Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

OLEH:
Ria Ari Santi
1708436527

PEMBIMBING:
dr. Yolazenia, M.Biomed, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
RSUD ARIFIN ACHMAD
PEKANBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

OMSK adalah peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran


timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari dua bulan, baik terus
menerus maupun hilang timbul yang dapat berupa cairan bening ataupun nanah.1,2,3,4
Perjalanan penyakit otitis media akut (OMA) dengan perforasi membran
timpani menjadi otitis media supuratif kronis (OMSK) apabila prosesnya sudah lebih
dari dua bulan. Bila proses infeksi kurang dari dua bulan disebut otitis media
supuratif subakut. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK
yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman
tinggi dan daya tahan tubuh yang rendah serta higiene buruk.4
Terdapat dua tipe otitis media supuratif kronik (OMSK) dibagi menjadi dua
tipe, yaitu: tipe benigna (tipe aman, tipe mukosa, penyakit tubotimpani) dan tipe
maligna (tipe bahaya, tipe tulang, penyakit atikoantral).4 Berdasarkan aktivitas sekret
yang keluar, OMSK dibagi menjadi dua, yaitu: OMSK fase aktif dan OMSK fase
tenang (pasif).3,4,9

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Telinga Tengah


Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batasnya adalah sebagai
berikut:3,4
- Batas luar: membrane timpani
- Batas depan: tuba eustachius
- Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis)
- Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis
- Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak)
- Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,
kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan
promontorium.
Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membrane
timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat didalamnya
beserta penunjangnya, tuba eustachius dan system sel-sel udara mastoid. Bagian ini
dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membrane timpani dengan diameter kurang
lebig setengah inci.3,4
Membrane timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membrane shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membrane
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi olehsel kubus bersilia, seperti sel epitel
saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang

2
terdiri dari serat kolagendan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian
luar dan sirkuler pada bagian dalam.3,4
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membrane timpani disebut
sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah bawah
yaitu pukul 7 untuk membrane timpani kiri dan pukul 5 untuk membrane timpani
kanan. Membrane timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah
dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo,
sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta bawah-
belakang, untuk menyatakan letak perforasi membrane timpani. Didalam telinga
tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu,
maleus, inkus dan stapes. Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling
berhubungan. Prosesus longus melekat pada membrane timpani, maleus melekat pada
inkus, dan inkus melakt pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan
persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan
daerah nasifaring dengan telinga tengah.3,4

Gambar 1. Anatomi Telinga Tengah

3
2. Definisi Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah peradangan kronik telinga
tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
lebih dari dua bulan, baik terus menerus maupun hilang timbul.1,2 Sekret yang timbul
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.3,4 Otitis media supuratif kronik
(OMSK) dahulu disebut otitis media perforata, dalam kehidupan sehari-hari disebut
congek.4

3. Klasifikasi
Secara klinis, otitis media supuratif kronik (OMSK) dibagi menjadi dua tipe,
yaitu:4
a. Tipe benigna (tipe aman, tipe mukosa, penyakit tubotimpani)
Tipe ini memiliki proses peradangan yang hanya terbatas pada mukosa saja
dan biasanya tidak mengenai tulang. Tipe benigna ditandai oleh adanya perforasi
sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi tergantung pada luas dan
keparahan penyakit. Tipe ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain patensi tuba
eustakhius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal
pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah. Perkembangan tipe ini juga
dipengaruhi oleh adanya campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat
perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamosa. Sekret mukoid
kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga
tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.
b. Tipe maligna (tipe bahaya, tipe tulang, penyakit atikkoantral)
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Perforasi tipe ini
letaknya marginal atau di atik yang lebih sering mengenai pars flaksida. Karakteristik
utama dari tipe ini adalah terbentuknya kantong retraksi yang berisi tumpukan keratin
sampai menghasilkan kolesteatom.

