Lainnya
Nia Anestya1, Gilang Nispu Saputra2, Aryatika Alam3
1. RS TK IV Guntung Payung, Banjarbaru
2. Bagian Neurologi RSUD H. Damanhuri, Barabai
3. Bagian Oftamologi RSUD H. Damanhuri, Barabai
Email: Niaanestya230591@gmail.com
Abstrak
Gangguan Gerak merupakan suatu kondisi kelainan neurologi yang memengaruhi
kecepatan, kelancaran, kualitas dan kemudahan bergerak, termasuk di dalamnya dapat
memengaruhi pergerakan bola mata. Neurooftalmologi merupakan ilmu yang berfokus pada
kelainan mata yang berhubungan dengan kelainan neurologis. Metode diagnostik pada bidang
ini mencakup anamnesa yang mendalam, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang
yang lengkap. Hampir semua kelainan mata pada gangguan gerak akan memiliki gangguan
umum yaitu sakadik yang tidak normal. Dengan adanya perbedaan kelainan mata, hal ini
akan menjadi karakteristik dalam menegakkan diagnosis pada gangguan gerak.
Abstract
Movement disorder is one of neurological disorder with broad spectrum, and can
manifestated with eye movement disorder. Neuroophtalmology is focus on the relationship
between the visual system disorder and neurological disorders. Neuroophtamology diagnostic
method are included history taking, clinical examination, any diagnostic method. With the
difference in eye abnormalities, this will be characteristics in making a diagnosis of
movement disorders.
A. Penyakit Parkinson
Penyakit Parkinson (PD) merupakan penyakit kelainan degenerasi saraf yang berasal dari
ganglia basal yang sering ditemukan karena penyakit neurodegeneratif kedua terserings
setelah penyakit alzheimer dan memiliki beberapa gejala klinis yang khas seperti
bradikinesia, tremor, ketidakstabilan postur tubuh, hypomimia (wajah tampak seperti
memakai topeng), meningkatnya tonus otot sehingga akan terjadi kekakuan terhadap gerakan
persendian (rigiditas)5. Gangguan penglihatan seperti diplopia, dry eye, atau defek lapang
pandang pada penyakit Parkinson sering kali tidak dapat dikenali. Beberapa gangguan
penglihatan pada penyakit Parkinson berhubungan dengan penipisan dopamin pada retina,
sehingga persarafan dopaminergik menurun pada korteks penglihatan. Dopamin berperan
penting dalam beberapa proses yang berhubungan dengan penglihatan seperti adaptasi pada
cahaya, mengendalikan gerakan mata, sensitifitas kontras, penglihatan warna, konstruksi
visuospasial, dan memori kerja spasial. Diplopia dikatakan sebagai bagian kekurangan
dopamin6. Sebagai tambahan, pada penyakit Parkinson, saat kedua mata bergerak dengan
cepat ke kanan dan ke kiri, rahang juga akan bergerak sejajar dengan arah mata atau dapat
disebut dengan sinkinesia rahang okular (Ocular Jaw Synkinesia)7.
D. Penyakit Huntington
Penyakit Huntington (HD) adalah penyakit degenerasi saraf genetik yang umumnya
ditemukan sebelum usia dewasa dan memiliki gangguan gerak (umumnya seperti chorea,
distonia, dan parkinsonian), gangguan kordinasi, penurunan kognitif, dan perubahan perilaku.
Hal ini disebabkan oleh kehilangan sel saraf secara progresif dalam jalur kortiko-striato-
thalamo-kortikal, yang sebagian besar berada pada neostriatum (kaudatus dan putamen). Pada
HD, gangguan gerak umumnya memiliki karakteristik distonia awal atau sindrom kekakuan
hipokinetik dengan keterlibatan facio-bucco-lingual. Pada pasien HD, manifestasi awal pada
mata yaitu inisiasi sakadik, yang secara progresif menjadi lambat dan hipometria dengan
gangguan fungsi fiksasi tatapan. Untuk menilai kelainan mata pada penyakit huntington,
dapat dibagi menjadi beberapa kategori penilaian yang dimana penilaian akan terdiri dari
menilai gerak ke enam otot ocular meliputi horizontal dan okular pursuit, inisiasi sakadik
horizontal dan vertikal, dan kecepatan sakadik horizontal dan vertikal. Semakin besar nilai
dari penilaiannya, menandakan bahwa semakin besar gangguan pada mata (gambar 2) 9. Hal
ini menjadi poin penting terjadinya menifestasi awal dari kelainan gerak mata pada
‘serebelar’, sebagai contoh sakadik disimetris, square wave jerks, kedipan mata, sakadik
pursuit, dan tatapan yang memicu nistagmus merupakan kelainan pada degenerasi
spinoserebellar secara umum10.
