Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organ pada saluran pencernaan, saluran limfatik, saluran urogenital dan saluran
reproduksi merupakan organ tubuh yang berada di ruang abdomen. Semua organ tersebut
dapat ditemukan dengan menggunakan teknik operasi laparotomi

Laparotomi berasal dari dua kata terpisah , yaitu laparo dan tomi . Laparo sendiri berarti
perut atau abdomen sedangkan tomi berarti penyayatan . Sehingga laparatomi dapat di
definisikan sebagai penyayatan pada dinding abdomen atau perionetal . Istilah lain untuk
laparatomi adalah celiotomi (Fossum , 2002)

Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan
penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen yang
mengalami masalah, misalnya kanker, pendarahan, obstruksi, dan perforasi (Sjamsuhidajat, et
al, 2010). Laparotomi merupakan salah satu tindakan bedah abdomen yang berisiko 4,46 kali
terjadinya komplikasi infeksi pasca operasi dibanding tindakan bedah lainnya (Haryanti, et
al, 2013).

Herniotomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dan memotong
kantong hernia ke cavum abdominalis. Herniorapi adalah suatu tindakan pembedahan dengan
cara mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada tendon supaya tidak masuk lagi.
Hernioplasti adalah suatu tindakan pembedahan memberi kekuatan pada dinding perut dan
menghilangkan (menutup pintu hernia) sehingga tidak residif dengan cara mengikatkan
conjoin ke ligamentum inguinal. Hal ini tidak dilakukan pada pasien anak-anak.

Operasi herniografi pertama kali dilakukan oleh seorang bedah italia bernama Eduardo
Bassini tahun 1884 . Prinsip Herniografi pada Bassini adalah penjahitan tonjolan tendon
dengan ligamentum inguinalis . Kemudian metode Bassini di kembangkan dengan berbagai
variasi nya dan melaporkan 8 pasien rekuren dari 206 operasi yang di lakukan selama 5
tahun.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana pengertian laparatomi?
1.2.2 Bagaimana jenis laparatomi?
1.2.3 Bagaimana persiapan sebelum laparatomi?
1.2.4 Bagaimana persiapan instrumen laparatomi?
1.2.5 Bagaimana teknik laparatomi?
1.2.6 Bagaimana sesudah laparatomi?
1.2.7 Bagaimana komplikasi?
1.2.8 Bagaimana pengertian herniotomi?
1.2.9 Bagaimana jenis herniotomi?
1.2.10 Bagaimana tindakan herniotomi?
1.2.11 Bagaimana persiapan alat herniotomi?
1.2.12 Bagaimana pelaksanaan instrumen herniotomi?
1.2.13 Bagaimana komplikasi herniotomi?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui pegertian laparotomi
1.3.2 Untuk mengetahui jenis laparotomi
1.3.3 Untuk mengetahui persiapan sebelum laparotomi
1.3.4 Untuk mengetahui instrumen laparatomi
1.3.5 Untuk mengetahui teknik laparotomi
1.3.6 Untuk mengetahu sesudah laparotomi
1.3.7 Untuk mengetahui komplikasi laparotomi
1.3.8 Untuk megetahui pengertian herniotomi
1.3.9 Untuk mengetahui jenis herniotomi
1.3.10 Untuk mengetahui tindakan herniotomi
1.3.11 Untuk mengetahui persiapan alat herniotomi
1.3.12 Untuk mengetahui pelaksanaan instrumen herniotomi
1.3.13 Untuk mengetahui komplikasi hernio

2
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Laparatomi

Laparatomi adalah insisi melalui dinding perut atau abdomen (Samsi,C. 1999).
Laparatomi merupakan penyayatan operasi melalui dinding abdominal midline atau flank
untuk melakukan visualisasi organ di dalam abdominal (Boden 2005).

2.2 Jenis Laparatomi Menurut Indikasi

1. Adrenalektomi

Operasi pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar adrenalin.

2. Appendiktomi

Operasi pengangkatan appendiks.

