Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIK BELAJAR LAPANGAN

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNTAPAN 1


MATA KULIAH PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

Dosen Pengampu :
Rizki Amalia, M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 14
Shahrul Lathansyah P07133121041

Khoirunisa' Novia Ramadhani P07133121031

Lisa Arviana Ayu Saputri P07133121074

Philein Yustitia Saraswati P07133121013

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA SANITASI


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Rahmat dan berkat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan masa Praktik Kerja
Lapangan (PBL) kami di Puskesmas Banguntapan 1 tanpa ada halangan apapun
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini disusun dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh nilai praktik dalam Mata Kuliah
Penyakit Berbasis Lingkungan Program Studi Diploma Tiga Sanitasi Jurusan
Kesehatan Lingkungan Tahun ajaran 2023/2024 Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan


dukungan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu
membimbing dan memberikan dukungan serta arahan. Sehingga saat mencari
materi mengenai laporan ini, kami sudah paham dengan tugas yang diberikan.
Harapan kami semoga laporan ini dapat memenuhi tugas kami dan berguna bagi
pembaca baik sebagai referensi maupun contoh untuk tugas lainnya. Pada
kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Bambang Suwerda, SST, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesehatan
Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
3. Ibu Siti Hani Istiqomah, SKM, M.Kes, selaku Ketua Prodi Diploma Tiga
Sanitasi Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
4. Ibu Dr. Sri Puji Ganefati, SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang
telah mendampingi selama Praktek Belajar Lapangan (PBL)
5. Bapak Agus Ruhari, S.KM selaku Kepala Puskesmas Banguntapan I.
6. Bapak Supri Lenggono, S.ST, Mbak Annisa Kusharani, A.Md.KL, serta
Mbak Evyta Nurmalitasari, A.Md.KL selaku sanitarian di Puskesmas
Banguntapan 1 yang telah mengarahkan dan membimbing seluruh kegiatan
PBL yang kamu laksanakan.

2
7. Seluruh staf Puskesmas Banguntapan I yang telah membantu kami selama
menjalani PBL. Kami menyadari bahwa ada banyak keterbatasan dalam
penyusunan laporan PBL ini, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh kami agar terciptanya perbaikan di
masa mendatang. Semoga laporan PBL ini bermanfaat dan dapat
memberikan hal yang positif.

Yogyakarta, September 2023

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2

DAFTAR ISI ............................................................................................................4

BAB I .......................................................................................................................5

PENDAHULUAN ...................................................................................................5

A. Latar Belakang ..............................................................................................5

B. Tujuan ...........................................................................................................6

C. Metode...........................................................................................................7

BAB II ......................................................................................................................8

PEMBAHASAN ......................................................................................................8

A. Sepuluh Penyakit Utama di Wilayah Kerja Puskesmas Banguntapan 1 .......8

B. Demam Berdarah (DBD) di Wilayah Puskesmas Banguntapan 1 ................9

C. Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Puskesmas Banguntapan 1 ......................14

BAB III ..................................................................................................................17

PENUTUP ..............................................................................................................17

A. Kesimpulan .................................................................................................17

B. Saran ............................................................................................................18

LAMPIRAN ...........................................................................................................19

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Berbasis Lingkungan yang tinggi disebabkan oleh faktor
lingkungan serta perilaku hidup bersih dan sehat yang masih rendah.
Berdasarkan aspek sanitasi tingginya angka penyakit berbasis lingkungan
banyak disebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan air bersih masyarakat,
pemanfaatan jamban yang masih rendah, tercemarnya tanah, air, dan udara
karena limbah rumah tangga, limbah industri, limbah pertanian, sarana
transportasi, serta kondisi lingkungan fisik yang memungkinkan. Penyakit
berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. Hal ini
dikarenakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar
penyakit di hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Kejadian penyakit
berbasis lingkungan seperti DBD, Diare dan TBC masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Perkembangan epidemiologi menggambarkan secara
spesifik peran lingkungan dalam terjadinya penyakit dan wabah,
bahwasanya lingkungan berpengaruh pada terjadinya penyakit.
Penyakit berbasis lingkungan adalah suatu kondisi patologis berupa
kelainan fungsi atau morfologi suatu organ tubuh yang disebabkan oleh
interaksi manusia dengan segala sesuatu disekitarnya yang memiliki potensi
penyakit (Sang Gede Purnama, 2016). Penyakit berbasis lingkungan masih
menjadi permasalahan hingga saat ini. Menurut Sang Gede Purnama (2016)
menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang
berbasis lingkungan yang masih menonjol seperti DBD, TB paru, Malaria,
Diare, Infeksi Saluran Pernafasan, HIV/AIDS, Filarasis, Cacingan, Penyakit
Kulit, Keracunan, dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang buruk.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama
kematian di Indonesia. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya cakupan
dan kualitas intervensi lingkungan. Masih tingginya kejadian penyakit
berbasis lingkungan disebabkan oleh masih buruknya kondisi sanitasi dasar,

