REFLIN A. MANUPUTTY
12113201160061
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2021
i
LEMBARAN PERSETUJUAN
Skripsi
Disusun Oleh :
Reflin A. Manuputty
12113201160061
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
karya tulis ini sesuai dengan norma hukum dan etika yang berlaku.
terbukti tidak sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia menerima sanksi
REFLIN A. MANUPUTTY
NPM: 12113201160061
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRAC
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmat-Nya
SKM. , M. Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan dan juga sebagai pembimbing I
semangat dan saran hingga skripsi penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik.
Terima kasih juga tak lupa penulis ucapkan kepada Ibu I. V. Lawalata, SKM. ,
M. Kes selaku Pembantu Dekan II dan juga sebagai Pembimbing II yang juga
Indonesia Maluku.
vi
4. Dosen-dosen Fakultas Kesehatan terkhusus Program Studi Kesehatan
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu tapi tetap terkenang di hati
5. Keluarga besar Manuputty dan Sitanala, Papa, Mama, Kakak Sendy dan
Kakak Tasya dan Kakak Stella tercinta yang selalu memberikan dukungan
8. Rian, Orlando, Jo, Erwin, Ulath, Carlos, Felix, Yanto, Nus terima kasih
dengan berbagai macam cara dan perannya telah membantu penulis dalam proses
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun yang dapat membantu
perbaikan dan pengembangan skripsi penelitian ini. Semoga skripsi penelitian ini
bidang kesehatan.
Reflin A. Manuputty
NPM. 12113201160061
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
LEMBARAN PERSETUJUAN.......................................................................ii
ABSTRAK........................................................................................................iv
ABSTRACT.....................................................................................................v
KATA PENGANTAR......................................................................................vi
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
Latar Belakang..................................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................5
Tujuan Penelitian..................................................................................5
Manfaat Penelitian................................................................................6
Kerangka Konsep..................................................................................37
Desain Penelitian..................................................................................38
viii
Tahapan Systematic Review..................................................................38
Variabel Penelitian................................................................................42
Analisis Data.........................................................................................43
Hasil......................................................................................................44
Pembahasan..........................................................................................51
BAB V PENUTUP...........................................................................................57
Kesimpulan...........................................................................................57
Saran.....................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................59
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kasus TBC di dunia. Saat ini tuberkulosis juga masih menjadi beban di
759 per 100. 000 penduduk berusia 15 tahun ke atas. Prevalensi semua jenis
TBC global dari WHO tahun 2018, estimasi insiden sebesar 842. 000 atau 319
per 100. 000 penduduk. Saat ini Indonesia termasuk dalam tiga besar negara
dengan estimasi insiden TBC tertinggi setelah India dan China. Kematian
akibat TBC pada populasi dengan status HIV negatif adalah 44/100. 000
tuberkulosis atau 142 kasus per 100. 000 penduduk, dengan 480. 000 kasus
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 kasus insiden tuberkulosis (CI
8,8 juta-12 juta) yang setara dengan 120 kasus per 100. 000 penduduk. Lima
1
negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina
dan Pakistan (Global Tuberculosis Report, 2017). Secara global pada tahun
2017 kasus baru tuberkulosis sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden
pada saat batuk atau bersin. Penyebaran kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak yang mengandung kuman sebanyak 0-3. 500 dan saat bersin
sebanyak 360. 565 kasus. Pada tahun 2017 ditemukam jumlah kasus
tuberkulosis sebanyak 425. 089 kasus. Kemudian pada tahun 2018 jumlah
Kesehatan RI, 2018). Prevalensi TBC di Maluku tahun 2016 sebanyak 3. 983
orang, 2017 sebanyak 4. 862 orang, tahun 2018 sebanyak 4. 575 orang dan
tahun 2019 sebanyak 6. 379 orang. Kota Ambon mencapai 65% pasien TBC
2
dari jumlah penderita TBC di Maluku yaitu sebanyak 4. 146 orang dan
Maluku, 2020).
tuberculosis sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh seseorang pada saat itu
faktor manusia, tempat dan waktu. Faktor manusia adalah karakteristik dari
2017).