3. Gasterektomi

Operasi pengangkatan sepertiga distal lambung (duodenum/jejunum,


mengangkat sel-sel pengkahasil gastrin dalam bagian sel pariental).

4. Histerektomi

Operasi pengangkatan kandung (rahim, uterus) seorang wanita.

5. Kolektomi

Operasi eksisi bagian kolon atau seluruh kolon.

6. Nefrektomi

Operasi pengangkatan ginjal.

7. Pankreatomi

Operasi pengangkatan pancreas.

8. Seksio Sesaria

3
Operasi pengangkatan janin dengan membuka dinding ovarium melalui
abdomen.

9. Sistektomi

Operasi pengangkatan kandung kemih.

10. Selfigo Oofarektomi

Operasi pengangkatan salah satu atau kedua tuba falopi dan ovarium.

2.3 Sebelum Laparatomi

Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan dokter sebelum prosedur


laparatomi adalah :

1. Pemeriksaan fisik : umumnya meliputi pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan


fisik secara keseluruhan, serta pemeriksaan lain untuk memastikan kondisi pasien
siap untuk menjalani operasi.
2. Pemindaian : pemeriksaan foto rontgen, CT Scan dan MRI untuk membantu
dokter merencanakan prosedur.
3. Pemeriksaan darah : pemeriksaan ini dilakukan untuk memantau kadar elektrolit,
gula darah, serta fungsi organ tubuh seperti jantung dan paru-paru.
2.4 Persiapan Instrumen
2.4.1 Peralatan Penunjang Laparatomi
1. Meja operasi dan alas meja (perlak&underpad)
2. Mesin suction
3. Mesin Diathermi / ElectroCutter dan Ground Couter
4. Lampu Operasi
5. Meja Mayo / Instrument
6. Meja Linen
7. Standart Infus
8. Tempat Sampah
9. Tempat Linen Kotor
10. Schort
11. Hypafix
12. Gunting Verband / Bandage Scissors

4
2.4.2 Persiapan Meja Linen
1. Linen Set Steril
a. Handuk lap kecil (3)
b. Jas/gaun oeprasi (3)
c. Linen besar (2)
d. Linen kecil (4)
e. Sarung meja mayo (1)
2. Bengkok kecil (1)
3. Kom kecil (2)
4. Kom besar (1)
5. Slang suction (1)
6. Kabel counter (1)
2.4.3 Bahan Penunjang Operasi (bahan habis pakai)
1. Handschoen no. 6.5/7/7,5/8
2. Cairan desinfektan (betadine 1% dan alkohol 70%)
3. Cairan NACL 0,9% 1 L
4. Cairan aqua steril 1 L
5. Sufratulle
6. Mess no.23 dan no.22
7. Kassa steril
8. Rool kasa buntut
9. NGT no.18
Benang Heatting Laparatomi :
a. Siede/Silk No. 2-0 dan 3-0
b. Peritonium
Plain Catgut No. 0/2-0 atauGut Cromic No. 0/2-0
c. Otot
Plain Catgut No. 0/2-0 atauGut Cromic No. 0/2-0
d. Facia
Safil/Vicryl/PolysorbsNo. 1/0/2-0
e. Jaringan Lemak/Subcutis
Plain Catgut No. 0/2-0 atauGut Cromic No. 0/2-0
f. Kulit
5
Subcuticular Suture :Monosyn/Polysorb/VicrylNo. 3-0
Single Suture :Prolene/Dermalon/Dafilon/Nylon No.
2-0/3-0
2.4.4 Persiapan Meja Instrumen (Set Instrumen Dasar)
1. Desinfektan Klem Dressing Forsep Sponge Holding Forceps) (1)
2. Duk Klem (Towel Forceps) [6]
3. Handvat Mes/Knife HandleNo. 3 [1] No. 4 (1)
4. Pincet Anatomi [2]
5. Pincet Chirurrgie (2)
6. Arteri Klem
Van Pean Lurus [6]
Van Pean Bengkok 6" [6)
Van Pean Bengkok 8" (6)
Van Kocher Bengkok (6)
Van Kocher Lurus (6)
7. Gunting Preparasi/
Mayo Dissecting Scissors
Straight/Lurus 7" (1)
Curved/Bengkok 7" (1)
8. Gunting Metzemboum/
Metzenbaum Scissors
Curved/Bengkok 7" (1)
Curved/Bengkok 9" [1]
Straight/Lurus 9" [1]
9. Mayo Scissors/
Gunting Benang
Curved/Bengkok [1]
Straight/Lurus [1]
10. Needle Holder [2]
11. Woundhaag
Gigi 4 Tajam [2]
Gigi 4 Tumpul [2]
Berdaun/Rowhag [2]
12. U.S. Army Retractor/Langenbeck [2]
6
13. Otomatis Retractor [1]
14. Abdominal Retractors [1]
15. Intestinal Clamp
Curved, 9”/229mm [2]
Straight, 8”/203mm [6]
16. Sponge Holding Forceps/ Ovum Forceps/Ring Klem/Klem Ovarium [2]

