Oleh :
Andria Novita Sari- 1718012156
Niken Rahmatia - 1718012150
Pembimbing:
I Intervention
Secara umum artikel ini menggambarkan tentang pembaruan klasifikasi tumor kepala
dan leher pada edisi 4 menurut WHO tahun 2017 yang mana dikelompokkan dan
dijelaskan berdasarkan epidemiologi, prevalensi, sampai prognosis dan terkhusus
gambaran histopatologi dari tiap jenis tumor berdasarkan laporan-laporan kasus
terdahulu dengan metode penelitian retrospektif.
C Comparison
Penelitian ini membandingkan gambaran histopatologis pada masing-masing
jenis tumor nasofaring.
O Outcome
• Artikel ini mengklasifikasikan tumor nasofaring menjadi Squamous Cell Carcinoma (SCC) yang
terbagi dalam Non- Keratin, Keratin, dan Basaloid.
• Jenis tumor nasofaring lainnya,
• Adenoid Cystic Carcinoma merupakan yang paling sering dijumpai dengan ciri adanya fusi
gen MYB-NFIB.
• Papillary Nasofaring Adenocarcinoma juga merupakan tumor nasofaring dengan tingkat
rekruensi yang rendah dan kemungkinan kecil untuk metastasis, dicirikan dengan adanya
papil dibatasi oleh satu lapis sel kuboid ke kolumnar dengan jumlah sitoplasma
eosinofilik moderat dan jumlah dan bentuk nucleus yang bervariasi
O Outcome
• Jenis tumor nasofaring lainnya,
• Salivary Gland Anlage Tumor juga merupakan tumor nasofaring yang biasa menyerang bagian posterior dari
dinding nasofaring atau posterior septum hidung yang bersifat jinak dengan gambaran histopatologis
adanya campuran epitel dan stroma berproliferasi kelenjar papiler dan tubulus disertai sarang squamous
cystic
• Hairy Polips merupakan tumor yang banyak dijumpai pada anak-anak, sering terjadi pada nasofaring dan
tuba eustachius dengan ciri gambaran histopatologis berupa dermis yang berkeratinisasi disertai epitel
squamous bertingkat
• Pituitary Adenomas dicirikan dengan pseudoglandular tersusun atas monomorfik sel epiteloid /
plasmacytocid.
• Craniopharingoma merupakan tumor yang banyak menyerang pada usia produktif dengan keluhan
nonspesifik terkadang didapati keluhan visual, dicikan dengan adanya sarang dan sel-sel squamous yang
berkeratin
• Chordoma merupakan tumor dengan tingkat rekruensi yang tinggi dan banyak menyerang pria usia
produktif dengan ciri gambaran histopatologis sel tumor tersuspensi zat myxoid dan adanya
plasmocytocid yang bervariasi.
• Angiofibroma Juvenile mayoritas menyerang remaja laki-laki dengan keluhan dapat berupa hidung tersubat
atau epistaksis dengan tingkat rekruensi yang tinggi. Gambaran histopatlogis berupa stroma yang
bervariasi dari bentuk dan ukurannya, dan variasi ketebalan lapisan endotel pembuluh darah “Pad Like”.
VIA
Critical appraisal
Artikel ini merupakan jurnal dengan metode penelitian studi retrospektif yang disusun
berdasarkan teori-teori terbaru. Referensi yang digunakan dalam artikel ini berasal dari
Validity kepustakaan yang terbaru dan keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan. Bertujuan untuk
membahas mengenai pembruan edisi ke 4 klasifikasi tumor kepala dan leher: nasofaring menurut
WHO.
Artikel ini bertujuan untuk mengetahui perubahan klasifikasi dari tumor nasofaring dan hal –
hal yang mendasarinya terutama dalam segi histopatologis. Artikel ini juga membahas mengenai
prevalensi tumor nasofaring, distribusi usia kejadian, jenis kelamin, tipe hasil PA, serta faktor
risiko yang mendukung terjadinya tumor nasofaring, juga penanganan yang tepat. Hal ini di
Importance harapkan dapat menjadi bahan evaluasi terhadap tingkat kejadian tumor nasofaring pada
periode sebelumnya. Sehingga dapat menjadi rujukan perbaikan penanggulangan kasus tumor
nasofaring pada umumnya.
Artikel ini merupakan pembaruan mengenai pengelompokan tumor nasofaring yang terbaru dan dikeluarkan
oleh World Health Organization serta telah dipublikasikan secara internasional pada tahun 2017. Artikel ini
Applicability dapat digunakan sebagai acuan dalam evaluasi kejadian tumor nasofaring di indonesia, dikarenakan angka
kejadian yang cukup tinggi pada tumor nasofaring untuk wilayah asia tenggara.
9
TINJAUAN PUSTAKA
TUMOR NASOFARING
•Duvvuri U, Carrau RL, Kassam AB. Vascular Tumors of the
Head and Neck. In: Bailey BJ, Johnson JT et al editors.
