Anda di halaman 1dari 100

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn. A DENGAN


GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN:POST OPERASI
( HERNIA INGUINALIS LATERAL ) DI RUANG
BEDAH RUMAH SAKIT BENYAMIN
GULUH KABUPATEN KOLAKA

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan

OLEH

HAMRIYANI
P003200190177

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Hamriyani

2. Tgl Lahir : Wolo, 08 Agustus 1981

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Suku/Bangsa : Bugis /Indonesia

6. Alamat : Jl. Sunu Kel.Kolakaasi

Kec.Latambaga Kab. Kolaka

7. No Tlp 08528496844

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. MI Negri Wolo : Tamat Tahun 1994

2. Mts Negri Wolo : Tamat Tahun 1997

3. SPK Pemda Kolaka : Tamat Tahun 2000

4. Poltekkes Kemenkes Kendari Tahun 2020

v
MOTTO

MEMULAI DENGAN PENUH


KEYAKINAN

MENJALANKAN DENGAN PENUH


KEIKHLASAN

MENYELESAIKAN DENGAN PENUH


KEBAHAGIAAN

vi
vii
viii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,

Alhamdulillah Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan


ramhmat dan petunjuk-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Penulisan karya tulis ilmiah ini adalah merupakan salah satu dalam menyelesaikan
studi pada program Diploma III pada Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes
Kendari. Karya ini merupakan salah satu proses pembelajaran komprehensip dalam
rangka aplikasi proses ASUHAN KEPERAWATAN PADA ” Tn. A” DENGAN
GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OPERASI (HERNIA
INGUINALIS LATERAL) DI RUANG PERAWATAN BEDAH RUMAH
SAKIT BENYAMIN GULUH KOLAKA TAHUN 2020. Dalam penulisannya
telah diupayakan untuk memberikan yang terbaik yang dimiliki akan tetapi tentunya
sebagai proses pembelajaran masih terdapat kelemahan-kelemahan yang termuat
didalamnya, untuk itu penulis sangat berhadarapkan saran konstruktif untuk perbaikan
lebih lanjut.
Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan arahan
dari berbagai pihak olehnya itu melalui pengantar ini penulis menghaturkan terima
kasih yang tulus dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Askrening, S.km, M.Kesselaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari dan
segenap birokrat institusi yang telah menyediakan fasilitas dan kemudahan
selama penulis menimbah ilmu di jurusanIlmuKeperawatan di Poltekes
Kemenkes Kendari
2. Bapak Indriono Hadi, S.Kep, Ns, M.Kesselaku dekan ketua jurusan
KeperawatanPoltekes Kemenkes Kendari dan seluruh dosen, staf beserta
karyawan yang telah memberi bantuan kepada penulis dalam rangka pendidikan
di jurusan Keperawatan di Poltekes Kemenkes Kendari
3. IbuFitri Wijayati,S.Kep.Ns.M.Kep.selaku pembimbing I dan Bapak Muhaimin
Saranani, S.Kep, Ns,M.Sc selaku pembimbing II atas segala bantuan dan
bimbingan serta arahan dan limpahan ilmu yang tidak ternilai.

ix
4. IbuHj.Nurjannah.B.Sc.,S.Pd.,M.Kes., Ibu Asminarsih.M.Kes.Sp dan ibu Dali
SKM,,M.Kes.selaku penguji yang tulus memberi saran dan kritik kepada penulis.
5. Bapak dan ibu Dosen Pengajar di jurusan KeperawatanPoltekes Kemenkes
Kendari atas bimbingan dan arahannya serta limpahan ilmunya yang tiada
ternilai.
6. Keluarga dan Tn. “ A ” selaku klien dalam studi kasus yang penulis laksanakan,
atas kerjasama selama proses keperawatan semoga cepat sembuh..
7. Terkhusus buat “Ayahanda Husain dan Bunda Naima tercinta atas segala
pengorbanan , do’a dan kasih sayang yang tulus yang tak mungkin dapat
terbalaskan dengan apapun.
8. Buat Suami dan Anakku tercinta yang selama ini mendukung penulis dalam
mentut ilmu di AKPER Poltekes Kemenkes Kendari.
9. Sahabat dan teman seperjuanganku serta kerjasama yang baik selama ini.

Kepingan ilmu pengetahuan keperawatan sekecil apapun kalau terus diasah akan
bermanfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan .
Kiranya Allah SWT senantiasa menuntun kita dalam perjalanan
memperjuangkan kemandirian dan profesioanlisme profesi keperawatan, Amin.

Kolaka, Juni 2020

Penulis

x
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL.....................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI......................................................iv

KEASLIAN PENELITIAN...........................................................................v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP......................................................................vi

HALAMAN MOTTO....................................................................................vii

KATA PENGANTAR...................................................................................viii

DAFTAR ISI..................................................................................................x

DAFTAR TABEL..........................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................1

B. Tujuan penulisan..............................................................3

C. Manfaat Penulisan............................................................4

D. Metode penelitian.............................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi.............................................................................8

B. Anatomi Fisiologi Sistem................................................9

C. Penyebab..........................................................................10

D. Patofisiologi.....................................................................10

E. Manifestasi klinik............................................................11

F. Pemeriksaan Penunjang...................................................11

G. Komplikasi.......................................................................12

xi
H. Penatalaksanaan...............................................................14

I. Patway..............................................................................17

J. Fokus Pengkajian.............................................................18

K. Fokus Diagnosa Keperawatan..........................................21

L. Fokus Intervensi Keperawatan.........................................22

BAB III LAPORAN KASUS

A. Indentitas Klien................................................................28

B. Pengkajian Post Operasi..................................................29

C. Daftar Rumusan Masalah.................................................46

D. Perencanaan Keperawatan...............................................50

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan........................55

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian Keperawatan..................................................71

B. Diagnosa Keperwatan......................................................72

C. Intervensi Keperawatan...................................................73

D. Implementasi Keperawatan..............................................73

E. Evaluasi Keperawatan......................................................75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................76

B. Saran................................................................................77

BAB VI PUSTAKA.............................................................................78

xii
DAFTAR TABEL

No. Teks halaman

Tabel 3.1 Pemeriksaan Penunjang.................................................................50

Tabel 3.2 Klasifiksasi Data Post Operasi.......................................................46

Tabel 3.3 Analisis Data Post Operasi............................................................47

Tabel 3.4 Intervensi KeperawatanPost Operasi............................................50

Tabel 3.5 Implementasi dan evaluasi keperawatan Post Operasi..................55

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

A. Latar Belakang

Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi penonjolan

dibawah inguinalis, didaerah selangkangan atau skrotum.Hernia

inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus

menerobos kebawah melalui celah. Hernia tipe ini sering terjadi pada

laki-laki dari pada perempuan (Huda & Kusuma, 2016).

Pembedahan merupakan opsi utama yang dipilih karena

pemberian obat - obatan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk

melihat keberhasilannya, namun tindakan pembedahan tersebut

seringkali mempunyai efek samping yang tidak bisa dihindari oleh setiap

pasien yang menjalani operasi, sepertinyeri dan infeksi.Penanganan

nyeri paska operasi adalah pengelolaan menyeluruh untuk mengatasi

nyeri paska operasi. Selain penanganan secarafarmakologi, cara lain

adalah dengan manajemen nyeri non farmakologi dengan melakukan

teknik relaksasi, yang merupakan tindakan eksternal yang

mempengaruhi respon internal individu terhadap nyeri. Manajemen

nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup relaksasi otot, nafas dalam,

masase, meditasi dan perilaku(Purnomo, 2011).

1
Data World Health Organization WHO penderita Hernia tiap

tahunnya meningkat. Di dapatkan data pada tahun 2008 sampai tahun

2011 penderita hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita atau

sekitar (12,7%) dengan penyebaran yang paling banyak adalah negara-

negara berkembang seperti negaranegara Afrika, Asia Tenggara

termaksuk Indonesia, selain itu Negara Uni Emirat Arab adalah Negara

dengan jumlah penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.90 penderita

pada tahun 2011.

Berdasarkan data dari Depertemen Kesehatan Republik

Indonesia periode Januari 2010 sampai Februari 2011 berjumlah 1.243

untuk Penderita Hernia inguinalis lateral di Rumah sakit Benyamin

Guluh Kabupaten Kolaka, pada tahun 2017 dengan jumlah 35 kasus,

pada tahun 2018 mengalami peningkatan dengan jumlah 80 kasus

sedangkan 2019 menglami pengingkatan dengan jumlah 84 kasus

(sub.Bag.Rekam Medik &PKMRS Rumah Sakit Benyamin Guluh

Kabupaten Kolaka, 2019)

Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan

dilipatan paha.Benjolan tersebut bisa mengecil dan menghilang pada

saat istirahat dan bila mengejan, mengangkat beban berat atau dalam

posisi berdiri dapat timbul kembali. Bila terjadi komplikasi dapat

ditemukan nyeri, keadaan umum biasanya baik pada inpeksi ditemukan

asimetri pada kedua sisi lipatan paha, skrotum atau pada labia dalam

posisi berdiri dan berbaring pasien diminta mengejan dan menutup

mulut dalam keadaan berdiri palpasi dilakukan dalam keadaan ada

benjolan hernia, diraba konsistensinya dan coba didorong apakah

2
benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada

anak-anak. Kadang cincin hernia dapat diraba berupa annulus inguinalis

yang melebar (Nuari, 2015)

Hernia ada beberapa macam diantaranya adalah inguinali

sindirect, inguinalis direct, femoral, umbilical dan insicional. Hernia

skrotalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab

yang didapat (akuistik). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia dan jenis

kelamin, prosentase lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan

perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembukaan pintu

masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat

dilalui oleh kantung dan isi hernia. Disamping itu disebabkan pula oleh

faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah

terbuka cukup lebar tersebut ( Nuari, 2015 ).

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien

Tn.ADengan Gangguan Sistem Pencernaan: Hernia inguinalis lateral

Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan komprehensif pada klien Tn.A

dengan gangguan sistem pencernaan:Hernia inguinalis lateral

Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka.

3
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam karya tulis ilmiah ini agar peneliti dapat:

a. Melakukan pengkajian pada klien Tn.A dengan gangguan sistem

pencernaan: Hernia inguinalis lateralis

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Tn.A dengan

gangguan sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis

c. Menyusun intervensi keperawatan pada klien Tn.A dengan

gangguan sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis

d. Melakukan implementasi keperawatan pada klien Tn.Adengan

gangguan sistem pencernaan:Hernia inguinalis lateralis

e. Membuat evaluasi keperawatan pada klien Tn.A dengangangguan

sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis

f. Melakukan dokumentasipada klien Tn.A dengan gangguan

sistem pencernaan: Hernia inguinalis lateralis.

C. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Bagi Penulis

Bahan evaluasi bagaimana penerapan konsep asuhan keperawatan

yang didapatkan selama pendidikan ke dalam praktek keperawatan

secara nyata.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi masyarakat

4
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai

penaganan kasus Hernia inguinalis lateral

b. Manfaat bagi Institus

Sebagai bahan masukan secara ilmiah dan sumber informasi bagi

institusi khususnya konsep asuhan keperawatan dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan pada masa yang akan datang.

c. Rumah Sakit

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi perawat yang ada untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang benar dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan pada klien

Tn.A dengan gangguan sistem pencernaan: Hernia inguinalis

lateral Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka.

d. Klien dan keluarganya

Memperoleh gambaran/pengetahuan dan pengalaman tentang

asuhan keperawatan dengan masalah yang diteliti.

D. Sistematika Penulisan

Karya tulis ilmiah ini terdiri dari 5 (lima) bab yang tersusun secara

sistematis sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Pada pendahuluan akan menguraikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Penulisan, sistematika penulisan.

5
BAB II : Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berisi konsep dasar teori Hernia

inguinalis lateraldan konsep asuhan keperawatan. Konsep

dasar teori terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi,

etiologi, patofisiologi, pathway, klasifikasi , menifestasi

klinis, komplikasi , dan penatalaksanaan. Sedangkan

konsep dasar asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,

implementasi, evaluasi dan dokumentasi.

BAB III : Tinajuan Kasus

Tinjauan kasus akan berisikan pengkajian,

diagnosakeperawatan, intervensi keperawatan, implementasi

dan evaluasi.

BAB IV: Pembahasan

Pada bab IV membahas kesenjangan antara teori dan fakta

yang ada mulai dari tahap pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan

evaluasi.

BAB V: Penutup

berisi kesimpulan dan saran tentang kasus yang dibahas dan

dapat menjadi pemikiran selanjutnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi konsep dasar teori Hernia inguinalis lateraldan konsep

asuhan keperawatan. Konsep dasar teori terdiri dari pengertian, anatomi fisiologi,

etiologi, patofisiologi, pathway, klasifikasi, menifestasi klinis, komplikasi, dan

penatalaksanaan. Sedangkan konsep dasar asuhan keperawatan dimulai dari

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi, evaluasi.

A. Definisi

Hernia adalah suatu benjolan/penojolan isi perut dari rongga normal

mulai lubang congenital atau didapat (Wijayaningsih, 2013). Hernia

inguinalis paling umum, visera menonjol ke dalam kanalis inguinal pada titik

dimana tali spermatik muncul pada pria, dan sekitar ligament wanita. Hernia

inguinal indirek lengkuk usus keluar melalui kanalis inguinal dan mengikuti

kordo spermatikus pada pria dan ligament sekitar pada wanita, ini akibat dari

gagalnya prosesus vaginalis untuk menutup sebelah testis turun ke dalam

skrotum, atau fiksasi ovarium. Hernia inguinalis direk lengkung usus keluar

melalui kanalis inguinalposterior (Diyono & Mulyani, 2013).

Hernia inguinalis adalah Hernia yang terjadi di lipatan paha. Jenis ini

merupakan yang tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012:153). Hernia inguinalis adalah Hernia

yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau

skrotum. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang

sehingga usus menerobos kebawah melalui celah.Hernia tipe ini sering terjadi

pada laki-laki dari pada perempuan(Huda dan Kusuma, 2015).Hernia

7
inguinalis merupakan penonjolan bagian organ dalam melalui pembukaan

yang abnormal pada dinding rongga tubuh yang mengelilinginya (Bilotta,

2012).Hernia inguinalis lateralis (HIL) adalah muncul benjolan di regio

inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan berbentuk lonjong

(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2012)

B. Anatomi dan fisiologi

Secara anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot

multilaminar, yang berhubungan dengan aponeurosis, fasia, lemak, dan . Pada

bagian lateral, terdapat tiga lapisan otot dengan fasia oblik yang berhubungan

satu sama lain. Pada setiap otot terdapat tendon yang disebut dengan

aponeurosis(Muttaqin, 2011).

Otot tranversus abdominis adalah otot internal lateral dari otot-otot

dinding perutdan merupakan lapisan dinding perut yang mencegah Hernia

inguinalis.Bagian kauda otot membentuk lengkungan aponeurotik tranvesus

abdominis sebagai tepi atas cincin inguinal internal dan diatas dasar medial

kanalis inguinalis.Ligamentum inguinal menghubungkan antara tuberkulum

dan SIAS (Spina Iliaka Anterior Superior).Kanalis inguinalis dibatasi di

kraniolateral oleh anulus inguinalis internus yang merupakan bagian terbuka

dari fasia tranversalis dan aponeurosis muskulus tranversus abdominis .Pada

bagian medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh

anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulus oblikus

eksternus.Bagian atas terdapat aponeurosismuskulus oblikus ekternus, dan pada

bagian bawah terdapat ligamen inguinalis (Muttaqin, 2011).

8
Secara fisiologis, terdapat beberapa mekanisme yang dapat mencegah

terjadinya Hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring,

adanya struktur dari muskulus oblikus internus abdominis yang menutup

anulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya fasia tranversa

yang kuat menutupi trigonum Hasselbabach yang umumnya hampir tidak

berotot. Pada kondisi patologis, gangguan pada mekanisme ini dapat

menyebabkan terjadinya Hernia inguinalis (Muttaqin, 2011).

C. Etiologi

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) etiologi terjadinya Hernia inguinalis

lateralyaitu :

a. Defek dinding otot abdomen

Hal ini dapat terjadi sejak lahir (kongenital) atau didapat seperti usia,

keturunan, akibat dari pembedahan sebelumnya.

b. Peningkatan tekanan intra abdominal

c. Penyakit paru obstruksi menahan (batuk kronik), kehamilan, obesitas.

Adanya Benighna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan saat

defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat

meningkatkan tekanan intraabdominal.

D. Patofisiologi

Hernia inguinalis lateralis indicekta sebagian besar ada fakta

kongenital dengan adanya penojolan dari prossus vaginalis peritonel. Semua

keadaan yang menyebabkan kenaikan tekanan intra-abdomen seperti

kehamilan, batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan saat

defekasi, dan mengejan saat defekasi, dan mengejan saat miksi, misalnya

akibat hipertrofi prostat dan menjadi pencetus terjadinya Hernia. Kanalis

9
inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan,

terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan

menarik peritoneum ke daerah skrotum, sehingga terjadi penonjolan

peritoneum ke daerah skrotum disebut dengan prosesus vaginalis

peritonei(Diyono & Mulyani, 2013).

Pada bayi baru lahir, umunya proses ini telah mengalami obliterasi

sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut, namun dalam

beberapa hal sering kali kanali sini tidak tertutup, karena testis turun terlebih

dahulu, maka kanalis inguinalis lebih sering terbuka , maka yang kanan juga

terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada

usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak dapat mengalami

obliterapi) akan timbul Hernia inguinalis lateralis abuisita. Keadaan yang

dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal adalah kehamilan,

batuk kronis, pekerjaan mengangkat beban berat, mengejan pada saat miksi,

misalnya akibat hipertropi prostat (iyono & Mulyani, 2013).

E. Menifestasi Klinis

Menurut Suratan dan Lusianah (2010) manifestasi klinis Hernia

inguinalis lateralyaitu :

a. Tampak adanya benjolan dilipat paha atau perut bagian bawah dan benjolan

bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang yang disebabkan oleh

keluarnya suatu organ.

b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat tersebut

disertai perasaan mual.

c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar. Nyeri

tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke daerah pnggul,

10
belakang perut, dan daerah genital yang disebut reffered pain. Nyeri

biasanya meningkat dengan durasi dan insensitas dari aktivitas atau kerja

yang berat. Nyeri akan mereda atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan

bertambah hebat jika terjadi strangurasi karena suplai darah ke daerah

hernia terhenti sehingga menjadi merah dan panas.

d. Kandung kemihberisi sehingga menimbulkan gejala sakit saat berkemih

(dysuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah

sela paha.

e. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan Herniaakan bertambah

besar.

F. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pemeriksaan diagnostik pada pasien

Hernia inguinalis lateral yaitu:

a. Pemeriksaan darah lengkap

Menunjukan peningkatan sel darah putih, serum elektrolit dapat

menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit), dan

ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah: mungkin

memanjang, mempengaruhi homeostastis intraoperasi atau post operasi.

b. USG abdomen pada regio inguinalis dextra dan sinistra Membedakan

masa di paha atau dinding perut, sumber pembengkakannya, dan

membedakan jenis-jenis hernia.

c. Urinalisis

Diagnosis banding dengan sebab genitourinaria yang menyebabkan rasa

sakit di daerah inguinal dan eritrosit (0-4/LPB) pada urin pasien ini

merupakan akibat dari hipertrofi prostat jinak.

11
d. Sinar X abdomen

Menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus

G. Komplikasi

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) komplikasi yang mungkin terjadi

pada Hernia inguinalis lateral yaitu :

a. Hernia berulang

Hernia ini terjadi akibat adanya kelemahan dinding otot sehingga muncul

hernia baru di lokasi lain, misalnya dulu pernah hernia perut kiri dan

sudah dioperasi sekarang muncul hernia baru di perut kanan.

b. Obstruksi usus parsial atau total

Karena terjadinya perlengketan usus akibat hernia obstruksi usus parsia

maupun total bisa terjadi di dalam usus halus atau. Pada kasus obstruksi

usus parsial, sedikit makanan atau cairan masih bisa melewati usus.

Sedangkan pada kasus obstruksi usus total, tidak ada apa pun yang bisa

melewati usus.

c. Luka pada usus

Kematian jaringan usus akibat pasokan darah yang berhenti dapat memicu

robekan pada dinding usus yang menyebabkan keluarnya isi usus ke rongga

perut dan menyebabkan infeksi (peritonitis).

d. Gangguan suplai darah ke testis jika pasien laki-laki

Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang

masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit, maka timbul edema sehingga

terjadi penekanan pembuluh darah.

e. Perdarahan yang berlebih

12
Penyakit hernia bila tidak segera diatasi dan diobati dapat mengakibatkan

perdarahan yang diakibatkan semakin membesarnya usus yang keluar

semakin besar.

f. Infeksi luka bedah

Efek samping yang umum ditemui pasca operasi seperti infeksi luka

operasi akibat adanya tekanan intraabdominal sehingga luka operasiyang

terbuka kembali.

g. Fistel urin dan feses

Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.

