Oleh :
Dwiyana Roselin
1110312021
1210313050
Penguji :
dr. Rossy Rosalinda, Sp. THT-KL
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................... 1
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
BAB II..................................................................................................... 2
ANATOMI DAN FISIOLOGI.........................................................................2
2.1. Anatomi........................................................................................... 2
2.1.2 Kavum Timpani............................................................................. 3
2.1.3. Saraf Fasial................................................................................. 4
2.1.4. Prosesus Mastoideus........................................................4
2.1.5. Tuba Eustachius.................................................................4
2.2.1. Gangguan Fisiologi Telinga Tengah....................................................5
BAB III.................................................................................................... 6
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK...........................................................6
3.1. Definisi............................................................................................ 6
3.2. Perjalanan Penyakit............................................................................. 6
3.3. LetakPerforasi.................................................................................... 7
3.3.1. Perforasi sentral............................................................................ 7
3.3.2. Perforasi marginal.........................................................................7
3.3.3. Perforasi atik................................................................................ 7
3.4. Epidemiologi..................................................................................... 8
3.5. Etiologi............................................................................................ 8
3.6. Patogenesis....................................................................................... 9
3.7. Patologi [7]....................................................................................... 10
3.8. Klasifikasi...................................................................................... 11
3.10 Terapi........................................................................................... 14
ii
3.11 Komplikasi[2]................................................................................... 17
BAB IV.................................................................................................. 19
LAPORAN KASUS................................................................................... 19
BAB V................................................................................................... 36
DISKUSI................................................................................................ 36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 37
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.1. Anatomi
2.1.1 Membran Timpani
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga. Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan
memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Letak membrana timpani tidak
tegak lurus terhadap liang telinga tetapi miring yang arahnya dari belakang luar
kemuka dalam dan membuat sudut 45o dari dataran sagital dan horizontal.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut umbo.
Dari umbo bermuara suatu reflex cahaya ( cone of light ), kearah bawah yaitu
pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk yang kanan.[1]
Secara anatomis membran timpani dibagi menjadi:
1.
2.
BAB III
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
3.1. Definisi
Otitis media supuratif kronik adalah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau
berupa nanah.[1]
Menurut WHO, otitis media supuratif kronik adalah inflamasi telinga
tengah dan kavitas mastoid yang ditandai dengan adanya cairan dari telinga yang
rekuren karena adanya perforasi timpani.[2]
3.2. Perjalanan Penyakit
Otitis media akut dengan perforasi membran timpani menjadi otitis media
supuratif kronis apabila prosesnya sudah lebih dari 2 bulan. Bila proses infeksi
kurang dari 2 bulan, disebut otitis media supuratif subakut.
Beberapa faktor yang menyebabkan OMA menjadi OMSK ialah terapi
yang terlambat diberikan, terapi yang tidak adekuat, virulensi kuman tinggi, daya
tahan tubuh pasien rendah (gizi kurang) atau higiene buruk.[1]
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif
menjadi kronis majemuk, antara lain :
1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.
a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.
b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total
2. Perforasi membran timpani yang menetap.
3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya
pada telingatengah.
4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid.
5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di
mastoid.
6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau
perubahan mekanisme pertahanan tubuh.
6
3.3. LetakPerforasi
Letak perforasi di membran timpani penting untuk menentukan tipe / jenis
OMSK. Perforasi membran timpani dapat ditemukan di daerah sebagai berikut :
sentral, marginal, atau atik. Oleh karena itu disebut perforasi sentral, marginal
atau atik.
3.3.1. Perforasi sentral
Pada perforasi sentral, perforasi terdapat di pars tensa, sedangkan
diseluruh tepi perforasi masih ada sisa membran timpani.
[1]
Lokasi pada
yang
menetap
pada
telinga
tengah
mastoid
yang
Proteus
Terapi antibiotik yang tidak adekuat
Penyakit pada hidung
Alergi
Gangguan fungsi tuba eustachius.
3.6. Patogenesis
Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan
tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi
untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar
(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,
penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan
mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke
telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.