4
Gambar 2. Jenis otitis media supuratif kronik5
Perbedaan antara penyakit tubotimpani dan penyakit atikkontral dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Perbedaan antara penyakit tubotimpani dan penyakit atikkontral6
Kriteria Penyakit tubotimpani Penyakit atikkoantral
Serumen Banyak, mukus, tidak Sedikit, purulent, berbau
berbau busuk
Perforasi Sentral Atik atau marginal
Granulasi Jarang Sering
Polip Pucat Merah dan besar
Kolesteatoma Tidak ada Ada
Komplikasi Jarang Sering
Audiogram Tuli konduktif ringan Tuli konduktif atau
sampai sedang campuran

5
Kolesteatom adalah tumpukan dari pengelupasan lapisan keratin epitel dalam
kavum timpani atau kavum mastoid (gambar 2). Kolesteatom dapat dibagi atas dua
tipe yaitu:
1. Kolesteatom kongenital
Kolesteatom yang terbentuk pada masa embrionik dan ditemukan pada telinga
dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi. Lokasi kolesteatom
biasanya di kavum timpani, daerah petrosus mastoid atau di cerebellopontin angel.
2. Kolesteatom didapat (kolesteatom akuisital)
Kolesteatom didapat dapat terbagi atas:
a. Primary acquired cholesteatoma (kolesteatoma akuisital primer)
Kolesteatom yang terjadi tanpa didahului oleh perforasi membran timpani.
Kolesteatom timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membrane timpani pars
flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba
(teori invaginasi).
b. Secondary acquired cholesteatoma. (Kolesteatoma akuisital sekunder)
Kolesteatoma yang terbentuk setelah terjadi perforasi membran timpani.
Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang
telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah (teori
migrasi) atau terjadi akibat metaplasia mukosa kavum timpani karena iritasi
infeksi yang berlansung lama (teori metaplasia). 4,7,8

6
Gambar 3. Jaringan granulasi dan kolesteatoma pada kavum timpani.4

Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar, OMSK dibagi menjadi:


a. OMSK aktif
Tipe aktif ditandai dengan adanya sekret pada telinga. Biasanya kuman masuk
melalui liang telinga luar setelah sebelumnya didahului oleh perluasan infeksi saluran
nafas atas melalui tuba eutachius atau setelah berenang. Sekret bervariasi dari mukoid
sampai mukopurulen.
b. OMSK tenang (pasif)
Tipe pasif ditandai dengan perforasi total yang kering dengan mukosa telinga
tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan. Gejala lain
yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam telinga.3,4,9

4. Patofisiologi
Secara umum, patogenesis OMSK belum diketahui secara lengkap, tetapi
patogenesis utama dalam hal ini merupakan stadium kronis dari otitis media akut
(OMA) dengan perforasi yang sudah terbentuk diikuti dengan keluarnya sekret yang
terus menerus. Perforasi sekunder pada OMA dapat terjadi kronis tanpa kejadian
infeksi pada telinga tengah misal perforasi kering. Beberapa penulis menyatakan
keadaan ini sebagai keadaan inaktif dari otitis media kronis.9

7
Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani antara lain infeksi saluran
nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis, pembesaran adenoid pada
anak, tonsilitis kronis, mandi dan berenang dikolam renang, mengorek telinga dengan
alat yang terkontaminasi, malnutrisi, hipogammaglobulinemia, serta otitis media
supuratif akut yang berulang.7
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang
disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus
atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan
sosial ekonomi. Anak lebih mudah mendapat infeksi telinga tengah dikarenakan
struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa dan kekebalan tubuh yang
belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi infeksi jalan napas atas, maka
lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa Otitis Media Akut (OMA).4
Respon inflamasi pada fase awal yang timbul adalah berupa udem mukosa.
Jika proses inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya
ulkus dan merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam
menghentikan infeksi biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang
pada akhirnya dapat berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika
lingkaran antara proses inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan
granulasi ini berlanjut terus akan merusak jaringan sekitarnya.2 Perbedaan
patofisiologi tipe benigna dengan tipe maligna adalah terletak dari pembentukan
kolesteatom. Pada tipe benigna, kolesteatom tidak terbentuk.4
Proses patogenesis telinga tengah yang terjadi pada OMSK maligna sudah
melewati periosteum tulang pada atik, antrum mastoid sehingga menyebabkan
destruksi tulang atau osteomielitis. Jaringan patologik yang sering ditemukan adalah
kolesteatoma, jaringan granulasi dan granuloma kolesterol. Kolesteatoma adalah
suatu struktur kistik yang dibungkus oleh lapisan sel-sel epitel berlapis gepeng yang

