Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

VERIKOKEL

Oleh:

Erlina Ariesetyawati
Kelompok II

RUMAH SAKIT PRIMA HUSAD


MALANG
2018
VARIKOKEL

1. Definisi

Varikokel adalah pelebaran atau dilatasi pembuluh darah vena yang abnormal dari pleksus
pampiniformis di daerah funikulus spermatikus dan di testis/ epididimis akibat gangguan aliran
darah balik vena spermatika interna.

Gambar Varikokel

2. Epidemiologi

Varikokel terdeteksi lebih sering pada populasi pria infertil (40%) dibandingkan pria fertil
(15%). Sebagian besar varikokel terdeteksi setelah pubertas dan prevalensi pada pria dewasa sekitar
11-15%. Pada 80-90% kasus, varikokel hanya terdapat pada sebelah kiri, varikokel dapat bilateral
hingga 20% kasus, meskipun dilatasi sebelah kanan biasanya lebih kecil. Varikokel unilateral
sebelah kanan sangat jarang terjadi.

Varikokel ekstratestikular merupakan kelainan yang diketahui umum terjadi, dimana


terdapat pada 15% sampai 20% pria. Varikokel intratestikular sebaliknya suatu kelainan yang jarang
dan sesuatu yang relatif baru dimana dilaporkan kurang dari 2%. Kemungkinan varikokel
intratestikular merupakan bagian dari varikokel ekstratestikular ipsilateral.

3. Klasifikasi

Tabel Klasifikasi Varikokel


Grade Temuan Pada Pemeriksaan Fisik
Grade I Varikokel yang teraba setelah melakukan manuver valsava (mengedan kuat)
dalam posisi berdiri
Grade II Varikokel terlihat dan teraba setelah melakukan manuver valsava dalam posisi
berdiri tetapi hilang dalam posisi berbaring
Grade III Dalam posisi berdiri, varikokel terlihat dan teraba dengan jelas
Grade IV Sama dengan grade III tetapi biasanya telah disertai keluhan rasa berat, ngilu dan
nyeri

Gambar Varikokel Grade III

4. Etiologi

Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab varikokel, tetapi dari
pengamatan membuktikan bahwa varikokel sebelah kiri lebih sering dijumpai daripada sebelah
kanan (varikokel sebelah kiri 70-93%). Hal ini disebabkan karena vena spermatika interna kiri
bermuara pada vena renalis kiri dengan arah tegak lurus, sedangkan yang kanan bermuara pada
vena kava dengan arah miring. Selain itu, vena spermatika interna kiri lebih panjang dari pada yang
kanan dan katupnya lebih sedikit dan inkompeten.

Jika terdapat varikokel sebelah kanan atau varikokel bilateral patut dicurigai adanya
kelainan pada rongga peritonial (terdapat obstruksi vena karena tumor), atau pada muara vena
spermatika kanan pada vena renalis kanan.

Etiologi varikokel secara umum:

1. Dilatasi atau hilangnya mekanisme pompa otot atau kurangnya struktur penunjang/atrofi
otot kremaster, kelemahan kongenital, proses degeneratif pleksus pampiniformis.
2. Hipertensi v. renalis atau penurunan aliran ginjal ke vena kava inferior.
3. Turbulensi dari v. supra renalis ke dalam juxta v. renalis internus kiri berlawanan dengan ke
dalam v. spermatika interna kiri.
4. Tekanan segment iliaka (oleh feses) pada pangkal v. spermatika.
5. Tekanan v. spermatika interna meningkat karena letak sudut turun v. renalis 90 derajat.
6. Sekunder : tumor retroperitoneal, trombus v. renalis, hidronefrosis.
a. Etiologi Anatomi

Suplai arteri testis mempunyai 3 komponen mayor yaitu: arteri testikular, arteri kremaster dan
arteri vasal. Walaupun kebanyakan darah arterial pada testis berasal dari arteri testikular, sirkulasi
kolateral testikular membutuhkan perfusi yang adekuat dari testis, walaupun arteri testikular
terligasi atau mengalami trauma. Drainase venous dari testis diperantarai oleh pleksus
pampiniformis, yang menuju ke vena testikular (spermatika interna), vasal (diferensial), dan
kremasterik (spermatika eksternal). Walapun varikokel dari vena spermatika biasanya ditemui pada
saat pubertas, sepertinya terjadi perubahan fisiologi normal yang terjadi saat pubertas dimana terjadi
peningkatan aliran darah testikular menjadi dasar terjadinya anomali vena yang overperfusi dan
terkadang terjadi ektasis vena (Schneck,2007). Adanya Venturi effect dan fenomena nutcracker,
seperti yang telah dijelaskan di atas juga menjadi salah satu penyebab terjadinya varikokel. 7

