Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN VERTIGO

DIPUSKESMAS SENTEBANG

OLEH:
RIO PRENANDI, S.Tr. Kep
NIM. 891221041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI


NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM (YARSI)
PONTIANAK
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan disusun oleh:


Nama : Rio Prenandi S.Tr.Kep
NIM 891221041
Judul : laporan pendahuluan vertigo

Telah diperiksa dan disahkan oleh pembimbing pada:


Hari :
Tanggal :

Pontianak,25 Oktober 2022

Mengetahui

Pembimbing Akademik Mahasiswa

Ns.Ali Akbar,M.Kep Rio Prenandi S.Tr.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

I Konsep Penyakit Vertigo


1 Definisi/deskripsi penyakit vertigo
”Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan
dengan pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler
atau linier), atau gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya
diikuti atau tanpa diikuti dengan gejala dari organ yang berada di bawah
pengaruh saraf otonom dan mata (nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan
menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005, mendefinisikan vertigo
adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau objek-objek
disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem
keseimbangan (ekuilibrum).

Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan


keseimbangan atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau
organ tubuh yang ikut terlibat dalam mengatur dan mempertahankan
keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur oleh integrasi berbagai
sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system somato
sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan,
maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan
dengan baik. Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya
bergerak atau dirinya bergerak terhadap lingkungannya. Gerakan yang
dialami biasanya berputar namun kadang berbentuk linier seperti mau jatuh
atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada penderita vertigo kadang-
kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu gerak ritmik
yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003).

1
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya
disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa
berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam
bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi
vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali
(Israr, 2008).

Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini
disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau
rumah siput di daerah telinga. Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa
mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan
kadang terjatuh karena masalah keseimbangan. Keseimbangan tubuh
dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi
tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya
timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan
(Putranta, 2005)

Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang


dan mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini
merupakan gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai.
Walupun pengobatan sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari
penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab vertigo sering tidak
diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)

2
2 Etiologi
Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ
keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki
saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan
oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga
dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan
dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi
secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo: (Israr, 2008)
1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
 Alkohol
 Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena
berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri
vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
 Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam
telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional
vertigo)
 Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
 Herpes zoster
 Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
 Peradangan saraf vestibuler
 Penyakit Meniere

5. Kelainan neurologis
 Sklerosis multipel
 Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau

3
keduanya
 Tumor otak
 Tumor yang menekan saraf vestibularis.

3 Tanda gejala
1.3.1 Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia,
paratesia, perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien
mengeluh lemah, gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak
supinasi dan pronasi tanyanye secara berturut-turut
(dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan
kaseimbangan. Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh
menunjuk jari pemeriksa dan kemudian menunjuk hidungnya maka
akan dilakukan dengan buruk dan terlihat adanya ataksia. Namun
pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan percobaan tunjuk
hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan dan
mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh
gangguan disentral (batang otak, serebelum) yang dapat
menyebabkan vertigo adalah iskemia batang otak, tumor difossa
posterior, migren basiler.

1.3.2 Vertigo perifer


Lamanya vertigo berlangsung:
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.

4
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo
posisional berigna (VPB). Pencetusnya adalah perubahan
posisi kepala misalnya berguling sewaktu tidur atau
menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi.
Vertigo berlangsung beberapa detik kemudian mereda.
Penyebab vertigo posisional berigna adalah trauma kepala,
pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis vestibular
prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.

b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.


Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati
berulang. Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu
ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo dan tinitus.
Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran
dan kesulitan dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup.
Berjalan tandem yaitu berjalan dengan telapak kaki lurus
kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu menyentuh jari
kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi
bukti bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer.
Perjalanan yang khas dari penyakit meniere ialah terdapat
kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh masa remisi.
Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak
kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan
meninggalkan cacat pendengaran berupa tuli dan timitus dan
sewaktu penderita mengalami disekuilibrium (gangguan
keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis stadium

5
2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan
penyakit meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana
sifilis pada setiap penderi penyakit meniere.

c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa


minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai
pada penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang
menyertainya ialah mendadak. Gejala ini berlangsung
beberapa hari sampai beberapa minggu. Sering penderita
merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala
bila ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan
fisik dijumpai nistagmus yang menjadi lebih basar
amplitudonya. Jika pandangan digerakkan menjauhi telinga
yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam
waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan
penyembuhan total pada beberapa penyakit namun pada
sebagian besar penderita didapatkan gangguan vertibular
berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional
benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak
harus ditelusuri kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang
bersifat sentral tidak berkurang jika dilakukan viksasi visual
yaitu mata memandang satu benda yang tidak bergerak dan
nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah.
Pada nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita
menfiksasi pandangan kita suatu benda contoh penyebab vetigo

6
oleh gangguan system vestibular perifer yaitu mabok
kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma.