8
mengalami keratinisasi. Jaringan granulasi adalah suatu jaringan ikat yang
bervaskularisasi dan menunjukkan reaksi inflamasi. Granuloma kolesteol adalah
reaksi terhadap benda asing dari hasil pemecahan darah ( kristal kolesterol) didalam
telinga tengah.10
Kolesteatom merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, yang
paling sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal ini akan memicu respon imun
lokal sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator inflamasi dan sitokin. Sitokin
yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah interleukin-1, interleukin-6,
tumor necrosis factor-α, dan transforming growth factor. Zat-zat ini dapat
menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat hiperproliferatif,
destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini dapat menekan dan
mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap tulang. Terjadinya
proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh reaksi asam oleh pembusukan
bakteri.7,8
Mekanisme pengrusakan tulang oleh kolesteatoma dilakukan mungkin oleh
retraksi imunologik yang timbul, juga oleh karena penekanan debris yang menumpuk
bersama dengan retraksi asam yang timbul karena dekomposisi bakteri. Proses
tersebut menyebabkan erosi perlahan-lahan pada tulang disekitarnya. Erosi tulang ini
akhirnya akan merusak sel-sel mastoid, bahkan dapat terus merusak ke arah korteks
mastoid menyebabkan abses retroaurikular. Perjanalan infeksi ke superior
menyebabkan abses ekstradural, meningitis atau abses otak. Ke medial menyebabkan
labirinitis, kelumpuhan nervus facialis dan petrositis. Ke posterior menyebabkan
sinus lateral.10

9
5. Diagnosis
Diagnosis OMSK dibuat berdasarkan gejala klinik dari anannnesis dan
pemeriksaan THT terutama pemeriksaan otoskopi. Pemeriksaan penala merupakan
pemeriksaan sederhana untuk mengetahui ganguan pendengaran. Untuk mengetahui
jenis dan derajat grngguan pendengaran dapat dilakukan pemeniksaan audiometri
nada murni, audiometri tutur (speech audiometric), dan pemeriksaan BERA
(brainstem evoked response audiometric) bagi pasien anak vang tidak koperatif
dengan pemeriksaan audiometri nada murni.7
a. Anamnesis
Pada anamnesis dapat dijumpai adanya keluhan keluar cairan dari telinga
yang menetap atau berulang dengan jangka waktu lebih dari 2 bulan. Adanya
gangguan pendengaran seperti tuli konduktif menandakan bahwa OMSK terjadi
hanya pada telinga tengah, apabila terdapat terdapatııya tuli campuran maka
menandakan adanya komplikasi ke telinga dalam.2 Gangguan pendengaran
bergantung dari lokasi dan luasnya perforasi membran timpani. Perforasi membran
timpani yang besar akan menyebabkan gangguan pendengaran yang lebih besar dari
pada perforasi yang kecil.3
Dari anamnesis ditemukan sekret mukoid tanpa disertai demam, apabila
terdapat demam maka OMSK dapat disertai dengan otitis eksterna atau komplikasi
infeksi intra kranial dan ekstra kranial. Adanya riwayat keluarnya cairan pada telinga
sebelumnya yang disertai dengan gejala flu, batuk, sakit tenggorokan ataupun gejala
ISPA lainnya dapat dicurigai sebagai OMSK.7
Pada anamnesis OMSK fase aktif dapat ditemukan sekret pada telinga dan
gangguan pendengaran. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atau
melalui tuba eutachius, atau setelah berenang dimana kuman masuk melalui liang
telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Sedangkan pada
anamnesa OMSK fase tidak aktif / fase tenang, gejala yang dijumpai berupa tuli