Antara lain obstruksi usus sederhana hingga perforasi (lubangnya) usus

yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau

peritonitissehingga peristaltik usus menurun mengakibatkan sembelit.

Pada pasien kadang-kadang ditemukan keluhan kencing berupa disuria

karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.

H. Klasifikasi
Menurut Suratun dan Lusianah (2010) klasifikasi Hernia

InguinalLateralterbagi menjadi :

a.Herniaindirek atau lateral

Hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan melewati korda spermatikus

melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke

skrotum.Umumnya terjadi pada pria.Benjolan tersebut bias mengecil,

menghilangkan pada waktu tidur dan bila menangis, mengejan, mengangkat

benda berat atau berdiri dapat tumbuh kembali.

13
b. Herniadirek atau medialis

Hernia ini melewati dinding abdomen di area kelemahan otot, tidak

melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan femoralis indirek.Lebih

umum terjadi pada lansia.hernia ini disebut direkta karena langsung

menuju anulus inguinalis eksterna sehingga meskipun arteri inguinalis

eksterna yang mudah mengecil bila pasien tidur.Karena besarnya defek

pada dinding posterior maka Hernia ini jarang menjadi irreponible.

I. Penatalaksanaan medic Hernia inguinalis latera lantara

lain :

1. Reposisi

Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara

hati-hati dengan tidakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya

dapat dilakukan pada hernia reponibilis dengan menggunakan kedua

tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia sedangkan tangan yang

lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini

kadang dilakukan padahernia irreponibilis apabila Pasien takut operasi,

yaitu dengan cara bagian hernia dikompres dingin, penderita diberi

penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan trendelenberg.

Jika posisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi.

2. Suntikan

3. Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk

memperkecil pintu hernia.

4. Sabuk hernia

5. Digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif

kecil.Umumnya tindakan operatif merupakn tindakan satu-satunya yang rasional.

14
6. Pengobatan konservatif

Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau

penunujang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.

Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis yang mengalami

strangulasi, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara

bimanual. Tangan kiri memegang isi Hernia membentuk corong

sedangkan tangan kanan mendorong kea rah cincin hernia dengan tekanan

lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi dilakukan dengan

menidurkan anak dengan pemberian sedatif dan kompres es di atas hernia.

Bila reposisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasi besok harinya. Jika

resisi hernia tidak berhasil, dalan waktu enam jam harus dilakukan operasi

segera.

7. Pengobatan operatif

Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis

yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.

Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniatomy dan hernioraphy.

8. Herniotomy

Dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya, kantong

dibukadan isi hernia dibebaskan kalau adaperlengketan, kemudian

reposisi.Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

9. Hernioraphy
Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
a) Diet dan activity
Activity : hindari mengangkat barang yang berat sebelum atau

sesudah pembedahan. Diet : tidak ada diet khusus. Tetapi setelah

operasi diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi.

15
Kemudian makan dengan gizi seimbang. Tingkatkan masukan serat

dan tinggi cairan untuk mencegah sembelit dan mengejan selama

buang air besar. Hindari kopi, teh, coklat, minuman berkarbonasi,

minuman beralkohol, dan setiap makanan atau bumbu yang

memperburuk gejala.

b) Medikasi

Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya

ranitidine,asetaminofen, dan cefotaxime 1gr juga antibiotik untuk

membasmi infeksiketorolac 30 mg injeksi, amoxicillin dan asam

klavulanat, serta obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit seperti

dulcolax 10 mg suppositoria (Jitowiyono& Kristiyanasari 2012).

16
J. Pathway

Sumber: Nurarif,Amin Huda & Kusuma Hardhi (2016).

17
K. Fokus Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,

untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah

klien sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap

ini terbagi atas:

1. Anamnesa

a. Identitas Klien

Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang

dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan

darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

DS ( Data Subjektif ) Pada anemnesis keluhan utama yang lazim

didapatkan adalah keluhan adanya benjolan akibat masuknya material

melalui kanalis inguinal bisa bersifat hilang timbul atau juga

tidak.Keluhan nyeri hebat bersifat akut berupa nyeri terbakar

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien

digunakan:

1) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang

menjadi faktor presipitasi nyeri.

2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau

digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau

menusuk.

3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa

sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

18
4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan

klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan

seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

5) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah

buruk padamalam hari atau siang hari.

DO ( Data Objektif ) : Pasien tampak meringis kesakitan , pasien

tampak memegangi perut kanan bawah , pasien tampak menangis ,

pasien tampak lemas, dan lain-lain.

c. Riwayat Penyakit Sekarang

keluhan lain yang didapat sesuai dengan kondisi Hernia. Pada

respon biasanya keluhan yanga ada berupa adanya benjolan setelah

mengalami aktivitas peningkatan tekanan intraabdominal, seperti

batuk, bersin, atau mengejan.Bila sudah terjadi stranggulasi

akandidapatkan keluhan nyeri hebat pada abdominal bawah, keluhan

gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta perasaan

kelelahan pasca nyeri sering didapatkan.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab hernia dan

tidak ditemukan Penyakit-penyakit tertentu seperti, penyakit diabetes

dengan luka di perut sangat beresiko terjadinya penghambatan proses

penyembuhan luka.

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit Hernia

merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya Hernia, seperti

19
diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan,

yang cenderung diturunkan secara genetic

f. Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya

dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau

pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga

ataupun dalam masyarakat

g. Riwayat keperawatan dan pengkajian fisik:

Menurut Suratun dan Lusianah (2010) pengkajian data keperawatan

pada pasien dan post operasi dengan Hernia inguinalis lateral dalam

buku Asuhan Keperawatan Pasien Gangguan Gastrointestinal antara

lain:

1) Aktivitas istirahat

Apakah pasien mengalami kelemahan, merasa lemas, lelah, tirah

baring, penurunan kekuatan otot, kehilangan tunos otot, dan letargi

2) Sirkulasi

Apakah pasien menunjukan takikardi, perubahan tekanan darah


(hipotensi, hipertensi).
3) Eliminasi

Apakah pasien mengalami konstipasi, adanya inkontinesia atau


retensi urine.

h. Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan atau sensasi , spasme otot, kesemutan

Tanda : Deformitas lokal : agulasi abnormal,pemendekan,rotasi

krepitasi.

20
i. Nyeri / kenyamanan

Apakah pasien mengalami nyeri pada insisi pembedahan, distensi


kandung kemih.
j. Keamanan

Tanda : Laserasi , avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,

pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)

k. Penyuluhan

Gejala : Lingkungan tidak mendukung (menimbulkan cedera) pengetahuan

terbatas.

L. Fokus Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang sering muncul pada pasien post operasi Hernia

antara lain :

1) Nyeri akut ( D.0077 ) berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya abses,

amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan).

2) Gannguan mobilitas fisik ( D.0054 )berhubungan dengan Keengganan

melakukan pergerakan, gangguan muskuloskeletal, nyeri.

3) Resiko infeksi ( D.0142 )ditandai dengan Efek prosedur Infasif

4) Konstipasi D.0049 ) berhubungan dengan Kelemahan otot abdomen

M. Fokus Intervensi

1. Diagnosa1 :Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (misalnya

abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,

trauma, latihan fisik berlebihan).

Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

21
Setelah dilakukan tindakan Utama:
selama 3x 24 jam 1. Manajemen nyeri
diharapkan: 2. Pemberian analgesik
Utama: Pendukung:
- Tingkat nyeri 3. Aromaterapi
Tambahan: 4. Dukungan hipnotis diri
- Fungsi gastrointestinal 5. Dukungan pengungkapan kebutuhan
- Kontrol nyeri 6. Edukasi efek samping obat
- Mobilitas fisik 7. Edukasi manajemen nyeri
- Penyembuhan luka 8. Kompres dingin
- Perfusi miokard 9. Edukasi proses penyakit
- Perfusi perifer 10. Edukasi teknik nafas
- Pola tidur 11. Kompres dingin
- Status kenyamanan 12. Kompres panas
- Tingkat cedera 13. konsultasi
14. latihan pernafasan
15. Manajemen efek samping obat
16. Manajemen kenyamanan lingkungan
17. Manajemen medikasi
18. Manajemen sedasi
19. Manajemen terapi radiasi
20. Pemantauan nyeri
21. Pemberian obat
22. Pemberian obat intravena
23. Pemberian obat oral
24. Pemberian obat topikal
25. Pengaturan posisi
26. Perawatan amputasi
27. Perawatan kenyamanan
28. Teknik distraksi
29. Tekhnik imajinasi terbimbing
30. Terapi akupuntur
31. Terapi bantuan hewan

22
32. Terapi humor
33. Terapi murattal
34. Terapi musik
35. Terapi pemijatan
36. Terapi relaksasi
37. Terapi sentuhan
Transcutaneous Electrical Nerve Simulation
(TENS)

2. Diagnosa2 :Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan struktur

Hernia, gangguan muskuloskeletal, nyeri.

Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan selama Utama:


3x 24 jam Diharapkan: - Dukungan Ambulasi
Utama: - Dukungan Mobilisasi
- Mobilitas Fisik Pendukung:
- Dukungan Kepatuhan Program
Tambahan:
1. Berat Badan Pengobatan

2. Fungsi Sensori - Dukungan Perawatan Diri

3. Keseimbangan - Dukungan Perawatan Diri :

4. Konservasi Energi BAB/BAK

5. Koordinasi Pergerakan - Dukungan Perawatan Diri :

6. Motivasi Berpakaian

7. Pergerakan Sendi - Dukungan Perawatan Diri :

8. Status Neurologis Makan/Minum

9. Status Nutrisi - Dukungan Perawatan Diri :

10. Toleransi Aktivitas Mandi


- Edukasi Latihan Fisik
- Edukasi Teknik Ambulasi

23
- Edukasi Teknik Transfer
- Konsultasi Via Telepon
- Latihan Ortogenik
- Manajemen Energi
- Manajemen Lingkungan
- Manajemen Mood
- Manajemen Nutrisi
- Manajemen Nyeri
- Manajemen Medikasi
- Manajemen Program Latihan
- Manajemen Sensasi Perifer
- Pemantauan Neurologis
- Pemberian Obat
- Pemberian Obat Intravena
- Pembidaian
- Pencegahan jatuh
- Pencegahan luka tekan
- Pengaturan posisi
- Pengekangan fisik
- Perawatan perut
- Perawatan sirkulasi
- Perawatan tirah baring
- Perawatan traksi
- Promosi berat badan
- Promosi kepatuhan program latihan
- Promosi latihan fisik
- Tekhnik latihan penguatan otot
- Tekhnik latuhan penguatan sendi
- Terapi aktivitas
- Terapi pemijatan
- Terapi relaksasi otot progresif