4 Patofisiologi
Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular, visual dan
propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron
dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon
yang muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh
dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan
tubuhnya terhadap lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala
kegawatan (alarm reaction) dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan
otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat
keseimbangan tubuh dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan
yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi yang wajar
tidak berlangsung dan muncul tanda-tanda kegawatan dalam bentuk vertigo
dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping itu respon penyesuaian otot-
otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal dari mata
disebut nistagnus.

5 Pemeriksaan Penunjang
1 Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata

7
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap
yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih

2 Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)


Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak
50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita
beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30
derajat

3 Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula

4 Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike


Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh
kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada
keadaan abnormal akan terjadi nistagmus

5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga


penderita

6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular
dan somatosensorik.

6 Komplikasi dan Penatalaksanaan


1. Vertigo posisional Benigna (VPB)

8
Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada
sebagian besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan
merupakan kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk
dipinggir tempat tidur, kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya
untuk membangkitkan vertigo posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia
kembali keposisi duduk \semula. Gerakan ini diulang kembali sampai
vertigo melemah atau mereda. Biasanya sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap
hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.

Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen


dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan
atau jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa
enek (nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek
samping obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter
menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat
mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi kepala dapat
mengurangi gangguan.

2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti
biotika dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis
vestibuler lebih meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga
yang terkena dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual
pada suatu tempat atau benda.

3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk penyakit meniere.

9
Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat
dilakukan upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti
vertigo. Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa
dan akan mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi
terhadap serangan berikutnya.
Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi
lebih jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat anti histamin
dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang baik.
Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat
diredakan oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi
infalid tidak dapat bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.

4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)


Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat
supresan vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan
mobilisasi. Misalnya Dramamine, prometazin, diazepam, pada enderita
ini latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri
tongkat agar rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh
dikurangi.

5. Sindrom Vertigo Fisiologis


Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena
terdapat ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang
diterima otak. Pada penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.

6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)


TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala

10
klinisnya pulih sempurna dalam kurun waktu 24 jam
RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan
sempurna terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau
penanganan yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar,
dan jika kambuh bisa meninggalkan cacat.

7 Pathway

AI Rencana asuhan klien dengan gangguan vertigo


1 Pengkajian

11
1 Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan pasien pada saat dilakukan pengkajian.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit.
Pada pasien vertigo tanyakan adakah pengaruh sikap atau
perubahan sikap terhadap munculnya vertigo, posisi mana yang
dapat memicu vertigo.

c. Riwayat kesehatan yang lalu


Adakah riwayat trauma kepala, penyakit infeksi dan inflamasi dan
penyakit tumor otak. Riwayat penggunaan obat vestibulotoksik
missal antibiotik, aminoglikosid, antikonvulsan dan salisilat.

d. Riwayat kesehatan keluarga


Adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga
lain atau riwayat penyakit lain baik

e. Aktivitas / Istirahat
 Letih, lemah, malaise
 Keterbatasan gerak
 Ketegangan mata, kesulitan membaca
 Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri
kepala.
 Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh,
aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca.

f. Sirkulasi

12
 Riwayat hypertensi
 Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
 Pucat, wajah tampak kemerahan.

7. Integritas Ego
 Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
 Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan,
ketidakberdayaan depresi
 Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
 Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

8. Makanan dan cairan


 Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat,
bawang,keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan
berlemak, jeruk, saus,hotdog, MSG (pada migrain).
 Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
 Penurunan berat badan5.

9. Neurosensoris
 Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
 Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma,
stroke.
 Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
 Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras,
epitaksis.
 Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
 Perubahan pada pola bicara/pola pikir
 Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
 Penurunan refleks tendon dalam
 Papiledema.

10. Nyeri/ kenyamanan


 Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal
migrain,ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma,

13
sinusitis.
 Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
 Fokus menyempit
 Fokus pada diri sendiri
 Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis,
gelisah.
 Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

11. Keamanan
 Riwayat alergi atau reaksi alergi
 Demam (sakit kepala)
 Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
 Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

12. Interaksi sosial


Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang
berhubungan dengan penyakit.

13. Penyuluhan / pembelajaran


 Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
 Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein.
Kontrasepsioral/hormone, menopause.
2 Pemeriksaan fisik: data fokus
Keadaan Umum
Pemeriksaan Persistem
a. Sistem persepsi sensori
Adakah rasa tidak stabil, disrientasi, osilopsia yaitu suatu ilusi
bahwa benda yang diam tampak bergerak maju mundur.
b. Sistem Persarafan
Adakah nistagmus berdasarkan beberapa pemeriksaan baik manual
maupun dengan alat.
c. Sistem Pernafasan

14
Adakah gangguan pernafasan.
d. Sistem Kardiovaskuler
Adakah terjadi gangguan jantung.
e. Sistem Gastrointestinal
Adakah Nausea dan muntah
f. Sistem integumen
g. Sistem Reproduksi
h. Sistem Perkemihan

3 Pemeriksaan penunjang
1. Tes Romberg yang dipertajam
Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata
kemudian ditutup. Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap
yang romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak
50 langkah. Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita
beranjak lebih dari satu meter atau badan berputar lebih dari 30
derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi
(sampai fertikal) kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai
kepala bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala
ditoleh kekiri lalu posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi
kekanan pada keadaan abnormal akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga
penderita

15
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual,
vestibular dan somatosensorik.

