VERTIGO
Disusun oleh:
Afina Syarah Lidvihurin 1406570096
DESEMBER 2018
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
NPM : 1406570096
NPM : 1406545270
NPM : 1406527766
dengan ini menyatakan bahwa makalah yang berjudul “Vertigo” telah kami susun tanpa
tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia.
Apabila di kemudian hari ternyata kami melakukan tindakan plagiarisme, kami akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
Indonesia kepada kami.
Dengan ini, dinyatakan bahwa makalah diskusi topik yang diajukan oleh:
NPM : 1406570096
NPM : 1406545270
NPM : 1406527766
dengan judul “Vertigo”, sebagai kelengkapan tugas Modul Praktik Klinik Neurologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, telah disetujui oleh:
Pembimbing
2. Epidemiologi
3. Patofisiologi
Sistem vestibular terdiri atas komponen sentral dan perifer. Sistem vestibular
bagian sentral terdiri atas komponen cerebellum, dan batang otak. Adapun system
vestibular bagian perifer terdiri atas kanalis semisirkularis dan organ otolit. Kanalis
semisirkularis yang terdiri dari kanalis semisirkularis posterior, horizontal dan anterior
mendeteksi adanya gerakan rotasi. Adapun organ otolit yang terdiri dari utriculus dan
sakulus mendeteksi gerakan linear dan gravitasi. Pada keadaan normal/statis, kondisi
system vestibular ditunjukkan pada gambar 1. Teori yang menerangkan proses
keseimbangan ini dikenal sebagai push-pull theory. Ketika kepala digerakkan, terjadi
aktivitas nucleus vestibular yang tidak simetris yang diinterpretasikan sebagai gerakan
kepala. Begitupun adanya proses patologi pada sistem vestibular perifer juga akan
diinterpretasikan sebagai aktivitas asimetris pada sistem vestibular. (gambar 2)1
Gambar 2. Push-pull theory pada sistem vestibular horizontal dalam keadaan gerakan
kepala ke kanan atau gangguan vestibular perifer sisi kanan1
Patofisiologi yang mendasari terjadi gangguan vertigo perifer tergantung dari
penyakit yang mendasari, yaitu Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV),
penyakit meniere dan neuronitis vestibular.
a. BPPV
Patofisiologi yang mendasari terjadinya BPPV adalah pelepasan struktur
otokonia dari makula utrikulus dan masuk ke dalam kanalis semisirkularis.
Bagian kanalis semisirkularis yang paling sering mengalami gangguan adalah
kanalis semisirkularis posterior karena paling dipengaruhi oleh perbedaan
gravitasi. Adanya otokonia tersebut akan menyebabkan perubahan inersia
endolimfe (cairan pada kanalis semisirkularis) dan menyebabkan defleksi
kupula. Defleksi ini menimbulkan aktivitas asimetris pada nukleus vestibular,
sehingga menimbulkan sensasi berputar serta nystagmus sebagaimana
diterangkan pada gambar 2.1
b. Penyakit Meniere
Banyak teori yang menerangkan patofisiologi penyakit meniere. Akan tetapi,
teori yang cukup terkenal dibahas mengenai penyakit meniere adalah teori
hydrops limfatik. Teori ini menyatakan, penyakit timbulnya manifestasi
sindrom vertigo yang bersifat episodic dan gangguan pendengaran
sensorineural yang fluktuatif disebabkan adanya peningkatan produksi cairan
endolimfatik di koklea atau gangguan absorbsi pada kantung endolimfatik
sehingga menimbulkan hidrops endolimfatik. Penyebabnya belum jelas, akan
tetapi beberapa penelitian yang sudah dilakukan mengatakan faktor-faktor
seperti genetic, inflamasi, proses autoimun, infeksi virus, trauma, vaskulopati,
gangguan kantung endolimfatik, dan gangguan metabolic berperan dalam
gangguan homeostasis pada telinga dalam.1,4
c. Neuronitis vestibular
Neuronitis vestibular merupakan proses inflamasi pada nervus vestibularis yang
kemungkinan disebabkan oleh virus. Manifestasi awal penyakit ini biasa
ditandai dengan adanya gejala prodromal infeksi berupa viral-like illness.
