Anda di halaman 1dari 140

0

JURNAL PENELITIAN

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUANG
HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Oleh :

PUJIANTO
NIM: 1611A0136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2017
1

ABSTRAK

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUANG
HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Pujianto1, Aprin Rusmawati 2, Eva Agustina 2


1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ners
2
Dosen Program Studi Pendidikan Ners
Dsn Krebet 1 A, Desa Pagu Kecamatan Wates Kabupaten Kediri
Wiannara0@gmail.com@gmail.com

Gagal ginjal adalah penyakit kronik yang disebabkan penurunan fngsi ginjal yang
menaun, pasien gagal ginjal akan mengalami depresi apalagi kalau sudah dilakukan
hemodialisa, untuk mengurangi depresi maka pasien GGK perlu meningkatkan aktivitas
spiritualnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan aktivitas spiritual dengan
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian observasional dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi Seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri berjumlah 187 orang. Tehnik
pengambilan sample Accidental Sampling dengan sampel 30 responden. Instrumen penelitian
menggunakan lembar kuesioner aktspiritual dan kuesioner tentang tingkat depresi dengan Uji
statistic spearman rho.
Sebagian besar responden 56,7% (17 orang) memiliki aktivitas spiritual yang baik.
Hampir setengah responden 43,3% (13 orang) mengalami depresi sedang dan ringan.
Ada hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri
dengan nilai p = 0,002.
Terbukti ada hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa karena faktor latar belakang etnik dan sosial
budaya, pengalaman hidup sebelumnya.

Kata Kunci : Aktivitas spiritual, tingkat depresi, gagal ginjal kronik.


2

ABSTRACT

SPIRITUAL ACTIVITY WITH DEPRESSION LEVEL IN PATIENT FAILED CHRONIC


KIDNEY WHICH HELPED HEMODIALISA IN HEMODIALISA GAMBIRAN
HOSPITAL KEDIRI

Pujianto1, Aprin Rusmawati 2, Eva Agustina 2


1
Student of Nursing Education Study Programme
2
Lecturer of Nursing Education Study Programme
Dsn Krebet 1 A, Desa Pagu Kecamatan Wates Kabupaten Kediri
Wiannara0@gmail.com@gmail.com

Kidney failure is a chronic disease caused by kidney deficiency of kidneys, patients


with kidney failure will experience depression, especially if hemodialysis is done, to reduce
depression, patients need to increase their spiritual activity GGK. The purpose of this study to
determine the relationship of spiritual activity with the level of depression in patients with
chronic renal failure who underwent hemodialysis in space hemodialisa Gambiran Hospital
Kediri.
In this study, researchers used an observational research design with Cross Sectional
approach. Population All patients with chronic renal failure who underwent hemodialysis in
hemodialysis room Gambiran Hospital Kediri amounted to 187 people. Accidental sampling
sampling technique with sample of 30 respondents. The research instrument used an
accessory questionnaire sheet and a questionnaire on depression level with spearman rho
statistic test.
Most respondents 56.7% (17 people) had good spiritual activity. Nearly half of
respondents 43.3% (13 people) experienced moderate and mild depression.
There is a relationship of spiritual activity with depression level in patients with
chronic renal failure who underwent hemodialysis in Hemodialisa Room Gambiran Hospital
Kediri with p = 0,002.
Evidently there is a relationship of spiritual activity with depression levels in patients
with chronic renal failure who undergo hemodialysis due to ethnic and socio-cultural
background factors, previous life experiences.

Keywords: Spiritual activity, depression level, chronic renal failure.


3

PENGANTAR Pasien akan mengalami gangguan proses


Menurut Rindiastuti (2012) di negara berfikir dan konsentrasi serta gangguan
maju ataupun negara berkembang penyakit dalam berhubungan sosial. Semua kondisi
kronik tidak menular (cronic non- tersebut akan menyebabkan menurunnya
communicable diseases) seperti penyakit pola pikir seperti Depresi, Orang yang
kardiovaskuler, hipertensi, diabetes mengalami depresi akan mengalami
melitus, dan penyakit ginjal kronik, sudah ketegangan otot, daya tahan tubuh
menggantikan penyakit menular menurun, gugup, sulit tidur, mual dan
(communicable diseases) sebagai masalah sebagainya. Hal ini secara tidak langsung
kesehatan masyarakat utama.Di Indonesia, akan berpengaruh terhadap kepuasan hidup
menurut WHO penyakit hipertensi dan seseorang yang juga akan berdampak pada
gagal ginjal selalu mengalami peningkatan kualitas hidup orang tersebut (Ventegod,
tiap tahunnya. (Price & Wilson, 2015). 2013). Menurut Vincent Cornelli,
Prevalensi gagal ginjal kronik (GGK) sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht
di Amerika serikat dengan jumlah (2015) depresi menyebabkan gangguan
penderita meningkat setiap tahunnya. Pada pada tubuh dan pikiran yang disebabkan
tahun 2010 jumlah penderita gagal ginjal oleh perubahan dan tuntutan kehidupan,
kronik sekitar 80.000 orang, dan tahun yang dipengaruhi baik oleh lingkungan
2015 meningkat menjadi 660.000 orang. maupun penampilan individu di
Indonesia juga termasuk Negara dengan lingkungan tersebut. Pada saat mengalami
tingkat gagal ginjal kronik yang cukup depresi, individu akan mencari dukungan
tinggi. Tahun 2010 jumlah pasien gagal dari keyakinan agama atau spiritualnya.
ginjal kronik mencapai 2.148 orang, Dukungan ini sangat diperlukan untuk
kemudian tahun 2011 menjadi 2.260 orang dapat menerima keadaan yang dialaminya.
( Alam dan Hadibroto, 2011) sembahyang atau berdoa membaca kitab
Gagal ginjal kronik (GGK) suci Al Quran dan praktik keagamaan
disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal lainnya sering membantu memenuhi
yang bersifat menahun, berlangsung kebutuhan spiritual yang juga merupakan
progresif dan cukup lanjut, serta bersifat suatu perlindungan terhadap tubuh (Hamid.
persisten dan irreversible (Mansjoer, A,2014).
2012). Ginjal merupakan organ penting Manusia merupakan makhluk yang
dalam tubuh manusia, yang mengatur memiliki bio-psiko-sosio dan cultural yang
fungsi kesejahteraan dan keselamatan berespon secara holistic dan unik terhadap
untuk mempertahankan volume, komposisi perubahan kesehatan atau pada keadaan
dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar kritis. Aspek spiritual merupakan bagian
dijalankan oleh ginjal (Brenner, 2012 integral dan interaksi perawat dengan
dalam Lubis, 2014). klien. Perawat berupaya memenuhi
Sedangkan hemodialisa sebagai kebutuhan spiritual klien walaupun tidak
bentuk terapi pengganti pada pasien seagama, (Hamid. A,2014).
dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang Di rumah sakit pemenuhan
bersifat akut maupun kronik. Pasien yang kebutuhan spiritual masih dipandang
mengalami gagal ginjal juga dapat dibantu sebelah mata, karena efek secara langsung
dengan bantuan mesin hemodialisis yang tidak bisa dilihat. Kecendurungan perawat
mengambil alih fungsi ginjal. Pasien gagal lebih mementingkan pemenuhan
ginjal yang menjalani terapi hemodialisa kebutuhan secara fisik, hal ini kadang –
membutuhkan waktu 12 – 15 jam tiap kadang klien tidak ingat tentang kebutuhan
minggunya, atau paling sedikit 3 – 4 jam rohani, sehingga aktivitas spiritualnya
perkali terapi. Kegiatan ini akan berkurang, (Hamid. A,2014).
berlangsung terus menerus sepanjang Ruang lingkup spiritual, yaitu semua
hidupnya. (Bare & Smeltzer, 2013) jenis kegiatan aktivitas spiritual yang
Terapi hemodialisa sangat dilakukan secara rutin dan dilakukan
mempengaruhi keadaan psikologis pasien. secara langsung maupun tidak langsung
4

terlibat dalam kegiatan aktivitas spiritual Sebagian besar responden 56,7% (17
atau keagamaan. Contoh atau bentuk orang) memiliki aktivitas spiritual yang
aktivitas spiritual antara lain : melakukan baik.
hal-hal yang berhubungan dengan
beribadah (berdoa, pergi ketempat Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal
beribadah,berdoa bersama, atau pengajian kronik
membaca kitab suci atau Al Quran) No Tingkat depresi Jumlah Prosentase
(%)
BAHAN DAN CARA PENELITIAN 1 Depresi sangat berat 0 0
Dalam penelitian ini, peneliti 2 Depresi berat 0 0
menggunakan desain penelitian 3 Depresi sedang 13 43,3
4 Depresi ringan 13 43,3
observasional dengan pendekatan Cross 5 Tidak ada depresi 4 13,3
Sectional. Penelitian korelasi ini Jumlah 30 100
menganalisa aktivitas spiritual dengan
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal Hampir setengah responden 43,3% (13
kronik yang menjalani hemodialisa di orang) mengalami depresi sedang dan
ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota ringan.
Kediri.
Variabel independen Pada penelitian Analisa Data
ini aktivitas spiritual. Variabel dependen
Pada penelitian ini tingkat depresi. Analisis Correlation
penelitian dilaksanakan di Ruang Spearman Coefficient Signifikansi
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri rho (r)
pada tanggal 1-30 Juni 2017 dengan aktivitas
jumlah responden 30 orang. Dengan spiritual 0,538
menggunakan teknik Accidental Sampling. dengan 0,002
Dilakukan Uji Spearman Rho dengan taraf tingkat
signifikasi atau α = 0,05 dengan depresi
menggunakan program komputer. Jika
nilai sig (ρ) > 0,05 maka Ho diterima Dari hasil uji statistik didapatkan nilai
artinya tidak ada hubungan aktivitas p-value adalah p = 0,002 yang berarti lebih
spiritual dengan tingkat depresi pada kecil daripada nilai α = 0,05 (p = 0,002<α
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani = 0.05) artinya tolak Ho, kesimpulannya
hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD ada hubungan aktivitas spiritual dengan
Gambiran Kota Kediri. Jika nilai sig (ρ) ≤ tingkat depresi pada pasien gagal ginjal
0,05 maka Ho ditolak artinya ada kronik yang menjalani hemodialisa di
hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran Kota
depresi pada pasien gagal ginjal kronik Kediri.
yang menjalani hemodialisa di ruang Nilai Correlation Coefficient sebesar r
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri. = 0,538 artinya tingkat keeratan hubungan
antara aktivitas spiritual dengan tingkat
HASIL PENELITIAN DAN depresi pada pasien gagal ginjal kronik
PEMBAHASAN yang menjalani hemodialisa di Ruang
Hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri
Aktivitas spiritual pada pasien gagal agak rendah, dan tidak ada tanda negatif
ginjal kronik yang artinya semakin tinggi aktivitas
spiritual maka tingkat depresi semakin
No Aktivitas Jumlah Prosentase (%)
spiritual rendah..
1 Kurang 4 13,3
2 Cukup 9 30
3 Baik 17 56,7
Jumlah 30 100
5

PEMBAHASAN Dari uraian tersebut diatas peneliti


Hasil penelitian menunjukkan bahwa berpendapat bahwa aktivitas spiritual
sebagian besar responden 56,7% (17 penderita gagal ginjal kronik adalah baik
orang) memiliki aktivitas spiritual yang hal ini dibuktikan dengan ketertiban dalam
baik, seperti menjalankan ibadah, menjalankan sholat, berdoa saat sakit dan
berdzikir, dan melakukan perbuatan- selalu berdzikir, yang berarti bahwa
perbuatan baik saat sakit. Aktivitas penderita gagal ginjal kronik selain
spiritual adalah kebutuhan untuk berusaha dengan pengobatan juga
mempertahankan atau mengembalikan memohon kepada Tuhan yang maha Esa
keyakinan dan memenuhi kewajiban untuk diberikan kesembuhan, selain
agama, serta kebutuhan untuk aktivitas spiritual yang baik akan tetapi ada
mendapatkan maaf atau pengampunan, beberapa pasien yang kurang perhatian
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa terhadap anak istrinya, hal ini wajar
percaya dengan Tuhan (Carson, 2009). mengingat pasien gagal ginjal lebih fokus
Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan terhadap pengobatan penyakitnya
spiritual merupakan kebutuhan untuk Hasil penelitian menunjukkan bahwa
mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan hampir setengah responden 43,3% (13
untuk mencintai dan dicintai serta rasa orang) mengalami depresi sedang dan
keterikatan, dan kebutuhan untuk member ringan, seperti marah karena hal yang kecil
dan mendapatkan maaf. Hasil penelitia atau sepele, kadang merasakan cemas
menunjukkan bahwa aktivitas spiritual dalam beberapa situasi. Depresi adalah
pasien gagal ginjal kronik sebagian besar perasaan sedih, ketidak berdayaan dan
adalah baik hal ini berarti pasien mampu pesimis yang berhubungan dengan suatu
menjalin hubugan yang baik denga Tuhan penderitaan. Dapat berupa serangan yang
Yang Maha Esa. ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa marah yang dalam (Nugroho, 2012). Hasil
yang berumur > 50 tahun memiliki penelitian ini menunjukkan bahwa pasien
aktivitas spiritual yang baik yaitu sebanyak gagal ginjal kronik mengalami rasa ketidak
7 orang (23,3 %). Hasil penelitian berdayaan dan perasaan sedih sedang dan
menunjukkan bahwa setengah responden ringan.
yaitu 46% (14 orang) tidak bekerja / IRT. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa
Kelompok usia pertengahan dan lansia yang berjenis kelamin perempuan yang
mempunyai lebih banyak waktu untuk memiliki tingkat depresi sedang yaitu
kegiatan agama dan berusaha untuk sebanyak 10 orang (33,3 %). Depresi
mengerti nilai agama yang diyakini oleh umumnya lebih sering menyerang pada
generasi muda. Perasaan kehilangan karena wanita. Wanita lebih sering terpajan
pensiun dan tidak aktif serta menghadapi dengan stressor lingkungan dan batas
kematian orang lain (saudara, sahabat) ambangnya lebih rendah jika dibandingkan
menimbulkan rasa kesepian dan mawas pria. Depresi pada wanita juga berkaitan
diri. Perkembangan filosofis agama yang dengan ketidakseimbangan hormon pada
lebih matang sering dapat membantu orang wanita. Misalnya depresi pra haid, post
tua dalam menghadapi kenyataan, berperan partum dan depresi postmenopause.
aktif dalam kehidupan dan merasa Perempuan berada pada risiko yang lebih
berharga, serta lebih dapat menerima besar orang-orang yang gangguan depresi
kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat dan kecemasan pada usia lebih awal
ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2009). daripada laki-laki (Videbeck, 2008). Hal
Hal ini menunjukkan bahwa usia ini berarti sesuai dengan teori bahwa
pertengahan atau lansia aktivitas wanita cenderung memiliki tingkat depresi
spiritualnya lebih baik dan yang tidak lebih tinggi daripada laki-laki.
bekerja atau Ibu Rumah Tangga lebih bisa Dari uraian tersebut diatas peneliti
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang berpendapat bahwa tingkat depresi pada
maha Esa. pasien gagal ginjal kronik adalah sedang
6

dan ringan, tingkat depresi responden Faktor yang mempengaruhi spiritual


dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, dan tingkat depresi seseorang adalah latar
pekerjaan, jenis kelamin selain faktor belakang etnik dan budaya. Sikap,
penyakitnya. Tingkat depresi ringan dan keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar
sedang masih bisa diatasi dengan belakang etnik dan sosial budaya. Hasil
pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, penelitian menunjukkan bahwa hampir
sehingga penderita bisa lebih menerima setengah responden (44%) sangat sering
penyakitnya dengan beribadah dan berdoa mengikuti kegiatan pengajian atau dzikir
memohon agar penyakitnya segera diberi bersama. Pada umumnya, seseorang akan
kesembuhan. mengikuti tradisi agama dan spiritual
Hasil uji statistik didapatkan nilai p- keluarga. Anak belajar pentingnya
value adalah p = 0,002 yang berarti lebih menjalankan kegiatan agama, termasuk
kecil daripada nilai α = 0,05 (p = 0,002<α nilai moral dari hubungan keluarga dan
= 0.05) artinya tolak Ho, kesimpulannya peran serta dalam berbagai bentukkegiatan
ada hubungan aktivitas spiritual dengan keagamaan. Perlu diperhatikan apa pun
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal tradisi agama atau sistem kepercayaan
kronik yang menjalani hemodialisa di yang dianut individu, tetap saja
Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran Kota pengalaman spiritual adalah hal unik bagi
Kediri. tiap individu (Craven, 2008). Hal ini
Secara ringkas, dapat dinyatakan menujukkan bahwa kegiatan ibadah
bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan penderita GGK sebelum mengalami sakit
spiritualnya jika mampu merumuskan arti adalah baik dengan tradisi agama yang
personal yang positif tentang tujuan dijalani bersama lingkungannya.
keberadaanya didunia/kehidupan, Pada saat mengalami stres, individu
mengembangkan arti penderitaan dan akan mencari dukungan dari keyakinan
menyakini hikmah dari suatu kejadian atau agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan
penderitaan, menjalin hubungan positif dan untuk menerima keadaan sakit yang
dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dialami, khususnya jika penyakit tersebut
dan cinta, membina integritas personal memerlukan proses penyembuhan yang
merasa diri berharga, merasakan kehidupan lama dengan hasil yang belum pasti.
yang terarah terlibat melalui harapan, Sembayang atau berdoa, membaca kitab
mengembangkan hubungan antar-manusia suci dan praktik keagamaan lainnya sering
yang positif (Hamid, 2009). membantu memenuhi kebutuhan spiritual
Nilai Correlation Coefficient sebesar r Dari uraian tersebut diatas peneliti
= 0,538 artinya tingkat keeratan hubungan berpendapat bahwa ada hubungan antara
antara aktivitas spiritual dengan tingkat aktivitas dengan tingkat spiritual, semakin
depresi pada pasien gagal ginjal kronik tinggi aktivitas spiritualnya maka tingkat
yang menjalani hemodialisa di Ruang depresinya juga semakin rendah. Klien
Hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri yang merasa cemas dengan hasil
agak rendah, dan tidak ada tanda negatif pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan
yang artinya semakin tinggi aktivitas setelah mendengar hasil pemeriksaan
spiritual maka tingkat depresi semakin mungkin saja sedang menderita distres
rendah spiritual ada yang bereaksi dengan perilaku
Menurut Taylor (2016), faktor penting mengintropeksi diri dan mencari alasan
yang dapat mempengaruhi spiritualitas terjadinya suatu situasi dan berupaya
seseorang adalah pertimbangan tahap mencari fakta yang dapat menjelaskan
perkembangan, keluarga, latar belakang situasi tersebut, tetapi ada yang bereaksi
etnik dan budaya, pengalaman hidup secara emosional dan mencari informasi
sebelumnya krisis, terpisah dari ikatan serta dukungan dari keluarga dan teman.
spiritual, isu moral terkait dengan terapi, Perasaan bersalah, rasa takut, depresi, dan
serta asuhan keperawatan yang kurang ansietas mungkin menunjukkan perubahan
tepat. fungsi spiritual.
7