5
meningkatnya pencemaran serta masih rendahnya perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di masyarakat (Gede Purnama, 2016).
Puskesmas Banguntapan 1 merupakan puskesmas yang berada di
Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Puskesmas Banguntapan
1 memiliki pelayanan klinik sanitasi serta memiliki 3 ahli dalam bidang
kesehatan lingkungan (sanitarian). Pelayanan klinik sanitasi dipuskesmas
banguntapan 1 dilakukan dengan dua cara yaitu indoor dan out door.
Kegiatan indoor dapat berupa pelayanan terhadap pasien (orang yang
menderita sakit PBL) serta klien (orang tidak sakit namun memiliki masalah
lingkungan). Untuk kegiatan out door dapat berupa kunjungan rumah
pasien/klien untuk melakukan analisis serta intervensi masalah lingkungan
yang ditemui. Didalam pelaksanaanya masih sering ditemui penyakit
berbasis lingkungan, Diantaranya adalah Demam Berdarah Dangue (DBD)
dan Tuberkulosis (TBC). Belum lama ini klinik sanitasi Puskesmas
Banguntapan 1 menangani pasien dengan kasus Demam Berdarah Dengue
dan Tuberkulosis (TBC), maka dari itu dilakukan kegiatan pendataan pada
pasien serta melakukan kunjungan rumah penderita. Kunjungan dilakukan
untuk mengetahui gambaran lokasi penderita serta menganalisa untuk
dilakukan intervensi terhadap penyakit berbasis lingkungan. B.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui 10 penyakit utama di wilayah kerja Puskesmas
Banguntapan 1.
2. Untuk mengetahui apa itu penyakit DBD dan Tuberkulosis
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kejadian
penyakit DBD dan Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas
Banguntapan 1.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD
dan Tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan 1.

6
C. Metode
Metode yang digunakan adalah survey deskriptif kuantitatif dengan
desain cross sectional, dimana kami mengumpulkan data dari pihak
puskesmas yang berada dalam data base puskemas.

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sepuluh Penyakit Utama di Wilayah Kerja Puskesmas Banguntapan 1

LAPORAN PUSKESMAS
PELAYANAN RAWAT JALAN

Propinsi : DI. Yogyakarta Puskesmas : Banguntapan 1


Kab/Kota : Bantul Tahun : 2023
Kecamatan : Banguntapan Bulan : Agustus

Laporan 10 Besar Penyakit Rawat Jalan JKN :


No JenisPenyakit Jumlah
1 I.10 (Essential (primary)hypertension) 475
2 J00 (Acute nasopharyngitis) 303
3 Z32.1 (Pregnancy confirmed) 113
4 J06.9 (Acute upper respiratory infection, 103
unspecified )
5 E11.9 (Non-insulin-dependent diabetes mellitus 98
without complications)
6 F20.9 (Schizophrenia, unspecified ) 86
7 K04.1 (Necrosis of pulp ) 83
8 J02.9 (Acute pharyngitis, unspecified) 70
9 E11.8 (Non-insulin-dependent diabetes mellitus 69
unspecified complications)
10 R50.9 (Fever, unspecified) 68
Sumber : Data Puskesmas Banguntapan I Tahun 2023

8
10 Besar Penyakit di Puskesmas Banguntapan I
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0

Data penyakit berbasis lingkungan


1. Water Borne Disease : Diare
2. Air Borne Disease : TBC
3. Vector Borne Disease : Demam Berdarah Dengue
4. Food Borne Disease : Diare