Manifestasi penyakit yang biasanya muncul adalah vertigo spontan akut, mual
dan muntah, ketidakseimbangan, oscillopsia dan gangguan pendengaran.
Lokasi yang paling sering terkena pada neuronitis vestibular adalah cabang
superior karena anatomi nervus ini melewati celah yang lebih panjang dan
sempit pada os petrosum dibandingkan cabang inferior sehingga lebih rentan
mengalami edema dan kompresi.1
Patofisiologi yang mendasari vertigo sentral adalah adanya lesi pada jaras refleks
vestibulookular (vestibuloocular reflex/VOR). Jaras ini dimulai dari labirin pada bagian
telinga dalam, menuju ke nukleus vestibularis, nukleus nervus kranialis III, IV, dan VI,
pusat integrasi di pons dan mesensefalon, serta serebelum. Skema jaras VOR
ditunjukkan oleh gambar 3. Pusat integrasi di pons dan serebelum berperan pada
gerakan mata horizontal sedangkan pusat integrasi di mesensefalon berperan pada
gerakan mata vertikal. Impuls dari batang otak akan diteruskan melalui jaras asendens
dan desendens. Jaras asendens meneruskan impuls menuju korteks parieto-temporal
melalui talamus posterolateral, sedangkan jaras desendens meneruskan impuls menuju
ke medula spinalis melalui traktus vestibulosponal lateral dan medial. Kedua jalur
tersebut berfungsi dalam pengaturan postur tubuh.5
4. Diagnosis Vertigo
Vertigo merupakan gejala yang disebabkan beragam etiologi sehingga diperlukan anamnesis
dan pemeriksaan klinis yang teliti. Pemeriksaan penunjang dilakukan bergantung pada etiologi
yang dicurigai. Vertigo harus dibedakan menjadi vertigo sentral dan perifer secara klinis.5
Anamnesis
Anamnesis merupakan kunci utama untuk membedakan vertigo yang berasal dari gangguan
organ vestibular perifer atau sentral. Hal yang perlu ditanyakan meliputi onset dan durasi
vertigo, faktor yang memicu maupun memperberat vertigo, dan gejala penyerta seperti defisit
neurologis dan gangguan pendengaran1 Secara klinis, vertigo perifer dan sentral dapat
dibedakan seperti pada tabel 1.5
Tabel 4. Perbedaan vertigo perifer dan sentral
Gejala dan Tanda Perifer Sentral
Gejala vertigo Berat Ringan
Mual dan muntah Berat Ringan
Gangguan pendengaran Sering Jarang
Defisit neurologis - Sering
Nistagmus Unidireksional Bidireksional, vertikal,
rotatoar
Head impulse test Positif Negatif
Kompensasi Cepat Lambt
Pada pasien yang dicurigai vertigo, dapat ditanyakan apakah pasien merasa sekeliling pasien
bergerak atau berputar atau apakah pasien merasa dirinya bergerak atau berputar, apakah rasa
tersebut berkaitan dengan perubahan sikap, apakah disertai rasa mual atau muntah, dan apakah
disertai telinga berdenging atau berdesis.9
Tabel 5.. Karakteristik vertigo vestibular perifer dan sentral5
Vertigo Vestibular Perifer Vertigo Vestibular Sentral
Nistagmus Kombinasi nistagmus Nistagmus vertikal,
horizontal dan torsional horizontal, atau torsional
murni
Terdapat inhibisi pada Tidak terdapat inhibisi pada
fiksasi pengelihatan ke satu fiksasi pengelihatan
objek
Unidireksional Bidirreksional
Gangguan Keseimbangan Ringan – sedang Berat
Otonom (mual, muntah) Berat Bervariasi
Gangguan pendengaran, Sering Jarang
tinnitus
Defisit neurologis non- Jarang Sering
auditorik
Latensi pada manuver Hingga 20 detik Hingga 5 detik
diagnostik
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) memiliki gejala utama berupa pusing berputar
(vertigo vestibular/rotatoar) dengan durasi beberapa detik, intensitas yang berat, dan dapat
disertai mual dan muntah. Umumnya keluhan dirasakan pada pagi hari dan dipicu oleh
perubahan posisi kepala terhadap gravitasi, seperti pada posisi berbaring, bangun dari tidur,
berguling, membungkuk, dan posisi kepala menengadah yang lama. Gejala klinis BPPV sangat
khas sehingga dapat ditegakkan melalui diagnosis.1
Pasien dengan neuritis vestibular umumnya mengeluh vertigo yang mendadak, dapat
berlangsung dalam beberapa hari, disertai gejala otonom, namun tidak disertai gejala koklear
seperti gangguan pendengaran. Vertigo akan membaik dalam hitungan hari sampai minggu.
