Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

HIPERBARIK OKSIGEN dan NPWT

Pembimbing:
dr. Almahitta Cintami Putri, SpBP-RE(K)

Oleh :
dr. Raka Aditya

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1


PROGRAM STUDI ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Penyembuhan luka merupakan tantangan tersendiri dalam dunia bedah. Proses
penyembuhan luka sendiri dipengaruhi beberapa hal yaitu infeksi, iskemik, malnutrisi, defisiensi
vitamin, dan penggunaan obat-obatan. Iskemik pada luka dipengaruhi oleh tekanan lokal,
sirkulasi, dan respirasi. Gangguan dalam proses ini dapat menyebabkan penyembuhan luka yang
tidak sempurna. Dewasa ini, masalah kegagalan dalam penyembuhan luka berusaha dipecahkan
dengan berbagai terapi, diantaranya hiperbarik oksigen dan penggunaan tekanan negatif.
Proses penyembuhan luka kronik sering menyebabkan penurunan kondisi fisik dan
psikologi pasiennya. Perawatan luka secara konvensional membutuhkan waktu penyembuhan
yang cukup lama, terlebih untuk luka kronik dan disertai penyulit yang kompleks. Kunjungan
petugas medis dan paramedis juga lebih banyak diperlukan. Hal ini berdampak pada besarnya
biaya. Oleh karena itu, diperlukan manajemen perawatan luka yang lebih efektif dan efisien.
Sistem terapi luka bertekanan negative / negative pressure wound therapy (NPWT) telah
digunakan dan dikembangkan sejak lebih dari 25 tahun untuk mengatasi luka kompleks. Secara
sederhana, NPWT mengacu pada perangkat apa pun yang menutup luka dengan rapat,
menciptakan lingkungan kedap udara di mana vakum dapat diterapkan sehingga menghasilkan
serangkaian reaksi biologis yang meningkatkan penyembuhan luka. Saat ini, NPWT telah
digunakan dalam penanganan berbagai luka seperti trauma ortopedik, trauma jaringan lunak,
skin graft, ulkus diabetikum, ulkus varises vena, luka bakar, luka infeksi pasca- operasi, dan
berbagai jenis luka lain baik akut maupun kronik. Selain NPWT, dikenal juga terapi hiperbarik
oksigen untuk menangani luka kronik, yaitu dengan menggunakan oksigen tekanan tinggi yang
dapat membantu penyembuhan luka dengan membantu aliran darah dan pembentukan jaringan
baru.
Adanya kedua metode ini diharapkan dapat memberikan harapan baru bagi luka-luka
kronik yang selama ini dianggap sulit untuk disembuhkan. Dengan penyembuhan luka yang
lebih baik, diharapkan kualitas hidup penderita lebih baik dan meningkatkan taraf kesehatan
masyarakat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses penyembuhan luka terjadi melalui tahapan hemostasis dan inflamasi yang
memakan waktu sekitar 0-6 hari, kemudian dilanjutkan dengan proliferasi selama 4-14 hari, dan
maturasi dan remodelling selama 8-16 hari(1) Kegagalan pada fase dapat menyebabkan
penyembuhan luka yang abnormal. Salah satu penyebab tersering penyembuhan luka yang gagal
adalah iskemik. Pada luka yang kronik, proses penyembuhan luka tidak terjadi sebagaimana
mestinya. Pada luka kronik, penyembuhan terhambat dari fase inflamasi menuju fase proliferasi,
sehingga yang terjadi adalah peradangan yang terus-menerus. Saat ini dikembangkan metode
terapi yang diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan penyembuhan luka.

