Anda di halaman 1dari 70

SKRIPSI

LITERATURE REVIEW GAMBARAN PERAWATAN


MASA NIFAS BAGI IBU NIFAS

BEATRIKS RAHANGIAR
12113201150010

PEMINATAN KIA-KR
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami menyatakan menerima dan menyetujui Proposal ini yang disusun oleh

Beatriks Rahangiar dengan NPM 12113201150010 untuk diujikan.

Ambon, April 2021

Pembimbing I Pembimbing II

(I. V. Lawalata, SKM., M Kes.) (M. Pauno, S.SIT., MPH)


NIDN: 1216028401 NIP. 19680841990032015

Menyetujui Mengetahui

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi

B. Talarima, S.KM., M.Kes G. V. Souisa, S.Si., M.Kes


NIDN : 1207098501 NIDN: 1201128802

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus,

karena atas kasih dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini

dengan judul “Literatur Review Gambaran Perawatan Masa Nifas Bagi Ibu”.

Penyusunan skripsi ini merupakan syarat dalam penyelesaian tugas akhir untuk

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan,

Universitas Kristen Indonesia Maluku.

Dengan terselesaikannya proposal ini, perkenankanlah penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada:

1. Dr. J. Damamain, S.Th.,M.Th. selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia

Maluku.

2. B. Talarima, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku.

3. G. V. Souisa, S.Si.,M.Kes., selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku.

4. I. V. Lawalata, SKM.,M.Kes., sebagai pembimbing I yang telah banyak

mengarahkan dan membimbing peneliti sehingga proposal ini dapat

terselesaikan.

5. M. Puano, S.SIT.,MPH., selaku pembimbing II yang telah banyak

mengarahkan dan membimbing peneliti dalam menyelesaikan proposal ini.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia

Maluku.

iii
7. Keluarga yang telah memberikan dukungan baik materi maupun moril serta

selalu menopang dalam doa guna penyelesaian studi.

8. Semua teman – teman yang tidak dapat penulis sebut satu demi satu, terima

kasih semuanya atas bantuan dan kebersamaan kalian selama ini.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan guna perbaikan

lebih lanjut sehingga proposal ini dapat berguna serta bermanfaat bagi semua yang

membacanya.

Ambon, Oktober 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL............................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL...............................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian.................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Nifas.............................................. 8
B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian........................26
C. Kerangka Konsep....................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian.......................................................................41
B. Tahapan Systematic Review....................................................41
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling.................................43
D. Variabel Penelitian..................................................................44
E. Analisa Data............................................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian.......................................................................46
B. Pembahasan............................................................................55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................58
B. Saran.......................................................................................58

v
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Waktu & Warnanya Lokhia................................................................12

Tabel 2.2 Tinggi Fundus dan Berat Uteri Menurut Involusi...............................13

Tabel 4.1 Hasil Systematic Review......................................................................46

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 40

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Pembimbing

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (Puerperium) merupakan masa yang diawali sejak beberapa

jam setelah plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan.

Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam

keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak

kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-

organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya

proses kehamilan dan bersalin (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

Jika masa nifas tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan

mengakibatkan kematian pada ibu nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) dalam

suatu negara menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2012 diperoleh Angka kematian ibu (AKI) cukup tinggi yaitu 359/100.000

kelahiran hidup (KH). Angka tersebut masih jauh dari target Sustainable

Development Goal’s (SDGS) yaitu menurunkan Angka kematian ibu (AKI)

hingga 70/100.000 kelahiran hidup (KH) pada tahun 2020 (Zuraya, 2016).

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2015 sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Hasil SDKI 2015

menunjukkan bahwa adanya kegagalan Indonesia dalam memberikan

perlindungan bagi ibu dan bayi (Kemenkes, 2016).

1
Data cakupan pelayanan ibu nifas di Provinsi Maluku Tahun 2015

menyatakan bahwa kunjungan nifas di Pronvisi Maluku sebesar 75,9%,

capaian ini masih kurang dari capaian Nasional yaitu 89,54% dan Jauh dari

target standar pelayanan minimal (SPM) Nasional yaitu 90%. Kabupaten

dengan capaian Kunjungan Nifas tertinggi adalah Kabupaten Maluku

Tenggara 89,7% melewati target Nasional dan target Rencana Strategis Dinas

Kesehatan tahun 2015 yaitu di tetapkan sebesar 81%, sedangkan terendah

Kabupatan Kepulauan Aru yaitu 47,2% (Profil Kesehatan Provinsi Maluku

2015). Menurut Profil kesehatan Kota Ambon (2015) Penyebab AKI adalah

perdarahan, partus lama, infeksi dan keterlambatan penanganan oleh petugas

kesehatan, Salah satu masalah AKI yang tidak ditangani dengan benar dapat

berakibat pada kematian ibu seperti faktor-faktor yang berhubungan dengan

rendahnya kunjungan ibu nifas.

Pada dasarnya, kematian ibu nifas dapat dicegah dengan melakukan

pelayananan masa nifas. Pelayanan nifas bertujuan untuk menilai status ibu

dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah yang

terjadi. (Akhenan & Puspitasari, 2011). Pelayanan kesehatan ibu nifas

dilakukan sedikitnya tiga kali, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari

pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke pasca persalinan,

dan pada hari ke 29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan (Kemenkes RI,

2015).

Perawatan ibu nifas merupakan tantangan bagi tenaga kesehatan untuk

memberikan informasi yang jelas dan tepat yang dibutuhkan ibu dalam

2
perawatan masa nifas. Informasi yang diberikan seperti edukasi kesehatan

yang merupakan intervensi yang utama untuk menentukkan kebutuhan yang

berhubungan dengan perawatan masa nifas. Pemberian edukasi yang tidak

jelas akan mempengaruhi cara perawatan ibu nifas. Perawatan masa nifas ibu

menentukkan kondisi kesehatan ibu dan anak. Perawatan masa nifas yang baik

dan sesuai dengan edukasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan dapat

menolong perkembangan kesehatan ibu maupun anak sehingga meminimalisir

angka kematian ibu dan anak pasca bersalin (Desyanti, 2015).

Perawatan masa nifas merupakan perawatan diri yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan terhadap ibu nifas maupun aktivitas perawatan yang

dilakukan oleh ibu nifas itu sendiri untuk memelihara kesehatan organ-organ

reproduksi selama masa nifas, yakni dimulai dari akhir persalinan dan

berakhir hingga kembalinya organ-organ reproduksi seperti keadaan sebelum

hamil. Perawatan masa nifas merupakan suatu bentuk tindakan atau praktik

yang dilakukan oleh ibu nifas yang menggambarkan perilaku kesehatan ibu

selama menjalani masa nifas yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (Sagita,

2015).

Pada dasarnya, kematian ibu nifas dapat dicegah dengan melakukan

pelayananan masa nifas. Pelayanan nifas bertujuan untuk menilai status ibu

dan bayi baru lahir, mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah yang

terjadi. (Akhenan & Puspitasari, 2011). Pelayanan kesehatan ibu nifas

dilakukan sedikitnya tiga kali, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari

pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke pasca persalinan,

3
dan pada hari ke 29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan (Kemenkes RI,

2015).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lailatul Rahmawati (2015),

mendapatkan hasil bahwa ada hubungan antara sikap, peran bidan dan

dukungan keluarga dengan kunjungan ibu nifas dengan nilai p<0,05 dan tidak

ada hubungan antara pendidikan, pekerjaan, ketersediaan sarana pelayanan

kesehatan, pelayanan petugas, dan jarak dengan kunjungan ibu nifas.

Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pelayanan masa

nifas. Dengan demikian kinerja keberhasilan yang diperlihat oleh bidan dapat

diukur dengan cakupan kunjungan nifas (KF) yang dilakukan sebanyak tiga

kali kunjungan pada masa nifas sesuai dengan standar yang berlaku (Wiwiet

Hermita, 2011).