Infeksi kuman TBC akan terjadi apabila orang lain menghirup udara
yang mengandung percik renik dahak orang yang terinfeksi TBC. Beberapa
faktor yang mempengaruhi penularan TBC secara umum antara lain kedekatan
3
angka perokok di masyarakat akan meningkatkan kejadian tuberkulosis.
Tidak hanya tuberkulosis, rokok juga merupakan faktor risiko utama bagi
2019). Status gizi sangat berpengaruh terhadap sistem imun atau daya tahan
tubuh. Status gizi yang baik akan berpengaruh pada daya tahan tubuh
sehingga tubuh akan tahan terhadap infeksi bakteri TBC. Namun, apabila
keadaan gizi kurang maka akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap infeksi
bakteri TBC. Kontak dengan penderita TBC merupakan faktor risiko utama
dan makin erat kontak makin besar risikonya. Oleh karenanya kontak di
rumah dengan anggota keluarga yang sakit TBC sangat berperan untuk
keluarga terdekat.
B. Rumusan Masalah
Systematic review?
4
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
review.
D. Manfaat Penelitian
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
5
sarana pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari di
bangku perkuliahan.
2. Manfaat Praktis
systematic review.
c. Bagi Masyarakat
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri
Tuberkulosis, 2014).
7
2. Etiologi Tuberkulosis (TBC)
panjang 1-10 mikron, dan lebar 0,2-0,6 mikron (Kementrian Kesehatan RI,
2014).
sehingga dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama pada suhu
antara 4̊ sampai minus 70̊C. Kuman tersebut sangat peka terhadap panas,
ultraviolet sebagian besar kuman akan mati dalam waktu beberapa menit.
Sedangkan dalam dahak pada suhu antara 30̊C-37̊C akan mati dalam
dalam dahak. Dalam suhu kamar, biakan basil dapat hidup selama 6-8
desinfektan, seperti phenol 5%, asam sulfat 15%, asam sitrat 3%, dan
NaOH 4%. Namun bakteri ini dapat dihancurkan oleh jodium tinetur
dalam waktu sekitar 5 menit, sedangkan dengan alkohol 80% akan hancur
8
3. Gejala Tuberkulosis (TBC)
Gejala lain yang sering dijumpai adalah : dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun,
Oleh sebab itu setiap orang yang datang ke Unit Pelayanan Kesehatan
TBC. Kuman TBC dalam percik renik (droplet nuclei) yang ukurannya
sangat kecil (<5µm), akan terhirup dan dapat mencapai alveolus. Kuman
9
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia akut
yang bisa sembuh sendiri atau terus berlanjut bakteri berkembang biak di
seperti keju yang disebut nekrosis kaseosa. Lesi primer paru disebut fokus
ghon, sedangkan gabungan lesi primer dan getah bening regional yang
Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain,
10
Setelah terjadi kompleks primer, imunitas selular tubuh terhadap TBC
imun yang berfungsi baik, pada saat sistem imun selular berkembang,
proliferasi kuman TBC terhenti. Akan tetapi, sejumlah kecil kuman TBC
dapat tetap hidup dalam granuloma. Bila imunitas selular telah terbentuk,
kuman TBC baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan
dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini,
2013).
Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TBC masuk dan beredar di dalam
diseminata. TBC diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah
11
kuman TBC yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran.
pejamu dalam mengatasi infeksi TBC, misalnya pada anak bawah lima
ini terjadi bila suatu fokus perkijuan di dinding vaskuler pecah dan
12
spesifik pada TBC paru, sehingga dapat menyebabkan terjadi
2014).
kaku kuduk pada meningitis TBC, nyeri dada pada TBC pleura
positif apabila sedikitnya 2 contoh uji dahak BTA hasilnya positif. Bila
13
sebagai TBC BTA positif. Jika hasil rontgen tidak mendukung TBC,
14
Pemanfaatan penggunaan alat tes cepat GeneXpert MTBC/RIF
baru pada anak, TBC diabetes melitus, TBC ekstra paru, serta
RI, 2016). Metode tes cepat molekuler terus dikembangkan dan akan
e. Pemeriksaan Biakan
15
mutu/Quality Assurance (QA). Hal ini dimaksudkan untuk
melalui percikan dahak (droplet). Pada saat batuk atau bersin sehingga
Nuklei/Percik Renik).