10
konduktif ringan. Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus, atau rasa penuh
dalam telinga.4

b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memerlukan beberapa alat pemeriksaan antara lain lampu
yang cuku baik, corong telinga, alat pembersih sekret telinga, alat penghisap secret
dan otoskop. Sekret telinga dibersihkan dengan alat pembersih sekret atau alat
penghisap sekret. Selanjutnya digunakan otoskop untuk melihat lebih jelas lokasi
perforasi, kondisi sisa membran timpani dan kavum timpani. Tidak jarang pula
diagnosis yang tepat tentang tipe OMSK baru dapat ditegakkan dengan bantuan
mikroskop atau endoskop.5
Diagnosis OMSK bergantung pada letak perforasi membran timpani. Letak
perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe jenis OMSK. Perforasi
membran timpani dapat di daerah sentral, marginal atau atik. Pada perforasi sentral,
perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan di seluruh tepi perforasi masih ada sisa
membran timpani. Pada perforasi marginal sebagian tepi perforasi langsung
berhubungan dengan anulus atau sakulus timpanikum. Perforasi marginal yang sangat
besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi pada pinggir postero-superior
berhubungan dengan kolesteatom. Perforasi atik ialah perforasi yang terletak di pars
flaksida. Contoh dari jenis- jenis perforası dapat dilihat pada gambar berikut:

11
Gambar 4. Perforasi pada membrane timpani4

Pada OMSK fase aktif ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai
perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang besar pada liang
telinga luar. Sedangkan OMSK fase tenang, pada pemeriksaan telinga dijumpai
perforasi yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat.4
Kelainan pada OMSK tipe benigna terdapat pada mukosa dan paling banyak
pada bagian anteroinferior dari membran timpani. Perforasi yang terjadi terdapat pada
pars tensa yang merupakan perforasi sentral dan ukuran bervariasi. Selain itu
ditemukan edema mukosa telinga tengah (bisa normal pada fase tenang). OMSK tipe
maligna adalah OMSK yang mengandung kolesteatoma.5
Tanda OMSK tipe maligna harus dikenali, perforasi di atik, marginal atau
total. Mukosa disekitar perforasi diganti oleh epitel berlapis gepeng. Debris
kolesteatoma dapat ditemukan di sekitar perforasi, terutama di daerah atik. Pada
OMSK dengan kolesteatoma terinfeksi, otore, berbau khas, tetapi pada yang tidak
terinfeksi bisa kering. Sering terdapat jaringan granulasi yang biasanya menandakan
telah terpaparnya tulang. Bila terbentuk kolesteatoma akan terus meluas, karena

12
merupakan debris keratin, akan lembab dan menyerap air sehingga mengundang
infeksi. Kolesteatoma yang semakin luas akan mendestruksi tulaung yang dilaluinya.
Infeksi sekunder akan menyebabkan keadaan septik lokal dan menyebabkan nekrosis
septik di jaringan lunak ysng dilalui kolesteatoma dan di jaringan sekitarnya sehingga
juga meyebabkan destruksi jaringan lunak yang akan menyebabkan terjadinya
komplikasi. Fistel retro aurikuler hamper selalu terjadi akibat kolesteatoma yang
terinfeksi yang tidak mendapat terapi.5