b. Anastomosis Vena Kolateral

Studi anatomi menggambarkan terdapat anastomosis sistem drainase superfisial dan interna,
bersamaan dengan kiri-ke-kanan hubungan vena pada ureter (L3-5), spermatik, skrotal, retropubik,
saphenus, sakral dan pleksus pampiniformis. Vena spermatika kiri memiliki cabang medial dan
lateral pada level L4. Oleh karena itu, prosedur yang dilakukan diatas level L4 memiliki risiko
kegagalan lebih tinggi karena percabangan multipel dari sistem vena spermatika. 7

c. Katup yang Inkompeten

Pada tahun 1966, Ahlberg menjelaskan bahwa pembuluh testis berisi katup yang protektif
terhadap varikokel, namun terdapat kekurangan atau ketidakmampuan pada sisi kiri yang
menyebabkan terjadinya varikokel. Untuk mendudung gagasan ini, ia menemukan tidak
adanya/hilangnya katup pada 40% postmortem vena spermatika kiri dibandingkan dengan 23%
hilangnya pada sisi kanan. Namun dari studi radiologi terbaru yang dilakukan oleh Braedel dkk
menemukan bahwa 26.2% pasien dengan katup yang kompeten tetap ditemukan varikokel.
Beberapa anatomis kini bahkan menjelaskan bahwa sebenarnya tidak terdapat katup baik pada vena
spermatika sisi kanan maupun kiri. (Schneck,2007) 5

Terdapat beberapa etiologi varikokel ekstratestikular seperti refluks renospermatik,


insufisiensi katup vena spermatika interna, refluks ileospermatik, neoplastik, atau penyakit
retroperitoneal lainnya, dan pembedahan sebelumnya pada regio inguinal dan skrotum. Varikokel
intratestikular sering dihubungkan dengan atrofi testikular ipsilateral terkait kelainan parenkimal,
tetapi apakah varikokel intratestikular merupakan suatu penyebab atau akibat dari atrofi testikular
tetap belum jelas. Varikokel intratestikular biasanya, tetapi tak selalu, terjadi berkaitan dengan suatu
varikokel ekstratestikular ipsilateral.

5. Patofisiologi

Varikokel dapat menimbulkan gangguan proses spermatogenesis melalui beberapa cara,


antara lain:

a. Terjadi aliran darah balik pada sirkulasi testis sehingga testis mengalami hipoksia karena
kekurangan oksigen.
b. Refluks hasil metabolit ginjal dan adrenal (antara lain katekolamin dan prostaglandin)
melalui vena spermatika interna ke testis.

c. Peningkatan suhu testis.

d. Adanya anastomosis antara pleksus pampiniformis kiri dan kanan, memungkinkan zat-zat
hasil metabolit tadi dapat dialirkan dari testis kiri ke testis kanan sehingga menyebabkan
gangguan spermatogenesis testis kanan dan pada akhirnya terjadi infertilitas.

Beberapa mekanisme telah menjadi hipotesa untuk menjelaskan fenomena dari subfertilitas
yang ditemukan pada pria dengan varikokel unilateral atau bilateral, termasuk peningkatan suhu
skrotal yang menyebabkan disfungsi gonadal bilateral, refluks renal, metabolit adrenal dari vena
renalis, hipoksia, dan akumulasi gonadotoksin.

6. Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis varikokel diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang yang cermat dan teliti. Pasien dengan varikokel biasanya datang dengan
keluhan belum punya anak setelah beberapa tahun menikah, atau kadang-kadang mengeluh adanya
benjolan di atas testis yang terasa nyeri.

7. Anamnesis dan Gejala Klinis

Pada anamnesis untuk pemeriksaan dasar kelainan skrotum, dapat ditemukan jika kelainan
tidak terbatas di sebelah proksimal, biasanya merupakan hernia inguinalis, sedangkan bila kelainan
terbatas di sebelah atas, kemungkinan besar terjadi kelainan pada skrotum. Jika kelainan bersifat
kistik kadang tidak menunjukkan fluktuasi, sedangkan apabila kelainan bersifat padat berupa tumor
kecil yang lunak sekali dapat menunjukkan fluktuasi. Yang menentukan dalam hal ini adalah
pemeriksaan transluminasi karena cairan jernih selalu bersifat tembus cahaya.