KESIMPULAN DAN SARAN Badan Penelitian dan pengembangan


Sebagian besar responden 56,7% (17 kesehatan kementrian kesehatan RI,
orang) memiliki aktivitas spiritual yang 2013,”Riset Kesehatan dasar, Dilihat
baik. pada tanggal 17 Februari
Hampir setengah responden 43,3% (13 2016,www.depkes.go.id/resources/do
orang) mengalami depresi sedang dan wnload/general/Hasil%20Riskesdas
ringan. %202013.pdf
Ada hubungan aktivitas spiritual Bakara, D, M, Yusniarita, & Sutriyanti, Y,
dengan tingkat depresi pada pasien gagal 2012, “Pengaruh Intervensi Spiritual
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa Emotional Freedom Technique
di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran (SEFT) terhadap tingkat Depresi,
Kota Kediri dengan nilai p = 0,002. Kecemasan dan Stres pada Pasien
Gagal Ginjal Kronik di Bengkulu”.
Saran Cahyaningsih, N., D., 2011, ‘Hemodialisis
Bagi Pasien (cuci Datrah) : Panduan Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan Perawatan Gagal Ginjal’, edisi ke 3,
bahan masukan atau informasi tentang Mitra Cendikia, Yogyakarta.
penyakit gagal ginjal kronis sehingga Crawford, J,R, & Henry, J, D, 2003, ‘The
pasien lebih bisa mendekatkan diri kepada Depression Anxiety Stress Scales
Tuhan Yang Maha Esa sehingga bisa (DASS): normative data and latent
menurunkan tingkat depresinya. structure in a large non-clinical
sample.
Bagi petugas atau perawat
Hamid, A., Y., S., 2009, Bunga Rampai
Memberikan pendidikan kesehatan
Asuhan keperawatan Jiwa, Penerbit
tentang penyakit pasien serta memberikan
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
informasi yang tepat serta membantu
Haryono, R., 2013, Keperawatan Medikal
pasien dalam pemenuhan kebutuhan
Bedah: Sistem Perkemihan, Edisi 1,
rohaninya seperti membantu sholat di
Rapha Publishing, Yogyakarta.
tempat tidur ataupun beribadah yang
Hawari, D., 2011, Stres, Cemas, dan
lainnya.
Depresi, FK UI, Jakarta.
Bagi Rumah Sakit Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi
Memberikan fasilitas dan sarana yang Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
cukup bagi pasien untuk memenuhi Jakarta.
kebutuhan rohaninya, seperti menyediakan Paputungan, R., 2015, ‘ Hubungan Lama
alquran, ataupun bacaan-bacaan tentang menjalani Hemodialisa dengan Stres
keagamaan agar pasien bisa lebih pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di
mendekatkan diri kepada Tuhan. RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota
Bagi Peneliti Selanjutnya Gorontalo Tahun 2015’.
Dapat lebih dikembangkan dan Saryono, Mekar Dwi Anggraeni, 2013,
diperdalam untuk mengetahui faktor- Metodologi Penelitian Kualitatif dan
faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas Kuantitatif dalam bidang kesehatan,
spiritual maupun tingkat depresi pasien. Nuha medika, Yogyakarta.
Sunaryo., 2004, Psikologis Untuk
Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA Virgiantoro, E., 2013, ‘Hubungan Antara
Armiyati, Yuni & Rahayu. 2013, “Faktor Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
yang berkorelasi terhadap Stres pada Pasien Gagal Ginjal
Mekanisme Koping Passien CKD Kronis yang Menjalani Hemodialisis
yang menjalani Hemodialisis di di RSUD Setjonegoro Kabupaten
RSUD Kota Semarang. Wonosobo Provinsi Jawa Tengah’.
8

Wijaya, A.,S., & Yessie, M., P,. 2013,


Keperawatan Medikal Bedah :
Keperawatan Dewasa, Nuha
Medika, Yogyakarta.
Yulianti, Arni, 2010, ‘Tingkat Spiritualitas
pasa Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Hemodialisis di Unit
Hemodialisis Pku Muhammadiyah
Yogyakarta’.
Swasono, M, Fanani M, & Herawati, E,
2015, “Hubungan antara Tingkat
Religiusitas dengan Tingkat depresi
pada Lansia di Panti Werdha Darma
Bhakti Surakarta.
Sugiono, 2011, “ Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R & D,
Alfabeta, Bandung.
Townsend, M. C, 2009, Psychiatric Mental
Healt Nursing : Concepts of Care
inEvidence-BasedPractice (6thed.),
Philadelphia : F.A. Davis
ix

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Pendidikan Ners
STIKes Surya Mitra Husada Kediri

Oleh :

PUJIANTO
NIM: 1611A0136

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA MITRA HUSADA
KEDIRI
2017

ix
x

SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa Skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah

dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari

berbagai jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Kediri, November 2017


Yang Menyatakan

PUJIANTO
NIM: 1611A0136

x
xi

LEMBAR PERSETUJUAN

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Diajukan Oleh

PUJIANTO
NIM: 1611A0136

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

Pada tanggal, 05November 2017 Pada tanggal, November 2017


Pembimbing I Pembimbing II

Aprin Rusmawati., S.Kep., Ns., M.Kep Eva Agustina,. S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 13.07.03.080 NIK. 13.07.14.017

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan ners
STIKes Surya Mitra Husada Kediri

Agusta Dian Ellina, S.Kep Ns M.Kep


NIK. 13.07.09.075

xi
xii

LEMBAR PENGESAHAN

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Oleh

PUJIANTO
NIM: 1611A0136

Skripsi ini telah diuji dan dinilai


Oleh Panitia Penguji
Pada Program Studi Pendidikan ners
Pada hari jum’at Tanggal 10 November 2017

PANITIA PENGUJI

Ketua : Intan Fazrin, S.Kep., Ns.,M.Kes ........................

Anggota : 1. Nur Yeny H, S.Kep., Ns.,M.Kes ........................

2. Aprin Rusmawati., S.Kep., Ns., M.Kep ........................

3. Eva Agustina,. S.Kep., Ns., M.Kep ........................

Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan ners
STIKes Surya Mitra Husada Kota Kediri

Agusta Dian Ellina, S.Kep Ns M.Kep


NIK. 13.07.09.075

xii
xiii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia

dan rahmatNya sehingga Skripsi yang berjudul “AKTIVITAS SPIRITUAL

DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD

GAMBIRAN KOTA KEDIRI” dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi

Pendidikan ners di STIKes Surya Mitra Husada Kediri.

Keberhasilan penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Untuk kesempatan ini Peneliti mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Dr. Sandu Siyoto, SKM, M.Kes, selaku Ketua Stikes Surya Mitra Husada

Kediri yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan di Program Studi Pendidikan Ners.

2. Direktur RSUD Gambiran Kediri yang sudah memberikan ijin sehingga

penelitian ini dapat terselesaikan

3. Agusta Dian Ellina, S.Kep Ns M.Kep selaku Ketua Program Studi Pendidikan

ners Stikes Surya Mitra Husada Kediri.

4. Aprin Rusmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, Selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan masukan-masukan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

xiii
xiv

5. Eva Agustina,. S.Kep, Ns., M.Kep, selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, arahan dan saran-sarannya sehingga Skripsi ini dapat

selesai tepat pada waktunya.

6. Seluruh responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini sehingga

penelitian ini dapat selesai pada waktunya.

7. Kedua orang tua yang selalu mendo’akan dan memberi support demi

terselesaikannya Skripsi ini.

8. Semua pihak di Program Studi Pendidikan ners yang telah meluangkan

waktunya dan banyak membantu sampai Skripsi ini dapat terselesaikan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan

kemampuan, Peneliti mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi

kesempurnaan penyusunan Skripsi ini.

Kediri, November 2017

Peneliti

xiv
xv

ABSTRAK

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

Oleh :

PUJIANTO

Gagal ginjal adalah penyakit kronik yang disebabkan penurunan fngsi


ginjal yang menaun, pasien gagal ginjal akan mengalami depresi apalagi kalau
sudah dilakukan hemodialisa, untuk mengurangi depresi maka pasien GGK perlu
meningkatkan aktivitas spiritualnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal
kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota
Kediri.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian
observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi Seluruh pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran
Kota Kediri berjumlah 187 orang. Tehnik pengambilan sample Accidental
Sampling dengan sampel 30 responden. Instrumen penelitian menggunakan
lembar kuesioner aktspiritual dan kuesioner tentang tingkat depresi dengan Uji
statistic spearman rho.
Sebagian besar responden 56,7% (17 orang) memiliki aktivitas spiritual
yang baik. Hampir setengah responden 43,3% (13 orang) mengalami depresi
sedang dan ringan.
Ada hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran
Kota Kediri dengan nilai p = 0,002.
Terbukti ada hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa karena faktor latar
belakang etnik dan sosial budaya, pengalaman hidup sebelumnya.

Kata Kunci : Aktivitas spiritual, tingkat depresi, gagal ginjal kronik.

xv
xvi

ABSTRACT

SPIRITUAL ACTIVITY WITH DEPRESSION LEVEL IN PATIENT FAILED


CHRONIC KIDNEY WHICH HELPED HEMODIALISA IN HEMODIALISA
GAMBIRAN HOSPITAL KEDIRI

By :

PUJIANTO

Kidney failure is a chronic disease caused by kidney deficiency of kidneys,


patients with kidney failure will experience depression, especially if hemodialysis
is done, to reduce depression, patients need to increase their spiritual activity
GGK. The purpose of this study to determine the relationship of spiritual activity
with the level of depression in patients with chronic renal failure who underwent
hemodialysis in space hemodialisa Gambiran Hospital Kediri.
In this study, researchers used an observational research design with
Cross Sectional approach. Population All patients with chronic renal failure who
underwent hemodialysis in hemodialysis room Gambiran Hospital Kediri
amounted to 187 people. Accidental sampling sampling technique with sample of
30 respondents. The research instrument used an accessory questionnaire sheet
and a questionnaire on depression level with spearman rho statistic test.
Most respondents 56.7% (17 people) had good spiritual activity. Nearly
half of respondents 43.3% (13 people) experienced moderate and mild depression.
There is a relationship of spiritual activity with depression level in patients
with chronic renal failure who underwent hemodialysis in Hemodialisa Room
Gambiran Hospital Kediri with p = 0,002.
Evidently there is a relationship of spiritual activity with depression levels
in patients with chronic renal failure who undergo hemodialysis due to ethnic and
socio-cultural background factors, previous life experiences.

Keywords: Spiritual activity, depression level, chronic renal failure.

xvi
xvii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul dan prasyarat gelar ............................................................. i


Halaman Pernyataan .................................................................................. ii
Halaman Persetujuan ................................................................................. iii
Halaman Pengesahan ................................................................................. iv
Ucapan terima kasih ................................................................................... v
Abstrak ...................................................................................................... vii
Abstract ..................................................................................................... viii
Daftar Isi.................................................................................................... ix
Daftar Gambar ........................................................................................... xii
Dafar Tabel ................................................................................................ xiii
Daftar Lampiran ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. B. Rumusan Masalah ................................................................... 8
C. C. Manfaat Penelitian .................................................................. 9
D. D. Keaslian Penelitian ................................................................. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 12
A. Landasan Teori ............................................................................ 12
B. Kerangka koneptual penelitian ..................................................... 54
C. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 55
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 56
A. Desain Penelitian ......................................................................... 56
B. Kerangka Kerja ........................................................................... 57
C. Populasi, Sampel dan Tekhnik sampling ...................................... 58
D. Variabel Penelitian ...................................................................... 59
1. Variabel Independen .............................................................. 59
2. Variabel Dependen ................................................................ 59
E. Definisi Operasional .................................................................... 59
F. Pengumpulan Data ...................................................................... 61
1. Bahan dan Instrumen penelitian ............................................. 61
2. Uji Validitas dan Reabilitas ................................................... 61
3. Lokasi dan waktu penelitian................................................... 62
4. Prosedur pengumpulan data ................................................... 62
G. Pengolahan data .......................................................................... 63
H. Analisa Data ................................................................................ 69
I. Etika Penelitian ........................................................................... 70
J. Keterbatasan penelitian................................................................ 71
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 73
A. Gambaran Lokasi Penelitian ........................................................ 73
B. Karakteristik Responden .............................................................. 74

xvii
xviii

C. Karakteristik variabel .................................................................. 77


D. Tabulasi silang ............................................................................ 78
E. Analisa data................................................................................. 83
BAB V PEMBAHASAN ........................................................................... 84
A. Aktivitas spiritual pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa diruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri .. 84
B. Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri . 86
C. Hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri. ................................. 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 92
A. Kesimpulan ................................................................................. 92
B. Saran ........................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 94
LAMPIRAN .............................................................................................. 96

xviii
xix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka konseptual ............................................................. 54


Gambar 3.1 Kerangka kerja penelitian ....................................................... 57
Gambar 4.1 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin pasien ....................................................................... 74
Gambar 4.2 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan umur
pasien ..................................................................................... 75
Gambar 4.3 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan pendidikan
pasien ..................................................................................... 75
Gambar 4.4 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ... 76
Gambar 4.5 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan informasi ... 76

xix
xx

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 60


Tabel 3.2 Interpretasi nilai r........................................................................ 70
Tabel 4.1 Aktivitas spiritual pada pasien gagal ginjal kronik ...................... 77
Tabel 4.2 Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik .......................... 77
Tabel 4.3 Tabulasi silang jenis kelamin dengan tingkat depresi .................. 78
Tabel 4.4 Tabulasi silang umur dengan tingkat depresi ............................... 78
Tabel 4.5 Tabulasi silang pendidikan dengan tingkat depresi ...................... 79
Tabel 4.6 Tabulasi silang pekerjaan dengan tingkat depresi ........................ 79
Tabel 4.7 Tabulasi silang informasi dengan tingkat depresi ........................ 80
Tabel 4.8 Tabulasi silang jenis kelamin dengan aktivitas spiritual .............. 80
Tabel 4.9 Tabulasi silang umur dengan aktivitas spiritual ........................... 81
Tabel 4.10 Tabulasi silang pendidikan dengan aktivitas spiritual .................. 81
Tabel 4.11 Tabulasi silang informasi dengan aktivitas spiritual .................... 82
Tabel 4.12 Tabulasi silang aktivitas spiritual dengan tingkat depresi ............ 82
Tabel 4.13 Hasil Uji statistik Spearman rho ................................................. 83

xx
xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat ijin pengambilan data awal ......................................... 96


Lampiran 2 Surat balasan pengambilan data awal .................................. 97
Lampiran 3 Surat ijin uji validitas .......................................................... 98
Lampiran 4 Surat balasan uji validitas .................................................... 99
Lampiran 5 Surat ijin penelitian ............................................................. 100
Lampiran 6 Surat balasan penelitian ....................................................... 101
Lampiran 7 Lembar permohonan menjadi responden ............................. 102
Lampiran 8 Informed consent ................................................................. 103
Lampiran 9 Kisi-Kisi Kuesioner ............................................................. 104
Lampiran 10 Lembar Kuesioner ............................................................... 106
Lampiran 11 Tabulasi data............................................................... .......... 111
Lampiran 12 Rekapitulasi data masing-masing soal ................................. 116
Lampiran 13 Hasil uji statistic .................................................................. 118
Lampiran 14 Uji validitas dan reabilitas ................................................... 114
Lampiran 15 Dokumentasi penelitian ....................................................... 122
Lampiran 16 Lembar dokumentasi ........................................................... 124

xxi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Rindiastuti (2012) di negara maju ataupun negara

berkembang penyakit kronik tidak menular (cronic non-communicable

diseases) seperti penyakit kardiovaskuler, hipertensi, diabetes melitus, dan

penyakit ginjal kronik, sudah menggantikan penyakit menular

(communicable diseases) sebagai masalah kesehatan masyarakat utama.Di

Indonesia, menurut WHO penyakit hipertensi dan gagal ginjal selalu

mengalami peningkatan tiap tahunnya. (Price & Wilson, 2015).

Prevalensi gagal ginjal kronik (GGK) di Amerika serikat dengan

jumlah penderita meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2010 jumlah

penderita gagal ginjal kronik sekitar 80.000 orang, dan tahun 2015

meningkat menjadi 660.000 orang. Indonesia juga termasuk Negara

dengan tingkat gagal ginjal kronik yang cukup tinggi. Tahun 2010 jumlah

pasien gagal ginjal kronik mencapai 2.148 orang, kemudian tahun 2011

menjadi 2.260 orang ( Alam dan Hadibroto, 2011)

Berdasarkan pusat data dan informasi kementrian kesehatan

republik Indonesia prevalensi gagal ginjal kronik ≥ 15 tahun berdasarkan

diagnosis dokter menurut provinsi yaitu Aceh (0,4%), Sumatera Utara

(0,2%), Sumatera barat (0,2%), Riau (0,1%), Jambi (0,2%), Sumatera

Selatan (0,1%), Bengkulu (0,2%), lampung (0,3%), Kepulauan Bangka

1
2

Belitung (0,1%), Kepulauan Riau (0,1%), DKI Jakarta (0,1%), Jawa Barat

(0,3%), Jawa tengah (0,3%), DI Yogyakarta (0,3%), Jawa Timur (0,3%),

Banten (0,2%), Bali (0,2%), Nusa Tenggara Barat (0,1%), Nusa Tenggara

Timur (0,3%), Kalimantan Barat (0,2%), Kalimantan Tengah (0,2%),

Kalimantan Selatan (0,2%), Kalimantan Timur (0,1%), Sulawesi Utara

(0,4%), Sulawesi Tengah (0,5%), Sulawesi Selatan (0,3%), Sulawesi

Tenggara (0,2%), Gorontalo (0,4%), Sulawesi Barat (0,2%), Maluku

(0,2%), Maluku Utara (0,2%), Papua Barat (0,2%), Papua (0,2%),

INDONESIA (0,2%). (Riskesdas 2013, Balitbangkes, Kemenkes)

Berdasarkan data diatas prevalensi nasional penderita gagal ginjal

kronis sebesar 0,2%. Adapun provinsi yang mempunyai prevalensi

tertinggi adalah Sulawesi tengah (0,5%) dan ada tujuh provinsi yang

mempunyai prevalensi terendah. Dan berdasarkan gambaran di tahun 2013

dengan menggunakkan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara

nasional (0,2%) penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal

kronis, jika saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka

terdapat 504.248 jiwa yang menderita gagal ginjal kronis. Sedangkan

prevalensi gagal ginjal kronik pada umur lebih dari 15 tahun menurut

kabupaten/ kota Daerah Surabaya, prevalensi tertinggi adalah kota

Surabaya yaitu 0,5%, kabupaten sidoarjo 0,3% kabupaten Bantul 0,2% dan

Kota Kediri 0,1% (Riskesdas, 2013)

Ginjal termasuk bagian dari organ tubuh yang terletak

retroperitoneal di depan tulang iga kedelapan dan kedua belas. Ginjal

2
3

menjalankan fungsi utama untuk regulasi volume, osmolaritas, elektrolit,

dan konsentrasi asam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air dan

elektrolit dalam jumlah yang cukup untuk mencapai keseimbangan

elektrolit dan cairan tubuh (Price & Wilson, 2015)

Gagal ginjal kronik (GGK) disebabkan oleh penurunan fungsi

ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut,

serta bersifat persisten dan irreversible (Mansjoer, 2012). Ginjal

merupakan organ penting dalam tubuh manusia, yang mengatur fungsi

kesejahteraan dan keselamatan untuk mempertahankan volume, komposisi

dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

2012 dalam Lubis, 2014).

Sedangkan hemodialisa sebagai bentuk terapi pengganti pada

pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun

kronik. Pasien yang mengalami gagal ginjal juga dapat dibantu dengan

bantuan mesin hemodialisis yang mengambil alih fungsi ginjal. Pasien

gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa membutuhkan waktu 12 –

15 jam tiap minggunya, atau paling sedikit 3 – 4 jam perkali terapi.

Kegiatan ini akan berlangsung terus menerus sepanjang hidupnya. (Bare &

Smeltzer, 2013)

Terapi hemodialisa sangat mempengaruhi keadaan psikologis

pasien. Pasien akan mengalami gangguan proses berfikir dan konsentrasi

serta gangguan dalam berhubungan sosial. Semua kondisi tersebut akan

menyebabkan menurunnya pola pikir seperti Depresi, Orang yang

3
4

mengalami depresi akan mengalami ketegangan otot, daya tahan tubuh

menurun, gugup, sulit tidur, mual dan sebagainya. Hal ini secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap kepuasan hidup seseorang yang juga

akan berdampak pada kualitas hidup orang tersebut (Ventegod, 2013).

Menurut Vincent Cornelli, sebagaimana dikutip oleh Grant Brecht (2015)

depresi menyebabkan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan

oleh perubahan dan tuntutan kehidupan, yang dipengaruhi baik oleh

lingkungan maupun penampilan individu di lingkungan tersebut. Pada saat

mengalami depresi, individu akan mencari dukungan dari keyakinan

agama atau spiritualnya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk dapat

menerima keadaan yang dialaminya. sembahyang atau berdoa membaca

kitab suci Al Quran dan praktik keagamaan lainnya sering membantu

memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu perlindungan

terhadap tubuh (Hamid. A,2014).