B. Demam Berdarah (DBD) di Wilayah Puskesmas Banguntapan 1


1. Penyebab Terjadi DBD
Penyakit tersebut masih banyak terdapat di wilayah kerja Puskemas
Banguntapan I. Setelah kami lakukan observasi dilapangan penyebab utama
adanya penyakit tersebut yaitu karena Kawasan yang padat penghuni dan
minimnya tata ruang yang semestinya selain itu juga kondisi lingkungan
sekitar yang kurang ditata dengan baik. Khususnya pada penyakit Demam
Berdarah Dengue menjadi permasalahan yang cukup besar khusnya pada
bulan September karena ditemukan adanya kasus DBD dengan pasien
meninggal dunia. Pada bulan September terdapat 11 kasus DBD di wilayah
kerja Puskesmas Banguntapan I. Hal tersebut menjadikan DBD sebagai
penyakit yang perlu dilakukannya pemantauan terus-menerus. Setelah
dilakukan observasi langsung pada rumah pasien DBD diketahui bahwa
factor utama adanya penyakit tersebut adalah lingkungan sekitar yang

9
kumuh, terdapat banyak ember dan kolan yang berisi jentik-jentik nyamuk
aedes dan juga kondisi rumah yang tidak ada ventilasi serta rumah terlalu
lembab sehingga banyak nyamuk yang senang untuk hidup didalam rumah.
Selain itu, perilaku masyarakat juga masih kurang dalam melakukan
kebiasaan membuka jendela pada pagi hari dan menaruh bareng-bareng
seperti baju dengan sembarangan. Terjadinya penurunan kasus Demam
Berdarah yang berada di wilayah kerja Puskesmas Banguntapan I yaitu
karena puskesmas telah melakukan upaya pencegahan dan pengendalian
nyamuk dengan cara mengadakan adanya program penggunaan nyamuk
Wolbachia, melakuksan sosialisasi mengenai PHBS dalam rumah,
menggerakan kader JUMANTIK, melakukan kegiatan PSN dan melakukan
pemantauan secara berkala terhadap pasien DBD.
2. Gejala Umum Penyakit DBD
Gejala penyakit DBD bisa bervariasi dari ringan hingga parah, dan gejala-
gejala umum yang biasanya terjadi termasuk:
1. Demam Tinggi
Demam yang tiba-tiba dan tinggi merupakan salah satu tanda utama
DBD. Suhu tubuh bisa mencapai 40°C (104°F) atau lebih.
2. Nyeri Sendi dan Otot
Orang yang terinfeksi DBD sering mengalami nyeri sendi dan otot yang
parah, sehingga penyakit ini juga sering disebut sebagai "Demam
Berdarah" karena gejala ini.
3. Sakit Kepala
Sakit kepala yang parah dan berdenyut bisa terjadi selama infeksi DBD.
4. Nyeri di Mata
Gejala ini juga sering muncul, dan penderitanya mungkin merasakan
nyeri di belakang mata.
5. Ruam Kulit
Beberapa orang dengan DBD mengalami ruam kulit yang bisa muncul
pada beberapa bagian tubuh. Ruam ini umumnya tidak gatal.
6. Perdarahan

10
Pendarahan ringan, seperti gusi berdarah, dapat terjadi. Dalam kasus
yang parah, perdarahan internal dapat terjadi, yang dapat mengancam
nyawa.
7. Mual dan Muntah
Mual dan muntah dapat muncul, terutama pada tahap awal penyakit.
8. Nyeri Abdomen
Beberapa orang dengan DBD mengalami nyeri perut yang parah.
9. Penurunan Jumlah Trombosit
DBD dapat menyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam darah,
yang dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah.
10. Sakit di Belakang Mata dan Sensitivitas terhadap Cahaya
Penderitanya bisa merasakan sakit di belakang mata dan sensitivitas
terhadap cahaya yang lebih parah.
Penting untuk diingat bahwa DBD bisa menjadi penyakit yang serius dan
bahkan mengancam nyawa. Jika Anda atau seseorang yang dikenal
mengalami gejala-gejala seperti di atas, segera cari bantuan medis.
Diagnosa dan pengobatan yang tepat dini sangat penting untuk menghindari
komplikasi serius. Selain itu, langkah-langkah pencegahan seperti
mengendalikan populasi nyamuk dan menghindari gigitan nyamuk juga
sangat penting dalam upaya mengurangi risiko penularan DBD.
3. Factor Risiko Lingkungan Penyakit DBD
Faktor-faktor risiko lingkungan dapat berperan penting dalam penularan
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) karena nyamuk Aedes aegypti,
vektor penyakit DBD, hidup dan berkembang biak dalam lingkungan
tertentu. Berikut beberapa faktor risiko lingkungan yang dapat
memengaruhi penularan DBD:
1. Curah Hujan dan Musim
Musim hujan yang lebat dapat meningkatkan jumlah genangan air di
sekitar lingkungan. Ini menciptakan tempat berkembang biak yang ideal
bagi nyamuk Aedes aegypti untuk menumbuhkan larva. Musim hujan
yang panjang dan intens dapat meningkatkan risiko penularan DBD.