Anamnesis mengenai struktur anatomi juga harus dilakukan sambil melakukan palpasi.
Skrotum terdiri atas kulit yang membentuk kantung yang mengandung funikulus spermatikus,
epididimis dan testis. Pada spermatogenesis testis membutuhkan suhu yang lebih rendah
dibandingkan suhu tubuh. Kulit skrotum sangat tipis tanpa jaringan lemak di subkutis, yaitu lapisan
isolasi suhu. Anulus inguinalis selalu dapat diraba di dinding perut bagian bawah. Funikulus
spermatikus dapat ditentukan karena keluar dari annulus inguinalis eksternus. Akan lebih baik jika
pemeriksaan funikulus bilateral sekaligus untuk membandingkan kiri dan kanan. Di dalam
funikulus dapat diraba vas deferens karena sebagian besar dindingnya terdiri atas otot. Pada anak,
prosesus vaginalis di dalam funikulus mungkin teraba seperti lapisan sutra, yang mungkin
merupakan hernia inguinalis. Pada varikokel, pembuluh arteri dan vena serta m.kremaster yang
dapat diraba oleh karena bendungan pleksus pampiniformis.

Biasanya pasien datang dengan keluhan belum memiliki anak setelah beberapa tahun
menikah, mengeluh adanya benjolan di atas testis, bengkak dan nyeri yang diperkirakan
berhubungan dengan peregangan tunika albuginea, rasa tak nyaman di skrotum, seperti berat atau
rasa nyeri setelah berdiri sepanjang hari. Varikokel pada remaja biasanya asimptomatik dan untuk
itu diagnosis khususnya diperoleh saat pemeriksaan fisik rutin.

Varikokel ekstratestikular secara klinis berupa teraba benjolan asimptomatik, dengan nyeri
skrotal atau hanya menyebabkan infertilitas dengan perjalanan subklinis. Secara klinis varikokel
intratestikular dapat memiliki gejala seperti varikokel ekstratestikuler.

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada pasien dalam posisi berdiri dan supinasi. Inspeksi pada
posisi berdiri untuk melihat adanya dilatasi vena. Struktur yang pertama kali dilihat adalah skrotum,
apakah terdapat distensi kebiruan dari dilatasi vena. Jika tidak dapat terlihat, maka pemeriksaan
dilakukan dengan cara palpasi, dengan atau tanpa manuver valsava. Pada varikokel dapat teraba
adanya pembesaran skrotum seperti meraba cacing di dalam kantong (bag of worms). Namun pada
beberapa kasus didapatkan adanya asimetri atau penebalan dinding vena. Pemeriksaan berikutnya
dilakukan pada pasien dalam posisi supinasi untuk membedakan antara varikokel dengan lipoma of
cord. Pada lipoma of cord penebalan ditemukan pada posisi berdiri, tetapi tidak hilang dalam posisi
berbaring.

Gambar Palpasi Funikulus Spermatikus

Pemeriksaan secara palpasi dilakukan dengan membandingkan ukuran testis kanan dan kiri.
Palpasi dan pengukuran testis dapat menggunakan Orchidometer untuk menentukan ukuran dan
konsistensi secara objektif. Apabila ditemukan disproporsi panjang testis atau volume, maka indeks
kecurigaan akan varikokel meningkat. Pada keadaan tertentu mungkin akan ditemukan testis teraba
kecil dan lunak karena telah terjadi kerusakan sel-sel germinal.

Gambar Orchidometer

Terkadang sangat sulit untuk menentukan bentuk varikokel secara klinis, atau sering disebut
juga varikokel subklinis. Oleh karena itu pemeriksaan secara auskultasi menggunakan stetoskop
Doppler dapat membantu untuk mendeteksi adanya peningkatan aliran darah pada pleksus
pampiniformis.

9. Pemeriksaan Penunjang

Untuk membantu menunjang diagnosis varikokel, dapat menggunakan beberapa modalitas,


antara lain:
1. Angiografi/ Venografi
Venografi merupakan modalitas yang paling sering digunakan untuk mendeteksi
varikokel yang kecil ataupun subklinis. Dengan menggunakan venografi dapat ditemukan
refluks darah vena abnormal di daerah retrograde menuju ke vena spermatika interna dan
pleksus pampiniformis. Pemeriksaan venografi bersifat invasif. Oleh karena itu hanya
digunakan pada pasien yang simptomatik untuk menentukan anatomi dari vena. Pada
pemeriksaan dengan menggunakan venografi dapat terjadi positif/negatif palsu oleh karena
vena testikular seringkali spasme dan terkadang terjadi opasifikasi dari vena dengan kontras
medium sehingga sulit dinilai. Selebihnya, masalah dapat diatasi dengan menggunakan
kanul menuju vena testikular dextra.