Tinggi rendahnya cakupan kunjungan nifas menggambarkan perilaku

kunjungan nifas. Kunjungan ibu nifas merupakan sikap ibu nifas mengunjungi

fasilitas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Rahmawati dkk,

2015). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri Pinaringsih

(2017) yang mengatakan bahwa hasil analisis test menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan kunjungan nifas dengan

hasil p<0,05 (p=0,002) dimana responden yang mempunyai sikap positif

terhadap pelayanan nifas sehingga responden cenderung untuk melakukan

kunjungan nifas dikarenakan merasa perlu mengetahui kondisi ibu maupun

bayinya.

4
Dukungan keluarga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kunjungan ibu nifas dalam pemeriksaan pasca bersalin. Keluarga yang baik

setiap kali melakukan kunjungan nifas responden selalu diantar dan ditunggu

hingga pemeriksaan selesai, selain itu keluarga juga mengingatkan tentang

jadwal kunjungan dan jika ibu mengalami keluhan atau masalah kesehatan

selama masa nifas, keluarga selalu menyarankan untuk segera ke fasilitas

kesehatan atau petugas kesehatan (Tri Rahayu, 2017). Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Gita Sekar (2019) dengan hasil penelitian,

terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan

kunjungan ibu nifas dengan nilai p<0,05 yaitu nilai p=0,025.

Dengan demikian, penulis tertarik untuk menulis tentang gambaran

perawatan masa nifas medis dan non medis bagi ibu.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “gambaran perawatan masa nifas bagi ibu?”

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai

berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perawatan masa nifas bagi ibu.

2. Tujuan Khusus

5
a. Mengetahui hubungan peran bidan dengan perawatan masa nifas bagi

ibu.

b. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan perawatan masa nifas bagi

ibu.

c. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perawatan masa

nifas bagi ibu.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

masyarakat untuk mempertimbangkan bahaya dan risiko dalam perawatan

masa nifas bagi ibu dan bayi sehingga dalam mengambil keputusan yang

baik dalam perawatan masa nifas yang bersih dan sehat.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat menjadi informasi yang barmanfaat bagi masyarakat

dalam perawatan masa nifas untuk kesehatan yang lebih baik bagi ibu

dan bayi.

b. Bagi Puskesmas

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan dalam memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga

6
dalam melakukan perawatan masa nifas dengan mempertingbangkan

bahaya dan risiko yang terjadi.

c. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk

melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Nifas

1. Pengertian Masa Nifas (Peiperium)

Menurut Rukiyah (2014) bawah masa nifas (peurperium) adalah

dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira

enam minggu. Peurperium adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput

janin hingga kembalinya reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil

(Varney, 2014).

Wanita yang melalui periode peurperium disebut peurpura. Batasan

waktu nifas yang paling singkat tidak ada batas waktunya, bahkan bisa jadi

dalam waktu yang relatif pendek darah sudah keluar, sedangkan batasan

maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas adalah masa setelah

keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seprti sebelum hamil

dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari

(Ambarwati 2014).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Rukiyah (2014) selama bidan memberikan asuhan

sebaiknya bidan mengetahui apa tujuan dari pemberian asuhan pada ibu

nifas. Tujuan diberikannya asuhan pada ibu selama masa nifas antara lain:

8
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya secara fisik maupun spikologi

dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting,

dengan pemberian nutrisi, dukungan psikologi maka kesehatan ibu dan

bayi selalu terjaga.

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif menyeluruh dimana bidan

harus melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu nifas secara

sistematis yaitu mulai pengkajian data subjektif, objektif maupun

penunjang.

c. Setelah bidan melaksanakan pengkajian data maka bidan harus

menganalisa data tersebut sehinga tujuan asuhan masa nifas ini dapat

mendeteksi masalah yang terjadi pada ibu dan bayi.

d. Mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya, yakni setelah masalah ditemukan maka bidan dapat langsung

masuk ke langka berikutnya sehinga tujuan diatas dapat dilaksanakan.

e. Memberikan pendidikankesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada

bayinya dan perawatan bayi sehat.

3. Tahapan Masa Nifas

Tahapan masa nifas menurut Reva Rubin (2014):

a. Periode taking in (hari ke 1-2 setelah melahirkan)

a) Ibu masi pasif dan tergantung dengan orang lain

b) Perhatian ibu tertujuh pada kekhawatiran perubahan tubuhnya

c) Ibu akan mengulangi pengalaman-pengalaman waktu melahirkan

9
d) Memerlukan ketenagan dalam tidur untuk mengembalikan keadaan

tubuh ke kondisi normal

e) Nafsu makan ibu biasanya bertambah sehingga membutuhkan

peningkatan nutrisi. Kurangnya nafsu makan menandakan proses

pengembalian kondisi tubuh tidak berlangsung normal

b. Periode Taking On/Taking Hold (hari ke 2-4 setelah melahirkan)

a) Ibu memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan

meningkatkan tanggung jawab akan bayinya

b) Ibu mengfokuskan perhatian kepada pengontrolan fungsi tubuh,

BAK,BAB dan daya tahan tubuh

c) Ibu berusaha untuk menguasai ketrampilan merawat bayi seperti

menggendong, menyusui, memandikan, dan menganti popok

d) Ibu cenderung terbuka menerima nasehat bidan dan kritikan pribadi

e) Kemungkinan ibu mengalami depresi postpartum karena merasa

tidak mampu membesarkan bayinya

c. Periode Leting Go

a) Terjadi setelah ibu pilang kerumah dan dipengaruhi oleh dukungan

serta perhatian keluarga

b) Ibu sudah mengambil tangung jawab dalam merawat bayinya dan

memahami kebutuhan bayi sehinga akan mengurangi hak ibu dalam

kebebasan dan hubungan sosial

c) Depresi postpartum sering terjadi pada masa ini

10
4. Perubahan Fisiologi Pada Masa Nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

Menurut Pitriani (2014), selama masa nifas alat-alat internal

maupun eksternal berangsur-angsur kembali ke keadaan sebelum hamil.

Perubahaan keseluruan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini

terjadi juga perubahan penting lainnya. Perubahan yang terjadi antara

lain sebagai berikut.

a) Uterus: involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil.

b) Lokhia: akibat involusi uteri. Lapisan luar desidua yang mengelilingi

situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar

bersama dengan sisa cairan. Percampuran darah dan desidua inilah

yang dinamakan lokhia. Lokhia adalah eksresi cairan rahim selama

masa nifas dan mempunyai reaksibasa/alkalis yang membuat

organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada

pada vagina normal. Lokhia mempunyai bau amis meskipun tidak

terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda ada setiap wanita

total jumlah rata-rata mengeluarkan lokia sekitar 240-270ml. Lokhia

mengalami perubahan karena proses involusi.

11
Tabel 2.1 Waktu dan Warnanya Lokhia
Lokhia Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra (cruenta) 1-3 hari Merah Terdiri dari darah segar,
kehitaman jaringan sisa-sisa
plasenta, dinding rahim,
lemak bayi, rambut bayi,
dan sisa mekoneum
Sanguinolenta 4-7 hari Merah Sisa darah bercampur
kecoklatan lender
dan lendir
Soresa 7-14 hari Kuning Lebih sedikit darah dan
kecoklatan lebih banyak serum,
juga terdiri dari leukosit
dan robekan/ laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
sel desudia dan sel
epitel, selaput lendir
servik dan seraput
jaringan yang mati
Purulenta Terjadi infeksi, keluar
cairan seperti nanah
berbau busuk
Lochiastasis Lokhia yang tidak lancar
keluarnya

12
Sumber : Neno FMI, 2016

c) Vagina dan perineum: selama proses persalinan vulva dan vagina

mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari

persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. Rugea

timbul kembali pada minggu ketiga. Himen tampak sebagai tonjolan

kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulea

mitiformis yang khas bagi wanita multipera. Ukuran vagina akan

selalu lebih besar dibandingkan keadaan sebelum persalinan pertama.

Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat

perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi

secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi

tertentu.