2.1. Terapi Hiperbarik Oksigen (HBO)


Terapi hiperbarik oksigen pertama kali terdokumentasi dilakukan oleh Henshaw
pada 1662. Saat ini ada 14 indikasi medis penggunaan terapi HBO, yaitu emboli udara
atau gas, luka bakar akut, keracunan karbon monoksida, keracunan karbon monoksida
disertai dengan keracunan sianida, oklusi arteri retina sentral, gas gangrene, rentan
menggunakan grafts dan flap, crush injury, compartement syndrome, dan trauma iskemik
akut lainnya, decompression sickness, efek samping radiasi (nekrosis jaringan lunak dan
tulang), penyembuhan beberapa luka, sensorineural hearing loss yang mendadak dan
idiopatik, abses intracranial, infeksi nekrotikan jaringan lunak, osteomyelitis refrakter,
dan anemia berat.
Terapi HBO ini pada umumya menggunakan ruangan yang telah terkompresi
dengan O2 dan pasien diminta untuk bernapas dalam ruangan tersebut, baik melalui
facemask, maupun endotracheal tube. Durasi terapi pada umumnya tergantung kondisi,
dengan rata-rata sekitat 1.5 sampai 2 jam per terapi, dilakukan 1-3 kali per hari. (2)Terapi
hiperbarik oksigen menggunakan prinsip penggunaan oksigen sebagai obat dan ruangan
hiperbarik sebagai sarana unruk meningkatkan pO2 pada daerah target. Hipoksia dan
iskemi pada jaringan terjadi ketika pO2 < 30 mmHg. Kondisi ini secara signifikan

3
mengganggu proses metabolic dan mempengaruhi penyembuhan luka dengan
mengganggu proliferasi fibroblast, sintesis kolagen, dan epitelisasi.(3)

Gambar 1. Penggunaan HBO chamber pada terapi HBO


Pada terapi HBO, pada luka diberikan tekanan lebih dari 1 atmosfer, biasanya 1.4
ATA atau lebih tinggi. (4)Terapi HBO dilakukan dengan memberikan oksigen 100%
inhalasi pada 1.9 sampai 2.5 atm, dimana proses ini akan meningkatkan pO2 jaringan
sampai sepuluh kali lipat dibanding biasanya. Luka memerlukan oksigen untuk
regenerasi jaringan dan penggunaan terapi HBO yang memberikan paparan terhadap
oksigen 100% ini mempercepat proses regenerasi jaringan. (2). Kadar oksigen ini
diketahui membantu proses angiogenesis, meningkatkan fibroblast dan fungsi leukosit.(5)
Mekanisme penyembuhan luka dengan terapi hiperbarik oksigen adalah dengan
mempercepat proliferasi fibroblast, sintesis kolagen, meningkatkan sistem imun,
menstimulasi angiogenesis, dan mengurangi peradangan pada luka kronis. (6)Akan tetapi
yang menjadi kontroversi adalah efek samping yang dapat timbul dari HBO ini
diantaranya barotrauma, pneumothorax, myopia, dan keracunan cerebral karena oksigen
yang dapat memicu kejang.(7,8) Penggunaan HBO saat ini digencarkan pada luka
diabetikum yang biasanya bersifat iskemik dan hipoksik, dimana ulkus diabetikum ini
tergolong sulit untuk menerima graft dan flaps karena vaskularisasi yang kurang baik dan
penyembuhan luka yang kurang baik.(9) Luka yang rentan terinfeksi seperti luka
4
traumatic, luka bakar thermal, skin graft, luka akibat radiasi, ulkus akibat diabetes dan
insufisiensi vascular saat ini banyak menggunakan terapi HBO sebagai salah satu metode
terapinya(10). Terapi HBO ini berkisar sekitar 2-3 bulan atau sekitar 40-60 sesi terapi
karena neovaskularisasi yang dipicu oleh hyperbaric tidak akan muncul dalam kurang
dari sebulan.(11)
Pada ulkus diabetikum, terapi HBO diketahui mempercepat proses penyembuhan
luka dengan meningkatkan nitric oxide (NO) dan sel progenitor endothelial. HBO terapi
menunjukkan angiogenesis yang prominent diserai pengurangan radang sehingga infeksi
anaerob dan angka kejadian amputasi berkurang. Terapi HBO diketahui juga dapat
berperan sebagai adjuvant antimikroba karena infeksi mikroba meruapakan penyebab
penting luka yang sulit sembuh. Terapi HBO mengubah parameter biofisika pada kondisi
luka, dengan merusak biofilm bakteri.