Gambar Venogram testikular sinistra

2. Ultrasonografi
Ultrasonografi (USG) merupakan pilihan pemeriksaan non-invasif yang paling
akurat. Temuan varikokel pada ultrasonografi, antara lain:
- Struktur anekoik karena terpelintirnya tubular yang letaknya berdekatan dengan testis
- Varikokel dapat berukuran kecil hingga sangat besar dengan pembesaran pembuluh
darah berdiameter ± 8 mm
- Pasien dengan posisi berdiri tegak, diameter dari vena dominan pada kanalis inguinalis
yaitu lebih dari 2.5 mm, dan saat manuver valsava meningkat 1 mm.
- Varikokel dapat ditemukan di medial, lateral, anterior, posterior ataupun inferior dari
testis
- USG Doppler dapat digunakan untuk menentukan grade refluks vena
Pada USG juga dapat terjadi positif/negatif palsu karena kista epidermoid dan
spermatokel memberikan gambaran seperti varikokel. Jika meragukan, USG Doppler berwarna
dapat digunakan untuk diagnosis.
Gambar atas. Longitudinal Sonogram menunjukkan gambaran beberapa anechoic tubes.
Gambar bawah USG Doppler berwarna pada pasien yang sama menunjukkan gambaran aliran dua
arah di dalam anechoic tubes
3. MRI
Pada MRI, varikokel tampak sebagai suatu massa dari dilatasi, serpiginosa pembuluh
darah, biasanya berdekatan dengan kaput epididimis. Spermatic canal melebar, dan
intraskrotal spermatic cord atau pleksus pampiniformis prominen. Spermatic cord memiliki
intensitas signal heterogen. Spermatic cord memuat struktur serpiginosa dengan intensitas
signal tinggi. Peranan MRI dalam diagnosis varikokel belum terbukti. 11
4. CT-Scan
CT scan dapat menunjukkan gambaran vena – vena serpiginosa berdilatasi menyangat

Gambar Varikokel Bilateral. Gambaran menunjukkan pembuluh darah yang berdilatasi dan
berliku-liku
5. Analisis Semen
Kelainan analisis semen berupa oligozoospermia, asthenozoospermia dapat
disebabkan oleh varikokel. Mac Leod pada tahun 1965 pertama kali mengemukakan trias
oligospermia, penurunan motilitas sperma, dan peningkatan persentase sel-sel sperma
immatur merupakan karakteristik semen yang khas pada pria infertil dengan varikokel.
Koreksi varikokel sering menghasilkan peningkatan kualitas semen, beberapa penelitian
menghubungkan ukuran dengan efektivitas tatalaksana pembedahan varikokel.

10. Penatalaksanaan

Masih terjadi silang pendapat di antara para ahli tentang perlu tidaknya melakukan operasi
pada varikokel. Di antara mereka berpendapat bahwa varikokel yang telah menimbulkan gangguan
fertilitas atau gangguan spermatogenesis merupakan indikasi untuk mendapatkan suatu terapi.

Indikasi Tindakan Operasi

Kebanyakan pasien penderita varikokel tidak selalu berhubungan dengan infertilitas,


penurunan volume testikular, dan nyeri, untuk itu tidak selalu dilakukan tindakan operasi. Varikokel
secara klinis pada pasien dengan parameter semen yang abnormal harus dioperasi dengan tujuan
mengembalikan proses yang progresif dan penurunan fungsi testis. Untuk varikokel subklinis pada
pria dengan faktor infertilitas tidak ada keuntungan dilakukan tindakan operasi. Varikokel terkait
dengan atrofi testikular ipsilateral atau dengan nyeri ipsilateral testis yang makin memburuk setiap
hari, harus dilakukan operasi segera. Ligasi varikokel pada remaja dengan atrofi testikular
ipsilateral memberi hasil peningkatan volume testis, untuk itu tindakan operasi sangat
direkomendasikan pada pria golongan usia ini. Remaja dengan varikokel grade I – II tanpa atrofi
dilakukan pemeriksaan tahunan untuk melihat pertumbuhan testis, jika didapatkan testis yang
menghilang pada sisi varikokel, maka disarankan untuk dilakukan varikokelektomi.

Terdapat beberapa pedoman dimana suatu varikokel sebaiknya dikoreksi karena:

1) pembedahan berpotensi mengubah suatu keadaan patologis;


2) pembedahan meningkatkan sebagian besar parameter semen;
3) pembedahan memungkinkan meningkatnya fertilitas;
4) resiko terapi kecil.