11
2. Genangan Air
Genangan air yang terbentuk di sekitar lingkungan seperti bak mandi,
ember, potongan ban bekas, atau tempat-tempat lain yang dapat
menampung air adalah tempat berkembang biak yang potensial bagi
nyamuk Aedes aegypti.
3. Kebersihan Lingkungan
Lingkungan yang kotor dan tidak terawat dapat memiliki banyak
tempat-tempat yang dapat menampung air dan menjadi tempat
berkembang biak nyamuk. Pembersihan dan sanitasi yang buruk dapat
meningkatkan risiko penularan DBD.
4. Penyimpanan Air
Penyimpanan air yang tidak tertutup dengan baik, seperti tangki air yang
tidak disegel, bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk. Nyamuk
dapat bertelur di permukaan air yang terbuka.
5. Kepadatan Populasi Manusia
Area dengan populasi manusia yang padat memberikan lebih banyak
host potensial bagi nyamuk untuk menginfeksi. Ini dapat meningkatkan
risiko penularan DBD.
6. Perubahan Iklim
Perubahan iklim, termasuk peningkatan suhu, dapat memperluas
wilayah habitat nyamuk Aedes aegypti dan memperpanjang musim
penularan DBD.
7. Perumahan Tidak Layak
Perumahan yang tidak memiliki jendela atau pintu yang baik, sehingga
nyamuk lebih mudah masuk ke dalam rumah, dapat meningkatkan risiko
paparan DBD.
8. Ketersediaan Tempat Penyimpanan Air Sehari-hari
Ketersediaan tempat-tempat yang sesuai untuk penyimpanan air sehari-
hari, seperti tempat cuci piring yang tidak ditutup, dapat meningkatkan
risiko penularan DBD jika tidak diatur dengan baik.
9. Pemberantasan Sarang Nyamuk

12
Upaya untuk menghilangkan atau mengendalikan sarang nyamuk di
sekitar rumah, seperti membersihkan bak mandi atau ember secara
teratur, dapat mengurangi risiko penularan DBD
10. Pendidikan Masyarakat
Tingkat kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang langkah-langkah
pencegahan DBD dapat memengaruhi tindakan pencegahan yang
diambil oleh individu dan komunitas.
4. Upaya Pencegahan
Upaya pencegahan DBD meliputi:
a. Pengendalian populasi nyamuk dengan menghilangkan genangan air di
sekitar rumah.
b. Menggunakan kelambu berinsektisida dan pakaian pelindung.
c. Penggunaan insektisida ruangan.
d. Edukasi masyarakat tentang pencegahan dan tanda-tanda DBD.
e. Pelaporan kasus DBD kepada otoritas kesehatan
f. Pengawasan lingkungan oleh pihak berwenang.
5. Pembahasan
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang menjadi
masalah kesehatan penting di berbagai belahan dunia, terutama di daerah
tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD memiliki gejala yang
bervariasi, mulai dari demam tinggi, nyeri sendi dan otot, hingga komplikasi
serius seperti perdarahan internal. Selain mengancam kesehatan individu,
DBD juga memiliki dampak ekonomi yang signifikan, terutama di negara-
negara dengan tingkat kejadian yang tinggi. Upaya pencegahan yang efektif,
termasuk pengendalian populasi nyamuk dan peningkatan kesadaran
masyarakat, sangat penting dalam memerangi penyebaran penyakit ini.
DBD adalah masalah global yang membutuhkan perhatian serius dalam
upaya menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