2.2. Negative Pressure Wound Therapy (NPWT)


NPWT pertama kali dilaporkan pada tahun 1993 dan diperkenalkan sebagai
“penutupan dengan bantuan vakum” untuk kontrol dan pengobatan luka oleh Morykwas
et al. pada tahun 1997. Sejak itu, NPWT telah digunakan secara luas tidak hanya untuk
luka kronis yang tidak dapat disembuhkan, tetapi juga untuk cedera traumatis akut.(12)
Sistem NPWT terdiri dari busa yang terhubung ke pompa vakum melalui tabung
penghubung, dan seluruh sistem ditutup dengan dressing semioklusif. Pada NPWT luka
pertama-tama diisi dengan bahan berpori seperti busa atau kain kasa, yang memfasilitasi
transmisi tekanan di dalam luka(13). Sebuah lubang drainase kemudian dipasang di atas
bahan berpori dan luka ditutup dengan balutan film berperekat. Port drainase terhubung
ke pompa vakum terkontrol yang mempertahankan tekanan negatif, biasanya berkisar
antara -50 hingga -150 mmHg. NPWT mengurangi akumulasi cairan dengan drainase
kontinu pada daerah luka dengan suction vakum pada penutup luka yang berbahan busa
atau kassa yang kemudian ditutup dengan adhesive film. Kondisi ini akan menjaga
kelembaban, meningkatkan aliran darah, mengurangi eksudat, menekan daerah luka
untuk membantu penutupan luka, dan mengurangi proliferasi bakteri sehingga
mengurangi infeksi tanpa harus mengganti wound dress setiap hari.(14)

5
Tekanan dapat diterapkan dalam mode kontinu, intermiten, atau variabel, dengan
tipe kontinu menjadi yang paling sering digunakan. Dalam mode variabel, tingkat hisap
berubah tetapi tidak pernah dimatikan, sedangkan dalam mode intermiten, tekanan
dihidupkan dan dimatikan selama perawatan.
Bahan antarmuka spesifik yang berkontak dengan permukaan luka mempengaruhi
respon biologis sistem. Bahan yang paling umum digunakan adalah busa poliuretan (PU)
berpori terbuka yang membentuk struktur menyerupai jaring tiga dimensi. Pembentukan
kisi ini memungkinkan vakum untuk didistribusikan secara merata ke seluruh busa dan
meningkatkan drainase cairan.(15)
Dalam studi klinis dan eksperimental, efek NPWT (Negative Pressure Wound
Therapy) mempercepat penyembuhan luka melalui proses peningkatan aliran darah lokal,
pembentukan jaringan granulasi, dan penurunan kolonisasi bakteri. Mekanisme kerja dari
NPWT diperkirakan dengan membuat suasana sekitar luka menjadi bertekanan
subatmosfer sehingga menghilangkan edema kronis, meningkatkan aliran darah dan
menstimulasi granulasi jaringan. Pada NPWT, terjadi peningkatan aliran darah sampai
dengan 5x dibandingkan dengan perawatan luka biasa. NPWT diperkirakan
meningkatkan kaliber kapiler sehingga menstimulasi proliferasi endothelial dan
angiogenesis. Selain itu, NPWT juga diketahui mengubah komposisi cairan luka sehingga
proteinase yang merugikan bagi luka dan sitokin inflamasi diketahui berjumlah lebih
sedikit pada pasien yang menerima terapi NPWT. Keuntungan dari NPWT diantaranya
berkurangnya volume dan ukuran luka, lebih cepatnya pembentukan jaringan granulasi,
lebih cepatnya penyembuhan luka, luka lebih bisa menerima graft, berkurangnya waktu
drainase, komplikasi lebih minimal, meningkatkan angka survival, dan mengurangi
biaya.
NPWT memfasilitasi penyembuhan luka melalui berbagai mekanisme aksi baik
pada tingkat makroskopis maupun mikroskopis(16). Mekanisme aksi utama meliputi:(17)
1. Makrodeformasi
Makrodeformasi, atau pengerutan luka yang diinduksi secara sederhana, terjadi
ketika penghisap diterapkan pada busa yang menyebabkan tepi luka menyatu
sehingga mengurangi ruang yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan.

6
Makrodeformasi juga dapat menyebabkan gaya tekan seperti ketika perangkat ini
digunakan secara melingkar pada ekstremitas
2. Mikrodeformasi
Mikrodeformasi menggambarkan perubahan mekanis yang terjadi pada skala
mikroskopis ketika penghisapan diterapkan pada bahan berpori yang
menghasilkan undulasi pada permukaan luka. Pada Model Finite Element
Computer menunjukkan bahwa NPWT menghasilkan 5-20% ketegangan di
seluruh jaringan penyembuhan, yang mendorong pembelahan dan proliferasi sel,
produksi faktor pertumbuhan dan angiogenesis
3. Ekstraksi cairan edema dan eksudat
Ekstraksi cairan edema dan eksudat dari ruang ekstraseluler, sehingga
menghilangkan mediator inflamasi dan sitokin yang mempunyai efek jangka
panjang menghambat kemampuan mikrosirkulasi untuk mendukung
penyembuhan jaringan yang rusak.
4. Lingkungan hangat dan lembab
Menyediakan lingkungan yang hangat dan lembab yang mencegah pengeringan
luka dan meningkatkan pembentukan jaringan granulasi