24
3. Risiko infeksi berhubungan dengan efekprosedurinvasif :

Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Utama:


selama 3 x 24 jam Diharapkan: - Manajemen imunisasi/vaksinasi
Utama: - Pencegahan infeksi
- Tingkat infeksi Pendukung:
Tambahan: - Dukungan pemeliharaan rumah
- dan jaringan - Dukungan perawatn diri :
- Kontrol risiko mandi
- Status imun - Edukasi pencegahan luka tekan

- Status nutrisi - Edukasi seksualitas


- Induksi persalinan
- Latihan batuk efektif
- Manajemen jalan nafas
- Manajemen imunisasi/
Vaksinasi
- Manajemen lingkungan
- Manajemen nutrisi
- Manajemen medikasi
- Pemantauan elektrolit
- Pemantauan nutrisi
- Pemantauan tanda vital
- Pemberian obat
- Pemberian obat intravena
- Pemberian obat oral
- Pencegahan luka tekan
- Pengaturan posisi
- Perawatan amputasi
- Perawatan area insisi
- Perawatan kehamilan resiko

25
tinggi
- Perawatan luka
- Perawatan luka bakar
- Perawatan luka tekan
- Perawatan pasca persalinan
- Perawatan perineum
- Perawatan persalinan
- Perawatan persalinan resiko
tinggi
- Perawatan selang
- Perawatan selang dada
- Perawatan selang
gastrointestinal
- Perawatan selang umbilical
- Perawatan sirkumsisi
- Perawatan skin graft
- Perawatan terminasi kehamilan

4. Konstipasi D.0049 ) berhubungan dengan Kelemahan otot abdomen

Rencana Keperawatan

SLKI SIKI

Setelah dilakukan tindakan Utama


selama 3 x 24 jam Diharapkan - Manajemen Eliminasi
Utama : - Mannajemen konstipasi
- Eliminasi fekal
Pendukung
Tambahan : - Dukungan perawatan diri
- Fungsi gastrointestinal - Edukasi diet
- Keseimbangan cairan - Edukasi toilet training
- Keseimbangan elektrolit - Insersi selang nasogastric
- Kontinensia fekal - Latihan eliminasi fekal
- Mobilitasi fisik - Manjemen cairan
- Nafsu makan - Manajemen elektrolit
- Status cairan - Manajemen nutrisi

26
- Tingkat keletihan - Manajemen nyeri
- Tingkat nyeri - Manajemen prolapses rectum
- Pemantauan cairan
- Pemberian enema
- Pemberian obat
- Pemberian obat oral
- Pemberian obat rektal
- Penurunan flatus
- Perawatan kehamilan trimester
kedua dan ketiga
- Perawatan pascapersalinan
- Perawatan gastrointestinal
- Perawatan strauma
- Promosi latihan fisik
- Promosi eliminasi fekal
- Reduksi ansietas
- Terapi aktivitas
- Terapi relaksasi

(Sumber Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018 & 2019)

27
BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan disajikan mengenai asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem pencernaan: Hernia Inguinalis Lateral di ruang seruni Rumah

Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka, dimulai pada tanggal 02 sampai dengan

4 Juni 2020 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang berisikan

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan

evaluasi.

A. Biodata

1. Indentitas

Nama : Tn. A

Umur : 43 tahun

Jenis Kelamin : Laki – Laki

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Bugis

Alamat :Alamat Desa Analere Kec.Toari Kab.Kolaka

No.MR 13 60 02

Tanggal Masuk : 01 Juni 2020

Tanggal Operasi : 02Juni 2020

Sumber Informasi : Klien, Keluarga, Rekam Medis

28
2. Penanggung Jawab

Nama : Ny. N

Usia : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Hubungan Dengan Pasien : Isteri

B. PengkajianPost Operasi
I. Riwayat Kesehatan
a. KeluhanUtama : Klien mengeluh nyeri pada luka operasinya di perut kanan

bawah

b. Riwayat keluhan :Klien menjalani operasi di rumah sakit rumah sakit

Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka pada tanggal 02 Juni 2020, pada

saat pengkajian dilakukan pada hari pertama jam 07.00

1) Penyebab/faktor pencetus :Adanya luka operasi

2) Sifat keluhan :Hilang timbul

3) Lokasi dan penyebarannya :Daerah perut kanan bawah

4) Skala keluhan :Skala 6 ( 0 – 10 )

5) Mulai dan lamanya keluhan:Sejak setelah operasi dan lamanya + 30-

60 menit

6) Hal-hal yang meringankan/memperberat : Nyeri berkurang ketika

klien beristirahat dan bertambah ketika klien banyak bergerak.

II. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Apakahmenderitapenyakit yang sama : Tidak pernah

2. Bilapernahdirawat di RS, sakitapa : Tidak pernah

3. Pernah mengalami pembedahan : Tidak pernah

4. Riwayatalergi : Tidak ada

29
5. Kebiasaan/ketergantunganterhadapzat:

a) Merokok (berapa batang sehari) :Tidak pernah

b) Minum alkohol : Tidak pernah

c) Minum kopi : Tidak

d) Minum obat-obatan : Tidak

30
III. Riwayat Keluarga/ Genogram (diagram 3 generasi)

a. Genogram 3 generasi

43

Keterangan :
= Laki-laki

= Perempuan
43 = Pasien
= Anak
= Hub.Perkawinan

X = Meninggal

Keterangan :

GI : Generasi I tidak pernah mengalami penyakit yang sama.


G II : Klien dengan diagnosa post operasi Hernia inguinalis
lateral G III : Generasi II tidak pernah mengalami penyakit yang
sama.

31
b. Riwayatkesehatananggotakeluarga

1) Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit serupa: Tidak

ada

2) Apakah ada keluarga yang mempunyai penyakit menular atau

menurun : Tidak ada

IV. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah : 170/90 mmHg

b. Pernapasan : 22 kali / menit, Irama : regular\

c. Nadi : 88 kali / menit, regular

d. Suhu badan : 36,50C

2. Berat badan dan tinggi badan

a. Berat badan : 55 Kg

b. Tinggi badan : 160 Cm

c. IMT : 21,48 (Normal)