Akan tetapi, gangguan keseimbangan dapat bertahan selama beberapa bulan. Neuritis
vestibular dapat dibedakan dengan labirinitis melalui keluhan pendengaran. Pada labirinitis
terdapat gangguan pendengaran.1
Penyakit Ménière didiagnosis berdasarkan anamnesis gejala khas penyakit Ménière dan
menilai adanya defisit neurologis berdasarkan pemeriksaan fisis. Trias gejala penyakit Ménière
meliputi vertigo, tinitus, dan gangguan pendengaran.1
Pemeriksaan Fisis
Pada fase akut vertigo, gambaran defisit neurologi tidak ditemukan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan tiga pemeriksaan yang disebut HINTS yang terdiri atas head impulse test, nistagmus,
dan test of skew. Pada vertigo sentral didapatkan head impulse test negatif, nistagmus
bidireksional, dan test of skew positif. Nistagmus sentral dapat berupa downbeat maupun
upbeat nystagmus.5
1. Head impulse test
Pasien diminta untuk memfiksasi pandangan mata ke hidung pemeriksa. Pemeriksa
menggerakkan kepala pasien sesuai sumbu horizontal ke kanan dan kiri.4 Pada head
impulse test, rotasi cepat pada kepala ke sisi yang sakit akan menyebabkan pergerakan
mata yang tertinggal.5 Jika pemeriksaan ini abnormal, maka dicurigai adanya disfungsi
saraf perifer.4
Terapi Simptomatik
Pemberian obat-obatan simtomatik digunakan untuk mengurangi atau meringankan gejala
pusing, mual, dan muntah padavertigo. Indikasi pemberian obat antivertigo apabila.1
• Gejala vertigo vestibular perifer atau sentral akut (maksimal 3 hari)
• Profilaksis mual dan muntah dalam tindakan liveratory maneuver pada BPPV
• Profilaksis mabuk perjalanan
• Terapi pada vertigo posisional sentral dengan mual
Obat-obatan tersebut tidak diberikan dalam jangka panjang untuk menghidari efek samping
gangguan kompensasi sentral pada gangguan vestibular perifer dan adiksi obat. Obat-obatan
yang dapat menekan respon vestibular adalah antikolinergik, antihistamin dan benzodiazepine.
.1,8,13
a. Antikolinergik
Obat yang umum diberikan adalah skopolamin dan homatropin. Antikolinergik
berperan sebagai supresan vestibuler melewai reseptor muskarinik. Efek samping
pemberian obat adalah gangguan memori, kebingungan, gangguan akomodasi, dilatasi
pupil, sedasi, mulut kering, Obat tersebut tidak dianjurkan untuk jangka panjang1,8,13
b. Antihistamin
Obat yang diberikan Cinnarizine, promethazine, dan dimenhydrinate. Efek samping
utama obat antihistamin memiliki efek antikolinergik terutama sedasi
c. Benzodiazepine
Obat yang diberikan adalah diazepam.Benzodiazepine berikatan pada reseptor GABA
(modulator GABA) dan mensupresi vestibular. Efek samping pemberian
benzodiazepine adalah sedasi, penurunan kecemasan, hipnosis, antiemetik, relaksasi
otot, antikonvulsan. 1,8,13
d. Betahistine
Obat ini bekerja dengan pada precursor histamine sehingga vasodilatasi perbaikan
mikrosirkulasi daerah telinga tengah, terjadi kompensasi, efek arousal, dan restorasi
fungsi vestibular.
