Anda di halaman 1dari 40

CASE REPORT

TONSILITIS KRONIK

Disusun Oleh:
Michelle Sabatini Siregar

Pembimbing:
dr. Fransiskus Harf Poluan, Sp.THT-KL

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT


Periode Januari – Februari 2019
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Identitas Pasien
• Nama : Nn. D.L
• Umur :18 tahun
• JenisKelamin : Perempuan
• Pekerjaan : Pelajar
• Alamat : Cawang, Jakarta Timur
• Agama : Islam
• Pendidikan : SMA
• Suku : Jawa
Anamnesis

Keluhan utama:
Nyeri tenggorok berulang

Keluhan tambahan:
Sulit menelan
Tenggorok terasa kering
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke poliklinik THT RS UKI dengan keluhan
nyeri tenggorok sejak yang sudah dirasakan sejak 6 bulan
yang lalu. Nyeri dirasakan hilang timbul, hilang ketika
pasien berobat ke dokter dan diberikan obat, namun kembali
muncul hingga saat ini, pasien juga mengeluh sulit menelan
hingga tidak nafsu makan, dan tenggorokan terasa kering.
Pasien sudah berulang kali berobat ke spesialis THT-KL dan
didapatkan amandel membesar serta tampak kemerahan.
Kesulitan membuka mulut disangkal, batuk disangkal, pilek
disangkal, perubahan suara menjadi serak disangkal, bau
nafas disangkal, serta keluhan lain pada telinga dan hidung
disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU
Riwayat infeksi amandel berulang (+) pasien mengaku keluhan hilang
timbul sudah kurang lebih 3-4 kali dalam 6 bulan. Hipertensi (-), DM (-),
Asma (-), alergi obat (-), alergi makanan (-).

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Hipertensi (-), DM (-).

RIWAYAT KEBIASAAN PRIBADI


Pasien sering mengkonsumsi minuman-minuman dingin
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
▪ Keadaan Umum : Baik
▪ Kesadaran : Composmentis
▪ Nadi : 84 x/menit
▪ Tekanan Darah : 110/80 mmHg
▪ RR : 20 x/menit
▪ Suhu : 36,7 O C
Kepala dan Leher

Kepala : Normocephali

Mata : CA -/-, SI -/-

Leher anterior : KGB tidak teraba membesar

Leher posterior : KGB tidak teraba membesar


STATUS LOKALIS
(TELINGA)
Telinga Luar Kanan Kiri

Bentuk Teliga Normotia Normotia

Preaurikuler Fistel (-); Sikatriks (-), Abses (-), Fistel (-); Sikatriks (-), Abses (-),

Tumor (-), Nyeri Tekan (-) Tumor (-), Nyeri Tekan (-)

Infraaurikuler Tumor (-), Tidak teraba Tumor (-), Tidak teraba

pebesaran kelenjar parotis, pebesaran kelenjar parotis,

Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Retroaurikuler Bengkak (-), Abses (-), Tumor (-), Bengkak (-), Abses (-), Tumor (-),

Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)

Penarikan daun telinga Tidak nyeri Nyeri (+)


Liang Telinga Kanan Kiri

Lapang / Sempit Lapang Lapang

Warna Epidermis Merah muda Hiperemis

Sekret - -

Serumen + +

Kelainan Lain Tidak ditemukan kelainan Tidak ditemukan kelainan

Membran Timpani Kanan Kiri

Intak + +

Warna Putih keabuan seperti mutiara Putih keabuan seperti mutiara

Reflek Cahaya + +

Perforasi - -

Kelainan Lain Tidak ditemukan kelainan Tidak ditemukan kelainan

Dextra Sinistra

Rinne (+) (+)

Webber Tidak ada lateralisasi

Swabach Sama dengan pemeriksa


STATUS LOKALIS (HIDUNG)
Rhinoskopi Anterior Kiri Kanan

Vestibulum nasi Furunkel (-) Furunkel (-)