Otitis media berkaitan dengan obstruksi pada tuba eustachius yang dipicu
oleh infeksi saluran nafas atas.Bakteri menyebar dari nasofaring melalui tuba
Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan terjadinya infeksi dari telinga
tengah. Respon inflamasi ini menyebabkan edem pada mukosa. Inflamasi yang
berlanjut akan menyebabkan ulserasi pada mukosa dan hilangnya epitelial. [4]Pada
saat ini terjadi respons imun di telinga tengah. Mediator peradanganpada telinga
tengah yang dihasilkan oleh sel-sel imun infiltrat, sepertinetrofil, monosit, dan
leukosit serta sel lokal seperti keratinosit dan selmastosit akibat proses infeksi
tersebut
akan
menambah
permiabilitaspembuluh
darah
dan
menambah
sembuh / normal
Infeksi (-)
Tuba terganggu
Etiologi :
tuba terganggu
/ infeksi ( + )
Alergi
Infeksi
OMA
Sumbatan: sekret
tampon
tumor
sembuh
OME
OMSK
10
3.8. Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu :
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa = tipe benigna = tipe tumbotimpanal)
Biasanya tipe ini didahului dengan gangguan fungsi tuba yang
menyebabkan kelainan di kavum timpani. Proses peradangan pada OMSK
tipe aman terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak mengenai tulang.
Perforasi terletak di sentral. Umumnya OMSK tipe aman jarang
menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Tidak terdapat kolesteatoma.[1]
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang = tipe maligna = Tipe atikoantral)
Yang dimaksud dengan OMSK tipe bahaya ialah OMSK yang disertai
dengan kolesteatoma. Perforasi pada OMSK tipe bahaya letaknya marginal
atau di atik. Kadang-kadang terdapat juga kolesteatoma pada OMSK
dengan perforasi subtotal. Sebagian besar komplikasi yang berbahaya atau
fatal timbul pada OMSK tipe bahaya. [1]
Berdasarkan aktivitas sekret yang keluar dibagi 2 :
1. OMSK aktif
OMSK aktif ialah OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani
secara aktif. Aktif merujuk pada adanya infeksi dengan pengeluaran sekret
telinga atau otorrhea akibat perubahan patologi dasar seperti kolesteatoma
atau jaringan granulasi.[1]
2. OMSK tenang / inaktif
OMSK tenang / inaktif adalah keadaan kavum timpaninya terlihat basah
atau kering.[1] Pasien dengan otitis media kronik inaktif seringkali
mengeluh gangguan pendengaran. Mungkin terdapat gejala lain seperti
vertigo, tinnitus, atau suatu rasa penuh dalam telinga.
3.9 Diagnosis
Mengingat OMSK tipe
yang berbahaya, maka perlu ditegakkan diagnosis dini. Walaupun diagnosis pasti
baru dapat ditegakkan di kamar operasi, namun beberapa tanda klinik dapat
11
adanya
OMSK
marginal atau pada atik. Tanda ini biasanya merupakan tanda dini dari
OMSK tipe bahaya, sedangkan pada kasus yang sudah lanjut dapat terlihat abses
atau fistel retroaurikuler, polip atau jaringan granulasi di liang telinga yang berasal
dari dalam telinga tengah (sering terlihat di
nanah dan berbau khas (aroma kolesteatoma), atau terlihat bayangan kolesteatoma
pada rontgen mastoid. [9]
Gejala Klinis OMSK Type Maligna
Berikut tanda dan gejala yang timbul pada penderita OMSK type
Maligna :
1. Telinga Berair (Otorrhoe)
Sekret bersifat purulen atau mukoid tergantung stadium peradangan. Pada
OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau
hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang
bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip
telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.
Suatu
sekret
yang
encer
berair
tanpa
nyeri
mengarah
ketulian
tergantung
dari
besar
dan
letak
perforasi
12
erosi
dinding
labirin
oleh
kolesteatom.
Vertigo
yang
sekretnya
lebih
sedikit,
berbau
busuk,
kadangkala
disertai
pembentukan jaringan granulasi atau polip, maka sekret yang keluar dapat
bercampur
darah.
Ada
kalanya
penderita
datang
dengan
keluhan
13
OMSA
aureus
dan
Proteus.