2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1: Nyeri
1 Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang
muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri
Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan
sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 3 bulan.

2 Batasan karakteristik
 Laporan secara verbal atau non verbal
 Fakta dari observasi
 Posisi antalgic untuk menghindari nyeri
 Gerakan melindungi
 Tingkah laku berhati-hati
 Muka topeng
 Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan
kacau, menyeringai)
 Terfokus pada diri sendiri
 Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)
 Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain

16
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)
 Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah,
perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
 Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
 Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
 Perubahan dalam nafsu makan dan minum

3 Faktor yang berhubungan


Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis)

Diagnosa 2: koping individu tidak efektif


4 Definisi
kerusakan perilaku-perilaku adaptif dan kemampuan memecahkan
masalah dari seseorang didalam memenuhi kebutuhan dan peran hidup
5 Batasan karakteristik
 Gangguan tidur
 Penyalahgunaan bahan kimia
 Penurunan penggunaan dukungan social
 Konsentrasi yang buruk
 Kelelahan
 Mengeluhkan ketidakmampuan koping
 Perilaku merusak terhadap diri/orang lain
 Ketidakmampuan memenuhi harapan peran
6 Faktor yang berhubungan
 Perbedaan gender dalam strategi koping
 Tingkat percaya diri tidak adekuat

17
 Ketidak pastian
 Support social tidak efektif
 Krisis situasional / maturasional
 Derajat pengobatan tingkat tinggi

3 Perencanaan
Diagnosa 1: Nyeri
1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
 Pain Level,
 Pain control,
 Comfort level
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 Tanda vital dalam rentang normal

2 Intervensi keperawatan dan rasional:


 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

18
presipitasi
 Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
 Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
 Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
 Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
 Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
 Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Diagnosa 2:
3 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
 Kriteria Hasil :
 Menunjukan fleksibilitas peran
 keluarga menunjukan fleksibilitas peran para anggotanya
 pertentangan masalah
 nilai keluarga dapat mengatur masalah-masalah
 memanaj masalah
 melibatkan anggota keluarga dalam membuat keputusan
 mengekspresikan perasaan dan kebebasan emosional
 menunjukan strategi untuk memanaj masalah

19
 menggunakan strategi penurunan stress
 peduli terhadap kebutuhan anggota keluarga
 menentukan prioritas
 menentukan jadwal untuk rutinitas danm aktivitas keluarga]
 menjadwalkan untuk respite care
 mempunyai perencanaan pada kondisi kegawatan
 memelihara kestabilan financial
 mencari bantuan ketika dibutuhkan
 menggunakan support social

4 Intervensi keperawatan dan rasional:


 hargai pemahaman pasien tentang proses penyakit dan konsep
diri
 hargai dan diskusikan substitute respon terhadap situasi
 hargai sikap klien terhadap perubahan peran dan hubungan
 dukung penggunaan sumber spiritual jika diminta
 gunakan pendekatan yang tenang dan berikan jaminan
 sediakan informasi actual tentang diagnosis, penangan dan
prognosis
 sediakan pilihan yang realistis tentang aspek perawatan saat ini
 dukung penggunaan mekanisme defensive yang tepat
 dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi strategi positif untuk
mengatasi keterbatasan dan mengelola gaya hidup dan
perubahan peran
 Bantu klien beradaptasi dan mengantisipasi perubahan klien
 Bantu klien mengidentifikasi kemungkinan yang dapt terjadi
Daftar Pustaka
Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo

Patofisiologi, Diagnosis dan Terapi, Malang : Perdossi


Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan
Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC

Nurarif, Amin Huda % Kusuma, Hardhi, (2013), Aplikasi Asuhan


Keperawatan NANDA NIC-NOC, Jakarta, Medi Action Publishing.

Herdman, T. Heather. 2009. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional.


EGC. Jakarta

21
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A

DENGAN VERTIGO
“Diajukan untuk melengkapi tugas KMB (Keperawatan Medikal Bedah)”

OLEH:

RIO PRENANDI, S.Tr. Kep


NIM. 891221041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan berikut di susun oleh :

Nama : Rio Prenandi

NIM 891221041

Judul : Asuhan Keperawatan dengan vertigo

Telah di periksa dan disah kan oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Mahasiswa Pembimbing Akademik