Cavumnasi Lapang Lapang

Mukosa Merah muda Merah muda

Konka Inferior Permukaan licin Permukaan licin

Konka Media Permukaan licin Permukaan licin

Meatus Media Tidak ada sekret Tidak ada sekret

Meatus Inferior Tidak ada sekret Tidak ada sekret

Deviasi septum Tidak ada Tidak ada

Kelainan lain Tidak ada Tidak ada

Transiluminasi Normal
Pemeriksaan Pasase Nafas dan Transluminasi

▪ Pasase Nafas : Simetris kanan dan kiri

▪ Transluminasi : Normal

STATUS LOKALIS (TENGGOROKAN)


Gigi Tidak ada karies, lengkap

Gusi Tidak ada perdarahan


Mulut
Lidah Tidak ada coated tongue

Kelenjar liur Tidak ada hipersalivasi

Kelainan lain Tidak ada


FARING

Mukosa Merah muda

Dinding Faring Licin

Uvula Hiperemis (-), di tengah

Arkus Faring Simetris kanan kiri

TONSIL

Mukosa Hiperemis (+)

Pembesaran T3-T3/T3-T3

Kripta Melebar/Melebar

Detritus -/-

Perlekatan Tidak ada

Peritonsil Hiperemis (-)


Kelenjar Limfoid Tidak ada pembesaran

Kelenjar Tiroid Tidak ada pembesaran, nodul (-)


Resume
Anamnesis :

Pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorokan berulang sejak kurang lebih 6 bulan yang lalu.

Pasien juga mengeluh sulit menelan dan tenggorok kering yang dirasakan hilang timbul. Pasien

memiliki riwayat kebiasaan minum-minuman dingin.

Pemeriksaan Fisik :

Telinga dan Hidung Dalam Batas Normal

Tenggorok :

Tonsil : Mukosa hiperemis (+), T3-T3, kripte melebar ka/ki, detritus -/-, perlengketan sikatriks (-),

peritonsil hiperemis (-).


DIAGNOSIS BANDING : DIAGNOSIS KERJA :
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik
Hipertrofi
NON FARMAKOLOGIS FARMAKOLOGIS
• Pro Tonsilektomi R/
• Informasikan tindakan yang akan As. Mefenamat 500 mg tab 3 dd 1 tab pc No.VI
dilakukan dan risiko operasi (perdarahan Cetirizine 10 mg tab 1 dd 1 tab No. X
dan infeksi)
• Diet konsistensi makanan bertahap paska
operasi
• Hindari pencetus radang tonsil berupa
makanan/minuman yang mengiritasi
• Konsumsi makanan bergizi dan olahraga
teratur
Prognosis
• Ad vitam : Bonam
• Ad functionam : Bonam
• Ad sanationam : Bonam
Tinjauan Pustaka
Pendahuluan

Tonsilitis kronis merupakan masalah kesehatan yang serius yang


dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit tonsilitis kronis di
Amerika merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak usia 5 –
10 tahun dan dewasa muda usia 15 – 25 tahun.
Prevalensi tonsilitis kronis di Indonesia berdasarkan survey
epidemiologi penyakit THT masih menduduki posisi tertinggi setelah
nasofaringitis akut
• Data yang ditemukan di bagian THT RSUD Ulin Banjarmasin pada
tahun 2014 menunjukkan  tonsillitis menduduki peringkat kelima
dari sepuluh besar penyakit THT.
• Penyebab tonsillitis  bakteri dan virus.
• Kuman penyebabnya sama dengan tonsillitis akut (grup A
streptococcus β-hemolyticus, pneumococcus, Streptococcus viridans
dan Streptococcus pyogenes).
• Tonsilitis kronis  Tonsillitis akut yang tidak diterapi dengan
adekuat, maupun ISPA berulang pada anak-anak
• Dapat menimbulkan komplikasi yang akan semakin meningkatkan
morbiditas seperti abses peritonsil, abses parafaring, ataupun
mortalitas seperti mediastinitis, demam rematik, GNAPS.