16
2) Tuberkulosis ekstra paru, adalah TBC yang terjadi di luar organ
2) Poli resistan (TBC PR), resistan terhadap lebih dari 1 jenis OAT
bersamaan.
17
4) Extensive drug resistan (TBC XDR), adalah TBC MDR yang
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
adalah pasien dengan hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang
mendapatkan ART atau hasil tes HIV positif pada saat diagnosis
TBC.
2) Pasien TBC dngan HIV negatif, adalah pasien dengan hasil tes
HIV negatif sebelumnya atau hasil tes negatif pada saat diagnosa
TBC.
tempat.
18
b. Pencegahan penularan bagi masyarakat yang dapat dilakukan dengan
vaksinasi BCG.
dan petugas lain yang terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut
19
h. Dilakukan pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu
ditetapkan oleh dokter untuk diminum dengan tekun dan teratur selama
berolahraga.
kasus infeksi TBC yang lebih berat. Vaksin ini secara rutin diberikan
20
memperbaiki produktivitas serta kualitas hidup, mencegah terjadinya
a. Tahap awal
setiap hari dengan maksud untuk menurunkan jumlah kuman yang ada
b. Tahap lanjutan
untuk membunuh sisa kuman yang masih ada dalam tubuh khususnya
kekambuhan.
21
Kementrian Kesehatan RI (2014) dibagi menjadi dua kategori, antara
lain :
1) Kategori 1 : (2HRZE)/4(HR)3
2) Kategori 2 : (2HRZES)/(HRZE)/5(HRE)3
obat.
22
Paduan OAT Kategori 1 dan Kategori 2 disediakan dalam
OAT-KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
paket kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid,
bentuk blister.
a) Pasien kambuh.
sebelumnya.
follow-up).
23
B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian
1. Merokok
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Merokok adalah
suatu kendurimerasa tidak lengkap jika tidak ada sajian rokok. Sehingga
24
kehidupan normal. MasyarakatIndonesia sebagian beranggapan bahwa
2015).
influenza dan TBC. Sebuah studi dengan hewan uji coba tikus,
infeksi virus dan bakteri, salah satunya adalah TBC. Merokok dapat
25
mengalami penurunan fungsi fagositosis dan penurunan tingkat sitokon
nilai harapannnya < 5, sehingga hasil uji statistik dari penelitian ini dilihat
dengan nilai p lebih kecil dari nilai α = 0,05. Dampak buruk bagi
perokok namun juga bagi orang lain yang berada dilingkungan perokok
yaitu perokok pasif yaitu mereka yang tidak merokok tetapi sering
rokok. Asap rokok yang dihembuskan oleh perokok dan terhirup oleh
26
mengandung karbon monoksida dan empat kali lebih banyak mengandung
2. Status Gizi
dan zat-zat gizi. Asupan makanan dan zat-zat gizi yang tercukupi serta
dan penilaian status gizi secara tidak langsung (Istiany dan Rusilanti,
2013).
1) Antropometri
komposisi tubuh yang ditinjau dari segi usia dan tingkat gizi.
27
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala
badan,
BB/TBC,
28
v. Tebal lemak bawah kulit menurut umur, dimana tebal
vii. Indeks Masa Tubuh (IMT), dimana Body Mass Index atau
normal.
29
2) Klinis
3) Biokimia
periode yang lama dan cadangan zat gizi pada tubuh sendiri.