Pada masa nifas dari jalan lahir ibu mengeluarkan cairan

mengandung darah dan sisa jaringan desudia yang nekrotik dari

dalam uterus (lokhia).Lokhia berbau amis atau anyir dengan volume

yang berbeda-beda pada setiap wanita. Pengeluaran lokhia

berlangsung pada hari pertama setelah persalinan hingga 6 minggu

setelah persalinan dan mengalami perubahan warna serta jumlahnya

13
karena proses involusi (Mansyur,2014). Involusiuterus dapat

digambarkan pada tabel berikut (Pudiastuti,2014).

Tabel 2.2 tinggi fundus dan berat uteri menurut involusi

Involusi Berat uteri Tinggi fundus uteri

Bayi lahir 1000 gram Setinggi pusat

Uri lahir 750 gram 2 jari di bawah pusat

1 minggu 500 gram Pertengahan pusat dan

simfisis

2 minggu 350 gram Tidak teraba diatas

simfisis

6 minggu 50 gram Bertambah kecil

8 minggu 30 gram Sebesar normal

Sumber : Tri Pinaringshy, 2017

b. Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat

mengangu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kelosterol darah,

dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Beberapa hal yang

berkaitan dengan perubahan pada sistem pencarnaan, antara lain:

a) Nafsu makan: pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehinga

diperbolehkan untuk mengkomsumsi makanan. Pemulihan nafsu

makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.

14
b) Motilitas: secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus

cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir

kelebihan analgesia dan anastesi bisa memperlambat pengembalian

tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c) Konstipasi: Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi. Hal

ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

awal masa postpartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum

melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemaroid maupun iaserasi

jalan lahir

c. Perubahan sistem perkemihan

Perubahan yang terjadi pada sistem ini antara lain:

a) Fungsi sistem perkemihan

b) Sistem urinaris: perubahan hormonal pada masa hamil kadar tiroid

yang tinggi turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal.

Sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan

sebagian menjelaskan penyebab penurunan fungsi ginjal selama

masa postpartum. Fungsi ginjal akan kembali normal dalam waktu

satu bulan setelah melahirkan.

c) Komponen urea: Glikosaria ginjal diinduksi oleh kehamilan

menghilang. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal

normal. Blood urea nitrogen (BUN) yang meningkat selama

postpartum merupakan akibat autolisi uterus yang berinvolusi

15
d) Diuresis postpartum: dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu

membuang kelebihan cairan yang tertimbun dijaringan selama ia

hamil. Salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang

terentasi selama masa hamil adalah diaphoresis luas, terutama pada

malam hari, selama 2-3 hari pertama setelah melahirkan. Diuresis

postpartum yang disebabkan oleh penurunan kadar esterogen,

hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan

hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan

mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan

cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan

penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa postpartum.

Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-

kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil.

d. Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang berada diantara anyaman otot-otot akan terjepit.

Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah placenta dilahirkan.

Ligamen-ligamen, diafragma pelvis, serta fasia yang meregang

pada waktu persalinan berangsur-angsur menjadi cuit dan pulih kembali

sehinggga tidak jarang uterus jatu kebelakang dan menjadi retofleksi

karena ligamentum retundum menjadi kendor. Tidak jarang pula wanita

16
mengeluh kandungannya menurun. Setelah melahirkan karena ligamen,

fasia, jaringan penunjang alat genitalia menjadi kendor. Stabilitas secara

sempurnah terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan.

e. Perubahan tanda-tanda vital

Perubahan pasca melahirkan juga terjadi pada tanda-tanda vital,

yaitu :

a) Suhu: Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 °C sesudah

partus dapat naik kurang lebih 0,5 °C dari keadaan normal, namun

tidak akan melebihi 8 °C. Sesudah 2 jam pertama melahirkan

umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38

°C mungkin terjadi infeksi pada klien.

b) Nadi: denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit.

Pasca melahirkan, denyut nadi menjadi bradikardi maupun lebih

cepat. denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit harus

diwaspadai, kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum.

c) Tekanan darah: tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah

pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung. Tekanan

darah harus dalam keadaan stabil.

f. Perubahan sistem integumen

a) Melanin menururn secara bertahap setelah melahirkan, menyebabkan

penurunan hiperpigmentasi.

b) Perubahan vascular kehamilan yang tampak akan hilang dengan

penurunan kadar esterogen.

17
5. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Seorang bidan pada saat memberikan asuhan kepada ibu dalam

masa nifas,ada beberapa hal yang harus dilakukan, akan tetapi pemberian

asuhan kebidanan pada ibu masa nifas tergantung dari kondisi ibu sesuai

dengan tahapan perkembangan antara lain (Saleha,2015).

a. Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan): mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri: mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut: memberikan konseling

pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteril: pemberian asi awal:

melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir: menjaga bayi tetap

sehat dengan cara mencegah hipotermia: jika petugas kesehatan

menolong persalinan, iya harus tingal dengan ibu dan bayi baru lahir

untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan sehat. Menurut Varney (2014). Selama peurperium awal bidan

sebaiknya menemui wanita satu hari sekali. Setiap kunjungan meleputi

aspek sebagai berikut:

b. Tinjauan catatan klien

Sebelum bidan memulai kunjungan, bidan meninjau setiap bagian

perawatan kelahiran dan antepartum yang belum diketahuinya sehingga

dapat memiliki pengetahuan ketika berbicara dengan ibu baru tersebut.

Hal ini meliputi kewaspadaan terhadap adanya komplikasi pada status

kesehatan bayi baru lahir. Peninjauan catatan sejak kelahiran juga

18
membantu bidan mengetahui catatan tanda-tanda vital ibu, hasil

laboraterium, pengunaan obat-obatan, dan setiap komentar dari perawat.

Catatan perkembangan dan program sebelumnya juga ditinjau. Waktu

yang sudah berlalu sejak kelahiran, dalam jam atau hari, dipastikan

untuk mengidentifikasi temuan fisik yang diharapkan.

c. Riwayat

Saat bidan memulai kunjungannya, topic pertamanya adalah

kelahiran. Saat wanita membagi pengalamannya, memberi informasi

yang dapat divalidasi atau diperbaiki, dan memberi petunjuk topic mana

yang merupakan masalah besar baginya. Informasi tambah dapat

ditanyakan untuk mengkaji pemulihan fisik dan kemajuan ibu dalam

belajar menjadi orang tua bagi anaknya yang baru lahir

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan selama periode pasca partum awal meliputi sebagai

berikut:

a) Pengkajian tanda-tanda vital termasuk kecenderungan selama

periode setelah kelahiran.

b) Pemeriksaan payudara termasuk menunjukan adanya kolostrum dan

penatalaksanaan puting susu pada wanita menyusui

c) Auskultasi jantung dan paru-paru, sesuai indikasi keluhan ibu, atau

perubahan nyata pada penampilan atau tanda-tanda vital.

d) Evaluasi bagian perut ibu terhadap involusio uterus dan kandung

kemih.

19
e) Evaluasi nyeri tekan sudut costo-vertebral angle (CVA) jika di

indikasikan oleh keluhan marternal atau tanda-tanda klinis.

f) Pengkajian perineum terhadap memar, edema, hematoma dan

penyembuhan setiap jahitan.

g) Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhia.

h) Pemeriksaan anus terhadap adanya haemoroid.

i) Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya edema, nyeri tekanan atau

panas pada betis dan refleks.

e. Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) :

Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,

fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal: memastikan

ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat: memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak memperhatikan tanda-tanda penyakit:

memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

f. Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) :

Disesuaikan berdasarkan perubahan fisik, fisiologi, dan psikologi

yang diharapkan dalam dua minggu pasca partum. Perhatian khusus

harus diberikan pada seberapa baik wanita mengatasi perubahan ini dan

tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua. Pada saat ini juga

adalah kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan kontrasepsi yang

ada. Banyak pasangan memilih memulai hubungan seksual segerah

setelah lokhia ibu menghilang.