Manusia merupakan makhluk yang memiliki bio-psiko-sosio dan

cultural yang berespon secara holistic dan unik terhadap perubahan

kesehatan atau pada keadaan kritis. Aspek spiritual merupakan bagian

integral dan interaksi perawat dengan klien. Perawat berupaya memenuhi

kebutuhan spiritual klien walaupun tidak seagama, (Hamid. A,2014).

Di rumah sakit pemenuhan kebutuhan spiritual masih dipandang

sebelah mata, karena efek secara langsung tidak bisa dilihat.

Kecendurungan perawat lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan

4
5

secara fisik, hal ini kadang – kadang klien tidak ingat tentang kebutuhan

rohani, sehingga aktivitas spiritualnya berkurang, (Hamid. A,2014).

Menurut Rice, 2012; McMahon dan McMahon, 2014 (dalam

Darmawanti, 2015,) dimensi psikologis melalui kegiatan spiritual /religius

(ritual dalam menjalankan praktek keagamaan) akan membuat individu

dalam keadaan santai (relaksasi), tenang dan damai. Ditambahkan

pula,ditinjau dari dimensi kesehatan, keadaan relaksasi dan membuat

individu merasa tenang dan nyaman dapat mempengaruhi bagian otak

manusia yang berkaitan dengan proses emosional, terutama hipotalamus.

Hipotalamus yang teraktivasi tersebut menghambat pengeluaran hormon

Corticotropin-realising factor (CRF) yang menyebabkan kelenjar anterior

pituitary terhambat mengeluarkan adrenocortico-ticotrophic hormone

(ACTH), sehingga menghambat kelenjar adrenal untuk mengeluarkkan

cortisol , adrenalin, dan noradrenalin. Hal ini menyebabkan hormone

thyroxin yang dikeluarkan oleh kelenjar thyroidea dalam tubuh juga akan

terhambat. Hormone thyroxine yang tinggi dapat menyebabkan individu

mudah merasa lelah, mudah cemas, mudah tegang dan susah tidur, dengan

kata lain keadaan relaksasi, tenang dan damai (mediatif) akan

menimbulkan dampak psikis yang lebih tenang dan rileks, Rice, 2012;

McMahon dan McMahon, 2014 (dalam Darmawanti, 2015).

Selain itu juga keadaan mediatif akan mempengaruhi dan

menstimulasi susunan syaraf parasimpatis, yang akan mempengaruhi

tekanan darah dan detak jantung. Keteganggan otot-otot tubuh menurun

5
6

sehingga menjadi rileks. Hal ini dapat berpengaruh pada keadaan

psikologis yang menyebabkan individu memiliki perasaan santai, tenang,

damai dan peningkatan kemampuan konsentrasi. Keadaan mediatif ini

memunculkan gelombang alpha pada otak yang menyebabkan keadaan

individu tenang. Dengan keadaan tenang dan peningkatan konsentrasi,

individu lebih mencari alternative/mengatasi (coping) depresi yang

dihadapi. Menurut Witmer (dalam Safaria, 2015) menyatakan bahwa

penggunaan praktek – praktek religius dan keyakinan spiritual sebagai

tindakan koping memberikan dampak positif untuk mengatasi depresi.

Dengan kata lain salah satu jenis yang dapat dilakukan individu ketika

dihadapkan pada masalah (depresi) yang datang padanya adalah melalui

pendekatan religius / spiritual.

Ruang lingkup spiritual, yaitu semua jenis kegiatan aktivitas

spiritual yang dilakukan secara rutin dan dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan aktivitas spiritual atau

keagamaan. Contoh atau bentuk aktivitas spiritual antara lain : melakukan

hal-hal yang berhubungan dengan beribadah (berdoa, pergi ketempat

beribadah,berdoa bersama, atau pengajian membaca kitab suci atau Al

Quran Dll)

Studi pendahuluan yang dilaksanakan pada tanggal 15 november

2016 di RSUD Gambiran kota kediri didapatkan hasil observasi terdapat

187 orang pasien yang menjalani hemodialisa pada bulan november 2016,

dari wawancara dan pengamatan secara langsung kepada sembilan orang

6
7

dengan memberi pertanyaan yang berhubungan dengan aktivitas spiritual

dan juga depresi yang di alami pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa didapatkan ada enam orang mengatakan depresi

dengan kondisinya sehingga menyebabkan aktivitas spiritualnya menurun,

mereka mengatakan tidak melakukan sholat lima waktu dengan penuh,

tidak melakukan puasa romadhon hanya membayar fidyah saja, dan tidak

rutin membaca alquran setiap hari, dua orang mengatakan depresi dengan

kondisinya, sesak nafas tanpa ada penyebabnya, tidak bisa beraktivitas dan

kerja seperti dulu lagi, seringkali kehilangan harapan hidup dan mereka

khawatir jika ia meninggal bagaimana dengan nasib anaknya, untuk

mengurangi depresi mereka membaca surat pendek yang dihafalkannya,

dan satu orang mengatakan menerima bahwa penyakit yang diderita

merupakan teguran yang diberikan oleh Allah agar dia lebih sering

mengingat Allah SWT, sehingga dia melakukan sholat rutin, ber dzikir,

membaca Al Quran.

Hasil studi pendahuluan di atas didukung dengan penelitian yang

dilakukan oleh Baskara, Yusniarita & Sutriyanti (2012) tentang “

pengaruh intervensi spiritual emotional freedom technique (SEFT)

terhadap tingkat depresi, kecemasan dan stres pada pasien gagal ginjal

kronik di Bengkulu” dengan mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh

positif yang signifikan antara terapi spiritual dengan tingkat stress pada

pasien hemodialisa.

7
8

Berdasarkan studi pendahuluan dan tinjauan teori diatas di ketahui

bahwa terapi spiritual mempengaruhi tingkat depresi pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Karena itu peneliti tertarik

untuk melihat hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, untuk itu peneliti

akan melakukan penelitian mengenai aktivitas spiritual dengan tingkat

depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di

ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah

penelitian yang akan diteliti, yaitu : “Apakah ada hubungan antara

aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota

Kediri.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umun

Mengetahui aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa

RSUD Gambiran Kota Kediri

8
9

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui aktivitas spiritual pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa diruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota

Kediri

b. Mengetahui tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota

Kediri.

c. Menganalisa hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di

ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa RSUD Gambiran

Kota Kediri. Pasien gagal ginjal dapat mengerti cara ketika mereka

sedang mengalami depresi karena proses hemodialisa yang

berlangsung selama hidupnya.

2. Bagi perawat unit hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran

kota kediri

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga

kesehatan khususnya bagi perawat dalam melakukan pendekatan pada

saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani terapi hemodialisis.

9
10

3. Bagi mahasiswa Stikes Surya Mitra Husada

Menambah dan meningkatkan pengetahuan mahasiswa/mahasiswi

Stikes Surya Mitra Husada tentang ilmu keperawatan medikal bedah

khususnya tentang aktivitas spiritual dan tingkat depresi pada pasien

gagal kinjal kronik yang menjalani hemodialisa.

4. Bagi ilmu keperawatan medikal bedah

Dapat digunakkan sebagai tambahan kajian pustaka guna

pengembangan ilmu keperawatan medikal bedah.

5. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini dapat digunakkan sebagai referensi untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan aktivitas

spiritual dan tingkat depresi.

E. Keaslian Penelitian

1. Virgiantoro, (2013) dengan judul “Hubungan antara dukungan

keluarga dengan tingkat depresi pada klien gagal ginjal kronis yang

menjalani hemodialisis di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo

Provinsi Jawa Tengah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

hubungan dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada klien gagal

ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di RSUD Setjonegoro

dengan p value 0,018 (p<0,05). Persamaan dengan peneliti di atas

yaitu pada sampel penelitiannya menggunakkan penderita gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa dan variabel dependen

10
11

menggunakan tingkat depresi. Perbedaannya pada variabel

independen peneliti menggunakan dukungan keluarga.

2. Mustiadi, (2014) dengan judul “hubungan aktivitas spiritual dengan

tingkat stress pada lanjut usia di unit rehabilitasi sosial Wening

Wardoyo Unggaran Kabupaten Semarang”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara aktivitas

spiritual dengan tingkat stress pada lanjut usia di unit rehabilitasi

sosial wening wardoyo Ungaran Kabupaten Semarang dengan p value

0,022 (p<0,05) Persamaannya dengan peneliti di atas yaitu pada

variabel independen yaitu aktivitas spiritual. Perbedaannya, pada

variable dependen peneliti menggunakkan tingkat stres dan sampel

menggunakan lanjut usia di unit rehabilitasi.

3. Paputungan, (2015) dengan judul “hubungan lama menjalani

hemodialisa dengan depresi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD

Prof. Dr. H. Aloei Saboe kota Gorontalo tahun 2015”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada hubungan lama menjalani hemodialisa

dengan depresi pada pasien gagal ginjal kronik di RSUD Prof. Dr. H.

Aloei Saboe kota Gorontalo dengan nilai 0,04. Persamaanya dengan

peneliti di atas yaitu pada variabel dependen peneliti menggunakan

depresi dan sampel penelitiannya menggunakkan penderita gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Perbedaannya variabel

independen peneliti menggunakan lama menjalani hemodialisa.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Ginjal

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang

peritoneum, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar

transversum abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal

dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Di

sebelah posterior dilindungi oleh bantalan usus yang tebal.

Pada orang dewasa panjang ginjal 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan

beratnya antara 120-150 gram. Ukuranya tidak berbeda menurut bentuk

dan ukuran. Sebanyak 95% orang dewasa memiliki jarak antara katup

katup ginjal antara 11-15cm. Perebedaan panjang kedua ginjal lebih dari

1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting karena

kebanyakan penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur.

Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir

lateral ginjal berbentuk konveks, sedangkan pinggir medialnya berbentuk

konkaf karena adanya hilus antara lain arteri dan vena renalis, syaraf dan

pembuluh getah bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis

mengilat, yang berikatan longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat

dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal. Ginjal berfungsi

mengatur volume air (cairan) dalam tubuh dan mengatur keseimbangan

12
13

osmotic dan mempertahankan keseimbangan ion yang optimal dalam

plasma (Haryono, 2013).

2. Gagal ginjal kronik

a. Definisi gagal ginjal kronik

Gagal ginjal kronik biasanya merupakan akibat akhir kehilangan

fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Dongoes, 2012: 626). Gagal

ginjal kronik terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan

lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan

fungs tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat

kestatus kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan

menunggu beberapa tahun. (Long, 2014: 368).

Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan

gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana

kemampuan tubuh gagal mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea

dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & suddarth, 2011).

Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang

progresif dan lambat, biasanya berlangsung beberapa tahun. (Prince,

2013: 812).

Gagal ginjal kronik adalah sindrom klinis yang umum pada

stadium lanjut dari semua penyakit ginjal kronik yang ditandai oleh

uremia (Depkes RI, 2015; 61)

b. Etiologi

13
14

Menurut Haryono, 2013, etiologi gagal ginjal kronik yaitu :

1) Infeksi saluran kemih (pielonefritis kreonis)

2) Penyakit peradangan (glomerulonefritis) primer dan sekunder.

Glomerulonefritis adalah peradangan ginjal bilateral, biasanya

timbul pasca infeksi streptococcus. Untuk glomerulus akut,

gangguan fisiologis utamanya dapat mengakibatkan ekskresi air,

natrium dan zat-zat nitrogen berkurang sehingga timbul edema dan

azotemia, peningkatan aldosteron menyebabkan retensi air dan

natrium. Untuk glomerulonefrotis kronik, ditandai dengan

kerusakan glomerulus secara progresif lambat, akan tampak ginjal

mengkerut, berat lebih kurang dengan permukaan bergranula. Ini

disebabkan jumlah nefron berkurang karena iskemia, karena

tubulus mengalami atropi, fibrosis intestisial dan penebalan

dinding arteri.

3) Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri

renalis).

Penyakit primer dan menyebabkan kerusakan pada ginjal.

Sebaliknya, gagal ginjal kronik dapat menyebabkan hipertensi

melalui mekanisme. retensi natrium dan hidrogen peroksida,

pengaruh vasopresor dari system rennin, agiotensin dan defisiensi

prostaglandin; keadaan ini merupakan salah satu penyebab utama

gagal ginjal kronik, terutama pada populasi orang kulit putih.

14
15

4) Gangguan jaringan penyambung (systemic lupus erythematosus,

poliarteritis nodusa, sklerosis sistemik).

5) Penyakit konginetal dan herediter (penyakit ginjal polikistik,

asidosis tubulus ginjal). Penyakit ginjal polikistik yang ditandai

dengan kista multiple, bilateral yang mengadakan ekspansi dan

lambat laun mengganggu dan menghancurkan parenkim ginjal

normal akibat penekanan. Asidosis tubulus ginjal merupakan

gangguan ekskresi hidrogen ginjal/kehilangan bikarbonat dalam

kemih walaupun gromerular fitration rate (GFR) yang mewadai

tetap dipertahankan, akibatnya timbul asidosis metabolic.

6) Penyakit metabolic (diabetes militus, gout,

hiperparatirodidme)

7) Nefropati toksik.

8) Nefropati obstruksi (batu saluran kemih)

c. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal, sebagian nefron (termasuk

glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak

(hipotesa nefron utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertropi dan

memproduksi volume viltrasi yang meningkat disertai reabsorbsi

walaupun dalam keadaan penurunan gromerular fitration rate (GFR)

/daya saring. Metode adaftif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi

sampai ¾ dari nefron-nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut

menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorbsi berakibat

15
16

dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya, oleh karena

jumlah nefron yang rusak bertambah banyak, oliguri timbul disertai

retensi produk sisa.titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien

menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal

bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini,

fungsi renal yang demikian, nilai kreatinin clearance turun sampai

15ml/ menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long, 2014: 368).

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein

(yang normalnya diekresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah.

Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin

banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.

Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. ( Brunner &

Suddarth, 2011 : 1448).

Perjalanan klinis gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3

stadium :

1) Stadium I

Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antara 40%-75%).

Tahap inilah yang paling ringan; faal ginjal masih baik. Pada

tahap ini penderita belum merasakan gejala-gejala dan

pemeriksaan labolatorium faal ginjal masih dalam batas normal.

Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea

Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik.

Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan

16
17

memberikan beban kerja yang berat, seperti tes pemekatan kemih

yang lama atau dengan mengadakan test gromerular fitration rate

(GFR) yang teliti.

2) Stadium II

Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20%-50%). Pada tahap

ini penderita dapat melakukan tugas-tugas seperti biasa padahal

daya dan konsentrasi ginjal menurun. Pengobatan harus cepat

dalam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam,

gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat-obatan yang

bersifat mengganggu faal ginjal, gangguan jantung dan

pencegahan pemberian obat-obatan yang bersifat mengganggu faal

ginjal. Bila langkah-langkah ini dilakukan secepatnya dengan

tepat, dapat mencegah penderita masuk ke tahap yang lebih berat.

Pada tahap ini lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak.

Kadar blood urea nitrogen baru mulai meningkat di atas batas

normal. Peningkatan konsentrasi blood urea nitrogen ini berbeda-

beda, tergantung dari kadar protein dalam diet. Kadar

kretininserum mulai meningkat melebihi kadar normal.

Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada

penyakit yang terutama menyerang tubulus meskipun poliuria

bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya

ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal di antara

5%-25%. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala-

17
18

gejala kurang darah, tekanan darah akan naik, aktivitas penderita

mulai terganggu.

3) Stadium III

Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10%). Semua gejala

sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan tak dapat

melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala

yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan berkurang,

sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang

tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran

sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90% dari massa

nefron telah hancur. Nilai gromerular fitration rate (GFR) nya

10% dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-

10 ml/menit atau kurang.

Pada keadaa ini kreatinin serum dan kadar blood urea

nitrogen akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai

penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai

merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup

lagi mempertahankan hemeostatis cairan dan elektrolit dalam

tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih)

kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun

proses penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal, komplek

menyerang tubulus ginjal, komplek perubahan biokimia dan

gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik mempengaruhi

18
19

setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,

penderita pasti akan meninggal kecuali mendapat transplatasi

ginjal atau dialysis

d. Tanda dan gejala

Manifestasi klinik menurut Suryono (2011) adalah sebagai berikut :

1) System kardiovaskuler, antara lain hipertensi, pitting edema,

edema periorbita, pembesaran vena leher, friction subpericardial.

2) Sistem pulmonal , antara lain nafas dangkal, krekel, kusmaull,

sputum kental dan liat.

3) Sistem gastrointestinal, antara lain anoreksia, mual dan muntah,

perdarahan saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan

mulut, nafas berbau ammonia.

4) System musculoskeletal, antara lain kram otot, kehilangan

kekuatan otot, fraktur tulang .

5) System integument, antara lain warna kulit abu-abu mengilat,

pruritis, kulit kering bersisik, ekimosis, kuku tipis dan rapuh,

rambut tipis dan kasar.

6) Sestem reproduksi, antara lain amenore, atropi testis.

e. Komplikasi

Menurut Smeltzer (2012), komplikasi gagal ginjal kronik yang

memerlukan pendekatan kolaboratif dalam keperawatan, mencakup:

1) Hiperkalemia, akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic,

katabolisme dan masukan diit berlebih.

19
20

2) Perikarditis, efusi pericardial dan temponade jantung akibat

retensi produk sampah uremic dan dialisis yang tidak adekuat.

3) Hipertensi, akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi

sistem rennin, angiotensin, aldosteron.

4) Anemia, akibat penurunan eritropoeitin, penurunan rentang usia

sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi.

5) Penyakit tulang, akibat retensi fosfat, kadar kalium serum yang

rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar

aluminium.

f. Pemeriksaan penunjang

Menurut Haryono (2013) pemeriksaan penunjang pada pasien gagal

ginjal adalah sebagai berikut :

1) Urin

a) Volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam

(oliguria)/anuria.

b) Warna : secara abnormal urin keruh, mungkin disebabkan oleh

pus, bakteri, lemak, partikel koloid fosfat lunak, sedimen

kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin,

mioglobulin, forfirin,

c) Berat jenis : < 350 Mosm/kg menunjukkan kerusakan mubular

dan rasio urin/ sering 1:1.

d) Kliren kreatinin : mungkin agak menurun

20
21

e) Natrium : > 40 ME / % karena ginjal tidak mampu

mereabsorbsi natrium.

2) Darah

a) BUN : Urea adalah produksi akhir dari metabolism protein,

peningkatan blood urea nitrogen dapat merupakan indikasi

dehidrasi, kegagalan prerenal atau gagal ginjal.

b) Kreatinin : Produksi katabolisme otot dari pemecahan kreatinin

otot dan kreatinin posfat. Bila 50% nefron rusak maka kadar

kreatinin meningkat,

c) Elektrolit : Natrium, kalium, kalsium dan phosfat.

d) Hematologi : Hemoglobin, thrombosit, Hematokrit, Leukosit

3) Pielografi intravena

a) Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter

b) Pielografi retrograde

c) Dilakukan bila dicurigai ada obstruksi yang reversibel

d) Arteriogram ginjal

e) Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskuler,

massa.

4) Sistouretrogram berkemih

Menunjukkan ukuran kandung kemih, refluks kedalam ureter,

retensi.

21
22

5) Ultrasonografi ginjal

Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista,

obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas

6) Biopsi ginjal

Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menentukan sel

jaringan untuk diagnosis histologist

7) Endoskopi ginjal nefroskopi

Dilakukan untuk menentukan pelvis ginjal; keluar batu, hematuria

dan pengangkatan tumor selektif

8) EKG (Elektrokardiogram)

Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan

asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda

perikarditis.

g. Penatalaksanaan

Menurut Haryono (2013) penatalaksanaan gagal ginjal kronik adalah

sebagai berikut :

1) Obat-obatan

Antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen

kalsium, furosemid (membantu berkemih), tansfusi darah.

2) Intake Cairan dan Makanan

a) Minuman yang cukup

b) Pengaturan diet rendah protein (0,04-0,08 gram/kg BB) bisa

memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.

22
23

c) Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi

edema (penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi.

d) Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani

diet ketat atau menjalani dialisa.

e) Pada penderita gagal ginjal kronis biasanya kadar trigliserida

dalam darah tinggi. Hal ini akan meningkatkan risiko

terjadinya komplikasi, seperti stroke dan serangan jantung.