4) Biofisik
30
c. Penilaian status gizi secara tidak langsung
terdapat 8 (36,4%) responden yang memiliki status gizi kurus. Dari hasil
uji statistik dengan chi-square diperoleh p value = 0,006 ( p value > 0,05)
Lubuk Alung Sumatera Barat Tahun 2017. Gizi merupakan salah satu
31
mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang sehingga rentan terhadap
penyakit infeksi salah satunya TB Paru. Status Gizi yang buruk akan
malnutrisi bila tidak diimbangi dengan diet yang tepat. Beberapa faktor
yang berhubungan dengan status gizi pada pasien TB paru adalah tingkat
3. Riwayat Kontak
yang serumah dan sudah diketahui menderita TBC dengan sputum BTA
(+). Kontak dengan penderita TBC merupakan faktor resiko utama dan
rumah dengan anggota keluarga yang sakit TBC sangat berperan untuk
32
melakukan check-upapakah anggota keluarga lain tertular TBC atau tidak.
berventilasi buruk, ruangan yang sempit dan lembab misalnya tempat kerja
disembarangan tempat.
penyakit TBC yang antara lain meliputi gejala, bahaya, dan akibat
yang ditimbulkannya.
33
pengobatannya yang karena alasan-alasan sosial ekonomi dan medis
yang ketat, selain itu perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan
ludah (piring, tempat tidur, pakaian) serta ventilasi rumah dan sinar
dan lainnya yang terindikasi dengan vaksinasi dan tindak lanjut bagi
minum dengan tekun dan teratur dalam waktu yang lama (6 atau 12
34
riwayat kontak dengan pederita TB Paru. Hal ini dibuktikan dengan Hasil
dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem
tersebut.
35
C. Kerangka Konsep
bawah ini:
Merokok
Riwayat Kontak
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi literature yang
pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan
studi.
2. Protokol Penelitian
37
Merupakan detail perencanaan penelitian yang dipersiapan oleh
peneliti mulai dari pencararian data sampai kepada ekstrasi data yang
a. Pencarian Data
38
b. Penyaringan Data (Screening)
topik yang diteliti. Adapun topik yang diteliti dalam penelitian ini
berikut:
39
resmi Nasional (PNRI dan Garuda) dan terdapat dalam mode Full
selanjutnya.
data yang dalam hal ini jurnal penelitian baik itu penelitian
e. Strategi Pencarian
40
strategi yaitu membuat syarat yang berfungsi sebagai Filter untuk
agar tetap memiliki kaitan dengan penelitian ini, dan peneliti juga
f. Ekstrasi Data
proses screening dilakukan maka hasil dari ekstraksi data ini dapat
diketahui pasti dari jumlah awal data yang dimiliki oleh peneliti
lebih jauh.
Kriteria Screening:
1. Rentang Waktu (2015-2020)
41
2. Jurnal Bahasa Indonesia
PNRI (n=234)
Garuda (n=445)
Screening
(n =679)
1. Populasi
variabel independen.
2. Sampel
dan dipersempit oleh peneliti terkait variabel independen dan sesuai dengan
3. Teknik Sampling
42
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sample
populasi yang telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah penelitian
yang akan kita review dan kirteria eksklusi adalah faktor –faktor yang dapat
sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
diteliti.
2020)
b. Kriteria Eksklusi
D. Variabel Penelitian
43
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang di tetapkan oleh
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2013).
E. Analisa Data
tuberkulosis.
44
45
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Tabel 4. 1
Hasil Systematic Review Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Tuberkulosis
No Judul/Peneliti Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Intervensi Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisa
1 Hubungan 2017 Puskesmas mengetahui penelitian 219 Kuesioner Chi square - Terdapat
Perilaku Rawat Inap hubungan analitik responden hubungan yang
Merokok Panjang perilaku merokok kuantitatif signifikan antara
Dengan dengan klinik dengan merokok panjang
Kejadian Tb rawat inap TB pendekatan (p = 0. 000),
Paru Di paru di Panjang cross-sectional jumlah rokok
Puskesmas yang dihisap (p =
Rawat Inap 0. 000) dan jenis
Panjang. rokok yang
(Wahid Tri dihisap (p = 0.
Wahyudi) 000) dengan
risiko kejadian
TB paru.