6. Penatalaksanaan
Prinsip terapi OMSK tipe aman ialah konservatif atau dengan medikamentosa.
Bila sekret yang keluar terus menurus maka dapat diberikan obat pencuci telinga
berupa larutan H2O2 3 % selama 3-5 hari. Setelah sekret berkurang maka dilanjutkan
dengan pemberian obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid.
Antibiotika juga dapat diberikan secara oral dari golongan ampisilin atau eritromisis
jika pasien alergi terhadap penisilin.4
Bila sekret telah kering, tetapi perforasi masih ada setelah observasi. Selama
dua bulan, maka idealnya dilakukan miringoplasti atau timpanoplasti. Operasi
bertujuun untuk menghentikan infeksi secara permanen, memperbaiki membran
timpani yang perforasi, mencegah terjadinya komplikasi serta memperbaiki
pendengaran.4
Prinsip terapi OMSK tipe maligna adalah pembedahan yaitu mastoidektomi
dengan atau tanpa timpanoplasti. Ada beberapa jenis pembedahan atau teknik operasi
yang dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis baik tipe benigna atau tipe
maligna, antara lain mastoidektomi sederhana, mastoidektomi radikal, mastoidektomi
radikal dengan modifikasi, miringoplasti, timpanoplasti, pendekatan ganda
timpanoplasti. Jenis operasi mastoid yang dilakukan tergantung pada luasnya nfeksi,
atau kolesteatom dan sarana yang tersedia. Sesuai dengan luasnya infeksi atau

13
luasnya kerusakan yang sudah terjadi, kadang-kadang dilakukan kombinasi dari jenis
operasi itu atau modifikasinya.4

7. Komplikasi
Otitis media supuratif dapat memiliki komplikasi yang sangat mengancam
kesehatan dan dapat menyebabkan kematian sehingga mempunyai potensi untuk
menjadi serius. Biasanya komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna,
dan jarang ditemukan pada pasien dengan OMSK tipe benigna.4,7,11,12 Komplikasi
otitis media terjadi apabila sawar (barrier) pertahanan telinga tengah yang normal
dilewati, sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur disekitarnya. Jalan
penyebaran suatu infeksi dapat melalui:
1. Penyebaran hematogen
2. Penyebaran melalui erosi tulang
3. Penyebaran melalui jalan yang sudah ada4
Komplikasi yang dapat terjadi adalah komplikasi ekstrakranial, intrakranial
dan intratemporal, tergantung dari tingkat keparahan penyakit.4,7,12 Komplikasi
ekstrakranial yang dapat terjadi antara lain abses retroaurikular, abses Bezold’s dan
abses zigomatikus. Komplikasi intrakranial yaitu abses ekstradura, abses subdura,
abses otak, meningitis, trombofleibitis sinus lateralis dan hidrosefalus otikus.
Komplikasi intratemporal yaitu berupa paresis nervus fasialis, petrositis, mastoiditis,
labirinitis dan tuli saraf.1,7,11

8. Prognosis
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan semakin bahaya dan bersifat
fatal. Sehingga OMSK tipe maligna harus diobati secara aktif dan proses erosi tulang
berhenti.4

14
BAB III
LAPORAN KASUS

Status Pasien

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU - PEKANBARU

Nama Dokter Muda : Ria Ari Santi


Nim : 1708436527
Pembimbing : dr. Yolazenia, M.Biomed, Sp.THT-KL
Tanggal : 8 september 2019

STATUS PASIEN LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Bn
Umur : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Harapan Raya
Suku Bangsa : Melayu

ANAMNESA
Keluhan Utama :

Keluar cairan berwarna kuning dari telinga kanan dan kiri sejak 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan telinga sebelah kiri dan kanan keluar cairan, cairan
keluar hilang timbul, encer, berwarna kuning dan tidak berbau. Pasien juga
mengeluhkan telinga sebelah kanan terasa penuh dan berdengung. Pasien merasa
pendengarannya berkurang pada telinga sebelah kanan. Setiap gatal pasien
mengorek kedua telinganya. Riwayat trauma telinga disangkal, kebiasaan
berenang (+), demam (-), pilek (-). Pasien sering membersihkan telinganya
dengan menggunakan cotton bud. pasien kemudian berobat ke RSUD dan

15
diberikan obat tetes telinga dan obat oral namun dokter menyarankan untuk
dilakukan pemeriksaan endoscopy kemudian pasien dirujuk k RSDU AA.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-)


Riwayat trauma telinga (-)
Riwayat alergi (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan penyakit yang sama

Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan

Pasien seorang pelajar sering berenang dan mengorek telinganya

PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Composmentis cooperative
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekwensi Nadi : 95 kali/menit
Suhu Tubuh : 36,0 C