Untuk menurunkan kadar trigliserida, diberikan gemfibrozil.

f) Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu

rendahnya kadar garam (natrium) dalam darah.

g) Makanan kaya kalium harus dihindari. Hiperkalimia

(tingginya kadar kalium dalam darah) sangat berbahaya karena

meningkatkan resiko terjadinya gangguan irama jantung dan

cardiac arrest.

h) Jika kadar kalium terlalu tinggi maka diberikan natrium

polisteren sulfonat untuk mengikat kalium sehingga kalium

dapat dibuang bersama tinja.

i) Kadar fosfat dalam darah dikendalikan dengan membatasi

asupan makanan kaya fosfat (misalnya produk olahan susu,

hati, polong, kacang- kacangan dan minuman ringan).

3) Hemodialisis

Hemodialisis adalah proses pembuangan zat-zat sisa

metabolisme, zat toksik lainnya melalui membrane semi permeable

23
24

sebagai pemisah antara darah dan cairan diaksat yang sengaja

dibuat dalam dializer (Hudak dan Gallo 2016).

Hemodialisa merupakan suatu tindakan yang digunakkan

pada klien gagal ginjal untuk menghilangkan toksik kelebihan

cairan dan untuk memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dengan

prinsip osmosis dan difusi dengan menggunakkan system dialisa

eksternal dan internal (Tucher, 2010).

Hemodialisa adalah terapi pengganti pada gagal ginjal

terminal dengan mengalirkan darah kedalam suatu zat yang terdiri

dari 2 kompartemen yaitu :1. Kelompok darah yang didalamnya

mengalir darah dibatasi oleh selaput semi permiabel buatan.

2.Kompartemen yang berisi cairan dialisat bebas pirogen berisi

laruran dengan komposisi elektrolit mirip serum normal

(soeparman,2011).

Membrane semipermeabel adalah lembar tipis, berpori-pori

terbuat dari selulosa atau bahan sintetik. Ukuran pori-pori

membran memungkinkan difusi zat dengan berat molekul rendah

seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga

sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi

kebanyakan protein plasma, bakteri, dan sel-sel darah terlalu besar

untuk melalui pori-pori membran. Perbedaan konsentrasi zat pada

dua kompertemen disebut gradien konsentrasi.

24
25

3. Spiritual

a. Definisi Spiritual

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan yang

Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sebagai contoh seseorang yang

percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa.

Menurut Burkhardt (2013), spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut.

1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidak

pastian dalam dalam kehidupan.

2) Menemukan arti dan tujuan hidup.

3) Menyadari kemampuan untuk menggunakkan sumber dan kekuatan

dalam diri sendiri.

4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan

Yang Maha Tinggi.

Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan

atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau

mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional,

penyakit fisik, atau kematian. Kekuatan yang timbul di luar kekuatan

manusia (kozier, Erb, Blais & Wikinson, 2011; Murray & Zentner,

2013).

Mickey et al (2012), menguraikan spiritualitas sebagai suatu yang

multidimensi, yaitu dimensi eksitensial dan dimensi agama. Dimens

eksitensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi

agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang

25
26

Maha Penguasa. Selanjutnya, Stoll (2009), menguraikan bahwa

spiritualitas sebagai konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan

dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan

atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang. Dimensi

horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan

orang lain, dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus-

menerus antara dua dimensi tersebut.

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau

mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta

kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai,

menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 2009).

Dapat disimpulkan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan

untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan

dicintai serta rasa keterikatan, dan kebutuhan untuk member dan

mendapatkan maaf.

Agama merupakan suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau

teratur. Agama mempunyai keyakinan sentral, ritual dan praktik yang

biasanya berhubungan dengan kematian, perkawinan, dan

keselamatan/penyelamatan (salvation). Agama mempunyai aturan-

aturan tertentu yang dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari yang

member kepuasan bagi yang menjalankannya. Perkembangan

keagamaan individu merujuk pada penerimaan keyakinan, nilai aturan,

dan ritual tertentu.

26
27

b. Karakteristik spiritualitas

Menurut Hamid, A (2009) dalam upaya memudahkan pemberian

asuhan keperawatan dengan memperhatikan kebutuhan spiritual

penerima pelayanan keperawatan, perawat mutlak perlu memiliki

kemampuan mengidentifikasi atau mengenal karakteristik spiritualitas

yang disajikan sebagai berikut.

1) Hubungan dengan diri sendiri. Kekuatan dalam atau/dan self

reliance:

a) Pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya)

b) Sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/

masa depan, ketenangan pikiran, harmonis/keselarasan dengan

diri sendiri).

2) Hubungan dengan alam harmonis:

a) Mengetahui dengan tanaman, pohon, margasatwa, dan iklim;

b) Berkomunikasi dengan alam (bertanam dan berjalan kaki),

mengabadikan dan melindungi alam.

3) Hubungan dengan orang lain harmonis/suportif.

a) Berbagi waktu, pengetahuan, dan sumber secara timbale balik;

b) Mengasuh anak, orang tua, dan orang sakit;

c) Meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat, dan

lain-lain).

Bila tidak harmonis akan terjadi:

a) Konfik dengan orang lain;

27
28

b) Resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi.

4) Hubungan dengan ketuhanan. Agamis atau tidak agamis:

a) Sembahyang/berdoa/meditasi;

b) Perlengkapan keagamaan;

c) Bersatu dengan alam.

Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi

kebutuhan spiritualnya jika mampu:

1) Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan

keberadaanya didunia/kehidupan;

2) Mengembangkan arti penderitaan dan menyakini hikmah dari

suatu kejadian atau penderitaan;

3) Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan,

rasa percaya, dan cinta;

4) Membina integritas personal merasa diri berharga;

5) Merasakan kehidupan yangterarah terlibat melalui harapan;

6) Mengembangkan hubungan antar-manusia yang positif.

c. Perkembangan spiritual

1) Bayi dan toddler (0-2 Tahun)

Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya kepada

yang mengasuh yang sejalan dengan perkembangan rasa aman dan

dalam hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan manusia

mengenal dunia melalui hubungannya dengan lingkungan, khususnya

orang tua. Bayi dan toddler belum memiliki rasa salah dan benar,serta

28
29

keyakinan spiritual. Mereka mulai meniru kegiatan ritual tanpa

mengerti arti kegiatan tersebut serta ikut ke tempat ibadah yang

mempengaruhi citra diri mereka.

2) Prasekolah

Sikap orang tua tentang kode moral dan agama mengajarkan

kepada anak tentang apa yang dianggap baik dan buruk. Anak

prasekolah meniru apa yang mereka lihat bukan yang dikatakan orang

lain. Permasalahan akan timbul apabila tidak ada kesesuaian atau

bertolak belakang antara apa yang dilihat dan apa yang dikatakan

kepada mereka. Anak pra sekolah sering bertanya tentang moralitas

dan agama, seperti perkataan atau tindakan tertentu dianggap salah.

Juga bertanya “apa itu surga?” mereka menyakini bahwa orang tua

mereka Tuhan.

Menurut Kozier, Erb, Blais, dan Wilkinson (2015), pada saat ini

metode pendidikan spiritual yang paling efektif adalah member

indoktrinasi dan member kesempatan kepada mereka memilih

caranya. Agama merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.

Mereka percaya bahwa Tuhan yang membuat hujan dan angin; hujan

dianggap sebagai air mata Tuhan.

3) Usia Sekolah

Anak usia sekolah mengharapkan Tuhan menjawab doanya, yang

salah akan dihukum dan yang baik akan diberi hadiah. Pada masa

prapubertas, anak sering mengalami kekecewaan karena mereka mulai

29
30

menyadari bahwa doanya tidak terlalu dijawab menggunakan cara

mereka dan mulai mencari alasan tanpa mau menerima keyakinan

begitu saja.

Pada usia ini, anak mulai mengambil keputusan akan melepaskan

atau meneruskan agama yang dianutnya karena ketergantungannya

kepada orang tua. Pada masa remaja, mereka membandingkan

standard orang tua mereka dengan orang tua lain dan menetapkan

standar apa yang akan diintegrasikan dalam perilakunya. Remaja juga

membandingkan pandangan ilmiah dengan pandangan agama serta

mencoba untuk menyatukannya, pada masa ini, remaja yang

mempunyai orang tua berbeda agama, akan memutuskan pilihan

agama yang akan dianutnya atau tidak memilih satupun dari kedua

agama orang tuanya.

4) Dewasa

Kelompok usia dewasa muda yang dihadapakan pada pertanyaan

bersifat keagamaan dari ananya akan menyadari apa yang pernah

diajarkan kepadanya pada masa kanak-kanak dahulu, lebih dapat

diterima pada masa dewasa daripada waktu remaja dan masukan dari

orang tua tersebut dipakai untuk mendidik anaknya.

5) Usia pertengahan

Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak

waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai agama

yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena

30
31

pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain

(saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri.

Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat

membantu orang tua dalam menghadapi kenyataan, berperan aktif

dalam kehidupan dan merasa berharga, serta lebih dapat menerima

kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan.

d. Faktor yang mempengaruhi spiritualitas

Menurut Taylor, Lillis & Le Mone (2016), dan Craven & Himle

(2008), faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas

seseorang adalah pertimbangan tahap perkembangan, keluarga, latar

belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya krisis,

terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta

asuhan keperawatan yang kurang tepat. Untuk lebih jelas, faktor-

faktor penting tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

1) Tahap perkembangan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap

anak-anak dengan empat agama yang berbeda ditemukan bahwa

mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk

sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama, dan

kepribadian anak. Tema utama yang diuraikan oleh semua anak

tentang Tuhan, mencangkup hal-hal berikut ini.

a) Gambaran tentang Tuhan yang bekerja melalui kedekatan

dengan manusia dan saling keterikatan dengan kehidupan.

31
32

b) Mempercayai bahwa Tuhan terlibat dalam perubahan dan

pertumbuhan dini serta transformasi yang membuat dunia tetap

segar, penuh kehidupan, dan berarti.

c) Meyakini Tuhan mempunyai kekuatan dan selanjutnya merasa

takut menghadapi kekuasaan Tuha.

d) Gambaran cahaya/sinar.

2) Keluarga. Peran orang tua sangat menentukan perkembangan

spiritualitas anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh

orang tua kepada anaknya tentang tuhan, tetapi apa yang anak

pelajari mengenai Tuhan, kehidupan, dan diri sendiri dari perilaku

orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan

terdekat dan pengalaman pertama anak dalam memersepsikan

kehidupan di dunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai

oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua

dan saudaranya.

3) Latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan dan nilai

dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada

umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual

keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan kegiatan agama,

termasuk nilai moral dari hubungan keluarga dan peran serta

dalam berbagai bentukkegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan

apa pun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut

32
33

individu, tetap saja pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap

individu.

4) Pengalaman hidup sebelumnya. Pengalaman hidup, baik positif

maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi spiritualitas

seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh bagaimana

seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman

tersebut. Sebagai contoh, jika dua orang wanita yang percaya

bahwa Tuhan mencintai umatnya, kehilangan anak mereka karena

kecelakaan. Salah satu dari mereka akan bereaksi dengan

mempertanyakan keberadaan tuhan dan tidak mau sembahyang

lagi. Sebaliknya, wanita yang satu terus berdoa dan meminta

Tuhan membantunya untuk mengerti damn menerima kehilangan

anaknya.

Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan sekalipun,

seperti pernikahan, pelantikan kelulusan, kenaikan pangkat atau

jabatan dapat menimbulkan perasaan bersyukur kepada Tuhan,

tetapi ada juga yang merasa merasa tidak perlu mensyukurinya.

Peristiwa dalam kehidupan sering dianggap sebagai suatu cobaan

yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan

imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual akan meningkat yang

memerlukan kedalaman spiritual dan kemampuan koping untuk

memenuhinya.

33
34

5) Krisis dan perubahan. Krisis dan perubahan dapat menguatkan

kedalaman spiritual seseorang (Toth, 2008) dan, Craven & Himle

(2009). Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi

penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan, dan bahkan

kematian khususnya pada klien dengan penyakit terminal atau

dengan prognosis yang buruk. Perubahan dalam kehidupan dan

krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual

selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional.

Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi,

terapi/pengobatan yang diperlukan, atau situasi yang

mempengaruhi seseorang. Diagnosis penyakit atau penyakit

terminal pada umumnya akan menimbulkan pertanyaan tentang

sistem kepercayaan seseorang. Jika klien dihadapkan pada

kematian, keyakinan spiritual dan keinginan untuk sembahyang

/berdoa lebih tinggi dibandingkan pasien yang berpenyakit bukan

terminal.

6) Terpisah dari ikatan spiritual. Menderita sakit terutama yang

bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan

kehilangan kebebasan pribadi dan system dukungan social. Klien

yang dirawat merasa terisolasi dalam ruangan yang asing baginya

dan merasa tidak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga

berubah, antara lain, tidak dapat menghadiri acara resmi,

mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul

34
35

dengan keluarganya atau teman dekat yang biasa member

dukungan setiap saat diinginkan. Terpisahnya klien dari ikatan

spiritual dapat beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.

7) Isu moral terkait dengan terapi. Pada kebanyakan agama proses

penyembuhan dianggap sebagai cara Tuhan untuk menunjukkan

kebesarannya walaupun ada juga yang menolak intervensi

pengobatan. Prosedur medic sering kali dapat dipeengaruhi oleh

pengajaran agama, misalnya sirkumsisi, transplatasi organ,

pencegahan kehamilan, dan sterilisasi. Konflik antara jenis terapi

dengan keyakinan agama sering dialami oleh klien dan tenaga

kesehatan.

8) Asuhan keperawatan yang kurang sesuai. Ketika memberikan

asuhan keperawatan kepada klien, perawat diharapkan peka

terhadap kebutuhan spiritual klien, tetapi dengan berbagai alasan

ada kemungkinan perawat justru menghindar untuk memberi

asuhan spiritual. Alasan tersebut, antara lain karena perawat

merasa kurang nyaman dengan kehidupan spiritualnya, kurang

mengangap penting kebutuhan spiritual, tidak mendapatkan

pendidikan tentang aspek spiritual dalam keperawatan, atau

merasa bahwa pmenuhan kebutuhan spiritual klien bukan menjadi

tugasnya, tetapi tanggung jawab pemuka agama.

35
36

e. Spiritual, kesehatan dan sakit

Menurut Hamid, A (2009) keyakinan spiritual sangat penting bagi

perawat karena dapat mempengaruhi tingkat kesehatan dan perilaku

self-care klien. Beberapa pengaruh dari keyakinan spiritual yang perlu

dipahami adalah sebagai berikut :

1) Menuntun kebiasaan hidup sehari- hari. Praktik tertentu pada

umumnya yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan mungkin

mempunyai makna keagamaan bagi klien. Sebagai contoh, ada

agama yang menetapkan makanan diet yang boleh dan tidak boleh

dimakan. Begitu pula metode keluarga berencana ada agama yang

melarang cara tertentu untuk mencegah kehamilan, termasuk terapi

medik atau pengobatan.

2) Sumber dukungan. Pada saat mengalami stres, individu akan

mencari dukungan dari keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat

diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya

jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama

dengan hasil yang belum pasti. Sembayang atau berdoa, membaca

kitab suci dan praktik keagamaan lainnyasering membantu

memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu

perlindungan terhadap tubuh.

3) Sumber kekuatan dan penyembuhan. Nilai dari keyakinan agama

tidak dapat dengan mudah dievaluasi (Taylor, Lilis, & Le Mone,

2013. Walaupun demikian, pengaruh keyakinan tersebut dapat

36
37

diamati oleh tenaga kesehatan dengan mengetahui bahwa individu

cenderung dapat menahan distress fisik yang luar biasa karena

mempunyai keyakinan yang kuat. Keluarga klien akan mengikuti

semua proses penyembuhan yang memerlukan upaya luar biasa

karena keyakinan bahwa semua upaya tersebut akan berhasil.

4) Sumber konflik. Pada situasi tertentu dapat terjadi konflik antara

keyakinan agama dengan praktik kesehatan. Misalnya, ada orang

yang memandang penyakit sebagai suatu bentuk hukuman karena

pernah berdosa. Ada agama tertentu yang menganggap manusia

sebagai makhluk yang tidak berdaya dalam mengendalikan

lingkungannya sehingga penyakit diterima sebagai takdir, bukan

sebagai suatu yang harus disembuhakan.

f. Perubahan fungsi spiritual

Berbagai perilaku dan ekspresi yang dimanifestasikan klien

seharusnya diwaspadai oleh perawat, karena mungkin saja klien sedang

mengalami masalah spiritualnya (Hamid, A 2009)

1) Verbalisasi distres. Individu yang mengalami gangguan fungsi

spiritual biasanya memverbalisasikan distres yang dialaminya atau

mengekpresikan kebutuhan untuk mendapatkan bantuan. Misalnya,

seseorang istri mengatakan “Saya merasa bersalah karena saya

seharusnya mengetahui lebih awal bahwa suami saya mengalami

serangan jantung.”. biasanya klien meminta perawat untuk berdoa

bagi kesembuhannya atau memberi tahu pemuka agama untuk

37
38

mengunjunginya. Perawat juga perlu peka terhadap keluhan klien

tentang kematian atau merasa tidak berharga dan kehilangan arti

hidup. Kepekaan perawat sangat penting dalam menarik

kesimpulan dari verbalisasi klien tentang distres yang dialami

klien.

2) Perubahan perilaku. Perubahan perilaku juga dapat merupakan

manifestasi gangguan fungsi spiritual. Klien yang merasa cemas

dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah

mendengar hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita

distres spiritual ada yang bereaksi dengan perilaku mengintropeksi

diri dan mencari alasan terjadinya suatu situasi dan berupaya

mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi tersebut, tetapi ada

yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi serta

dukungan dari keluarga dan teman. Perasaan bersalah, rasa takut,

depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan fungsi

spiritual.

g. Pengkajian aspek spiritual

Menurut D’Souza dan George (2007), salah satu cara untuk

menngkaji spiritualitas seseorang adalah dengan menanyakan

bagaimana mereka memandang tujuan hidup mereka dan bagaimana

mereka mencapainya. Dr Pulchalski (cited in Hallenbeck, 2003)

mengembangkan metode untuk mengkaji aspek spiritualitas. Dr

38
39

Pulchalski ini menggunakkan akronim FICA ( faith, importance and

influence, community, and application), untuk mengkaji spiritualitas.

1) Faith

Faith adalah suatu kemampuan yang ada dalam diri manusia yang

diperoleh melalui kepercayaan yang mereka anut. Sesungguhnya

antara wahyu dan keyakinan hamper tidak dapat dibedakan karena

keduanya menggunakkan kepercayaan, perbedaannya adalah

bahwa keyakinan terhadap wahyu yang secara diagnostic

diikutinya adalah peraturan berupa agama, sedangkan keyakinan

adalah kemampuan jiwa manusia yang merupakan pematangan

(maturation) dari kepercayaan.

2) Importance and influence

Importance and influence merupakan suatu keyakinan yang dapat

digunakkan untuk menilai seberapa penting dan berpengaruhnya

agama bagi seseorang dalam menghadapi masalah yang sedang

mereka hadapi, dan apakah keyakinan agama seseorang tersebut

sangat penting dan dapat berpengaruh bagi seseorang dalam proses

menyelesaikan masalah seseorang tersebut.

3) Community

Community merupakan suatu kelompok yang dibentuk untuk

melaksanakan tugas keagamaan dalam suatu kelompok komunitas

seperti pengajian, tahlilan dan yang lainnya, selain dapat beribadah

dalam suatu kelompok komunitas tersebut kita juga dapat saling

39
40

berkomunikasi antara anggota yang lain. Mereka juga dapat saling

menghormati, menghargai, menyayangi dan menjaga antara

anggota yang satu dengan yang lain.

4) Address and application

Address and application yaitu agama yang mengajarkan kita harus

kemana dan bagaimana jika kita sedang mendapatkan masalah.

Address and application ini berisi tentang tindakan yang harus kita

lakukan jika ingin menyelesaikan masalah yang sedang kita hadapi.