20
g. Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan):

Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit yang ia atau bayi

alami: memberikan konseling untuk keluarga berencana secara dini,

imunisasi, senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami oleh ibu

dan bayi. Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, yang

menunjukan lamanya waktu yang digunakan saluran reproduksi wanita

untuk kembali ke kondisi pada saat tidak hamil. Pemeriksaan yang

dilakukan pada kunjungan ini sering kali terdiri dari pemeriksaan

riwayat lengkap, fisik, dan panggul. Selain itu, kunjungan meliputi

penapisan adanya kontra indikasi terhadap setiap metode keluarga

berencana. Selain pengkajian yang dibahas diatas untuk pengunaan

panggilan telepon atau kunjungan dua minggu, riwayat tambahan lain

meliputi sebagai berikut:

a) Permulaan hubungan seksual dan waktu pengunaan kontrasepsi

b) Metode keluarga berencana yang diinginkan

c) Adanya gejala deman, kedinginan, pilek, dan flu

d) Payudara apakah ada masalah pada puting susu, perawatan payudara,

atau gejala mastitis.

e) Fungsi perkemihan

f) Perubahan lokhia

g) Kram atau nyeri tungkai

6. Tanda-Tanda dan Bahaya Dalam Masa Nifas

21
Menurut Risa Pitriani (2014), ada beberapa tanda-tanda bahaya

masa nifas, yaitu:

a. Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba-tiba

(melebihi haid biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi lebih

dari 2 pembalut saniter dalam waktu stengah jam).

b. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang menyengat.

c. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau pungung.

d. Rasa kepala yang terus-menerus, nyeri epigastric atau masalah

pengheliatan.

e. Pembangkakan pada wajah dan tangan, demam, muntah, rasa sakit

sewaktu buang air seni atau merasa tidak enak badan.

f. Payudara memerah, panas, atau sakit.

g. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.

h. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengurus diri sendiri atau bayi.

i. Merasa sangat letih atau bernafas terengah-engah.

7. Kebutuhan Dasar Ibu Dalam Masa Nifas

a. Nutrisi dan cairan

Anjuran pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain

mengkomsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori. Makan

dengan diet berimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin. Minum

sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.

Mengkomsumsi tablet zat besi selama masa nifas. Minum kapsul

22
vitamin A kepada (200.000 unit) agar dapat memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI (Sulistyawati, 2015)

b. Ambulasi dini

Lakukan ambulasi dini pada ibu nifas dua jam setelah persalinan

normal, sedangkan pada ibu nifas dengan partus sectio ceasarea

ambulasi dini dilakukan paling tidak setelah 12 jam masa nifas setelah

ibu sebelumnya istirahat (tidur). Tahap ambulasi dini dapat dilakukan

dengan miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan

apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk

berjalan. (Asih, 2016)

c. Kebutuhan eliminasi

Ibu harus berkemih spontan dalam 6-8 jam masa nifas, motivasi

ibu untuk berkemih dengan membasahi bagian vagina atau melakukan

kateterisasi karena urin yang tertahan dalam kandung kemih akan

menghambat uterus berkontraksi dengan baik sehinga menimbulkan

perdarahan yang berlebihan. Sebaiknya pada hari kedua nifas ibu

sudah bisa buang air besar, jika sudah hari ketiga ibu msih belum bisa

BAB, ibu bisa mengunakan pencahar berbentuk supositoria sebagai

pelunak tinja. Fase yang tertahan dalam usus semakin lama akan

mengeras karena cairan yang terkandung dalam fases akan selalu

diserap oleh usus, hal ini dapat menimbulkan konstipasi pada ibu nifas.

(Asih,2016)

d. Kebersihan diri

23
Untuk mencegah terjadinya infeksi baik pada luka jahitan dan

maupun kulit anjurkan ibu untuk mencegah kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan

arah sapuan dari depan terlebih dahulu kemudian kebelakang

mengunakan sabun dan air. Sarankan ibu untuk mencuci tangan

dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersikan daerah

kelaminnya jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan

kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka

(Prawirohardjo,2014).

e. Istirahat

Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk

memulikan kembali keadaan fisiknya. Keluarga disarankan untuk

memberikan kesempatan kepada ibu, dan beristirahat yang cukup

sebagai persiapan energi menyusui bayinya nanti ( Sulistyawati,2015).

f. Seksual

Secara fisik aman untuk melakukan hubungan seksual begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya

kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak budaya dan agama yang

melarang untuk melakukan hubungan seksual sampai masa waktu

tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran.

24
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan

(Prawirihardjo, 2014).

g. Keluarga berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun

sebelum ibu hamil kembali. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan

telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki.

Meskinpun beberapa metode KB mengandung resiko. Mengunakan

kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi,

(Prawirohardjo, 2014).

h. Senam nifas

Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal, sebaiknya

latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan catatan

menjalani persalinan dengan normal dan tidak ada penyakit masa nifas

(Sulistyawati,2015).

8. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas menurut

(Sulistyawati, 2015), antara lain:

a. Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi

saat-saat krisis masa nifas.Pada awal masa nifas, ibu mengalami masa-

masa sulit. Saat itulahibu sangat membutuhkan teman dekat yang dapat

ia andalkan dalam mengatasi kesulitan yang ia alami. Bagaimana pola

hubungan yang terbentuk antara ibu dan bidan akan sangat ditentukan

oleh ketrampilan bidan dalam menempatkan diri sebagai teman dan

25
pendamping ibu. Jika pada tahap ini hubungan yang terbentuk sudah

baik maka tujuan dari asuhan akan lebih mudah tercapai.

b. Pendidikan dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu

dan keluarga. Masa nifas merupakan masa yang paling efektif bagi

bidan untuk menjalankan perannya sebagai pendidik. Dalam hal ini,

tidak hanya ibu yang akan mendapatkan materi pendidikan kesehatan,

tetapi juga seluru anggota keluarga. Melibatkan keluarga dalam setiap

kegiatan perawatan ibu dan bayi merupakan salah satu teknik yang

dapat digunakan untuk memberikan pendidikan kesehatan yang tepat.

Selain itu, setiap pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

kesehatan selalu melibatkan keluarga sehingga bidan selalu

mengikutsertakan keluarga dalam pelaksanaan asuhan.

c. Pelaksanaan asuhan kepada pasien dalam hal ini tindakan perawatan,

pemantauan, penanganan masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi

masa nifas. Dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya, bidan

sangat dituntut kemampuannya dalam menerapkan teori yang telah

didapatnya kepada klien. Perkembangan ilmu dan pengetahuan yang

paling up to date harus selalu diikuti agar bidan dapat memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada klien. Penguasaan bidan dalam hal

pengambilan keputusan yang tepat mengenai kondisi klien sangatlah

penting, terutama menyangkut penentuan kasus rujukan dan deteksi dini

klien agar komplikasi dapat dicegah.

26
B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Peran Bidan

a. Pengertian peran bidan

Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat

memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kopentensi

dan kewenangannya, bidan telah diakui sebagai sebuah profesi dan

untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang berkerja profesional,

maka bidan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya

sebagai seorang bidan.(Hidayat, 2014).

Peran bidan dalam masa nifas ini merupakan masa kritis bagi ibu

dan bayi, oleh karena itu peran bidan sangat diperlukan dalam masa

nifas pelayanan nifas yaitu melakukan kunjungan neonatal dan

pelayanan nifas ( perawatan ibu nifas, perawatan neonatal, pemberian

imunisasi HB 1, pemberian Vit A ibu nifas 2 kali, perawatan

payudarah), melakukan penyuluhan dan konselin pada ibu dan keluarga,

mengenai tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, tanda-tanda bayi

sakit, kebersihan pribadi dan lingkungan kesehatan dan gizi, asi

eksklusif, perawatan tali pusat, KB setelah melahirkan, melakukan

rujukan apabila diperlukan, melakukan pencatatan pada kohort bayi,

buku KIA, melaporkan laporan cakupan KN.