Gambar 2. Skala penilaian okulomotor pada penyakit huntington9.
G. Ataksia Spinoserebelar
Ataksia spinoserebelar (SCA) merupakan salah satu penyakit genetik degenerasi saraf
progresif, yang memiliki kelainan autosomal dominan. Secara klinis, SCA ditandai dengan
gejala dan tanda dari degenerasi serebelar yang meliputi kesulitan untuk mengatur
keseimbangan, hilangnya koordinasi, tremor dan kelainan okulomotor14. Pada pemeriksaan
serebelar juga akan didapatkan disartria, dismetria tungkai (pemeriksaan jari ke hidung,
mengikuti arah jari, tumit kaki), disdiadokokinesis, kehilangan kemampuan untuk melawan
ekstremitas. Ataxia batang tubuh dan atau titubasi kepala, gaya berjalan tidak stabil,
ketidakmampuan berjalan bersama-sama. SCAs memiliki tipe 1, 2, 3, 6, 7 dan 17 yang
memiliki kelainan pada mata. Pada SCA1, Kelainan mata berhubungan dengan koneksi
serebelar, seperti pursuit sakadik, sakadik yang melambat, dismetria sakadik, tatapan yang
memicu nistagmus, sakadik laten. Keterlibatan dari batang otak termasuk formasi parapontine
retikular, sakadik dapat menjadi lambat dan oftalmoparesis vertikal dan horizontal. Pada
SCA2 sakadik lambat akan terlihat pada fase awal dan dapat berkembang dengan cepat
hingga akhirnya mengarah ke oftalmoplegia pada stadium akhir. Sakadik pursuit, nistagmus,
sakadik hipometria, latensi berkepanjangan. SCA2 juga berhubungan dengan retinitis
pigmentosa. Pada SCA3 terlihat berkurangnya ketebalan pada makula. Sakadik dismetria
dengan tatapan yang memicu nistagmus. Sakadik dapat menjadi lambat, dan gangguan fiksasi
stabil dengan sakadik intrusi, meliputi sentakan gelombang persegi (SWJ). Nistagmus dapat
menjadi onset awal pada kelainan mata SCA3 sebelum timbulnya gangguan cara berjalan.
Kelainan okulomotor pada SCA6 diinduksi oleh kelainan pada serebelum, yang terdiri dari
gangguan smooth pursuit, sakadik dismetria, nistagmus vertikal dan horizontal dan gangguan
refleks vestibulo okular yang dapat terjadi sebelum ataksia, juga SWJ dapat terlihat tanpa
gejala pada pasien ini. Pada SCA7 terdapat kelainan mata meliputi oftalmoplegia,
melambatnya gerak sakadik, disfagia, disartria, tanda traktus piramidalis. Kelainan
okulomotor meliputi sakadik pursuit, sakadik dismetria, sakadik yang melambat, tatapan
yang memicu nistagmus yang dapat berkembang menjadi oftalmoparesis. Gangguan
penglihatan warna khususnya penglihatan warna biru kuning dengan penglihatan buram
sebelum kelainan saraf berkembang. Refleks pupil akan melambat selama hilangnya sel
ganglion retina. Pada SCA17, ataxia dan demensia menjadi gejala klinis awal. Smooth
pursuit awal dipengaruhi oleh meningkatnya latensi dan menurunnya akselerasi15.