3. Kepala :

a. Bentukkepala :Simetris

b. Keadaan kepala :Bersih

c. Nyerikepala / pusing :Tidak

d. Distribusirambut :Baik

e. Rambut mudah tercabut : Tidak

4. Mata

a. Kesimetrisan : Simetris

b. Edema kelopak mata : Tidak

c. Sklera : Jernih

32
d. Konjungtiva : Merah muda

e. Ukuran pupil : Isokor

f. Ketajaman penglihatan : Baik

g. Pergerakan bola mata : Normal

h. Lapang pandang : Baik

i. Nyeri : Tidak

5. Telinga

a. Kesimetrisan : Simetris

b. Sekret : Tidak ada

c. Serumen : Tidak ada

d. Ketajaman pendengaran : Baik

e. Tinnitus : Tidak

f. Nyeri : Tidak

6. Hidung

a. Kesimetrisan : Tidak

b. Perdarahan : Tidak

c. Sekresi : Tidak ada

d. Fungsi penciuman : Baik

e. Nyeri : Tidak ada

7. Mulut

a. Fungsi berbicara : Baik

b. Kelembaban bibir : Sedang

c. Posisi uvula : Normal

d. Mukosa : Kering

e. Keadaan tonsil : Tidak membesar

33
f. Stomatitis : Tidak ada

g. Warna lidah : Agak merah

h. Kebersihan lidah : Bersih

i. Bau mulut : Tidak

j. Kelengkapan gigi : Lengkap

k. Kebersihan gigi : Bersih

l. Karies : Tidak ada

m. Suara parau : Tidak

n. Kesulitan menelan : Tidak

o. Kemampuan mengunyah : Kurang

p. Fungsi mengecap : Baik

8. Leher

a. Mobilitas leher : Baik

b. Pembesaran kel. Tiroid : Tidak ada

c. Pembesaran kel. limfe : Tidak ada

d. Pelebaran vena jugularis : Tidak ada

e. Trakhea : Normal

9. Thoraks

Paru – paru

a. Bentuk dada : Simetris

b. Pengembangan dada : Baik

c. Retraksi dinding dada : Baik

d. Tanda jejas : Tidak ada

e. Taktil fremitus : Normal

f. Massa : Tidak ada

34
g. Dispnea : Tidak ada

h. Ortopnea : Tidak ada

i. Perkusi thoraks : Suara sonor

j. Suara nafas : Vesikular

k. Bunyi nafas tambahan : Tidak ada

l. Nyeri dada : Tidak ada Jantung

m. Iktus kordis : Teraba

n. Ukuran jantung : Normal

o. Nyeri dada : Tidak ada

p. Palpitasi : Tidak ada

q. Bunyi jantung : lub dan dup

10. Abdomen

a. Warna : Sawo matang

b. Distensi abdomen : Tidak

c. Tanda jejas : Tidak ada

d. Peristaltik : 20x /menit

e. Perkusi abdomen : Bunyi timpany

f. Massa : Tidak ada

g. Nyeritekan : Tidak ada

11. Payudara

a. Kesimetrisan : Simetris

b. Massa : Tidak ada

c. Nyeri : Tidak ada

d. Lesi : Tidak ada

12. Genitalia

35
a. Terpasang kateter

13. Pengkajian sistem saraf

a. Tingkat kesadaran : Compos mentis

b. Koordinasi :Baik

c. Memori : Baik

d. Orientasi : Baik

e. Konfusi : Tidak

f. Keseimbangan : Baik

g. Kelumpuhan : Tidak

h. Gangguan sensasi : Tidak

i. Kejang-kejang : Tidak

j. Reflex : Tidak dilakukan uji reflex

14. Anus dan perianal

a. Hemorrhoid : Tidak

b. Lesi perianal : Tidak

c. Nyeri : Tidak

15. Ekstremitas

a. Warna : Sawo matang

b. Purpura / ekimosis : Tidak

c. Atropi : Tidak ada

d. Hipertropi : Tidak ada

e. Lesi : Tidak ada

f. Pigmentasi : Tidak ada

g. Luka : Ada

h. Deformitas sendi : Tidak

36
i. Deformitas Hernia : Ya

j. Tremor : Tidak ada

k. Varises : Tidak ada

l. Edema : Tidak ada

m. Turgor : Sedang

n. Kelembaban : Baik

o. Capillary Refilling Time (CRT) :< 3 detik

p. Pergerakan : Kurang

q. Kekakuan sendi : Ada

r. Kekuatan otot : 5,5,5,5

s. Tonus otot : Sedang

t. Kekuatan sendi :Sedang

u. Nyeri : Ada

16. Lain-lain:

a. Klien mengatakan nyeri pada bekas luka operasinya seperti Teriris –

iris

b. Klien mengatakan nyeri bagian operasinya ketika bergerak

c. Klien mengatakan luka bekas operasinya kadang terasa panas

d. Klien mengatakan semua aktivitasnya dibantu oleh keluarga dan

perawat

e. Ekspresi wajah meringis

f. Klien nampak gelisah

g. Kekuatan otot menurun

h. Nampak luka operasi pada perut kanan panjang 7 cm

i. Luka nampak agak kemerahan

37
V. Pengkajian Kebutuhan Dasar

1. Kebutuhan oksigenasi

a. Batuk : Tidak

b. Kemampuan mengeluarkan sputum : -

c. Karakteristik sputum :-

d. Dispnea : Tidak ada

e. Ortopnea : Tidak ada

f. Alat bantu pernafasan : Tidak ada

2. Kebutuhan Nutrisi

a. Frekuensi makan sehari

1) Sebelum sakit 3 kali sehari dan setelah sakit 2 kali sehari

2) Waktu makan sebelm sakit Pagi, Siang, malam dan setelah

sakit Pagi dan sore

3) Porsi makan yang sebelum dan sesudah sakit di habiskan

4) Penggunaan alat bantu makan tidak ada

5) Makanan pantang/yang tidak disukai tidak ada

6) Makanan yang disukai sebelum dan sesudah sakit adalah ikan

7) Pembatasan makanan dan Jenis makanan yang dibatasi sebelum

dan sesudah sakit tidak ada

8) Nafsu makan sebelum dan sesudah sakit Baik

9) Rasa mual, hipersaliva, sensasi asam pada mulut, Muntah,

Perasaan cepat kenyang setelah makan, Perasaan kembung

sebelum dan sesudah sakit tidak ada.

38
3. Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

a. Frekuensi minum sehari sebelum sakit 7 – 8 dan setelah sakit 5-6

kali.

b. Jumlah minum yang dikonsumsi setiap hari sebelum dan setelah

sakit + 1,5 liter/hari

c. Jenis minuman yang tidak disukai sebelum dan setelah sakit :

minuman yang bersoda dan Jenis minuman yang disukai sebelum

dan setelah sakit : Hampir semua jenis minuman

d. Perasaan haus sebelum sakit dan setelah sakit : kadang – kadang dan

tidak ada program pembatasan cairan.

4. Kebutuhan Eliminasi

a. Buang Air Kecil (BAK)

1) Frekuensi BAK sebelum sakit 5 – 6 kali sehari dan setelah sakit

menggunakan kateter urine

2) Pancaran normal, jumlah urine sebelum sakit Normal dan

setelah sakit + 100 cc

3) Warna urine sebelum sakit dan setelah sakit warnanya

kekuningan.

4) Disuria, Nokturia, Perasaan penuh pada kandung kemih sebelum

sakit dan setelah sakit tidak ada.

5) Perasaan setelah BAK sebelum sakit dan setelah sakit : baik

6) Kesulitan memulai berkemih, Dorongan berkemih,

Inkontinensia urine sebelum dan sesudah sakit : tidak ada

39
b. Buang Air Besar (BAB)

1) Frekwensi sebelum sakit : 1 – 2 kali sehari dan setelah sakit

hanya 1 klai sehari.

2) Konsistensi sebelum dan setelah sakit : Lunak / padat, Bau

normal, warna kekuningan

3) Nyeri saat defekasi, Flatulans, Sensasi penuh pada rektal

Dorongan kuat untuk defekasi, Kemampuan menahan defekasi,

Mengejan yang kuat saat defekasi sebelum dan sesudah sakit

tidak ada

5. Kebutuhan Istirahat dan tidur

a. Jumlah jam tidur siang sebelum sakit dan setelah sakit : 2 jam

Jumlah jam tidur malam sebelum sakit : 6 – 7 jam dan setelah sakit

: 5 – 6 jam

b. Kebiasaan konsumsi obat tidur/stimulant/ penenang sebelum dan

setelah sakit : tidak pernah menggunakan obat

c. Kegiatan pengantar tidur tidak ada dan kesulitan memulai tidur

tidak ada, perasaan waktu bangun tidur baik, mudah terbangun tidak

ada, dan penyebab gangguan tidur tidak ada.

6. Kebutuhan Aktivitas

a. Kegiatan rutin sebelum sakit yaitu bekerja sebagai petani, dan

setelah sakit tidak ada / tidak bias bekerja, waktu senggang sebelum

sakit biasa digunakan untuk olah raga dan setelah sakit berbincang

dengan keluarga

b. Kemempuan berjalan sebelum sakit dilakukan secara mandiri dan

setelah sakit dibantu oleh keluarga

40
c. Kemampuan merubah posisi saat berbaring sebelum sakit dilakukan

sendiri dan setelah sakit dibantu oleh keluarga

d. Kemempuan berubah posisi : berbaring ke duduk sebelum sakit

dilakukan sendiri dan setelah sakit dibantu oleh keluarga

e. Kemampuan berubah posisi : duduk ke berdiri, Kemampuan

mempertahankan posisi berdiri, Kemampuan berjalan sebelum sakit

dilakukan sendiri dan setelah sakit dibantu oleh keluarga

f. Penggunaan alat bantu sebelum sakit tidak ada dan setelah sakit

menggunakan alat bantu

g. Dispnea setelah beraktivitas sebelum dan setelah sakit tidak ada

h. Ketidak nyamanan setelah beraktivitas, Pergerakan lambat sebelum

sakit tidak ada dan setelah sakit ya

7. Kebutuhan Perawatan Diri

a. Mandi

1) Motivasi dalam perawatan diri mandi, mencuci rambut dan

kebersihan kuku sebelum sakit dilakukan sendiri dan setelah

sakit dinbantu oleh keluarga.

2) Frekunsi mandi sebelum sakit 1 – 2 kali dan setelah sakit hanya

dilap basah, Frekwensi mencuci rambut sebelum sakit 2 klai dan

setelah sakit belum pernah dicuci

3) Frekwensi memotong kuku sebelum sakit 1 kali seminggu dan

setelah sakit belum pernah dipotong

4) Kemampuan mengakses kamar mandi dan Kemampuan

mengambil perlengkapan mandi sebelum sakit dilakukan sendiri

dan setelah sakit dibantu oleh keluarga

41
5) Kemampuan membasuh tubuh saat mandi dan Kemampuan

mengeringkan tubuh saat mandi sebelum sakit dilakukan snediri

dan setelah sakit belum pernah dilakukan.

8. Berpakaian

a. Motivasi dalam perawatan diri mengganti pakaian sebelum sakit

dilakukan sendiri dan setelah sakit dibantu oleh keluarga

b. Kebersihan pakaian sebelum dan sesudah sakit bersih dan

Frekwensi mengganti pakaian sebselum sakit 2 kali sehari dan

setelah sakit hanya 1 kali

c. Kemampuan memilih dan mengambil pakaian, Kemampuan

mengenakan pakaian pada bagian tubuh atas, Kemampuan

mengenakan pakaian pada bagian tubuh bawah, Kemampuan

melepaskan pakaian pada bagian tubuh atas, setelah sakit dilakukan

sendiri dan setelah sakit dibantu oleh keluarga.

9. Makan

a. Motivasi dalam perawatan diri makan, kemampuan memasukkan

makanan ke mulut, Kemampuan mengunyah, Kemampuan

memegang peralatan makan sebelum dan setelah sakit diilakukan

sendiri.

10. Kebutuhan Keamanan

a. Riwayat paparan terhadap kontaminan : Tidak ada

b. Riwayat perdarahan : Tidak

c. Riwayat pemeriksaan dengan media kontras : Tidak ada

d. Pemasangan kateter IV dalam waktu lama : Tidak

e. Penggunaan larutan IV yang mengiritasi : Tidak ada

42
f. Penggunaan larutan IV dengan aliran yang cepat : Ada

g. Pemasangan kateter urine dalam waktu lama : Tidak

h. Imobilisasi : Ya

i. Luka pada / jaringan : Ya

j. Benda asing pada luka : Tidak ada

k. Riwayat jatuh : Tidak

l. Penyebab jatuh : Tidak

m. Kelemahan umum : Tidak

11. Kebutuhan Kenyamanan :

a. Keluhan nyeri : Nyeri pada perut kanan bawah

b. Pencetus nyeri : Adanya tindakan operasi

c. Upaya yang meringankan nyeri : Dengan mengatur posisi nyaman

d. Karakteristik nyeri : Hilang timbul

e. Intensitas nyeri : Bertahap

f. Durasi nyeri : 30-60 menit

g. Dampak nyeri terhadap aktivitas : Nyeri bertambah ketika

banyak bergerak

h. Kebutuhan Seksualitas : Tidak dikaji

12. Kebutuhan Psikososial

a. Persep siterhadap penyakit : Klien sudah mengetahui penyebab

penyakitnya

b. Harapa klien terhadap kesehatannya :Ingin cepat sembuh

c. Pengaruh penyakit terhadap pekerjaan : Klien mengatakan selama

sakit, klien tidak pernah bekerja

d. Pola interaksi dengan orang terdekat:Harmonis dan baik

43
e. Sejauh mana keterlibatan orang terdekat bil klien menghadapi

masalah:ketika ada masalah dibicakan secara bersama

f. Pola pemecahan klien yang: secara musyawarah digunakan bila

mempunyai masalah

g. Hubungan dengan orang lain : Baik

h. Hubungan klien dengan tenaga kesehatan/keperawatan selama

dirawat: Baik

i. Organisasi kemasyarakatan yang diikuti: Tidak ada

13. Kebutuhan Spiritual :

a. Kemampuan menjalankan ibadah : Selama sakit klien tidak

melakukan ibadah

b. Hambatan mengikuti ritual keagamaan : Klien jarang ibadah

c. Perasaan yang dialami terkait aktivitas keagamaan : Klien merasa

tenang jika ibadah

VI. Pemeriksaan penunjang

1. Studi diagnostik

a. USG :

Pada tanggal 01 juni dilakukan pemeriksaan USG ..dari hasil

pemeriksaan USG terdapat

Kesan : Hernia inguinalis lateral

44
b. Hasil Lab Tn.A Tanggal 0 1 Juni 2020

Hasil pemeriksaan Rapid Test Tn A. Non Reaktif


Tabel

No Jenis Nilai Hasil Satuan


Pemeriksaan Rujukan Pemeriksaan

1 WBC 6.83 4.00-10.00 10^3/uL

2 RBC 4.18 4.00-6.50 10^3/uL

3 HGB 12.6 13.0-16.0 g/dL

4 HCT 35.8 36.0-46.0 %

5 MCV 85.6 80.0-97.0 FL

6 UREUM 22 10,0-50,0 mg/dl

7 KREATININ 0,7 0,1-1,3 mg/dl

(Sumber: Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka)