Pada masa nifas bidan memiliki peran dan tanggung jawab besar

untuk memantau kondisi dari ibu, dan juga anak yang baru lahir

tentunya, tuju tanggung jawab bidan dalam masa nifas Jannah, (2016):

27
a) Memberikan dukungan kepada ibu untuk mengurangi ketegangan

fisik dan ketegangan psikologis yang terjadi selama masa nifas

berlangsung

b) Menjadi promotor atau perhubungan antara bayi dengan ibunya

dan keluarganya, hal ini nantinya akan sangat bermanfaat untuk

meningkatkan komunikasi sosial dan interpersional antara bayi,

dengan lingkungan sekitarnya, termasuk meningkatkan hubungan

ibu dan anak.

c) Mendorong dan memberikan motivasi kepada ibu untuk menyusui

bayinya, hal ini disebabkan karena masi adanya ibu yang merasa

takut untuk menyusui anaknya karena banyak hal ini. Bidan

dituntut untuk mampu mendororng dan memotivasi ibu agar dapat

memberikan asi kepada anaknya yang baru lahir, sekaligus

memberikan informasi kepada ibu mengenai fakta dan juga mitos

yang sering muncul dikalangan masyarakat mengenai program asi

yang diberikan kepada anak.

d) Mampu menyusun sebuah program perencanaan kesehatan yang

berkaitan dengan kondisi kesehatan ibu dan anaknya, hal ini

dilakukan untuk membantu menghindari terjadinya berbagai

macam komplikasi, yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan

ibu menjadi menurun. Karena itu, bidan harus mampu untuk

menyusun rancangan program kesehatan, mulai dari asupan gizi

28
yang baik dan optimal, hingga kegiatan fisik, seperti olahraga yang

mampu meningkatkan daya tahan tubuh ibu.

e) Mendeteksi adanya komplikasi dan gangguan kesehatan lainnya

dan memberikan rujukan, hal ini menyebabkan bidan dituntut

mampu untuk mendeteksi gangguan kesehatan yang mungkin

muncul pada ibu dan membantu untuk mencarikan solusinya. Salah

satunya adalah dengan cara memberikan rujukan ke dokter atau

tenaga medis lainnya yang lebih berpengalaman dan juga lebih

paham akan kondisi kesehatan yang dialami selama masa nifas.

f) Memberikan edukasi mengenai kesehatan. Serta cara hidup sehat

yang mendukung pertumbuhan bayi, penting bagi bidan terutama

dalam masa nifas untuk memberikan edukasi kepada ibu, dan juga

keluarga mengenai kesehatan, gaya hidup sehat, yang tentu saja

dapat mendukung pertumbuhan bayinya. Bidan harus memahami

bagaimana cara hidup sehat yang baik dan benar dan harus mampu

untuk memberikan edukasi kepada ibu dan ayah, agar dapat

mendukung kebutuhan dari anaknya.

g) Memberikan asuhan secara profesional.

2. Sikap Ibu

a. Pengertian Sikap

Sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan

seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-aspek

tertentu dalam lingkungannya. Komponen-komponen sikap adalah

29
pengetahuan. perasaan-perasaan, dan kecenderungan untuk bertindak.

Sikap dapat juga diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang

mendorong kita bertingkah laku ketika kita menyukai atau tidak

menyukai sesuatu. Pada umumnya, ada tiga jenis sikap manusia :

a. Kognitif (berkaitan dengan apa yang dipelajari, tentang apa

yang diketahui tentang suatu objek).

b. Afektif (faktor emosional, yang berkaitan dengan perasaan

(bagaimana perasaan tentang objek)).

c. Psikomotorik atau konatif (perilaku (behavioral) yang terlihat

melalui predisposisi suatu tindakan). (Azwar, 2013)

b. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (Azwar, 2013) adalah:

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau

dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan

dengan objeknya. Sifat ini yang membedakannya dengan sifat

motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan

istirahat.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan

sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-

keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap

orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai

hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap

30
itu terbentuk dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan

dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan

jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan,

sifat alamiah yang membedakan sikap dan

kecakapankecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang

dimiliki orang.

c. Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan menurut Notoatmodjo (2015) tediri dari :

a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan sesuatu

dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi

dari sikap.

c. Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan/mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap.

d. Bertanggung jawab (Responsile)

31
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling

tinggi

d. Cara Pengukuran Sikap

Cara pengukuran sikap menurut Sunaryo (2013), yaitu dengan

mengukur sikap melalui pertanyaan yang telah disusun sedemikian

rupa dalam suatu instrumen yang telah ditentukan, dan langsung

diberikan kepada subjek yang diteliti. Instrumen pengukuran sikap

dapat dilakukan dengan menggunakan skala Bogardus, Thurston, dan

Likert. Disini peneliti melakukan pengukuransikap menggunakan

skala Likert dikenal dengan teknik “Summated ratings”. Responden

diberikan pernyataan dengan kategori jawaban yang telah dituliskan

dan umumnya terdiri dari 1 hingga 4 kategori jawaban. Jawaban yang

disediakan adalah sangat setuju (4), setuju (3), tidak setuju (2), sangat

tidak setuju (1). Nilai 4 adalah hal yang favorable (menyenangkan)

dan nilai 1 adalah unfavorable (tidak menyenangkan). Hasil

pengukuran dapat diketahui dengan mengetahui interval (jarak) dan

interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari

interval (I) skor persen dengan menggunakan rumus:

I = 100 ÷ Jumlah Kategori

I = 100 ÷ 4 = 25

Maka kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

a. Nilai 0%-25% = Sangat setuju

32
b. Nilai 26%-50% = Setuju

c. Nilai 51%-75% = Tidak setuju

d. Nilai 76%-100% = Sangat tidak setuju

Untuk hasil pengukuran skor dikoversikan dalam persentase maka

dapat dijabarkan untuk skor <50% hasil pengukuran negatif dan

apabila skor ≥50% maka hasil pengukuran positif.

3. Dukungan Keluarga

a. Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai

tahap-tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa

dukungan sosial. internal, seperti dukungan dari suami, istri, atau

dukungan dari saudara kandung, dan dapat juga berupa dukungan

keluarga eksternal bagi keluarga inti. Dukungan keluarga mampu

membuat keluarga berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal.

Sebagai akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi

keluarga (Friedman, 2013).

Menurut Friedman (2013), dukungan keluarga adalah suatu

bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan

penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga

merasa ada yang memperhatikan. Jadi dukungan sosial keluarga

mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh

anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan

33
untuk keluarga yang selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan (Erdiana, 2015).

b. Sumber Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2013) terdapat tiga sumber dukungan sosial

umum, sumber ini terdiri atas jaringan informal yang spontan:

dukungan terorganisasi yang tidak diarahkan oleh petugas kesehatan

professional, dan upaya terorganisasi oleh professional kesehatan.

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial

yang di pandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat

diakses atau diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak

digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang

bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan

jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan

sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau

dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga

eksternal.

c. Tujuan Dukungan Keluarga

Sangatlah luas diterima bahwa orang yang berada dalam lingkungan

sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik

dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini. Lebih khususnya,

karena dukungan sosial dapat dianggap mengurangi atau menyangga efek

serta meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga secara

langsung, dukungan sosial adalah strategi penting yang harus ada dalam

34
masa stress bagi keluarga (Friedman, 2013). Dukungan sosial juga dapat

berfungsi sebagai strategi pencegahan guna mengurangi stress akibat

negatifnya. Sistem dukungan keluarga ini berupa membantu berorientasi

tugas sering kali diberikan oleh keluarga besar, teman, dan tetangga.