Pengkajian yang menggunakan akronim FICA mempunyai

beberapa keuntungan. Pertama, pengkajian ini dapat dilakukan dalam

waktu yang singkat dan menghasilkan informasi yang mendalam.

Kedua, saat berdiskusikan aspek spiritual klien dapat mengeksplor hal

lain misalnya pilihan keluarga dan klien. Ketiga, pengkajian ini dapat

dilakukan secara mengalir saat mengkaji hal lain. Saat melakukan

pengkajian spiritual, klien dan keluarga biasanya lebih memulai dengan

mengajukan pertanyaan sebagai berikut “Bagaimana pendapat anda,

mengapa hal ini terjadi kepada kami?”. Sebagai seorang perawat kita

bisa mengajukan pertanyaan balik,”Mengapa hal tersebut terjadi pada

anda?”, karena biasanya klien dan keluarga tidak membutuhkan

jawaban dan lebih mencari kesempatan untuk mengutarakan perasaan

mereka. (Hallenbeck, 2013).

40
41

4. Depresi

a. Definisi depresi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang

berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,

termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,

konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya,

serta bunuh diri (Kaplan, 2010).

Depresi dapat diartikan sebagai salah satu bentuk gangguan alam

perasaan yang ditandai dengan perasaan sedih yang berlebihan,

murung, tidak bersemangat, perasaan tidak berharga, merasa kosong,

putus harapan, selalu merasa dirinya gagal, tidak berminat pada ADL

sampai ada ide bunuh diri (Yosep, 2009).

Depresi adalah perasaan sedih, ketidak berdayaan dan pesimis

yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan

yang ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam

(Nugroho, 2012).

Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam

perasaan (affective/mood disorder), yang diatandai dengan

kemurungan, kelesuan, ketidak gairahan hidup, perasaan tidak

berguna, dan putus asa (Hawari, 2010).

Menurut Atkinson (2011), depresi sebagai suatu gangguan mood

yang dicirikan tak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang

berlebihan, tak mampu mengambil keputusan memulai suatu kegiatan,

41
42

tak mampu konsentrasi, tak punya semangat hidup, selalu tegang, dan

mencoba bunuh diri.

b. Etiologi depresi

Dalam Kaplan & Sadock, 2010 penyebab terjadinya depresi adalah :

1) Faktor Biologis

Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin

biogenic- seperti asam 5-hidroksiindolasetat (5-HIAA), asam

homovanilat (HVA) dan 3 metoksi, 4 hdroksifenilglikol (MHPG)-

di dalam darah, urine dan cairan serebrospinalis pasien dengan

gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan

hipotesisi bahwa gangguan mood disebabkan oleh disregulasi

heterogen amin biogenic.

2) Faktor Neurokimia

Walaupun data belum meyakinkan, neurotransmitter asam

amino dan peptide neuro aktif telah dilibatkan dalam patofiologi

gangguan mood. Sejumlah peneliti telah mengajukan bahwa

system messengers kedua- seperti regulasi kalsium, adenilat

siklase, dan fosfatidilinositol- dapat menjadi penyebab. Asam

amino glutamate dan glisin tampaknya menjadi neurotransmitter

eksitasi utama pada system saraf pusat. Glutamat dan glisin

berikatan dengan reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA), jika

berlebihan dapat memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki

konsentrasi reseptor NMDA yang tinggi sehingga mungkin jika

42
43

glutamate bersama dengan hiperkortisolemia memerantarai efek

neurokognitif pada stress kronis. Terdapat bukti yang baru muncul

bahwa obat yang menjadi antagonis reseptor NMDA memiliki efek

antidepresan.

3) Faktor Genetik

Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor

genetik yang signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood

tetapi pola pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang

kompleks. Tidak hanya menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi

faktor nongenetik mungkin memiliki peranan kausatif didalam

timbulnya gangguan mood pada beberapa orang. Komponen

genetik memiliki peranan yang bermakna didalam gangguan

bipolar I daripada gangguan depresi berat.

4) Faktor Psikososial

Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul

mendahului episode gangguan mood yang megikuti. Hubungan ini

telah dilaporkan untuk pasien gangguan depresi berat dan

gangguan depresi. Sebuah teori yang diajukan untuk menerangkan

pengamatan ini adalah bahwa stress yang menyertai episode

pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan lama didalam

biologi otak.perubahan yang bertahan lama ini dapat menghasilkan

perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan

system pemberian sinyal interaneuron, perubahan yang bahkan

43
44

mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang

berlebihan. Akibatnya seseorang memiliki resiko tinggi mengalami

episode gangguan mood berikutnya, bahkan tanpa stressor

eksternal. Sejumlah klinis bahwa peristiwa hidup memegang

peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menunjukkan bahwa

peristiwa hidup hanya memegang peranan terbatas dalam awitan

dan waktu depresi. Data yang paling meyakinkan menunjukkan

bahwa peristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya

depresi dikemudian hari pada seseorang adalah kehilangan orang

tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling sering

menyebabkan timbulnya awitan depresi adalah kematian pasangan.

Factor ressiko lain adalah PHK- seseorang yang keluar dari

pekerjaan sebanyak tiga kali lebih cenderung memberikan laporan

gejala episode depresif berat daripada orang yang bekerja.

5) Faktor Kepribadian

Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang

secara khas merupakan predisposisi seseorang mengalami depresi

dibawah situasi yang sesuai. Orang dengan gangguan kepribadian

tertentu, objektif kompulsif, histrionic dan border line mungkin

memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi

daripada orang dengan gangguan kepribadian antisocial atau

paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat menggunakan

mekanisme defense proyeksi dan mekanisme eksternalisasi lainnya

44
45

untuk melindungi diri mereka dari kemarahan didalam dirinya.

Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian

tertentu terkait dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian

hari; meskipun demikian, orang dengan gangguan distemik dan

siklotimik memiliki resiko gagguan depresi berat atau gangguan

bipolar I kemudian hari.

6) Faktor Psikodinamik Depresi

Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh

Sigmund freud dan dikembangkan Karl Abraham dikenal dengan

pandangan klasik mengenai depresi. Teori ini memiliki 4 poin

penting : (1) gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10-18

bulan pertama kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan

selanjutnya terhadap depresi, (2) depresi dapat terkait dengan

kehilangan objek yang nyata atau khayalan, (3) introyeksi objek

yang meninggal adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan

untuk menghadapi penderitaan akibat kehilangan objek, (4)

kehilangan objek dianggap sebagai campuran cinta dan benci

sehingga rasa marah diarahkan kedalam diri sendiri.

c. Ciri-ciri Umum Depresi

Menurut Nevid dkk, (2003) ciri-ciri umum dari depresi adalah:

1) Perubahan pada kondisi emosional

Perubahan pada kondisi mood (periode terus menerus dari

perasaan terpuruk, depresi, sedih atau muram). Penuh dengan air

45
46

mata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas (mudah

tersinggung), kegelisahan atau kehilangan kesadaran.

2) Perubahan dalam motivasi

Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk

memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari

tempat tidur. Menurunya tingkat partisipasi sosial atau minat pada

aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas

yang menyenangkan. Menurunya minat pada seks serta gagal

untuk berespon pada pujian atau reward.

3) Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik

Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalam

depresi adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yang

berkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan lebih

perlahan dari biasanya. Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur

terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun lebih awal dari biasanya

dan merasa kesulitan untuk tidur kembali). Perubahan dalam selera

makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit). Perubahan

dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan).

Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada biasany

menderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dan

tatapan yang kosong tanpa ekspresi.

46
47

4) Perubahan kognitif

Kesulitan berkonsentrasi atau berpikir jernih. Berpikir

negatif mengenai diri sendiri dan masa depan. Perasaan bersalah

atau menyesal mengenai kesalahan dimasa lalu. Kurangnya self-

esteem atau merasa tidak adekuat. Berpikir kematian atau bunuh

diri.

d. Faktor yang meningkatkan resiko terjadinya Depresi

Menurut Amir (2008) dan Danesh & Landeen (2007) dalam

Fadilah (2013) terdapat beberapa faktor yang meningkatkan resiko

untuk terjadi depresi yaitu sebagai berikut:

1) Usia

Depresi lebih sering terjadi pada usia muda yaitu umur rata-

rata antara 20-40 tahun. Depresi pada usia muda lebih sering

diakibatkan karena faktor sosial. Penelitian menunjukkan hasil

bahwa tingkat prevelansi tertinggi depresi seumur hidup terlihat

pada usia 20-24 tahun dan tingkat terendah pada usia 75 tahun

(Landeen dan Danesh, 2007). Menurut Potter & Perry (2005) tugas

perkembangan individu dewasa tengah meliputi pencapaian

tanggung jawab sosial, menetapkan dan mempertahankan standar

kehidupan, membantu anak-anak remaja menjadi orang dewasa

yang bertanggung jawab dan bahagia, mengembangkan aktivitas

luang, menerima dan menyesuaikan perubahan fisiologis pada usia

47
48

pertengahan. Usia 40 tahun merupakan rentang umur yang masih

dalam kategori usia produktif.

2) Jenis kelamin

Depresi umumnya lebih sering menyerang pada wanita.

Wanita lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan batas

ambangnya lebih rendah jika dibandingkan pria. Depresi pada

wanita juga berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon pada

wanita. Misalnya depresi pra haid, post partum dan depresi

postmenopause. Perempuan berada pada risiko yang lebih besar a,

orang-orang yang gangguan depresi dan kecemasan pada usia lebih

awal daripada laki-laki (Videbeck, 2008).

3) Status perkawinan

Gangguan depresi sering terjadi pada individu yang

bercerai atau kehilangan pasangan. Status perceraian meningkatkan

risiko lebih tinggi untuk menderita depresi. Menikah memberikan

dampak lebih baik bagi kesehatan jiwa untuk semua gender

(Videbeck, 2008).

4) Kehilangan pekerjaan dan pendapatan rumah tangga (status

ekonomi)

Pengangguran akan lebih berisiko terkena depresi. Hasil

penelitian menunjukkan yaitu tingkat prevalensi tertinggi depresi

seumur hidup (18,4%) terlihat di rumah tangga dengan tingkat

pendapatan kurang dari $ 10.00 per tahun. Prevalensi seumur hidup

48
49

depresi kemudian menurun dengan meningkatnya pendapatan

(Danesh & Landeen, 2007).

5) Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah semua bantuan yang diberikan

oleh anggota keluarga sehingga akan memberikan rasa nyaman

secara fisik dan psikologis pada individu yang sedang merasa

tertekan, stress, dan depresi.

6) Pendidikan

Tingkat pendidikan formal merupakan dasar pengetahuan

intelektual yang dimiliki oleh seseorang. Hal ini berkaitan dengan

pengetahuan karena semakin tinggi pengetahuan seseorang akan

semakin luas wawasan yang dimiliki. Tingkat pengetahuan yang

baik mengenai depresi akan membantu individu dalam menekan

gejala depresi yang muncul.

7) Suku

Masing-masing suku yang ada di suatu masyarakat akan

memberikan gambaran kebudayaan yang berbeda, termasuk dalam

perilaku kesehatan. Kebudayaan berhubungan erat dengan

kesehatan dalam hal pencegahan serta pengobatan penyakit yang

dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional. Dalam penanganan

kesehatan jiwa, budaya akan mempengaruhi seseorang dalam

mengkomunikasikan masalah, menjelaskan penyebab masalah dan

mepersepsikan pelayanan kesehatan. Depresi lebih jelas terlihat

49
50

pada suatu budaya yang meyakini bahwa mengungkapkan emosi

secara verbal itu tidak tepat (Videbeck, 2008).

e. Jenis-Jenis Depresi

1) Normal (Tidak ada gejala sama sekali) merupakan tidak ada tanda

dan gejala depresi, (Alimul Azis, 2007).

2) Depresi Ringan dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a) Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama

depresi.

b). Ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala lainnya: 1-7.

c). Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya

sekitar 2 minggu.

d). Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial

yang dilakukannya, (Maslim, 2013).

3) Depresi Sedang dengan ciri-ciri sebagai berikut:

a). Sekurang-kurangnya harus ada dua dari tiga gejala utama

depresi pada episode depresi ringan.

b). Ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat) dari

gejala lainnya

c). Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya

sekitar 2 minggu.

d). Menghadapi kesulitan nyata dalam untuk meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. (Maslim, 2013)

50
51

4). Depresi berat terbagi atas dua jenis, yaitu:

a). Depresi berat tanpa gejala psikotik, dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

(1). Semua dengan tiga gejala utama depresi harus ada,

(2) Ditambah sekurang-kurangnya empat dari gejala lainnya,

dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat,

(3) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi

psikomotor) yang mencolok, maka pasien mungkin tidak

mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak

gejalanya yang secara rinci,

(4) Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-

kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat

dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2

minggu, sangat tidak mungkin pasien akan mampu

merumuskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah

tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

b). Depresi berat dengan gejala psikotik, yang memiliki ciri-ciri

sebagai berikut:

(1) Episode depresi berat yang memenuhi kriteria dari depresi

berat tanpa gejala psikotik,

(2) Disertai waham, halusinasi atau stupor depresi. Waham

biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau

51
52

malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa

bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau

olfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau

menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada

stupor, (Maslim, 2013).

5). Depresi Sangat Berat yaitu keadaan yang dialami dan dimiliki

seseorang dengan ciri tanda dan gejala yang terdapat di semua

tingkatan depresi, dan berlangsung secara lama, (Alimul Azis,

2012).

f. Pengukuran depresi

Depresi dapat diukur dengan menggunakan skala DASS

(depression, anxiety, stress, scale 42). DASS adalah seperangkat alat

subyektif yang dibenuk untuk mengukur suatu emosional negatif dari

depresi, kecemasan dan stres. Terdiri dari 42 item, dengan indikator

yang meliputi : perasaan lelah,perasaan frustasi, perasaan murung,

perasaan negatif, penurunan pengambilan keputusan, merasa tidak

efisien, merasa kualitas kerja rendah, terkuras fisik, daya tahan

menurun, rasa emosional menurun, ketegangan emosional, pelupa,

sulit konsentrasi, mudah bosan dan, perasaan tidak puas (lovibond

P.F. 2009).

Menurut Lovibond P.F.(2009), tingkatan depresi pada instrumen

ini berupa normal, depresi ringan, depresi sedang, depresi berat,

52
53

depresi sangat berat, jumlah skor dari pernyataan item tersebut

memiliki makna :

1). 9-14 : normal

2). 15-18 : depresi ringan

3). 19-25 : depresi sedang

4). 26-33 : depresi berat

5) >34 : depresi sangat berat

53
54

B. Kerangka Konsep

Hemodialisa Perubahan fungsi spiritual


 Verbalisasi distress

 Perubahan perilaku
(Aktivitas spiritual)

Depresi

Pengkajian Aspek
FICA
DASS 42 menurrut
Lovibond

Pengkategorian
Pengkategorian aktivitas spiritual
Depresi  Baik
 Sangat berat  Cukup
 Berat  kurang
 Sedang
 Ringan
 normal Faktor yang mempengaruhi
 Faktor biologis –herediter
 Faktor psikoedukatif/ sosio
kultural

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Mempengaruhi

Gambar 2.1 kerangka konsep aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada
pasien cro ey dissease yang menjalani hemodialisa di RSUD
gambiran kota kediri.nic kidn

54
55

C. HIPOTESA PENELITIAN

Hipotesa penelitian adalah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara empiris (sugiono,

2010). Hipotesa dalam penelitian ini adalah : ada hubungan aktivitas spiritual

dengan tingkat depresi pada pasien cronic kidney dissease yang menjalani

hemodialisa di ruang Hemodialisa RSUD gambiran kota kediri.

55
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian merupakan strategi

penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data, dan digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana

penelitian dilaksanakan, (Nursalam, 2015).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan desain penelitian

observasional dengan pendekatan Cross Sectional. Cross sectional, yaitu

suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel yang

termasuk faktor resiko atau sebab (variabel independent) dan variabel yang

termasuk efek atau akibat (variabel dependent) diobservasi atau pengumpulan

data sekaligus pada waktu yang sama (Notoadmodjo, 2010). Penelitian

korelasi ini menganalisa aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien

gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD

Gambiran Kota Kediri.

56
57

B. Kerangka Kerja

Kerangka penelitian yang akan digunakan atau urutan kegiatan dalam

metodologi penelitian yang akan peneliti kerjakan. Adapun langkah-langkah

kerangka kerja penelitian ini sebagai berikut :

Populasi
Seluruh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri berjumlah 187 orang

Accidental Sampling

Sampel
Sebagian pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri sejumlah 30 orang
0
Pengumpulan Data

Variabel Independen aktivitas Variabel dependen tingkat


spiritual dengan kuesioner depresi dengan kuesioner

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa data
Menggunakan uji statistik
Spearman Rho (α = 0,05)

Penyajian hasil

Kesimpulan

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri
58

C. Populasi, Sampel, Sampling

1. Populasi

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misal manusia atau

klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2015).

Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai populasi adalah seluruh

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang

hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri berjumlah 187 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam,

2015). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien gagal ginjal

kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD

Gambiran Kota Kediri sejumlah 30 orang.

Kriteria inklusi adalah krakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015).

3. Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang

dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2015). Sedangkan tehnik

sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan

keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini

menggunakan tehnik pengambilan sampel dengan Accidental Sampling.

Accidental sampling, yaitu teknik menentukan sampling berdasarkan

kebetulan yaitu pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di


59

ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri sejumlah 30 orang yang

secara kebetulan/accidental bertemu dengan peneliti yang dapat

digunakan sebagai sampel.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2015).

Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yaitu :

1. Variabel independent (bebas).

Variable independen adalah variable yng menimbulkan atau

menjadi sebab timbulnya variable yang lain. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel independent adalah aktivitas spiritual.

2. Variabel terikat atau variabel dependent

Variable dependen adalah variable yang timbul sebagai akibat

adanya variable yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

dependent adalah tingkat depresi.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang diamati tersebut (Nursalam, 2015). Sedangkan

menurut Notoatmodjo (2010) definisi operasional adalah uraian tentang

batasan variabel yang dimaksud atau tentang apa yang diukur oleh variabel

yang bersangkutan.
60

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional aktivitas spiritual dengan tingkat depresi
pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri.

Defenisi Alat Skala


No Variabel Indikator Skor
Operasional Ukur Data
1 Indepen den :
Aktivitas keyakinan Perubahan fungsi spiritual: K O Mempunyai 4 pilihan
spiritual dalam 1. Verbalisasi distres. U R jawaban yaitu :
hubungan Individu yang E D Tidak pernah (TP),
pasien CKD mengalami gangguan S I Jarang (J), Sering
dengan yang I N (S), Sangat Sering
fungsi spiritual biasanya
Maha Kuasa O A (SS). Untuk masing-
dan Maha memverbalisasikan N L masing pernyataan
Pencipta. distres yang dialaminya E diberi nilai TP : 1, J
Sebagai atau mengekpresikan R :2, S : 3, SS : 4,
contoh kebutuhan untuk
seseorang mendapatkan bantuan. Kriteria :
yang percaya 2. Perubahan perilaku. Aktivitas spiritual
kepada Allah kurang : 15-30
Perubahan perilaku juga
sebagai Aktivitas spiritual
Pencipta atau dapat merupakan cukup : 31-46
sebagai Maha manifestasi gangguan Aktivitas spiritual
Kuasa fungsi spiritual baik : 47-60

2 Dependen :
Tingkat gangguan 1. Gejala fisik : K O Mempunyai 4 pilihan
depresi emosi pada a. Gangguan pola tidur U R jawaban yaitu : Tidak
pasien CKD b. Menurunnya tingkat E D pernah (TP), Kadang
di ruang S I (K), Sering (S), Sangat
aktivitas
hemodialisa I N Sering (SS). Untuk
RSUD c. Menurunnya O A masing-masing
Gambiran efisiensi kerja N L pernyataan diberi nilai
kota kediri d. Menurunnya E TP : 4, K :3, S : 2, SS :
yang produktivitas kerja R 1
menunjukkan 2. Gejala psikis : Kategori :
perasaan a. Kehilangan rasa Depresi sangat berat :
sedih, 41-65,6
percaya diri
tertekan, Depresi berat : 65,7-
tidak bahagia, b. Sensitifiti 90,3
tidak c. Merasa tidak Depresi sedang : 90,4-
berharga, berguna 115
tidak berarti, d. Perasaan bersalah Depresi ringan : 115,1-
serta tidak e. Perasaan terbebani 139,7
mempunyai 3. Gejala sosial : Tidak ada depresi :
semangat dan 139,8-164
Masalah pasien CKD
pesimis
yang mengalami depresi
menghadapi
kehidupan berawal dari diri sendiri
pada akhirnya
mempengaruhi
lingkungannya
61

F. Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Bahan dan Instrumen Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) instrument pengumpulan data

merupakan alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Jenis

instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Aktivitas spiritual

Menggunakan lembar kusioner yang berisi tentang aktivitas

spiritualitas pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisis yang

disesuaikan dengan indikator yang ada

b. Tingkat depresi

Kuesioner untuk mengukur tingkat depresi dalam penelitian

ini menggunakan kuesioner DASS42 (Depression Anxiety and Stress

Scale) dari Lovibond, S.H. dan Lovibond, P.f. (2009). Kuesioner ini

terdiri dari 42 pernyataan yang terdiri dari item pernyataan untuk

depresi, cemas, dan stress.

2. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas dan reabilitas dalam penelitian ini dilakukan pada

responden yang populasinya hampir sama dengan sampel penelitian

tetapi beda lokasi yaitu di Rumah Sakit Muhammadiyah tanggal 6 Mei

2017 sebanyak 30 orang. Uji validitas menggunakan program SPSS uji

Korelasi Pearson Product Moment

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang digunakan untuk menunjukkan

sejauh mana alat ukur yang digunakan dalam suatu mengukur apa
62

yang diukur. Ghozali (2009) menyatakan bahwa uji validitas

digunakan untuk mengukur sah, atau valid tidaknya suatu kuesioner.

Kuesioner dikatakan valid bila nilainya kurang dari 0,05. Hasil uji

validitas menunjukkan pada kuesioner aktivitas spiritual ke 15 soal

nilai sig < 0,05 yang berarti sudah valid.

b. Uji Reabilitas

Uji reabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat

ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan

tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang (Ghozali, 2009).

Dikatakan reliabel bila nilai Cronbach's Alpha > 0,6 (Konstanta).

Nilai Cronbach's Alpha pada kuesioner aktivitas spirital 0,976 yang

berarti sudah reliabel.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Ruang hemodialisa RSUD

Gambiran Kota Kediri pada tanggal 1-30 Juni 2017.

4. Prosedur Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek

dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam

suatu penelitian (Nursalam, 2015). Prosedur pengambilan data meliputi :

1) Mengurus Perijinan Penelitian kepada Ketua STIKES Surya Mitra

Kediri

2) Mengurus Perijinan Penelitian kepada direktur RSUD Gambiran

Kota Kediri
63

3) Menentukan sampel penelitian sesuai dengan kriteria inklusi yang

ditemui saat penelitian

4) Peneliti memberikan informed consent kepada gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa

5) Peneliti memberikan penjelasan tentang prosedur penelitian yang

dilakukan

6) Peneliti memberikan lembar kuesioner tentang aktivitas spiritual

7) Peneliti memberikan lembar kuesioner tentang tingkat depresi

8) Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan data ketahap

selanjutnya.

G. Pengolahan Data

1. Editing

Editing adalah memeriksa daftar perntanyaan yang telah

diserahkan oleh para pengumpul data (Nursalam, 2015). Dilakukan

setelah semua data yang dikumpulkan melalui kuesioner telah terkumpul.

Langkah pertama yang digunakan adalah mengecek apakah kuiseoner

telah diisi sesuai dengan petunjuk yang diberikan. Langkah kedua adalah

klarifikasi menyangkut memberikan penjelasan mengenai apakah data

yang sudah terkumpul akan menciptakan masalah konseptual atau teknis

pada saat peneliti melakukan analisa data dan selanjutnya melihat

kelengkapan mengacu pada terkumpulnya data secara lengkap sehingga

dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah dirumuskan dalam

penelitian.
64

2. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para

responden kedalam kategori-kategori dengan cara memberi kode pada

masing-masing jawaban (Ahcmadi, 2007).

Coding bertujuan untuk mengidentifikasi data kualitatif

membedakan aneka karakter tahapan pemberian kode pada jawaban

responden yang terdiri dari :

a. Memberi kode identitas responden untuk menjaga kerahasiaan

identitas responden dalam mempermudah proses penelusuran

biodata dalam penyimpanan arsip data.

b. Menetapkan kode untuk scoring jawaban dari responden atau

observasi yang dilakukan.

c. Mengidentifikasikan jawaban responden menurut macamnya dengan

memberi kode pada setiap jawaban.

Pengkodean :

Data Umum :

a) Umur

Kode 1 : < 20 tahun

Kode 2 : 20-35 tahun

Kode 3 : 36-50 tahun

Kode 4 : > 50 tahun

b) Pendidikan : (Diisi sesuai pendidikan terakhir responden)

Kode 1 : SD

Kode 2 : SMP

Kode 3 : SMA
65

Kode 4 : Perguruan tinggi

c) Pekerjaan

Kode 1 : Tidak bekerja/IRT

Kode 2 : Swasta/wiraswasta

Kode 4 : PNS/TNI/Polri

d) Informasi

Kode 0 : Tidak pernah

Kode 1 : Petugas kesehatan

Kode 2 : Keluarga, saudara, teman

Kode 3 : Media cetak, elektronik

Data Khusus

e) Aktivitas spiritual

Kode 1 : Kurang

Kode 2 : Cukup

Kode 3 : Baik

f) Tingkat depresi

Kode 1 : Depresi sangat berat

Kode 2 : Depresi berat

Kode 3 : Depresi sedang

Kode 4 : Depresi ringan

Kode 5 : Tidak ada depresi

3. Scoring

Tahap ini dilakukan setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil

dari observasi sehingga jawaban responden atau hasil observasi dapat

diberikan skor (Nursalam, 2008)


66

a. Data umum

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui

adanya karakteristik responden, maka untuk mengetahui prosentase

adapun rumus yang digunakan :

SP
P 100%
SM
Keterangan :

P = prosentase

SP = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum

Dari hasil pengolahan data diinterprestasikan dengan

menggunakan skala data kualitatif (Nursalam, 2008).

0% = Tidak satupun dari responden

1%-24% = Sebagian kecil dari responden

25%-49% = Hampir setengah dari responden

50% = Setengah responden

51% - 75% = Sebagian besar responden

76% - 99% = Hampir seluruhnya dari responden

100% = Seluruh dari responden

b. Data Khusus

1) Aktivitas spiritual

Mempunyai 4 pilihan jawaban yaitu : Tidak pernah (TP),

Jarang (J), Sering (S), Sangat Sering (SS). Untuk masing-masing


67

pernyataan diberi nilai TP : 1, J :2, S : 3, SS : 4, Untuk

mengklasifikasi skor data yang diperoleh digunakan rumus

Husein Umar (2013), sebagai berikut :

Rentang skor = Skor Tertinggi – Skor Terendah


tingkat skala

Keterangan :

Skor tertinggi = Jumlah soal x bobot tertinggi

Skor terendah = Jumlah soal x bobot terendah

Tingkat skala = 3 tingkatan

Rentang skor = (15 x 4) – (15 x 1)


3
= 60 – 15
3
= 15

Kriteria :

Aktivitas spiritual kurang : 15-30

Aktivitas spiritual cukup : 31-46

Aktivitas spiritual baik : 47-60

2) Tingkat Depresi

Mempunyai 4 pilihan jawaban yaitu : Tidak pernah (TP),

Kadang (K), Sering (S), Sangat Sering (SS). Untuk masing-

masing pernyataan diberi nilai TP : 4, K :3, S : 2, SS : 1, Untuk

mengklasifikasi skor data yang diperoleh digunakan rumus

Husein Umar (2013), sebagai berikut :


68

Rentang skor = Skor Tertinggi – Skor Terendah


tingkat skala

Keterangan :

Skor tertinggi = Jumlah soal x bobot tertinggi

Skor terendah = Jumlah soal x bobot terendah

Tingkat skala = 5 tingkatan

Rentang skor = (41 x 4) – (41 x 1)


5
= 164 – 41
5
= 24,6

Kriteria :

Depresi sangat berat : 41-65,6

Depresi berat : 65,7-90,3

Depresi sedang : 90,4-115

Depresi ringan : 115,1-139,7

Tidak ada depresi : 139,8-164

4. Tabulating

Tabulasi adalah pembuatan tabel -tabel yang berisi data yang

telah diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam

melakukan tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.

Tabel hasil tabulasi dapat berbentuk :

a. Tabel pemindahan, yaitu tabel tempat memindahkan kode-kode dari

kuesioner atau pencatatan pengamatan. Tabel ini berfungsi sebagai

arsip.
69

b. Tabel biasa, adalah tabel yang disusun berdasar sifat responden

tertentu dan tujuan tertentu.

c. Tabel analisis, tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah

dianalisa (Nursalam, 2015).

H. Analisa Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan pengolahan data aktivitas

spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri

dengan bantuan komputer dengan menggunakan uji spearman rho. Uji ini

digunakan untuk untuk memodelkan hubungan antara variabel independen

dan dependen yang berskala ordinal dan Ordinal (Eko, 2009).

Untuk mencari ada atau tidaknya pengaruh dapat dilihat berdasarkan

nilai signifikasi atau nilai probabilitas (p) dengan taraf signifikansi (α = 0,05)

1. Jika nilai sig (p) > 0,05 maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan

aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik

yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota

Kediri.

2. Jika nilai sig (p) ≤ 0,05 maka Ho ditolak artinya ada hubungan aktivitas

spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota

Kediri.

Kemudian ditentukan tingkat keeratan hubungan atau nilai koefisien

korelasi “r”. Arah korelasi, dinyatakan dalam tanda(+) dan (–). Tanda (+)

menunjukkan adanya korelasi sejajar searah, dan tanda (–) menunjukkan


70

korelasi sejajar berlawanan arah. Dalam analisa ini, peneliti menggunakan

bantuan program komputer. Interpretasi nilai r dapat dilihat dalam tabel

berikut :

Tabel 3.2 Interpretasi nilai r

Besarnya nilai r Interpretasi


Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat rendah (tak berkorelasi)
(Arikunto, 2014)

I. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan suatu pedoman etika yang berlaku untuk

setiapkegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang

diteliti (Subjek penelitian), dan masyarakat yang akan memperoleh dampak

hasil penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan subjek penelitian pasien

gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri.

Setelah itu peneliti menemui subjek yang akan dijadikan responden untuk

menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Pernyataan persetujuan (consent) atau izin dari peneliti yang

diberikan dengan bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) tentang

tindakan penelitian yang akan dilakukan terhadapnya sesudah

mendapatkan informasi yang cukup tentang penelitian yang dimaksud.


71

Peneliti akan menggunakan lembar persetujuan pada responden untuk

memberikan kesaksian akan kesediaan untuk menjadi responden

2. Anonymity (tanpa nama)

Peneliti tidak akan menuliskan nama atau identitas apapun yang

mungkin dapat digunakan untuk mengungkapkan identitas responden

penelitian.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti akan menjaga hal-hal yang bersifat rahasia antara

responden dengan peneliti, terutama tidak akan mengungkapkan data

responden kepada siapapun tanpa persetujuan responden

4. Beneficence (Manfaat)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.

5. Nonmaleficence (Meminimalisir dampak)

Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau

stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk

mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun kematian subyek

penelitian (Hidayat, 2012).

J. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitan ini peneliti hanya memberikan lembar kuesioenr unuk

diisi oleh pasien, dan memberikan penjelasan bila pasien tidak mengerti,

tetapi peneliti tidak membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan


72

spiritualnya seperti membantu untuk berdoa atau menyediakan fasilitas

seperti buku-buku bacaan keagamaan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan di Ruang Hemodialisa

RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017. Pada bab ini akan

diuraikan tentang aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran

Kota Kediri.

K. Gambaran Lokasi Penelitian

RSUD Gambiran Kediri berada di jalam KH Wachid Hasyim 64

Kediri. Pada tahun 2009 Rumah Sakit Gambiran Kediri telah lulus akreditasi

untuk 16 standart pelayanan berdasarkan sertifikat akreditasi untuk 16

standart pelayanan berdasarkan Sertifikat Akreditasi RS dari Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Nomor : YM 01.10/5059/09 tanggal 29

Desember 2009 dan menjadi BLUD pada tanggal 30 desember 2009. RSUD

Gambiran telah lulus akreditasi KARS tingkat paripurna tanggal SK 28

November 2016 sampai tanggal 27 November 2019. 16 jenis pelayanan di

Rumah Sakit Gambiran meliputi Instalasi Rawat Jalan (Poli jantung, poli

syaraf, poli THT, poli gigi, poli mata, poli paru, poli interna, poli bedah

syaraf, poli bedah umum, poli ortopedi, poli anak, BKIA, poli konsultasi gizi,

rehab medik, poli VCT edelweis, dan poli urologi), Instalasi Rawat Inap,

Instalasi Rawat Darurat, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Pelayanan Intensif,

Instalasi Hemodialisa, Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, dan

pelayanan darah, Instalasi Radiologi dengan alat Canggih, Instalasi

73
74

Rehabilitasi Medik, Instalasi Endoskopi, Instalasi Sterilisasi Sentral, Instalasi

Laundry, Instalasi Kedokteran Kehakiman, Instalasi Gizi, Instalasi

Pemeliharaan sarana, Instalasi Penyehatan lingkungan (IPL) dengan unit

pengolahan air limbah dan incinerator serta Instalasi Pendidikan dan

Pelatihan (Diklat). Pada tahun 2011 RS Gambiran memperoleh Sertifikat ISO

9001:2008 dari Wordlwide Quality Assurance South EastAsia.MenCakup

bagian UGD, Pelayanan Gizi dan Ruang Rawat Inap Graha.

Batas wilayah RSUD Gambiran Kediri yaitu sebelah barat adalah

Akademi Kebidana Kediri Politeknik Kesehatan Malang, sebelah timur

adalah Institut Ilmu Kesehatan (IIK) Bakti Wiyata, sebelah selatan Desa

Bandar Lor dan sebelah utara adalah Institut Agama Islam Tri Bakti (IAIT).

L. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

13, 43%
Laki-laki
17, 57%
Perempuan

Gambar 4.1 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan jenis


kelamin pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa
RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian

besar responden 57% (17 orang) berjenis kelamin perempuan.


75

2. Umur

2, 7%
4, 13%
< 20 tahun
13, 43%
20-35 tahun
36-50 tahun

11, 37% > 50 tahun

Gambar 4.2 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan umur


pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD
Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa hampir

setengah responden responden 43% (13 orang) berumur > 50 tahun.

3. Pendidikan

2, 7%
5, 17%

SD
10, 33%
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
13, 43%

Gambar 4.3 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan pendidikan


pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD
Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.

Berdasarkan Gambar 4.3 di atas menunjukkan bahwa hampir

setengah responden yaitu 43% (13 orang) berpendidikan SMP.


76

4. Pekerjaan

8, 27%

14, 46% Tidak bekerja/IRT


Swasta
Wiraswasta
8, 27%

Gambar 4.4 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan pekerjaan


pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD
Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.

Berdasarkan Gambar 4.4 di atas menunjukkan bahwa setengah

responden yaitu 46% (14 orang) tidak bekerja / IRT.

5. Informasi

7, 23% 6, 20% Tidak pernah

Petugas
kesehatan
keluarga, saudara,
6, 20% teman
11, 37% media cetak,
elektronik

Gambar 4.5 Diagram Pie karakteristik responden berdasarkan informasi


pasien gagal ginjal kronik di Ruang Hemodialisa RSUD
Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.

Berdasarkan Gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa hampir

setengah responden yaitu 37% (11 orang) mendapat informasi dari petugas

kesehatan.
77

M. Karakteristik variabel

1. Aktivitas spiritual pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa

Tabel 4.1 Aktivitas spiritual pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa diruang hemodialisa RSUD Gambiran
Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.

No Aktivitas spiritual Jumlah Prosentase (%)


1 Kurang 4 13,3
2 Cukup 9 30
3 Baik 17 56,7
Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar

responden 56,7% (17 orang) memiliki aktivitas spiritual yang baik

2. Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisa

Tabel 4.2 Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD
Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017

No Tingkat depresi Jumlah Prosentase (%)


1 Depresi sangat berat 0 0
2 Depresi berat 0 0
3 Depresi sedang 13 43,3
4 Depresi ringan 13 43,3
5 Tidak ada depresi 4 13,3
Jumlah 30 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa hampir

setengah responden 43,3% (13 orang) mengalami depresi sedang dan

ringan.
78

N. Tabulasi Silang

1. Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan tingkat depresi

Tabel 4.3 : Tabulasi silang jenis kelamin dengan tingkat depresi pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni
2017

Tingkat
Depres Depres Tidak
Depresi
i % i % depres % Total %
sedang ringan i
Jenis kelamin
Laki-laki 3 10 8 26,7 2 6,7 13 43,3
Perempuan 10 33,3 5 16,7 2 6,7 17 56,7
Total 13 43,3 13 43,3 4 13,3 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

berjenis kelamin perempuan yang memiliki tingkat depresi sedang yaitu

sebanyak 10 orang (33,3 %).

2. Tabulasi silang antara umur dengan tingkat depresi

Tabel 4.4 : Tabulasi silang umur dengan tingkat depresi pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni
2017

Tingkat
Depres Depres Tidak
Depresi
i % i % depres % Total %
sedang ringan i
Umur
<20 tahun 0 0 2 6,7 0 0 2 6,7
20-35 tahun 1 3,3 3 10 0 0 4 13,3
36-50 tahun 4 13,3 3 10 4 13,3 11 36,7
>50 tahun 8 26,7 5 16,7 0 0 13 43,3
Total 13 43,3 13 43,3 4 13,3 30 100
79

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

yang berumur > 50 tahun yang memiliki tingkat depresi sedang yaitu

sebanyak 8 orang (26,7 %).

3. Tabulasi silang antara pendidikan dengan tingkat depresi

Tabel 4.5 : Tabulasi silang pendidikan dengan tingkat depresi pasien


gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri tanggal 1-30 Juni
2017

Tingkat
Depres Depres Tidak
Depresi
i % i % depres % Total %
sedang ringan i
Pendidikan
SD 4 13,3 1 3,3 0 0 5 16,7
SMP 7 23,3 6 20 0 0 13 43,3
SMA 2 6,7 6 20 2 6,7 10 33,3
Perguruan Tinggi 0 0 0 0 2 6,7 2 6,7
Total 13 43,3 13 43,3 4 13,3 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

berpendidikan SMP yang memiliki tingkat depresi sedang yaitu sebanyak

7 orang (23,3 %).

4. Tabulasi silang antara pekerjaan dengan tingkat depresi

Tabel 4.6 : Tabulasi silang pekerjaan dengan tingkat depresi pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni
2017

Tingkat
Depres Depres Tidak
Depresi
i % i % depres % Total %
sedang ringan i
Pekerjaan
Tidak bekerja/IRT 10 33,3 4 13,3 0 0 14 46,7
Swasta 2 6,7 4 13,3 2 6,7 8 26,7
Wiraswasta 1 3,3 5 16,7 2 6,7 8 26,7
80

Total 13 43,3 13 43,3 4 13,3 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

tidak bekerja/IRT yang memiliki tingkat depresi sedang yaitu sebanyak

10 orang (33,3 %).

5. Tabulasi silang antara informasi dengan tingkat depresi

Tabel 4.7 : Tabulasi silang informasi dengan tingkat depresi pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni
2017

Tingkat
Depres Depres Tidak
Depresi
i % i % depres % Total %
sedang ringan i
Informasi
Tidak pernah 6 20 0 0 0 0 6 20
Petugas kesehatan 2 6,7 6 20 3 10 11 36,7
Keluarga, saudara, 3 10 3 10 0 0 6 20
teman
Media cetak, 2 6,7 4 13,3 1 3,3 7 23,3
elektronik
Total 13 43,3 13 43,3 4 13,3 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

tidak pernah mendapat informasi yang memiliki tingkat depresi sedang

yaitu sebanyak sebanyak 6 orang (20 %).

6. Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan aktivitas spiritual

Tabel 4.8 : Tabulasi silang jenis kelamin dengan aktivitas spiritual pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni
2017

Aktivitas Kuran
spiritual % cukup % baik % Total %
g
81

Jenis kelamin
Laki-laki 1 3,3 3 10 9 30 13 43,3
Perempuan 3 10 6 20 8 26,7 17 56,7
Total 4 13,3 9 30 17 56,7 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

berjenis kelamin laki-laki mmiliki aktivitas spiritual baik yaitu sebanyak

9 orang (30 %).

7. Tabulasi silang antara umur dengan aktivitas spiritual

Tabel 4.9 : Tabulasi silang umur dengan aktivitas spiritual pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni
2017

Aktivitas
spiritual Kuran
% cukup % baik % Total %
g
Umur
< 20 tahun 0 0 0 0 2 6,7 2 6,7
20-35 tahun 0 0 2 6,7 2 6,7 4 13,3
36-50 tahun 1 3,3 4 13,3 6 20 11 36,7
>50 tahun 3 10 3 10 7 23,3 13 43,3
Total 4 13,3 9 30 17 56,7 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

berumur > 50 tahun memiliki aktivitas spiritual yang baik yaitu sebanyak

7 orang (23,3 %).

8. Tabulasi silang antara pendidikan dengan aktivitas spiritual

Tabel 4.10 : Tabulasi silang pendidikan dengan aktivitas spiritual pasien


gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30
Juni 2017

Aktivitas Kuran % cukup % baik % Total %


82

spiritual g

Pendidikan
SD 4 13,3 0 0 1 3,3 5 16,7
SMP 0 0 9 30 4 13,3 13 43,3
SMA 0 0 0 0 10 33,3 10 33,3
Perguruan tinggi 0 0 0 0 2 6,7 2 6,7
Total 4 13,3 9 30 17 56,7 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

berpendidikan SMA memiliki aktivitas spiritual yang baik yaitu

sebanyak 10 orang (33,3%).

9. Tabulasi silang antara informasi dengan aktivitas spiritual

Tabel 4.11 : Tabulasi silang informasi dengan aktivitas spiritual pasien


gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa diruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30
Juni 2017

Aktivitas
spiritual Kuran
% cukup % baik % Total %
g
informasi
Tidak pernah 4 13,3 2 6,7 0 0 6 20
Petugas kesehatan 0 0 0 0 11 36,7 11 36,7
Keluarga, teman, 0 0 5 16,7 1 3,3 6 20
saudara
Media cetak, 0 0 2 6,7 5 16,7 7 23,3
elektronik
Total 4 13,3 9 30 17 56,7 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

memiliki memiliki aktivitas spiritual baik mendapat informasi dari

petugas kesehatan yaitu sebanyak 11 orang (36,7 %).

10. Tabulasi silang antara aktivitas spiritual dengan tingkat depresi


83

Tabel 4.12 : Tabulasi silang aktivitas spiritual dengan tingkat depresi


pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
diruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal
1-30 Juni 2017

Tingkat
Depresi Depres Depres Tidak
i % i % depres % Total %
Aktivitas sedang ringan i
spiritual
Kurang 4 13,3 0 0 0 0 4 13,3
Cukup 5 16,7 4 13,3 0 0 9 30
Baik 4 13,3 9 30 4 13,3 17 56,7
Total 13 43,3 13 43,3 4 13,3 30 100

Berdasarkan tabulasi silang diatas dapat diketahui bahwa yang

memiliki aktivitas spiritual baik mempunyai tingkat depresi ringan yaitu

sebanyak sebanyak 9 orang (30 %).

O. Analisa Data

Hasil Uji statistik aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD Gambiran Kota Kediri.

Tabel 4.13 : Hasil Uji statistik Spearman rho aktivitas spiritual dengan
tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran Kota
Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017

Correlation
Analisis Spearman rho Coefficient Signifikansi
(r)

aktivitas spiritual dengan tingkat 0,538


0,002
depresi

Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p-value adalah p = 0,002 yang

berarti lebih kecil daripada nilai α = 0,05 (p = 0,002<α = 0.05) artinya tolak

Ho, kesimpulannya ada hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi


84

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang

Hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri.

Nilai Correlation Coefficient sebesar r = 0,538 artinya tingkat

keeratan hubungan antara aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD Gambiran Kota Kediri agak rendah, dan tidak ada tanda negatif yang

artinya semakin tinggi aktivitas spiritual maka tingkat depresi semakin

rendah.
BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dilakukan pembahasan sesuai dengan hasil penelitian

yang telah dilakukan dan dianalisis berdasarkan fakta, teori dan opini dari peneliti

serta penelitian terkait tentang aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD Gambiran Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.

P. Aktivitas spiritual pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani


hemodialisa diruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden 56,7%

(17 orang) memiliki aktivitas spiritual yang baik, seperti menjalankan ibadah,

berdzikir, dan melakukan perbuatan-perbuatan baik saat sakit. Aktivitas

spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan

keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk

mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh

rasa percaya dengan Tuhan (Carson, 2009). Dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan

hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan, dan

kebutuhan untuk member dan mendapatkan maaf. Hasil penelitia

menunjukkan bahwa aktivitas spiritual pasien gagal ginjal kronik sebagian

besar adalah baik hal ini berarti pasien mampu menjalin hubugan yang baik

denga Tuhan Yang Maha Esa.

84
85

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang berumur > 50 tahun

memiliki aktivitas spiritual yang baik yaitu sebanyak 7 orang (23,3 %). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa setengah responden yaitu 46% (14 orang)

tidak bekerja / IRT. Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih

banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti nilai

agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena

pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara,

sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis

agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua dalam

menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga,

serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak

atau dihindarkan (Hamid, 2009). Hal ni menunjukkan bahwa usia

pertengahan atau lansia aktivitas spiritualnya lebih baik dan yang tidak

bekerja atau Ibu Rumah Tangga lebih bisa mendekatkan diri kepada Tuhan

Yang maha Esa.

Hasil rekapitulasi masing masing pertanyaan tentang aktivitas spiritual

hampir setengah responden (40%) sering berdoa ketika sedang sakit dan

sebanyak (46,7%) sangat sering berdoa ketika sedang sakit. Orang yang

mendapat cobaan atau ujian seperi diuji sedang sakit maka orang akan lebih

mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha Esa, baik itu dengan cara

beribadah atau selalu berbuat kebaikan kepada sesama (Stoll, 2009). Selain

ingat kepada Tuhannya penderita biasanya akan teringat dengan keluarganya,

seperti anak dan istri tetapi ada pasien yang fokus terhadap penyakitnya

sehingga jarang memperhatikan anak istrinya, yaitu sebanyak (40%)


86

responden penderita gagal ginjal kronik kurang perhatian terhadap anak

istrinya. Selanjutnya, Stoll (2009), menguraikan bahwa spiritualitas sebagai

konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi

vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang

menuntun kehidupan seseorang. Dimensi horizontal adalah hubungan

seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan.

Terdapat hubungan yang terus-menerus antara dua dimensi tersebut. Hal ini

menunjukkan bahwaaktivitas spiritual itu selain mendekatkan diri kepada

Tuhan Yang Maha Esa juga harus menjalin ubungan yang baikdengan sesama

manusia agar terjalin kehidupan yang seimbang dan selaras.

Dari uraian tersebut diatas peneliti berpendapat bahwa aktivitas

spiritual penderita gagal ginjal kronik adalah baik hal ini dibuktikan dengan

ketertiban dalam menjalankan sholat, berdoa saat sakit dan selalu berdzikir,

yang berarti bahwa penderita gagal ginjal kronik selain berusaha dengan

pengobatan juga memohon kepada Tuhan yang maha Esa untuk diberikan

kesembuhan, selain aktivitas spiritual yang baik akan tetapi ada beberapa

pasien yang kurang perhatian terhadap anak istrinya, hal ini wajar mengingat

pasien gagal ginjal lebih fokus terhadap pengobatan penyakitnya

Q. Tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani


hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah responden

43,3% (13 orang) mengalami depresi sedang dan ringan, seperti marah karena

hal yang kecil atau sepele, kadang merasakan cemas dalam beberapa situasi.

Depresi adalah perasaan sedih, ketidak berdayaan dan pesimis yang


87

berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang

ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho,

2012). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien gagal ginjal kronik

mengalami rasa ketidak berdayaan dan perasaan sedih sedang dan ringan.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang berjenis kelamin

perempuan yang memiliki tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 10 orang

(33,3 %). Depresi umumnya lebih sering menyerang pada wanita. Wanita

lebih sering terpajan dengan stressor lingkungan dan batas ambangnya lebih

rendah jika dibandingkan pria. Depresi pada wanita juga berkaitan dengan

ketidakseimbangan hormon pada wanita. Misalnya depresi pra haid, post

partum dan depresi postmenopause. Perempuan berada pada risiko yang lebih

besar a, orang-orang yang gangguan depresi dan kecemasan pada usia lebih

awal daripada laki-laki (Videbeck, 2008). Hal ini berarti sesuai dengan teori

bahwa wanita cenderung memiliki tingkat depresi lebih tinggi daripada laki-

laki.

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang tidak bekerja/IRT yang

memiliki tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 10 orang (33,3 %). Hasil

penelitian dapat diketahui bahwa yang berpendidikan SMP yang memiliki

tingkat depresi sedang yaitu sebanyak 7 orang (23,3 %). Tingkat pendidikan

formal merupakan dasar pengetahuan intelektual yang dimiliki oleh

seseorang. Hal ini berkaitan dengan pengetahuan karena semakin tinggi

pengetahuan seseorang akan semakin luas wawasan yang dimiliki. Tingkat

pengetahuan yang baik mengenai depresi akan membantu individu dalam

menekan gejala depresi yang muncul. Pengangguran akan lebih berisiko


88

terkena depresi. Hasil penelitian menunjukkan yaitu tingkat prevalensi

tertinggi depresi seumur hidup (Danesh, 2007). Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa yang tidak bekerja cenderung memiliki tingkat depresi

sedang dan yang berpendidikan lebih rendah juga memiliki tingkat depresi

lebih tinggi daripada yang memiliki pendidikan lebih tinggi.

Hasil rekapitulasi data masing-masing pernyataan tentang depresi

pada indikator gejala fisik kadang mulutnya terasa kering yaitu sebanyak

(43,3%). Sebanyak (56,7%) responden sering mengalami perasaan berdebar-

debar walaupun tidak melakukan aktivitas yang berat. Pada indikator gejala

psikis sebanyak 56,7% responden masih bisa untuk berelaksasi dan bersantai,

dan sebanyak 56,7% responden selalu mudah marah. Pada indikator gejala

sosial sebanyak 70% responden selalu kehilangan minat saat bangun dari

tempat tidur maupun komunikasi dan orang disekitarnya, sebanyak 76,7%

responden selalu mudah tersinggung. Perasaan tidak termotivasi atau

memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi hari atau bahkan sulit

bangun dari tempat tidur. Menurunya tingkat partisipasi sosial atau minat

pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas yang

menyenangkan. Menurunya minat pada seks serta gagal untuk berespon pada

pujian atau reward (Nevid, 2013).

Dari uraian tersebut diatas peneliti berpendapat bahwa tingkat depresi

pada pasien gagal ginjal kronik adalah sedang dan ringan, tingkat depresi

responden dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin

selain faktor penyakitnya. Tingkat depresi ringan dan sedang masih bisa

diatasi dengan pendekatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penderita
89

bisa lebih menerima penyakitnya dengan beribadah dan berdoa memohon

agar penyakitnya segera diberi kesembuhan.

R. Hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal


ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD
Gambiran Kota Kediri.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value adalah p = 0,002 yang

berarti lebih kecil daripada nilai α = 0,05 (p = 0,002<α = 0.05) artinya tolak

Ho, kesimpulannya ada hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang

Hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri.

Secara ringkas, dapat dinyatakan bahwa seseorang terpenuhi

kebutuhan spiritualnya jika mampu merumuskan arti personal yang positif

tentang tujuan keberadaanya didunia/kehidupan, mengembangkan arti

penderitaan dan menyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan,

menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya, dan

cinta, membina integritas personal merasa diri berharga, merasakan

kehidupan yang terarah terlibat melalui harapan, mengembangkan hubungan

antar-manusia yang positif (Hamid, 2009).

Nilai Correlation Coefficient sebesar r = 0,538 artinya tingkat

keeratan hubungan antara aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada

pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa

RSUD Gambiran Kota Kediri agak rendah, dan tidak ada tanda negatif yang

artinya semakin tinggi aktivitas spiritual maka tingkat depresi semakin rendah

Menurut Taylor (2016), faktor penting yang dapat mempengaruhi

spiritualitas seseorang adalah pertimbangan tahap perkembangan, keluarga,


90

latar belakang etnik dan budaya, pengalaman hidup sebelumnya krisis,

terpisah dari ikatan spiritual, isu moral terkait dengan terapi, serta asuhan

keperawatan yang kurang tepat.

Faktor yang mempengaruhi spiritual dan tingkat depresi seseorang

adalah latar belakang etnik dan budaya. Sikap, keyakinan dan nilai

dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa hampir setengah responden (44%) sangat sering

mengikuti kegiatan pengajian atau dzikir bersama. Pada umumnya, seseorang

akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya

menjalankan kegiatan agama, termasuk nilai moral dari hubungan keluarga

dan peran serta dalam berbagai bentukkegiatan keagamaan. Perlu

diperhatikan apa pun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut

individu, tetap saja pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap individu

(Craven, 2008). Hal ini menujukkan bahwa kegiatan ibadah penderita GGK

sebelum mengalami sakit adalah baik dengan tradisi agama yang dijalani

bersama lingkungannya.

Selain latar belakang etnik dan sosial budaya, pengalaman hidup

sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah responden (50%)

selama sakit tetap melakukan sedekah kepada orang lain yang membutuhkan,

Pengalaman hidup, baik positif maupun pengalaman negatif dapat

mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh

bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau pengalaman

tersebut. Sebagai contoh, jika dua orang wanita yang percaya bahwa Tuhan

mencintai umatnya, kehilangan anak mereka karena kecelakaan. Salah satu


91

dari mereka akan bereaksi dengan mempertanyakan keberadaan tuhan dan

tidak mau sembahyang lagi. Sebaliknya, wanita yang satu terus berdoa dan

meminta Tuhan membantunya untuk mengerti damn menerima kehilangan

anaknya (Hamid, A 2009). Hal ini menunjukkan bahwa walaupun mereka

terkena penyakit tetapi tetap memperhatikan orang lain yang lebih

membutuhkan uluran tangan.

Pada saat mengalami stres, individu akan mencari dukungan dari

keyakinan agamanya. Dukungan ini sangat diperlukan untuk menerima

keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan

proses penyembuhan yang lama dengan hasil yang belum pasti. Sembayang

atau berdoa, membaca kitab suci dan praktik keagamaan lainnya sering

membantu memenuhi kebutuhan spiritual yang juga merupakan suatu

perlindungan terhadap tubuh.

Dari uraian tersebut diatas peneliti berpendapat bahwa ada hubungan

antara aktivitas dengan tingkat spiritual, semakin tinggi aktivitas spiritualnya

maka tingkat depresinya juga semakin rendah. Klien yang merasa cemas

dengan hasil pemeriksaan atau menunjukkan kemarahan setelah mendengar

hasil pemeriksaan mungkin saja sedang menderita distres spiritual ada yang

bereaksi dengan perilaku mengintropeksi diri dan mencari alasan terjadinya

suatu situasi dan berupaya mencari fakta yang dapat menjelaskan situasi

tersebut, tetapi ada yang bereaksi secara emosional dan mencari informasi

serta dukungan dari keluarga dan teman. Perasaan bersalah, rasa takut,

depresi, dan ansietas mungkin menunjukkan perubahan fungsi spiritual.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada Bab ini akan disampaikan mengenai kesimpulan dan saran dari

penelitian tentang aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Gambiran

Kota Kediri, tanggal 1-30 Juni 2017.

S. Kesimpulan

1. Sebagian besar responden 56,7% (17 orang) memiliki aktivitas spiritual

yang baik.

2. Hampir setengah responden 43,3% (13 orang) mengalami depresi sedang

dan ringan.

3. Ada hubungan aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada pasien gagal

ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD

Gambiran Kota Kediri dengan nilai p = 0,002.

T. Saran

1. Bagi Pasien

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan atau informasi

tentang penyakit gagal ginjal kronis sehingga pasien lebih bisa

mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga bisa

menurunkan tingkat depresinya.

92
93

2. Bagi petugas atau perawat

Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit pasien serta

memberikan informasi yang tepat serta membantu pasien dalam

pemenuhan kebutuhan rohaninya seperti membantu sholat di tempat tidur

ataupun beribadah yang lainnya.

3. Bagi Rumah Sakit

Memberikan fasilitas dan sarana yang cukup bagi pasien untuk

memenuhi kebutuhan rohaninya, seperti menyediakan alquran, ataupun

bacaan-bacaan tentang keagamaan agar pasien bisa lebih mendekatkan

diri kepada Tuhan.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat lebih dikembangkan dan diperdalam untuk mengetahui

faktor- faktor yang dapat mempengaruhi aktifitas spiritual maupun

tingkat depresi pasien.


94

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2013, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Rineka


Cipta, Jakarta.
Armiyati, Yuni & Rahayu. 2013, “Faktor yang berkorelasi terhadap Mekanisme
Koping Passien CKD yang menjalani Hemodialisis di RSUD Kota
Semarang.
Asti, A, Hamid, A & Putri , Y 2014, “Gambaran Makna Hidup Klien Gagal
Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisa”, Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan, Vol. 10, No, 2.hh. 172-185.
Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian kesehatan RI,
2013,”Riset Kesehatan dasar, Dilihat pada tanggal 17 Februari
2016,www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskes
das%202013.pdf
Bakara, D, M, Yusniarita, & Sutriyanti, Y, 2012, “Pengaruh Intervensi Spiritual
Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap tingkat Depresi,
Kecemasan dan Stres pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Bengkulu”.
Cahyaningsih, N., D., 2011, ‘Hemodialisis (cuci Datrah) : Panduan Praktis
Perawatan Gagal Ginjal’, edisi ke 3, Mitra Cendikia, Yogyakarta.
Crawford, J,R, & Henry, J, D, 2003, ‘The Depression Anxiety Stress Scales
(DASS): normative data and latent structure in a large non-clinical
sample.
Hamid, A., Y., S., 2009, Bunga Rampai Asuhan keperawatan Jiwa, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Haryono, R., 2013, Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan, Edisi 1,
Rapha Publishing, Yogyakarta.
Hawari, D., 2011, Stres, Cemas, dan Depresi, FK UI, Jakarta.
Kementrian Kesehatan RI, 2014, Hipertensi, Di akses pada tanggal 17 Februari
2016, from : www.depkes.go.id
Kholifah, 2013, “ Gambaran Tingkat depresi pada Anak Usia Sekolah
Menghadapi Menstrulasi Pertama (Menarche) di Sekolah Dasar
Negeri Geger Kalong Girang 2.
Mustiadi, 2014, ‘Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Tingkat Depresi Pada
Lanjut Usia Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungaran
Kabupaten Semarang’.
Notoatmodjo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Nurani, V., Maris, & Sulis Mariyanti, 2013, ‘Gambaran Makna Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa’, vol. 11, no. 1.