2.4.5 Tekhnik Operasi Laparatomi


1. Setelah pasien diberikan anastesi, diposisikan supinasi, kemudian pasang
underpaddan ground couter di kaki
2. Perawat instrument dan asisten mengenakan skort, melakukan surgical scrubing,
gown steril dan handscone steril kemudian membantu operator untuk mengenakan
gown steril dan handscone
3. Perawat instrument menata instrumen, alat dan bahan steril dimeja linen dan
mayountuk kelancaran operasi dandokumentasi perioperative
4. Berikan desinfeksi klem (1), deepres/kasa, alkohol dan povidon iodine 10%
dalam cucing pada asisten untuk melakukan desinfeksi pada lapangan/area operasi
5. Lakukan drapping dengan urutan :
Duk besar [ke-1] untuk bagian bawah badan ( menutup perutbawah, paha dan kaki
), duk besar [ke-2], membuka duk besar ke-2 diatas duk ke-1 baru diletakan
dibagian atas pasien( menutup perut atas, dada sampai skat pembatas kepala
pasien ) ,duk kecil [2], untuk bagian kanan/kiri badan,fiksasi dengan duk klem [4]
6. Dekatkan meja mayo dan linen lalu pasang kabel coutter dan selang suction lalu
fiksasi dgnduk klem [1]
7. Berikan kasa basah dan kering pada operator untuk membersihkan
lapangan operasi dari povidon iodine
8. Berikan pada operator pinset chirhugis untuk making /menandai area insisi
9. Jika persiapan sudah berjalan dgn baik, maka dilakukan time out/konfirmasi oleh
perawatsirkuler meliputi :
- Nama Pasien
- No. RM
- Prosedur operasi
- Lokasi insisi sdh benar
- Sudahkah dilakukan pemberian profilaksis antibiotic
7
- Bagaimana mencegah kejadian tidak diharapkan yang meliputi bidang
bedah dan anestesi
- Hasil pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, rontgen, PA, cardiologi dll.
- Pemeriksaan jumlah dan jenis instrumen dan BHP. Setelah lengkap
operator memimpin do'a utk tim operasi dan pasien
:BismillahirrahmanirrahimHasbunallaahu wani'mal wakiilálallaahi
tawakkalnaa"Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Allah adalah sebaik-
baik pelindung, kepada Allah kami berserah diri". ( HR. Timizi dari Abi Said Al
Khudri )

10. Berikan handvat mess no.3 ( dgn media nierbekken ) pada operator, lalu berikan
pean mosquito dan kasa pd asisten untuk merawat pendarahan.

11. Operator melakuan sayatan/ insisi menggunakan handvat mess no.3 lapis demi
lapis sesuai anatomi lapisan perut dan dimulai dari lapisan kulit

12. Dibawah kulit perut akan kelihatan putih, yang dinamai dengan subkutis.
Kemudian, pisau disayatkan lagi dengan hati-hati, sehingga kelihatan lemak.