Bantuan dari keluarga besar juga dilakukan dalam bentuk bantuan

langsung, termasuk bantuan financial yang terus-menerus dan intermiten,

berbelanja, merawat anak, perawatan fisik lansia, melakukan tugas rumah

tangga, dan bantuan praktis selama masa krisis (Friedman, 2013).

d. Tipe Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2013) menerangkan bahwa keluarga memiliki

empat tipe dukungan, di antaranya :

1) Dukungan Emosional

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek

dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam

bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan

didengarkan. Dukungan emosional keluarga merupakan bentuk atau

jenis dukungan yang diberikan keluarga berupa memberikan perhatian,

kasih sayang, dan empati. Dukungan emosional merupakan fungsi

afektif keluarga yang harus diterapkan kepada seluruh anggota

keluarga. Fungsi afektif merupakan fungsi internal keluarga dalam

memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga dengan saling

35
mengasuh, cinta kasih, kehangatan, dan saling mendukung menghargai

antar anggota keluarga.

Dukungan emosional dari keluarga sangat dibutuhkan, dimana hal ini

dapat mempengaruhi status psikososial dan mental yang akan

ditunjukkan melalui perubahan perilaku yang diharapkan dalam upaya

meningkatkan status kesehatannya serta kualitas hidupnya. Hal

tersebut tentunya disebabkan karena terjadinya peningkatan perasaan

tidak berguna, tidak dihargai, merasa dikucilkan, dan kecewa.

Dukungan keluarga dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental

seseorang melalui pengaruhnya terhadap pembentukan emosional

dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

2) Dukungan Informasi

Keluarga berfungsi sebagai sebuah pengumpul dan penyebar

informasi. Menjelaskan tentang pemberian saran dan sugesti, informasi

yang dapat digunakan untuk mengungkapkan suatu masalah. Aspek-

aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan

pemberian informasi. Bentuk fungsi perawatan kesehatan yang dapat

diterapkan seperti menjelaskan tentang akses perawatan kesehatan

yang tidak tersedia agar dapat termotivasi menjaga dan mengontrol

kesehatannya.

3) Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan kongkrit

diantaranya, dalam hal kebutuhan makan dan minum, dan sebagainya.

36
Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau

bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan tenaga, dana,

maupun, meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan

mendengarkan dalam menyampaikan perasaannya. Serta dukungan

instrumental keluarga merupakan fungsi ekonomi dan fungsi

perawatan kesehatan yang diterapkan keluarga.

4) Dukungan Penilaian

Keluarga bertindak sebagai pemberi umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas

anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, dan

perhatian. Dukungan penilaian merupakan suatu dukungan dari

keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik dan penghargaan

kepada lansia dengan menunjukkan respon positif yaitu dorongan atau

persetujuan terhadap gagasan, ide, atau perasaan seseorang. Melalui

dukungan penghargaan ini, maka akan mendapat pengakuan atas

kemampuannya baik sekecil dan sesederhana apapun.

e.Manfaat Dukungan Keluarga

Dukungan sosial keluarga adalah sebuah proses yang terjadi

sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda

dalam berbagai tahap-tahap siklus kehidupan. Namun demikian, dalam

semua tahap siklus kehidupan, dukungan sosial keluarga membuat

keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai

akibatnya, hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga.

37
Friedman (2013), menyimpulkan bahwa baik efek-efek penyangga

(dukungan sosial menahan efek-efek negatif dari stres terhadap kesehatan)

dan efek-efek utama (dukungan sosial secara langsung mempengaruhi

akibat-akibat dari kesehatan) ditemukan. Sesungguhnya efek-efek

penyangga dan utama dari dukungan sosial terhadap kesehatan dan

kesejahteraan boleh jadi berfungsi bersamaan (Friedman, 2013).

f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Menurut Friedman (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga adalah:

a. Faktor Internal

1) Tahap Perkembangan

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini

adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap

rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap

perubahan kesehatan yang berbeda-beda.

2) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh

variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang

pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan

membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk

memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan

menggunakan pengetahuan tentang kesehatan untuk menjaga

kesehatan dirinya.

38
3) Faktor Emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya

dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang mengalami

respon stress dalam setiap perubahan hidupnya cenderung berespon

terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara

mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat mengancam

kehidupannya. Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang

mungkin mempunyai respon emosional yang kecil selama ia sakit.

Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara

emosional terhadap ancaman penyakit.

4) Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani

kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan,

hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari

harapan dan arti dalam hidup.

b. Faktor Eksternal

1) Praktek di Keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya, klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan

pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.

2) Faktor Sosio-Ekonomi

39
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya

penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan

bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:

stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.Seseorang

biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara

pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya

ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.

Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada

gangguan pada kesehatannya.

3) Latar Belakang Budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi.

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti

gambar di bawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

D.
Peran Bidan

Sikap Ibu Massa Nifas

Dukungan Keluarga

40
Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan Gambar:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan variabel independen dengan variabel dependen

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan

menggunakan metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi

41iterature yang bersifat sistematik, jelas, menyeluruh, dengan

mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan data –

41
data yang sudah ada dengan metode pencarian yang eksplisit dan melibatkan

proses telaah kritis dalam pemilihan studi.

B. Tahapan Systematic Review

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian diatas kita dapat menentukan PICO

tersebut; P = Ibu Nifas, I = Adanya perawatan masa nifas medis dan non

medis bagi ibu, C = tidak ada pembanding atau intervensi lainnya dan O =

Ibu mengetahui gambaran perawatan masa nifas medis dan non medis bagi

ibu. Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah bagaimanakah

gambaran perawatan masa nifas bagi ibu?

2. Menyusun Protokol

Menyusun protokol review kita menggunakan metode PRISMA (Preferred

Reporting Items For Systematic Reviews and Meta Analyses)

a. Pencarian Data

Pencarian data mengacu pada sumber data base Google Scholar yang

sifatnya resmi.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitian)

yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian.

c. Penilaian Kualitas (Kelayakan) Data

42
Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) dengan teks lengkap (full text) dengan memenuhi kriteria

yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi).

d. Hasil Pencarian Data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian kuantitatif yang

memenuhi semua syarat dan kriteria untuk dilakukan analisis lebih

lanjut.

3. Menyusun Strategi Pencarian

Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protokol yang telah dibuat dan

menentukan lokasi atau sumber database untuk pencarian data serta dapat

melibatkan orang lain untuk membantu review.

4. Ekstraksi Data

Ekstraksi data dapat dilakukan setelah proses protokol telah dilakukan

dengan menggunakan metode PRISMA, ekstraksi data dapat dilakukan

secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel,

nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan

lain-lain yang dilihat pada bagan PRISMA:

Hasil Jurnal secara keseluruhan (Google Scholar)


(n=135)

Screening jurnal Screening rentang


(n=58) waktu 5 tahun

Jurnal yang dapat diakses keseluruhan Jurnal full teks


teks Google Scholar 21
(n=21)
43
Jurnal yang berkaitan
dengan gambaran
perawatan masa nifas
Jurnal akhir yang sesuai kriteria
inklusi
(n=10)

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah jurnal

nasional dan internasional yang berkaitan dengan gambaran perawatan masa

nifas medis dan non medis bagi ibu.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 15 artikel penelitian nasional yang

berkaitan dengan gambaran perawatan masa nifas bagi ibu.

3. Teknik Sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel

di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan

masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah diketahui sebelumnya. Berdasarkan karakteristik

populasi yang telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah penelitian

yang direview dan kriteria eksklusi adalah faktor – faktor yang dapat

44
menyebabkan sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di review;

sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan gambaran perawatan

masa nifas bagi ibu.

2) Artikel penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun

3) Tipe artikel penelitian review articles, research articles

4) Artikel penelitian dapat diakses secara penuh

b. Kriteria Eksklusi

1) Artikel penelitian nasional dan internasional yang tidak berkaitan

dengan gambaran perawatan masa nifas bagi ibu.

2) Artikel penelitian diterbitkan telah lebih dari 5 tahun

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek,

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini

meliputi :

1. Variabel Independen

Variabel independen atau bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel dependen (Sugiyono,

2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah peran bidan, sikap

ibu, dukungan keluarga.

45
2. Variabel Dependen

Variabel dependen atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah masa nifas.

E. Analisa Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka analisis data

dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria

inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran

perawatan masa nifas bagi ibu.