Tabel. 7. Obat-obatan Simptomatik Pasien Vertigo5
Obat Dosis Antiemeti Sedas Mukos Ekstrapiramid
k i a al
kering
Antihistamin
dimenhidrina 50mg/4-8 jam + + + -
t
Prometazin 25mg/4-8 jam + ++ ++ -
Cinarizin 25mg/8 jam + + - +
Benzodiazepin
diazepam 2-5mg/8 jam + +++ - -
Klonazepam 0,5mg/4-6 jam + +++ - -
Butirofenon
Haloperidol 0,5-2mg/8 jam ++ +++ + ++
Histaminik
Betahistin 24 mg/12 jam + + - +
Calcium channel blocker
Flunarizin 5-10mg/12 jam + + - +
Antiepilepsi
Karbamazepi 200-600 - + - -
n mg/hari(paroksismi
a vestibular)
800-
2000mg/hari(epilep
si vestibular)
Topiramat 50-150mg/hari - + - +
(migren vestibular)
Asam 600- - + - -
valproat 1500mg/hari(migre
n ev
Potassium channel blocker
4- 5-10mg/8-12 jam - - - -
aminopiridin
c. Manuver Lembert1
Manuver dilakukan pada pasien BPPV kanalis semisirkularis horizontal. Manuver
dilakukan dengan merotasikan kepala 900 kearah telinga yang sakit, lalu kea rah telinga
yang sehat saat pasien berbaring. Gerakan ini menyebabkan debris otokonia bermigrasi
dan keluar dari kanalis semisirkularis horzintal lalu masuk ke utrikulus.
6. Prognosis
Prognosis vertigo vestibular sentral bergantung dengan etiologi dasar atau penyebab utama.
Sedangkan prognosis vertigo vestibular perifer secara keseluruhan baik dengan kemungkinan
terjadi kekambuhan dalam 2 tahun sekitar 27% jika latihan Brandt-Daroff dilakukan secara
rutin. Rekurensi paling sering terjadi pada 6 bulan pertama. 1,5
Referensi :
1. Sitorus F, Ariarini NNR, Maharani K. Vertigo vestibular perifer. Dalam: Aninditha T,
Wiratman W. Buku ajar neurologi: buku 1. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI;
2017.
2. Post RE, Dickerson LM. Dizziness: a diagnostic approach. Am Fam Physician. 2010
Aug 15;82(4):361-9
3. Brandt T, Dieterich M, Strupp M. Vertigo and dizziness. 2nd ed. London: Springer;
2013.
4. Harcourt J, Barrclough K, Bronstein AM. Meniere’s disease. BMJ. 2014 Nov
12;349:g6544
5. Dewati E. Vertigo vestibular sentral. Dalam: Aninditha T, Wiratman W. Buku ajar
neurologi: buku 1. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI; 2017
6. Purves D, Augustine GJ, Fitzpatrick D, et al. Neuroscience. 2nd edition. Sunderland
(MA): Sinauer Associates; 2001. Central vestibular pathways: eye, head, and body
reflexes. [Internet]. [Cited 2018 January 29]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK10987/
7. Karatas M. Central vertigo and dizziness: epidemiology, differential diagnosis and
common causes. Neurologist. 2008 Nov;14(6):355-64
8. Ropper AH, Samuels MA, Klein JP. Adams and Victor’s principles of neurology. 10th
ed. New York: McGraw-Hill education; 2014. Chapter 15, Deafness, dizziness and
disorders of equilibrium. p. 290 – 314.
9. Lumbantobing SM. Neurologi kllinik: pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2015.
10. Campbell WW. DeJong’s the neurologic examination. 7th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins; 2013. p.298
11. Kattah J, Talkad AV, Wang DZ, Hsieh YH, Newman-Toker DE. HINTS to diagnose
stroke in the acute vestibular syndrome: three-step bedside oculomotor examination
more sensitive than early MRI diffusion-weighted imaging. Stroke. 2009;40:3504-10.
12. Hornibrook J. Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV): history, pathophysiology,
office treatment and future directions. Int J Otolaryngol. 2011:835671.
13. Amar A, Suryamihardja A, Dewati E, Sitorus F, Nurimaba N, Sutarni S, et al. Pedoman
Tatalaksana Vertigo Jakarta: Kelompok Studi Vertigo Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia:2012