Sedangkan
bakteri
3.10 Terapi
Tatalaksana baku yang dikeluarkan oleh WHO terutama untuk dokter layanan
primer adalah:
a.
b.
c.
Terdapat beberapa pilihan terapi bedah pada OMSK tipe maligna: [8]
1. Mastoidektomi Radikal
14
semua
jaringan
patologik
dari
rongga
mastoid
dan
dengan
pendekatan
ganda
(Combined
Approach
Tympanoplasty)
Merupakan teknik operasi timpanoplasti yang dikerjakan pada kasus
OMSK tipe maligna atau benigna dengan jaringan granulasi yang luas.
Tujuan operasi ialah untuk menyembuhkan penyakit serta memperbaiki
pendengaran tanpa melakukan teknik mastoidektomi radikal. Membersihkan
kolesteatom dan jaringan granulasi di kavum timpani, dikerjakan melalui
2
jalan (combined Approach) yaitu melalui liang telinga dan rongga mastoid
OMSK
dengan
mastoiditis
kronis
adalah
mastoidektomi
sederhana,
Pasien boleh mandi dengan syarat telinga pasien tidak terkena air. Gelfoam
diangkat minggu ke-2 atau ke-3. Audiometri nada murni dilakukan setelah 3-4
bulan pasca operasi. Pasien pasca operasi telinga tenganh diikuti sampai bertahuntahun.
3.11 Komplikasi[2]
A. Komplikasi di telinga tengah:
1.Perforasi membran timpani persisten
2.Erosi tulang pendengaran
3.Paresis nervus fasialis
B. Komplikasi di telinga dalam
1.Fistula labirin
2.Labirinitis supuratif
3.Tuli saraf (sensorineural)
C. Komplikasi di ekstradural
1.Abses ekstradural
2.Trombosis sinus lateralis
3.Petrositis
D. Komplikasi ke susunan saraf pusat
1.Meningitis
2.Abses otak
3.Hidrosefalus otitis
17
18
BAB IV
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nana
: Jefri Masdianto
Umur
: 16 tahun
Telinga kanan berair terus menerus sejak 2 bulan yang lalu. Riwayat
telinga kanan berair hilang timbul sejak umur 8 tahun terutama saat batuk
19
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Kesadaran
: ComposMentis
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Frekuensi Nadi
: 82x/menit
Suhu Tubuh
: 37oC
Pemeriksaan Generalis
Kepala
Mata : Konjungtiva : Tidak Anemis
20
Sklera
Toraks : Jantung
Paru
: Tidak Ikterik
: Dalam Batas Normal
: Dalam Batas Normal
Abdomen
Ekstremitas
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Daun Telinga
Kelainan
Tidak Ada
Tidak ada
Trauma
Tidak Ada
Tidak ada
Radang
Tidak ada
Tidak ada
Kelainan
Tidak Ada
Tidak Ada
Tidak Ada
Ada
Ada
Kongenital
Metabolik
Nyeri Tarik
Nyeri
Tragus
Liang dan Dinding Cukup Lapang
Telinga
Sempit
Cukup Lapang
Sempit,
jaringan
granulasi (+)
Hiperemis
Tidak ada
Hiperemis
Edema
Tidak ada
Tidak
Massa
Tidak ada
Tidak
21
Sekret/Serumen
Bau
Ada
Tidak ada
Warna
Kuning Kehijauan
Jumlah
Banyak
Jenis
Mukopurulen
Warna
Refleks Cahaya
Bulging
Retraksi
Atrofi
Perforasi
Sulit dinilai
Ada
Jenis
Sentral
Pinggir
Membran Timpani
Utuh
Perforasi
Gambar Membran
Timpani
Mastoid
Tanda Radang
Tidak ada
Tidak ada
Fistel
Tidak ada
Tidak ada
Sikatrik
Ada
Tidak ada
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Nyeri Ketok
Tidak ada
Tidak ada
Rinne
Negatif
Positif
Schwabach
Memanjang
Memanjang
Weber
Lateralisasi ke kiri
Kesimpulan
Tuli Konduktif
22
Tuli konduktif
Hidung
Pemeriksaan
Kelainan
Hidung Luar
Deformitas
Tidak Ada
Kelainan Kongenital
Tidak Ada
Trauma
Tidak Ada
Radang
Tidak Ada
Massa
Tidak Ada
Pemeriksaan