Anatomi
Anatomi
Anatomi Tonsil

• Tonsil faringeal/Luschka terletak pada membran mukosa atap dan dinding posterior
nasofaring.
• Tonsil perituba terletak pada submucosa faring dekat dengan ostium tuba eustachii.
• Tonsil palatina terletak di fossa/sinus tonsilaris. Sinus ini terletak di antara arkus
palatoglossus dan palatofaringeus.
• Pada sisi antero-inferior dibentuk oleh Tonsil Lingualis, kumpulan jaringan limfoid pada sisi
posterior dari lidah.
Definisi

• Tonsilitis kronis  kondisi di mana terjadi pembesaran tonsila


palatina disertai dengan serangan infeksi berulang. Karena proses
radang tonsil yang berulang maka selain epitel mukosa jaringan
limfoid juga mengalami perlukaan, sehingga pada proses
penyembuhannya digantikan oleh jaringan parut yang akan
mengalami pengerutan sehingga kripte melebar.
Etiologi

• Kuman terhisap oleh hidung  nasofaring  tonsil


• Food-borne  melalui mulut masuk bersama makanan.
• Pada penderita tonsilitis kronis infeksi jenis kuman  Streptococcus beta
hemolyticus grup A (SBHGA).
• Selain itu infeksi juga dapat disebabkan Haemophilus influenzae, Staphylococcus
aureus, S. Pneumoniae dan Morexella catarrhalis.
Faktor Predisposisi

• Rangsangan yang menahun dari rokok


• Beberapa jenis makanan
• Hygiene mulut yang buruk
• Pengaruh cuaca
• Kelelahan fisik
• Pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat
Patofisiologi

Epitel mukosa Jar. limfoid


Proses radang
dan jaringan diganti
berulang
limfoid terkikis jaringan parut

Kripta melebar
Jaringan akan
dan akan terisi
mengerut
detritus
Diagnosis

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik :
(a) Pembesaran tonsil karena hipertrofi disertai perlekatan ke jaringan sekitarnya,
kripta melebar di atasnya tertutup oleh eksudat
(b) Tonsil tetap kecil, biasanya mengeriput, kadang-kadang seperti terpendam
dalam “tonsil bed” dengan bagian tepinya hiperemis, kripta melebar dan di atasnya
tampak eksudat
Berdasarkan rasio perbandingan tonsil dengan orofaring, dengan mengukur jarak
antara kedua pilar anterior dibandingkan dengan jarak permukaan medial kedua
tonsil, maka gradasi pembesaran tonsil dapat dibagi menjadi :

• T0 : Tonsil masuk di dalam fossa

• T1 : <25% volume tonsil


dibandingkan dengan volume
orofaring

• T2 : 25-50% volume tonsil


dibandingkan dengan volume
orofaring

• T3 : 50-75% volume tonsil


dibandingkan dengan volume
orofaring

• T4 : >75% volume tonsil


dibandingkan dengan volume
orofaring
• Pemeriksaan Penunjang :

• RADT (Rapid Antigen Detection Test)  sensitivitasnya > 95% dan spesifitas 90-99%, akan
meningkat dengan maksimal apabila dilakukan swab tenggorok dan prosedur pemeriksaan
yang tepat.

• Pemeriksaan ASTO (Anti Streptolisin O) sudah tidak rutin digunakan lagi dalam
mendiagnosis radang tenggorok akibat GABHS.
Diagnosis Banding
Tonsilitis Bakterial Akut Tonsilitis Difteri

• Keluhan  nyeri tenggorok, nyeri • Gejala umum  suhu tubuh


waktu menelan, demam disertai subfebris, tidak nafsu makan, badan
suhu tubuh tinggi, rasa lesu, rasa lemah, keluhan nyeri menelan.
nyeri sendi-sendi, tidak nafsu • Gejala local  tonsil membengkak
makan, dan rasa nyeri telinga ditutupi bercak putih kotor dan
(otalgia). membentuk pseudomembran,
kelenjar limfe leher membengkak
• Pada pemeriksaan tampak tonsil menyerupai leher sapi (bull neck).
bengkak hiperemis, dan terdapat
detritus berbentuk folikel, lacuna, • Gejala eksotoksin  miokarditis,
atau tertutup oleh membrane saraf kranial dapat menyebabkan
semu. Kelenjar submandibular kelumpuhan otot palatum dan otot-
otot pernapasan dan pada ginjal
membengkak dan nyeri tekan. menimbulkan albuminuria.
Penatalaksanaan