13. Lemak perut merupakan jaringan lunak, cukup dikuak dengan tangan sehingga
akan kelihatan fasia, yaitu lapisan berwarna putih dan keras untukmenutupi otot perut.

14. Setelah fasia kelihatan jelas dan terbebas dari lemak, maka pisau kembali beraksi
dengan penuh kehati-hatian, sehingga tampaklah serat kasarberwarna merah yang
disebut juga dengan otot.

15. Otot tidak dipotong, tapi kembali dikuakkan dengan instrumen bedah lainya
atau dikuak dengan jari tangan, sehingga penggunaan pisaupun berakhir sampai
disini.

16. Dibawah otot terdapat lapisan akhir perut, yaitu peritonium. Peritonium ini dijepit
dengan klem dan diangkat sedikit keatas, kemudian digunting dengan hati-hati agar
ususatau organ lain dalam perut tidak terluka/cedera.

17. Peritonium digunting samping kiri dan kanan atau dari atas kebawah, maka
kelihatanlah organ/isi dalam perut.

8
18. Setelah langkah-langkah diatas dilakukan hati-hati, maka dicarilah penyebab
penyakit/organ yang akan diperbaiki melalui pembedahan
invasiflaparatomi.Kemudian setelah selesaiproses laparatomi, dijahit kembali lapis
demi lapi sesuai anatomi lapisan perut, sehingga perut yang terbukabertaut kembali.

2.5 Teknik Laparatomi

1. Insisi bila insisi kulit dikerjakan melalui garis Langers (garis tranversal sejajar pada
tubuh manusia) maka jaringan parut yang terbentuk adalah minimal.
2. Jenis insisi
a. Insisi pada garis tengah abdomen (mid-line incision)
Paparan bidang pembedahan yang baik.Dapat diperluas ke cephalad (kearah
kranial).Penyembuhan dan kosmetik tidak sebaik insisi tranversal. Dipilih cara ini
bila insisi tranversal diperkirakan tidak dapat memberikan paparan bidang
pembedahan yang memadai. Diplih pada kasus gawat darurat.
1) Pemotongan pada linea alba dengan scapel pada insisi garis tengah
2) Insisi diperdalam sehingga memotong lemak subkutis, anterior dan posterior
shealth dari m.rectus serta peritoneum
3) Membuka peritoneum dengan scalpel secara hati-hati dan terlihat usus kecil
yang menonjol dibalik insisi peritoneum
4) Insisi peritoneum dipeluas ke cephalad dengan gunting Mayo kea rah
umbilicus
b. Insisi pada garis tranversal abdomen bagian bawah (pfannenstiel incision) sering
digunakan pada pembedahan obstetric dan ginekologi.
c. Insisi Gridiron (muscle splitting incision)
1) Keuntungan
 Jarang terjadi herniasi pasca bedah
 Kosmetik lebih baik
 Kenyamanan pasca bedah bagi pasien lebih baik
2) Kerugian
 Daerah pemaparan (lapangan operasi) lebih terbatas
 Teknik relatif lebih sulit
 Perdarahan akibat pemisahan facia dari lemak lebih banyak
d. Jenis insisi Traversal

9
1) Insisi Pfannenstiel : kekuatan pasca bedah baik, paparan bidang bedah kurang
baik, insisi kulit tranversal semilunar 2 cm suprasimfisis.
2) Insisi Maylard : paparan bidang bedah lebih baik disbanding pfannenstiel.
Disbanding insisi midline, nyeri pasca bedah kurang, penyembuhan lebih kuat
dan pelekatan minimal namun, ekstensi ke bagian kranial sangat terbatas
sehingga akses pada organ abdomen bagian atas sangat kurang.
3) Insisi Cherney : perbedaan dengaan insisi maylard pemotongan m.rectus
dilakukan pada origo di simfisis pubis penyembuhan bedah kekuatan yang
baik dan paparan bidang pembedahan terbatas.
2.6 Sesudah Laparatomi

Sesaat setelah tindakan laparatomi dilakukan, pasien akan dipindahkan keruang


perawatan untuk observasi lebih lanjut. Bagi pasien yang melakukan laparatomi darurat,
dokter mungkin akan memidahkan pasien keruang ICU agar dapat dipantau secara intensif.
Dokter akan memberikan obat pereda rasa nyeri seperti paracetamol atau morphine, sesuai
tingkatan nyeri yang dialami. Obat antiemetic juga akan diberikan untuk mengurangi rasa
kembung dan mual.

