Anda di halaman 1dari 9

LABIOSKIZIS DAN PALATOSKIZIS

(Satriya Teguh Imam)

(G99161092)

A. Definisi
Istilah yang digunakan untuk celah bibir ialah cheilos, labioshisis, harelip atau cleft
lip. Cheilo, labio dan lip berarti bibir, sedangkan schisis, hare ataupun cleft berarti
celah. Pengertian dari celah bibir (labioschisis) adalah kelainan bawaaan yang terjadi
oleh karena tidak adanya penyatuan (fusi) secara normal dari bibir pada proses
embrional yang dapat terjadi secara sebagian atau sempurna (Davis, 1964; Tjiptono
dkk., 1989).
Labioschisis, cleft lip, celah bibir atau bibir sumbing adalah kondisi dimana
terdapatnya celah pada bibir atas diantara mulut dan hidung. Kelainan ini dapat berupa
takik kecil pada bagian bibir yang berwarna sampai pada pemisahan komplit satu atau
dua sisi bibir memanjang dari bibir ke hidung. Celah pada satu sisi disebut labioschisis
unilateral, dan jika celah terdapat pada kedua sisi disebut labioschisis
bilateral (Webmaster, 2008).

B. Klasifikasi
Labioschisis diklasifikasikan berdasarkan lengkap/ tidaknya celah yang terbentuk
menurut Mansjoer dkk. (2005) adalah :
Komplit
Cacat yang terjadi menyeluruh mulai dari rima oris sampai ke
nares
Inkomplit
Cacat yang terjadi hanya pada sebagian bibir bagian bawahnya saja tidak
sampai ke lubang hidung
Sedangkan berdasarkan lokasi/ jumlah kelainan labioschisis dibedakan menjadi
(Anonim,2008; World Craniofacial Foundation, 2011) :
Unilateral
Bibir sumbing unilateral mungkin melibatkan beberapa bagian dari bibir atau seluruh
ketinggian bibir. Tingkat celah di bibir sumbing parsial dapat berkisar dari vermilion
hanya untuk dua-pertiga dari tinggi bibir. Otot orbicularis oris hanya terbagi pada
bagian bawah bibir sumbing sedangkan sisanya dari otot dan kulit tetap utuh. Dalam
banyak kasus bibir sumbing parsial unilateral, otot orbicularis oris dapat
terbagi sepenuhnya,sehingga menciptakan alur kulit. Pemisahan otot dapat
menyebabkan tonjolan di kedua sisi celah
Bilateral
Celah terdapat pada kedua sisi
Gambar 2. Klasifikasi Labioschisis
Klasifikasi labioschisis menurut Anonim (2011):
1. Unilateral incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan tidak
memanjang hingga ke hidung.

Gambar 3. Labioschisis unilateral incomplete

2. unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.

Gambar 4. Labioschisis unilateral incomplete


3. bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan memanjang hingga ke
hidung.

Gambar 4. Labioschisis bilateral complete


C. Protocol pemeriksaan
1. Teknik Tennison Triangular
Menggunakan flap triangular dari sisi lateral, dimasukkan ke sudut sisi medial dari
celah tepat diatas batas vermillion, melintasi collum philtral sampai ke puncak cupid.
Triangle ini menambah panjang di sisi terpendek dari bibir.
Teknik ini menghasilkan bentuk bibir yang baik tetapi jaringan parut yang terbentuk
tidak terlihat alami

2. Teknik Rotasi Millard

Dua flap yang berlawanan, dimana pada sisi medial dirotasi ke bawah dari kolumella
untuk menurunkan titik puncak ke posisi normal dan sisi lateral dimasukan ke arah garis
tengah untuk menutupi defek pada dasar kolumela

Memperpanjang bibir medial dengan meluruskan sayatan melengkung, tapi lateral bibir
tidak diperpanjang

3. Straight line Repair


Metode ini digunakan untuk bibir sumbing minimal.Operasi ini merupakan metode
operasi yang paling sederhana dan tertua.Dari segi kosmetik hasilnya kurang baik.

Kekurangannya ialah jika


digunakan pada bibir sumbing yang lebih luas, maka akan mengorbankan terlalu banyak
jaringan normal dan dapat merusak bentuk dari cupids bow, serta penutupan dengan cara ini
cenderung menyebabkan kontraksi yang menghasilkan suatu lekukan deformitas pada
vermilion.