Rio Prenandi, S.Tr.Kep Ns.Ali Akbar, M.Kep


PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN NY.M

NAMA : RIO PRENANDI

NIM :891221041

TEMPAT PENGKAJIAN : PUSKESMAS SENTEBANG

A. Identitas

1. Identitas Klien

Nama : TN.A
Tempat/tgl lahir : Sentebang , 13-08-1968
Golongan darah :O
Pendidikan terakhir : SLTA/Sederajat
Agama : Islam
Suku : Melayu
Status perkawinan : menikah
Pekerjaan : Pekebun
Alamat : Jl.Pertanian RT 07 RW 005 Desa Sentebang
Diagnosa medik : Vertigo
Tanggal masuk puskesmas : 23-10-2022
Tanggal Pengkajian : 24-10-2022
2. Identitas Penanggung jawab

Nama : NY.Erna
Umur : 52 tahun
Alamat : Jl.Pertanian RT 07 RW 005 Desa Sentebang
Hubungan dgn pasien : Istri
GENOGRAM

Keterangan :
: Laki-laki meninggal : Perempuan

: Perempuan meninggal : Pasien


: Laki-laki
B. Status Kesehatan
1. Status kesehatan saat ini
a. Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama :
Pasien masuk ke puskesmas dengan alasan nyeri kepala serasa bergelombang
pasien merasa nyeri nya hilang timbul dengan skala 5 ,pasien mengatakan nyeri
seperti di tusuk-tusuk , akibat nyeri pasien menjadi susah tidur,pasien terlihat
cemas akan penyakit yang di derita dengan perkataan sering menanyakan ke
perawat apakah saya bisa sembuh, Hasil tanda-tanda vital: TD: 130/90 mmHg, N:
90 x/menit, RR: 24 x/menit, S: 36.0 oC.
b. Lamanya keluhan
keluhan sudah terjadi kurang lebih 1 hari sebelum masuk puskesmas
c. Timbulnya keluhan: (√ ) bertahap ( ) mendadak

2. Status kesehatan lalu


a). Riwayat Penyakit Dahulu
pasien tidak pernah di rawat sebelumnya
b). Riwayat Penyakit keluarga
pasien tidak memiliki riwayat alergi dan operasi. Pasien mengatakan kalau
orang tua juga tidak memiliki riwayat penyakit yang sama di derita

C. Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik


1. Persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
a. Persepsi tentang
kesehatan diri
Persepsi pasien terhadap penyakitnya adalah merupakan cobaan Tuhan.
Ekspresi pasien terhadap penyakitnya adalah cemas dan bingung, Pasien
kooperatif saat interaksi,mengikuti anjuran dari dokter dan perawat dan
pasien ingin cepat sembuh
b. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya
Pengetahuan pasien terhadap penyakitnya pasien tidak mengetahui banyak
hal semenjak sebelum perawatan , dan setelah perawatan pasien mengetahui
informasi penyakitnya melalui penjelasan dokter
c. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
1) Kebiasaan diit yang adekuat, diit yang tidak sehat ? Keluarga mengatakan
pasien tidak diit dalam makanan
2) Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri Mandi 1 kali
sehari Keramas tidak pernah, Memotong kuku setiap 1 minggu sekali. Ganti
pakaian 1 kali sehari, Sikat gigi 1 hari sekali
3) Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit
Pasien biasanya meredakan sakitnya dengan minum obat warung
b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit ? Ke klinik dan rumah sakit

2. Nutrisi, cairan & metabolic


a. Gejala (subyektif)
1) Diit biasa (tipe) : rendah protein, jumlah makan per hari : 3x sehari
2) Pola diit : rendah protein,rendah garam . makan terakhir : bubur 1/2 sendok
makan
3) Nafsu/selera makan : tidak nafsu makan, Mual : (√ ) tidak ada
( ) ada, waktu , tidak menetu
4) Muntah : (√) tidak ada ( ) ada,
5) Nyeri ulu hati : (√ ) tidak ada ( ) ada,
6) Alergi makanan : (√ ) tidak ada ( ) ada
7) Masalah mengunyak/menelan : ( √ ) tidak ada () ada, jelaskan ,
8) Keluhan demam : ( √ ) tidak ada ( ) ada, jelaskan ,
9) Pola minum/cairan : jumlah minum, 150 cc Cairan yang biasa diminum , air
putih biasa

10) Penurunan bb dalam 6 bulan terakhir : ( )


tidak ada (√ )
b. Tanda (obyektif)
1) Suhu tubuh : 36,0 0 C Diaphoresis : (√ ) tidak a da ( ) ada
2) Berat badan : 60 kg, tinggi badan : 165 Cm Turgor kulit : Baik
3. Pernafasan, aktivitas dan latihan pernapasan
a. Gejala (subyektif)
1) Dispnea : (√) tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Pernapasan : frekwensi 22x/ menit
2) Penggunaan alat bantu nafas tidak ada
4. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan
a. Gejala (subyektif)
1) Kegiatan dalam pekerjaan, pasien tidak bekerja
2) Kesulitan/keluhan dalam aktivitas , gangguan untuk berjaln
5. Pergerakan tubuh
b) Kemampuan merubah posisi ( √) mandiri ( ) perlu bantuan,
c) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan, dll) ( )
mandiri ( √) perlu bantuan,
1) Toileting (BAB/BAK) : (√) mandiri,
2) Keluhan sesak nafas setelah beraktivitas : (√ ) tidak ada ( ) ada,
3) Mudah merasa kelelahan : (√ ) tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Penampilan umum
a) Tampak lemah : ( ) tidak (√ ) ya,
b) Kerapian berpakaian , sangat rapi karna di bantu keluarga
2) Pengkajian neuromuskuler