Indikasi dilakukannya NPWT adalah(18) :


1. Luka terbuka
Pada aplikasi paling dasar, NPWT telah digunakan dalam pengelolaan luka
terbuka, di mana busa diletakkan langsung ke dasar luka. Target umum adalah
ulkus yang penyembuhannya buruk seperti yang disebabkan oleh diabetes,
gangguan patologis vena atau arteri, dan nekrosis akibat tekanan.
2. Skin graft.
NPWT sering digunakan untuk mempersiapkan resipien untuk cangkok kulit.
Pada luka besar dimana jaringan grnulasi sudah terbentuk akan lebih mudah untuk
dilakukan pencangkokan kulit.
3. Pada luka bakar

7
NPWT diketahui dapat menyediakan perfusi yang adekuat pada luka bakar akut
parsial di tangan. NPWT juga digunakan sebagai pengganti kulit sementara pada
luka bakar, dimana hal ini tidak mempengaruhi kegagalan cangkok kulit dan
dapat meningkatkan elastisitas scar akibat luka bakar.
4. Fraktur terbuka
NPWT juga telah digunakan dalam pengobatan luka terbuka dengan tulang atau
persendian yang terbuka, di mana diyakini dapat menjaga luka tetap lembab,
hangat dan steril dengan mencegah kontaminasi eksternal. Tingkat penyembuhan
luka pada fraktur terbuka juga telah terbukti dipercepat dengan NPWT
5. Luka yang terinfeksi
Efektifitas NPWT pada luka infeksi dipelajari menggunakan luka ledakan
jaringan lunak pada model babi. Dalam model ini, NPW T ditemukan
menurunkan jumlah bakteri, menghambat nekrosis jaringan yang diinduksi
infeksi, dan menginduksi inisiasi awal pembentukan jaringan granulasi. Penelitian
pada manusia menunjukkan bahwa NPWT efektif dalam mengendalikan infeksi,
khususnya pada luka dada dan perut.

Penggunaan NPWT dikontraindikasikan pada osteomielitis yang tidak terawat,


bila terdapat jaringan nekrotik atau keganasan pada luka, pada fistula nonenterik dan
yang belum dieksplorasi, dan bila terdapat pembuluh darah, saraf, tempat anastomosis,
atau organ yang terbuka.
Beberapa faktor risiko pada pasien juga perlu menjadi pertimbangan. NPWT
dikontraindikasikan pada pasien dengan risiko tinggi perdarahan atau perdarahan atau
mereka yang menggunakan antikoagulasi kronis atau pengobatan antiplatelet.
Komplikasi yang disebutkan dalam literatur termasuk infeksi, sepsis, retensi busa
pada luka, perlekatan jaringan, perdarahan, dan nyeri. Dalam beberapa kasus serius
perdarahan dan infeksi dapat menyebabkan kematian, namun komplikasi ini sangat
jarang terjadi. Kematian yang terkait dengan penerapan NPWT di rumah atau di fasilitas
perawatan jangka panjang, paling sering disebabkan oleh perdarahan masif. Pada luka

8
perut terbuka, ketegangan pada usus proksimal stoma selama pengunaan NPWT dapat
menyebabkan stomal mucocutaneus dehisence.

BAB III
KESIMPULAN
Penanganan luka kronik menjadi masalah tersendiri dalam dunia bedah. Luka yang tidak
tertangani dengan baik dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien. Saat ini dikembangkan terapi
baru yang dapat digunakan pada luka yang sulit sembuh atau luka kronik, diantaranya dengan
menggunakan tekanan negatif dan menggunakan oksigen bertekanan tinggi. NPWT menjadi
salah satu pilihan modalitas baru terapi penanganan luka akut dengan penyulit kompleks ataupun
luka kronik yang tidak membaik dengan perawatan konvensional. Efektivitasnya dalam
menurunkan jumlah bakteri, meningkatan perfusi jaringan, dan promosi pembentukan jaringan
granulasi membuat percepatan proses penyembuhan luka sehingga penerapan NPWT telah
diperluas dari mengelola dan melindungi luka hingga meningkatkan kenyamanan pasien dan
pengurangan biaya.
HBO terapi juga diketahui membantu penyembuhan luka karena pemberian oksigen dosis tinggi
dapat memicu terjadinya angiogenesis dan mempercepat penyembuhan luka.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi FC, Andersen DK, Schwartz SI, editors. Schwartz’s principles of surgery: DVD
included. 10. ed. New York: McGraw-Hill Education; 2015. 2069 p. (Surgery).