H. Penyakit Wilson
Penyakit Wilson (WD) disebut juga sebagai degenerasi hepatolentikular dengan kelainan
genetik autosomal resesif dari metabolisme tembaga mengarah ke akumulasi tembaga di
berbagai jaringan terutama hati, otak, kornea, ginjal. Gejala umum kelainan saraf pada WD
meliputi tremor, distonia, parkinsonisme, ataksia, yang sering berhubungan dengan disfagia,
disartria, meneteskan air liur16. Manifestasi okular meliputi cincin Kayser-Fleischer (K-F
ring) (Gambar 4) dan katarak berbentuk matahari (Gambar 5). Cincin K-F biasanya bilateral,
dimulai dari superior kemudian ke bagian inferior, selanjutnya akan melingkar. Pemeriksaan
fundus mata normal17.
III. Simpulan
Saat ini peran neurooftalmologi sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosis
kelainan neurologis, seperti pada gangguan gerak yang kecenderungan akan ditemukannya
sakadik yang tidak normal.
Daftar Pustaka
1. Shipton EA. Movement disorders and neuromodulation. Neurol Res Int. 2012;2012.
2. Rooks, M.G and Garrett, W.S 2016. 乳鼠心肌提取 HHS Public Access. Physiol
Behav. 2017;176(3):139–48.
3. Jung I, Kim J-S. Abnormal Eye Movements in Parkinsonism and Movement
Disorders. J Mov Disord. 2019;12(1):1–13.
4. Termsarasab P, Thammongkolchai T, Rucker JC, Frucht SJ. The diagnostic value of
saccades in movement disorder patients: a practical guide and review. J Clin Mov
Disord [Internet]. 2015;2(1):1–10. Available from: http://dx.doi.org/10.1186/s40734-
015-0025-4
5. Puri S, Shaikh AG. Basic and translational neuro-ophthalmology of visually guided
saccades: disorders of velocity. Expert Rev Ophthalmol. 2017;12(6):457–73.
6. Borm CDJM, Smilowska K, De Vries NM, Bloem BR, Theelen T. How i do it: The
Neuro-Ophthalmological Assessment in Parkinson’s Disease. J Parkinsons Dis.
2019;9(2):427–35.
7. Armstrong RA. Visual signs and symptoms of multiple system atrophy. Clin Exp
Optom. 2014;97(6):483–91.
8. Phokaewvarangkul O, Bhidayasiri R. How to spot ocular abnormalities in progressive
supranuclear palsy? A practical review. Transl Neurodegener. 2019;8(1):1–14.
9. Winder JY, Roos RAC. Premanifest Huntington’s disease: Examination of oculomotor
abnormalities in clinical practice. PLoS One. 2018;13(3):1–8.
10. Martino D, Stamelou M, Bhatia KP. The differential diagnosis of Huntington’s
diseaselike syndromes: “Red flags” for the clinician. J Neurol Neurosurg Psychiatry.
2013;84(6):650–6.
11. Tan AH, Toh TH, Low SC, Fong SL, Chong KK, Lee KW, et al. Chorea in Sporadic
Creutzfeldt-Jakob Disease. J Mov Disord. 2018;11(3):149–51.
12. Orrù CD, Soldau K, Cordano C, Llibre-Guerra J, Green AJ, Sanchez H, et al. Prion
seeds distribute throughout the eyes of sporadic Creutzfeldt-Jakob disease patients.
MBio. 2018;9(6).
13. Noval S, Contreras I, Sanz-Gallego I, Manrique RK, Arpa J. Ophthalmic features of
Friedreich ataxia. Eye [Internet]. 2012;26(2):315–20. Available from:
http://dx.doi.org/10.1038/eye.2011.291
14. Park JY, Joo K, Woo SJ. Ophthalmic Manifestations and Genetics of the
Polyglutamine Autosomal Dominant Spinocerebellar Ataxias: A Review. Front
Neurosci. 2020;14(August).
15. Goizet C, Anheim M, Stevanin G. Autosomal dominant cerebellar ataxias. Prat Neurol
- FMC. 2012;3(1):1–13.
16. Dusek P, Litwin T, Członkowska A. Neurologic impairment in Wilson disease. Ann
Transl Med. 2019;7(S2):S64–S64.
17. Goel S, Sahay P, Maharana PK, Titiyal JS. Ocular manifestations of Wilson’s disease.
BMJ Case Rep. 2019;12(3):10–2.