94
95

Nursalam, 2013, Metodologi ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis, Edisi 3,


Salemba Medika, Jakarta.
Paputungan, R., 2015, ‘ Hubungan Lama menjalani Hemodialisa dengan Stres
pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
kota Gorontalo Tahun 2015’.
Saryono, Mekar Dwi Anggraeni, 2013, Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam bidang kesehatan, Nuha medika, Yogyakarta.
Sunaryo., 2004, Psikologis Untuk Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Virgiantoro, E., 2013, ‘Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Stres pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Hemodialisis
di RSUD Setjonegoro Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah’.
Wijaya, A.,S., & Yessie, M., P,. 2013, Keperawatan Medikal Bedah :
Keperawatan Dewasa, Nuha Medika, Yogyakarta.
Yulianti, Arni, 2010, ‘Tingkat Spiritualitas pasa Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Hemodialisis di Unit Hemodialisis Pku Muhammadiyah
Yogyakarta’.
Swasono, M, Fanani M, & Herawati, E, 2015, “Hubungan antara Tingkat
Religiusitas dengan Tingkat depresi pada Lansia di Panti Werdha
Darma Bhakti Surakarta.
Sugiono, 2011, “ Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta,
Bandung.
Syarifudin, 2010, “paduan TA keperawatan dan kebidanan dengan SPSS”
Grafindo Litera Media, Yogyakarta.
102

Lampiran 7

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


_________________________________________________________________
Kepada Yth.
Saudara/Saudari.
Di tempat.

Dalam rangka untuk menyelesaikan tugas akhir program S1 Pendidikan


Ners STIKes Surya Mitra husada Kediri :
Nama : PUJIANTO
NIM : 1611A0136
Alamat : Kediri

Bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “aktivitas spiritual


dengan tingkat depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri”
Apabila Saudara/saudari setuju terlibat dalam penelitian ini diharapkan
untuk mengisi lembar persetujuan yang telah disediakan. Atas kesediaan
Saudara/saudari menjadi responden, peneliti mengucapkan terima kasih.

Kediri, Juli 2017

Peneliti

PUJIANTO
103

Lampiran 8
INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN TERTULIS KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN)

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :

Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai :

1. Penelitian yang berjudul “aktivitas spiritual dengan tingkat depresi pada


pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di ruang
hemodialisa RSUD Gambiran Kota Kediri”.
2. Perlakuan yang akan diterapkan kepada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Hak udur diri
6. Adanya insentif

Dan setelah mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala


sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut, maka dengan ini saya sudah
jelas dengan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Oleh karena itu, saya
dengan penuh kesadaran akan menjadi subjek/responden penelitian dan tanpa
keterpaksaan menyatakan bersedia/tidak bersedia *) ikut dalam penelitian.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun,

Kediri, Juli 2017

Peneliti Informan /Responden

(Pujianto) (…………………)

Saksi

(…………………)

*) Coret salah satu


104

Lampiran 9

KISI-KISI KUESIONER

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

AKTIVITAS SPIRITUAL

Variabel Indikator No Soal Jawaban


7 Sangat sering
8 Sangat sering
1. Verbal Distres
9 Sangat sering
12 Sangat sering
1 Sangat sering
2 Sangat sering
3 Sangat sering
Aktivitas
4 Sangat sering
spiritual
5 Sangat sering
2. Perubahan Perilaku 6 Sangat sering
10 Sangat sering
11 Sangat sering
13 Sangat sering
14 Sangat sering
15 Sangat sering

TINGKAT DEPRESI

Variabel Indikator No soal Jawaban


2 Tidak pernah
4 Tidak pernah
7 Tidak pernah
1. Gejala fisik 15 Tidak pernah
22 Tidak pernah
23 Tidak pernah
25 Tidak pernah
40 Tidak pernah
Tingkat
1 Tidak pernah
depresi
3 Tidak pernah
5 Tidak pernah
6 Tidak pernah
2. Gejala psikis 8 Tidak pernah
9 Tidak pernah
19 Tidak pernah
20 Tidak pernah
26 Tidak pernah
105

27 Tidak pernah
28 Tidak pernah
29 Tidak pernah
31 Tidak pernah
33 Tidak pernah
34 Tidak pernah
35 Tidak pernah
38 Tidak pernah
41 Tidak pernah
10 Tidak pernah
11 Tidak pernah
12 Tidak pernah
13 Tidak pernah
14 Tidak pernah
16 Tidak pernah
17 Tidak pernah
3. Gejala sosial 18 Tidak pernah
21 Tidak pernah
24 Tidak pernah
30 Tidak pernah
32 Tidak pernah
36 Tidak pernah
37 Tidak pernah
39 Tidak pernah
106

Lampiran 10

LEMBAR KUESIONER

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

A. Data Umum
Isilah titik-titik dan berilah tanda (√) untuk jawaban yang menurut anda
paling benar
1. Jenis Kelamin

Laki-laki

Perempuan

2. Umur : …………… tahun

3. Pendidikan :

SD SMA

SMP Perguruan tinggi

4. Pekerjaan :

Tidak bekerja/IRT Wiraswasta

Swasta PNS/TNI/Polri

5. Pernah mendapat Informasi tentang gagal ginjal kronik

tidak pernah

Pernah, Jika pernah mendapat informasi darimana :

Petugas kesehatan

Keluarga, saudara, teman

Media cetak, elektronik


107

B. Data Khusus
AKTIVITAS SPIRITUAL
Berilah tanda (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai
dengan kondisi dan situasi yang anda alami dengan pernyataan:
TP = Tidak pernah
J = Jarang
S = Sering
SS = Sangat sering
Jawaban
No Item Pernyataan
TP J S SS
1 Ketertiban sholat sebelum sakit
2 Ketertiban sholat ketika sakit
3 Ketertiban segera melakukan sholat jika
sudah waktunya
4 Keaktifan melaksanakan sholat sunnah
5 Keaktifan kegiatan ibadah setiap hari
seperti sholat, mengaji, berdzikir, dan
yang lainnya semakin meningkat
6 sholat, mengaji, berdzikir bisa membuat
diri lebih tenang jika ada masalah
7 Selalu berdoa ketika merasakan sakit
8 Selalu berdzikir ketika rasa sakit timbul
9 Keingatan terhadap anak dan istri ketika
sakit
10 Menjauhi perbuatan-perbuatan kurang
baik yang biasa dilakukan sebelum sakit
11 Melaksanakan pendidikan agama seperti
sholat, mengaji, do’a bersama
12 Keingatan dengan Alloh selama sakit
13 Mengikuti pengajian-pengajian
keagamaan
14 Sedekah kepada orang yang
membutuhkan selama sakit
15 Berbuat kebaikan terhadap sesama
108

TINGKAT DEPRESI

Berilah tanda (√) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah ini sesuai
dengan kondisi dan situasi yang anda alami dengan pernyataan:
TP = Tidak pernah
K = Kadang-kadang
S = Sering mengalami
SS = Sangat sering / hampir setiap saat
Jawaban
No Item Pernyataan
TP K S SS
1 Menjadi marah karena hal-hal
kecil/sepele
2 Mulut terasa kering
3 Tidak dapat melihat hal yang positif
4 Merasakan gangguan dalam bernapas
(napas cepat, sulit bernapas)
5 Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan
6 Cenderung bereaksi berlebihan pada
situasi
7 Kelemahan pada anggota tubuh
8 Kesulitan untuk relaksasi/bersantai
9 Cemas yang berlebihan dalam suatu
situasi namun bisa lega jika hal/situasi
itu berakhir
10 Pesimis
11 Mudah merasa kesal
12 Merasa banyak menghabiskan energi
karena cemas
13 Merasa sedih dan depresi
14 Tidak sabaran
15 Kelelahan
16 Kehilangan minat pada banyak hal
109

Jawaban
No Item Pernyataan
TP K S SS
(misal : makan, ambulasi, sosialisai)
17 Merasa diri tidak layak
18 Mudah tersinggung
19 Berkeringat (misal : tangan berkeringat)
tanpa stimulasi oleh cuaca maupun
latihan fisik
20 Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21 Merasa hidup tidak berharga
22 Sulit untuk beristirahat
23 Kesulitan dalam menelan
24 Tidak dapat menikmati hal-hal yang
saya lakukan
25 Perubahan kegiatan jantung dan denyut
nadi tanpa stimulasi oleh latihan fisik
26 Merasa hilang harapan dan putus asa
27 Mudah marah
28 Mudah panik
29 Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu
yang mengganggu
30 Takut diri terhambat oleh tugas-tugas
yang tidak biasa dialakukan
31 Sulit untuk antusias pada banyak hal
32 Sulit mentoleransi gangguan-gangguan
terhadap hal yang sedang dilakukan
33 Berada pada keadaan tegang
34 Tidak dapat memaklumi hal apapun
yang menghalangi anda untuk
menyelesaikan hal yang sedang anda
lakukan
35 Ketakutan
110

Jawaban
No Item Pernyataan
TP K S SS
36 Tidak ada harapan untuk masa depan
37 Merasa hidup tidak berarti
38 Mudah gelisah
39 Khawatir dengan situasi saat diri anda
mungkin menjadi panik dan
mempermalukan diri sendiri
40 Gemetar
41 Sulit untuk meningkatkan inisiatif
dalam melakukan sesuatu
111

Lampiran 11

TABULASI DATA

AKTIVITAS SPIRITUAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN


GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI
RUANG HEMODIALISA RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI

DATA UMUM DATA KHUSUS


No
Jenis Aktivitas Tingkat
resp Umur Pendidikan Pekerjaan Informasi
kelamin spiritual depresi
1 2 3 2 1 0 2 3
2 1 1 3 2 1 3 4
3 2 4 1 1 0 1 3
4 2 4 2 1 2 2 3
5 1 2 3 2 1 3 4
6 1 3 1 1 0 1 3
7 2 2 3 2 2 3 3
8 2 4 1 1 1 3 4
9 2 3 2 1 0 2 3
10 1 1 3 2 3 3 4
11 2 2 2 3 2 2 4
12 1 3 3 3 1 3 4
13 2 4 1 1 0 1 3
14 1 3 3 3 3 3 5
15 1 4 2 1 2 2 4
16 2 3 4 2 1 3 5
17 2 4 2 1 1 3 4
18 2 3 2 2 3 2 3
19 1 4 2 1 1 3 3
20 2 4 3 3 3 3 3
21 1 2 2 3 2 2 4
22 1 3 3 3 1 3 5
23 2 4 1 1 0 1 3
24 1 3 3 3 3 3 4
25 1 4 2 1 2 2 3
26 2 3 4 2 1 3 5
27 2 4 2 1 1 3 3
28 2 3 2 2 3 2 4
29 1 4 2 1 1 3 4
30 2 4 3 3 3 3 4
112

KETERANGAN KODE

No DATA UMUM DAN DATA KHUSUS


Keterangan Kode Jumlah %
1. Laki-laki 13 43,3
1 Jenis kelamin
2. Perempuan 17 56,7
1. < 20 tahun 2 6,7
2 Umur 2. 20-35 tahun 4 13,3
3. 36-50 tahun 11 36,7
4. > 50 tahun 13 43,3
1. SD 5 16,7
2. SMP 13 43,3
3 Pendidikan
3. SMA 10 33,3
4. Perguruan Tinggi 2 6,7
1. Tidak bekerja / IRT 14 46,7
2. Swasta 8 26,7
4 Pekerjaan
3. Wiraswasta 8 26,7
4. PNS/TNI/Polri 0 0
0. Tidak pernah 6 20
1. Petugas Kesehatan 11 36,7
5 Informasi
2. Keluarga, teman, saudara 6 20
3. Media cetak, elektronik 7 23,3
1. Kurang 4 13,3
6 Aktivitas spiritual 2. Cukup 9 30
3. Baik 17 56,7
1. Depresi sangat berat 0 0
2. Depresi berat 0 0
7 Tingkat depresi 3. Depresi sedang 13 43,3
4. Depresi ringan 13 43,3
5. Tidak depresi 4 13,3
113

TABULASI AKTIVITAS SPIRITUAL

No No Soal
Resp Jml Kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 35 2
2 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
3 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 25 1
4 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 36 2
5 4 3 3 3 2 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 50 3
6 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 28 1
7 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 48 3
8 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 53 3
9 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 35 2
10 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
11 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 40 2
12 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30 1
14 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
15 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 40 2
16 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
17 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
18 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 40 2
19 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
20 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
21 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 40 2
22 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 53 3
23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 30 1
24 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 48 3
25 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 40 2
26 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 48 3
27 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3
28 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 40 2
29 4 3 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 50 3
30 4 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 3

Kriteria : Kode
Aktivitas spiritual kurang : 15-30 1
Aktivitas spiritual cukup : 31-46 2
Aktivitas spiritual baik : 47-60 3
114

TABULASI DATA TINGKAT DEPRESI

No No Soal
Resp Jml kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 102 3
2 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 118 4
3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 100 3
4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 108 3
5 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 120 4
6 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 102 3
7 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 100 3
8 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 130 4
9 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 95 3
10 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 135 4
11 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 130 4
12 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 125 4
13 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 108 3
14 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 140 5
15 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 126 4
16 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 145 5
17 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 126 4
18 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 108 3
19 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 102 3
20 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 95 3
21 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 120 4
115

No No Soal
Resp Jml kode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
22 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 140 5
23 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 100 3
24 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 120 4
25 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 100 3
26 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 140 5
27 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 4 3 2 110 3
28 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 125 4
29 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 130 4
30 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 128 4

Kriteria : Kode

Depresi sangat berat : 41-65,6 1


Depresi berat : 65,7-90,3 2
Depresi sedang : 90,4-115 3
Depresi ringan : 115,1-139,7 4
Tidak ada depresi : 139,8-164 5
116

Lampiran 12

REKAPITULASI DATA MASING-MASING PERTANYAAN

Variabel Indikator No Jawaban


Soal TP % J % S % SS %
7 0 0 4 13,3 12 40 14 46,7
8 0 0 7 23,3 11 36,7 12 40
1. Verbal
Distres 9 1 3,3 12 40 2 6,7 15 50
12 0 0 4 13,3 12 40 14 46,7
1 0 0 4 13,3 12 40 14 46,7
2 2 6,7 11 36,7 17 56,7 0 0
3 0 0 13 43,3 16 53,3 1 3,3
Aktivitas 4 0 0 26 86,7 3 10 1 3,3
spiritual
5 0 0 13 43,3 14 46,7 3 10
2. Perubahan 6 1 3,3 6 20 10 33,3 13 43,3
Perilaku
10 0 0 4 13,3 12 40 14 46,7
11 2 6,7 5 16,7 13 43,3 10 33,3
13 1 3,3 6 20 9 30 14 46,7
14 0 0 4 13,3 15 50 11 36,7
15 0 0 7 23,3 10 33,3 13 43,3
117

TINGKAT DEPRESI

Jawaban
Variabel Indikator No soal % S % K % TP %
SS
2 0 0 0 0 13 43,3 17 56,7
4 0 0 10 33,3 20 66,7 0 0
7 0 0 10 33,3 20 66,7 0 0
1. Gejala 15 0 0 1 3,3 29 96,7 0 0
fisik 22 0 0 10 33,3 16 53,3 4 13,3
23 0 0 0 0 21 70 9 30
25 0 0 17 56,7 13 43,3 0 0
40 0 0 0 0 21 70 9 30
1 0 0 9 30 4 13,3 17 56,7
3 0 0 10 33,3 20 66,7 0 0
5 0 0 13 43,3 17 56,7 0 0
6 0 0 13 43,3 17 56,7 0 0
8 0 0 0 0 13 43,3 17 56,7
9 0 0 12 40 18 60 0 0
19 0 0 13 43,3 17 56,7 0 0
20 0 0 2 6,7 24 80 4 13,3
2. Gejala 26 0 0 0 0 28 93,3 2 6,7
psikis 27 0 0 17 56,7 13 43,3 0 0
28 0 0 14 46,7 15 50 1 3,3
29 0 0 2 6,7 20 66,7 8 26,7
Tingkat 31 0 0 14 46,7 15 50 1 3,3
depresi
33 0 0 13 43,3 13 43,3 4 13,3
34 0 0 20 66,7 10 33,3 0 0
35 0 0 19 63,3 7 23,3 4 13,3
38 0 0 6 20 24 80 0 0
41 0 0 17 56,7 13 43,3 0 0
10 0 0 12 40 18 60 0 0
11 0 0 0 0 28 93,3 2 6,7
12 0 0 12 40 14 46,7 4 13,3
13 0 0 1 3,3 29 96,7 0 0
14 0 0 12 40 14 46,7 4 13,3
16 0 0 21 70 5 16,7 4 13,3
3. Gejala 17 0 0 0 0 22 73,3 8 26,7
sosial 18 0 0 23 76,7 7 23,3 0 0
21 0 0 2 6,7 28 93,3 0 0
24 0 0 17 56,7 13 43,3 0 0
30 0 0 2 6,7 24 80 4 13,3
32 0 0 2 6,7 20 66,7 8 26,7
36 0 0 6 20 23 76,7 1 3,3
37 0 0 0 0 20 66,7 10 33,3
39 0 0 0 0 28 93,3 2 6,7
118

Lampiran 13

HASIL UJI STATISTIK


SPEARMAN RHO

Nonparametric Correlations

Correlations
aktivitasspiritual TingkatDepresi
Correlation Coefficient 1.000 .538**
aktivitasspiritual Sig. (2-tailed) . .002
N 30 30
Spearman's rho
Correlation Coefficient .538** 1.000
TingkatDepresi Sig. (2-tailed) .002 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
119

Lampiran 14
HASIL UJI VALIDITAS DAN REABILITAS
AKTIVITAS SPIRITUAL

Correlations
q1 q2 q3 q4 q5 q6 q7 q8 q9 q10 q11 q12 q13 q14 q15 total
Pearson Correlation 1 .847** .775** .140 .538** .906** .864** .878** .876** .932** .854** .932** .820** .905** .843** .942**
q1 Sig. (2-tailed) .000 .000 .460 .002 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .847** 1 .875** .297 .746** .846** .847** .796** .927** .847** .831** .847** .865** .766** .816** .938**
q2 Sig. (2-tailed) .000 .000 .111 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .775** .875** 1 .531** .834** .700** .775** .774** .912** .689** .647** .689** .787** .613** .715** .862**
q3 Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .140 .297 .531** 1 .528** .014 .245 .110 .205 -.070 -.014 -.070 .253 -.129 .000 .195
q4 Sig. (2-tailed) .460 .111 .003 .003 .940 .191 .562 .277 .713 .941 .713 .177 .499 1.000 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .538** .746** .834** .528** 1 .458* .758** .571** .673** .465** .489** .465** .706** .487** .454* .688**
q5 Sig. (2-tailed) .002 .000 .000 .003 .011 .000 .001 .000 .010 .006 .010 .000 .006 .012 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .906** .846** .700** .014 .458* 1 .795** .905** .872** .906** .923** .906** .890** .862** .931** .938**
q6 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .940 .011 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .864** .847** .775** .245 .758** .795** 1 .878** .782** .795** .854** .795** .930** .905** .723** .922**
q7 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .191 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .878** .796** .774** .110 .571** .905** .878** 1 .836** .817** .922** .817** .934** .888** .866** .938**
q8 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .562 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .876** .927** .912** .205 .673** .872** .782** .836** 1 .876** .786** .876** .820** .775** .862** .938**
q9 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .277 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
q10 Pearson Correlation .932** .847** .689** -.070 .465** .906** .795** .817** .876** 1 .854** 1.000** .766** .905** .903** .917**
120

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .713 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .854** .831** .647** -.014 .489** .923** .854** .922** .786** .854** 1 .854** .909** .900** .905** .922**
q11 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .941 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .932** .847** .689** -.070 .465** .906** .795** .817** .876** 1.000** .854** 1 .766** .905** .903** .917**
q12 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .713 .010 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .820** .865** .787** .253 .706** .890** .930** .934** .820** .766** .909** .766** 1 .836** .811** .939**
q13 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .177 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .905** .766** .613** -.129 .487** .862** .905** .888** .775** .905** .900** .905** .836** 1 .795** .898**
q14 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .499 .006 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .843** .816** .715** .000 .454* .931** .723** .866** .862** .903** .905** .903** .811** .795** 1 .908**
q15 Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 1.000 .012 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .942** .938** .862** .195 .688** .938** .922** .938** .938** .917** .922** .917** .939** .898** .908** 1
total Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .302 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
121

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary


N %
Valid 30 100.0
a
Cases Excluded 0 .0
Total 30 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.976 15
122

Lampiran 15

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Melakukan informed consent dan membantu


untuk mengisi kuesioner pada pasien gagal ginjal
kronik

Gambar 2. Memberikan penjelasan pada pasien tata cara


mengisi kuesioner dan memberikan penjelasan
123

Gambar 3. Mengukur aktivitas spiritual pasien gagal


ginjal kronik yang menjalani hemodialisa

Gambar 4. Mengukur tingkat depresi pasien gagal ginjal


kronik yang menjalani hemodialisa

Anda mungkin juga menyukai