2. Tindakan medik/pengobatan

a. IVFD RL 20 tetes/menit

b. Injeksi Ketorolac 1 ampul/IV/ 8 jam

c. Injeksi ceftriaxone 2 gram / IV / 12 jam

45
C. KLASIFIKASI DATA

Nama Pasien : Tn. A No.RM :13 60 02


Umur : 43 tahun Tabel 3.2
Data Subjektif Data Objektif

- Klien mengatakan nyeri pada - Tampak meringis

luka operasinya di perut kanan - Bersikap protektif

bawah - Pain Assesmen

- Klien mengatakan nyeri seperti di P : Nyeri bertambah saat bergerak

iris-iris Q : Seperti diiris-iris

- Klien mengatakan nyeri di bagian R : bagian perut bawah

operasinya kalau bergerak S : Skala 6 ( 1 – 10 )

- Klien mengatakan takut Bergerak T : Intermiten

- Klien mengatakan semua - Tanda-tanda vital

aktivitasnya dibantu oleh TD :170/90 mmHg

keluarganya Nadi :88x/menit

- Klien mengatakan luka bekas Pernapasan :22x/menit

operasinya kadang terasa panas Suhu :36,5 oC


- Ku: Lemah

- Tampak berbaring ditempat tidur


- Klien nampak gelisah
- Nampak klien susah bergerak
- Luka Nampak kemerahan
- Nampak luka operasi pada perut
kanan dengan panjang 7 cm

46
D. ANALISA DATA

Nama Pasien : Tn. A No.RM :13 60 02


Umur : 43 tahun Tabel 3.3
Kemungkinan penyebab
No. Masalah Data
(pohon masalah)

1. Nyeri akut DS :

Pembedahan - Klien mengatakan nyeri pada

luka operasinya di perut kanan

Tindakan operasi / Insisi bawah

- Klien mengatakan nyeri seperti

Terputusnya kontinuitas diris-iris

/jaringan - Klien mengatakan nyeri di

bagian operasinya kalau

Resti perdarahan resiko bergerak

DO :

- Ekspresi wajah meringis

- Bersikap protektif
Nyeri akut
- Pain Assesmen

P :Nyeri bertambah saat

bergerak

Q : Seperti diiris-iris

R : bagian perut bawah

S : Skala 6 ( 1 – 10 )

T : Intermiten

- TTV

47
TD: 170/90 mmHg

N : 88 x/menit

S : 36,50C

P : 22 x/menit

2. Gangguan Pembedahan DS :

mobilitas - Klien mengatakan takut


fisik Tindakan Operasi Bergerak

- Klien mengatakan semua

Terputusnya kontinuitas aktivitasnya dibantu oleh

/jaringan keluarganya dan perawat

DO :

Adanya luka operasi - Ku: Lemah

- Tampak berbaring ditempat

tidur
Keengganan untuk bergerak/
- Klien nampak gelisah
mobilisasi
- Nampak klien susah

Gangguan mobilitas fisik bergerak

3. Risiko Tindakan operasi DS :-

Infeksi

Terputusnya kontinuitas DO : -

/jaringan - Nampak luka operasi pada


perut bawah
- Luka nampak agak

48
Adanya luka operasi kemerahan ( pada hari
kedua )
- Luka agak basah ( pada
Tempat keluar masuknya hari kedua )
mikroorganisme - Nampak luka operasi pada
perut bawah panjang 7 cm

Risiko infeksi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS)

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Keengganan melakukan

pergerakan.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur Infasif (terdapat luka operasi

pada perut bawah)

49
F. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama : Tn, A Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 43 tahun No. RM : 13 60 02\

Tabel 3.4

Rencana Keperawatan
Tanggal No. Kode SDKI/Diagnosa Keperawatan
SLKI SIKI

Selasa 1 D.0077 L.08066 Manajemen nyeri


02-06-2020 Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera a. Observasi
Setelah dilakukan intervensi
fisik ditandai dengan: - Identifikasi lokas, karakteristik, durasi,
Keperawatan 3 X 24 jam maka tingkat
DS : kualitas dan intensitas nyeri
nyeri menurun dengan Kriteria Hasil :
- Klien mengatakan nyeri pada luka - Identifikasi skala nyeri
operasinya di perut kanan bawah - Dari keluhan nyeri meningkat - Identifikasi respon nyeri non Verbal
- Klien mengatakan nyeri seperti di dirirs-iris : 1 menjadi menurun : 5 b. Terapeutik
- Klien mengatakan nyeri di bagian - Dari Meringis meningkat 1 - Kontrol lingkungan yang dapat
menjadi menurun 5

50
operasinya kalau bergerak - Dari TTV memburuk : 1 memperberat nyeri
menjadi membaik 5
DO : - Kontrol lingkungan yang dapat
-
- Ekspresi wajah meringis memperberat nyeri
- Bersikap protektif
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Pain Assesmen
P :Nyeri bertambah saat bergerak c.Edukasi

Q : Seperti diiris-iris - Jelaskan penyebab, periode dan pemicu


R : bagian perut bawah nyeri
S : Skala 6 ( 1 – 10 )
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
T : Intermiten
- Klien nampak gelisah - Ajarkan teknik non farmakologis untuk

- TTV : TD: 170/90 mmHg mengurangi nyeri

N : 88 x/menit d.Kolaborasi
S : 36,5 C
0

- Kolaborasi pemberian analgetik,sesuai


P: 22 x/menit
indikasi

e.Pantau TTV
Selasa 2 D.0054 L.05042 1.05173

51
02-06-2020 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Mobilisasi
selama 3 x 24 jam maka Mobilitasi a. Observasi
Keengganan melakukan pergerakan,
fisik meningkat - Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
ditandai dengan;
( L.05042 ) dengan kriteria hasil : fisik lainnya
DS :
- Identifikasi toleransi fisik melakukan
- Klien mengatakan takut Bergerak
- Dari Nyeri meningkat : 1 Mobilisasi
- Klien mengatakan semua aktivitasnya
menjadi menurun : 5 - Monitor frekuensi jantung dan tekanan
dibantu oleh keluarganya dan perawat - Dari keelemahan fisik darah sebelum memulai Mobilisasi
meningkat : 1 menjadi - Monitor kondisi umum selama
DO : melakukan Mobilisasi
menurun : 5
- Ku: Lemah
- Dari gerakan terbatas
b. Terapeutik
meningkat : 1 menjadi menurun
- Tampak berbaring ditempat tidur
5 - Fasilitasi aktivitas Mobilisasi dengan

- Nampak klien susah bergerak alat bantu (mis. tongkat, kruk)

- Libatkan keluarga untuk membantu


pasien
dalam meningkatkan Mobilisasi

52
c. Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur


Mobilisasi

- Anjurkan melakukan Mobilisasi dini

- Ajarkan Mobilisasi sederhana yang


harus dilakukan (mis. berjalan dari
tempat tidur ke kursi roda, berjalan dari
tempat tidur ke kamar mandi, berjalan
sesuai toleransi

Rabu 3 D.0142 L.14137 i.14539


03-06-2020 Risiko infeksi dibuktikan dengan Efek prosedur Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi
Infasif (terdapat luka operasi pada perut bawah) keperawatan selama 3 x 24 jam maka 1. Observasi
Mobilitasi fisik meningkat dengan - Monitor tanda dan gejala infeksi lokan
Ds : dan patagenik
kriteria hasil :

2.Terapeutik
Do :
- Dari Nyeri meningkat : 1 - Batasi jumlah pengunjung
- Nampak luka operasi pada perut bawah
menjadi menurun : 5

53
- Luka nampak agak kemerahan ( pada - Dari kemerahan meningkat : 1 - Cuci tangan sebelum dan sesudah
hari kedua ) menjadi menurun5 kontak dengan pasien dan lingkungan
- Luka agak basah ( pada hari kedua ) - Dari nafsu makan menurun : 1 pasien
- Nampak luka operasi pada perut bawah menjadi meningkat :5 3. Edukasi
panjang 7 cm
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- - Ajarkan cara mencuci tangan dengan


benar
- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

4. Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

54
G. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. A Nama Mahasiswa : Hamriyani
No. RM : 13 60 02 NIM : P003200190177
Ruang Rawat : Bedah
a. Implementasi hari Pertama ( tabel 3.5 )

Diagnosa Hari/Tgl/ Hari/Tgl/


Implementasi Paraf Evaluasi SOAP Paraf CI
Kep. jam jam
Nyeri akut Selasa 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 02-6-2020 S:
02-06-2020
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 14.00 - Klien mengatakan masih nyeri
09.30
Hasil: pada luka bekas operasinya

P : Nyeri ketika banyak bergerak diperut kanan

Q : Nyeri seperti di iris-iris - Klien mengatakan nyerinya

R : Perut kanan bawah bertambah ketika banyak

S : Skala nyeri 6 bergerak

T : Nyeri hilang timbul

55
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa
09.40
nyeri (mis: suhu ruangan , pencahayaan, O:

kebisingan) - Ekspresi wajah meringis

Hasil: Pain Assesmen

Klien mengatakan nyerinya bertambah ketika P:Nyeri bertambah saat bergerak

banyak bergerak Q : Seperti diiris-iris

3. Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah R : bagian perut bawah


09.50
pemberian analgesik S : Skala 6 ( 1 – 10 )

Hasil: T : Intermiten

TD : 170/90 mmhg - TTV : TD: 170/90 mmHg

N : 80 x/menit N : 88 x/menit

S : 37,20C S : 36,50C

P : 20 x/menit P: 22 x/menit

56
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri A:

5. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk - Keluhan nyeri : 2


10.00
mengurangi rasa nyeri yaitu melakukan - Meringis 2
10.15
pengaturan posisi dan relaksasi - Tekanan darah : 2

6. Menjelaskan tujuan dan manfaat teknik napas


P:
7. Menjelaskan prosedur teknik napas
10.20 - Intervensi 1,2,3,5 dan
10.30 8. Kolaborasi pemberian analgetik
8 dilanjutkan
11.00
Hasil:

pemberian injeksi Ketorolac 1 ampul/IV/8 jam

Gangguan Selasa 1. Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik 02/6/2020 S:


mobilitas 02-06-2020 lainnya 14.00 - Klien mengatakan masih takut
fisik 11.30 untuk Bergerak
Hasil :
- Klien mengatakan semua
- Klien mengatakan masih Nyeri bila bergerak
aktivitasnya dibantu oleh

57
11.40 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan keluarganya dan perawat
Mobilisasi
O:
Hasil ;