2.7 Komplikasi Laparatomi

Tindakan laparatomi, baik secara darurat atau terjadwal, berisikoo mengakibatkan


komplikasi. Beberapa risiko yang bisa terjadi sesaat setelah operasi adalah :

1. Terhentinya gerakan peristaltic usus (ileus paralitik).


2. Penumpukan nanah di dalam organ tubuh (abses).
3. Infeksi pada luka operasi.
4. Terbukanya jahitan pada dinding perut.
5. Terbentunya lubang pada saluran cerna.
6. Kolaps pada paru dikarenakan penyumbatan pada bronkus atau bronkiolus.
7. Obstruksi usus.
8. Perdarahan.
2.8 Pengertian Herniotomi

Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,


kantong hernia dibuka da nisi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian
direposisi, kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

10
2.9 Jenis-jenis Hernia
Hernia terdiri atas beberapa jenis, yaitu:

 Hernia inguinalis, terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak di rongga perut
mencuat ke selangkangan. Hernia inguinalis merupakan jenis hernia yang paling
sering terjadi dan pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya.
 Hernia femoralis, terjadi ketika jaringan lemak atau sebagian usus mencuat ke paha
atas bagian dalam. Risiko wanita menderita jenis hernia ini lebih tinggi, terutama
wanita hamil atau memiliki berat badan berlebih (obesitas).
 Hernia umbilikus, terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak mendorong dan
mencuat di dinding perut, tepatnya di pusar. Jenis hernia ini biasanya dialami oleh
bayi dan anak di bawah usia 6 bulan akibat lubang tali pusat tidak tertutup sempurna
setelah bayi lahir.
 Hernia hiatus, terjadi ketika sebagian lambung mencuat ke dalam rongga dada
melalui diafragma (sekat antara rongga dada dan rongga perut). Jenis hernia ini
umumnya terjadi pada lansia (>50 tahun). Jika seorang anak mengalami hernia hiatus,
kondisi tersebut disebabkan oleh kelainan bawaan.
 Hernia insisional, terjadi ketika usus atau jaringan mencuat melalui bekas luka
operasi di bagian perut atau panggul.
 Hernia epigastrik, terjadi ketika jaringan lemak mencuat melalui dinding perut
bagian atas, tepatnya dari uluhati hingga pusar.
 Hernia spigelian, terjadi ketika sebagian usus mendorong jaringan ikat (spigelian
fascia) yang terletak di sisi luar otot rektus abdominus, yaitu otot yang membentang
dari tulang rusuk hingga tulang panggul dengan karakteristik tonjolan yang dikenal
dengan ‘six pack’. Hernia spigelian paling sering timbul di daerah sabuk spigelian,
yaitu daerah pusar ke bawah.
 Hernia diafragma, terjadi ketika sebagian organ lambung mencuat masuk ke rongga
dada melalui celah diafragma. Hernia jenis ini juga dapat dialami oleh bayi ketika
pembentukan diafragma kurang sempurna.
 Hernia otot, terjadi ketika sebagian otot mencuat melalui dinding perut. Jenis hernia
ini juga dapat terjadi pada otot kaki akibat cedera saat berolahraga.

11
2.10 Proses Tindakan Herniotomi

Membuat sayatan miring dua jari diatas sias, kemudian kanalis inguinalis
dibuka, memisahkan funikulus, dan kantong hernia dilepaskan dari dalam tali sperma,
dilakukan duplikasi (pembuatan kantong hernia), kemudian isi hernia dibebaskan jika
ada perlengketan, kemudia direposisi.Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin
lalu dipotong.