13
C. Tuberkulosis (TBC) di Wilayah Puskesmas Banguntapan 1
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana
terdapat banyak aliran darah dan oksigen. Infeksi bakteri ini biasanya
menyebar melewati pembuluh darah dan kelenjar getah bening, tetapi secara
utama menyerang paru-paru. Sumber penularan adalah penderita TB Paru
BTA positif. Ketika bersin atau batuk, penderita menyebarkan kuman ke
udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Orang dapat terinfeksi kalau
droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan, kuman TB Paru
tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem
peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran
langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi tingginya kejadian
tuberkulosis paru adalah lingkungan rumah yang kurang sehat misalnya
kurang adanya fasilitas ventilasi yang baik, pencahayaan yang buruk di
dalam ruangan, kepadatan hunian dalam rumah dan bahan bangunan
didalam rumah. Selain lingkungan rumah yang mempengaruhi kejadian
tuberkulosis keadaan lingkungan fisik, lingkungan biologis dan lingkungan
sosial yang kurang baik juga akan dapat merugikan kesehatan dan dapat
mempengaruhi penyakit tuberkulosis dan pada akhirnya mempengaruhi
tingginya kejadian tuberkulosis Adapun syarat-syarat yang dipenuhi oleh
rumah sehat secara fisiologis yang berpengaruh terhadap kejadian
tuberkulosis paru antara lain kelembaban rumah, kepadatan penghuni
rumah, ventilasi, pencahayaan sinar matahari, dinding, lantai rumah,.
2. Kasus TBC di Wilayah Puskesmas Banguntapan 1
Salah satu penyakit berbasis lingkungan di Puskesmas Banguntapan 1 yang
ditularkan melalui Air Borne Disease yaitu Tuberkulosis dengan jumlah
kasus selama 3 bulan terakhir mulai bulan Juni – Agustus 2023 terdapat 10
kasus akan tetapi hanya bisa melakukan observasi dan wawancara pada 4

14
penderita. Berdasarkan pengamatan faktor risiko terjadinya tuberkulosis
pada penderita diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kasus 1, atas nama Ninik Wulandari berjenis kelamin perempuan
dengan umur 50 tahun 2 bulan dengan alamat mertosanan wetan,
potorono, banguntapan,bantul. Kondisi tempat tinggal dari penderita
yaitu ventilasi atau lubang angin yang bisa untuk sirkulasi udara di
dalam rumah, untuk pola tidur tidak sendiri. Namun untuk keadaan
rumah berdebu, berantakan, lantai yang masih tanah, serta pencahayaan
di dalam rumah pada siang hari yang gelap yaitu 25,7 lux.
b. Kasus 2, atas nama Lia Novitasari berjenis kelamin perempuan dengan
umur 29 tahun dengan alamat sampangan, wirokerten, banguntapan,
bantul. Pada waktu pagi hari rumah penderita untuk jendela jarang
dibuka sehingga tidak ada cahaya matahari yang masuk ataupun
pergantian udara yang baik. Kondisi tempat tinggal dari penderita yaitu
rumah berdebu, berantakan, lantai yang masih tanah, serta pencahayaan
di dalam rumah pada siang hari yang gelap yaitu 23,1 lux.
c. Kasus 3, atas nama aisyah berjenis kelamin perempuan dengan umur 27
tahun dengan alamat salakan RT 01, Potorono, Banguntapan, Bantul.
Kondisi tempat tinggal penderita yaitu ventilasi atau lubang angin yang
bisa untuk sirkulasi udara di dalam rumah, namun rumah berdebu,
berantakan, lantai yang masih tanah, serta pencahayaan di dalam rumah
pada siang hari yang gelap yaitu ketika dilakukan pengukuran untuk
intensitas pencahayaannya sebesar 24,9 lux.
d. Kasus 4, atas nama abdul raqib berjenis kelamin laki-lakidengan umur
28 tahun dengan alamat salakan, Potorono, Banguntapan, Bantul.
Kebiasaan pasien tidak menutup mulut ketika batuk. Kemudian untuk
kondisi tempat tinggal penderita yaitu ventilasi atau lubang angin yang
bisa untuk sirkulasi udara di dalam rumah, namun rumah berdebu,
berantakan, lantai yang plesteran, serta pencahayaan di dalam rumah
pada siang hari yang gelap yaitu ketika dilakukan pengukuran untuk
intensitas pencahayaannya sebesar 27,6 lux.