2 Hubungan 2018 Puskesmas untuk studi 47 Kuesioner Chi square - ada hubungan
Merokok Tatelu menganalisis observasional responden yang bermakna
Dengan Kecamatan hubungan analitik dengan antara kebiasaan
Kejadian TB Dimembe merokok dengan rancangan merokok dengan
44
Paru Di kejadian TB Paru cross sectional kejadian Tb paru,
Wilayah Kerja di wilayah kerja study dengan nilai p=
Puskesmas Puskesmas Tatelu 0,007
Tatelu Kecamatan
Kecamatan Dimembe
Dimembe. Kabupaten
(Dismo Minahasa Utara
Katiandagho)
3 Hubungan 2018 Puskesmas Mengetahui Metode 45 Kuesioner Add ratio - Terdapat
perilaku Gamping 1 hubungan perilaku kuantitatif responden Asymp. hubungan
merokok Sleman merokok dengan dengan studi Sig (2- perilaku merokok
dengan kejadian penyakit korelasi denga sided) dengan kejadian
Yogyakarta
kejadian tuberculosis menggunakan penyakit
penyakit Puskesmas pendekatan tuberculosis
tuberculosis di Gamping 1 cross sectional Puskesmas
Willayah Kerja Sleman Gamping 1
Puskesmas Sleman
Gamping 1 Yogyakarta
Sleman dengan nilai
Yogyakarta. p=0,003.
(Beta
Martanto).
4 Hubungan 2020 Puskesmas mengetahui ada Cross Sectional 32 Kuesioner Chi square - terdapat
Perilaku Girian hubungan responden hubungan antara
Merokok Weru II Perilaku Meroko perilaku merokok
dengan kejadian
Dengan dengan kejadian
Tuberkulosis Paru
Kejadian di wilayah kerja Tuberkulosis
Tuberkulosis Puskesmas Girian Paru di wilayah
Paru Di Weru kerja Puskesmas
Wilayah Kerja Girian Weru
45
Puskesmas dengan nilai
Girian Weru II. p=0,000.
(Christina
Rompas)
5 Hubungan 2020 Puskesmas mengetahui Studi kasus 865 Kuesioner Chi square - sebagian besar
Perilaku Belawan hubungan perilaku kontrol responden responden kasus
Merokok Kota merokok dengan hubungan adalah perokok
Medan kejadian penyakit status gizi
Dengan aktif (58,1%)
TB Paru BTA dengan
Kejadian Positif di wilayah tuberkulosis dengan nilai
Penyakit kerja puskesmas p=0,000.
Tuberkulosis Belawan Kota Perokok aktif,
Paru Di Medan perokok pasif, >
Wilayah Kerja 15 tahun
Puskesmas (p=0,033),
Belawan Kota perokok berat
Medan. lama merokok >
(Sri Rezeki 10 tahun.
Hartati (p=0,037)
Eliandy).
6 Hubungan 2018 Rumah menganalisis desain 62 Kuesioner uji regresi -` Status gizi
Status Gizi Sakit hubungan status penelitian case- responden logistik berhubungan
dengan Umum gizi dengan control ganda dengan kejadian
Pusat Dr kejadian tuberkulosis anak
Kejadian
Mohamma tuberkulosis anak (P value = 0,017)
Tuberkulosis d Hoesin di RSUP Dr.
Anak di Rumah Palembang Mohammad
Sakit Umum Hoesin
Pusat Dr Palembang
46
Mohammad
Hoesin
Palembang.
(Anggita
Nahda)
7 Hubungan 2016 Provinsi mengetahui metode 2. 319 Kuesioner Chi - terdapat
Status Gizi Sulawesi hubungan status deskriptif responden individu Square hubungan antara
Dengan Utara gizi dengan korelatif Riskesdas status gizi dengan
Tuberkulosis kejadian kejadian TB Paru
Paru Di Tuberkulosis Paru dengan nilai
Provinsi di Provinsi signifikansi
Sulawesi Utara Sulawesi Utara sebesar p = 0,001
Berdasarkan berdasarkan data
Data Riskesdas. Riskesdas
(Kholis
Ernawati)
8 Hubungan 2017 Balai mengetahui metode 50 Kuesioner dan Chi square - Terdapat
Status Gizi Pengobatan hubungan status penelitian responden observasi hubungan antara
Dengan Penyakit gizi terhadap deskriptif status gizi dengan
Kejadian Tb Paru-Paru kejadian TB Paru analitik dengan kejadian TB Paru
Paru. (BP4) pendekatan dengan p value =
(Rahmi Novita Lubuk cross sectional 0,006.
