang lengkap, cukup kombinasikan protein dan karbohidrat (seperti sereal berserat
tinggi dan susu rendah lemak; atau roti gandum panggang dan telur rebus). Jangan lupa juga
tambahkan buah.
2. Kurang makan buah dan sayur
Buah-buahan dan sayur-sayuran sarat dengan nutrisi super. Berbagai studi telah menunjukkan
bagaimana besarnya manfaat mengonsumsi sedikitnya lima porsi buah dan sayur sehari dapat
menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit jantung, stroke hingga beberapa jenis
kanker.
Solusi: Mengonsumsi lima porsi buah dan sayur dalam sehari sebenarnya tidaklah sulit:
sempatkan makan dua buah di pagi hari, lalu makan salad atau sup sayur saat makan siang (bisa
juga dengan menambahkan cemilan seperti cocktail tomat, wortel atau mentimun pada kotak
makan siang anak) dan konsumsi dua jenis sayuran untuk makan malam.
Selain itu, dorong anak untuk lebih banyak makan buah dan sayuran dengan selalu menyiapkan
buah-buahan dan sayuran segar di lemari es. Lebih dari itu, biasakan nyemil buah atau sayuran di
depan anak, dengan begitu cepat atau lambat anak akan menirunya.
3. Tidak rutin berolahraga
Padahal olahraga rutin banyak sekali manfaatnya, mulai dari meningkatkan kesehatan tulang,
otot dan sendi; menambah energi dan daya konsentrasi; mendorong sistem kekebalan tubuh;
memperbaiki kualitas tidur dan menurunkan risiko sejumlah penyakit serius akibat gaya hidup
seperti diabetes.
Bahkan untuk anak-anak, manfaat olahraga jauh lebih kentara karena aktivitas fisik ini dapat
meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh, mempertajam daya pikir, membangun harga diri
sekaligus kepercayaan diri serta mengurangi tingkat kecemasan dan stres.
Solusi: Meski orang dewasa direkomendasikan untuk berolahraga sedikitnya 30 menit perharinya
tapi anak-anak justru harus didorong untuk berolahraga selama 60 menit perhari. Tak perlu
melakukan satu jenis latihan fisik selama durasi itu karena orangtua bisa mengajari anak untuk
mengkombinasikan sejumlah latihan fisik, misalnya jalan kaki selama 30 menit, bersepeda 10
menit dan 20 menit bermain seperti lompat tali atau berkejaran dengan anjing.
Anda juga bisa mengarahkannya agar fisiknya lebih aktif dengan mendorongnya berpartisipasi
dalam olahraga, kelas tari atau bela diri. Bisa juga dengan mengajak mereka melakukan aktivitas
bersama seperti mengajak anjing jalan-jalan, menyapu dedaunan yang berjatuhan di taman
rumah atau membersihkan karpet. Beri contoh pada anak dengan aktif berolahraga atau
melakukan kegiatan fisik dan luangkan waktu untuk family outing seperti bersepeda atau
mendaki gunung bersama.
4. Kurang tidur
Kurang tidur mungkin terdengar sepele tapi hal ini telah lama diketahui menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan. Bahkan kurang tidur kronis dapat menimbulkan konsekuensi negatif untuk
seumur hidup.
Pasalnya, ketika tidur tubuh memperoleh kesempatan untuk memulihkan dirinya sendiri setelah
seharian beraktivitas. Lagipula jam tidur yang cukup dapat membantu Anda mempertajam daya
pikir sekaligus melawan infeksi.
Tak hanya itu, kurang tidur juga mempengaruhi stok energi, mood, kebiasaan makan,
kemampuan memecahkan masalah (problem-solving skill) serta kemampuan belajar, termasuk
mencegah tubuh memulihkan diri dari cedera. Apalagi bagi anak-anak tidur itu begitu penting
karena aktivitas ini membantu mereka tumbuh, berkembang dan berfungsi secara optimal.
Bahkan sejumlah studi telah mengaitkan antara kurang tidur dengan obesitas, gangguan
pemusatan pikiran, diabetes hingga penyakit jantung paa anak-anak.
Solusi: Tanamkan rutinitas tidur yang teratur pada anak. Salah satunya dengan membatasi waktu
anak untuk menonton televisi atau bermain game di malam hari serta memastikan anak
berangkat tidur di jam yang sama setiap malamnya dalam lingkungan rumah yang nyaman, aman
dan tenang.
Namun seberapa besar kebutuhan tidur anak bergantung pada usia dan kadar aktivitasnya,
biasanya berkisar antara 9-12 tahun. Untuk mengetahui apakah anak Anda mendapatkan jam
tidur yang cukup atau tidak, cobalah amati apakah di pagi hari anak Anda bisa bangun sendiri
atau tidak. Jika iya, itu tandanya ia mendapatkan jam tidur yang memadai. Jika harus
dibangunkan, biasakan si anak untuk tidur lebih cepat.
5. Malas mencuci tangan
Lini pertama pertahanan Anda terhadap berbagai kuman dan penyakit terdapat pada kebiasaan
mencuci tangan dengan sabun dan air. Tapi sayangnya banyak orang yang enggan melakukannya
atau tak melakukannya dengan benar.
Padahal kuman dan penyakit yang masuk ke dalam tubuh karena malas mencuci tangan bisa
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan mulai dari flu biasa hingga penyakit parasit seperti
E. coli, Giardia dan Salmonella yang dapat menyebabkan sakit serius.
Solusi: Ajari anak untuk rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air sebelum makan,
setelah memakai toilet, setelah memegang hewan peliharaan, sebelum dan setelah menyentuh
makanan mentah, setelah batuk, bersin atau melecit. Namun yang terpenting adalah berikan
aturan yang sama untuk diri Anda sendiri.
Berikut ini adalah beberapa cara sederhana tentang apa yang harus orang tua ajarkan kepada
anak-anak tentang gaya hidup sehat.
1. Anda tidak dapat memiliki kesehatan yang baik tanpa gizi yang baik.
2. Makan buah-buahan dan sayuran mentah sebanyak mungkin.
3. Makan beberapa jenis protein setiap kali makan. (Makan daging yang cukup dan makan lebih
banyak ikan)
4. Makanlah dalam porsi kecil setiap hari dengan gizi seimbang.
5. Minum air putih yang cukup setiap hari.
6. Istirahat yang cukup.
7. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya olahraga teratur.
8. Ajarkan anak-anak Anda pentingnya suplemen.
9. Ajarkan anak-anak Anda bagaimana menghindari stres dan bagaimana menghadapinya ketika
hal itu tidak dapat dihindari.
10. Ajarkan anak-anak Anda bahaya dari gula, lemak, dan kafein.
َروثِيَابَك َ َف
َ ط ِ ِّه
“Dan pakaianmu bersikanlah” (QS.Al Muddatsir ayat: 4)
“Sesungguhnya Allah mencintai orang –orang yang bertaubat dan orang – orang yang
mermbersikan diri”. ( QS. Al baqarah:222 ).
Rasulullah saw bersabda:
“Islam itu bersih maka peliharalah kebersihan karena sesungguhnya tidak masuk surga
kecuali orang-orang yang bersih”. (Al-Hadis)
Daftar Pusataka
Abunain Djumadias. 1990. Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi. Puslitbang Gizi
Bogor.
Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta.
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI
Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius.
http://fk.uns.ac.id/static/file/Gizi.pdf
http://stbm-indonesia.org/wp/wp-content/uploads/2009/12/Materi-Dakwah-Sanitasi-untuk-
Sanitasi-Total-Berbasis-Masyarakat.pdf
Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei.
Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Supariasa, I.D.N. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.