46
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tabel 4.1
Hasil Systematic Review Gambaran Perawatan Masa Nifas

No Judul/Peneliti Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Intervensi Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisa
1 Hubungan 2019 Puskesmas mengetahui Survey Analitik 73 Kuesioner Chi square - ada
Peran Petugas Sungai Keli hubungan peran dengan responden hubungan
Kesehatan, Kabupaten petugas pendekatan yang
Sumber Ogan Ilir kesehatan, Cross Sectional bermaknaan
Informasi sumber Study tara sumber
Terhadap informasi, dengan sumber
Perawatan kepatuhan ibu informsi,
Payudara Pada nifas untuk dengan
Ibu Nifas. melakukan kepatuhan
(Salamun) perawatan ibu nifas
payudara di untuk
wilayah kerja melakukan
puskesmas sungai perawatan
Keli Kabupaten payudara
Ogan Ilir p. Value=
0,028,
untuk peran

46
petugas
kesehatan
ada
hubungan
yang
bermakna
dengan
kepatuhan
ibu nifas
untuk
melakukan
perawatan
payudara
dengan
p=0,000.
2 Peran bidan 2018 Puskesmas Diketahuinya deskritif 38 Kuesioner Uji - Terdapat
dalam Segeri Peran Bidan kuantatif responden distribusi peran bidan
mendukung Kabupaten Dalam frekuensi dengan
capaian Pangkep Mendukung capaian
pemberian Capaian vitamin A
vitamin A pada Pemberian peran bidan
ibu nifas di Vitamin A Pada yang aktif
Puskesmas Ibu Nifas Di sebanyak
Segeri Puskesmas Segeri 23 orang
Kabupaten Kabupaten (100%) dan
Pangkep. Pangkep tidak aktif
(Urliata sebanyak 0
Marbun) orang (0%)
di
Puskesmas
Sageri

47
Kabupaten
Pangkep.
3 Hubungan 2015 Kecamatan Menganalisis Penelitian 53 Kuesioner Chi square - ada
Pengetahuan Gunungpati hubungan explanatory responden hubungan
Dan Sikap Ibu Kota pengetahuan dan research yang
Nifas Dengan Semarang sikap ibu nifas dengan signifikan
Praktik dengan praktik rancangan pengetahuan
Perawatan perawatan masa cross-sectional (p=0,026)
Masa Nifas Di nifas di study. dan sikap
Kecamatan Kecamatan (p=0,016)
Gunungpati Gunungpati ibu nifas
Kota Kota dengan
Semarang. Semarang. praktik
(Sagita perawatan
Eldawati) masa nifas
4 Hubungan 2018 Klinik mengetahui desain survei 30 Kuesioner Chi square - ada
Pengetahuan Pratama hubungan analitik responden hubungan
Dan Sikap Ibu Niar enablingdengan dengan pengetahuan
Medan pelaksanaan pendekatan
Nifas Tentang (P=0,020)
PerawatanPayudar cross sectional
Perawatan apada ibu nifas di dan sikap
Payudara Klinik Pratama (P=0,001)
Dengan Niar Medan dengan
Pelaksanaan pelaksanaan
Perawatan perawatan
Payudara di payudara di
Klinik Pratama Klinik
Niar Medan. Pratama
(Ade Ayu Niar Medan
Prawita)

48
5 Hubungan 2021 Puskesmas mengetahui deskriptif 76 Kuesioner Chi square - Ada
sikap ibu Cimanggis hubungan sikap kuantitatif. responden hubungan
nifas dengan Kota ibu nifas dengan yang positif
Depok perawatan luka
perawatan dan secara
perineum
luka perineum statistik
di Puskesmas signifikan
Cimanggis antara sikap
Kota Depok. ibu nifas
(Desy dengan
Qomarasari) perawatan
luka
perineum (p
= 0,000)

6 Hubungan 2016 Puskesmas Menganalisis Desain analitik, 31 Kuesioner uji - Ada


Motivasi Ibu Beruntung hubungan rancangancross responden koefisien hubungan
Dan Dukungan Raya Kota motivasi ibu dan sectional kontingen antara
Banjarmasi dukungan si motivasi
Keluarga
n keluarga dengan ibu
Dengan kunjungan nifas (p=0,000)
Kunjungan lengkap di dan
Nifas Lengkap Wilayah Kerja dukungan
Di Wilayah Puskesmas keluarga
Kerja Beruntung Raya (p=0,002)
Puskesmas Kota Banjarmasin dengan
kunjungan
Beruntung
nifas
Raya Kota lengkap di
Banjarmasin. Wilayah

49
(Rahayu) Kerja
Puskesmas
Beruntung
Raya Kota
Banjarmasin
.
7 Hubungan 2017 Puskesmas Menganalisis analitik 32 Kuesioner Chi square - Kejadian
Dungan Suami Gabus II hubungan korelatif responden baby blues
Dalam Kabupaten dukungansuami dengan berhubunga
Pearawatan Pati dalam perawatan pendekatan n dengan
Masa Nifas masa nifas dengan cross sectional. dukungan
Dengan kejadian baby suami
Kejadian Baby blues dalam
Blues. perawatan
(Uswatun masa nifas
Kasanah) dengan
ρvalue =
0,036.
8 Hubungan 2017 Wilayah Mengetahui Penelitian 88 Kuesioner rank - Terdapat
pengetahuan, Kota hubungan explanatory responden spearman hubungan
sikap, motivasi Semarang pengetahuan, research antara sikap
dan dukunga sikap, motivasi, dengan (p=0,038)
keluarga dan dukungan rancangan dan
dengan keluarga dengan cross-sectional dukungan
kunjungan ibu kunjungan ibu Study suami
nifas dalam nifas dalam (p=0,028)
pemeriksaan pemeriksaan dengan
paska bersalin paska bersalin di kunjungan
di Wilayah Wilayah Kota ibu nifas
Kota Semarang. Semarang dalam
(Santi Tri pemeriksaan

50
Rahayu) paska
bersalin.
Sedangkan
tidak ada
hubungan
pada
variable
pengetahuan
dan
motivasi.
9 Hubungan 2015 RSUD Mengetahui Deskriptif 43 Kuesioner Distribusi - dari 8
Dukungan Langsa Gambaran dengan responden freuensi responden
Keluarga Dan Dukungan rancangan yang
Sikap Terhadap keluarga dan cross mendapat
Perawatan Post Sikap Terhadap sectional dukungan
Partum Secara
Perawatan Post baik dari
Mandiri Pada
Ibu Dengan
Partum Secara keluarga
Persalinan Mandiri pada mayoritas
Sectio Caesarea ibu Dengan sebanyak 6
Di RSUD Persalinan responden
Langsa. Sectio Caesarea (75 %) ada
(Irma Hartati) Di Ruang Nifas dan
RSUD Langsa melakukan
perawatan
Post
Partum
Pada Ibu
SC. Dari
10

51
responden
yang
mendapat
dukungan
cukup dari
keluarga
mayoritas
sebanyak 9
responden
(90 %) ada
melakukan
perawatan
Post
Partum
Pada Ibu
SC. Dari
25
responden
yang
mendapatk
an
dukungan
kurang dari
keluarga
mayoritas
sebanyak
21
responden

52
tidak ada
melakukan
perawatan
post
partum.
Dari 15
responden
yang
bersikap
positif,
mayoritas
sebanyak
10
responden
(66,7 %)
ada
melakukan
perawatan
post
partum,
dari 28
responden
yang
bersikap
negatif
mayoritas
sebanyak
19

53
responden
(67,9 %)
tidak ada
melakukan
perawatan
post
partum.
10 Hubungan 2015 Puskesmas Mengetahui pendekatan 22 Kuesioner korelasi - terdapat
dukungan Senori Hubungan cross sectional responden Spearman’ hubungan
suami dengan Kabupaten dukungan suami s Rho cukup antara
produksi ASI Tuban dengan produksi dukungan
pada ibu post ASI pada ibu post suami
partum di partum dengan
wilayah kerja produksi
Puskesmas ASI yang
Senori ditunjukan
Kabupaten dengan nilai
Tuban. p = 0,043
(Nurul Aini)

54
B. Pembahasan

Berdasarkan hasil review dari jurnal atau artikel yang di dapatkan oleh

peneliti, terdapat 10 artikel yang yang menganalisis tentang gambaran

perawatan masa nifas yang dilihat dari peran bidan, sikap ibu dan dukungan

keluarga.