2. Ortega MA, Fraile-Martinez O, García-Montero C, Callejón-Peláez E, Sáez MA, Álvarez-


Mon MA, et al. A General Overview on the Hyperbaric Oxygen Therapy: Applications,
Mechanisms and Translational Opportunities. Medicina (Mex). 2021 Aug 24;57(9):864.

3. Sabiston DC, Townsend CM, editors. Sabiston textbook of surgery: the biological basis of
modern surgical practice. 19th ed. Philadelphia, PA: Elsevier Saunders; 2012. 2124 p.

4. Dressings - ClinicalKey [Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from:


https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-B9780702062759001458?scrollTo=
%23hl0001780

5. Wound Healing - ClinicalKey [Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from:
https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-B9780323640626000062?scrollTo=
%23hl0001730

6. Opasanon S, Pongsapich W, Taweepraditpol S, Suktitipat B, Chuangsuwanich A. Clinical


Effectiveness of Hyperbaric Oxygen Therapy in Complex Wounds. J Am Coll Clin Wound
Spec. 2014 Apr;6(1–2):9–13.

7. Heyboer M, Sharma D, Santiago W, McCulloch N. Hyperbaric Oxygen Therapy: Side


Effects Defined and Quantified. Adv Wound Care. 2017 Jun;6(6):210–24.

8. Heyboer M. Hyperbaric Oxygen Therapy Side Effects – Where Do We Stand? J Am Coll


Clin Wound Spec. 2016;8(1–3):2–3.

9. Buchbinder D, Buchbinder SB. WOUND HEALING: ADJUVANT THERAPY AND


TREATMENT ADHERENCE. In: Venous Ulcers [Internet]. Elsevier; 2007 [cited 2022 Aug
12]. p. 91–103. Available from:
https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/B9780123735652500129

10. The Use of Hyperbaric Oxygen Therapy in the Treatment of Non-healing Ulcers Secondary
to Graft-versus-host Disease - ClinicalKey [Internet]. [cited 2022 Aug 13]. Available from:
https://www.clinicalkey.com/#!/content/journal/1-s2.0-S2213510314000293

11. Atypical Wounds; Hyperbaric Oxygen Therapy - ClinicalKey [Internet]. [cited 2022 Aug
12]. Available from: https://www.clinicalkey.com/#!/content/journal/1-s2.0-
S0891842219300205

12. Rohman N, I H, Sungkar A. Teknik Penanganan Luka Tekanan Negatif/ Negative Pressure
Wound Therapy (NPWT) pada Luka Kronik Pasca Trauma (Laporan Kasus Serial). Cermin
Dunia Kedokt. 2015 Dec 1;42(12):927–31.

10
13. Panayi AC, Leavitt T, Orgill DP. Evidence based review of negative pressure wound
therapy. World J Dermatol. 2017 Feb 2;6(1):1–16.

14. Wound Classification and Management - ClinicalKey [Internet]. [cited 2022 Aug 12].
Available from: https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-
B978032350913800016X?scrollTo=%23hl0000453

15. Wound healing - ClinicalKey [Internet]. [cited 2022 Aug 12]. Available from:
https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-B9780323356947000138?scrollTo=
%23hl0001174

16. Putnis S, Khan WS, Wong JML. Negative pressure wound therapy - a review of its uses in
orthopaedic trauma. Open Orthop J. 2014;8:142–7.

17. Shim HS, Choi JS, Kim SW. A Role for Postoperative Negative Pressure Wound Therapy in
Multitissue Hand Injuries. BioMed Res Int. 2018;2018:3629643.

18. Copeland H, Newcombe J, Yamin F, Bhajri K, Mille VA, Hasaniya N, et al. Role of
Negative Pressure Wound Care and Hyperbaric Oxygen Therapy for Sternal Wound
Infections After Pediatric Cardiac Surgery. World J Pediatr Congenit Heart Surg. 2018
Jul;9(4):440–5.

11

Anda mungkin juga menyukai