5 5

4 4
Tidak ada kelainan tulang belakang Tidak ada fraktur

Nilai risiko dekubitus , pasien dalam kategori tidak beresiko yaitu dengan
sekor 17 3) Bau badan , tidak ada bau mulut , tidak ada
Kondisi kulit kepala , bersih
Kebersihan kuku , kuku tangan bersih . kuku kaki agak panjang

7. Istirahat
a. Gejala (subyektif)
1). Masalah berhubungan dengan tidur
a) Insomnia : ( ) tidak ada (√ ) ada
b) Kurang puas/segar setelah bangun tidur : ( ) tidak ada (√ ) ada,
8. Lain-lain, sebutkan
a. Tanda (obyektif)
1) Tampak mengantuk/mata sayu : ( ) tidak ada ( √) ada, pasien kadang
kurang tidur
jika malam hari
2) Mata merah : ( ) tidak ada (√ ) ada
3) Sering menguap : ( ) tidak ada (√ ) ada
4) Kurang konsentrasi : (√ ) tidak ada ( ) ada
9. Sirkulasi
a. Gejala (subyektif)
1) Riwayat hipertensi dan masalah jantung , ada Riwayat edema kaki : ( ) tidak
ada (√ ) ada,
2) Rasa kesemutan , tidak ada
b. Tanda (obyektif)
1) Tekanan darah 130/80 mmHg
2) Bunyi jantung : lup dup frekuensi : < 2 detik Irama : brakikardi
3) Ekstremitas, suhu : 36,00 C
4) Warna mukosa : pucat bibir : kering
5) Konjungtiva : pucat
10.Eliminasi
a. Gejala (subyektif)
1) Pola BAB : frekuensi :1 x sehari konsistensi : cair
2) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal :
terpasang kolostomi/ileostomy) : tidak ada
3) Kesulitasn BAB konstipasi, tidak ada
4) Waktu BAB terakhir : 2 hari sebelum masuk pkm
11. Riwayat inkontinensia
1) Penggunaan alat-alat : misalnya pemasangan kateter : tidak ada
2) Riwayat penggunaan diuretik : tidak ada
3) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK :tidak ada
4) Kesulitan BAK : tidak ada
a. Tanda (obyektif)
1) Abdomen
a) Inspeksi : abdomen membuncit /tidak,
b) Auskultasi : bising usus , peristaltik 18x /menit bunyi abnormal (√ ) tidak
ada
c) Perkusi
(1) Bunyi tympani ( ) tidak ada (√ ) ada Kembung : ( ) tidak ada ( √) ada
(2) Bunyi abnormal (√ ) tidak ada ( ) ada

2) Palpasi : ada nyeri tekan


3) Nyeri tekan : ada
4) Konsistensi : lunak/keras : cair
5) Pola BAB : konsistensi , cair Warna : kuning kecoklatan Abnormal : (√ )
tidak ada () ada
6) Pola BAK
d) Distensi kandung kemih : (√ ) tidak ada ( ) ada
1) Karakteristik urin : pekat
Jumlah : 150 cc bau : normal.
12. Neurosensori dan kognitif

a. Gejala (subyektif)
1) Adanya nyeri
P = paliatif/provokatif (yang mengurangi/meningkatkan nyeri)
(nyeri kepala)
Q = qualitas/quantitas (frekuensi dan lamanya keluhan dirasakan serta
deskripsi
sifat nyeri yang dirasakan
(seperti di tusuk dan terasa bergelombang)
R = region/tempat (lokasi sumber & penyebarannya)
(kepala)
S = severity/tingkat berat nyeri (skala nyeri 1-10)
(5)
T = time (kapan keluhan dirasakan dan lamanya) (hilang timbul)
2) Rasa ingin pingsan/pusing ada
13. Sakit kepala : lokasi nyeri (terasa seluruh kepala)
a. Tanda (obyektif)
1) Status mental
Kesadaran : ( √) composmentis, ( ) apatis. ( )somnolen, ( ) spoor, ( ) koma
2) Alat bantu penglihatan/pendengaran (√ ) tidak ada ( ) ada,