2.11 Persiapan Alat

1. Alat tidak steril


a. Meja operasi
b. Mesin cauter
c. Lampu
d. Tempat sampah medis
e. Tempat sampah baju, duk operasi
f. Mesin anestesi
g. Tiang infuse
2. Bahan media habis pakai
a. Kassa steril 100
b. Betadin 1
c. Alcohol 1
d. Polisorb no. 1 1
e. Plain no. 2/0 1
f. Surgipro no. 2/0 1
g. Handscoen 4
h. Set infus 1

3. Set yang dipakai (instrument yang digunakan)


a. Instrument steril (set dasar)
1) Mess 24 1
2) Scapel mess 4 1
3) Pinset anatomis 2
4) Pinset cirurgis 2
5) Gunting jaringan 2

12
6) Needle holder 3
7) Gunting benang 1
8) Hemostatic forcep Kelly 6
9) Hemostatic forcep kocher 6
10) Hemostatic forcep Rochester pean 9
11) Sponge holding forcep 2
12) Pengait langenbeck 2
2.12 Pelaksanaan Asisten atau Instrumen
1. Disinfeksi daerah operasi
2. Alcohol, klem panjang, betadin, kom 2 buah
3. Penutup area operasi (draping) Duk besar (2), duk lubang (1), duk sedang (2), duk
klem (4)
4. Insisi lokasi operasi
5. Skapel dan bisturi, pinset anatomis, kasa kering
6. Mengkater pembuluh darah cutterm klem arteri
7. Mengedep perdarahan kasa kering, klem arteri
8. Memisahkan jaringan ohak dan hak kecil
9. Pengangkatan fasia
10. Koker dan klem
11. Pengangkat kantong hernia pinset sirurgis, pinset anatomis, klem, gunting
12. Mengikat kantong hernia dengan kassa gulung kasa gulung
13. Penjahiatan bassini
14. Side 2/0, neckholder, jarum dalam kecil, gunting
15. Heating peritoneum cooker, neckholder, jarum plan 2/0 , gunting, klem arteri,
kasa
16. Heating otot cooker, neckholder, jarum, polysorb, gunting, klem arteri, kasa
17. Heating fasia cooker, neckholder, jarum, cide 2/0. Gunting, klem, kasa
18. Hecting subcutis cooker , neckholder, jarum, plan 2/0, gunting, klem, kasa
19. Heting kulit cooker, neckholder, jarum, cide 2/0, gunting, klem, kasa
20. Disinfeksi area jahitan betadine, kasa, kom
21. Penutupan area operasi kasa kering 2, kasa+betadine 2 , hepafix
22. Merapihkan alat dan melepas duk
23. Memidahkan pasien duk sedang, bed

13
2.13 Komplikasi

Jika tidak segera ditangani, hernia akan semakin membesar dan semakin menekan jaringan
atau organ di sekitarnya. Kondisi ini dapat menyebabkan komplikasi yang dapat dialami
pasien hernia. Komplikasi tersebut di antaranya adalah:

 Hernia inkarserata (obstruksi hernia), yaitu kondisi ketika usus terjebak di dinding
perut atau di dalam kantung hernia (ingunal canal), sehingga mengganggu kerja usus.
 Hernia strangulata, yaitu kondisi ketika usus atau jaringan terjepit, sehingga aliran
atau pasokan darah terhambat. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini dapat
mengancam jiwa penderita. Hernia strangulata biasanya terjadi ketika obstruksi hernia
tidak segera ditangani. Tindakan operasi harus segera dilakukan untuk mencegah
kematian jaringan.

Komplikasi pasca operasi juga mungkin terjadi pada pasien. Di antaranya adalah:

 Hernia berulang.
 Infeksi.
 Nyeri jangka panjang.
 Cedera kandung kemih.

NO ALAT NAMA ALAT FUNGSI


INSTRUMEN PEMOTONG
1 Gunting Mayo Gunting bedah
untuk memotong
jaringan yang
tebal, seperti
uterus, otot,
payudara dan
kaki.

14
2 Gunting Metzenbaum Gunting bedah
yang betguna
untuk memotong
jaringan halus.
Tersedia dalam
bentuk straight
dan curved.