Otolaryngology Head and Neck Surgery, 4th Ed Vol 1.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2006. p. 1812-
25 Tumor Nasofaring
Jinak Ganas
Angiofibroma Karsinoma
Papiloma Hemangioma
nasofaring nasofaring
Sering ditemukan
0,5-4% dari seluruh 60% tumor ini di Indonesia 4,7:
pada anak lak-laki
tumor hidung dan berkembang di regio 100.000 kasus
prepubertas dan
sinus paranasal kepala dan leher pertahun
remaja
PAPILOMA NASAL
Suatu tumor jinak yang secara makroskopis mirip
dengan polip namun lebih vaskuler, padat dan tidak
mengkilap.
fungiform
(exophytic)
20% dari 142 kasus menunjukkan pertumbuhan tumor di dinding lateral nasalis,
sinus maxilaris, ataupun nasofaring.
Gambaran klinis khas :massa pada septum nasal, bewarna merah muda atau merah
tua, nodul dengan tampakan seperti kutil.
Umumnya tumbuh di dinding lateral rongga hidung kebanyakan pada meatus media,
jarang dari septum nasi ataupun sinus paranasal.
Faktor penyebab alergi, sinusitis kronis, terpapar zat karsinogen dan infeksi HPV 6
dan 11
Gejala klinis : obstruksi nasal unilateral disertai keluhan nyeri, epistaksis, cairan
hidung yang purulen atau ditemukannya deformitas lokal.
Lesi papiloma menunjukkan gambaran berwarna merah muda atau merah tua,
kenyal, pertumbuhan bernodul.
Penanganan
• Pengangkatan tumor dan eksisi dengan pendekatan rinotomi lateral atau degloving bila massa
tumor ada di traktus sinonasal dan dengan mastoidektomi untuk massa tumor di telinga tengah
dan kavum mastoid
Papiloma interved
Papiloma cylindrical Penyebab 7% kasus papiloma sinonasal
Predileksi pada antrum maxilaris, dinding lateral kavum nasal dan sinus
etmoidalis.
Penanganan
• Sama dengan papiloma inverted
Papiloma Oncocytic
PEMERIKSAAN PENUNJANG PAPILOMA NASAL
Pembedahan
• Rinotomi Lateral
• Degloving
• Maksilektomi Medial
• Endoskopi
Medikamentosa
• Pemberian serbuk 5 aminolevulinic acid HCL photodynamic yang
dilarutkan dalam air steril dan diaplikasikan secara topikal
Radioterapi
HEMANGIOMA
• Hemangioma kapiler.
KLASIFIKASI • Hemangioma kavernosum.
• Hemangioma perisitoma
Pemeriksaan • Histo PA
penunjang
PENATALAKSANAAN
Laboratorium • Anemia
Embolisasi
Operasi
Hormonal
Radioterapi
• Perluasan intrakranial
Komplikasi •
•
Perdarahan tidak terkontrol
Infeksi SSP
• Defisit neurologis
Virus
Etiologi
Ebstein Barr
Lingkungan
penunjang
Pemeriksaan
Klinis
• Tipe WHO 1
• - Karsinoma sel skuamosa (KSS)
• - Deferensiasi baik sampai sedang.
• - Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
• ii. Tipe WHO 2
• - Karsinoma non keratinisasi (KNK).
• - Paling banyak variasinya.
• - Menyerupai karsinoma transisional
• iii. Tipe WHO 3
• - Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
• -Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear
Cell Carsinoma”, varian sel spindel.
• - Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
Staging
T menggambarkan keadaan tumor
primer, besar dan perluasannya
N menggambarkan keadaaan kelenjar
limfe regional
•T1 :Tumor terbatas pada nasofaring
•T2 :Tumor meluas ke orofaring dan atau M menggambarkan metastase jauh
fossa nasal N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar
•T2a :Tanpa perluasan ke parafaring
•T2b :Dengan perluasan ke parafaring
N1 : Terdapat pembesaran kelenjar M0 : Tidak ada metastase jauh
•T3 :Invasi ke struktur tulang dan atau sinus ipsilateral < 6 cm
paranasal
M1 : Terdapat metastase jauh
N2 : Terdapat pembesaran kelenjar
•T4 :Tumor meluas ke intrakranial dan atau bilateral < 6 cm Stadium 0 : Tis dengan N0 dan M0
mengenai syaraf otak, fossa infratemporal,
•hipofaring atau orbita N3 : Terdapat pembesaran kelenjar >
6 cm atau ekstensi ke supraklavikula
PENATALAKSANAAN
• Radioterapi
• Terapi pilihan utama karena karsinoma nasofaring adalah tumor yang radiosensitif, biaya relatif murah, dan cukup
efektif terutama terhadap tumor yang belum mengadakan invasi ke intrakranial. Tetapi jika sudah metastase jauh
maka radiasi merupakan pengobatan yang bersifat paliatif.
• Dosis untuk radioterapi radikal adalah 6000-7000 rad dengan aplikasi radium dalam 7 hari atau 5000-6000 rad
dengan sinar X dalam waktu 5-6 minggu.
• Terapi paliatif diberikan pada nasofaring dan kelenjar limfe servikal kanan dan kiri. Dosisnya adalah dua pertiga
dari dosis radikal.
• Kemoterapi
• terapi adjuvan
• Obat-obatan sitostatika yang direkomendasikan adalah :
• Obat tunggal :
• Methotrexate, dosis 25 mg / minggu per oral
• Cyclophosphamide, dosis 1 gram / minggu intravena
• Bleomycin, dosis 10 mg / m2 luas permukaan tubuh / minggu im
• 5 Fluorouracil atau 5FU dan Cisplatin