14. Keamanan
1) Gejala (subyektif)
• Alergi :
- Obat-obatan : tidak ada
- Makanan : tidak ada
2) Faktor lingkungan :
a) Riwayat penyakit hubungan seksual : ( √) tidak ada ( ) ada, jelaskan
3) Kerusakan penglihatan, pendengaran : (√ ) tidak ada ( ) ada
4) Riwayat cidera ( √) tidak ada ( ) ada
15. Pola nilai kepercayaan dan spiritual
a. Gejala (subyektif)
i. Sumber kekuatan bagi pasien
ii. Perasaan menyalahkan tuhan : (√ ) tidak ada ( ) ada
iii. Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan,
macam : Sebelum sakit pasien jarang beribadah , selama sakit belum
pernah beribadah
iv. Adakah keyakinan/kebudayaan yang dianut pasien yang bertentangan
dengan kesehatan ( √ ) tidak ada ( ) ada .
b. Tanda (obyektif)
i. Perubahan perilaku
ii. Menolak pengobatan ( √) tidak ada ( ) ada
DATA PENUNJANG
TANGGAL : 23 Oktober 2022

No Pasien Hasil Tanggal Hasil Normal

1. Pasien ( Tn.A) 1. Hemoglobin 15,0 g/dl 22 oktober 2022 14,0 – 18,0 g/dl

PENGOBATAN TN.A
TANGGAL : 24 Oktober 2022
Nama Obat Kandungan Bentuk Kekuatan Dosis/Aturan Cara
Obat Obat Pakai Pemberian
Asam
Mefinnal mefenamat Tablet 500 mg 3x1 po
Histigo betahistine Tablet 6 mg 3x1 Po
Methyl
Rhemafar prednisolone Tablet 4 mg 3x1 PO
lanzoparazole lanzoprazole capsul 30 mg 1x1 PO
TANGGAL : 25 Oktober 2022
Nama Obat Kandungan Bentuk Kekuatan Dosis/Aturan Cara
Obat Obat Pakai Pemberian
Asam
Mefinnal mefenamat Tablet 500 mg 3x1 po
Histigo betahistine Tablet 6 mg 3x1 Po
Methyl
Rhemafar prednisolone Tablet 4 mg 3x1 PO
lanzoparazole lanzoprazole capsul 30 mg 1x1 PO
TANGGAL : 26 Oktober 2022
Nama Obat Kandungan Bentuk Kekuatan Dosis/Aturan Cara
Obat Obat Pakai Pemberian
Asam
Mefinnal mefenamat Tablet 500 mg 3x1 Po
Histigo betehistine Tablet 6 mg 3x1 Po
Methyl
Rhemafar prednisolone Tablet 4 mg 3x1 PO
lanzoparazole lanzoprazole capsul 30 mg 1x1 PO
ANALISA DATA

Analisa Data Pada Pasien (TN.A )

No. Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subjektif : Adanya tekanan intra kranial Nyeri akut
pasien mengatakan nyeri
p-nyeri kepala
q-seperti di tusuk
r-seluruh kepala
. s-5
1.
Data Objektif :
a. Px memegangi daerah yang sakit
b. Px meringis

Data Subjektif: Penurunan fungsi kognitif Ansietas


a. Pasien mengatakan khawatir akan penyakit yang di
derita
2.
Data objektif:
a. pasien tampak gelisah

Data Subjektif : Adanya tekanan pada otot leher Gangguan Pola Tidur
a. Pasien mengatakan susah tidur
b. Pasien mengatakan tidur hanya 3 jam
Data Objektif :
3. a. Mata berkantung
b. Pasien lemas
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Pasien Tn. S
No Tanggal Tanggal Diagnosa
Ditemukan Teratasi Keperawatan
1. 24 Oktober 2022 25 oktober 2022 Nyeri Akut (D0077)

dibuktikan dengan
pasien mengatakan
Nyeri pada kepala dan leher seperti di tusuk dan pasien
meringis dg skala nyeri 5 nyeri nya hilang timbul

2. 24 Oktober 2022 25 oktober 2022 Ansietas(D.0080)

Dibuktikan dengan pasien bingung dan khawatir dg


penyakit yang di derita

3. 24 Oktober 2022 25 oktober 2022 gangguan pola tidur (D.0055)


dibuktikan dengan
pasien mengatakan tidur hanya 3 jam,bangun tidur tidak
puas tidurnya,terdapat kantung mata,px sering menguap
dan gelisah
PERENCANAAN

DX TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN


KEP DITEMUKAN KEPERAWATAN
Nyeri akut Berhubungan
dengan adanya tekanan
1. 24/10/2022 intra kranial Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
keperawatan selama 3x8 jam
maka nyeri berkurang 1 Pemantauan nyeri secara konprhensip (pqrs)
dengan kriteria hasil: 2 Edukasi teknik nafas dalam
3 Kolaborasi pemberian obat
1.Px mengatakan
perasaaan nyaman setelah
nyeri berkurang
2 . Px mengatakan nyeri
sudah hilang Terapeutik
Kendalikan faktor lingkungan yang dapat membuat
nyeri
Membuat suasana yang kondusif

Edukasi
. Anjurkan tetap melakukan teknik manajemen nyeri
Anjurkan pasian disiplin minum obat

Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengatasi


nyeri(mis. Relaksasi, terapi musik,)
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antinyeri
DX TANGGAL DIAGNOSA TUJUAN DAN HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
KEP DITEMUKAN KEPERAWATAN
Ansietas berhubungan
dengan penurunan
2. 24/10/2022 fungsi kognitif Setelah dilakukan asuhan Tindakan
Observasi:
keperawatan selama 3x8 Memonitor tanda tanda ansietas
jam diharapkan Ansietas
dapat dikendalikan dengan
kriteria hasil
Px mengatakan sudah
mengerti dg keadaan yang
1. di derita Terapeutik:
Memberikanlingkungan yang kondusif
Menemani pasien untuk mengurangi kecemasan
2. Px terlihat lebih tenang
Edukasi
Menjelaskan tentang pengobatan,diagnose

Kolaborasi
Melakukan kolaborasi dalam pemberian antiansietas jika perlu
Gangguan pola tidur
berhubungan tekanan
3. 24/10/2022 pada otot leher Setelah dilakukan tindakan Manajemen tidur
keperawatan selama 3x8 jam Observasi:
Meningkat nya klualitas Mengkaji gangguan tidur px
tidur dengan kriteria
Monitor lama tidur px
hasil:
1. Tidur sudah 7-8 jam Terapeutik
Batasi asupan makanan sebelum tidur
Ciptakan lingkung yang kondusif untuk tidur
2. Bangun tidur segar
Edukasi
3. Mata tidak berkantung Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
IMPLEMENTASI
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
Senin 24/10/2022
Pasien mengatakan merasa
nyeri di kepala dan
Mengkaji lokasi,krakteristik leher,seperti di tusuk,hilang
07.20 1.1 nyeri timbul

Mengkaji tanda non verbal Pasien terlihat meringis dg


07.25 1.2 pasien skala 5

Px mengatakan cemas karena


kurang tau tentang
08.00 2.1 Mengkaji kecemasan pasien penyakitnya,px gelisah

Td.130/80MmHg
Memonitor ttv dan n.80x/mnit. rr.22x/mnit.px
menjelasn tentang mendengarkan penjelasan dg
08.05 2.2 diagnose,perawatan. baik

Pasien mengatakan tidur


10.35 3.1 Menanyakan apakah hanya 3 jam
pasien mengalami
gangguan tidur
Mengkaji penyebab px terbangun karena sering
10.40 3.2 gangguan tidur nyeri yang hilang timbul

11.30 1.4 Memberikan posisi Pasien terlihat lebih nyaman


Semifowler
1.5 memberikan terapi Pasien mendapatkan terapi
12.00 kolaborasi famakologi farmakologi

Pasien mengerti dan


Mengajarkan manajemen mengatakan akan
13.00 1.6 nyeri dg nafas dalam mencobanya jika nyeri dtang

Selasa/25/10/202
2 Pasien mengatakan merasa
nyeri sudah berrkurang di
Mengkaji lokasi,krakteristik kepala dan leher,seperti di
07.20 tusuk,hilang timbul
1.1 nyeri

Mengkaji tanda non verbal Pasien terlihat jarang


07.25 1.2 pasien meringis dg skala 4

Kecemasan mulai berkurang


Mengkaji tingkat kecemasan karena sudah mendapatkn
08.00 2.1 px informasi dari petugas medis

Td.120/80MmHg.n.80x/mnit
08.05 2.2 Memonitor ttv rr.22x/mnit
Pasien mengatakan tidur
Rabu101.23/51 23.1 Menanyakan apakah sudah 5 jam
0/202
pasien mengalami
gangguan tidur
Mengkaji penyebab px terbangun karena sering
10.40 3.2 gangguan tidur nyeri yang hilang timbul

1.5 memberikan terapi Pasien mendapatkan terapi


12.00 kolaborasi famakologi farmakologi

Pasien mengatakan
jarang merasa nyeri
Ra Mengkaji di kepala dan
bu/26/10/2022 lokasi,krakteristik leher,seperti di
07.20 1.1 nyeri tusuk,hilang timbul

Mengkaji tanda non Pasien jarang


07.20 1.2 verbal pasien meringis dg skala 2

Px sudah tidak lagi


08.10 2.1 Mengkaji kecemasan px cemas

Td.120/70MmHg
n.80x/mnit
08.15 2.2 Melakukan observasi ttv rr.20x/mnit

Pasien mengatakan
10.15 3.1 Menanyakan apakah tidur sudah 7-8 jam
pasien mengalami
gangguan tidur
1.5 memberikan terapi kolaborasi Pasien mendapatkan
12.00 famakologi terapi farmakologi
EVALUASI
No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)
S : - Pasien mengatakan nyeri di kepala dan
1. Hari 1 Dx 1 leher,seperti di tusuk,hilang timbul,skala 7
24/10/2022 Nyeri akut
11.00
O : - Pasien terlihat sering meringis
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1.1 mengkaji nyeri
1.2 mengkaji tanda non verbal