Pemeriksaan Sistemik
Kepala
Mata : Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterik (-/-)

Toraks : Jantung : Dalam batas normal


Paru : Dalam batas normal

16
Abdomen : Dalam batas normal
Ekstremitas : Dalam Batas normal
STATUS LOKALIS THT

Telinga
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Kel. Kongenital - -
Trauma - -
Daun Telinga Radang - -
Nyeri tarik - -
Nyeri tekan tragus - -
Lapang / sempit Lapang Lapang
Liang Telinga Hiperemi - -
Edema - -
Massa - -
Bau
Sekret/Serumen
Warna Abu-abu Abu-abu

Jumlah Sedikit Sedikit

Membran Tympani

Warna Putih mutiara -


Refleks Cahaya Arah jam 5 -
Utuh Bulging - -
Retraksi - -
Atrofi - -
Jumlah perforasi 1 -
Jenis Sentral -
Perforasi Kwadran Anteroinferior -
Pinggir Rata -
Warna mukosa telinga tengah Sulit dinilai -

Gambar

17
Tanda radang/abses - -
Fistel - -
Mastoid Sikatrik - -
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Tes Garpu Tala Rinne + +


Weber Lateralisasi Tidak ada
kanan Lateralisasi

Schwabach memendek Sama dengan


pemeriksa
Kesimpulan Tuli sensorineural kanan
Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Hidung

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Deformitas - -
Kelainan Kongenital - -
Hidung Luar Trauma - -
Radang - -
Massa - -

Sinus Paranasal
Pemeriksaan Dekstra Sinistra
Nyeri tekan - -
Nyeri ketok - -

Rinoskopi Anterior

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Vestibulum Vibrise + +
Radang - -
Cavum Nasi Lapang /Cukup Lapang/Sempit Lapang Lapang
Lokasi - -

18
Jenis - -
Sekret Jumlah - -
Bau - -
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Warna Merah Muda Merah Muda
Konkha Inferior Permukaan Licin Licin
Edema - -
Ukuran Eutrofi Eutrofi
Konkha Media Warna Merah Muda Merah Muda
Permukaan Licin Licin
Edema - -
Cukup lurus / deviasi Cukup lurus Cukup lurus
Permukaan Licin Licin
Warna Merah muda Merah muda
Septum Spina - -
Krista - -
Abses - -
Perforasi - -
Lokasi - -
Bentuk - -
Ukuran - -
Permukaan - -
Massa Warna - -
Konsistensi - -
Mudah digoyang - -
Pengaruh vasokonstriktor - -
Gambar

19
Rinoskopi Posterior ( Nasofaring ) : Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra


Koana Lapang / Sempit
Warna
Mukosa Edema
Jaringan Granulasi
Ukuran
Warna
Konkha Inferior Permukaan
Edema

Adenoid Ada/ Tidak

Ada / Tidak
Muara Tertutup sekret
tuba Eustachius Edema
Lokasi
Massa Ukuran
Bentuk
Permukaan
Post Nasal Drip Ada / Tidak
Jenis
Gambar

20
Orofaring / Mulut

Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra


Simetris/ Tidak Simetris Simetris
Palatum Mole + Warna Merah Muda Merah Muda
Arkus Faring Edema - -
Bercak/ Eksudat - -
Dinding Faring Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Ukuran T1 T1
Warna Merah muda Merah muda
Permukaan Licin Licin
Tonsil Muara kripti Tidak melebar Tidak melebar
Detritus - -
Eksudat - -
Perlengketan dengan pilar - -
Warna - -
Peritonsil Edema - -
Abses - -
Lokasi - -
Bentuk - -
Tumor Ukuran - -
Permukaan - -
Konsistensi - -
Gigi Karies / Radiks - -
Kesan Dalam batas normal Dalam batas
normal