3 Gunting benang Untuk memotong


- Bengkok benang operasi,
- Lurus merapikan luka

4 Gunting Untuk
pembalut/verban menggunting
plester dan
pembalut.

5 Scalpel Untuk menyayat


-scalpel handles berbagai
-scalpel organ/jaringan
blade/bisturi/mess/blade atau bagian tubuh
manusia.

15
INSTRUMEN PEMEGANG
1 Pinset anatomis Untuk menjepit
kasa sewaktu
menekan luka,
mejepit jaringan
yang tipis dan
lunak.

2 Pinset sirurgis Untuk menjepit


jaringan pada
waktu diseksi dan
penjahitan luka,
memberi tanda
pada kulit
sebelum memulai
insisi.
3 Pinset splinter/ pinset Untuk
serpihan mengadaptasi
tepi-tepi luka
(mencegah
overlapping),
mengangkat
serpihan dan
mengeluarkan
dari jaringan
4 Klem bergigi(kocher) / Untuk memegang
hemostatic forcep kulit dengan kuat
kocher sehingga tidak
menimbulkan
kerusakan
jaringan

16
5 Klem tidak bergigi Untuk
(pean)/ klem arteri menghentikan
perdarahan

6 Klem elis Untuk menjepit


jaringan yang
halus dan
menjepit tumor
kecil

7 Babcock clamp Untuk menjepit


jaringan lunak
seperti usus,
tabung ovarium,
tuba.

8 Sponge holding forcep/ Untuk memegang


pemegang kasa/ klem kasa yang
ovarium/korentang digunakan
foerster sebagai retractor,
kasa penyerap air
dari rongga
dalam tubuh, dan
kasa persiapan
daerah operasi
9 Towel clamp Untuk menjepit
kain operasi juga
untuk memegang
tulang coste
ketika dilakukan
traksi eksternal
pada dinding

17
dada
10 Needle holder Untuk memegang
jarum jahit dan
sebagai
penyimpul
benang

11 Mixter right angle Uintuk menjepit


forceps sulit dijangkau
dan
menempatkan
jahitan di
belakang atau di
sekitarnya
12 korentang Untuk
mengambil
instrument streril
dan mengambil
kasa gaun
operasi, doek,
dan laken steril
12 Mikulicz (peritoneum Untuk menjepit
klem) jaringan selaput
perut

INSTRUMEN PENARIK (RETRAKTOR)


1 Retractor us army Untuk
menguakkan luka

18
2 Pengait Untuk
langenback/retractors menguakkan luka
kocher

3 Abdominal retractors Untuk


Fritsch menyisihkan
jaringan yang
mengahalangi
gerakan sehingga
dapat
memberikan
pemaparan yang
lebih baik
4 Richardson retractor Untuk menarik
sayatan dalam
perut atau dada

19
5 Gaulet retractor Untuk menarik
luka sayatan yang
dangkal /
superficial

6 Waitlaner retractor Untuk memegang


luka terbuka
sehingga dokter
bedah dapat
melakukan
perbaikan di
bawahnya
7 Deaver retractor Untuk memegang
tepi sayatan
abdomen agar
tetap terbuka

20
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Laparotomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor dengan cara


melakukan penyayatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam
abdomen yang mengalami masalah, misalnya kanker, pendarahan, obstruksi, dan perforasi.

Herniotomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuka dan memotong
kantong hernia ke cavum abdominalis. Herniorapi adalah suatu tindakan pembedahan dengan
cara mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada tendon supaya tidak masuk lagi.
Hernioplasti adalah suatu tindakan pembedahan memberi kekuatan pada dinding perut dan
menghilangkan (menutup pintu hernia) sehingga tidak residif dengan cara mengikatkan
conjoin ke ligamentum inguinal

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya kita sudah mulai mengetahui dan


memahami konsep dokumentasi pada area perioperatif, sehingga kita bisa mulai dari
sekarang mempelajarinya.

21

Anda mungkin juga menyukai