Dewi dan Sunarsih (2016) yang mengungkapkan bahwa bidan memiliki

tugas pokok diantaranya memberikan pertolongan persalinan, kunjungan

rumah, perawatan nifas dan perinatal serta memberikan pelayanan keluarga

berencana. Bidan berperan dan bertanggung jawab pada masa nifas dengan

memberikan dukungan, memberikan pendidikan kesehatan, konseling waktu

pemeriksaan dan memberikan asuhan secara professional pada masa nifas.

Menurut Jannah (2015), sebagai pelaksana bidan memiliki tugas mandiri yaitu

memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan

melibatkan klien /keluarga dan memberikan asuhan kebidanan kepada klien

dalam masa nifas dengan melibatkan klien /keluarga. Tugas kolaborasi yaitu

Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko

tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan

tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga dan memberikan

asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan

pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan

tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga. Tugas Ketergantungan

memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa

persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga dan

55
memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam

masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan

melibatkan klien dan keluarga.

Rahmawati (2014) yang menyatakan bahwa perilaku tenaga kesehatan

mempengaruhi kepatuhan dalam perawatan payudara pada masa nifas,

Kepatuhan ibu dapat lebih ditingkatkan lagi apabila petugas kesehatan

mampuan memberikan penyuluhan, khususnya mengenai perawatan masa

nifas dan kesehatan ibu selama masa nifas.

Bidan berperan menyebarluaskan informasi yang ditujukan kepada

masyarakat khususny kepada kader kesehatan agar mereka mampu merespon

secara simpatik terhadap suatu informasi. Bidan berkewajiban

mengikutsertakan kader kesehatan dalam pelatihan agar dapat menjadi

kelompok pendukung untuk bidan dalam melaksanakan suatu program

kesehatan (Intan, 2015).

Lutifiyah (2015) menyebutkan bahwa keyakinan terhadap kesehatan

adalah sikap, nilai dan pengetahuan seseorang tentang kesehatan dan pelayanan

kesehatan yang mempengaruhi persepsi kebutuhan dan pemanfaatan pelayanan

kesehatan. responden mempunyai sikap positif terhadap pelayanan nifas

sehingga responden cenderung untuk melakukan kunjungan nifas dikarenakan

merasa perlu mengetahui kondisi ibu maupun bayinya. Menurut Santi Tri

(2017), adanya hubungan antara sikap dengan kunjungan ibu nifas dalam

pemeriksaan paska bersalin dapat terjadi karena ibu telah mengetahui manfaat

dan merasa merasa perlu untuk selalu mengetahui kondisi ibu maupun bayinya.

56
Sikap ibu nifas terbentuk dari adanya interaksi sosial yang

dialami oleh ibu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling

mempengaruhi diantara ibu yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan

timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing ibu

sebagai anggota masyarakat (Mubarak, 2016).

Lailatul (2015) yang mengungkapkan bahwa dukungan keluarga

merupakan dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai

suatu yang dapat diadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak

digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yag bersifat

mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan).

Dukungan keluarga yang baik melakukan kunjungan ibu nifas dengan diantar

dan ditunggu oleh suami atau keluarga sampai pemeriksaan selesai. Selain itu

juga selalu diingatkan oleh suami dan keluarga mengenai jadwal kunjungan ibu

nifas dan jika ibu mengalami keluhan nifas, suami maupun keluarga segera

mengantar untuk memeriksakan diri. Yuliana (2015) mengemukakan dukungan

keluarga merupakan suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya sehingga seseorang akan tahu

bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai. Dukungan

keluarga menjadikan keluarga mampu meningkatkan kesehatan dan adaptasi

dalam menjalani kehidupan. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap

perawatan kesehatan, mulai dari tahap peningkatan kesehatan, pencegahan,

pengobatan sampai dengan rehabilitas.

57
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan jurnal-jurnal penelitian sebelumnya mengenai gambaran

perawatan masa nifas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ditemui, terdapat hubungan yang signifikan

antara peran bidan dengan perawatan masa nifas.

2. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ditemui, terdapat hubungan yang signifikan

antara sikap ibu dengan perawatan masa nifas.

3. Berdasarkan jurnal-jurnal yang ditemui, terdapat hubungan yang signifikan

antara dukungan keluarga dengan perawatan masa nifas.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran yang peneliti sampaikan

sebagai berikut:

1. Dapat menjadi informasi yang barmanfaat bagi masyarakat dalam

perawatan masa nifas untuk kesehatan yang lebih baik bagi ibu dan bayi..

2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam

memberikan edukasi kepada ibu dan keluarga dalam melakukan perawatan

masa nifas dengan mempertingbangkan bahaya dan risiko yang terjadi.

3. Dapat dijadikan bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis dan

lebih lanjut dalam bidang yang sama

58
DAFTAR PUSTAKA

Akhenan, Nur Fitria, Nunik Puspitasari. 2011. Determinan Pada Ibu Nifas Yang
Berhubungan Dengan Pelaksanaan Post-Natal Care Studi Di Puskesmas
Lespadangan Kabupaten Mojokerto.

Ambarwati, Fitri Respati. 2014. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:


Dua Satria Offset.

Asih Yusari. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:
CV. Trans Info Media.

Azwar, Saifuddin. 2013. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Erdiana, Yuyun. 2015. Dukungan Keluarga Dalam kunjungan Lansia Di


posyandu lansia Di Desa Karanglo lor Kecamatan Sukerejo Kabupaten
Ponorogo. KTI. Program studi D III Keperawatan Falkultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

Friedman, M. 2013. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC.

Gita Sekar. 2019. Analisis Faktor Kunjungan Ibu Nifas Di Wilayah Kerja
Puskesmas Poned X.

Hidayat, A.A. 2014. Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta : Salemba Medika.

Jannah, Nurul. 2016. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas, Yogjakarta ; Ar – Ruzz

Kementerian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Kesehatan RI:


Jakarta.

Lailatul Rahmawati. 2015. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kunjungan Nifas


Di Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kabupaten Jember. Universitas
jember. Skripsi.

Neno FMI. 2016. Tanda Bahaya Ibu Nifas.

Notoatmodjo S. 2015. Promosi Kesehatan dan Teori Aplikasi. Jakarta. Rineka


Cipta.

Pitriani Risa. 2014. Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal.
Katalog Dalam Terbitan (KDT).

59
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta:
PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Rukiyah. 2014. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Cetakan Pertama. Jakarta:


Trans Info Media.

Saleha S. 2015. Asuhan Kebidanan 3. Yogyakarta: Rhineka Cipta.

Sunaryo, A. S. 2013. Hubungan antara Persepsi tentang Kondisi Fisik


Lingkungan Kerja dengan Sikap Kerja dalam Meningkatkan Etos Kerja
Karyawan UD. ES WE di Surakarta. Talenta Psikologi. Vol. II No. 2.

Santi Tri Rahayu. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Motivasi Dan Dukungan
Keluarga Dengan Kunjungan Ibu Nifas Dalam Pemeriksaan Paska
Bersalin di Wilayah Kota Semarang Triwulan ii tahun 2017.

Sulistyawati, Esty Nugraheny. 2015. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin.


Jakarta: Salemba Medika.

Tri Pinaringshi. 2017. Faktor-Faktor Yang berhubungan Dengan Niat Kunjungan


Ibu Nifas Di Wilayah kerja Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal) Volume 5, Nomor 3.

Varney. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Wiwiet Hermita. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan


Desa Dalam Pelaksanaan Kunjungan Nifas Di Kota Pariaman Provinsi
Sumatera Barat.

60

Anda mungkin juga menyukai