Dekstra
Sinistra
Nyeri tekan
Tidak ada
Tidak ada
Sinus Paranasal
Rinoskopi Anterior
Vestibulum
Cavum nasi
Vibrise
Radang
Tidak Ada
Tidak Ada
Cukup lapang
Cukup Lapang
Cukup Lapang
Tidak Ada
Tidak Ada
Sempit
Lapang
Secret
Lokasi
Jenis
23
Jumlah
Bau
Konka inferior
Konka media
Septum
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah Muda
Merah Muda
Permukaan
Licin
Licin
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Ukuran
Eutrofi
Eutrofi
Warna
Merah muda
Merah muda
Permukaan
Licin
Licin
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Cukup
Cukup lurus
Warna
Merah muda
Merah muda
Spina
Tidak Ada
Tidak Ada
Krista
Tidak Ada
Tidak Ada
Abses
Tidak Ada
Tidak Ada
Perforasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Lokasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Bentuk
Tidak Ada
Tidak Ada
Ukuran
Tidak Ada
Tidak Ada
Permukaan
Tidak Ada
Tidak Ada
Warna
Tidak Ada
Tidak Ada
Konsistensi
Tidak Ada
Tidak Ada
Mudah Digoyang
Tidak Ada
Tidak Ada
Pengaruh
Tidak Ada
Tidak Ada
deviasi
Permukaan
Massa
Vasokonstriktor
24
Rinoskopi Posterior
Rinoskopi Posterior
Pemeriksaan
Koana
Mukosa
Konkha superior
Adenoid
Muara tuba
Kelainan
Cukup lapang (N)
Sempit
Lapang
Warna
Edema
Jaringan granulasi
Ukuran
Warna
Permukaan
Edema
Tidak ada
Tertutup secret
Edema mukosa
Dekstra
Cukup lapang
-
Sinistra
Cukup lapang
-
Merah muda
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Merah muda
Eutrofi
Merah muda
Licin
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
-
Tidak ada
Tidak ada
-
eustachius
Massa
Post Nasal Drip
Lokasi
Ukuran
Bentuk
Permukaan
Ada/tidak
Jenis
Kelainan
Dekstra
Sinistra
Tidak Ada
Tidak Ada
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Bifida
Tidak Ada
Tidak Ada
Simetris
Simetris
Warna
Merah Muda
Merah muda
Bercak/eksudat
Tidak Ada
Tidak Ada
Warna
Merah Muda
Merah Muda
Trismus
Uvula
Palatum
mole Simetri/tidak
+Arkus Faring
Dinding faring
25
Tonsil
Peritonsil
Tumor
Gigi
Permukaan
Tidak bergranul
Tidak bergranul
Ukuran
T1
T1
Warna
Merah muda
Merah muda
Permukaan
Licin
Licin
Muara kripti
Tidak Ada
Tidak Ada
Detritus
Tidak Ada
Tidak Ada
Eksudat
Tidak Ada
Tidak Ada
Warna
Merah muda
Merah muda
Edema
Tidak Ada
Tidak Ada
Abses
Tidak Ada
Tidak Ada
Lokasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Bentuk
Tidak Ada
Tidak Ada
Ukuran
Tidak Ada
Tidak Ada
Permukaan
Tidak Ada
Tidak Ada
Konsistensi
Tidak Ada
Tidak Ada
Merah muda
Merah muda
Deviasi
Tidak Ada
Tidak Ada
Massa
Tidak Ada
Tidak Ada
Karier/Radiks
Kesan
Lidah
Warna
Bentuk
Laringoskopi Indirek
Pemeriksaan
Epiglottis
Kelainan
Bentuk
Warna
Edema
Pinggir rata/tidak
Dekstra
Kubah
Merah muda
rata
26
Sinistra
Kubah
Merah muda
Rata
Aritenoid
Ventrikular Band
Plika Vokalis
Subglotis/trakhea
Sinus piriformis
Valekule
Massa
Warna
Edema
Massa
Gerakan
Warna
Edema
Massa
Warna
Gerakan
Pinggir medial
Massa
Massa
Sekret ada/tidak
Massa
Sekret
Massa
Sekret (jenisnya)
Merah muda
Simetris
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Merah muda
Simetris
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Diagnosis
-
Pemeriksaan penunjang
Laboratoruim
Hb : 10.9 g/dl
Leukosit : 10.300
Ht : 33%
Trombosit 279.000
27
Rencana terapi
Timpanomastoidektomi