Non Medikamentosa
• Terapi lokal  obat antiseptic kumur untuk menjaga higienitas mulut.
• Menghindari pencetus, termasuk makanan dan minuman yang mengiritasi
• Melakukan pengobatan adekuat karena risiko kekambuhan yang tinggi
• Menjaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan
olahraga teratur
• Berhenti merokok
• Mencuci tangan secara teratur
Medikamentosa
• Lini pertama  Gol. Penisilinase
• Kondisi tonsillitis akut berulang  Gol. beta-laktamase (amoxiclav)
Operatif  Tonsilektomi

Indikasi Absolut Indikasi Relatif


• Pembengkakan tonsil  obstruksi • Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
saluran napas, disfagia berat, tonsil per tahun dengan terapi
gangguan tidur antibiotic adekuat
• Abses peritonsil yang tidak membaik • Halitosis akibat tonsillitis kronik
dengan pengobatan yang tidak membaik dengan
pemberian terapi medis
• Tonsilitis  kejang demam
• Tonsilitis kronik atau berulang pada
• Tonsilitis  membutuhkan biopsy karier streptococcus yang tidak
untuk menentukan patologi anatomi membaik dengan pemberian
antibiotic lactamase resisten.
Prosedur Tonsilektomi
• Guilotine
• Diseksi
Komplikasi

• Abses Peritonsil
• Abses Parafaring
• Tonsilolithiasis
• Otitis Media Efusi
Prognosis

Oleh karena perkembangan yang semakin baik di bidang


kedokteran dan pembedahan, komplikasi terkait tonsillitis
kronis termasuk kematian jarang ditemukan. Sebelumnya,
demam rematik dan pneumonia dapat terjadi akibat
tonsillitis.
Daftar Pustaka
• Bakar MA, McKimm J, Haque SZ, Azim MA, Majumder,et al. Chronic tonsillitis and biofilms: a brief overview of
treatment modalities. Journal of Inflammation Research, 2018: 329–37.

• Nizar M, Qamariah N, Muthmainah N. Identifikasi Bakteri Penyebab Tonsilitis Kronik Pada Pasien Anak Di Bagian
THT RSUD ULIN Banjarmasin. Berkala Kedokteran, 2016;(11):197-204.

• Bartlett MA, Bola MS, William CR. Acute tonsillitis and its complications: an overview. Royal Naval Medical
Service,2015;(101):69-73.

• Moore KL, Agur AMR, Dalley AF. 2015. Essential Clinical Anatomy 5th Edition. China: Wolters and Kluwer Health.

• Snow JB, Ballenger JJ. 2003. Ballenger’s Otorhinolaryngology Head And Neck Surgery 16th Edition. Spain: BC Decker.

• Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Tonsil dan Adenoid. In: Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2.
Jakarta: EGC,2000. p1463-4.

• Hassan R, Alatas H. Penyakit Tenggorokan. In: Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak jilid 2. Jakarta : FKUI, 2007.p 930-
33.

• American Academy of Otolaryngology. Tonsillitis. 2018. Diakses pada tanggal 07 Februari 2019 dari
http://www.entnet.org/content/tonsillitis.

• Shah UK. Tonsillitis and peritonsillar abscess. Drugs & Diseases. Otolaryngology and Facial Plastic Surgery.
Medscape. Diakses pada tanggal tanggal 07 Februari 2019 dari https://emedicine.medscape.com/article/871977-
overview#a6.
• Sundariyati, IGHA. Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut. FK UDAYANA. 2017.

• Iskandar N, Soepardi EA, Bashiruddin J, Restuti RD. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

• American Association of Family Physician. Diagnosis and Treatment of Streptococcal Pharyngitis. Diakses
pada tanggal 06 Februari 2019 dari https://www.aafp.org/afp/2009/0301/p383.html.

• Marbun EM. Diagnosis, Tata Laksana dan Komplikasi Abses Peritonsil. J Kedokt Meditek, 2016;(22):43-7.

• Tonsilitis Akut. Dalam: Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer Edisi
2017.IDI.

• Tonsillitis and Peritonsillar Abscess. 208. Medscape. Diakses pada tanggal 07 Februari 2019 dari
.https://emedicine.medscape.com/article/871977-overview#a7

• Hayes K. Chronic and recurrent tonsillitis: what to know. 2017. Diakses pada tanggal 07 Februari 2019 dari
https://www.verywell.com/chronic-and-recurrenttonsillitis-.

Anda mungkin juga menyukai