15
3. Pencegahan Tuberkulosis
Pencegahan penyakit Tuberkulosis Paru berbasis lingkungan dapat
dilakukan dengan :
1. Satu kamar di huni tidak lebih dari 2 orang atau sebaiknya luas kamar
lebih atau sama dengan 10 m²/orang.
2. Lantai rumah sebaiknya di semen dan memperbaiki ventilasi serta
menambah ventilasi buatan.
3. Selalu membuka pintu atau jendela terutama di pagi hari agar
pencahayaan alami dapat masuk ke dalam rumah.
4. Menutup mulut bila batuk atau bersin bagi penderita maupun bukan
penderita jika salin berdekatan.
5. Tidak meludah di sembarang tempat, upayakan meludah pada tempat
yang terkena sinar matahari atau I tempat khusus seperti tempat sampah.
6. Menjemur tempat tidur bekas penderita secara teratur karena kuman
tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari.
7. Menjaga kebersihan diri, baik perorangan maupun keluarga serta
menjaga kesehatan badan agar agar sistem imun senantiasa terjaga dan
kuat.
8. Di usahakan tidur terpisah dengan penderita dan menjaga jarak aman
ketika berhadapan dengan penderita TB Paru.
9. Bagi penderita di usahakan istirahat yang cukup dan makan makanan
yangbergizi.
10. Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem imunitas,
seperti begadang dan kurang istirahat.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan materi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
a) Terdapat 10 penyakit tertinggi yang ada di Puskesmas Banguntapan I
yaitu Essential (primary) hypertension , Acute nasopharyngitis
(common cold), Pregnancy confirmed, Acute upper respiratory
infection,unspecified, Non-insulin-dependent diabetes mellitus without
complication, Schizophrenia, unspecified, Necrisis of pulp, Acute
pharyngitis, unspecified, Non insulin dependent diabetes melitus
unscified complications, Fever, unspecified.
b) Penyakit berbasis lingkungan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Banguntapan I yaitu diare, DBD, TBC.
c) Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes.
d) Gejala umum orang dengan penyakit DBD yaitu demam mendadak,
sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual dan 102 menifestasi
perdarahan seperti mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan
di bagian permukaan tubuh pada penderita.
e) Faktor risiko penyebab terjadinya penyakit DBD yaitu lingkungan
rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis kontainer, ketinggian tempat dan
iklim) dan perilaku manusia.
f) Pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan dengan cara meletakkan
tanaman anti nyamuk didekat rumah, Menggunakan kelambu pada
tempat tidur, Tidak membiarkan berbagai wadah tergenang air diam,
Gunakan obat nyamuk oles atau bakar, baik di siang hari maupun malam
hari, dan lain sebagainya.
g) TBC adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh
mycobacterium, yang berkembang biak di dalam bagian tubuh dimana
terdapat banyak aliran darah dan oksigen.

17
h) Puskesmas Banguntapan 1 yang ditularkan melalui Air Borne Disease
yaitu Tuberkulosis dengan jumlah kasus selama 3 bulan terakhir mulai
bulan Juni – Agustus 2023 terdapat 10 kasus akan tetapi hanya bisa
melakukan observasi dan wawancara pada 4 penderita dengan penyebab
kebanyakan karena faktor lingkungan yaitu lantai yang masih tanah,
pencahayaan yang gelap, dll.
B. Saran
1. Diharapkan pihak puskesmas untuk meningkatkan kembali program
program pengendalian nyamuk aedes penyebab DBD agar jumlah kasus
dapat menurun.
2. Diharapkan kepada penderita TBC untuk Selalu membuka pintu atau
jendela terutama di pagi hari agar pencahayaan alami dapat masuk ke
dalam rumah.
3. Diharapkan penderita TBC untuk menutup mulut bila batuk atau bersin
bagi penderita maupun bukan penderita jika salin berdekatan.

18
LAMPIRAN

19

Anda mungkin juga menyukai