Pemeriksaan Kelainan Dektra Sinistra


Lidah Deviasi - -
Bentuk Normal Normal
Tumor - -
Gambar

21
Laringoskopi Indirek Tidak dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan Kelainan
Epiglotis Bentuk
Warna
Edema
Pinggir rata / tidak
Massa
Aritenoid Warna
Edema
Massa
Gerakan
Ventrikular Band Warna
Edema
Massa
Plica Vokalis Warna
Gerakan
Pinggir Medial
Massa
Subglotis / Sekret ada / tidak
Trakhea
Massa
Sinus Piriformis Massa
Sekret
Valekule Sekret ( jenisnya )
Massa
Gambar

Pemeriksaan kelenjar Getah Bening Leher : Tidak tampak pembesaran KGB

Inspeksi : lokasi..................................................................................................
Bentuk................................................................................................
Soliter/Multiple..................................................................................

22
Palpasi : Bentuk ..............................................................................................
Ukuran..............................................................................................
Konsistensi........................................................................................
Mobilitas.........................................................................................…

RESUME ( DASAR DIAGNOSIS )

Anamnesis :

Keluhan Utama :

Keluar cairan berwarna kuning dari telinga kanan dan kiri sejak 1 minggu SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan telinga sebelah kiri dan kanan keluar cairan, cairan keluar
hilang timbul, encer, berwarna kuning dan tidak berbau. telinga sebelah kanan
terasa penuh dan berdengung. pendengaran berkurang pada telinga sebelah kanan.
Setiap gatal pasien mengorek kedua telinganya. Riwayat trauma telinga disangkal,
kebiasaan berenang (+), demam (-), pilek (-). sering membersihkan telinganya
dengan cotton bud. pasien kemudian berobat ke RSUD dan diberikan obat tetes
telinga dan obat oral namun dokter menyarankan untuk dilakukan pemeriksaan
endoscopy kemudian pasien dirujuk k RSDUAA.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada kelainan

23
Pemeriksaan Fisik

Telinga Kanan Kiri

Daun Telinga Dalam batas normal Dalam batas normal

Liang Telinga Dalam batas normal Dalam batas normal

Terdapat perforasi pada


Membran Tympani kwadran anteroinferior
Dalam batas normal
jenis sentral dan pinggir
rata

Gambar

Hidung Kanan Kiri


Rinoskopi Anterior

Vestibulum
Dalam batas normal Dalam batas normal
Cavum Nasi
Dalam batas normal Dalam batas normal
Konkha Inferior
Dalam batas normal Dalam batas normal
Sekret
- -
Massa
- -

Gambar

Rinoskopi Posterior
Tidak dilakukan Tidak dilakukan

24
Laringoskopi Indirek
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Epiglotis
- -
Pita Suara
- -
Gambar

Faring

Palatum Mole
Dalam batas normal Dalam batas normal
Dinding Faring
Dalam batas normal Dalam batas normal
Tonsil
Dalam batas normal Dalam batas normal

Gambar

Diagnosis : Otitis Media Supuratif Kronis AS suspek Tipe Bahaya

DD/ : Otitis Media Supuratif Kronis AD Tipe Aman

Pemeriksaan penunjang :
1. Endoscopy
2. CT scan mastoid

25
Terapi :
Cefixime trihydrate
paracetamol tab 500 mg 3x1
Otilan eardrop 10 tetes /hari pada telinga kiri

Prognosis :

Quo ad vitam : Dubia at bonam

Quo ad sanam : Dubia at bonam

Nasehat :
Jangan selalu mengorek-ngorek telinga.
Hindari masuknya air ke telinga.
Jaga kebersihan telinga.
Pemakaian obat dengan teratur.