- Klien mengeluh masih takut untuk bergerak - Ku: lemah

11.50 3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah - Tampak berbaring ditempat tidur

sebelum memulai Mobilisasi - Nampak klien susah bergerak

Hasil :
A:
- T :TD : 170/90 mmHg, N : 88x/i Gannguan mobilitas fisik belum teratasi

12.00 4. Memonitor kondisi umum selama melakukan - Gerakan terbatas 5


Mobilisasi - Kelemahan fisik 5

Hasil :
P:
- Klien masih lemah baru keluar dari ruang operasi Intervensi 1,2 dan 3 dilanjutkan

12.15 5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam


meningkatkan Mobilisasi

58
Hasil ;

- Keluarga bersedia membantu Klien


12.20
6. Menjelaskan tujuan dan prosedur Mobilisasi
Hasil :
- Klien mengerti dan bersedia mengikuti
prosedur mobilisasi
12.30
7. Menganjurkan melakukan Mobilisasi dini
Hasil :
- Klien masih Takut untuk bergerak

b. Implementasi dan evaluasi hari kedua

Diagnosa Hari/Tgl/ Hari/Tgl/


Implementasi Paraf Evaluasi SOAP Paraf CI
Kep. jam jam
Nyeri akut Rabu 1 Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, rabu S:
03-06-2020 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 03-6-2020 - Klien mengatakan masih nyeri

59
07.30 Hasil: 14.00 pada luka bekas operasinya
P : Nyeri ketika banyak bergerak diperut kanan bawah
Q : Nyeri seperti di iris-iris - Klien mengatakan nyerinya
R : Perut kanan bawah bertambah ketika banyak
S : Skala nyeri 5 bergerak
T : Nyeri hilang timbul
07.40 2 Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa O:
nyeri (mis: suhu ruangan , pencahayaan, - Ekspresi wajah mulai rileks
kebisingan) - Bersikap protektif
Hasil: Pain Assesmen
- Klien mengatakan nyerinya
bertambah ketika banyak bergerak P:Nyeri bertambah saat bergerak
08.00 3 Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan Q : Seperti diiris-iris
sesudah pemberian analgesik R : bagian perut bawah
Hasil: S : Skala 4 ( 1 – 10 )
- TD : 150/90 mmhg T : Intermiten
- N : 80 x/menit - Klien nampak gelisah
- S : 36,2 C0
- TTV : TD: 150/90 mmHg
N : 80 x/menit

60
- P : 20 x/menit S : 36,20C
P: 20 x/menit
10.00 A:
4. Mengajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri yaitu melakukan - Keluhan nyeri : 3
pengaturan posisi dan relaksasi - Meringis 3
- Tekanan darah : 3
11.00 5. Kolaborasi pemberian analgetik
Hasil:
- pemberian injeksi Ketorolac 1 ampul /IV/
12 jam P:

Intervensi 1,2,3,5 dan 8 dilanjutkan

Gangguan Rabu 1. Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan Rabu S:


mobilitas 03-06-2020 fisik lainnya 03-6-2020 - Klien mengatakan masih takut
fisik 11.30 14.00
Hasil : untuk Bergerak

- Klien mengatakan masih Nyeri bila - Klien mengatakan masih


bergerak

61
11.40 2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan aktivitasnya dibantu oleh
Mobilisasi
keluarganya
Hasil ;

- Klien belajar duduk ditempat tidur O:

11.50 3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan - Ku: baik


darah sebelum memulai Mobilisasi
- Klien duduk ditempat tidur
Hasil :
A:
- T :TD : 150/90 mmHg, N : 88x/i
Gannguan mobilitas fisik belum teratasi
12.00 4. Memonitor kondisi umum selama melakukan
Mobilisasi - Gerakan terbatas 4

Hasil - Kelemahan fisik 4

- Klien masih lemah baru keluar dari ruang


operasi
P:
12.15 5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien Intervensi dilanjutkan
dalam meningkatkan Mobilisasi
Hasil ;

62
- Keluarga bersedia membantu Klien
12.20 6. Menjelaskan tujuan dan prosedur Mobilisasi
Hasil :
- Klien mengerti dan bersedia mengikuti
prosedur mobilisasi
7. Menganjurkan melakukan Mobilisasi dini

12.30 Hasil :
- Klien masih mulai bergerak ( belajar
duduk )
8. Pemberian Antibiotik
12.35
Hasil:
- Cefrtiaxon 2 gr/ 12 jam

63
Risiko Rabu 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi lokan dan rabu Jam : 14.15
infeksi 03-06-2020 patogenik 03-6-2020
S:
14.15
10.15 Hasil
- Klien mengatakan luka opersinya
- Luka agak basah agak basah

11.30 2. Membatasi jumlah pengunjung O:

Hasil - Nampak luka Operasi dibagian


Perut bawah,dengan lebar luka
- Menganjurkan keluarga pasien untuk
sekitar 7 cm
membatasi pembesuk untuk
mengurangi kebisingan - Nilai Leukosit ( 4,9-11ribu/ul)

11.40 3. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi - SB : 36,2ºC

Hasil A:

- Menunjukkan kemampuan untuk - Nyeri : 3


mencegah timbulnya infeksi - Kemerahan : 3

4. Mengajarkan cara mencuci tangan dengan P:

12.00

64
benar - Lanjutkan Intervensi

Hasil :

- Menunjukkan kemamauan untuk mencuci


tangan dengan benar

12.30 5. Menganjurkan meningkatkan asupan Nutrisi

Hasil :

- Mampu menghabiskan Porsi yang


diberikan
14.00
6. Kolaborasi pemberian obat

hasil
- Injeksi Ceftriaxone 2 gr / iv / 12 jam

65
c. Implementasi dan evaluasi hari ketiga

Diagnosa Hari/Tgl/ Hari/Tgl/


Implementasi Paraf Evaluasi SOAP Paraf CI
Kep. jam jam
Nyeri akut Kamis 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, Kamis S:
04-06-2020 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 04-06- - Klien mengatakan nyeri pada luka
09.30 Hasil: 202014.00 bekas operasinya sudah
P : Nyeri ketika banyak bergerak berkurang berkurang
Q : Nyeri seperti di sayat - Klien mengatakan nyerinya
R : Perut kanan bawah berkurang ketika banyak bergerak
S : Skala nyeri 4 O:
09.40 T : Nyeri hilang timbul - Ekspresi wajah rileks
2. Mengontrol lingkungan yang memperberat rasa Pain Assesmen
nyeri (mis: suhu ruangan , pencahayaan, P:Nyeri ketika banyak bergerak
kebisingan) berkurang
Hasil: Q : Seperti Nyut Nyut
09.50 Klien mengatakan nyerinya bertambah ketika R : bagian perut bawah
banyak bergerak
3. Memonitor tanda-tanda vital sebelum dan S : Skala 3 ( 1 – 10 )

66
sesudah pemberian analgesik T : Intermiten
Hasil: - Klien nampak tenang
TD : 130/80 mmhg - TTV : TD: 130/80 mmHg
N : 80 x/menit N : 80 x/menit
S : 360C S : 360C
P : 20 x/menit P: 20 x/menit
11.00 4. Kolaborasi pemberian analgetik A:
Hasil: - Keluhan nyeri : 3
pemberian injeksi Ketorolac 1 ampul /IV/ 8 jam - Meringis 3
- Tekanan darah 3
P:
Intervensi 1,2,3,5 dan 8 dipertahankan
-

Gangguan Kamis 1. Mengindentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik Kamis S:


mobilitas fisik 04-06-
lainnya 04-6-2020 - Klien mengatakan takut
202011.30
14.00 tidak untuk Bergerak
Hasil :
- Klien mengatakan masih
- Klien mengatakan sudah tidak Nyeri bila

67
11.40 bergerak aktivitasnya dibantu oleh

keluarganya
2. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan
O:
Mobilisasi

Hasil ; - Ku: baik


11.50

- Klien sudah berjalan - Klien sudah berjalan

3. Memonitor frekuensi jantung dan tekanan darah


A:
sebelum memulai Mobilisasi
12.00 - Gerakan terbatas 3
Hasil : - Kelemahan fisik 3

- T :TD : 130/80 mmHg, N : 80x/i

4. Memonitor kondisi umum selama melakukan


12.30
Mobilisasi P:

68
Hasil Intervensi dilanjutkan

- KU, baik dan sudah berjalan kekemar mandi

5. Melibatkan keluarga untuk membantu pasien

dalam meningkatkan Mobilisasi

Hasil ;

- Keluarga bersedia membantu Klien

69
Risiko infeksi 10.15 1 Memonitor tanda dan gejala infeksi lokan dan : Kamis Jam : 14.15
patogenik 04-6-2020
S:
Hasil :

- Luka basah O:

11.30 2 Membatasi jumlah pengunjung - Nampak luka Operasi dibagian


Perut bawah,dengan lebar luka
Hasil
sekitar 7 cm
- Menganjurkan keluarga pasien untuk
- Nilai Leukosit ( 4,9-11ribu/ul)
membatasi pembesuk untuk mengurangi
kebisingan - SB : 36,ºC

11.40 3 Menganjurkan meningkatkan asupan Nutrisi A:

Hasil : - Nyeri: 3
- Mampu menghabiskan Porsi yang diberikan - Kemerahan = 2
4 Kolaborasi pemberian obat
12.30 P:
Hasil
- Injeksi Ceftriaxone 1 gr / iv / 12 jam - Lanjutkan Intervensi

70
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai masalah yang ditemukan selama

melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan Hernia Inguinalis Lateral di

Ruang Seruni RS Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka mulai tanggal 02Juni sampai

dengan 04Juni 2020 berupa kesenjangan antara konsep teori dengan penerapan asuhan

keperawatan secara langsung di ruang perawatan. Selama melaksanakan asuhan

keperawatan pada Tn. A menggunakan pendekatan proses keperawatan mulai dari

pengkajian, merumuskan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi,

penulis dapat mengemukakan beberapa permasalahan sebagai berikut:

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses keperawatan tindakan yang berurutan yang dilakukan

secara sistematik dan pengkajian merupakan tahap awal yang sistematis dalam

pengumpulan data dari klien yang berfokus pada respon klien untuk mengidentifikasi

masalah keperawatan dan sesuai dengan kebutuhan klien. Penulis mengumpulkan

data dari klien Tn. A berupa catatan medis dan pemeriksaan labolatrium. Tehnik

pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data observasi dan

pemeriksaan fisik. Yang tidak terapat pada pengkajian adalah disorientasi ringan,

amnesia post traumatik, hilang memori sesaat, vertigo dalam perubahan posisi, dan

gangguan pendengaran.