Timpanomastoidektomi dilakukan pada tanggal 9 Februari 2016, dengan laporan
operasi:
Pasien ditidurkan di meja operasi
Dilakukan tindakan aseptik dan antideptik di meja operasi
Dilakukan injeksi epinefrin 1:200.000 di sepanjang RAD dan di liang
telinga
28
Dilakukan insisi sepanjang RAD secara tegak lurus dan lalu insisi
dilanjutkan dan diperluas ke liang telinga
Otot dan jaringan di atas mastoid dibebaskan hingga terlihat mastoid dan
dilanjutkan dengan pengeboran mastoid
Saat pengeboran didapati tulang mastoid terdestruksi dan ditemukan
jaringan granulasi di dalam kavum mastoid, pengeboran dilanjutkan
hingga ke daerah atik untuk mencari dan membersihkan kavum mastoid
Dilakukan penyatuan kavum mastoid dengan kavum timpani dengan
meruntuhkan dinding posterior liang telinga serta di temukan kolesteatom
pada dinding posterior kavum timpani
Kolesteatom diangkat hingga bersih, setelah bersih dilanjutkan dengan
29
30
32
BAB V
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien laki-laki di bangsal THT-KL RSUP Dr. M.
Djamil Padang dari tanggal 5 januari sampai 12 Februari, dengan diagnosa Otitis
Media Supuratif Kronik Aurikula Dextra tipe bahaya dan Otitis Media Supuratif
Kronis Aurikula Sinistra tipe aman fase tenang.
Dari anamnesa didapatkan pasien mengeluhkan telinga kanan berair terus
sejak 3 bulan yang lalu, riwayat telinga kanan berair hilang timbul sejak umur 8
tahun terutama saat batuk dan pilek, cairannya berwarna kekuningan. Pada pasien
terdapat penurunan pendengaran pada telinga kanan dan riwayat keluar cairan dari
telinga kiri ada 3 tahun yang lalu tetapi sekarang tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan daun telinga normal pada kedua telinga,
pada telinga kanan membran timpani tak dapat dinilai karena tertutup oleh cairan
yang mukopurulen, pada telinga kiri terdapat perforasi sentral dan pada mastoid
kanan terdapat sikatrik.
Pasien dilakukan pemeriksaan CT Scan yang mengatakan terdapatnya
kolesteatom pada telinga kanan. Pasien ditataksana Timpanomastoidektomi yang
sesuai dengan tatalaksana yang seharusnya diberikan pada otitis media supuratif
kronis tipe bahaya. Setelah pasien di operasi pasien di berikan antibiotik yaitu
Gentamycin yang digunakan untuk mencegah infeksi yang sudah sesuai dengan
kepustakaan dan diberikan perban mastoid.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi EA, Iskandar N, Ed. 2007. Buku ajar ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok kepala leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI.
2. WHO. 2012. Chronic suppurative otitis media Burden of Illness and
Management Options.
3. Boesoirie TS, Lasminingrum L. Perjalanan Klinis dan Penatalaksanaan
Otitis Media Supuratif. MKB. Desember 2009. Available from URL:
http://www.mkb-online.org/
4. Acute Otitis Media. Diakses dari www.medscpae.com
5. Dhingra PL, 2007. Anatomy of ear, in Disease of Ear, Nose, and Throat. 3rd
ed. Elsevier. New Delhi. p 3-13.
6. Helmi. 2005. Otitis Media Supuratif Kronis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
7. Aboet A. Radang Telinga Tengah Menahun. Agustus 2007. Available from
URL: http://www.usu.ac.i
8. Djaafar ZA, Helmi, Restuti
telinga
tengah.
34