26
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, maka


dapat ditegakkan diagnosis kerja adalah otitis media supuratif kronis aurikularis
dextra tipe bahaya dan otitis media supuratif kronis aurikularis sinistra tipe aman.
Dari anamnesis didapatkan keluhan telinga sebelah kiri dan kanan keluar
cairan, cairan keluar hilang timbul, encer, berwarna bening dan tidak berbau.
Pasien juga mengeluhkan telinga sebelah kanan terasa penuh dan berdengung.
Pasien merasa pendengarannya berkurang pada telinga sebelah kanan. Pasien
sering membersihkan telinganya dengan menggunakan cotton bud. Dan pasien
sering berenang serta mengorek telinganya.
Dari pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan menggunakan otoskop
didaptakan perforasi pada telinga sebelah kanan di kwadran anteroinferior jenis
sentral dan pinggir rata. Pada tes penala didapatkan Rinne telinga kanan dan kiri
positif, Weber lateralisasi ke kanan dan Swabach memendek pada telinga kanan
dan pada telinga kiri Swabach sama dengan pemeriksa.
Penatalaksana yang diberikan adalah , cefixime trihydrate, paracetamol tab
500 mg, dan diberikan obat tetes telinga berupa otilan eardrop.
Sebagai edukasi pasien disarankan untuk tidak mengorek-ngorek telinga,
menghindari masuknya air ke telinga, menjaga kebersihan telinga dan pemakaian
obat dengan teratur.

27
BAB V
KESIMPULAN

OMSK adalah peradangan kronik telinga tengah dengan perforasi membran


timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga lebih dari dua bulan, baik terus
menerus maupun hilang timbul dan dapat disertai dengan turunnya pendengaran atau
tuli konduktif. Penyebab OMSK sering kambuh yaitu adanya perforasi membran
timpani yang permanen, terdapat sumber infeksi pada saluran napas atas, serta gizi
dan higiene pasien yang kurang.
Penatalaksanaan OMSK bergantung pada tipe OMSK tersebut. Prinsip
penatalaksanaan OMSK tipe aman (benigna) ialah konservatif atau dengan
medikamentosa sedangkan pada OMSK tipe bahaya (maligna) ialah pembedahan.
Prognosis kesembuhan OMSK adalah dubia karena OMSK merupakan penyakit yang
berulang.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Chronic suppurative otitis media burden off illness and management
options. Child and Adolescent Health and Development Prevention of Blindness
and Deafness. Geneva Switzerland. 2004. p. 9-46.

2. Farida Y, Sapto H, Oktaria D. Tatalaksana terkini otitis media supuratif kronis


(OMSK). Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Bagian THT Rumah Sakit
Abdoel Moeloek Lampung: 2016. h. 1-38.

3. Michael et al. Penyakit telinga tengah dan mastoid. Dalam: Adams GL, Boies
LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta; EGC; 1997. h. 88-119.

4. Djaafar ZA. Kelainan telinga tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher. Edisi keenam.
Jakarta: FKUI, 2011. h. 69-74

5. Ludman H. Discharge from the ear. In: Ludman H, Bradley PJ. ABC of Ear,
Nose and Throath. Fifth Edition. Blacwell Publishing: 2007. P7-9

6. Dhingra PL, Dhingra S. Cholesteatoma and Chronic Otitis Media. In: Disease of
Ear, Nose and Throat & Head and Neck Surgery. Sixth Edition. Elsevier: 2014.
p. 69-74

7. Nursiah S. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap beberapa
antibiotika di bagian THT FK USU/RSUP. H. Adam Malik Medan. Medan: FK
USU. 2003. h. 1-38

8. Ganong, william. Pendengaran dan keseimbangan dalam: Buku Ajar Fisiologi


Kedokteran, Edisi 22. Jakarta: EKG;2008.hal 179-185.

9. Rehman HU et al. Attico-antral vs. tubo-tympanic chronic suppurative otitis


media. Journal of Rawalpindi Medical College (JRMC): 18(2). 2014. p257-9.

10. Ballenger, John jacob. Diseaes of The Nose Throat Ear Head and Neck, Lea &
Febiger 14th edition. Philadelphia. Hal : 340-352

29
11. Raushan et al. Clinico-epidemiological profile of tubotympanic type of CSOM.
Annals of International Medical and Dental Research: 2(6). 2016. p16-9.

12. Parry D. Middle ear, chronic suppurative otitis, medical treatment. Diakses pada
http://emedicine.medscape.com pada tanggal 7 Maret 2018.

30

Anda mungkin juga menyukai