Suatu varikokel sebaiknya dikoreksi ketika:

1) Varikokel secara klinis teraba;


2) pasangan dengan infertilitas;
3) istri fertil atau telah dikoreksi infertilitasnya;
4) paling tidak satu parameter semen abnormal.
11. Konsep asuhan Keperawatan

Pengkajian
1. Indentitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Trauma, kecelakaan sehingga testis rusak
Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
Pernah menjalani operasi yang berefek mengganggu organ reproduksi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
3. Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi dan palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-cacing di dalam kantung
yang berada di sebelah cranial testis saat penderita berdiri.
4. Pemeriksaan penunjang

5. Data fokus pengkajian


a. Pre Operasi
Data Subjektif:
- Kien mengeluh belum mempunyai keturunan sampai saat ini
- Klien mengungkapkan perasaan tidak nyaman karena adanya benjolan diatas testis
dan terkadang terasa nyeri
- Klien mengungkapkan perasaan bersalah atau rendah diri karena tidak mampu
memberikan keturunan
- Klien mengungkapkan perasaan cemas terhadap prosedur pembedahan yang akan
dijalaninya
Data Objektif
- Adanya benjolan di testis saat pasien berdiri dan hilang saat penderita duduk
- Kontak mata kurang saat berkomunikasi
- Jantung berdebar, peningkatan denyut nadi dan tekanan darah dapat terhadi sesaat
sebelum operasi pembedahan

b. Post operasi
Data Subjektif
- Klien mengeluhkan nyeri pada bagian tubuh yang dilakukan tindakan pembedahan
- Klien tampak meringis
Data Objektif
- Suhu, denyut nadi dan tekanan darah dapat meningkat setelah operasi
- Terdapat luka bekas operasi yang berhubungan dengan dunia luar

Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

NO DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN

1 PRE OPERASI Gangguan konsep diri klien teratasi1. Anjurkan klien mengung
Gangguan konsep diri, setelah diberikan Askep selama 3 x kapkan perasaannya tentang
harga diri rendah b.d 24 jam dengan : infertilitas yang dideritanya
gangguan fertilitas 2. Dorong dan motivasi klien
Kriteria Hasil : untuk mengidentifikasi aspek
1. Klien mampu mengekspresikan positif pada dirinya
perasaan tentang infertile 3. Berikan informasi mengenai
2. Terjalin kontak mata saat pembedahan serta alterna tive
berkomunikasi lain yang diperlukan da lam
3. Klien mampu mengidentifikasi memecahkan masalah klien
aspek positif diri 4. Bantu klien untuk memilih
alternative yang tepat dan
sesuai dengan klien
memecahkan masalahnya

2 Kecemasan b.d kurang Kecemasan klien berkurang atau 1. Kaji tingkat ansietas dan
informasi tentang teratasi setelah diberikan Askep ekspresi klien
prosedur pembedahan selama 3 x 24 jam dg : 2. Berikan kesempatan klien
dan perawatan pasca untuk mengekspresikan
operasi Kriteria hasil : perasaanya
1. Klien dapat mengungkapkan3. Berikan informasi mengenai
kecemasan yang dirasakan prosedur pembedahan yang
2. Klien dapat menyebutkan akan dijalankan
kembali tentang prosedur
pembedahan
3. Ekspresi wajah tidak tegang
3 POST OPERASI Nyeri pasien berkurang atau 1. Pantau lokasi dan intensitas
Nyeri akut b.d trauma terkontrol setelah diberikan Askep nyeri
jaringan dan refleks selama 3 x 24 jam dg : 2. Pantau tanda-tanda vital,
spasme otot sekunder terutama nadi
akibat pembedahan Kriteria Hasil : 3. Berikan posisi yang nyaman
1. Klien mengekspresikan keluhan pada pasien
nyeri berkurang 4. Ajarkan teknik relaksasi dan
2. Skala nyeri berkurang 0-1 distraksi
3. Klien tidak tampak meringis 5. Kolaborasi dengan tenaga
4. Tanda-tanda vital stabil medis lain
4 Resiko infeksi b.d Infeksi tidak terjadi setelah 1. Lakukan perawatan luka pasca
tempat masuknya diberikan Askep selama 3 x 24 jam operasi sesuai indikasi dengan
organisme sekunder dg : teknik aseptic
akibat pembedahan 2. Pantau suhu, nadi dan tekanan
Kriteria Hasil : darah sesuai indikasi
1. Tidak terjadi tanda-tanda infeksi3. Pantau WBC sesuai indikasi
seperti rubor, kalor, dolor, tumor4. Berikan pengertian kepada
dan fungsiolesa keluarga untuk membatasi
2. Tanda-tanda vital stabil jumlah pengunjung
3. Nilai WBC dalam batas normal 5. Berikan antibiotic sesuai
indikasi

Anda mungkin juga menyukai