Yusuf) Alung
9 Hubungan 2017 Puskesmas mengetahui metode survei 40 Kuesioner dan Chi square - Terdapat
Status Gizi Dan Sempor 1 hubungan antara analitik dengan responden observasi hubungan yang
Pendapatan pendapatan, status pendekatan bermakna antara
Terhadap nutrisi terhadap case control status gizi dengan
Kejadian kejadian kejadian
Tuberkulosis tuberkolusis paru Tuberkulosis
Paru. paru dengan nilai
47
(Isma Yuniar) p=0,028
10 Pengaruh Status 2015 Kabupaten menganalisis rancangan 72 Wawancara Regresi Status Gizi Hasil penelitian
Gizi Dan Jember faktor yang kasus kontrol responden dan kuesioner Logistik Dan Riwayat menunjukkan
Riwayat berpengaruh dengan Kontak bahwa variabel
Kontak terhadap kejadian pendekatan bebas yang
Terhadap TB anak di observasional memiliki
Kejadian Kabupaten Jember analitik pengaruh dengan
Tuberkulosis kejadian
Anak Di tuberkulosis anak
Kabupaten adalah riwayat
Jember. kontak (p =
(Anasyia 0,000; OR =
Nurwitasari) 26,6), lama
kontak (p =
0,000; OR = 69),
dan kedekatan (p
= 0,000; OR =
27,1)
11 Hubungan 2018 Balai menganalisis analitik 52 Kuesioner Chi square - ada hubungan
Riwayat Kesehatan hubungan riwayat observasional responden antara riwayat
Kontak Masyarakat kontak penderita dengan kontak penderita
Penderita Pati dengan kejadian pendekatan dengan kejadian
Dengan Tuberkulosis Paru case control tuberkulosis paru
Kejadian anak usia 1-14 anak usia 1-14
Tuberkulosis tahun di tahun (p value =
Paru Anak Usia Balkesmas Pati. 0,007)
1-14 Tahun Di
Balai
Kesehatan
Masyarakat
Pati.
48
(Risna Endah
Budiati)
12 Hubungan 2020 Puskesmas Mengetahui cross sectional 44 Kuesioner Chi square - ada hubungan
Riwayat Peureulak Hubungan responden antara riwayat
Kontak Antar Kab. Aceh Riwayat Kontak kontak antar
Pasangan Timur Antar Pasangan pasangan suami-
Suami-Istri Suami-Istri istri terhadap
terhadap terhadap penularan TB
Penularan TB Penularan TB Paru kasus baru
Paru Kasus Paru Kasus Baru berdasarkan hasil
Baru Berdasarkan Hasil pemeriksaan
Berdasarkan Pemeriksaan BTA BTA di
Hasil di Puskesmas Puskesmas
Pemeriksaan Peureulak Kab. Peureulak
BTA di Aceh Timur Kabupaten Aceh
Puskesmas Timur dengan
Peureulak Kab. nilai P = 0,001.
Aceh Timur.
(Budi Subhana
Maulana
Ibrahim
Tambunan)`
13 Hubungan 2018 Balai Mengetahui observasional 106 Kuesioner Chi square - Terdapat
Status Riwayat Kesehatan Hubungan Status analitik dengan responden hubungan antara
Kontak Bta+ Masyarakat Riwayat Kontak rancangan riwayat kontak
Terhadapkejadi Wilayah Bta+ penelitian case BTA+ dewasa
an Tb Anak Semarang Terhadapkejadian control dengan kejadian
(Studi Di Balai Tb Anak (Studi Di TB anak, dengan
Kesehatan Balai Kesehatan nilai p-value=
Masyarakat Masyarakat 0,001.
Wilayah Wilayah
49
Semarang). Semarang).