Tatalaksana dan penanganan celah bibir dan langitan merupakan suatu bentuk
kerjasama tim yang melibatkan multidisiplin dalam sebuah rumah sakit. Hal ini dikarenakan
tingkat kesulitan yang kompleks dan variatif dengan memakan waktu yang cukup lama.
Diantara disiplin ilmu yang terlibat diantaranya dokter anak, dokter bedah palstik, dokter
bedah mulut, dokter gigi anak, orthodontist, prostodonti, dokter THT, terapis wicara, psikater
dan psikolog.
Setiap rumah sakit memiliki protokol masing-masing dalam menangani kasus celah bibir dan
langitan. Hal ini mengenai keterlibatan multidisiplin dalam rumah sakit dan perawatan jangka panjang
yang akan dilakukan di rumah sakit tersebut. Tatalaksana pada pasien dengan celah bibir dan langitan
dimulai sejak usia 0 minggu hingga 18 tahun. Hal tersebut dapat dijelaskan dalam table berikut :

Usia Tindakan
0-1 minggu Pemberian nutrisi dengan kepala miring 45 derajat
1-2 minggu Pemsasangan obturator untuk menutup celah pada
langitan agara dapat menghisap susu atau memakai
dot lubang besar kearah bawah untuk mencegah
aspirasi
10 minggu Labioplasty dengan memenuhi Rules of Ten
1. Usia 10 minggu
2. Berat 10 pounds
3. Hb > 10 gr%
1,5-2 tahun Palatoplasty karena bayi mulai bicara
2-4 tahun Terapi Wicara
4-6 tshun Veropharyngopasty untuk mengembalikan fungsi
katup yang dibentuk m. tensor veli palatine dan
m.levator veli palatine sebagai pembentuk huruf
konsonan dan latihan dengan cara meniup
6-8 tahun Ortodonsi {pengaturan lengkung gigi}
8-9 tahun Alveolar bone grafting
9-17 tahun Ortodons iulang
17-18 tahun Cek kesimetrisan mandibula dan maksila
Tabel 1. {Bagian Bedah FK UGM, 2012)

D. Gangguan yang ditimbulkan

1. Masalah Asupan Makanan

Masalah asupan makanan atau nutrisi merupakan masalah pertama yang terjadi pada
bayi penderita labioschisis. Adanya labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk
melakukan hisapan pada payudara ibu ataupun dot. Keadaan tambahan yang ditemukan
yaitu reflex hisap dan reflex menelan pada bayi dengan labioschisis tidak sebaik bayi
normal, kondisi tersebut mengakibatkan bayi menghisap lebih banyak udara pada saat
menyusu sehingga asupan nutrisi yang diperoleh bayi menjadi berkurang (Kurniawan
dan Israr, 2009).

2. Masalah Dental

Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yang
berhubungan dengan kehilangan, malformasi dan malposisi dari gigi geligi pada area
dari celah bibir yang terbentuk. Menurut Ellis dkk. (2012) area gigi yang hilang
adalah incisuvus dan caninus.

3. Deformitas nasal

Deformitas nasal sering ditemukan pada bayi labioschisis oleh karena perluasan celah
pada dasar hidung dan kartilago ala nasi. Pada columella nasi tertarik ke sisi yang
tidak terdapat celah (Ellis dkk., 2012).

4. Kesulitan Berbicara

Kondisi celah bibir menyebabkan retardasi suara konsonan seperti p, b, t, d, k, g. Pada


individu normal suara dibentuk oleh udara yang keluar dari paru-paru melewati pita
suara dan masuk ke dalam rongga mulut. Posisi lidah, bibir, rahang bawah dan palatum
lunak saling bekerjasama untuk menghasilkan bunyi. Adanya celah pada bibir
menyebabkan terjadinya superimpose suara karena perubahan aliran udara dalam
struktur rongga mulut (Ellis dkk., 2012).
Kelainan ini sebaiknya secepat mungkin diperbaiki karena akan mengganggu pada
waktu menyususui dan akan mempengaruhi pertumbuhan normal rahang
sertaa perkembangan bicara. Penatalaksanaan labioschisis adalah operasi. Bibir sumbing
dapat ditutup pada semua usia, namun waktu yang paling baik adalah bila bayi berumur
10 minggu, berat badan mencapai 10 pon, Hb 10g%. Dengan demikian umur yang
paling baik untuk operasi sekitar 3 bulan (Bustami, 1997).
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, Lia., Nanny, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika
Diego. F. 2002. Cleft lip and palate, from origin to treatment. Oxford university press, inc.
New york
Egan, T; Gregory, A, 2009, Facial Plastic, Reconstructive, and Trauma Surgery, New York:
Marcell Dekker.
Ellis E, Peterson LJ, Hupp JR, Tucker MR. 2012. Contemporary Oral and Maxillofacial
th
Surgery. 4 . Mosby: Elsevier. h. 628-629.
Hopper, RA; Cutting, C; Grayson B, 2007, Grabb and Smiths Plastic Surgery, Philadelpia:
Lippincott Williams and Wilkins.
Kurniawan L dan Israr YA. 2009. Labioschisis. Riau: Fakultas Kedokteran Universitas Riau.
h. 5
M Lanna, M Rustico, 2007, Three-dimensional Ultrasound and Genetic Syndromes, Donald
School Journal of Ultrasound in Obsteric and Gynecology, Volume 1 No. 3: 54-59,
http://www.jaypeejournals.com/eJournals/ShowText, 21 Juni 2017
Manoeroeng, S.M., 1995, Pengaruh Bibir Sumbing/Langit-langit Sumbing terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak, Kumpulan Makalah Ilmiah, FKG USU, 99-113.
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Sumbing Bibir dan Langitan. Dalam : Kapita
Selekta. Jilid 2. Jakarta: Media Aesculapius FK UI. 2005.

Anda mungkin juga menyukai