S : Pasien mengatakan cemas akan


2. Dx 2 penyakitnya
Ansietas
O: px terlihat gelisah
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
2.1 meobservasi kecemasan
2.2 monitor ttv dan memberi penjelasan
tentang diagnose dan perawatan

Dx 3 S : - Pasien mengatakan sering terbangun


3. Gangguan pola tidur tidur akibat nyeri ,tidur hanya 3 jam
O : - px terlihan lemas
- Ada kantung mata
-px sering menguap
A:-masalah belum teratasi
P:-lanjutkan intervensi
3.1 menanyakan apa penyebab gangguan
tidur
3.2 mengkaji kualitas tidur px

No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)


S : - Pasien mengatakan nyeri mulai
berkurang di kepala dan leher,seperti di
1. Hari ke 2 Dx 1 tusuk,hilang timbul,skala 4
O : - Pasien terlihat jarang meringis
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1.1 mengkaji nyeri
1.2 mengkaji tanda non verbal

S : Pasien mengatakan setelah di beri


penjelasan pasien cukup mengerti dan
2. Dx 2 mengurangi kecemasan
Ansietas
O:pc lebih tenang
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
2.1 mengkaji kecemasan px
2.2 Melakukan observasi ttv
Dx 3 S : - Pasien mengatakan sering terbangun
3. Gangguan pola tidur tidur akibat nyeri ,tidur hanya 5 jam
O : - px terlihan lemas
- Ada kantung mata
-px sering menguap
A:-masalah teratasi sebagian
P:-lanjutkan intervensi
3.1 menanyakan apa penyebab gangguan
tidur
3.2 mengkaji kualitas tidur px

No. Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Evaluasi (SOAP)


S : - Pasien mengatakan nyeri di kepala dan
leher sudah jarang sekali terasa,seperti di
1. Hari 3 Dx 1 tusuk,hilang timbul,skala 2
26/10/2022 Nyeri akut
11.00
O : - Pasien terlihat lebih rilek
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
1.1 mengkaji nyeri
1.2 mengkaji tanda non verbal

S : Pasien mengatakan tidak cemas dan


2. Dx 2 mengerti dg kondisinya
Ansietas
O: px terlihat tenang
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

Dx 3 S : - Pasien mengatakan sudah tidur dg baik


3. Gangguan pola tidur tidur 7-8 jam
O : - px terlihat lebih segar
- tidak Ada kantung mata

A:-masalah teratasi
P:- intervensi di hentikan
DAFTAR HADIR PRAKTEK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PRODI
NERS STIKES YARSI PONTIANAK
Nama: Rio Prenandi
Nim : 891221041
tanggal 24/10/2022
No Hari/Tgl Jam Jam Istirahat TTD TTD
Datang Pulang Mahasiswa Preseptor

1 Senin/24/10/22 07-00 14-00 11-40


Selasa/25/10/22 07-00 14-00 11-40
Rabu/26/10/22 07-00 14-00 11-40
Kamis/27/10/22 07-00 14-00 11-40
Jumat/28/10/22 07-00 14-00 11-00
Sabtu/29/10/22 07-00 11-00 -

DAFTAR TOPIK DISKUSI


Lahan Praktik: Puskesmas Sentebang
No Topik Diskusi Tanggal diskusi TTD
Pembimbing
1 Pembahasan pengambilan kasus 24-10-2022
2
3
4
KEGIATAN BIMBINGAN KEPERAWATAN
Nama Pembimbing : Ns. Ali Akbar, M.Kep

No Hari/Tgl Ket Kegiatan Bimbingan Paraf


1 senin/24/10/22 Via.wa Memberikan penjelasan Tugas lp
dan meminta list daftar lp dan
grub
Askep Yang Akan diKumpulkan
2
3
4
SOP(standar operational procedure)

No. Tahap Nyeri : Deep breathing/ Nafas


SOP Manajemen Aktifitas
dalam
1 Pra Interaksi Manajemen
MembacaNyeri
status: pasien
Deep breathing/ Nafas dalam
Menyiapkan diri dan alat yang dibutuhkan
2 Orientasi Memberikan salam (senyum)
Mengenalkan diri
Mengklarifikasi masalah nyeri
Menyampaikan tujuan kedatangan dan tindakan
Menjelaskan prosedur
Meminta kesediaan pasien
3 Kerja Mengatur posisi pasien
. Meminta pasien untuk memejamkan mata
. Mengintruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui hidung
dan mengeluarkan secara perlahan-lahan melalui mulut
. Mengintruksikan pasien untuk mengulangi prosedur di atas minimal
sebanyak 3 kali
4 Terminasi . Memberitahukan bahwa tindakan sudah dilakukan
. Mengevaluasi tindakan
. Menyampaikan rencana tindak lanjut
. Berpamitan, salam dan senyum

LINK JURNAL
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JKA/article/view/1087
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/download/3162/2176
LINK VIDEO
https://www.youtube.com/watch?v=rXvkLvFMPg

Anda mungkin juga menyukai