(Indah
Purnamaningsi
h)
14 Hubungan 2017 Balai menganalisis analitik 52 Kuesioner Chi square - ada hubungan
Riwayat Kesehatan hubungan riwayat observasional responden antara riwayat
Kontak Masyarakat kontak penderita dengan kontak penderita
Penderita Pati dengan kejadian pendekatan dengan kejadian
Dengan Tuberkulosis Paru case control tuberkulosis paru
Kejadian anak usia 1-14 anak usia 1-14
Tuberkulosis tahun di tahun (p value =
Paru Anak Usia Balkesmas Pati 0,007).
1-14 Tahun Di
Balai
Kesehatan
Masyarakat
Pati.
(Noor
Khoirina)
15 Kepadatan 2019 Puskesmas melihat hubungan penelitian 72 Buku register Chi square - ada hubungan
Hunian Dan Perawatan Kepadatan Hunian analitik dengan responden Puskesmas antara kepadatan
Riwayat Kembang dan riwayat Studi Case hunian dan
Kontak Dengan Seri kontak dengan Control riwayat kontak
Penderita Tb Kabupaten penderita TB di dengan Kejadian
Paru Di Bengkulu Puskesmas TB di Puskesmas
Bengkulu Perawatan Perawatan
Tengah. Kembang Seri Kembang Seri,
(Dwi Kabupaten (p= 0,000).
Wulandari) Bengkulu
50
B. Pembahasan
dimulai dari TB, yang berarti suatu penyakit infeksi yang disebabkan
ludah atau dahak pendrita yang mengandung basil tuberkulosis paru. Pada
Clearence, selain itu asap rokok juga akan meningkatkan airway resistance
Tuberkulosis paru karena pada saat proses penyembuhan pada saat masuk
51
tahap 2 bulan, para responden sudah merasa baik dan mereka
tahap 2 bulan klien sudah berhenti proses penyembuhan dan sudah tidak
putuskan untuk berhenti merokok dan pada saat mereka berhenti dalam
kurang sehat, untuk itu peneliti berharap agar nanti ada juga yang tertarik
52
untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
biasa dan ada yang mengisap rokok meski hanya 1 batang per-hari. Asap
rokok yang baru mati di asbak menggandung tiga kali lipat bahan pemicu
dan kekurangan gizi dan sejauh ini merupakan penyakit yang paling umum
al, 2019).
53
akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi. Keadaan
rentan terhadap penyakit infeksi salah satunya TB Paru. Status Gizi yang
menjadi malnutrisi bila tidak diimbangi dengan diet yang tepat. Beberapa
faktor yang berhubungan dengan status gizi pada pasien TB paru adalah
(Putri, 2016).
kejadian TB. Anak dengan intensitas kontak yang lama atau kontak
menjadi infeksi meskipun dalam keadaan status gizi baik. Status gizi tidak
Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi dan keadaan gizi kurang
54
3. Hubungan Riwayat Kontak dengan Kejadian Tuberkulosis
bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang yang
(Dewi, 2015).
kejadian TB Paru pada anak. Riwayat kontak adalah awal proses transmisi
55
mereka sadari bakteri Mycobacterium tuberculosis telah berkembang
ditekankan adalah 3 aspek tersebut. Dengan berdasar hal tersebut kita bisa
anak. Jika telah diketahui faktor utama penyebabnya maka kita akan bisa
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
merokok, status gizi dan riwayat kontak dengan tuberculosis, maka dapat
dengan tuberkulosis.
57
B. Saran
sebagai berikut:
3. Dapat digunakan sebagai data rujukan bagi penelitian yang akan datang
58
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, et al. , 2016. Nilai diagnostic metode “Real Time” PCR geneXpert
pada TBC Paru BTA negative. Jurnal Kesehatan Andalas, vol 5, 3.
Naga. 2013. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Yogyakarta: Diva
Press.
Oktavia, S. 2015. Analisis Faktor Risiko Kejadian TBC Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertapati Palembang Analysis Of Risk Factors For Pulmonary
TBC Incidence.
59
Permenkes RI No 23 Tahun 2016. Tentang Penanggulangan Tuberkulosis.
Yusuf, R. N. et al. 2017. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian TB Paru. Jurnal
Kesehatan Saintika Meditory. Vol. 1. No. 1
60
Lampiran
61
62
63
64
65