71
Menurut setiadi (2012), proses keperawatan adalah tindakan yang berurutan dan

dilakukan secara sistemik untuk menentukan masalah klien kemudian membuat

perencanaan untuk dilaksanakan, serta mengevaluasi tingkat keberhasiln tindakan

yang dilakukan terhadap masalah yang akan diatasi.

Keluhan utama yang ditemukan melalui pengkajian yang dilakukan terhadap

klien, sebagian besar sesuai dengan literature yang digunakan yaitu pada post

operasi klien mengeluh nyeri dan susah bergerak. Berdasarkan hal di atas, penulis

menyimpulkan bahwa semua data pengkajian dan diagnosa yang ada berdasarkan

literatur yang penulis gunakan sesuai dengan yang ada pada klien.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori asuhan keperawatan maka diagnosa keperawatan yang dapat

terjadi pada klien dengan post Hernia inguinalis lateral yaitu:

1. Nyeri akut ( D.0077 ) berhubungan dengan pencedera fisik (misalnya abses,

amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma,

latihan fisik berlebihan).

2. Gannguan mobilitas fisik ( D.0054 )berhubungan dengan Keengganan

melakukan pergerakan, gangguan muskuloskeletal, nyeri.

3. Resiko infeksi ( D.0142 )ditandai dengan Efek prosedur Infasif

4. Konstipasi ( D.0049 ) berhubungan dengan Kelemahan otot abdomen

Berdasarkan hal tersebut diatas tidak ditemukan adanya kesenjangan

antara diagnosa yang muncul pada kasus dengan diagnosa keperawatan yang dapat

ditemukan pada teori, adapun diagnosa keperawatan yang ada pada teori yang

muncul pada kasus yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

72
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Keengganan melakukan

pergerakan.

3. Risiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur Infasif (terdapat luka

operasi pada perut bawah )

C. Intervensi Keperawatan

Pada tahap ini penulis menyusun intervensi sesuai dengan masalah atau

diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. A dan semua yang telah direncanakan

dapat dilaksanakan. Kegiatan perencanaan ini meliputi: memprioritaskan masalah,

merumuskan tujuan, kriteria hasil serta tindakan.

Dalam tahap perencanaan ini perumusan tujuan pada asuhan keperawatan

berdasarkan pada metode spesifik, measurable, asurable, reality and time (SMART)

yaitu secara spesifik dapat diukur dan diatasi dengan tindakan keperawatan.

Faktor pendukung penulis dalam menetapkan intervensi yaitu adanya

dukungan dan kerjasama dari perawat ruangan dan mahasiswa yang praktek diruang

Seruni. Faktor penghambat penulis dalam menetapkan rencana keperawatan yang

akan dilakukan yakni terbatasnya pemahaman dan pengetahuan yang penulis miliki,

sehingga penulis perlu lebih giat lagi menambah pengetahuan untuk dapat

menetapkan rencana keperawatan yang sesuai dengan masalah klien secara efektif.

D. Implementasi Keperawatan

Pada tahap ini ini asuhan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan

intervensi atau rencana yang telah di tetapkan sebelumnya. Dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada Tn. A peran keluarga sangat membantu dalam hal ini Anak

klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan disini dimulai tanggal 02 – 04 Juni 2020, dan

disesuaikan dengan kondisi, masalah serta kebutuhan klien. Pelaksanaan dilakukan

73
berdasarkan dengan menggunakan pendekatan terapeutik sehingga penulis tidak

menemukan kesenjangan yang berarti antara teori dan kasus nyata.

Diagnosa Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi), telah dilakukan tindakan keperawatanselama tiga hari telah mengalami

penurunan, yaitu: Implementasi nyeri dan keluhan nyeri hari pertama sampai hari

ketiga mengalami penurunanYaitu: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Nyeri skala : 6 ( 0 – 10 ) nyeri sedang, keluhan

nyeri cukup meningkat : 2, meringis cukup meningkat 2, tekanan darah cukup

memburuk 2 : 170/ 90 mmHg,sedangkan hari kedua nyeri skala : 5 ( 0 – 10 ) Nyeri

sedang,keluhan nyeri cukup meningkat 2, meringis cukup meningkat 2, tekanan

darah sedang 3 ( 150/ 90 mmHg) dan hari ketiga nyeri skala 3 ( 0 – 10 ) Nyri Ringan,

keluhan nyeri sedang 3, meringis sedang 3, tekanan darah sedang 3 : ( 130/ 80

mmHg ).

( sumber. Penilaian Mankoskin pain scale dan Tim Pokja SIKI, SLKI, DPP PPNI )

Dengan diagnose Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Keengganan

melakukan pergerakan telah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari telah

mengalami peningkatan yaitu:hasil : Hari pertamaMengindentifikasi adanya nyeri

atau keluhan fisik lainnya. Hasil : Nyeri menurun 5, kelemahan fisik menurun 5,

Gerakan terbatas menurun 5. Dan hari kedua Nyeri Cukup menurun 4, kelemahan

fisik cukup menrun 4, Gerakan terbatas cukup menurun 4. Selanjutnya hari ketiga

Nyeri sedang 3, kelemahan fisik sedang 3, gerakan terbatas sedang 3. (Tim Pokja

SIKI, SLKI, L.08066 DPP PPNI )

Dengan diagnose Risiko infeksi dibuktikan dengan Efek prosedur Infasif

(terdapat luka operasi pada perut bawah) telah dilakukan tindakan keperawatan

selama dua hari telah mengalami penurunan yaitu : hari Kedua Memonitor tanda dan

74
gejala infeksi lokan dan patogenik. Hasil :kemerahan sedang 1, dan hari kedua

kemerahan cukup meningkat 2.( Tim pokja SIKI SLKI, L.14137 ).

E. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Namun, evaluasi dapat

dilakukan pada setiap tahap dari proses perawatan. Evaluasi mengacu pada penilaian,

tahapan dan perbaikan. Pada tahap ini, perawat menemukan penyebab mengapa suatu

proses keperawatan dapat berhasil atau gagal, evaluasi masalah keperawatan dengan

melihat perkembangan kondisi dan respon klien dari tanggal 02 Juni sampai dengan

04 Juni 2020. Dari ketiga masalah keperawatan yang ditemukan, masalah yang

teratasi belum ada Sedangkan masalah yang belum teratasi adalah :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keengganan melakukan pergerakan

3. Risiko infeksi berhubungan dengan Efek prosedur invasif

Faktor pendukung tercapainya tujuan karena adanya kerja sama klien dan

keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan sehingga asuhan keperawatan dapat

berjalan dengan lancar.

Seangkan faktor penghambat karena adanya keterbatasan waktu dan

kemampuan penyusun menyelesaikan pelaksanaan rencana keperawatan tetapi

diagnosa keperawatan yang belum teratasi dan implementasi untuk mengatasi

masalah kesehatan klien dapat dilanjutkan dengan perawat yang ada di ruang

perawatan sampai pasien pulang.

Evaluasi yang dilakukan oleh penulis didasarkan pada tujuan yang telah

ditetapkan saat penetapan intervensi, pada tahap evaluasi tidak semua masalah dapat

teratasi hal ini dapat dilihat seperti:

75
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis membahas tentang kesimpulan dari proses keperawatan yang

dimulai dengan pengkajian sampai evaluasi dan saran dari karya tulis ilmiah yang

berjudul asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pencernaan :Hernia inguinalis

lateral pada klien Tn.A di ruang Bedah/seruni Rumah Sakit Benyamin Guluh

kabupaten kolaka.

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Pencernaan (Post

Op Hernia inguinalis lateral) Pada Tn. A Ruang bedah/Seruni Rumah Sakit

Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengkajian

Data hasil pengkajian fisik yang diperoleh adalah kesadaran klien

composmentis, keadaan umum klien Post Op: tampak lemah, klien wajah

tampak meringis, klien tampak berbaring dan terdapat luka pada bagian perut

kanan bawah yang diverban dengan 7 jumlah hekting luar dengan panjang

luka 7 cm.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada tahap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah tiga

diagnosa keperawatan, yaitu: Nyeri berhubungan dengan Agen pencedera

fisik, Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Keengganan melakukan

pergerakan, Resiko Infeksi dibuktikan dengan luka insisi dan perawatan luka.

76
3. Intervensi

Inteervensi yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosa yang ada dan

semuanya dapat dilaksanakan. Hal ini antara lain karena dukungan dari

keluarga, perawat rungan dan pembimbing.

4. Implementasi

Implementasi dilakukan sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan penulis

dan intervensi yang telah disusun baik tindakan keperawatan mandiri

maupun kolaborasi.

5. Evaluasi

Pada evaluasi keperawatan semua masalah keperawatan yang diangkat pada

kasus belum teratasi.

77
B. Saran

kepada pihak institusi pendidikan diharapkan dalam menyusun karya tulis

ilmiah dimasa yang akan datang waktunya perlu ditambah agar penulis lebih

memahami dan mengerti asuhan keperawataan pada klien Hernia inguinalis

lateral.

Untuk pihak unit layanan kesehatan , agar membuat model pelayanan

keperawatan profesional yang dapat dijadikan acuan pembelajaraan mahasiswa

perawat guna menjamin kualitas asuhan yang diberikan pada klien.

Untuk pihak penulis selanjutnya kiranya jika melakukan penelitihan lebih

mendalam lagi pada kasus Hernia inguinalis lateralserta pada kasus lainnya.

78
DAFTAR PUSTAKA

Huda dan Kusuma ,2016.Asuhan Keperawatan Praktis Jilid 2.Mediaction


Publishing, Jogjakarta.

Nuari 2015 inguinalis yang rnelebar.

Purnomo,. 2011). Penatalaksanaan nyeri non farmakologi

Diyono & Mulyanti, S. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Jitowiyonno & Kristiyanasari,2012. Asuhan Keperawatan Post Operasi
pendekatan

Muttaqin A & 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan System Perkemihan.


Jakarta : Salamba Medika.
Medical Record Rumah Sakit Benyamin Guluh Kabupaten Kolaka Tahun 2018

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi Indikator Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
SuratandanLusinah(2010) pemekriksaan diagnostic pada pasien Hernia Inguinalis
lateral.

Nursing Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley


Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical


surgical Nursing. Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

PPNI (2019). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

Ackley, B. J., Ladwig, G. B., Msn, R. N., Makic, M. B. F., Martinez-Kratz, M.,
& Zanotti, M. (2019). Nursing Diagnosis Handbook E-Book: An Evidence-Based
Guide to Planning Care. Mosby.

Carpenito-Moyet, L. J. (2006). Handbook of nursing diagnosis. Lippincott


Williams & Wilkins.

79
80
81
82
83
84
85
86
87

Anda mungkin juga menyukai